• Tidak ada hasil yang ditemukan

NIP: PROGRAM STUDI S2 PAI. SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 17 Oktober 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NIP: PROGRAM STUDI S2 PAI. SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 17 Oktober 2013"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

METODE TEMATIK AL

METODE TEMATIK AL--QURAN:

QURAN:

MENGUPAS TERM SHALAT

MENGUPAS TERM SHALAT

Dr. Munawar Rahmat, M.Pd.

Dr. Munawar Rahmat, M.Pd.

NIP: 19580128.198612.1.001

PROGRAM STUDI S2 PAI

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Bagaimana memahami AL

Bagaimana memahami AL--QURAN ?

QURAN ?

AL-KITAB adalah WAHYU ILAHI yang diturunkan ALLAH kepada para

NABI/RASUL pilihanNYA melalui Malaikat JIBRIL. Adapun AL-QURAN

merupakan WAHYU ILAHI yang diturunkan ALLAH melalui Malaikat

JIBRIL kepada NABI MUHAMMAD SAW.

Karena merupakan WAHYU ILAHI, maka AL-QURAN semestinya dijelaskan

oleh AL-MUTHOHHARUN (Orang-orang yang disucikan Tuhan: NABI dan

RASUL), karena hanya merekalah yang dapat memahami kandungan makna

RASUL), karena hanya merekalah yang dapat memahami kandungan makna

AL-QURAN yang sebenar-benarnya. Semestinya kita menerima penjelasan

semua ayat-ayat AL-QURAN dari lisan Nabi Muhammad SAW.

Tapi realitasnya hanya sedikit ayat Al-Quran yang dijelaskan oleh NABI.

Selebihnya, hampir semua ayat AL-QURAN hanya dijelaskan oleh para Ahli

Tafsir dengan pendekatan IJTIHAD.

Oleh karena itulah perlu diupayakan

secara maksimal penafsiran ayat Al-Quran yang sesuai maknanya dengan

Kehendak ALLAH.

Tentu sangat sulit, bahkan tidak mungkin, karena Ahli

Tafsir bukanlah AL-MUTHOHHARUN. Atas dasar inilah kita harus TUNDUK

merendahkan diri, sambil terus memohon dibukakan pintu Hidayah-Nya.

(3)

AL

AL--QURAN perlu terus

QURAN perlu terus DIKAJI

DIKAJI

1/4

1/4

1. Alif laam miin

[10]

[10] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al-Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. Di antara Ahli-ahli Tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah (Wallahu a`lam bi murodi)

ahli Tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah (Wallahu a`lam bi murodi)

karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al-Quran itu; dan untuk mengisyaratkan bahwa Al-Quran itu diturunkan dari Allah dalam Bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al-Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, maka cobalah mereka buat semacam Al-Quran itu.

______________

Apa ayat-ayat Al-Quran semacam Alif-Lam-Mim ini akan terus-menerus menjadi misteri bagi umat Islam? Bukankah Al-Quran itu PETUNJUK bagi orang-orang yang bertakwa? Jika merupakan misteri bagaimana mungkin dapat menjadi PETUNJUK?

(4)

AL

AL--QURAN perlu terus

QURAN perlu terus DIKAJI

DIKAJI

2/4

2/4

2. Kitab (Al-Quran)

ini

tidak ada keraguan padanya,

petunjuk bagi mereka yang bertaqwa

;

petunjuk bagi mereka yang bertaqwa

;

Jika dzâlikal Kitâb diterjemahkan dengan Kitâb INI (Mushaf Al-Quran), terdapat beberapa pertanyaan antara lain:

Pertama, arti kata dzâlika adalah ITU, bukan INI. Dalam Al-Quran kata dzâlika diungkapkan 290 kali, yang diartikan dengan ITU, kecuali satu-satunya kata dzâlika (1 dari 290 kata) dalam Qs. 2/Al-Baqarah ayat 2 tadi, dzâlikal kitâb diartikan dengan Kitâb ini. Demikian juga terjemah Al-Quran dalam Bahasa Inggris dzâlika diartikan this bukan THAT, yakni This is the Book bukannya That is the Book.

Kedua, Qs. 2/Al-Baqarah merupakan ayat yang diturunkan pada pertengahan periode turunnya Al-Quran. Jika Dzâlikal Kitâb diterjemahkan dengan Kitâb INI, berarti ketika ayat-ayat Al-Quran belum diturunkan secara sempurna (belum 30 Juz) kaum muslimin berpedoman pada Al-Kitâb yang belum sempurna; padahal sudah kita maklumi bersama bahwa ketika periode turunnya Al-Quran orang-orang Islam berpedoman kepada Al-Quran yang hidup (ucapan dan teladan Nabi Muhammad SAW).

(5)

AL

AL--QURAN perlu terus

QURAN perlu terus DIKAJI

DIKAJI

3/4

3/4

3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang

ghaib

[14]

[14] Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. percaya kepada yang ghaib yaitu, mengi'tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat dan sebagainya.

_____________

Kalimat yu`minûna adalah fi`il mudhore, artinya ’selalu mengimani’; dan kalimat ghoib

adalah isim mufrod (singular), bukan jama` (plural), artinya ’satu yang ghoib’, dan menggunakan kalimat ’al’ (alif-lam) yang berarti isim ma`rifat (khusus, spesifik), bukan

isim nakiroh (umum, tidak spesifik). Dengan demikian kalimat ini (yu`minûna

bil-ghoibi) harus diartikan “selalu mengimani” kepada “Satu-satunya Yang Ada dan Wajib WujudNya tapi Al-Ghaib Allâh AsmaNya.”

(6)

AL

AL--QURAN perlu terus

QURAN perlu terus DIKAJI

DIKAJI

4/4

4/4

4. dan mereka yang beriman kepada

Kitab (Al-Quran)

yang telah diturunkan

kepadamu dan

Kitab-Kitab

yang telah diturunkan sebelummu

(17)

kepadamu dan

Kitab-Kitab

yang telah diturunkan sebelummu

(17)

17) Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelum Nabi Muhammad SAW ialah Kitab-Kitab yang

diturunkan sebelum Al-Quran, seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al-Quran yang diturunkan kepada para Rasul. Allah menurunkan Kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada Rasul.

______________

Kalimat wa mâ dalam ayat bimâ unzila ilaika wa mâ unzila min qoblika merujuk kepada makna

‘sebagaimana’, bukannya “dan”. Kalau artinya ‘sebagaimana’ maka apa yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad SAW) haruslah sama dengan apa yang diturunkan kepada (Rasul-rasul) sebelummu.

(7)

AL

AL--QURAN perlu terus

QURAN perlu terus DIKAJI

DIKAJI

4/4

4/4--a/d

a/d

______________

Kalimat

wa mâ

dalam ayat

bimâ unzila

ilaika

wa mâ unzila

min qoblika

merujuk kepada makna ‘

sebagaimana

’. Kalau artinya ‘sebagaimana’ maka apa

merujuk kepada makna ‘

sebagaimana

’. Kalau artinya ‘sebagaimana’ maka apa

yang diturunkan kepadamu (=kepada Nabi Muhammad SAW)

haruslah sama

dengan apa yang diturunkan kepada (Rasul-rasul) sebelummu; dan yang sama

itu adalah

NÛR

, yakni Al-Kitâb, Al-Hikmah, dan An-Nubuwah, sebagaimana

firmanNya:

Maka berimanlah kalian kepada Allâh dan Rasûl-Nya, dan kepada

NÛR

yang

telah Kami turunkan. Dan Allâh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(8)

AL

AL--QURAN perlu terus

QURAN perlu terus DIKAJI

DIKAJI

4/4

4/4--b/d

b/d

(yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasûl, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk, serta membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan

mengikuti NÛR yang diturunkan kepadanya (=mengikuti Rasûl yang memperoleh NUR itu), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Qs. 7/Al-A`raf: 157)

(9)

AL

AL--QURAN perlu terus

QURAN perlu terus DIKAJI

DIKAJI

4/4

4/4--c/d

c/d

Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan

Kitâb,

Al-Hikmah, dan An-Nubuwah

(=para Rasûl). Jika orang-orang (di sekitar

Rasûl) mengingkarinya (mengingkari RasûlNya), maka sesungguhnya

Kami akan menyerahkannya (Rasul itu) kepada kaum yang sekali-kali

tidak akan mengingkarinya (Allah akan menghijrahkan Rasûl ke tempat

lain).

(Qs. 6/Al-An`am: 89).

(10)

AL

AL--QURAN perlu terus

QURAN perlu terus DIKAJI

DIKAJI

4/4

4/4--d/d

d/d

Alangkah buruknya mereka (orang-orang yang tidak beriman kepada Rasul)

yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah

diturunkan Allah (

NUR/Al-Kitâb, Al-Hikmah, dan An-Nubuwah

) karena

dengki

bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang

dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-dikehendaki-Nya (

Rasul

). Karena itu (atas kekafirannya kepada

Rasul) mereka mendapat murka sesudah kemurkaan (kemurkaan yang

berlipat-ganda); dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan.

(11)

Metode TEMATIK AL

Metode TEMATIK AL--QURAN

QURAN

(1/3)

(1/3)

Ulama, terutama Ulama Tafsir, telah merumuskan metode pemahaman

Al-Quran, lebih dikenal dengan Ilmu Tafsir. Terdapat 2 metode yang telah

berumur lebih dari 1.000 tahun, yakni: metode tafsir

ma`sur atau

bil-manqul

dan metode tafsir

bil-ro`yi

. Tafsir bil-ma`sur atau bil-manqul adalah

tafsiran Nabi Muhammad SAW sendiri terhadap suatu ayat atau term dalam

Al-Quran. Dalam kapasitasnya sebagai Nabi dan Rasul tentu saja tafsir ini

disepakati yang paling benar, karena hanya

Nabi dan Rasul

saja yang bisa

disepakati yang paling benar, karena hanya

Nabi dan Rasul

saja yang bisa

memahami ayat-ayat

muhkamat

(yang jelas maknanya) dan ayat-ayat

mutasyabihat

(yang maknanya tidak jelas atau samar-samar).

Marekalah dzalikal kitab (Kitab ”itu”) yang la roiba fihi (tidak ada keraguan);

merekalah kitab maknun (kitab yang terpelihara); merekalah yang bisa

menyentuh Al-Quran karena al-muthohharun (yang disucikan oleh Tuhan); dan

merekalah al-rosyihuna fil-`ilmi (yang mendalam ilmunya), sehingga bisa

memahami ayat mutasyabihat sebagaimana pemahamannya terhadap

ayat-ayat muhkamat.

(12)

Metode TEMATIK AL

Metode TEMATIK AL--QURAN

QURAN

(2/3)

(2/3)

Celakanya, tafsir bil-ma`sur atau bil-manqul ini

tidaklah banyak

. Hanya sebagian kecil

ayat atau term Al-Quran yang ada tafsirannya. Dengan wafatnya Nabi Muhammad

SAW, otomatis ditutup pula periode tafsir ini (karena tiadanya lagi al-muthohharun).

Paling tidak demikianlah keyakinan (hampir) seluruh kaum muslimin. Para Ulama

akhirnya memperluas dengan tafsir

bil-ma`sur atau bil-manqul shahabi, yakni tafsir

sahabat-sahabat besar (terutama 4 khalifah dan Ibn Abbas) bila tafsiran Nabi SAW

tidak diperoleh.Tapi tafsir ini pun, selain terbatas, juga tidak luput dari perdebatan.

tidak diperoleh.Tapi tafsir ini pun, selain terbatas, juga tidak luput dari perdebatan.

Akhirnya Ulama mengembangkan tafsir

bir-ro`yi

dengan dibuatnya kaidah-kaidah yang

disepakati bersama, seperti harus ahli tata bahasa Arab, tahu asbabul nuzul, mengerti

perbedaan sighot dan fungsinya dalam suatu ayat – apakah ia menunjuk para perintah

wajib atau tidak wajib, dan seterusnya.

Tapi dengan membanjirnya kitab-kitab tafsir pun tetap saja banyak ayat Al-Quran yang

masih ”gelap” sehingga tidak bisa menjadi petunjuk bagi kita. Ambil saja contoh

huruf-huruf hijaiyah dalam awal beberapa surat (alif-lam-mim, alif-lam-ro, nun, shod, ya-sin,

tho-ha, kaf-ha-ya-`ain-shod, dan lain-lain) yang hanya diterjemahkan dengan wallahu

a`lam bi murodi (hanya Allah yang tahu maksudnya).

(13)

Metode TEMATIK AL

Metode TEMATIK AL--QURAN

QURAN

(3/3)

(3/3)

Kedua metode tafsir, bil-ma`sur atau bil-manqul dan bil-ro`yi, lebih

difokuskan pada pemahaman hukum-hukum Islam (wajib, sunat, halal,

haram, dan syubhat) dalam lingkup Ilmu Fiqh, jarang sekali mengungkap

pemahaman keagamaan yang lebih INTI.

Studi Tematik Al-Quran lebih dimaksudkan untuk memahami kata-kata

Studi Tematik Al-Quran lebih dimaksudkan untuk memahami kata-kata

atau

term-term

dalam Al-Quran. Menurut al-Qarafi ada 3 standard untuk

menafsirkan

term-term

yang dipakai dalam Al-Quran, yakni:

(1)

sesuai dengan pengertian bahasa dari tradisi masyarakat zaman Nabi

Muhammad SAW (konteks sosio-kultural);

(2)

sesuai semantik bahasa (wadh`i, yakni sesuai arah dan tujuan yang

dikandung); dan

(14)

Apa Fokus Kajian Metode

Apa Fokus Kajian Metode

TEMATIK AL

TEMATIK AL--QURAN?

QURAN?

Pada dasarnya Metode Tematik Al-Quran dapat digunakan untuk

memahami term-term apa saja dalam Al-Quran, misalnya: Al-Ghaib,

Malaikat, Kitab, Nabi/Rasul, Iblis, Syetan, Jin, Manusia, Syahadat,

Shalat, Zakat, Sedekah, Infak, Kifarat, dan lain-lain.

Tapi sebaiknya Metode Tematik Al-Quran ini digunakan untuk

memahami

term-term INTI ajaran ISLAM

, seperti:

memahami

term-term INTI ajaran ISLAM

, seperti:

1.

Makna Iman yang benar & iman yang keliru

2.

Makna Shirothol Mustaqim & menjalaninya

3.

Cara mengetahui Tuhan Yang Al-Ghaib

(yang mengenalkan DiriNya

dengan Nama Allah)

4.

Makna Islam kaffah

5.

Cara-cara Ibadah yang benar dan ikhlas,

(15)

SHALAT

SHALAT = Rukun Islam kedua

= Rukun Islam kedua

RUKUN ISLAM ada 5:

(1)

Mengucapkan 2 kalimat syahadat: Asyhadu an-laa ilaaha illallaah

wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullaah = Aku ‘

bersaksi

’ tidak

wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullaah = Aku ‘

bersaksi

’ tidak

ada tuhan selain Allah dan aku ‘

bersaksi

’ bahwa Nabi Muhammad

itu Rasulullah

(2)

Mendirikan

SHALAT

(3)

Membayar zakat

(4)

Berpuasa di bulan Ramadhan

(16)

CONTOH

CONTOH

Metode TEMATIK AL

Metode TEMATIK AL--QURAN

QURAN

No.

TERM

Jumlah

Ayat

1.

AL-GHAIB

40

2.

MALAIKAT

41

3.

IBLIS

24

4.

MANUSIA (al-insan)

56

5.

AL-KITAB

162

6.

RASUL

215

7.

SHALAT

61

(17)

Term

Term--term

term

SHALAT dlm

SHALAT dlm

AL

AL--QURAN

QURAN

1

(18)

Term

Term--term

term

SHALAT dlm AL

SHALAT dlm AL--QURAN

QURAN

1

(19)

Term

Term--term

term

SHALAT dlm AL

SHALAT dlm AL--QURAN

QURAN

1

(20)

Term

Term--term

term

SHALAT dlm AL

SHALAT dlm AL--QURAN

QURAN

2

(21)

Term

Term--term

term

SHALAT dlm AL

SHALAT dlm AL--QURAN

QURAN

2

(22)

Term

Term--term

term

SHALAT dlm AL

SHALAT dlm AL--QURAN

QURAN

3

3--1/4

1/4

C. Tahap ketiga, menyimpulkan. Dari 63 term tentang shalat dalam 61

ayat Al-Quran dapatlah hasilnya disimpulkan sebagai berikut:

1. Perintah shalat menggunakan kata aqoma-yaqumu (=mendirikan)

bukan amala-ya`malu (=mengerjakan). Misal, aqimish shalata =dirikanlah

shalat (Qs. 2/Al-Baqarah: 83, 110, dll). Maksudnya, shalat harus didirikan

shalat (Qs. 2/Al-Baqarah: 83, 110, dll). Maksudnya, shalat harus didirikan

secara khusyu` (antara lain dalam Qs. 2/Al-Baqarah ayat 238) dengan tujuan

untuk mengingat Allah (Qs. 20/Thoha: 14).

2. Hukum shalat (yang 5 waktu) adalah wajib (dalam banyak ayat

Al-Quran, antara lain dalam Qs. 2/Al-Baqarah ayat 43, 83, 110, dll). Dalam

keadaan tidak aman pun hukum shalat tetap wajib (Qs. 2/Al-Baqarah: 239).

Dibolehkan juga meng-qoshor shalat ketika di perjalanan (Qs. 4/An-Nisa`:

101). Kita diperintah untuk memelihara shalat-shalat wajib (Qs.

2/Al-Baqarah: 238).

(23)

Term

Term--term

term

SHALAT dlm AL

SHALAT dlm AL--QURAN

QURAN

3

3--2/4

2/4

3. Selain shalat wajib (yang 5 waktu) kita pun diperintah untuk memelihara

shalat Wustho

(Qs. 2/Al-Baqarah: 238). Kita harus mencari makna yang

sebenar-benarnya dari shalat Wustho, karena shalat Wustho ini pun merupakan perintah wajib.

Jika tidak dijalankan berarti kita membangkang (kafir) terhadap perintah Tuhan.

4. Mendirikan shalat merupakan ciri dari orang-orang yang beriman

(Qs.

22/Al-Hajj: 35), ciri orang yang bertakwa (Qs. 2/Al-Baqarah: 2-3), dan ciri orang yang

22/Al-Hajj: 35), ciri orang yang bertakwa (Qs. 2/Al-Baqarah: 2-3), dan ciri orang yang

berbuat al-birr/kebajikan (Qs. 2/Al-Baqarah: 177). Orang yang mendirikan shalat akan

memperoleh kebahagiaan (Qs. 23/Al-Mukminun: 1-2, 9).

5. Di antara ciri orang kafir, munafik, dan fasik adalah mendirikan shalat

dengan malas (Qs. ) atau mengerjakan shalat sekedar gerakan dan bacaan (Qs.

8/Al-Anfaal: 35). Artinya, dalam shalatnya tidak ada zikir (tidak mengingat Allah) dan tidak

khusyu`.

6. Shalat wajib mempunyai waktu-waktu tertentu, yakni di kedua tepi siang

(zhuhur dan `ashar), permulaan malam (maghrib dan `isya), dan shubuh (Qs. 11/Huud:

114 & Qs. 17/Al-Isra: 78).

(24)

Term

Term--term

term

SHALAT dlm AL

SHALAT dlm AL--QURAN

QURAN

3

3--3/4

3/4

7. Tujuan shalat adalah untuk “mengingat” Allah

(Qs. 20/Thoha: 14).

8. Shalat harus didirikan dengan khusyu`

(antara lain dalam Qs.

2/Al-Baqarah ayat 238) dan ikhlash (Qs. 6/Al-An’aam: 162 & Qs. 7/Al-A`raf: 29).

Makna khusyu` adalah sebagaimana tujuan shalat, yakni dalam shalatnya

“ingat” Tuhan (Qs. 20/Thoha: 14). Maksudnya, selama mendirikan shalat maka

Tuhan harus dijadikan pusat konsentrasi, Tuhan harus terus-menerus diingat,

Tuhan harus dijadikan pusat konsentrasi, Tuhan harus terus-menerus diingat,

jangan sampai mengingat-ingat selain Tuhan. Adapun maksud ikhlas adalah

untuk dan karena Allah semata, jangan sampai ada niatan-niatan lain (yakni

pamrih dunia, misal ingin dimudahkan rezeki; ataupun pamrih akhirat, misal

ingin memperoleh pahala).

9. Keutamaan shalat (yang didirikan secara benar dan ikhlas)

akan

mencegah perbuatan keji dan munkar (Qs. 29/Al-Ankabut: 45). Orang yang

mendirikan shalat secara daim (kondisi shalat mempribadi dalam kehidupan)

tidak akan berkeluh kesah dan tidak akan kikir (Qs. 70/Al-Ma`arij: 19-23).

(25)

Term

Term--term

term

SHALAT dlm AL

SHALAT dlm AL--QURAN

QURAN

3

3--4/4

4/4

10. Larangan shalat secara sahun (lalai)

, diungkap dalam Qs.

107/Al-Ma`un ayat 4-5. Orang yang mengerjakan shalat secara sahun akan dijebloskan

ke dalam neraka. Shalat sahun merupakan kebalikan dari shalat yang benar.

Shalat yang benar adalah shalat yang sesuai dengan tujuan shalat yakni untuk

mengingat Allah. Shalat sahun berarti shalat yang tidak mengingat Allah; atau,

dalam shalatnya yang diingat adalah selain Allah. Shalat yang benar adalah

dalam shalatnya yang diingat adalah selain Allah. Shalat yang benar adalah

shalat yang didirikan dengan khusyu`. Shalat sahun berarti shalat yang tidak

khusyu`. Shalat yang benar adalah shalat yang dikerjakan pada waktu-waktu

yang telah ditentukan. Shalat sahun berarti shalat yang secara sengaja (tanpa

alasan yang dibenarkan secara syar`i) dikerjakan di luar waktu-waktu yang

telah ditentukan.

11. Cara meminta tolong (berdo`a) kepada Allah

adalah dengan

bersabar dan berdo`a setelah mendirikan shalat (2/Al-Baqarah: 45). Tapi

cara-cara seperti ini sungguh berat kecuali bagi orang yang mendirikan shalat

dengan khusyu`.

(26)

Perintah Mendirikan

Perintah Mendirikan SHALAT

SHALAT

Perintah mendirikan shalat dikemukakan dalam banyak ayat

Al-Quran, antara lain dalam ayat berikut:

Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat, serta

taatilah Rasul, supaya kamu diberi rahmat.

(27)

Perintah Memelihara Shalat 5 waktu

Perintah Memelihara Shalat 5 waktu

dan

dan Shalat

Shalat WUSTH

WUSTHO

O

Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah)

shalat wustho

.

Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan

khusyu'

.

Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan

khusyu'

.

(Qs. 2/Al-Baqarah: 238).

Haafizhuu (=peliharalah) adalah fa`il amr (bersifat istimror, yakni berlaku terus

sepanjang zaman). Jika tidak dikerjakan berarti berhadapan dengan `azab Allah.

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan untuk: (1) Memelihara semua shalat (shalat wajib 5 waktu); (2) Memelihara shalat wustho;

(3) Kemudian diperintah lagi untuk berdiri (=shalat) karena Allah dengan khusyu`. Adapun shalat khusyu` dapat tercapai jika orang yang shalat itu mengetahui Tuhan (=kenal Zat-Nya), sehingga ketika shalat dapat lidz-dzikrii =untuk mengingat AKU (=ingat Tuhan).

(28)

Makna S

Makna Shalat

halat WUSTH

WUSTHO

O

(1)

Menurut Tim Pemterjemah Al-Quran Departemen Agama RI,

shalat

wustho

ialah shalat yang di tengah-tengah dan paling utama. Ada

juga yang berpendapat shalat `ashar. Tapi menurut kebanyakan ahli

hadits, ayat ini menekankan agar semua shalat dikerjakan dengan

sebaik-baiknya.

(2)

Dalam Kitab-kitab Hadits, shalat Wustho ialah shalat Ashar atau

Shubuh, juga shalat 5 waktu lainnya (Al-Hadits Digital dalam

LIDWA PUSAKA)

(3)

Adapun menurut Guru Mursyid Ilmu Syaththariah (Kyai Muhammad

Anwar Muttaqin, Guru ke-49),

shalat wustho

ialah shalat-shalat

yang menyertai shalat wajib 5 waktu yang

ditetapkan oleh Rasul/ Ulil

Amri/Ulama

Pewaris

Nabi.

Menurut

beliau,

setiap

zaman

membutuhkan ragam shalat yang berbeda dengan zaman lainnya.

(29)

UMMATAN WASATH

UMMATAN WASATHO

O

= UMAT YANG DIPIMPIN OLEH WASITHAH

= UMAT YANG DIPIMPIN OLEH WASITHAH

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu

ummatan wasatho

(=umat

ber-Wasithah, =umat yang adil dan pilihan karena dipimpin oleh Wasithah) agar kamu

(murid-murid Wasithah) menjadi

saksi

atas (perbuatan) manusia (yang ternyata

hanya untuk mengejar nafsu dan syahwat), sedangkan Rasul (Wasithah)

menjadi

saksi

atas (perbuatan) kamu …

(Qs. 2/Al-Baqarah: 143)

Kata ummat dalam ummatan wasatho pada ayat ini (juga dalam ayat-ayat

lain) bukanlah kerumunan manusia, melainkan masyarakat yang teratur karena ada

pemimpinnya. Perspektif Tasawuf Syaththariah, pemimpin umat beriman adalah

Wasithah, yakni Rasul/Ulil Amri atau Ulama Pewaris Nabi.

(30)

Tujuan SHALAT = untuk ‘mengingat’ ALLAH

Tujuan SHALAT = untuk ‘mengingat’ ALLAH

Sesungguhnya AKU ini (bernama) Allah.

Sesungguhnya AKU ini (bernama) Allah.

Tidak ada Tuhan selain AKU;

maka sembahlah AKU, dan

dirikanlah shalat untuk ‘mengingat’ AKU.

(Qs. 20/Thaha: 14)

Artinya, kita harus mengenali, siapakah Sang AKU dalam

ayat di atas.

AKU

adalah

ZAT TUHAN

Yang Asma-Nya

Allah (ma`rifat bi Dzatillah)!

(31)

CARA MENGENAL ‘AKU’ (=ZAT TUHAN)

CARA MENGENAL ‘AKU’ (=ZAT TUHAN)

Bagaimanakah cara mengetahui Zat Tuhan Yang Asma-Nya Allah

(ma`rifat bi Dzatillah) ?

(1)

Sebagian kaum Muslimin berpendapat:

Tidak perlu dan tidak mungkin mengetahui

(1)

Sebagian kaum Muslimin berpendapat:

Tidak perlu dan tidak mungkin mengetahui

Zat Allah

.

Mereka merasa puas dengan mengetahui Asma, Sifat, dan Af`al

(perbuatan) Allah; juga merasa puas dengan berpikir tentang Ciptaan-Nya.

(2)

Sebagian kaum Sufi berusaha mengetahui Zat Allah (ma`rifat bi Dzatillah) dengan

cara

inkisyaf

(gnostik, penyingkapan), yakni dengan cara menjalankan riyalat,

riyadhoh, dan mujahadah secara ketat (sehingga diharapkan nanti Allah

memperlihatkan [‘

menyingkapkan

’]

Diri-Nya

).

(3)

Menurut KH Muhammad Munawwar Affandi (Wasithah ke-48), cara mengetahui

Zat Allah (ma`rifat bi Dzatillah) hanyalah dengan jalan

‘bertanya’ kepada Ahli

Zikir

(Ulama Pewaris Nabi).

(32)

CARA MENGENAL ‘AKU’ = BERTANYA KEPADA AHLI ZIKIR

CARA MENGENAL ‘AKU’ = BERTANYA KEPADA AHLI ZIKIR

MAKNA ‘AKU’

Dalam Qs. 20/Tho-Ha ayat 14 tadi ditegaskan bahwa

tujuan shalat adalah

untuk ‘mengingat’ AKU

. Siapakah Sang AKU dalam ayat ini? Untuk

mengenal-Nya (mengenali Zat Tuhan Yang Asma-Nya Allah, untuk

mengenal-Nya (mengenali Zat Tuhan Yang Asma-Nya Allah, untuk

dapat ma`rifat bi Dzatillah) maka haruslah

‘bertanya’ kepada Ahli Zikir

,

sebagaimana perintah Allah dalam ayat berikut:

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki

yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada ahladz

dzikri jika kamu tidak mengetahui (Zat Tuhan dan Ilmu Zikir)

(33)

CARA BERZIKIR ADALAH

CARA BERZIKIR ADALAH DENGAN

DENGAN

T

Tidak

idak mengeraskan

mengeraskan suara

suara (=

(=dalam

dalam hati

hati))

Dan

zikirilah (ingat-ingatlah) Tuhanmu dalam hatimu

dengan

Dan

zikirilah (ingat-ingatlah) Tuhanmu dalam hatimu

dengan

merendahkan diri dan rasa takut, dan (cara mengingatNya)

dengan

tidak mengeraskan suara

, di waktu pagi dan petang

(=di sepanjang waktu), dan janganlah kamu termasuk

orang-orang yang

lalai (=tidak berzikir)

.

(Qs. 7/Al-A`raf: 205)

Dalam Qs. 3/Ali Imran ayat 190-191 disebutkan tentang ciri-ciri Ulul Albab, yaitu:

orang-orang yang ber-zikir (mengingat Allah) sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring (=dalam berbagai keadaan); dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

(34)

PE

PERINTAH BERZIKIR (KHUSUS)

RINTAH BERZIKIR (KHUSUS)

SETELAH SHALAT

SETELAH SHALAT

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu),

ingatlah Allah

di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu

berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka

dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya

shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya

atas orang-orang yang beriman.

(35)

PE

PERINTAH BERZIKIR (KHUSUS)

RINTAH BERZIKIR (KHUSUS)

SETELAH SHALAT

SETELAH SHALAT

Apabila shalat telah ditunaikan, maka bertebaranlah

kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah;

dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya

supaya kamu beruntung.

(36)

SHALAT YANG KHUSYU`

SHALAT YANG KHUSYU`

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan

sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,

sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,

kecuali bagi orang-orang yang

khusyu’

.

(Qs. 2/Al-Baqoroh: 45)

MAKNA KHUSYU`:

(1)

Khusyu` sering dimaknai upaya sungguh-sungguh dan penuh ketundukan kepada

Allah dengan memahami dan menghayati makna dari bacaan dan gerakan shalat.

(2)

Perspektif Tasawuf, khusyu` adalah

khudhurul qolbi ilallah

(hadirnya hati kepada

(37)

JIKA ALLAH DISEBUT ‘GEMETAR’LAH HATINYA,

JIKA ALLAH DISEBUT ‘GEMETAR’LAH HATINYA,

YAKNI ORANG YANG SHALAT

YAKNI ORANG YANG SHALAT

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang

bila disebut nama Allah gemetar-lah hati mereka, dan apabila

dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka

(karenanya),

dan hanya kepada Tuhanlah mereka

bertawakkal; (yakni) orang-orang yang mendirikan

shalat

dan yang menafkahkan sebagian dari

rezki yang Kami berikan kepada mereka.

(Qs. 8/Al-Anfal: 2-3)

(38)

SHALAT DA`IM = TETAP ‘INGAT’ ALLAH

SHALAT DA`IM = TETAP ‘INGAT’ ALLAH

baik ketika shalat maupun ketika

baik ketika shalat maupun ketika

tidak

tidak mengerjakan shalat

mengerjakan shalat

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.

Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia

mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang

mengerjakan shalat, (yaitu) mereka yang mengerjakan

shalat da`im

. (Qs. 70: 19-23)

Shalat da`im

adalah shalat yang terus menerus. Maksudnya orang yang tetap dalam

kondisi shalat (walau sedang tidak mengerjakan shalat). Tujuan shalat adalah untuk

‘mengingat’ Allah. Jadi, shalat da`im adalah orang yang

selalu ‘mengingat’ Allah

baik

ketika mengerjakan shalat maupun ketika tidak mengerjakan shalat.

(39)

HINDARI SHALAT

HINDARI SHALAT

SAHUN

SAHUN

(Shalat yang ‘lalai’ dari ‘mengingat’ Allah)

(Shalat yang ‘lalai’ dari ‘mengingat’ Allah)

Maka kecelakaanlah (masuk neraka) bagi orang-orang yang

shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai

dari salatnya.

shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai

dari salatnya.

Al-musholliin

(pakai alif-lam =ma`rifat), adalah orang yang terbiasa

mengerjakan shalat dan mengerti syarat-rukun shalat (bukan orang

yang mengerjakan shalat secara asal-asalan).

Dalam ayat ini

al-musholiin

diancam dengan fawailun (masuk

neraka) karena shalatnya

sahun

(=lalai, =tidak ingat Tuhan).

Supaya shalatnya ingat Tuhan, kuncinya harus kenal dengan Tuhan.

Supaya kenal dengan Tuhan, maka harus meminta petunjuk kepada

(40)

ORANG MUNAFIQ SEDIKIT BERZIKIR

ORANG MUNAFIQ SEDIKIT BERZIKIR

Shalatnya bermalas

Shalatnya bermalas--malasan dan riya

malasan dan riya

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan

Allah akan membalas tipuan mereka; dan apabila mereka

berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas.

Mereka bermaksud riya

(dengan shalatnya itu)

di hadapan manusia; dan tidaklah mereka

mengingat Allah kecuali sedikit sekali.

(41)

ORANG MUNAFIQ SEDIKIT BERZIKIR

ORANG MUNAFIQ SEDIKIT BERZIKIR

Shalatnya bermalas

Shalatnya bermalas--malasan dan riya

malasan dan riya

Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima

dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka

kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak

mengerjakan shalat

melainkan dengan malas, dan

tidak (pula mereka) menafkahkan (harta)

melainkan dengan rasa enggan.

(42)

MANFAAT (KEUTAMAAN) MENDIRIKAN SHALAT

MANFAAT (KEUTAMAAN) MENDIRIKAN SHALAT

Hai orang-orang yang beriman,

jadikanlah sabar

dan shalat sebagai penolongmu

. Sesungguhnya

Allah beserta orang-orang yang sabar.

(43)

MANFAAT (KEUTAMAAN) MENDIRIKAN SHALAT

MANFAAT (KEUTAMAAN) MENDIRIKAN SHALAT

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab

(Al-Quran). Dan dirikanlah shalat,

sesungguhnya shalat itu

mencegah dari (perbuatan) yang keji dan mungkar

. Dan

sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar

(keutamaannya); dan Allah Mengetahui

apa yang kamu kerjakan.

(44)

SHALAT MENGHADAP KIBLAT

SHALAT MENGHADAP KIBLAT

Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka

sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.

Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram

. Dan dimana saja

kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya

orang-orang yang diberi Al-Kitab memang mengetahui, bahwa

berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan

Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.

(45)

WUDHU, MANDI, TAYAMUM

WUDHU, MANDI, TAYAMUM

Hai o

rang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan SHALAT, maka (berwudhulah, yakni) basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah

kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki; dan jika kamu junub maka

mandilah; dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,

maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu

dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan

(46)

WAKTU

WAKTU--WAKTU SHALAT

WAKTU SHALAT

Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir

(zhuhur dan ashar)

sampai gelap malam

(maghrib dan `isya)

, dan (dirikanlah pula shalat)

sampai gelap malam

(maghrib dan `isya)

, dan (dirikanlah pula shalat)

subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).

(Qs. 17/Al-Isra: 78)

Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang

(shubuh, zhuhur, dan ashar)

dan pada

permulaan malam

(maghrib & `isya)

. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang

baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan

bagi orang-orang yang ingat.

(Qs. 11/Hud: 114)

(47)

SHALAT dengan di

SHALAT dengan di--QOSHOR

QOSHOR

Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka

tidaklah mengapa kamu meng-

qoshor

shalat(mu).

(Demikian juga) jika kamu takut diserang

orang kafir, (karena) sesungguhnya

orang-orang kafir itu musuh yang nyata bagimu.

(48)

‘‘Inti

Inti’’ beragama a

beragama adalah

dalah m

mentaati

entaati ‘‘Allah

Allah’’

m

mentaati

entaati ‘‘Rasul

Rasul--NNya

ya &

& Ulil

Ulil Amri

Amri’’

Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah, dan

Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah, dan

ta`atilah Rasul-(Nya) dan ulil amri di antaramu

.

(Qs. 5/Al-Maidah ayat 59, dan sejumlah ayat lainnya)

Qs. 5/Al-Maidah ayat 59 ini (dan ayat lainnya) merupakan

INTI

perintah

,

sehingga perintah-perintah lainnya (shalat, puasa, zakat, haji,

dll) harus sejalan dengan Kehendak Allah, Rasul-Nya dan Ulil Amri.

Karena Allah itu Al-Ghaib (tidak mungkin menampakkan DiriNya di

Referensi

Dokumen terkait

dan pengumpulan data lapangan kerja, upaya- upaya yang lebih keras untuk mengumpulkan informasi tentang pekerjaan mandiri (yang mencakup 40 persen dari keseluruhan tenaga kerja),

Sistem Genital Jantan pada Katak Sawah (Rana cancrivora) Keterangan Gambar : 1.1. Sistem Genitalia Marmut Betina (Cavia porcellus) Keterangan

Sasaran penelitian ini adalah kelayakan alat peraga yang dikembangkan yaitu alat peraga resultan gaya pada materi pokok kesetimbangan partikel dengan 15 siswa

Sebagai contoh, sebuah gerbang AND terdiri dari tiga saluran masukan seperti simbol logika yang ditunjukkan oleh gambar 1-3 dan tabel kebenarannya pada Tabel

INTP REDUCE INTP break Support 14.250 sebagai level Stop Loss, INTP masih berpeluang melanjutkan pelemahan dengan menguji Support 14.150 dan 14.075.

Memahami pernyataan dan ingkarannya, menentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk, serta mampu menggunakan prinsip logika matematika dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan

transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat, maka semua penerimaan dan pengeluaran keuangan desa dalam

Hasil analisis untuk melihat dampak kredit terhadap perilaku ekonomi rumah tangga nelayan tradisional menunjukkan nilai koefisien determinasi (R 2 ) masing- masing