• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Samarinda, Mei 2013 Direktur Eksekutif Yayasan Bioma. Akhmad Wijaya, MP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Samarinda, Mei 2013 Direktur Eksekutif Yayasan Bioma. Akhmad Wijaya, MP"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

KATA PENGANTAR

REDD+ (Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi hutan dan lahan gambut Plus) merupakan mekanisme insentif ekonomi yang diberikan kepada negara berkembang untuk mendorong pengelolaan hutan berkelanjutan dalam rangka pengurangan emisi karbon. Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dengan luas tutupan lahan berhutan lebih dari 1,7 juta ha dan lahan bergambut lebih dari 250 ribu hektar berpeluang besar untuk menerapkan REDD+. Di Tingkat Propinsi, Kukar juga tercatat sebagai emiter terbesar dibandingkan kabupaten/kota lain di Kalimantan Timur. Emisinya yang dominan berasal dari penggunaan dan pembukaan lahan mengindikasikan bahwa Kukar berkepentingan menjalankan program REDD+ untuk mengurangi emisi yang cukup besar dengan menurunkan tingkat deforestasi dan degradasi hutan secara signifikan Kukar juga berkepentingan untuk terlibat dalam kontribusi menekan laju pemanasan global karena termasuk kabupaten yang rentan terhadap dampak perubahan iklim.

REDD+ akan dikembangkan dalam kerangka pembangunan rendah karbon dan ekonomi hijau untuk memastikan bahwa upaya penanganan perubahan iklim dari sektor pemanfaatan dan penggunaan lahan dilakukan sejalan dengan kebijakan dan kebutuhan pembangunan berkelanjutan di Kukar. Kawasan Mahakam Tengah yang terletak di sekitar danau-danau besar dan sekaligus merupakan kawasan terbesar dari hamparan lahan basah bergambut, oleh Pemerintah Kukar diajukan sebagai salah satu model konservasi untuk kegiatan REDD+. Komitmen tersebut diungkapkan oleh Bupati Kukar dalam pertemuan internasioanal parapihak (COP) ke 18 di Dubai pada Desember 2012 lalu. Untuk mewujudkan komitmen ini Pemkab Kukar telah melakukan beberapa langkah termasuk mengalokasikan lahan seluas lebih dari 70 ribu hektare di dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) di Mahakam Tengah dalam Surat Keputusan Bupati untuk dilindungi.

Dokumen ini merupakan Tipologi Biofisk Wilayah Mahakam Tengah yang dilakukan Yayasan Bioma bekerjasama dengan Clinton Foundation dan Pemerintah Kabupaten Kukar dalam rangka inisiasi REDD+ di Kutai Kartanegara beserta capaiannya. Substansi dalam dokumen ini mencakup latar belakang kegiatan, pemilihan lokasi, metode pendekatan, hasil-hasil kegiatan serta tindak lanjut yang diperlukan berkaitan dengan implementasi REDD+ di wilayah Mahakam Tengah. Dokumen laporan akhir ini merupakan salah satu dari serangkaian dokumen lain yang tidak terpisah dari dokumentasi hasil kegiatan yang dilakukan semenjak Juni 2012 hingga April 2013. Dokumen lain yang terkait, Dokumentasi dari proses fasilitasi, Tipologi Sosekbud di Mahakam Tengah, Photo-photo Dokumentasi, Peta-peta Tematik di Penggunaan Lahan di Mahakam Tengah, dan Kumpulan Makalah Kegiatan REDD+ Di Mahakam Tengah.

Atas tersusunnya dokumen laporan akhir ini, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan kontribusinya. Semoga dokumen ini bermanfaat.

Samarinda, Mei 2013 Direktur Eksekutif Yayasan Bioma

(4)

    Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative  –  Pemda Kutai Kartanegara       ii   

DAFTAR ISI

Kata Pengantar  ...  i Daftar Isi  ...  ii Daftar Tabel...  iii Daftar Gambar  ...  iv   A.  KONDISI FISIK  ...  1   1. Lokasi  ...  1   2. Sistem Lahan  ...  2   3. Jenis Tanah  ...  3   4. Kondisi Iklim  ...  3   5. Hidrologi  ...  4   6. Bentuk Permukaan Lahan  ...  5 B.  KONDISI BIOLOGI/EKOLOGI  ...  7   1. Tutupan Lahan  ...  7   2. Keanekaragaman Hayati  ...  8 C.  ASPEK DEMOGRAFI DAN SOSEKBUD  ...  10   1. Demografi  ...  10   2. Sosial Budaya  ...  12   3. Sosial Ekonomi  ...  16   4. Kelembagaan Masyarakat  ...  17  

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Desa-Desa di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam

Tengah ... 1 Tabel 2. Landsystem di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah … 2 Tabel 3. Jenis Tanah di Lokasi Rencana Model Konservasi gambut Mahakam Tengah …. 3 Tabel 4. Distribusi Curah Hujan ... 3 Tabel 5. Luas Wilayah, Banyaknya Rumah Tangga, Jumlah Penduduk dan Kepadatan

Penduduk di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah …… 10 Tabel 6. Rasio Jenis Kelamin Menurut Desa di Lokasi Rencana Model Konservasi

Gambut Mahakam Tengah ... 11 Tabel 7. Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut

Mahakam Tengah ... 13 Tabel 8. Fasilitas Keagamaan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam

Tengah ... 13 Tabel 9. Banyaknya Penduduk Menurut Agama di Lokasi Rencana Model Konservasi

Gambut Mahakam Tengah ... 14 Tabel 10. Kondisi Kependudukan di 30 Desa Pada Lokasi Rencana Model Konservasi

Gambut Mahakam Tengah Berdasarkan Etnis Mayoritas ... 15 Tabel 11. Berbagai Manfaat yang Diperoleh Masyarakat Lokal Dari Sumberdaya Hutan

(6)

Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Rencana Konservasi Gambut di Kabupaten Kutai Kartanegara ... 2 Gambar 2. Trend Suhu Udara Rata-Rata di Sekitar Lokasi Pada Periode Tahun 1982 –

2011 ... 4 Gambar 3. Pembagian Zona Lahan Rawa di Sepanjang Dasrah Aliran Sungai (DAS)

Bagian Bawah dan Tengah (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2006) ... 6 Gambar 4. Kondisi Tutupan Lahan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut di

(7)

A.

KONDISI FISIK

1. Lokasi

Lokasi rencana model konservasi gambut di Kabupaten Kutai Kartanegara berada di Mahakam Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur dan Kutai Barat, dengan luas ± 76.822 Ha yang mencakup 30 Desa dan 5 Kecamatan, yaitu :

Tabel 1. Daftar Desa-Desa di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah No Desa/Kampung Kecamatan No Desa/Kampung Kecamatan

1 Tuana Tuha Kenohan 16 Bukit Jering Muara Kaman

2 Kahala Ilir Kenohan 17 Muara Kaman Ilir Muara Kaman

3 Tubuhan Kenohan 18 Kayu Batuq Muara Muntai

4 Teluk Muda Kenohan 19 Muara Muntai Ilir Muara Muntai

5 Semayang Kenohan 20 Muara Muntai Ulu Muara Muntai

6 Muhuran Kota Bangun 21 Rebaq Rinding Muara Muntai

7 Pela Kota Bangun 22 Batuq Muara Muntai

8 Liang Kota Bangun 23 Jantur Muara Muntai

9 Kota Bangun Ulu Kota Bangun 24 Muara Aloh Muara Muntai

10 Kota Bangun Ilir Kota Bangun 25 Sebemban Muara Wis

11 Sedulang Muara Kaman 26 Muara Wis Muara Wis

12 Tunjungan Muara Kaman 27 Ketibe (Emboyong) Muara Wis

13 Sabintulung Muara Kaman 28 Muara Enggelam Muara Wis

14 Kupang Baru Muara Kaman 29 Melintang Muara Wis

15 Muara Siran Muara Kaman 30 Tanjung Batuq Muara Wis

Sumber : Hasil Olah Peta

Lokasi ini berada di 3 (tiga) danau besar yaitu Danau Siran, Danau Semayang dan Danau Melintang. Selain itu terdapat pula aliran Danau Jempang yang berada di Desa Muara Aloh Kecamatan Muara Muntai. Selain itu, lokasi rencana model konservasi ini berada pada Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) atau yang dikenal pula dengan sebutan Areal Penggunaan Lain (APL).

(8)

Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam

Tengah Mei 2013

Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara 2

Gambar 1. Lokasi Rencana Konservasi Gambut di Kab. Kutai Kartanegara

2. Sistem Lahan

Berdasarkan Peta landsystem dari RePPProT (1987) dapat diketahui bahwa di lokasi rencana model konservasi gambut terdiri dari 13 (tiga belas) kelas sistem lahan, yaitu ;

Tabel 2. Landsystem di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah

No Landsystem Simbol Luas (Ha) Persentase (%)

1 Barah BRH 62,55 0,08 2 Beliti BLI 1.041,45 1,36 3 Gambut GBT 41.742,32 54,34 4 Klaru KLR 6.573,32 8,56 5 Lawanguwang LWW 229,56 0,30 6 Lohai LHI 2.587,13 3,37 7 Maput MPT 45,00 0,06

(9)

No Landsystem Simbol Luas (Ha) Persentase (%) 8 Mendawai MDW 9.568,65 12,46 9 Pakau PKU 3.724,87 4,85 10 Sebangau SBG 563,54 0,73 11 Tanjung TNJ 10.368,56 13,50 12 Teweh TWH 118,53 0,15 13 Laut/Danau Air 196,53 0,26 TOTAL 76.822,00 100,00

Sumber : Hasil Analisis Bioma, 2013

3. Jenis Tanah

Berdasarkan data dari RePPProT (1987), sebaran jenis tanah yang ada di lokasi rencana konservasi gambut adalah sebagai berikut ;

Tabel 3. Jenis Tanah di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah

Jenis Tanah Luas

Ha %

a. Organosol Glei Humus 65.197,50 84,87

b. Podsolik, Merah Kuning 11.030,29 14,36

c. Perairan 594,21 0,77

TOTAL 76.822,00 100,00

Sumber : Hasil Analisis Bioma, 2013

4. Kondisi Iklim

Kondisi curah hujan di lokasi rencana model konservasi gambut di Kabupaten Kutai Kartanegara diketahui dari data curah hujan Stasiun Badan Meteorologi dan Giofisika Bandara Temindung Samarinda. Berdasarkan data curah hujan periode 1995-2006, rata-rata curah hujan (CH) tahunan adalah 1.995 mm/tahun, dengan jumlah hari hujan (HH) 103 hari/tahun. Penyebaran curah hujan sepanjang tahun cukup merata, yaitu berkisar antara 131 – 232 mm/bulan dengan hari hujan 103 hari. Terdapat 1 bulan lembab (CH 60 – 100 mm/tahun) yaitu bulan September. Bulan-bulan dengan CH tertinggi terjadi pada bulan April, yaitu sebesar 232,4 mm, sedangkan bulan dengan CH terendah adalah bulan September yaitu sebesar 76,4 mm. Distribusi curah hujan di lokasi studi periode tahun 1995-2006 disajikan dalam tabel berikut ini ;

Tabel 4. Distribusi Curah Hujan

Bulan 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Rata2 Januari 195 95 110 284 117 55 273 193 166 110 314 177 174.3 Februari 181 39 141 237 245 5 226 177 142 22 59 234 142.3 Maret 221 196 282 183 274 3 368 172 142 208 211 291 212.6 April 172 264 358 251 187 0 283 281 198 104 312 379 232.4 Mei 207 278 329 253 258 178 225 170 164 94 220 112 207.3

(10)

Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam

Tengah Mei 2013

Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara 4

Bulan 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Rata2 Juni 149 234 32 346 0 227 200 261 197 197 50 199 174.3 Juli 99 64 367 35 17 198 153 144 139 19 218 291 145.3 Agustus 215 122 277 0 0 205 147 276 208 17 65 0 127.7 September 13 0 63 50 24 29 25 145 133 178 187 70 76.4 Oktober 218 66 102 214 0 145 227 149 146 34 145 - 131.4 November 171 186 268 114 144 200 148 163 182 190 213 - 180 Desember 285 260 271 223 120 124 140 187 149 206 397 - 214.7 Jumlah 2126 1804 2600 2190 1386 1369 2415 2318 1966 1379 2391 1753 2018.7

Suhu udara rata-rata periode tahun 1982 – 2011 diketahui dari data suhu wilayah Kecamatan Muara Muntai dari Stasiun Badan Meteorologi dan Giofisika Bandara Temindung Samarinda. Berdasarkan grafik trend suhu udara rata-rata pada periode tahun 1982-2011 menunjukkan peningkatan dimana suhu udara rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 1998 yang berkisar antara 28 – 29° C. Trend suhu udara periode tahun 1982-2011 di sekitar lokasi studi disajikan pada gambar di bawah ini;

Gambar 2. Trend Suhu Udara Rata-Rata di Sekitar Lokasi Pada Periode tahun 1982-2011

5. Hidrologi

Lokasi rencana konservasi gambut di Kabupaten Kutai Kartanegara secara umum berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam. Pada lokasi ini terdapat beberapa sungai yang mengalir ke Sungai Mahakam yaitu S. Enggelam, S. Berambai, S. Semayang, S. Belayan, S. Kedang Rantau, S. Kedang Kepala, S. Sebeliung dan beberap sungai lainnya. Selain itu pula ditemuibeberapa danau seperti D. Melintang, D. Semayang, D. Berambai dan D. Siran.

(11)

6. Bentuk Permukaan Lahan

Didasarkan kondisi fisik permukaan bumi, maka diketahui bahwa lokasi rencana konservasi gambut Mahakam Tengah merupakan daratan yang menempati posisi peralihan antara sungai dengan sungai dan/atau sungai dengan danau yang menempati daerah cekungan di bagian terendah pelembahan sungai, di dataran banjir sungai-sungai. Oleh karena itu ekosistem lokasi konservasi adalah ekosistem lahan basah.

Kebakaran besar tahun 1982 dan 1998 merupakan salah satu penyebab berubahnya sistem ekologi di dalam hamparan gambut luas di dalam dan sekitar lokasi. Sejak tahun tersebut proses akumulasi serasah relatif tidak terjadi lagi akibat hilangnya biomasa di permukaan bumi. Faktor lainnya yang diduga sebagai penyebab berubahnya sistem ekologi di daerah ini adalah berubahnya/besarnya perubahan perbedaan musim kemarau dan musim penghujan akibat terganggunya sistem hidroorologi di daerah hulu sehingga proses subsidensi berjalan dengan cepat. Adanya penurunan permukaan lahan (subsidence) dan tidak terdrainasenya air dengan baik menyebabkan timbulnya genangan-hgenanga secara permanen di dalam kawasan yang secara langsung maupun tidak langsung juga berpengaruh terhadap proses suksesinya.

Ekosistem lahan basah tersebut sebagian dan/atau sepanjang tahun selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged). Didasarkan kondisi air permukaan, aliran air, kemasaman air, kondisi tanahnya dan tumbuhan penutupnya diketahui bahwa lahan basah di dalam lokasi studi dapat dikategorikan sesuai dengan klasifikasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2006) sebagai :

1. “Swamp” adalah istilah umum untuk rawa, digunakan untuk menyatakan wilayah lahan, atau area yang secara permanen selalu jenuh air, permukaan air tanahnya dangkal, atau tergenang air dangkal hampir sepanjang waktu dalam setahun. Air umumnya tidak bergerak, atau tidak mengalir (stagnant), dan bagian dasar tanah berupa lumpur. Dalam kondisi alami, swamp ditumbuhi oleh berbagai vegetasi dari jenis semak-semak sampai pohon-pohonan, dan di daerah tropika biasanya berupa hutan rawa atau hutan gambut.

2. “Marsh” adalah rawa yang genangan airnya bersifat tidak permanen, namun mengalami genangan banjir dari sungai secara periodik, dimana debu dan liat sebagai muatan sedimen sungai seringkali diendapkan. Tanahnya selalu jenuh air, dengan genangan relatif dangkal.

Marsh biasanya ditumbuhi berbagai tumbuhan akuatik, atau hidrofitik, berupa “reeds”(tumbuhan air sejenis gelagah, buluh atau rumputan tinggi, seperti Phragmites sp.), “sedges” (sejenis rumput rawa berbatang padat, tidak berbuluh, seperti famili Cyperaceae),

dan “rushes” (sejenis rumput rawa, seperti purun, atau “mendong”, dari famili Juncaceae, yang batangnya dapat dianyam menjadi tikar, topi, atau keranjang).

(12)

Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam

Tengah Mei 2013

Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara 6

Gambar 3. Pembagian zona lahan rawa di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) bagian bawah dan tengah (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2006).

Sungai-sungai yang mengalir di dalam kawasan dapat dibagi menjadi sungai dan anak sungai. Sungai-sungai tesebut sangat berperan terhadap fluktuasi genangan

(13)

B.

KONDISI BIOLOGI/EKOLOGI

1. Tutupan Lahan

Tutupan lahan di lokasi rencana model konservasi gambut di Kutai Kartanegara adalah bervariasi. Jenis tutupan lahan pada umumnya adalah ekosistem rawa, baik rawa air tawar yang umumnya dapat dijumpai di sekitar sungai-sungai besar maupun rawa gambut.

Gambar 4. Kondisi Tutupan Lahan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah.

Gambar 4. Kondisi Tutupan Lahan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut di Mahakam Tengah

(14)

Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam

Tengah Mei 2013

Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara 8

Faktor utama menurunnya kualitas ekosistem adalah adanya kebakaran besar yang terjadi pada tahun 1982 yang kemudian diikuti dengan terjadinya kebakaran lainnya dengan intensitas yang tidak terlalu besar.

Di dalam kawasan gambut ini juga terlihat adanya kanal-kanal yang dibuat oleh masyarakat untuk kepentingan transportasi kayu, penangkapan ikan dan ladang/kebun masyarakat. Kemudian di beberapa areal dijumpai pula tanda-tanda bekas dibakar dan didasarkan hasil wawancara dengan masyarakat areal tersebut adalah : 1) areal yang dipersiapkan untuk ladang masyarakat; 2) areal terbuka untuk kepentingan penangkapan ikan; atau 3) areal terbakar akibat kelalaian masyarakat pada saat beraktivitas di dalam hutan.

2. Keanekaragaman Hayati

2.1.

Keanekaragaman Jenis Flora

Menurut Penta Sumberdaya Nusantara (2012), yang melakukan studi kenekaragaman hayati di Kecamatan Muara Kaman, dijumpai paling sedikit 75 jenis tumbuhan dengan sebaran terbesar jenis-jenis tersebut di Blok 9.

Masih menurut Penta, pola distribusi tumbuhan umumnya tersebar tidak merata. Hal ini diduga karena :

1) tempat tumbuhnya yang tergenang air sehingga tidak seluruh jenis tumbuhan dapat tumbuh di dalam lokasi studi.

2) Adanya perbedaaan tinggi muka air yang sangat besar antara musim kemarau dan hujan yang diduga karena telah berubahnya sebagian besar tutupan lahan di daerah hulu sungai. 3) Hilangnya ekosistem alami rawa gambut dan/atau komunitas tumbuhan alami di dalam

sekitar lokasi sehingga ketersediaan benih/bibit tumbuhan alami sudah tidak tersedia, 4) Menurunnya satwa yang berperan sebagai penyebar benih tumbuhan akibat rusaknya

habitat satwaliar di dalam dan sekitar lokasi studi.

5) Adanya aktivitas manusia seperti penebangan tanpa izin, perburuan tanpa izin, penangkapan ikan, pembukaan lahan untuk ladang dan areal perkebunan, terutama kebun karet dan sengon, pembukaan lahan untuk kebun kelapa sawit, hutan tanaman industri.

Ekosistem rawa di lokasi ini merupakan ekosistem yang telah terganggu. Gangguan terbesar terjadi pada Tahun 1982 yang ditandai dengan adanya kebakaran besar yang meliputi hampir seluruh areal bergambut di dalam dan sekitar lokasi studi. Keanekaragaman jenis tumbuhan umumnya sangat rendah dan sangat bervariasi di setiap tapak. Hal ini erat kaitannya dengan adanya aktivitas manusia, baik untuk permukiman, perladangan, perkebunan, baik kebun sengon maupun karet, dan aktiivtas lainnya seperti penebangan tanpa izin, penangkapan ikan dan perburuan satwaliar. Kemudian variasi ini juga sangat dipengaruhi oleh perbedaan fluktuasi muka air yang sangat tinggi yang dipengaruhi oleh adanya proses keterbukaan lahan di daerah hulu. Komunitas tumbuhan umumnya adalah komunitas perairan dan padang rumput rawa yang terdiri dari rumput purun (Fimbristylis acuminata), rumput hirang (Rapanea umbelulata), kumpang gajah (Polygonum barbatum) rumput PKI (tak teridentifikasi), selingsing (Scleria sp), kantung semar

(15)

(Nepenthes gracilis) dan di daerah tepi juga banyak dijumpai jenis pohon kahoi (Shorea

balangeran). Selain itu ditemui pula tumbuhan jenis pelga (Nauclea lanceolata), perepat

(Combretocarpus rotundatus), perupuk (Lophopetalum javanicum), rengas (Gluta renghas), bungur (Lagerstroemia speciosa), kayu peredang (Cyperus pilosus), putat (Barringtonia spicata), kahoi (Shorea balangeran), bunbun (Calophyllum sp.), kayu arang (Diospyros maingayi) dan pelaik (Alstonia angustiloba). Sedangkan disisi sebelah barat laut antara lain kahoi (Shorea balangeran), kayu bakau (Ixora brachyantha), kapuk hutan (Ardisia villosa), kayu arang (Diospyros maingayi), kayu miyang (Semecarpus heterophyllus), terentang (Camnosperma macrophylla) dan kantung semar (Nepenthes Ampullaria, Nepenthes reindwardtiana, Nepenthes gracilis, Nepenthes

rafflesiana)

2.2.

Keanekaragaman Jenis Fauna

Ekosistem rawa gambut adalah salah satu habitat satwaliar yang masih tersisa di daerah Mahakam Tengah Kabupaten Kutai Kartanegara. Paling sedikit 33 jenis burung, 14 jenis mamalia, 13 jenis reptil, 4 jenis amphibi dan 15 jenis ikan yang terdapat di lokasi rencana model konservasi gambut. Berikut kelimpahan jenis fauna dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Penta Sumberdaya Nusantara (2012) adalah sebagai berikut;

a. Jenis mamalia terdiri dari Kinabalu squirrel, Plantain squirrel, Rusa sambar, Meong Congkok, Beruang madu, Berang-berang, Monyet Ekor panjang, Bekantan kahau, Pesut mahakam, Orang utan, Mawas, Lutung Kelabu, Babi Hutan, Kancil dan Tupai Tanah.

b. Jenis burung terdiri dari Pecuk-ular Asia, Cangak abu, Cangak merah, Blekok sawah, Kuntul Cina, Kuntul besar, Kuntul kecil, Bangau tongtong, Kerak jambul, Belibis batu, Elang bondol, Elang-ikan kepala-kelabu, Elang hitam, Mandar kelam, Punai lengguak, Punai kecil, Pergam hijau, Pergam kelabu, Tekukur biasa, Betet biasa, Kedasi hitam, Tuwur Asia, Bubut besar, Beluk ketupa, Walet sapi, Pekaka emas, Cekakak sungai, Kangkareng hitam, Pelatuk ayam, Merbah cerukcuk, Srigunting batu, Kucica hutan dan Meninting besar.

c. Jenis Ampibi terdiri dari Katak asia, Katak buduk, Masked rough-sided frog dan Malayan giant frog.

d. Jenis reptilia terdiri dari Ular Pucuk, Ular Besisik, Ular Sampan, Ular Belit Damar, Ular Cincin mas, Buaya Kalimantan, Kura-kura borneo, Kura-kura kepala kuning, Ular Kadut, Ular Kobra, Ular Sawa, Buaya Senyulong dan Biawak abu-abu.

e. Jenis ikan terdsiri dari Berukung, Biawan, Gabus, Toman, Keli, Klebere, Lais, Seluang, Lempam, Pahat, Patin, Pepuyu, Sepat, Sepat siam dan Tempe.

(16)

Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam

Tengah Mei 2013

Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara 10

C.

ASPEK DEMOGRAFI DAN SOSEKBUD

1. Demografi

Penduduk mempunyai kedudukan yang sentral dalam pembangunan daerah, yaitu kedudukannya sebagai subyek pembangunan dan juga sekaligus sebagai obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan diharapkan dengan jumlah penduduk yang besar dapat memberikan keuntungan ekonomis diantaranya biaya tenaga kerja yang relatif murah dan terjaminnya persediaan tenaga kerja. Sedangkan kedudukan kedua sebagai obyek pembangunan mengandung arti bahwa segala upaya yang dilakukan oleh pembangunan sasarannya adalah guna meningkatkan kesejahteraan dan kualitas penduduk.

Pada lokasi rencana model konservasi gambut di Kabupaten Kutai Kartanegara, terdiri dari 30 Desa dengan 5 Kecamatan yang sebagian besar pemukimannya berada di sepanjang Sungai Mahakam dan anak sungainya serta pada pinggiran danau besar seperti Danau Semayang dan Danau Melintang.

Tabel 5. Luas Wilayah, Banyaknya Rumah Tangga, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah

Desa Luas (Km2) Rumah

Tangga Pddk Kepadatan RT/Km2 Pddk/Km2 1. Tuana Tuha 192,42 758 2.674 3,94 13,90 2. Kahala Ilir * * * * * 3. Tubuhan 140,21 286 1.070 2,04 7,63 4. Teluk Muda 153,64 222 808 1,44 5,26 5. Semayang 162,59 387 1.487 2,38 9,15 6. Muhuran 72,57 210 684 2,89 9,43 7. Pela 55,46 325 1.184 5,86 21,35 8. Liang 69,10 669 2.330 9,68 33,72

9. Kota Bangun Ulu 80,94 913 3.966 11,28 49,00

10. Kota Bangun Ilir 30,07 875 3.260 29,10 108,41

11. Sedulang 201,66 410 1.658 2,03 8,22 12. Tunjungan 311,86 460 1.259 1,47 4,03 13. Sabintulung 91,62 628 2.678 6,85 29,22 14. Kupang Baru 149,00 211 872 1,41 5,85 15. Muara Siran 229,05 363 1.830 1,58 7,98 16. Bukit Jering 121,66 258 1.023 2,12 8,40

17. Muara Kaman Ilir 179,90 635 2.571 3,53 13,99

18. Kayu Batuq 430,73 423 1.308 0,98 3,04

19. Muara Muntai Ilir 21,70 302 1.348 13,92 62,12

20. Muara Muntai Ulu 17,10 537 2.091 31,40 122,28

(17)

Desa Luas (Km2) Rumah Tangga Pddk Kepadatan 22. Batuq 63,25 293 634 4,63 10,02 23. Jantur 52,28 486 1.706 9,30 32,63 24. Muara Aloh 44,88 293 1.007 6,53 22,44 25. Sebemban 244,61 234 929 0,96 3,80 26. Muara Wis 95,07 525 1.817 5,52 19,11 27. Ketibe/Enggelam 74,27 250 928 3,37 12,49 28. Muara Enggelam 20 174 697 8,70 34,85 29. Melintang 131,52 492 1.017 3,74 7,73 30. Tanjung Batuq * * * * * TOTAL 3.447,81 11.906,00 43.735,00 3,45 12,68

Sumber: Kec. Kenohan Dalam Angka 2012; Kec. Kota Bangun Dalam Angka 2012; Kec. Muara Kaman Dalam Angka 2012; Kec. Muara Muntai Dalam Angka 2012; Kec. Muara Wis Dalam Angka 2012

Struktur penduduk desa di lokasi rencana model konservasi gambut berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini;

Tabel 6. Rasio Jenis Kelamin Menurut Desa di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah

Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin

1. Tuana Tuha 1.366 1.308 2.674 104,4 2. Kahala Ilir * * * * 3. Tubuhan 585 485 1.070 120,6 4. Teluk Muda 413 395 808 100,5 5. Semayang 756 731 1.487 103,4 6. Muhuran 364 320 684 113,75 7. Pela 637 547 1.184 116,45 8. Liang 1.223 1.107 2.330 110,48

9. Kota Bangun Ulu 2.014 1.952 3.966 103,18

10. Kota Bangun Ilir 1.623 1.637 3.260 99,14

11. Sedulang 894 764 1.658 117,02 12. Tunjungan 657 602 1.259 109,13 13. Sabintulung 1.393 1.285 2.678 108,40 14. Kupang Baru 465 397 862 117,12 15. Muara Siran 726 654 1.380 101,40 16. Bukit Jering 549 474 1.023 115,82

17. Muara Kaman Ilir 1.313 1.204 2.517 109,05

18. Kayu Batuq 674 634 1.308 106,31

19. Muara Muntai Ilir 672 676 1.348 99,41

20. Muara Muntai Ulu 1.057 1.034 2.091 102,22

21. Rebaq Rinding 459 440 899 104,32

22. Batuq 339 295 634 114,92

(18)

Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam

Tengah Mei 2013

Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara 12

Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin

24. Muara Aloh 550 457 1.007 120,35 25. Sebemban 514 415 929 123,86 26. Muara Wis 925 892 1.817 103,70 27. Ketibe/Enggelam 509 419 928 121,48 28. Muara Enggelam 375 322 697 116,46 29. Melintang 560 457 1.017 122,54 30. Tanjung Batuq * * * * TOTAL 22.524 20.697 43.221 108,83

Sumber: Kec. Kenohan Dalam Angka 2012; Kec. Kota Bangun Dalam Angka 2012; Kec. Muara Kaman Dalam Angka 2012; Kec. Muara Muntai Dalam Angka 2012; Kec. Muara Wis Dalam Angka 2012

Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan banyaknya penduduk laki-laki dari 100 penduduk perempuan. Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa desa-desa lokasi rencana model konservasi gambut memiliki rasio jenis kelamin antara 0,99 – 1,24. Namun secara umum, rasio jenis kelamin di lokasi rencana model konservasi gambut adalah 1,09. Ini menunjukkan bahwa jumlah laki-laki masih dominan dibandingkan perempuan.

2. Sosial Budaya

2.1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses yang berjenjang dari tingkat dasar sampai Perguruan Tinggi. Untuk menunjang keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan, pendidikan formal yang umumnya diselenggarakan di sekolah-sekolah tidak hanya di bawahi oleh Dinas Pendidikan Nasional saja tetapi ada juga yang di bawahi oleh Departemen di luar Depdiknas seperti Departemen Agama, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial dan lain-lain.

Untuk meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa umumnya dan daerah khususnya diperlukan penduduk dengan tingkat pendidikan yang memadai untuk mendukung pembangunan ekonomi dan sosial yang cepat. Program pendidikan dasar sembilan tahun merupakan salah satu upaya pemerintah untuk membekali anak didik dengan keterampilan dan pengetahuan dasar guna melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, untuk bekal menjalani kehidupan. Salah satu faktor penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah faktor pendidikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas pendidikan masih relatif rendah. Data pendidikan menunjukkan SLTP dan SLTA hanya berada di ibukota kecamatan dengan jumlah guru yang sangat terbatas. 2.2. Kesehatan

Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diukur salah satunya dari keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas kesehatan dengan menciptakan akses pelayanan kesehatan dasar yang

(19)

didukung oleh sumber daya yang memadai seperti prasarana kesehatan dan juga tenaga kesehatan yang memadai.

Tabel 7. Fasilitas dan Tenaga Kesehatan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah

Kecamatan Fasilitas Tenaga Kesehatan

Puskesmas Pusban Dokter Bidan Paramedis

1. Kenohan 1 6 4 4 6

2. Kota Bangun 2 10 7 15 32

3. Muara Kaman 1 18 2 22 20

4. Muara Muntai 1 8 3 12 17

5. Muara Wis 1 5 1 9 17

Sumber: Kec. Kenohan Dalam Angka 2012; Kec. Kota Bangun Dalam Angka 2012; Kec. Muara Kaman Dalam Angka 2012; Kec. Muara Muntai Dalam Angka 2012; Kec. Muara Wis Dalam Angka 2012

Pada dasarnya pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara mudah, merata, dan murah. Dengan meningkatnya pelayanan kesehatan, pemerintah berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam rangka memeratakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah dengan penyediaan sarana kesehatan terutama puskesmas dan puskesmas pembantu karena kedua fasilitas tersebut dapat menjangkau segala lapisan masyarakat hingga ke daerah terpencil.

2.3. Agama

Kehidupan beragama diharapkan dapat menciptakan kerukunan antar masyarakat dan antar umat beragama, sehingga berbagai persoalan sosial yang timbul oleh berbagai sebab dapat diatasi. Negara menjamin kebebasan bagi warganya untuk memeluk dan menjalankan keyakinan sesuai agama dan kepercayaannya.

Tabel 8. Fasilitas Keagamaan di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah

Kecamatan Rumah Ibadah

Masjid Langgar Gereja Vihara

1. Kenohan 7 11 4

2. Kota Bangun 39 55 13 1

3. Muara Kaman 38 34 2

4. Muara Muntai 14 27 2

5. Muara Wis 8 18 2

Sumber: Kec. Kenohan Dalam Angka 2012; Kec. Kota Bangun Dalam Angka 2012; Kec. Muara Kaman Dalam Angka 2012; Kec. Muara Muntai Dalam Angka 2012; Kec. Muara Wis Dalam Angka 2012

Sebagian besar penduduk desa yang berada pada Lokasi rencana model konservasi gambut di Mahakam Tengah menganut agama Islam yaitu sekitar 97,18%, kemudian Protestan sebanyak 2,75 %, Katolik 0,02 % dan agama lainnya 0,05%.

(20)

Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam

Tengah Mei 2013

Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara 14

Tabel 9. Banyaknya Penduduk Menurut Agama di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah

Desa Islam Protestan Katolik Hindu Budha Jumlah

1. Tuana Tuha 2.672 2 - - - 2.674 2. Kahala Ilir * * * * * * 3. Tubuhan 1.070 - - - - 1.070 4. Teluk Muda 807 - - - - 807 5. Semayang 1.477 - - - - 1.477 6. Muhuran 684 - - - - 684 7. Pela 1.184 - - - - 1.184 8. Liang 2.330 - - - - 2.330

9. Kota Bangun Ulu 3.946 13 6 - 1 3.966

10. Kota Bangun Ilir 3.260 - - - - 3.260

11. Sedulang 1.675 - - - - 1.675 12. Tunjungan 1.259 - - - - 1.259 13. Sabintulung 2.678 - - - - 2.678 14. Kupang Baru 872 - - - - 872 15. Muara Siran 1.380 - - - - 1.380 16. Bukit Jering 1.023 - - - - 1.023

17. Muara Kaman Ilir 2.059 15 - 15 - 2.089

18. Kayu Batuq 1.090 218 - - - 1.308

19. Muara Muntai Ilir 1.344 - - 4 - 1.348

20. Muara Muntai Ulu 2.091 - - - - 2.091

21. Rebaq Rinding 899 - - - - 899 22. Batuq 630 4 - - - 634 23. Jantur 1.703 - 3 - - 1.706 24. Muara Aloh 1.007 - - - - 1.007 25. Sebemban 929 - - - - 929 26. Muara Wis 1.815 - - - - 1.815 27. Ketibe/Enggelam 2 926 - - - 928 28. Muara Enggelam 697 - - - - 697 29. Melintang 1.017 - - - - 1.017 30. Tanjung Batuq * * * * * * TOTAL 41.600 1.178 9 19 1 42.807

Sumber: Kec. Kenohan Dalam Angka 2012; Kec. Kota Bangun Dalam Angka 2012; Kec. Muara Kaman Dalam Angka 2012 Kec. Muara Muntai Dalam Angka 2012; Kec. Muara Wis Dalam Angka 2012

2.4. Suku Bangsa/Ethnografi

Latar belakang etnis ataupun suku sangat penting dalam membahas hubungan historis antara masyarakat dengan sumberdaya alam di lingkungannya, utamanya hutan. Pernyataan ini dapat

(21)

dijelaskan melalui berbagai aspek mulai sosio-kultural, motivasi ekonomi hingga faktor emosional (lihat a.l. Riwut, 1979; Alqadrie, 1994; Widjono, 1998; Clfer, dkk. 1999; Sardjono, 2004). Secara etnografis terdapat dua kelompok besar penduduk di kampung-kampung sasaran assesmen, yaitu yang dapat dikategorikan ‘penduduk asli’ (traditional communities) dan pendatang (migrants). Kelompok pertama sebenarnya masih memungkinkan dikatergo-risasi, yaitu yang berasal dari wilayah setempat (local native; seperti Kutai dan Dayak Wehea) dan yang berasal dari wilayah Kalimantan lainnya (local non-native; dalam hal ini adalah Dayak Kayan). Adapun kelompok kedua, merupakan kumpulan dari berbagai etnis. Situasi penduduk berdasarkan etnis mayoritas dan lainnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 10. Kondisi Kependudukan di 30 Desa Pada Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah berdasarkan Etnis Mayoritas

Desa Etnis Desa Etnis

1. Tuana Tuha Kutai 16. Bukit Jering Kutai

2. Kahala Ilir Kutai 17. Muara Kaman Ilir Kutai/Banjar

3. Tubuhan Kutai 18. Kayu Batuq Kutai

4. Teluk Muda Kutai 19. Muara Muntai Ilir Kutai/Banjar

5. Semayang Kutai/Banjar 20. Muara Muntai Ulu Kutai/Banjar

6. Muhuran Kutai 21. Rebaq Rinding Kutai/Banjar

7. Pela Kutai/Banjar 22. Batuq Kutai

8. Liang Kutai 23. Jantur Bugis/Banjar

9. Kota Bangun Ulu Kutai/Banjar 24. Muara Aloh Kutai

10. Kota Bangun Ilir Kutai/Banjar 25. Sebemban Kutai

11. Sedulang Kutai/Banjar 26. Muara Wis Kutai/Banjar

12. Tunjungan Banjar 27. Ketibe/Enggelam Dayak Tunjung

13. Sabintulung Kutai 28. Muara Enggelam Kutai/Banjar

14. Kupang Baru Kutai 29. Melintang Kutai/Banjar

15. Muara Siran Kutai/Banjar 30. Tanjung Batuq Banjar/Bugis

Sumber: Hasil Pengamatan di Lapangan

2.5. Adat Istiadat

Tidak terlihat adanya adat yang kuat di desa-desa di wilayah kajian, baik adat Kutai, Banjar apalagi adat yang berasal dari suku pendatang. Namun demikian kebiasaan-kebiasaan yang bersumber dari adat seperti pengobatan tradisional masih dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat. Demikian pula dengan beberapa upacara seperti “pelas taun” masih dilakukan hampir di semua desa. Namun demikian adat atau tradisi yang berbau keagamaan masih terus dilaksanakan Aturan yang mengatur mengenai pemanfaatan sumberdaya alam, dalam hal ini kayu dan ikan terdapat di beberapa desa. Namun hal ini lebih bersifat umum tidak berdasarkan hukum adat, dan ini bergantung kepada keaktifan dan kepedulian pengurus desa terhadap lingkungan dan keberlanjutannya.

(22)

Laporan Akhir Fasilitasi Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Lokal untuk Inisiatif REDD+ Di Mahakam

Tengah Mei 2013

Yayasan Bioma – Clinton Climate Initiative – Pemda Kutai Kartanegara 16

3. Sosial Ekonomi

Situasi sosial-ekonomi di desa-desa sekitar kawasan gambut memiliki karakter yang lain dibandingkan dengan karakter umumnya masyarakat pedalaman kalimantan. Hal ini dikarenakan kondisi alam yang berupa kawasan gambut dan rawa berair. Namun demikian terdapat kesamaan dalam kehidupan masyarakatnya yang masih akrab dengan lingkungannya atau budaya kebersamaan antar warga masyarakat terutama dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Walaupun di beberapa desa dimana industri perkebunan kelapa sawit telah masuk yang diikuti pula oleh terbukanya lapangan kerja serta masukya pekerja pendatang dalam wilayah desa telah membuat perubahan baik dalam aspek ekonomi maupun struktur budaya dan aktivitas keseharian.

Pola pemenuhan kebutuhan hidup pada beberapa desa seperti yang terjadi dibeberapa desa telah berubah dari masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya alam dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, saat ini telah menjadi pekerja pada perusahaan-perusahaan sawit yang memang ditunjang pula oleh kewajiban untuk mengerjakan kebun plasma miliknya sendiri.

Keterbukaan wilayah melalui aksesibilitas yang semakin baik juga mengakibatkan dinamika serta mobilitas kependudukan cukup tinggi. Oleh karenanya, seiring dengan meningkatnya jumlah populasi penduduk, melonggarnya kohesifitas dan keterbatasan sumberdaya, setiap kelompok dan bahkan individu mencoba untuk memanfaatkan kesempatan yang tersedia dalam memperoleh manfaat maksimal dari sumberdaya di sekitarnya, tidak hanya dalam mempertahankan eksistensinya tetapi yang lebih penting dalam rangka perbaikan taraf hidup. Tabel 11. Berbagai Manfaat yang Diperoleh Masyarakat Lokal dari Sumberdaya Hutan di

Sekitarnya

Fungsi Hutan Manfaat bagi Masyarakat Lokal

Langsung Tidak Langsung

Produksi

 Hasil Hutan Kayu dan turunannya (konstruksi berat, atap/dinding, peralatan, kayu bakar/arang);

 Hasil Hutan Nir-Kayu (a.l. binatang buruan, bahan

anyaman, getah-getahan, rotan, obat-obatan)

 Areal untuk bercocok tanam/ berladang;

 Penghasilan (semi komersial dan komersial);

 Pelestarian budaya lokal yang berbasiskan produk hutan (pengobatan tradisional);

 Pelestarian dan perkembangan industri rumah-tangga masyarakat

Lindung

 Tanah (kesuburan tanah, kelembaban, erosi air dan angin, bentang alam);

 Tata Air (air bersih, proteksi banjir dan kekeringan)

 Keanekaragaman hayati (flora,

 Keterjaminan produktifitas perikanan tangkap;

 Kesehatan dan kesejahteraan hidup masyarakat (

(23)

Fungsi Hutan Manfaat bagi Masyarakat Lokal

Langsung Tidak Langsung

fauna, mikro organisme)

Tata Klimat

 Iklim mikro (kesejukan, dan curah hujan lokal);

 Udara bersih (penghasil oksigen dan menyerap karbon dioksida);

 Sinar matahari (media albedo);

 Polusi udara (filter debu dan partikel padat lainnya, serta kebisingan)

 Kenyamanan dan kedamaian kehidupan pedesaan;

 Mendukung kehidupan yang sehat sejahtera);

 Mengurangi dampak bencana alam (misal kemarau panjang dan kebakaran hutan)

Lain-lain

 Batas tanah dan/atau tanda pemilikan lahan;

 Perlindungan tempat-tempat keramat, termasuk tempat-tempat mencari kan dan tempat-tempat pemijahan ikan

 Mendukung pelestarian identitas kelembagaan lokal

 Melestarikan etika konservasi dan pergaulan hidup antar anggota masyarakat (termasuk

komunalitas). Sumber: Sardjono (2004) dimodifikasi

4. Kelembagaan Masyarakat

Dari seluruh kelembagaan yang ada di kawasan gambut, yang paling memegang peranan saat ini adalah kelembagaan pemerintah. Meskipun juga kelembagaan adat terdapat hampir di semua desa, namun perannya sangat kecil. Kelembagaan adat ini lebih mengatur kepada upacara dan ritual adat.

Secara administratif dan formal, lembaga adat dibawah koordinasi tak langsung lembaga desa yang dipimpin kepala desa. Kepala desa merupakan badan tertinggi desa yang membawahi RT yang ada di setiap desa. RT membantu Kepala Desa untuk administratif kependudukan. Lembaga lain yang berperan di desa adala LKMD, PKK, Posyandu dan Karang Taruna yang mempunyai fungsi strategis dalam pembangunan desa dan meningkatkan kesehatan desa.

Lembaga penting lainnya di Desa adalah terdapat beberapa lembaga/kelompok usaha baik yang khusus beranggotakan wanita maupun yang umum. Beberapa usaha yang sudah cukup baik berjallan adalah usaha simpan pinjam, usaha listrik desa dan usaha keramba ikan yang masing-masing memilki kelompok sendiri. Sebagian dari kelompok-kelompok usaha tersebut merupakan kelompok binaan dari Bank Pembangunan Daerah Kaltim.

Di Kawasan gambut, terutama di desa-desa yang berdekatan dengan perusahaan perkebunan telah ada organisasi seperti forum yang biasanya merupakan wadah bagi masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan jika terjadi permasalahan yang menyangkut perusahaan.

(24)

William J. Clinton Foundation

383 Dorchester Avenue, Suite 400

Boston, MA 02127

Yayasan Biosfer Manusia (BIOMA)

Jl. AW Syahrani – Perum Ratindo Griya Permai Blok F.7-8, Samarinda 75124

Kalimantan Timur. Telp./Fax.: +62-541-739864,

e-mail: biosfer.manusia@gmail.com

Kabupaten Kutai Kartanegara

Jl. .Walter Monginsidi, Tenggarong – Kalimantan Timur

Telp.(0541) 661085, 662066

Fax. (0541) 662056

Gambar

Tabel 1.  Daftar Desa-Desa di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam
Tabel 1.  Daftar Desa-Desa di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut  Mahakam Tengah  No  Desa/Kampung  Kecamatan    No  Desa/Kampung  Kecamatan
Tabel 2.  Landsystem di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah
Tabel 3.  Jenis Tanah di Lokasi Rencana Model Konservasi Gambut Mahakam Tengah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Marinal Indoprima cukup baik dikarenakan tingkat kepuasan karyawan yang naik dan turun, retensi karyawan yang mengalami peningkatan yang tidak stabil,

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan good corporate governance yang diproksikan dengan komite audit,

Apa yang seharusnya anda kaji selaku perawat yang terkait dengan lintas budaya dan apa yang saudara lakukan supaya dapat memberi asuhan keperawatan yang kompeten secara

Penerapan SOP tersebut juga dijelaskan melalui pamfet yang sudah di cetak agar petugas distribusi dapat mengetahui alur distribusi dan batas waktu yang digunakan

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh pergantian manajemen, opini audit,

BNI00000034729 Muhammad Fauzan NasrullahJl Gang Semeru no.95 002 Kampung Enam Tarakan Timur Kota Tarakan Kalimantan Utara 10220... ANGGREK 015 Karang Anyar Tarakan Barat Kota

Gambar 4 menyajikan nilai bilangan asam biodiesel yang dihasilkan menggunakan metanol baru dan metanol bekas pakai pada berbagai perbadingan molar.. Dari data pada Tabel

Dari ketiga kabuoaten tersebut, Kukar merupakan kabupaten yang memiliki lahan gambut terluas dibandingkan Kutai Barat dan Kutai Timur Secara ekoregional, kawasan