1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Perkawinan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan seseorang. Karena ia akan memasuki dunia baru, membentuk keluarga sebagai unit terkecil dari keluarga besar bangsa Indonesia yang realigius dan kekeluargaan. Sehingga dalam implementasinya diperlukan partisipasi keluarga untuk merestui perkawinan itu. Maka perkawinan dapat di artikan bahwa perkawinan dapat menciptakan suatu ikatan baru antara dua insan dan dua keluarga pula. Salah satu prinsip suatu perkawinan bertujuan untuk menciptakan dan mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah serta membentuk generasi yang bermanfaat untuk masa depan dan menjaga pandangan masyarakat serta menghindari dari kerusakan seksual akibat pergaulan yang telah sangat bebas saat ini. Perkawinan bukan sekedar bertujuan untuk memenuhi hawa nafsu1.
Allah SWT telah mensyariatkan perkawinan dengan tujuan agar tercipta hubungan yang harmonis dan batasan-batasan hubungan antara mereka. Tidak mungkin bagi seorang wanita untuk merasa tidak butuh kepada seorang laki-laki yang mendampinginya secara sah meskipun dia memiliki kedudukan yang
1 Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia. Cetakan ke empat, (Bandung: PT. Alumni,
2 tinggi, harta melimpah ruah, atau intelektualitas yang tinggi. Begitu juga seorang laki-laki, tidak mungkin merasa tidak membutuhkan seorang istri yang mendampinginya2. Manusia yang sejak lahir dibekal potensi syahwat terhadap lawan jenis membutuhkan sarana untuk menyalurkan potensi tersebut, bila potensi ini tidak tersalurkan secara terarah, maka akan menimbulkan berbagai kerawanan. Pernikahan juga merupakan suatu akad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagian hidup keluarga yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang diridlai Allah SWT.3
Setiap orang yang menjalankan pernikahan pasti tidak terlepas dari kehidupan berkeluarga dan menempuh kehidupan didalam pernikahan adalah harapan dan niat yang sehat dan wajar dari setiap insan, khususnya anak muda dan remaja dalam masa pertumbuhannya. Pengalaman dalam kehidupan menunjukkan, bahwa membangun keluarga itu mudah, namun memelihara dan membina keluarga hingga mencapai taraf kebahagiaan dan kesejahteraan yang selalu didambakan oleh setiap pasangan suami-istri sangat sulit. Oleh karena itu, keluarga yang dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan ini yang disebut dengan keluarga sakinah, mawadah, dan warahmah. Untuk mewujudkan pernikahan yang sesuai dengan yang inginkan kedewasaan dalam
2 Musfir Aj-Jahrani, Poligami dari Berbagai Persepsi (Jakarta: Gema Insani Press, 2002 ), hlm. 13.
3 Direktoral Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Fiqihh Jilid II, Departemen
3 hal fisik dan rohani dalam pernikahan merupakan dasar untuk mencapai tujuan dan cita-cita dari pernikahan, walaupun demikian banyak dari masyarakat yang kurang menyadari hal itu disebabkan oleh pengaruh lingkungan, pengaruh pendidikan, dan perkembangan sosial yang tidak memadai.
Untuk menjadikan terwujudnya pernikahan yang sesuai dengan tujuan dari pernikahan itu sendiri, maka Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan telah mengatur untuk menentukan dan menetapkan dasar-dasar yang harus dilaksanakan dalam perkawinan. Salah satu di antaranya adalah Pasal 7 ayat (1) yang menyatakan, bahwa: ”Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita mencapai umur 16 (enam belas) tahun”4, dan dalam ayat selanjutnya menyatakan bahwa bila terdapat penyimpangan pada Pasal 7 ayat (1) dapat meminta dispensasi pada pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua belah pihak baik dari pihak pria atau pihak wanita. Kemudian di lanjut dengan pasal 7 ayat (2) yang menyatakan, bahwa: “Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan atau Pejabat Lain yang di tunjuk oleh kedua orang tua maupun pihak wanita”5.
Dalam hal ini pemberlakuan batas umur pernikahan di Indonesia yang telah di atur dalam UU Nomor 16 Tahun 2019 tentang perubahan atas UU No
4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat (1) tentang Pernikahan
4 1 Tahum 1974 tentang Pernikahan ini relatif rendah dan dalam pelaksanaan nya pun kerap sering ditemui tidak di patuhi sepenuhnya, padahal diharapkan dengan adanya Undang-Undang yang mengatur mengenai Pernikahan dalam pasal 7 ayat 1 yang berbunyi “Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun.”6 tentu saja untuk membatasi terjadinya pernikahan dini, dimana kedua calon yang akan melakukan perkawinan masih di bawah umur yang telah di tentukan undang-undang. Bagi seorang pemuda, usia untuk memasuki gerbang perkawinan dan kehidupan berumah tangga pada umumnya dititik beratkan pada kematangan asmani dan kedewasaan pikiran (psikis) serta kesanggupannya untuk membawa tanggung jawab sebagai suami dalam rumah tangganya, itu merupakan patokan umur bagi para pemuda kecuali ada faktor lain yang menyebabkan harus dilaksanakannya pernikahan lebih cepat, kemudian bagi seorang gadis usia perkawinan itu karena berkaitan dengan kehamilan dan kemungkinan besar setelah melangsungkan perkawinan akan terjadi kehamilan setelah itu melahirkan seorang anak.
Menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) mematok usia minimal pernikahan 21 Tahun untuk Perempuan dan 25 Tahun untuk Laki-Laki. Karena lebih mempertimbangkan kesiapan emosional, kesehatan reproduksi serta kemapanan seseorang untuk menjalin
5 suatu komitmen hubungan Pernikahan. Maka dari itu, perlu memperhitungkan kematangan jasmani dan ruhaninya yang memungkinkan dapat menjalankan tugas sebagai seorang istri dan sekaligus sebagai seorang ibu dengan sebaik-baiknya, maka jika diambil patokan yang paling bagus dan tepat bagi seorang gadis untuk menjalankan perkawinan yang sesuai dengan keadaan di Indonesia batas terendah bagi bagi seorang gadis adalah 18 tahun, karena ada umur 18 seorang wanita sudah mencapai tinggkat kematangan biologis seorang wanita.
Kemudian di dalam Al-qur’an memang tidak disebutkan secara sepesifik membahas tentang usia perkawinan hanya menetapkan dengan tanda-tanda dan isyarat, sehingga diserahkan kepada ranah fiqh dan kepada kaum muslimin untuk menentukan batas umur yang sebaiknya yang sesuai dengan syarat dan tanda-tanda yang telah ditentukan, dan disesuaikan dengan tempat di mana hukum itu akan diundangkan7. Allah memerintahkan kaum muslimin agar menikah, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 32: “Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.”
7 Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Bulan Bintang, Jakarta, 1974,
6 Maka dari itu di dalam Islam disebutkan bahwa perkawinan adalah suatu lembaga yang diperlukan dan menjadi suatu keharusan umat Muslim guna memenuhi sunnah Nabi Muhammad SAW. Di dalam Al-Qur’an juga mengutuk pembujangan atau orang yang tidak mau atau tidak ingin melaksanakan pernikahan sebagai hasil perbuatan setan, dan begitu juga Nabi Muhammad SAW. Menikah berarti memenuhi sunnah Nabi yang dianggap penting. “Pernikahan adalah sunnah (peraturan)-ku, barang siapa yang benci kepada sunnahku, maka ia bukan termasuk golongan (umat)-ku’’(HR. Bukhari Muslim).
Akan tetapi terkadang anak belum mencapai umur yang sudah di tetapkan oleh Undang-Undang sudah melangsungkan pernikahan karena alasan-alasan tertentu. Sejalan pula dengan perkembangan kehidupan manusia yang makin kompleks, muncul suatu permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, lunturnya moral value atau nilainilai akhlak yaitu pergaulan bebas di kalangan remaja dan hubungan zina menjadi hal biasa sehingga terjadi kehamilan di luar nikah. Akibatnya, orangtua menutupi aib tersebut dengan menikahkan anaknya tanpa mempertimbangkan lagi usia dan masa depan anaknya. Dampak dari pernikahan dini dengan kondisi yang fatal dan mengancam jiwa akan dialami oleh anak perempuan yang menjadi pengantin anak setiap tahun nya. Perkawinan usia anak menyebabkan kehamilan dan persalinan dini yang berhubungan dengan angka kematian yang tinggi dan
7 keadaan tidak normal bagi Ibu karena tubuh anak Perempuan belum sepenuhnya matang untuk melakukan persalinan. Anak perempuan yang berusia 10-14 Tahun memiliki resiko lima kali lebih besar untuk meninggal dalam kasus kehamilan dan persalinan daripada Perempuan yang berusia 20-24 Tahun, dan secara global kematian yang disebabkan oleh kehamilan merupakan penyebab utama kematian anak perempuan usia 15-19 Tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Permasalahan: Pertama, Kompilasi Hukum Islam (KHI) sebagai dasar pertimbangan Hakim dalam Penetapan Dispensasi Perkawinan Dini, khusunya Dispensasi Perkawinan dini akibat Hamil diluar nikah. Kedua, implikasi hukum terhadap penetapan dispensasi perkawinan usia dini akibat hamil di luar nikah pada Pengadilan Agama khususnya di Pengadilan Agama Kabupaten Malang.
Penelitian ini menggunakan metode survei lapangan dengan Teknik wawancara, observasi, dan kajian Pustaka. Metode penelitian yang digunakan adalah Yuridis Sosiologis. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan bahwa: pertama, pertimbangan hakim dalam penetapan dispensasi perkawinan dini untuk kemudian diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pertimbangan hukum dan pertimbangan keadilan dalam Masyarakat.
Pertimbangan hukum disini berarti ketika hakim menjatuhkan penetapannya harus sesuai dengan dalil-dalil dan bukti-bukti hukum yang diajukan, sedangkan pertimbangan keadilan dalam masyarakat karena kadang
8 sering dijumpai pernikahan di nilai sebagai solusi alternative bagi penyelesaian masalah sosial yang akan terjadi. Pertimbangan hakim yang lain nya adalah agar yang akan menikahi adalah Ayah biologis dari anak yang di kandung. Kedua, dispensasi perkawinan dini diperketat karena perceraian akibat perkawinan dibawah umur semakin meningkat setiap Tahun nya khususnya di Kabupaten Malang.
Dalam hal ini penulis melakukan deskripsi ringkas mengenai kajian/penelitian terlebih dahulu yang telah di lakukan di seputar masalah yang telah diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan maupun duplikasi dari kajian/penelitian tersebut. Sejauh yang penulis telusuri telah menemukan beberapa penelitian yang membahas penetapan Pengadilan Agama tentang Dispensasi Kawin antara lain:
TABEL 1
PENELITIAN TERLEBIH DAHULU
No. Nama Peneliti Materi Peneliti Hasil 1. Mulyawati
(IAIN Sunan Ampel Tahun 2003)
Studi Kasus dikabulkan dan ditolaknya Dispensasi nikah di Bawah Umur di Pengadilan Agama Sidoarjo8
Pengadilan Agama Sidoarjo menolak permohonan tersebut karena pemohon tidak dapat menunjukkan alat bukti berupa akta kelahiran
dan tidak ada kesungguhan dari pemohon terhadap permohonannya yang
8 Mulyawati, ‛Studi Kasus Dikabulkan dan Ditolaknya Dispensasi nikah di Bawah Umur di
9 dibuktikan dari tidak hadirnya pemohon dalam persidangan yang telah ditentukan. Sedangkan dikabulkannya permohonan dispensasi perkawinan karena terbuktinya alasan pemohon yang didasarkan atas keyakinan hakim dengan melihat adanya unsur kemaslahatan dan kemadaratan. Persamaan yang penulis angkat adalah sama-sama membahas mengenai Dikabulkan dan Ditolaknya Dispensasi Nikah di Bawah Umur. 2. M.Firdaus (UIN Sunan Ampel Tahun 2015) Analisis kemaslahatan Mursalah Terhadap Dispensasi nikah Bagi Wanita Hamil Diluar Nikah dalam Penetapan Pengadilan Agama Sidoarjo Nomor
234/Pdt.P/2013/PA.Sda9
membahas tentang dispensasi nikah yang diberikan
kepada wanita yang hamil di luar nikah dengan analisis kemaslahatan
mursalah. Persamaan yang penulis angkat adalah sama-sama membahas mengenai Permohonan Dispensasi Kawin. 3. Eka Noor
Hayati
Analisis Hukum Islam Penelitian tersebut berisi tentang
9 M. Firdaus, ‚Analisis Kemaslahatan Mursalah Terhadap Dispensasi nikah Bagi Wanita Hamil
Diluar Nikah dalam Penetapan Pengadilan Agama Sidoarjo Nomor 234/Pdt.P/2013/PA.Sda‛ (Skrips--UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2015).
10 (UIN Sunan
Ampel 2015)
terhadap Penetapan Pengadilan Agama Blitar No.0187/Pdt.P/2014/PA.Bl tentang Penolakan
Permohonan Dispensasi Perkawinan Wanita Hamil Diluar Nikah10
pandangan hukum Islam terhadap ditolaknya Dispensasi nikah yang mana calon Istrinya sudah hamil. Persamaan yang penulis angkat adalah sama-sama membahas mengenai Permohonan Dispensasi Kawin. 4. Barir Masna Af’idah (IAIN Sunan Ampel 2010)
Studi terhadap penetapan PengadilanAgama
Nganjuk dan Pengadilan Agama Yogyakarta tentang dispensasi nikah karena calon istri hamil di luar nikah11
membahas tentang dispensasi nikah terhadap pria dibawah umur yang akan menikah
dengan calon istri yang telah hamil diluar nikah, akan tetapi pria tersebut
belum mempunyai pekerjaan untuk memberi nafkah lahir kepada calon isterinya. Penelitian ini dilakukan di dua pengadilan dengan wilayah yudiksi yang berbeda, akan tetapi masih sama-sama di Pengadilan tingkat pertama.
Persamaan yang penulis angkat adalah sama-sama membahas mengenai Permohonan Dispensasi Kawin.
10 Eka Nor Hayati, ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Penetapan Pengadilan Agama Blitar
No.0187/Pdt.P/2014/PA.Bl tentang Penolakan Permohonan Dispensasi Perkawinan Wanita Hamil Diluar Nikah‛ (Skripsi--UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2015)
11 Barir Masna Af’idah , ‚Studi terhadap penetapan Pengadilan Agama Nganjuk dan Pengadilan
Agama Yogyakarta tentang dispensasi nikah karena calon istri hamil di luar nikah‛ (Skripsi— IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010).
11 Dalam hal ini terdapat berbedaan dan persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Adapun persamaan yang penulis ambil dari rangkuman penelitian dahulu adalah sama-sama membahas mengenai perihal Dispensasi Kawin. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan kepada pertimbangan Hakim dalam Memberikan Penetapan Setelah berlakunya UU No. 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan mengenai permohonan Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama (studi kasus di Pengadilan Agama Kabupaten Malang).
B. Rumusan Masalah
Berikut berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang menjadi faktor penyebab meningkatnya Permohonan Dispensasi Kawin di Pegadilan Agama Kabupaten Malang ? 2. Bagaimana dasar yang menjadi pertimbangan Hakim dalam
mengambil penetapan untuk mengabulkan dan menolak Penetapan Permohonan Dispensasi Kawin setelah berlakunya UU N0.16 Tahun 2019 Tentanng pernikahan di Pengadilan Agama Kabupaten Malang ?
12
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka terdapat beberapa tujuan yang melandasi penulisan ini, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor penyebab meningkatnya Permohonan Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama Kabupaten Malang.
2. Untuk mengetahui Bagaimana dasar yang menjadi pertimbangan Hakim dalam mengambil penetapan untuk mengabulkan dan menolak Penetapan Permohonan Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama Kabupaten Malang.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian yang dapat di petik dari penulisan ini, Yaitu penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk lulus S1 dan mendapat gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang. Dapat bermanfaat bagi Pengadilan Agama Kabupaten Malang yang mana peneliti melakukan penelitian disana mengenai Dispensasi Kawin. Dapat bermanfaat bagi kalangan akademis pada khususnya dalam ilmu acara perdata di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang dan dapat bermanfaat pula bagi masyarakat pada umumnya untuk memberikan pengetahuan bagi masyarakat pada umumnya untuk memberikan pengetahuan bagi penulis
13 mengenai kewenangan Hakim Pengadilan Agama Kabupaten Malang dalam memutuskan Putusan Dispensasi Kawin.
E. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan Yuridis Sosiologis. Pendekatan Yuridis Sosiologis adalah Mengidentifikasi dan mengkonsepsikan hukum sebagai institusi social yang riil yang fungsional dalam kehidupan yang nyata.12 Pendekatan Yuridis Sosiologis adalah menekankan penelitian yang bertujuan memperoleh pengetahuan hukum secara empiris dengan cara terjun langsung ke obyeknya yaitu melihat penegakan hukum dan pertimbangan Putusan Hakim yang terjadi di Pengadilan Agama Kab Malang. Serta melakukan wawancara dan pengumpulan data dengan bersumber dari pendapat ahli.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian adalah di Pengadilan Agama Kabupaten Malang. Adapun alasan pemilihan lokasi dikarenakan tingkat pernikahan dini di kawasan hukum Pengadilan Agama Kabupaten Malang selalu meningkat
12 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:Penerbit Indonesia Press,1986) Hal.
14 setiap tahun nya. Berdasarkan data yang di peroleh, pada tahun 2016 pemohon Dispensasi kawin yang telah di putus sebanyak 384 permohonan. Pada tahun 2017 Permohonan dispensasi kawin yang di putus adalah sebanyak 388 permohonan. Pada tahun 2018 Permohonan dispensasi kawin yang di putus adalah sebanyak 398 permohonan. Pada Tahun 2019 setelah berlakunya UU No. 16 Tahun 2019 maka dispensasi kawin yang di kabulkan sebanyak 917 Permohonan. Selain itu karena Permohonan Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama Kabupaten Malang sangat beragam serta banyak.
3. Sumber Data
a) Data Primer
1) Wawancara terhadap Majelis Hakim yang memutuskan mengabulkan maupun menolak Permohonan Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama Kabuaten Malang wawancara kepada beberapa masyarakat mengenai pandangan Pernikahan Dini di Kabupaten Malang.
2) Dokumen-dokumen yang berupa Penetapan-Penetapan b) Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan penelitian, hasil penelitian dalam bentuk jurnal, tesis dan peraturan perundang-undangan terkait.
15 Adapun data sekunder ini menurut Gregory Churchill dalam bukunya Soerjono Soekanto dapat dibagi menjadi13 :
1. Bahan hukum primer, yang terdiri dari peraturan perundang-undangan terkait dengan objek penelitian.
2. Bahan hukum sekunder, yang terdiri dari buku-buku dan tulisan-tulisan yang terkait dengan objek penelitian.
3. Bahan hukum tersier, yang terdiri dari kamus ensikopedia, majalah-majalah dan studi website atau penelusuran internet yang terkait dengan objek penelitian.
4. Metode Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Wawancara atau interview yaitu suatu cara untuk mendapatkan dan mengumpulkan data melalui tanya jawab langsung pada Majelis Hakim yang mengabulkan maupun menolak permohonan Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama Kabupaten Malang.
b. Dokumentasi yaitu berupa pengumpulan data-data yang dimiliki oleh Pejebat Pengadilan Agama Kabupaten Malang berupa Putusan Pengadilan Agama Kab. Malang mengenai Dispensasi Kawin yang
16 berkenaan dengan proses penelitian dan penelusuran perundang-undangan.
c. Studi Pustaka yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan pada subyek penelitian, dalam hal-hal data diperoleh dari literature-literatur dan majalah-majalah. Penelusuran Perpustakaan Digital yaitu dalam penelitian ini penulis menelusuri bahan-bahan, literature yang menunjang dari internet.
5. Teknik Analisis Data.
Setelah data yang diperoleh dengam baik primer maupun sekunder selanjutnya dilakukan analisis secara dengan menggunakan metode secara deskriptif yaitu menjelaskan, menguraikan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya dengan penelitian ini dan menilai pertimbangan hakim mengabulkan atau menolak Putusan Dispensasi Kawin.
F. Rencana Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini, penulis membagi pembahasan ke dalam empat bab, dimana setiap bab dibagi atas beberapa sub-bab, sistematika penulisannya secara singkat adalah sebagai berikut :
17
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis berusaha memberikan gambaran awal tentang penelitian yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan yang digunakan untuk memberikan pemahaman terhadap isi penelitian ini secara garis besar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisikan mengenai tinjauan pustaka yang meliputi deskripsi dan uaraian mengenai bahan-bahan teori, doktrin atau pendapat sarjana, dan kajian yuridis berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, terkait dengan permasalahan yang akan dijadikan penulisan hukum.
BAB III PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan tentang permasalahan yang diteliti serta pemaparan hasil penelitian terhadap bahan hukum yang berkaitan dengan permasalahan berdasarkan pada teori dan kajian pustaka.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab ini dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan, serta saran-saran dengan harapan dapat menjadi masukan sebagai rekomendasi terhadap pihak-pihak yang berkaitan.