• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TERJADINYA KECELAKAAN KAPAL DI LAUT AKIBAT HUMAN ERROR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN TERJADINYA KECELAKAAN KAPAL DI LAUT AKIBAT HUMAN ERROR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TERJADINYA KECELAKAAN KAPAL

DI LAUT AKIBAT HUMAN ERROR

Ayudhia P. Gusti1, Muhammad B. Zaman2, Semin2

1Program Doktoral Teknologi Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

2Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

ayudhia.pg@gmail.com

Abstrak: Analisa terhadap keterlibatan manusia selalu menjadi perhatian utama para pakar keselamatan dan analis penilaian risiko. Studi mengenai kontribusi faktor manusia (human factor) pada terjadinya sebuah kecelakaan kapal telah menjadi isu penting di industri transportasi maritim. Tidak sedikit yang menjadi korban pada suatu kecelakaan kapal. Untuk itu menekan jumlah angka korban jiwa maupun luka-luka akibat kecelakaan kapal yang terjadi menjadi penting. Dibutuhkan evaluasi penanganan evakuasi terhadap penumpang maupun awak kapal saat terjadi kecelakaan kapal. Dengan menekan waktu evakuasi seminimal mungkin maka akan sangat dimungkinkan untuk meminimalisasi jumlah korban jiwa maupun luka-luka jika kapal mengalami kecelakaan. Pada paper ini akan dilakukan analisa evakuasi penumpang dan ABK Kapal dalam kondisi kebakaran sesuai dengan studi kasus untuk meminimalkan jumlah korban saat kebakaran yang sudah terjadi. Studi kasus disajikan sebagai contoh kasus dari pengaruh human error terhadap terjadinya sebuah kecelakaan. Studi kasus dilakukan menggunakan kapal penumpang. Kata kunci: human error, kecelakaan kapal, keselamatan navigasi.

Abstract: Analysis of human involvement has always been the primary concern of safety experts and risk assessment analysts. The study of the contribution of human factors to the occurrence of a ship accident has been an important issue in the maritime transport industry. Not a few casualties in a ship accident. It is important to reduce the number of casualties and injuries caused by ship accidents. Evaluation of evacuation handling of passengers and crew in case of ship accident is required. By minimizing evacuation time to a minimum it will be possible to minimize the number of casualties and injuries if the ship has an accident. In this paper will be analyzed ship evacuation of passengers and crew members under fire conditions in accordance with case studies to minimize the number of casualities when the fire happened. Case studies are presented as examples of cases of human error affecting the occurrence of an accident. Case studies were conducted using passenger ships.

Key words: Human error, navigation safety, ship accident.

PENDAHULUAN

Industri jasa angkutan laut dengan menggunakan kapal merupakan jasa angkutan yang berperan dalam jasa pengangkutan barang dan penumpang. Salah satu masalah paling mendasar di industri maritim adalah mengenai keamanan di laut. Hal tersebut bersangkutan dengan kehidupan manusia, kecelakaan, dan pencemaran lingkungan (Akyuz, 2017). Prediksi mengenai keterlibatan human error telah menjadi isu penting dalam industri transportasi laut (Akyuz & Celik, 2016). Konsekuensi akibat human error dapat berpotensi membahayakan kehidupan manusia, lingkungan laut dan komoditas on-board ship. Oleh sebab itu, tingkat kinerja

(2)

mengenai keterlibatan human error terhadap kecekaan kapal diantaranya adalah Celik et al pada tahun 2010 melakukan penelitian mengenai pendekatan dengan pemodelan berbasis risiko untuk meningkatkan investigasi kecelakaan kapal (Celik, et al., 2010), Pasquale et al pada tahun 2015 membuat sebuah simulator untuk menganalisis probabilitas human error pada sebuah kecelakaan atau disebut SHERPA (Di Pasquale, et al., 2015), Mokhtari dan Didani pada tahun 2013 melakukan survei mengenai peran manusia pada terjadinya insiden dalam dunia maritim (Mokhtari & Didani, 2013), Sun et al pada tahun 2012 melakukan penelitian mengenai memperkirakan probabilitas human error menggunakan CREAM yang telah dimodifikasi (Sun, et al., 2012), dan masih banyak penelitian yang lainnya.

Isu keselamatan pada kapal beberapa tahun terakhir menjadi fokus tersendiri di Indonesia karena banyaknya jumlah kecelakaan tiap tahunnya. Data dari kasus yang telah ditangani KNKT menunjukkan bahwa pada tahun 2010 hingga 2016 terdapat berbagai macam jenis kecelakaan yang disebabkan oleh beberapa penyebab seperti yang disajikan Tabel 1.

Tabel 1. Data Dari Kasus yang Telah Ditangani KNKT Tahun 2007 Hingga 2013

Tahun Jumlah Kecelakaan

Jumlah kecelakaan kapal Korban Rekomendasi Tenggelam Terbakar/

Meledak Tubrukan Kandas Jiwa Luka-luka 2010 5 1 1 3 0 15 85 45 2011 6 1 3 2 0 86 346 82 2012 4 0 2 2 0 13 10 28 2013 6 2 2 2 0 65 9 47 2014 7 2 3 2 0 22 4 25 2015 11 3 4 3 1 85 2 11 2016 15 4 4 3 2 51 18 35 Total 54 13 19 17 3 337 474 273 Sumber: (KNKT, 2016)

Tabel 1 menunjukkan data jumlah kecelakaan pada setiap jenis kecelakaan yang terjadi di Indonesia sejak tahun 20010-2016 dengan jumlah korban baik korban jiwa maupun luka-luka yang cenderung meningkat setiap tahunnya (KNKT, 2016). Jumlah kecelakaan pada tahun 2010 hingga 2016 relatif konstan dan tidak ada penurunan yang signifikan. Untuk itu penurunan jumlah kecelakaan harus dikurangi atau jumlah korban dapat dikurangi seminimal mungkin.

Diketahui dari laporan analisis data kecelakaan dan investigasi transportasi laut KNKT terdapat dua faktor utama penyebab kecelakaan kapal di Indonesia yaitu faktor teknis dan faktor

human error. Faktor cuaca mempunyai persentase yang sangat sedikit bahkan hampir tidak ada

kecelakaan yang terjadi akibat faktor cuaca yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan secara langsung mengingat perairan Indonesia relatif tenang dan ombak laut yang relatif tidak terlalu tinggi sehingga dapat diatasi oleh kapal tersebut.

Sangat penting untuk menekan jumlah angka korban jiwa maupun luka-luka akibat kecelakaan kapal yang terjadi. Oleh karena itu maka dibutuhkan evaluasi penanganan evakuasi terhadap penumpang maupun awak kapal saat terjadi kecelakaan kapal atau sesuatu yang tidak diinginkan. Dengan menekan waktu evakuasi seminimal mungkin maka akan sangat dimungkinkan berkurangnya jumlah korban jiwa maupun luka-luka apabila kapal mengalami kecelakaan.

KM Mutiara Sentosa I terbakar pada Jumat 22 Mei 2017 sekitar pukul 18:00 WIB. Kebakaran terjadi saat kapal berada pada posisi 05.33.01 S/ 114.34.25 E atau 17 mil dari Pulau Masalembu. Kapal penumpang milik PT Atosim Lampung Pelayaran tersebut bertolak dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya pada Kamis 18 Mei pukul 23.41 WIB dengan tujuan Balikpapan.

(3)

Total waktu untuk mengevakuasi adalah, peristiwa terjadi sekitar pukul 19:00 WIB, sekitar pukul 02:00-04:00 WIB para korban telah bisa dinaikkan ke KM Meratus dengan bantuan para nelayan. Terdapat sejumlah kendala yang dialami selama proses evakuasi.

Diduga kebakaran berasal dari sebuah truk yang tiba-tiba mengeluarkan asap dan api. Api dalam waktu seketika menjalar ke tempat lain. Meski telah berupaya dipadamkan, kobaran api semakin besar.

Kapal tersebut mengangkut 79 unit kendaraan bermotor, yakni truk besar 47 unit, truk sedang 10 unit, mobil kecil 21 unit, dan 2 unit sepeda motor. Sementara jumlah penumpangnya sebanyak 132 orang dewasa dan dua anak-anak serta membawa 44 anak buah kapal (ABK).

Data terakhir menunjukkan total jumlah penumpang kapal Mutiara Sentosa 1 yang berhasil dievakuasi nelayan sebanyak 91 orang. Tiga diantaranya masih dirawat intensif karena sesak nafas akibat terlalu banyak minum air laut, dua orang. Dan satu lagi mengalami cedera paha karena terbentur badan kapal saat menyelamatkan diri. Lima orang meninggal dunia dan sisanya masih belum ditemukan. Waktu evakuasi yang diperlukan cukup lama, yaitu hampir dalam waktu 2 jam.

Untuk itu, pada paper ini akan dianalisa mengenai waktu evaluasi kapal. Jika waktu evaluasi dapat diminimalisasi, kemungkinan korban kecelakaan juga dapat diminimalisir.

METODE PENELITIAN

Pada makalah ini akan dilakukan analisa evakuasi penumpang dan ABK Kapal dalam kondisi kebakaran sesuai dengan studi kasus untuk meminimalkan jumlah korban saat kebakaran sudah terjadi. Metode yang dilakukan yakni dengan menggunakan Agent Based

Model Simulation (ABMS). Adapun data kapal yang digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Nama Kapal : KM Mutiara Sentosa I

IMO Number : 8718471

Klasifikasi : KI Passenger Ship

Gross Tonnage : 12.365

Panjang Keseluruhan (LOA) : 134.6 meter

Lebar : 21 meter

Sarat maksimum : 5, 5 meter

Kapasitas Maksimum Penumpang :

Kelas 1 : 70 orang

Kelas 1 B : 20 orang

Kelas Wisata : 410 orang

Jumlah : 500 orang

Anak Buah Kapal : 100 orang

Total : 600 orang

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pembuatan Model Simulasi Kebakaran

Langkah pertama pembuatan model simulasi kebakaran adalah menggambar rencana umum pada setiap dek kapal menggunakan Software Autocad dengan dimensi kapal yang sebenarnya dan hanya dengan ruangan yang dapat ditempati oleh penumpang atau ABK. Penggambaran ruangan juga berdasarkan dari material pada setiap ruangan. Gambar 1 menunjukkan pemodelan pada kapal KM. Mutiara Sentosa I sesuai dengan jenis material pada

(4)

Gambar 1. Model yang Telah disesuaikan dengan Jenis Material pada Kapal KM. Mutiara

Sentosa I

2. Hasil Pemodelan Simulasi Kebakaran

Untuk mendapatkan hasil seperti pada Gambar 2 memerlukan waktu sekitar 18 jam tanpa berhenti. Gambar 2 merupakan hasil dari proses simulasi kebakaran yaitu penyebaran asap yang berasal dari dek 4 yang dapat menyebar ke seluruh dek dan dek yang lainnya dalam bentuk animasi grafis. Penyebaran asap tersebut dapat dianalisa pergerakannya dengan device dan slice. Dari animasi grafis dapat diperoleh berupa sebaran asap maupun api yang nantinya akan dianalisa kembali untuk mendapatkan luaran waktu total evakuasi pada kasus kebakaran.

Gambar 2. Hasil Simulasi Pemodelan Kebakaran Kapal KM. Mutiara Sentosa I 3. Penurunan Kecepatan Berjalan

Pada paper ini permasalahan pengaruh asap terhadap perilaku penumpang akibat visibilitas diabaikan karena pada pemodelan evakuasi tidak dapat menginput visibilitas pengelihatan. Menurut Jin (1997) faktor yang mempengaruhi proses evakuasi adalah kepadatan asap dan iritasi mempengaruhi kecepatan berjalan (Jin, 1997). Pada simulasi ini jenis asap yang dipilih adalah asap yang menyebabkan iritan, tujuannya adalah hal tersebut merupakan kemungkinan terburuk dari simulasi kebakaran yang dimodelkan.

Konversi kecepatan ditentukan dengan menentukan tingkat visibilitas yang berbeda. Tingkat visibilitas pada setiap tempat akan berbeda, oleh karena itu diambil nilai secara umum terhadap nilai visibilitas yang diambil untuk mewakili seluruh ruangan kapal, yaitu sejauh 18 m. Tabel 2 menunjukkan hasil proses simulasi traveling time pada kasus kebakaran KM. Mutiara Sentosa I. Pada permodelan evakuasi ini, tangga-tangga yang tidak digunakan dalam proses evakuasi selama kasus kebakaran akan dihilangkan agar simulasi sesuai dengan asumsi yang digunakan yaitu tangga yang dianggap tidak memungkinkan untuk diakses tidak akan digunakan.

(5)

Tabel 2. Hasil Proses Simulasi Traveling Time Pada Kasus Kebakaran KM. Mutiara Sentosa I

Populasi Penumpang Kecepatan Berjalan pada Pemodelan Kebakaran

Minimal Maksimal

Pria usia < 30 tahun 0,4 1,1

Pria usia 30 – 50 tahun 0,5 1,05

Pria usia > 50 tahun 0,3 1,04

Wanita usia < 30 tahun 0,3 0,9

Wanita usia 30 – 50 tahun 0,4 0,95

Wanita usia > 50 tahun 0,3 0,85

Populasi ABK Kecepatan Berjalan pada Pemodelan Kebakaran

Minimal Maksimal

Pria 0,65 0,95

4. Perhitungan Evaluasi Evakuasi Kasus Kebakaran

Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi hasil dari simulasi pemodelan evakuasi. Pemodelan ini dilakukan sama dengan permodelan simulasi lainnya yaitu pada kasus siang dan malam. Gambar 3 menunjukkan penggabungan hasil dari simulasi pemodelan untuk kasus kebakaran dan simulasi pemodelan evakuasi sehingga dapat terlihat area yang terdampak oleh kebakaran dan dapat di analisa lebih lanjut. Dari pemodelan tersebut didapatkan hasil pada simulasi travelling time sesuai dengan Tabel 3. Tabel tersebut menunjukka hasil dari pemodelan simulasi evakuasi yang menghasilkan traveling time yang selanjutnya akan diolah kembali untuk mendapatkan waktu total evakuasi pada kasus kebakaran Kapal KM. Mutiara Sentosa I.

Gambar 3. Hasil pemodelan evakuasi untuk kasus kebakaran Kapal KM. Mutiara Sentosa I Tabel 3. Hasil Proses Simulasi Traveling Time Pada Kasus Kebakaran Kapal KM. Mutiara

Sentosa I

Pemodelan Kasus Waktu Travelling Time

(menit)

Kebakaran Siang 31,5

Malam 37,1

IMO MSC.1 Circ/1238 memberikan persamaan (1) untuk melakukan perhitungan waktu total proses sehingga masing-masing kasus kebakaran diatas dapat dicari waktu total evakuasinya.

1,25 T + 2/3 (E+L) ≤ n (E+L) ≤ 30 Menit

(6)

Tabel 4 menunjukkan hasil akhir dari waktu total evakuasi yang dibutuhkan pada pemodelan kebakaran untuk kapal KM. Mutiara Sentosa I. Perbedaan yang dihasilkan pada saat pengaruh waktu dimasukkan ke dalam skenario dapat membuktikan bahwa pada kondisi malam membutuhkan waktu yang relatif lebih besar dibanding waktu yang dibutuhkan pada kondisi siang.

Tabel 4. Hasil Perhitungan Evacuation Time Pada Kasus Kebakaran

Pemodelan Kasus Waktu Waktu Evakuasi

(menit)

Kebakaran Siang 53

Malam 65

KESIMPULAN

Studi mengenai kontribusi faktor manusia (human factor) pada terjadinya sebuah kecelakaan kapal telah menjadi isu penting di industri transportasi maritim. Tidak sedikit yang menjadi korban pada suatu kecelakaan kapal. Untuk itu menekan jumlah angka korban jiwa maupun luka-luka akibat kecelakaan kapal yang terjadi menjadi penting. Dibutuhkan evaluasi penanganan evakuasi terhadap penumpang maupun awak kapal saat terjadi kecelakaan kapal. Dengan menekan waktu evakuasi seminimal mungkin maka akan sangat dimungkinkan untuk meminimalisasi jumlah korban jiwa maupun luka-luka jika kapal mengalami kecelakaan. Metode yang dilakukan yakni dengan menggunakan Agent Based Model Simulation (ABMS). Hasil pemodelan menunjukkan terjadinya perbedaan yang dihasilkan pada saat pengaruh waktu dimasukkan ke dalam skenario dapat membuktikan bahwa pada kondisi malam membutuhkan waktu yang relatif lebih besar dibanding waktu yang dibutuhkan pada kondisi siang. Pada waktu siang hari dibutuhkan waktu selama kurang lebih 56 menit untuk proses evakuasi sedangkan pada waktu malam hari dibutuhkan waktu kurang lebih 66 menit untuk proses evakuasi penumpang.

DAFTAR PUSTAKA

Akyuz, E., 2017. A marine accident analysing model to evaluate potential operational

causes in cargo ships. Safety Science, Volume 92, p. 17–25.

Akyuz, E. & Celik, M., 2016. A hybrid human error probability determination

approach: The case of cargo loading operation in oil/chemical tanker ship. Journal

of Loss Prevention in the Process Industries, Volume 43, pp. 424-431.

Celik, M., Lavasani, S. M. & Wang, J., 2010. A risk-based modelling approach to

enhance shipping accident investigation. Safety Science, Volume 48, p. 18–27.

Di Pasquale, V., Miranda, S., Iannone, R. & Riemma, S., 2015. A Simulator for Human

Error Probability Analysis (SHERPA). Reliability Engineering and System Safety,

Volume 139, p. 17–32.

Jin, T., 1997. Studies on Human Behavior and Tenability. Japan, Fire Safety Science -

Proceedings of the Fifth International Symposium.

KNKT, 2016. DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN TAHUN 2010 – 2016

, Jakarta: Media Release KNKT.

Mokhtari, A. & Didani, H. K., 2013. An Empirical Survey on the Role of Human Error

in Marine Incidents. International Journal on Marine Navigation and Safety of

(7)

Sun, Z., Li, Z., Gong, E. & Xie, H., 2012. Estimating Human Error Probability using a

modified CREAM. Reliability Engineering andSystem Safety, Volume 100, p. 28–

32.

Gambar

Gambar 1. Model yang Telah disesuaikan dengan Jenis Material pada Kapal KM. Mutiara  Sentosa I
Tabel 2. Hasil Proses Simulasi Traveling Time Pada Kasus Kebakaran KM. Mutiara Sentosa I  Populasi Penumpang  Kecepatan Berjalan pada Pemodelan Kebakaran

Referensi

Dokumen terkait

Multidimensional Scaling (MDS) merupakan salah satu metode analisis multivariat yang berhubungan dengan penempatan beberapa objek (produk, merk, atau perusahaan) pada suatu

Alasan peneliti memilih judul “Pengaruh Brand Communication dan Service Quality terhadap Brand Loyalty melalui Brand Trust pada Bank Mandiri KCP Sidoarjo

Debt to equity ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur subsektor otomotif dan komponen yang terdaftar di

Karena view ini yang nantinya akan bisa bisa digunakan untuk menampilkan dari layout aplikasi website yang akan

Gambar 1.. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengambil judul “Pengembangan Media Mobile-Learning pada Mata kuliah Geometri Datar di Perguruan Tinggi”. Dari

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi komunikasi Rumah Sakit Aisyiyah dalam sosialisasi program keluarga berencana dan edukasi pemilihan alat kontrasepsi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel moderating yang

Dengan adanya konsep tauhid ini, antara etika dan ekonomi maupun bisnis tidak ada suatu kesenjangan, namun itu semua merupakan satu kesatuan yang harus disertakan dalam