METODE TEMATIK AL
METODE TEMATIK AL--QURAN:
QURAN:
MENGUPAS TERM SHALAT
MENGUPAS TERM SHALAT
Dr. Munawar Rahmat, M.Pd.
Dr. Munawar Rahmat, M.Pd.
NIP: 19580128.198612.1.001
PROGRAM STUDI S2 PAI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Bagaimana memahami AL
Bagaimana memahami AL--QURAN ?
QURAN ?
AL-KITAB adalah WAHYU ILAHI yang diturunkan ALLAH kepada para
NABI/RASUL pilihanNYA melalui Malaikat JIBRIL. Adapun AL-QURAN
merupakan WAHYU ILAHI yang diturunkan ALLAH melalui Malaikat
JIBRIL kepada NABI MUHAMMAD SAW.
Karena merupakan WAHYU ILAHI, maka AL-QURAN semestinya dijelaskan
oleh AL-MUTHOHHARUN (Orang-orang yang disucikan Tuhan: NABI dan
RASUL), karena hanya merekalah yang dapat memahami kandungan makna
RASUL), karena hanya merekalah yang dapat memahami kandungan makna
AL-QURAN yang sebenar-benarnya. Semestinya kita menerima penjelasan
semua ayat-ayat AL-QURAN dari lisan Nabi Muhammad SAW.
Tapi realitasnya hanya sedikit ayat Al-Quran yang dijelaskan oleh NABI.
Selebihnya, hampir semua ayat AL-QURAN hanya dijelaskan oleh para Ahli
Tafsir dengan pendekatan IJTIHAD.
Oleh karena itulah perlu diupayakan
secara maksimal penafsiran ayat Al-Quran yang sesuai maknanya dengan
Kehendak ALLAH.
Tentu sangat sulit, bahkan tidak mungkin, karena Ahli
Tafsir bukanlah AL-MUTHOHHARUN. Atas dasar inilah kita harus TUNDUK
merendahkan diri, sambil terus memohon dibukakan pintu Hidayah-Nya.
AL
AL--QURAN perlu terus
QURAN perlu terus DIKAJI
DIKAJI
1/4
1/4
1. Alif laam miin
[10][10] Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al-Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. Di antara Ahli-ahli Tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah (Wallahu a`lam bi murodi)
ahli Tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah (Wallahu a`lam bi murodi)
karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al-Quran itu; dan untuk mengisyaratkan bahwa Al-Quran itu diturunkan dari Allah dalam Bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al-Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, maka cobalah mereka buat semacam Al-Quran itu.
______________
Apa ayat-ayat Al-Quran semacam Alif-Lam-Mim ini akan terus-menerus menjadi misteri bagi umat Islam? Bukankah Al-Quran itu PETUNJUK bagi orang-orang yang bertakwa? Jika merupakan misteri bagaimana mungkin dapat menjadi PETUNJUK?
AL
AL--QURAN perlu terus
QURAN perlu terus DIKAJI
DIKAJI
2/4
2/4
2. Kitab (Al-Quran)
ini
tidak ada keraguan padanya,
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
;
Jika dzâlikal Kitâb diterjemahkan dengan Kitâb INI (Mushaf Al-Quran), terdapat beberapa pertanyaan antara lain:
Pertama, arti kata dzâlika adalah ITU, bukan INI. Dalam Al-Quran kata dzâlika diungkapkan 290 kali, yang diartikan dengan ITU, kecuali satu-satunya kata dzâlika (1 dari 290 kata) dalam Qs. 2/Al-Baqarah ayat 2 tadi, dzâlikal kitâb diartikan dengan Kitâb ini. Demikian juga terjemah Al-Quran dalam Bahasa Inggris dzâlika diartikan this bukan THAT, yakni This is the Book bukannya That is the Book.
Kedua, Qs. 2/Al-Baqarah merupakan ayat yang diturunkan pada pertengahan periode turunnya Al-Quran. Jika Dzâlikal Kitâb diterjemahkan dengan Kitâb INI, berarti ketika ayat-ayat Al-Quran belum diturunkan secara sempurna (belum 30 Juz) kaum muslimin berpedoman pada Al-Kitâb yang belum sempurna; padahal sudah kita maklumi bersama bahwa ketika periode turunnya Al-Quran orang-orang Islam berpedoman kepada Al-Quran yang hidup (ucapan dan teladan Nabi Muhammad SAW).
AL
AL--QURAN perlu terus
QURAN perlu terus DIKAJI
DIKAJI
3/4
3/4
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang
ghaib
[14][14] Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. percaya kepada yang ghaib yaitu, mengi'tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat dan sebagainya.
_____________
Kalimat yu`minûna adalah fi`il mudhore, artinya ’selalu mengimani’; dan kalimat ghoib
adalah isim mufrod (singular), bukan jama` (plural), artinya ’satu yang ghoib’, dan menggunakan kalimat ’al’ (alif-lam) yang berarti isim ma`rifat (khusus, spesifik), bukan
isim nakiroh (umum, tidak spesifik). Dengan demikian kalimat ini (yu`minûna
bil-ghoibi) harus diartikan “selalu mengimani” kepada “Satu-satunya Yang Ada dan Wajib WujudNya tapi Al-Ghaib Allâh AsmaNya.”
AL
AL--QURAN perlu terus
QURAN perlu terus DIKAJI
DIKAJI
4/4
4/4
4. dan mereka yang beriman kepada
Kitab (Al-Quran)
yang telah diturunkan
kepadamu dan
Kitab-Kitab
yang telah diturunkan sebelummu
(17)kepadamu dan
Kitab-Kitab
yang telah diturunkan sebelummu
(17)17) Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelum Nabi Muhammad SAW ialah Kitab-Kitab yang
diturunkan sebelum Al-Quran, seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al-Quran yang diturunkan kepada para Rasul. Allah menurunkan Kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada Rasul.
______________
Kalimat wa mâ dalam ayat bimâ unzila ilaika wa mâ unzila min qoblika merujuk kepada makna
‘sebagaimana’, bukannya “dan”. Kalau artinya ‘sebagaimana’ maka apa yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad SAW) haruslah sama dengan apa yang diturunkan kepada (Rasul-rasul) sebelummu.
AL
AL--QURAN perlu terus
QURAN perlu terus DIKAJI
DIKAJI
4/4
4/4--a/d
a/d
______________
Kalimat
wa mâ
dalam ayat
bimâ unzila
ilaika
wa mâ unzila
min qoblika
merujuk kepada makna ‘
sebagaimana
’. Kalau artinya ‘sebagaimana’ maka apa
merujuk kepada makna ‘
sebagaimana
’. Kalau artinya ‘sebagaimana’ maka apa
yang diturunkan kepadamu (=kepada Nabi Muhammad SAW)
haruslah sama
dengan apa yang diturunkan kepada (Rasul-rasul) sebelummu; dan yang sama
itu adalah
NÛR
, yakni Al-Kitâb, Al-Hikmah, dan An-Nubuwah, sebagaimana
firmanNya:
Maka berimanlah kalian kepada Allâh dan Rasûl-Nya, dan kepada
NÛR
yang
telah Kami turunkan. Dan Allâh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
AL
AL--QURAN perlu terus
QURAN perlu terus DIKAJI
DIKAJI
4/4
4/4--b/d
b/d
(yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasûl, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk, serta membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti NÛR yang diturunkan kepadanya (=mengikuti Rasûl yang memperoleh NUR itu), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Qs. 7/Al-A`raf: 157)
AL
AL--QURAN perlu terus
QURAN perlu terus DIKAJI
DIKAJI
4/4
4/4--c/d
c/d
Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan
Kitâb,
Al-Hikmah, dan An-Nubuwah
(=para Rasûl). Jika orang-orang (di sekitar
Rasûl) mengingkarinya (mengingkari RasûlNya), maka sesungguhnya
Kami akan menyerahkannya (Rasul itu) kepada kaum yang sekali-kali
tidak akan mengingkarinya (Allah akan menghijrahkan Rasûl ke tempat
lain).
(Qs. 6/Al-An`am: 89).
AL
AL--QURAN perlu terus
QURAN perlu terus DIKAJI
DIKAJI
4/4
4/4--d/d
d/d
Alangkah buruknya mereka (orang-orang yang tidak beriman kepada Rasul)
yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah
diturunkan Allah (
NUR/Al-Kitâb, Al-Hikmah, dan An-Nubuwah
) karena
dengki
bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-dikehendaki-Nya (
Rasul
). Karena itu (atas kekafirannya kepada
Rasul) mereka mendapat murka sesudah kemurkaan (kemurkaan yang
berlipat-ganda); dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan.
Metode TEMATIK AL
Metode TEMATIK AL--QURAN
QURAN
(1/3)
(1/3)
Ulama, terutama Ulama Tafsir, telah merumuskan metode pemahaman
Al-Quran, lebih dikenal dengan Ilmu Tafsir. Terdapat 2 metode yang telah
berumur lebih dari 1.000 tahun, yakni: metode tafsir
ma`sur atau
bil-manqul
dan metode tafsir
bil-ro`yi
. Tafsir bil-ma`sur atau bil-manqul adalah
tafsiran Nabi Muhammad SAW sendiri terhadap suatu ayat atau term dalam
Al-Quran. Dalam kapasitasnya sebagai Nabi dan Rasul tentu saja tafsir ini
disepakati yang paling benar, karena hanya
Nabi dan Rasul
saja yang bisa
disepakati yang paling benar, karena hanya
Nabi dan Rasul
saja yang bisa
memahami ayat-ayat
muhkamat
(yang jelas maknanya) dan ayat-ayat
mutasyabihat
(yang maknanya tidak jelas atau samar-samar).
Marekalah dzalikal kitab (Kitab ”itu”) yang la roiba fihi (tidak ada keraguan);
merekalah kitab maknun (kitab yang terpelihara); merekalah yang bisa
menyentuh Al-Quran karena al-muthohharun (yang disucikan oleh Tuhan); dan
merekalah al-rosyihuna fil-`ilmi (yang mendalam ilmunya), sehingga bisa
memahami ayat mutasyabihat sebagaimana pemahamannya terhadap
ayat-ayat muhkamat.
Metode TEMATIK AL
Metode TEMATIK AL--QURAN
QURAN
(2/3)
(2/3)
Celakanya, tafsir bil-ma`sur atau bil-manqul ini
tidaklah banyak
. Hanya sebagian kecil
ayat atau term Al-Quran yang ada tafsirannya. Dengan wafatnya Nabi Muhammad
SAW, otomatis ditutup pula periode tafsir ini (karena tiadanya lagi al-muthohharun).
Paling tidak demikianlah keyakinan (hampir) seluruh kaum muslimin. Para Ulama
akhirnya memperluas dengan tafsir
bil-ma`sur atau bil-manqul shahabi, yakni tafsir
sahabat-sahabat besar (terutama 4 khalifah dan Ibn Abbas) bila tafsiran Nabi SAW
tidak diperoleh.Tapi tafsir ini pun, selain terbatas, juga tidak luput dari perdebatan.
tidak diperoleh.Tapi tafsir ini pun, selain terbatas, juga tidak luput dari perdebatan.
Akhirnya Ulama mengembangkan tafsir
bir-ro`yi
dengan dibuatnya kaidah-kaidah yang
disepakati bersama, seperti harus ahli tata bahasa Arab, tahu asbabul nuzul, mengerti
perbedaan sighot dan fungsinya dalam suatu ayat – apakah ia menunjuk para perintah
wajib atau tidak wajib, dan seterusnya.
Tapi dengan membanjirnya kitab-kitab tafsir pun tetap saja banyak ayat Al-Quran yang
masih ”gelap” sehingga tidak bisa menjadi petunjuk bagi kita. Ambil saja contoh
huruf-huruf hijaiyah dalam awal beberapa surat (alif-lam-mim, alif-lam-ro, nun, shod, ya-sin,
tho-ha, kaf-ha-ya-`ain-shod, dan lain-lain) yang hanya diterjemahkan dengan wallahu
a`lam bi murodi (hanya Allah yang tahu maksudnya).
Metode TEMATIK AL
Metode TEMATIK AL--QURAN
QURAN
(3/3)
(3/3)
Kedua metode tafsir, bil-ma`sur atau bil-manqul dan bil-ro`yi, lebih
difokuskan pada pemahaman hukum-hukum Islam (wajib, sunat, halal,
haram, dan syubhat) dalam lingkup Ilmu Fiqh, jarang sekali mengungkap
pemahaman keagamaan yang lebih INTI.
Studi Tematik Al-Quran lebih dimaksudkan untuk memahami kata-kata
Studi Tematik Al-Quran lebih dimaksudkan untuk memahami kata-kata
atau
term-term
dalam Al-Quran. Menurut al-Qarafi ada 3 standard untuk
menafsirkan
term-term
yang dipakai dalam Al-Quran, yakni:
(1)
sesuai dengan pengertian bahasa dari tradisi masyarakat zaman Nabi
Muhammad SAW (konteks sosio-kultural);
(2)
sesuai semantik bahasa (wadh`i, yakni sesuai arah dan tujuan yang
dikandung); dan
Apa Fokus Kajian Metode
Apa Fokus Kajian Metode
TEMATIK AL
TEMATIK AL--QURAN?
QURAN?
Pada dasarnya Metode Tematik Al-Quran dapat digunakan untuk
memahami term-term apa saja dalam Al-Quran, misalnya: Al-Ghaib,
Malaikat, Kitab, Nabi/Rasul, Iblis, Syetan, Jin, Manusia, Syahadat,
Shalat, Zakat, Sedekah, Infak, Kifarat, dan lain-lain.
Tapi sebaiknya Metode Tematik Al-Quran ini digunakan untuk
memahami
term-term INTI ajaran ISLAM
, seperti:
memahami
term-term INTI ajaran ISLAM
, seperti:
1.
Makna Iman yang benar & iman yang keliru
2.Makna Shirothol Mustaqim & menjalaninya
3.
Cara mengetahui Tuhan Yang Al-Ghaib
(yang mengenalkan DiriNya
dengan Nama Allah)
4.
Makna Islam kaffah
5.
Cara-cara Ibadah yang benar dan ikhlas,
SHALAT
SHALAT = Rukun Islam kedua
= Rukun Islam kedua
RUKUN ISLAM ada 5:
(1)
Mengucapkan 2 kalimat syahadat: Asyhadu an-laa ilaaha illallaah
wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullaah = Aku ‘
bersaksi
’ tidak
wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullaah = Aku ‘
bersaksi
’ tidak
ada tuhan selain Allah dan aku ‘
bersaksi
’ bahwa Nabi Muhammad
itu Rasulullah
(2)
Mendirikan
SHALAT
(3)
Membayar zakat
(4)
Berpuasa di bulan Ramadhan
CONTOH
CONTOH
Metode TEMATIK AL
Metode TEMATIK AL--QURAN
QURAN
No.
TERM
Jumlah
Ayat
1.
AL-GHAIB
40
2.
MALAIKAT
41
3.
IBLIS
24
4.
MANUSIA (al-insan)
56
5.
AL-KITAB
162
6.
RASUL
215
7.
SHALAT
61
Term
Term--term
term
SHALAT dlm
SHALAT dlm
AL
AL--QURAN
QURAN
1
Term
Term--term
term
SHALAT dlm AL
SHALAT dlm AL--QURAN
QURAN
1
Term
Term--term
term
SHALAT dlm AL
SHALAT dlm AL--QURAN
QURAN
1
Term
Term--term
term
SHALAT dlm AL
SHALAT dlm AL--QURAN
QURAN
2
Term
Term--term
term
SHALAT dlm AL
SHALAT dlm AL--QURAN
QURAN
2
Term
Term--term
term
SHALAT dlm AL
SHALAT dlm AL--QURAN
QURAN
3
3--1/4
1/4
C. Tahap ketiga, menyimpulkan. Dari 63 term tentang shalat dalam 61
ayat Al-Quran dapatlah hasilnya disimpulkan sebagai berikut:
1. Perintah shalat menggunakan kata aqoma-yaqumu (=mendirikan)
bukan amala-ya`malu (=mengerjakan). Misal, aqimish shalata =dirikanlah
shalat (Qs. 2/Al-Baqarah: 83, 110, dll). Maksudnya, shalat harus didirikan
shalat (Qs. 2/Al-Baqarah: 83, 110, dll). Maksudnya, shalat harus didirikan
secara khusyu` (antara lain dalam Qs. 2/Al-Baqarah ayat 238) dengan tujuan
untuk mengingat Allah (Qs. 20/Thoha: 14).
2. Hukum shalat (yang 5 waktu) adalah wajib (dalam banyak ayat
Al-Quran, antara lain dalam Qs. 2/Al-Baqarah ayat 43, 83, 110, dll). Dalam
keadaan tidak aman pun hukum shalat tetap wajib (Qs. 2/Al-Baqarah: 239).
Dibolehkan juga meng-qoshor shalat ketika di perjalanan (Qs. 4/An-Nisa`:
101). Kita diperintah untuk memelihara shalat-shalat wajib (Qs.
2/Al-Baqarah: 238).
Term
Term--term
term
SHALAT dlm AL
SHALAT dlm AL--QURAN
QURAN
3
3--2/4
2/4
3. Selain shalat wajib (yang 5 waktu) kita pun diperintah untuk memelihara
shalat Wustho
(Qs. 2/Al-Baqarah: 238). Kita harus mencari makna yang
sebenar-benarnya dari shalat Wustho, karena shalat Wustho ini pun merupakan perintah wajib.
Jika tidak dijalankan berarti kita membangkang (kafir) terhadap perintah Tuhan.
4. Mendirikan shalat merupakan ciri dari orang-orang yang beriman
(Qs.
22/Al-Hajj: 35), ciri orang yang bertakwa (Qs. 2/Al-Baqarah: 2-3), dan ciri orang yang
22/Al-Hajj: 35), ciri orang yang bertakwa (Qs. 2/Al-Baqarah: 2-3), dan ciri orang yang
berbuat al-birr/kebajikan (Qs. 2/Al-Baqarah: 177). Orang yang mendirikan shalat akan
memperoleh kebahagiaan (Qs. 23/Al-Mukminun: 1-2, 9).
5. Di antara ciri orang kafir, munafik, dan fasik adalah mendirikan shalat
dengan malas (Qs. ) atau mengerjakan shalat sekedar gerakan dan bacaan (Qs.
8/Al-Anfaal: 35). Artinya, dalam shalatnya tidak ada zikir (tidak mengingat Allah) dan tidak
khusyu`.
6. Shalat wajib mempunyai waktu-waktu tertentu, yakni di kedua tepi siang
(zhuhur dan `ashar), permulaan malam (maghrib dan `isya), dan shubuh (Qs. 11/Huud:
114 & Qs. 17/Al-Isra: 78).
Term
Term--term
term
SHALAT dlm AL
SHALAT dlm AL--QURAN
QURAN
3
3--3/4
3/4
7. Tujuan shalat adalah untuk “mengingat” Allah
(Qs. 20/Thoha: 14).
8. Shalat harus didirikan dengan khusyu`
(antara lain dalam Qs.
2/Al-Baqarah ayat 238) dan ikhlash (Qs. 6/Al-An’aam: 162 & Qs. 7/Al-A`raf: 29).
Makna khusyu` adalah sebagaimana tujuan shalat, yakni dalam shalatnya
“ingat” Tuhan (Qs. 20/Thoha: 14). Maksudnya, selama mendirikan shalat maka
Tuhan harus dijadikan pusat konsentrasi, Tuhan harus terus-menerus diingat,
Tuhan harus dijadikan pusat konsentrasi, Tuhan harus terus-menerus diingat,
jangan sampai mengingat-ingat selain Tuhan. Adapun maksud ikhlas adalah
untuk dan karena Allah semata, jangan sampai ada niatan-niatan lain (yakni
pamrih dunia, misal ingin dimudahkan rezeki; ataupun pamrih akhirat, misal
ingin memperoleh pahala).
9. Keutamaan shalat (yang didirikan secara benar dan ikhlas)
akan
mencegah perbuatan keji dan munkar (Qs. 29/Al-Ankabut: 45). Orang yang
mendirikan shalat secara daim (kondisi shalat mempribadi dalam kehidupan)
tidak akan berkeluh kesah dan tidak akan kikir (Qs. 70/Al-Ma`arij: 19-23).
Term
Term--term
term
SHALAT dlm AL
SHALAT dlm AL--QURAN
QURAN
3
3--4/4
4/4
10. Larangan shalat secara sahun (lalai)
, diungkap dalam Qs.
107/Al-Ma`un ayat 4-5. Orang yang mengerjakan shalat secara sahun akan dijebloskan
ke dalam neraka. Shalat sahun merupakan kebalikan dari shalat yang benar.
Shalat yang benar adalah shalat yang sesuai dengan tujuan shalat yakni untuk
mengingat Allah. Shalat sahun berarti shalat yang tidak mengingat Allah; atau,
dalam shalatnya yang diingat adalah selain Allah. Shalat yang benar adalah
dalam shalatnya yang diingat adalah selain Allah. Shalat yang benar adalah
shalat yang didirikan dengan khusyu`. Shalat sahun berarti shalat yang tidak
khusyu`. Shalat yang benar adalah shalat yang dikerjakan pada waktu-waktu
yang telah ditentukan. Shalat sahun berarti shalat yang secara sengaja (tanpa
alasan yang dibenarkan secara syar`i) dikerjakan di luar waktu-waktu yang
telah ditentukan.
11. Cara meminta tolong (berdo`a) kepada Allah
adalah dengan
bersabar dan berdo`a setelah mendirikan shalat (2/Al-Baqarah: 45). Tapi
cara-cara seperti ini sungguh berat kecuali bagi orang yang mendirikan shalat
dengan khusyu`.
Perintah Mendirikan
Perintah Mendirikan SHALAT
SHALAT
Perintah mendirikan shalat dikemukakan dalam banyak ayat
Al-Quran, antara lain dalam ayat berikut:
Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat, serta
taatilah Rasul, supaya kamu diberi rahmat.
Perintah Memelihara Shalat 5 waktu
Perintah Memelihara Shalat 5 waktu
dan
dan Shalat
Shalat WUSTH
WUSTHO
O
Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah)
shalat wustho
.
Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan
khusyu'
.
Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan
khusyu'
.
(Qs. 2/Al-Baqarah: 238).
Haafizhuu (=peliharalah) adalah fa`il amr (bersifat istimror, yakni berlaku terus
sepanjang zaman). Jika tidak dikerjakan berarti berhadapan dengan `azab Allah.
Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan untuk: (1) Memelihara semua shalat (shalat wajib 5 waktu); (2) Memelihara shalat wustho;
(3) Kemudian diperintah lagi untuk berdiri (=shalat) karena Allah dengan khusyu`. Adapun shalat khusyu` dapat tercapai jika orang yang shalat itu mengetahui Tuhan (=kenal Zat-Nya), sehingga ketika shalat dapat lidz-dzikrii =untuk mengingat AKU (=ingat Tuhan).
Makna S
Makna Shalat
halat WUSTH
WUSTHO
O
(1)
Menurut Tim Pemterjemah Al-Quran Departemen Agama RI,
shalat
wustho
ialah shalat yang di tengah-tengah dan paling utama. Ada
juga yang berpendapat shalat `ashar. Tapi menurut kebanyakan ahli
hadits, ayat ini menekankan agar semua shalat dikerjakan dengan
sebaik-baiknya.
(2)
Dalam Kitab-kitab Hadits, shalat Wustho ialah shalat Ashar atau
Shubuh, juga shalat 5 waktu lainnya (Al-Hadits Digital dalam
LIDWA PUSAKA)
(3)
Adapun menurut Guru Mursyid Ilmu Syaththariah (Kyai Muhammad
Anwar Muttaqin, Guru ke-49),
shalat wustho
ialah shalat-shalat
yang menyertai shalat wajib 5 waktu yang
ditetapkan oleh Rasul/ Ulil
Amri/Ulama
Pewaris
Nabi.
Menurut
beliau,
setiap
zaman
membutuhkan ragam shalat yang berbeda dengan zaman lainnya.
UMMATAN WASATH
UMMATAN WASATHO
O
= UMAT YANG DIPIMPIN OLEH WASITHAH
= UMAT YANG DIPIMPIN OLEH WASITHAH
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu
ummatan wasatho
(=umat
ber-Wasithah, =umat yang adil dan pilihan karena dipimpin oleh Wasithah) agar kamu
(murid-murid Wasithah) menjadi
saksi
atas (perbuatan) manusia (yang ternyata
hanya untuk mengejar nafsu dan syahwat), sedangkan Rasul (Wasithah)
menjadi
saksi
atas (perbuatan) kamu …
(Qs. 2/Al-Baqarah: 143)Kata ummat dalam ummatan wasatho pada ayat ini (juga dalam ayat-ayat
lain) bukanlah kerumunan manusia, melainkan masyarakat yang teratur karena ada
pemimpinnya. Perspektif Tasawuf Syaththariah, pemimpin umat beriman adalah
Wasithah, yakni Rasul/Ulil Amri atau Ulama Pewaris Nabi.
Tujuan SHALAT = untuk ‘mengingat’ ALLAH
Tujuan SHALAT = untuk ‘mengingat’ ALLAH
Sesungguhnya AKU ini (bernama) Allah.
Sesungguhnya AKU ini (bernama) Allah.
Tidak ada Tuhan selain AKU;
maka sembahlah AKU, dan
dirikanlah shalat untuk ‘mengingat’ AKU.
(Qs. 20/Thaha: 14)
Artinya, kita harus mengenali, siapakah Sang AKU dalam
ayat di atas.
AKU
adalah
ZAT TUHAN
Yang Asma-Nya
Allah (ma`rifat bi Dzatillah)!
CARA MENGENAL ‘AKU’ (=ZAT TUHAN)
CARA MENGENAL ‘AKU’ (=ZAT TUHAN)
Bagaimanakah cara mengetahui Zat Tuhan Yang Asma-Nya Allah
(ma`rifat bi Dzatillah) ?
(1)
Sebagian kaum Muslimin berpendapat:
Tidak perlu dan tidak mungkin mengetahui
(1)Sebagian kaum Muslimin berpendapat:
Tidak perlu dan tidak mungkin mengetahui
Zat Allah
.
Mereka merasa puas dengan mengetahui Asma, Sifat, dan Af`al
(perbuatan) Allah; juga merasa puas dengan berpikir tentang Ciptaan-Nya.
(2)
Sebagian kaum Sufi berusaha mengetahui Zat Allah (ma`rifat bi Dzatillah) dengan
cara
inkisyaf
(gnostik, penyingkapan), yakni dengan cara menjalankan riyalat,
riyadhoh, dan mujahadah secara ketat (sehingga diharapkan nanti Allah
memperlihatkan [‘
menyingkapkan
’]
Diri-Nya
).
(3)
Menurut KH Muhammad Munawwar Affandi (Wasithah ke-48), cara mengetahui
Zat Allah (ma`rifat bi Dzatillah) hanyalah dengan jalan
‘bertanya’ kepada Ahli
Zikir
(Ulama Pewaris Nabi).
CARA MENGENAL ‘AKU’ = BERTANYA KEPADA AHLI ZIKIR
CARA MENGENAL ‘AKU’ = BERTANYA KEPADA AHLI ZIKIR
MAKNA ‘AKU’
Dalam Qs. 20/Tho-Ha ayat 14 tadi ditegaskan bahwa
tujuan shalat adalah
untuk ‘mengingat’ AKU
. Siapakah Sang AKU dalam ayat ini? Untuk
mengenal-Nya (mengenali Zat Tuhan Yang Asma-Nya Allah, untuk
mengenal-Nya (mengenali Zat Tuhan Yang Asma-Nya Allah, untuk
dapat ma`rifat bi Dzatillah) maka haruslah
‘bertanya’ kepada Ahli Zikir
,
sebagaimana perintah Allah dalam ayat berikut:
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki
yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada ahladz
dzikri jika kamu tidak mengetahui (Zat Tuhan dan Ilmu Zikir)
CARA BERZIKIR ADALAH
CARA BERZIKIR ADALAH DENGAN
DENGAN
T
Tidak
idak mengeraskan
mengeraskan suara
suara (=
(=dalam
dalam hati
hati))
Dan
zikirilah (ingat-ingatlah) Tuhanmu dalam hatimu
dengan
Dan
zikirilah (ingat-ingatlah) Tuhanmu dalam hatimu
dengan
merendahkan diri dan rasa takut, dan (cara mengingatNya)
dengan
tidak mengeraskan suara
, di waktu pagi dan petang
(=di sepanjang waktu), dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang
lalai (=tidak berzikir)
.
(Qs. 7/Al-A`raf: 205)
Dalam Qs. 3/Ali Imran ayat 190-191 disebutkan tentang ciri-ciri Ulul Albab, yaitu:
orang-orang yang ber-zikir (mengingat Allah) sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring (=dalam berbagai keadaan); dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
PE
PERINTAH BERZIKIR (KHUSUS)
RINTAH BERZIKIR (KHUSUS)
SETELAH SHALAT
SETELAH SHALAT
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu),
ingatlah Allah
di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu
berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman.
PE
PERINTAH BERZIKIR (KHUSUS)
RINTAH BERZIKIR (KHUSUS)
SETELAH SHALAT
SETELAH SHALAT
Apabila shalat telah ditunaikan, maka bertebaranlah
kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah;
dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya
supaya kamu beruntung.
SHALAT YANG KHUSYU`
SHALAT YANG KHUSYU`
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang
khusyu’
.
(Qs. 2/Al-Baqoroh: 45)
MAKNA KHUSYU`:
(1)
Khusyu` sering dimaknai upaya sungguh-sungguh dan penuh ketundukan kepada
Allah dengan memahami dan menghayati makna dari bacaan dan gerakan shalat.
(2)
Perspektif Tasawuf, khusyu` adalah
khudhurul qolbi ilallah
(hadirnya hati kepada
JIKA ALLAH DISEBUT ‘GEMETAR’LAH HATINYA,
JIKA ALLAH DISEBUT ‘GEMETAR’LAH HATINYA,
YAKNI ORANG YANG SHALAT
YAKNI ORANG YANG SHALAT
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang
bila disebut nama Allah gemetar-lah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya),
dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal; (yakni) orang-orang yang mendirikan
shalat
dan yang menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka.
(Qs. 8/Al-Anfal: 2-3)
SHALAT DA`IM = TETAP ‘INGAT’ ALLAH
SHALAT DA`IM = TETAP ‘INGAT’ ALLAH
baik ketika shalat maupun ketika
baik ketika shalat maupun ketika
tidak
tidak mengerjakan shalat
mengerjakan shalat
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia
mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang
mengerjakan shalat, (yaitu) mereka yang mengerjakan
shalat da`im
. (Qs. 70: 19-23)
Shalat da`im
adalah shalat yang terus menerus. Maksudnya orang yang tetap dalam
kondisi shalat (walau sedang tidak mengerjakan shalat). Tujuan shalat adalah untuk
‘mengingat’ Allah. Jadi, shalat da`im adalah orang yang
selalu ‘mengingat’ Allah
baik
ketika mengerjakan shalat maupun ketika tidak mengerjakan shalat.
HINDARI SHALAT
HINDARI SHALAT
SAHUN
SAHUN
(Shalat yang ‘lalai’ dari ‘mengingat’ Allah)
(Shalat yang ‘lalai’ dari ‘mengingat’ Allah)
Maka kecelakaanlah (masuk neraka) bagi orang-orang yang
shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai
dari salatnya.
shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai
dari salatnya.
Al-musholliin
(pakai alif-lam =ma`rifat), adalah orang yang terbiasa
mengerjakan shalat dan mengerti syarat-rukun shalat (bukan orang
yang mengerjakan shalat secara asal-asalan).
Dalam ayat ini
al-musholiin
diancam dengan fawailun (masuk
neraka) karena shalatnya
sahun
(=lalai, =tidak ingat Tuhan).
Supaya shalatnya ingat Tuhan, kuncinya harus kenal dengan Tuhan.
Supaya kenal dengan Tuhan, maka harus meminta petunjuk kepada
ORANG MUNAFIQ SEDIKIT BERZIKIR
ORANG MUNAFIQ SEDIKIT BERZIKIR
Shalatnya bermalas
Shalatnya bermalas--malasan dan riya
malasan dan riya
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan
Allah akan membalas tipuan mereka; dan apabila mereka
berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas.
Mereka bermaksud riya
(dengan shalatnya itu)
di hadapan manusia; dan tidaklah mereka
mengingat Allah kecuali sedikit sekali.
ORANG MUNAFIQ SEDIKIT BERZIKIR
ORANG MUNAFIQ SEDIKIT BERZIKIR
Shalatnya bermalas
Shalatnya bermalas--malasan dan riya
malasan dan riya
Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima
dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka
kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak
mengerjakan shalat
melainkan dengan malas, dan
tidak (pula mereka) menafkahkan (harta)
melainkan dengan rasa enggan.
MANFAAT (KEUTAMAAN) MENDIRIKAN SHALAT
MANFAAT (KEUTAMAAN) MENDIRIKAN SHALAT
Hai orang-orang yang beriman,
jadikanlah sabar
dan shalat sebagai penolongmu
. Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.
MANFAAT (KEUTAMAAN) MENDIRIKAN SHALAT
MANFAAT (KEUTAMAAN) MENDIRIKAN SHALAT
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab
(Al-Quran). Dan dirikanlah shalat,
sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan) yang keji dan mungkar
. Dan
sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar
(keutamaannya); dan Allah Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.
SHALAT MENGHADAP KIBLAT
SHALAT MENGHADAP KIBLAT
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram
. Dan dimana saja
kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya
orang-orang yang diberi Al-Kitab memang mengetahui, bahwa
berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan
Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
WUDHU, MANDI, TAYAMUM
WUDHU, MANDI, TAYAMUM
Hai o
rang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan SHALAT, maka (berwudhulah, yakni) basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulahkepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki; dan jika kamu junub maka
mandilah; dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu
dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan