• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISU TERKINI MANAJEMEN KESEHATAN METODE MCUA DAN DIAGRAM HOW- HOW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISU TERKINI MANAJEMEN KESEHATAN METODE MCUA DAN DIAGRAM HOW- HOW"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ISU TERKINI MANAJEMEN KESEHATAN

METODE MCUA DAN DIAGRAM HOW- HOW

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Alifia Ardyara 25010113130261

Jihan Annisa 25010113140262

Yustina Hartiana Limasale 25010113140263

Tiara Tidy 25010113140264

Distia Hayyudini 25010113140265

Cristin Oktaviana G.Y.A 25010113140266

Soraya Hidayati 25010113130267

Faraskia Kenan Diornari 25010113140268

Atikah 25010113140269

Febri Iswanto 25010113140313

Ahmad Sa'roni 25010115183025

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(2)

RESUME METODE MCUA (MULTI CRITERIA UTILITY ASSESMENT)

Metode MCUA merupakan suatu teknik atau suatu cara yang digunakan untuk membantu tim dalam mengambil keputusan atas beberapa pilihan atau alternatif. Alternatif dapat berupa masalah pada langkah penetuan prioritas masalah, atau pemecahan masalah pada langkah penetapan prioritas pemecahan masalah.

Untuk menyaring alternatif masalah yang sesuai dengan kebutuhan dibutuhkan suatu batasan atau kriteria. Penggunaan metode MCUA dalam penentuan prioriotas masalah dilaksanakan apabila pihak perencana belum terlalu siap dalam penyediaan sumber daya, serta pelaksana program atau kegiatan menginginkan masalah yang diselesaikan adalah masalah yang ada dimasyarakat.

Tata cara penggunaan Matriks MCUA dalam penentuan prioritas masalah, dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :

a. Menetapkan kriteria

Yang dimaksud dengan kriteria adalah sesuatu hal yang dianggap sebagai akibat atau pengaruh yang sangat signifikan dan spesifik dari suatu masalah terhadap subjek (masyarakat) sehingga dapat membedakan masalah. Kriteria yang digunakan antara lain kegawatan masalah, Besarnya masalah, Trend (kecenderungan).

b. Melakukan pembobotan kriteria

Merupakan pemberian kisaran bobot (nilai) terhadap masing – masing yang ada. Kriteria ditentukan berdasarkan kesepakatan tim. Misalnya kisaran pembobotan 1-10, artinya bobot yang terendah 1 yang tertinggi 10. Atau nilai (bobot) yang disepakati adalah untuk kegawatan masalah diberi bobot 4, gawat diberi skor 3, cukup gawat diberi skor 2, kurang atau tidak gawat 1.

Kita berikan empat range atau rentang nilai dengan tujuan agar tidak terjadi kecenderungan pemilihan angka yang berada di tengah, misalnya kalau rangenya 1 sampai 3, orang cenderung memlih angka 2 dibanding angka 1 atau angka 3.

(3)

c. Memberikan skor masing–masing kriteria terhadap masing–masing masalah Artinya estimasi berapa besarnya pengaruh masalah terhadap masing – masing kriteria. Dalam pemberian skor setiap anggota tim memberikan skor secara subjektif dan selanjutnya jumlah semua skor dibagi banyaknya jumlah anggota dalam kelompok.

Jika pengaruh kriteria besar maka skornya juga diberikan besar, dan jika kriteria kecil maka diberi skor kecil, misalnya kisaran angka pemberian skor 10, 7, 1-5 dan lain-lain. Hasil skor yang telah dibagi dengan jumlah anggota tiap bagian.

d. Mengalikan nilai skor dengan bobot

Masing–masing masalah yang dikalikan dengan bobot untuk tiap–tiap kriteria kemudian dijumlahkan dengan hasil perkalian tersebut. Masalah dengan jumlah perkalian tertinggi akan dipilih menjadi prioritas masalah yang akan dipecahkan.

Penggunaan metode Multiple Criteria Utility Assessment (MCUA) adalah berupa sebuah tabel yang berisi (pada baris atau horizontal) berisi kriteria dan jumlah total untuk memprioritaskan masalah. Sedangkan kolom atau vertikal berisi nilai, bobot, jenis penyakit serta kolom dikalikan bobot. Keputusan mendapatkan prioritas utama permasalahan.

Kriteria yang digunakan dalam memilih prioritas masalah kesehatan yang ada meliputi:

1. Kegawatan (semakin gawat suatu masalah kesehatan maka nilai bobotnya semakin tinggi).

2. Besar/ jumlah (semakin banyak yang menderita akibat karena suatu masalah kesehatan maka nilai bobotnya semakin tinggi).

3. Tren (semakin sering suatu masalah kesehatan muncul, nilai bobotnya semakin tinggi).

(4)

Penentuan bobot masing-masing kriteria MCUA

Basic Priority Rating, MCUA dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat tabel MCUA yang terdiri dari kolom nomor, kolom kriteria, kolom bobot, dan kolom masalah

b. Kriteria dan bobot diletakkan pada baris, masalah diletakkan pada kolom

c. Kriteria diberi bobot sesuai seberapa pentingnya kriteria tersebut dibanding kriteria yang lain

d. Tiap masalah diberi nilai dibanding dengan masalah lain terhadap kriteria yang sama

e. Nilai setiap masalah merupakan hasil konsensus semua anggota tim f. Nilai dikalikan dengan bobot kriteria adalah skor

g. Jumlah skor terbanyak merupakan masalah yang diprioritaskan

h. Kriteria ditentukan berdasarkan beberapa faktor, antara lain banyaknya orang yang dirugikan, tidak dipenuhinya harapan pelanggan, kemampuan mengatasi masalah, dan faktor politis.

Contoh pengisian tabel MCUA.

No Kriteria Bobo t

Masalah 1 Masalah 2 Masalah 3 Nilai NB Nilai NB Nilai NB 1 Banyaknya orang yang dirugikan 4 6 24 10 40 8 32 2 Tidak dipenuhinya harapan pelanggan 3 8 24 10 30 6 18 3 Kemampuan mengatasi masalah 5 9 45 8 40 10 50 4 Faktor politis 2 6 12 10 20 8 16 Total 105 130 118

(5)

Dalam menentukan prioritas masalah dengan menggunakan MCUA disyaratkan perbedaan skor antara masalah >10 % dan penilaian di atas sudah memenuhi syarat tersebut, sehingga ditetapkanlah masalah 2. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011)

MCUA dapat digunakan untuk menentukan penyebab masalah terpilih. Penggunaan matriks MCUA misalnya kelompok pemecah masalah menemukan situasi yang penyebab masalahnya belum jelas, sedangkan pengumpulan data yang lebih baik tidak mungkin dilakukan. Jika demikian, kelompok harus memilih alternatif ketiga yaitu matriks MCUA untuk menentukan penyebab masalahnya.

Misalnya penggunaan antibiotikan yang boros sementara kemungkinan penyebabnya yang ditemukan oleh kelompok pemecah masalah adalah pembinaan atasan lemah, petugas puskesmas tidak mematuhi standar layanan kesehatan, pasien tidak mengerti bahaya penggunaan antibiotika, petugas puskesmas tidak mengetahui indikasi atau kontradiksi penggunaan antibiotika, dan tidak dibuatnya laporan penggunaan obat puskesmas secara akurat dan tepat waktu.

Kriteri a Bob ot Penyebab Masalah Pembinaa n Atasan Kurang Kepatuha n thd Standar Yankes Kurang Pasien tidak tahu bahaya antibiotik a Petugas tidak tahu indikasi kontradik si antibiotik a Laporan pengguna an obat tidak dibuat S SB S SB S SB S SB S SB Risiko thd pasien 10 7 70 10 10 0 8 80 9 90 5 50 Risiko thd KesMa s 8 9 72 5 40 7 56 6 48 7 56 Risiko 7 8 56 3 21 2 14 3 21 10 70

(6)

thd layana n obat Jumla h SB 19 6 16 1 15 0 15 9 176

Maka ditetapkanlah faktor penyebabnya yaitu “Pembinaan Atasan Kurang”. (Imbalo S Pohan, 2007)

Jadi menurut kami, metode MCUA secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam pemecahan masalahm setelah masalah diidentifikasi barulah menetapkan prioritas masalah. Masalah dengan prioritas tinggi akan mendapat alokasi sumber daya tinggi. Salah satu metode memprioritaskan masalah dengan metode MCUA. Dimana MCUA tersebut adalah suatu metode yang memperhitungkan bobot dan skor. Bobot untuk menilai kriteria dan skor untuk menilai masalah. Kriteria yang digunakan adalah kriteria dampak (tingkat kepentingan, tingkat keparahan, akibat terhadap pasien, akibat terhadap masyarakat). Besar nilai bobot 1-5, sedangkan besar nilai skor 1-10. Nilai bobot dikalikan dengan skor tiap masalah, kemudian dijumlah kebawah. Nilai paling besarlah yang mendapat prioritas utama.

RESUME DIAGRAM HOW- HOW

Diagram How-How merupakan suatu alat untuk perencanaan, yang mana penggunaannya digunakan untuk menemukan alternatif solusi dari sebuah masalah. Diagram How-How membantu kita mengidentifikasi cara-cara untuk mencapai suatu tujuan atau memecahkan masalah. Diagram how-how, bekerja dengan berulang kali mengajukan pertanyaan yang sama dari sebuah masalah. Hal ini memungkinkan pemeriksaan ulang dari bagian analisis, sehingga kita dapat mengubah, menghapus atau menambahkan alternatif solusi setiap saat. Hal ini juga memungkinkan kita untuk tidak mengikuti beberapa jalur, menggali hanya ke daerah yang paling mungkin.

(7)

1. Identifikasi masalah atau tujuan (origininal problem/goals) dengan jelas dan ditulis dalam sebuah kotak di sisi kiri dari grafik.

2. Menentukan penyebab (sub component) dengan menuliskannya pada "cabang" di sebelah kanan kotak.

3. Lanjutkan untuk memperjelas penyebab (sub-sub component), menggambar cabang tambahan ke kanan.

4. Ulangi proses ini sampai masing-masing cabang mencapai akhir logis. 5. Ketika telah menyelesaikan analisis, kemudian prioritaskan/pilih solusi kunci.

Struktur Diagram How-how (diagram pohon)

Contoh : Konsumsi Energy Tinggi

Sebagai contoh kita ingin mengidentifikasi cara untuk mengurangi jumlah energy yang digunakan

(8)

Tips :

- Hal ini mirip dengan 5 why, tetapi pertanyaan berbeda (adaptasi dari analisis akar penyebab)

- Berguna saat membuat atau menjelajahi sebuah plan of action

- Membantu memecahkan solusi menjadi elemen-elemen yang lebih eksplisit - Menunjukkan berbagai solusi yang mungkin semua di satu tempat

CONTOH PENYELESAIAN KASUS DENGAN METODE MCUA DAN HOW-HOW DIAGRAM

Alternatif Penyelesaian Masalah Kesehatan Ibu dan Anak dengan Metode MCUA

Contoh kasus kelompok 3 berkaitan dengan masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) yang terdapat di puskesmas Sayung 1 di Desa Sidogemah Kecamatan Sayung Kabupaten Demak tahun 2011. Akar faktor dalam masalah KIA yaitu dalam memprioritaskan masalah. Masalah yang sering dihadapi penduduk yaitu:

a. Gizi kurang b. Anemia c. KEK

Berdasarakan metode MCUA tahap tahap dalam menggunakan metode MCUA yaitu:

1. Menetapkan kriteria

1. Kegawatan masalah 2. Besarnya masalah 3. Tren

2. Melakukan pembobotan kriteria Nilai bobot yang disepakati yaitu:

1. Kurang/tidak gawat 2. Cukup gawat 3. Gawat

(9)

3. Memberikan skor masing masing kriteria terhadap masing masing masalah

4. Mengalikan nilai skor dengan bobot

Masing masing kriteria memilki range nilai antara 1-4 untuk bobot

Kesimpulan:

Berdasarkan pemberian nilai (bobot) pada masing-masing masalah yang merupakan prioritas masalah yaitu:

1. Gizi kurang 2. Anemia 3. KEK

Dari hasil penentuan prioritas masalah menggunakan metode MCUA, maka didapat gizi kurang sebagai prioritas masalah untuk dianalisis faktor resikonya menggunakan pendekatan HL. Blum yaitu:

Faktor Perilaku dari segi pengetahuan, sikap, Praktek, Lingkungan, serta Pelayanan Kesehatan.

Didapat 3 masalah yang dipioritaskan dan masuk dalam perhitungan MCUA, 3 masalah tersebut adalah pengetahuan yang rendah, tingkat ekonomi yang masih rendah dan lingkungan sekitar. Hasil pioritas faktor resiko masalah dapat dilihat dari tabel bawah ini

(10)

Dalam penentuan pioritas faktor resiko dari hasil data primer yang didapat dari survey maka menggunakan MCUA. Kriteria yang digunakan adalah urgensi, relevansi dan besarnya masalah. Urgensi (penting dan segera diatasi) faktor resiko tersebut terhadap masalah gizi kurang, relevansi (kesesuaian) faktor resiko tersebut dengan program atau kegiatan penurunan atau pencegahan masalah gizi kurang di institusi atau daerah tersebut dan skala (besarnya atau tingginya) faktor resiko tersebut terhadap masalah gizi kurang dengan bobot yang diberikan secara berurutan 40%, 35%, dan 25%. Adapun skor yang diberikan merupakan rentang antara I sampai 4, skor 1 menunjukkan masalah tersebut memiliki urgensi, relevansi, dan skala yang kecil dan sebaliknya. Dari semua kriteria diberikan skor dengan skala 1-4.

Dari hasil perkalian bobot dikalikan skor dengan jumlah total skor kali bobot yang terbesar adalah faktor resiko masalah gizi kurang adalah pengetahuan yang masih rendah dengan nilai total 3,25.

Hubungan antara pengetahuan yang rendah terhadap gizi rendah yang dialami di Desa Sidogemah yaitu masih banyak masyarakat yang belum mengerti tentang pengertian, penyebab, serta bahaya akan gizi kurang yang diterapkan di kehidupan sehari- hari. Bahaya gizi kurang yang paling fatal adalah kematian. Jika bahaya gizi kurang tidak diketahui maka masalah gizi kurang hanya akan dianggap sebagai hal yang biasa saja dan tidak segera ditangani.

(11)

Dari hasil pioritas faktor resiko masalah ini akan dicari alternatif solusinya dengan memakai How- how Diagram

Alternatif Penyelesaian Masalah Kesehatan Ibu dan Anak dengan How – How Diagram

Setelah menemukan mengapa terjadi masalah, langkah selanjutnya adalah menemukan solusi untuk memperbaiki penyebabnya.Dalam banyak kasus bahkan tidak perlu menganalisis akar penyebab masalah, hanya perlu segera memecahkan masalah.

How-How Diagram digunakan untuk mencari solusi praktis untuk masalah. Cara

kerjanya dengan berulang kali bertanya: 'Bagaimana ini bisa diselesaikan?'.Ini memberikan struktur yang efektif untuk mengatur dan mengaitkan pilihan dan risiko yang terkait dengan masing-masing pilihan.Pada setiap tahap, mungkin ada beberapa jawaban untuk pertanyaan 'Bagaimana', dan hasilnya adalah hirarkis struktur pohon.

Dari perhitungan menggunakan tabel MCUA prioritas faktor masalah KIA yaitu gizi kurang. Setelah diketahui pokok permasalahan terbesar, maka untuk mengatasi suatu masalah yang terjadi didaerah, perlu diketahui kondisi di masyarakat atau di lapangan. Selain itu perlu adanya keterlibatan pihak lain yang berkompeten dalam menangani masalah yang ada.

Berikut ini adalah How – How Diagram untuk menentukan alternatif solusi masalah kurang gizi di Desa Sidogemah.

Pengetahuan yang rendah 3. Pemberdayaan kader Kesehatan 1. Penyuluhan kesehatan 2. Penambahan kader kesehatan

(12)

Gambar 3. 1 How-How Diagram Alternatif Penyelesaian Masalah

Alternatif penyelesaian masalah tersebut antara lain : 1. Penyuluhan Kesehatan

Melalui penyuluhan kesehatan, diharapkan masyarakat mendapat pengetahuan tentang kebaikan gizi dan cara pencegahan kekurangan gizi. Dengan adanya kerjasama antara bidan dan kader diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu untuk memperhatikan status gizi mereka. Selain itu pihak keluarga juga diajak untuk ikut meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mereka melalui pendidikan kesehatan.

2. Penambahan Kader

Dengan adanya peran aktif masyarakat dan turut bertanggung jawab dalam mengatasi permasalahan di desa dapat meningkatkan efisiensi pelayanan karena keterbatasan sumber daya .

3. Pemberdayaan kader

Peran kader akan berfungsi lebih optimal apabila kader diberikan pelatihan dan fasilitas untuk menunjang pengetahuan mereka. Dengan banyaknya sumber daya manusia maka lebih mudah dalam pelaksanaan dan biaya yang dikeluarkan dapat lebih mudah dijangkau

(13)

DAFTAR PUSTAKA

https://www.agric.wa.gov.au/improvement-tools-how-how-diagrams diakses pada 14 September 2015

http://citoolkit.com/all/how-how-diagram/ diakses pada 14 September 2015

www.mdanderson.org/education-and-research/resources-for professionals/clinical-

tools-and-resources/clinical-safety-and-effectiveness-educational-program/pdca/tree-diagram.doc+&cd=9&hl=en&ct=clnk&gl=id diakses pada 14 September 2015

http://www.syque.com/quality_tools/toolbook/Tree/how.htm diakses pada 14 September 2015

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buku II: Pedoman Pendampingan Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan (PDBK). Jakarta: Bakti Husada.

Pohan, Imbalo S. 2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-Dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kepner, C.H. dan Benjamin B. Tregoe. 1981. Manajer Yang Rasional. Edisi Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nabraadi, Andras. Strategic Management Process. University of Debrecen: 2010. http://bookboon.com/en/strategy-and-management-ebooks-zip diakses pada tanggal 14 September 2014

Nugroho, HEvian Setyo. 2011. Community Diagnosis Masalah Kesehatan Ibu Dan Anak (Kia) Di Desa Sidogemah Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Tahun 2011. FKM Universitas Diponegoro.

https://ukhtyilma.files.wordpress.com/2011/09/laporan-pbl-1-kelompok-3-sidogemah-2011.pdf

Gambar

Diagram  How-How  merupakan  suatu  alat  untuk  perencanaan,  yang  mana  penggunaannya  digunakan  untuk  menemukan  alternatif  solusi  dari  sebuah  masalah

Referensi

Dokumen terkait

Klinik medika 24 mempunyai masalah dalam aplikasinya, karena data yang sering kali muncul pada aplikasi penjualan transaksi penerimaan obat kurang efisien, pemesanan obat