• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGAMA DAN MEDIA: TEORI KONSPIRASI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AGAMA DAN MEDIA: TEORI KONSPIRASI COVID-19"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

AGAMA DAN MEDIA:

TEORI KONSPIRASI COVID-19

Nikmah Lubis

Forum Penulis Madina (FPM) lubisnikmah6@gmail.com

Abstrak

Virus corona muncul pertama kali di Wuhan China yang merupakan virus yang menginfeksi pernapasan atau disebut Covid-19. Penyebarannya yang begitu cepat sampai ke seluruh negara menimbulkan pengaruh terhadap beberapa sektor, seperti kesehatan, sosial, politik, ekonomi maupun agama. Penyebaran informasi yang cepat dan menyeluruh yang dilakukan oleh media, menjadi kesempatan sebagian orang untuk menyebar hoax, rumor dan konspirasi yang dilakukan untuk kepentingan pribadi dan golongan tertentu. Penyebaran tersebut tidak terlepas dari otoritas yang dimilikinya. Otoritas politik dan otoritas agama mengalami penurunan legitimasi sehingga media baru membuat fragmentasi otoritas tetapi ada ketimpangan pengetahuan antara pemerintah, ahli kesehatan, dan masyarakat biasa. Sehingga masyarakat bebas menggunakan media apapun untuk bersuara. Para otoritas agama juga ikut meramaikan media online dan media sosial dalam menyampaikan pendapatnya tentang Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data sekunder yang bersumber dari artikel jurnal, media online. Hasilnya otoritas agama memiliki pengaruh kuat dalam menyampaikan informasi kepada khalayak. Walaupun sebagian informasi yang disampaikan bertentangan dengan otoritas lainnya seperti otoritas kesehatan dan politik (pemerintah).

Kata kunci: Covid-19, Teori Konspirasi, Otoritas agama

Abstract

The corona virus first appeared in Wuhan China, which is a virus that infects respiration or is called Covid-19. The spread is so fast that the whole country has an influence on several

(2)

sectors, such as health, social, political, economic and religious. The rapid and comprehensive dissemination of information carried out by the media has become an opportunity for some people to spread hoaxes, rumors and conspiracies carried out for personal and certain group interests. The spread is inseparable from the authority it has. Political authority and religious authority have decreased legitimacy so that the new media create fragmentation of authority but there is a knowledge gap between the government, health experts, and ordinary people. So that people are free to use any media to speak out. Religious authorities have also participated in online media and social media in expressing their opinions about Covid-19. This study uses qualitative methods with secondary data sourced from journal articles, online media. The result is that religious authorities have a strong influence in conveying information to the public. Although some of the information contradicts other authorities such as health and political authorities (government)

Keywords: Covid-19, Conspiracy Theory, Religious Authority

A. Pendahuluan

Berkembangnya media informasi komunikasi menjadikan penyebaran informasi semakin mudah, cepat, dimanapun dan kapanpun bisa diakses oleh semua orang. Namun bukan hanya dampak positif yang diperoleh, dampak buruk perkembangan teknologi ini pun bisa kita rasakan saat ini. Berita hoax dimana-mana, pesan propaganda dan konspirasi di produksi untuk kepentingan pribadi dan golongan tertentu. Begitu juga sekarang ini, dunia tengah dihebohkan oleh wabah virus corona atau yang disebut covid-19. Menurut world Health Organization (WHO) coronavirus adalah virus yang menginfeksi pernapasan. Virus ini muncul pertama kali di Kota Wuhan, China. Beberapa bulan setelah munculnya coronavirus di China yang akhirnya menyebar ke negara lain termasuk Indonesia. Rumor menyesatkan dan teori konspirasi pun menyebar tentang asal usul virus ini. Rumor tersebut dibumbui dengan ketakutan, rasisme yang semuanya dapat diperoleh di media sosial. 1

1 Annelise Depoux, Martin,S., Karafillakis,E.,Preet,R.,Wilder-Smith,A,&Larson,H. (2020). “The Pandemic of Social media panic travels faster than the Covid-19 outbreak”.

(3)

Menurut Paul Hunter, seorang profesor UEA mengemukakan "ketika berbicara tentang Covid-19, ada banyak spekulasi, informasi yang salah dan berita palsu yang beredar di internet tentang bagaimana virus itu berasal, apa yang menyebabkannya dan bagaimana penyebarannya, informasi yang salah berarti bahwa saran buruk dapat beredar dengan sangat cepat dan itu dapat mengubah perilaku manusia untuk mengambil risiko yang lebih besar”. Sedangkan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dunia "tidak hanya memerangi epidemi; kita memerangi infodemik. Berita palsu menyebar lebih cepat dan lebih mudah. daripada virus ini, dan sama berbahayanya ”(WHO, 2020). Dia menyebut pertempuran melawan "troll and conspiracy theories". Menurut Tedros, informasi yang salah menyebabkan kebingungan dan menyebarkan ketakutan sehingga menghambat respons terhadap wabah. "Misinformation about the corona virus is perhaps the most contagious thing about it,".2

Sejauh ini ada beberapa teori konspirasi yang beredar di jagat media mengenai asal usul virus corona. Misalnya berasal dari laboratorium Tiongkok yang sengaja dibuat dan dilepaskan sebagai bioweapon atau senjata biologis. Namun menurut jurnal dari Scripps Research yang sengaja menginvestigasi hal ini, anatomi SARS-CoV-2 sangatlah natural. Tidak terlihat campur tangan laboratorium di dalamnya. Studi tersebut juga menyebut bahwa virus ini sangat mirip dengan yang sering ditemukan pada kelelawar dan pangolin. Itu artinya mereka benar-benar alami. Namun peneliti mengungkap bahwa dulunya, virus ini tidak menyebabkan dampak apa pun pada manusia.

Kurun waktu 6 bulan ini, pemberitaan covid-19 tidak ada habis-habisnya, yang paling populer adalah seberapa cepat virus tersebut menular dan mengancam nyawa. Tidak sedikit informasi yang tersebar di media malah menimbulkan kepanikan di masyarakat. Namun kasus ini juga dimanfaatkan oleh berbagai sektor seperti sosial dan ekonomi. Dalam ranah sosial, orang berlomba-lomba membagikan informasi supaya dianggap pahlawan atau orang-orang yang memiliki intelektual. Sehingga tidak jarang orang sengaja memproduksi hoax untuk

(4)

kepentingan sosialnya.

Juga dalam ranah ekonomi, banyak produsen alat kesehatan seperti masker dan hand sanitizer memanfaatkan ini sebagai ajang mencari keuntungan. Barang yang mereka produksi sedikit, tapi harganya berlipat-lipat lebih mahal dari biasanya. Mirisnya, sebagian orang sengaja menimbun barang langka tersebut untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Para penimbun barang juga dilakukan oleh netizen yang panik akan berita corona di media. Biasanya mereka adalah ibu-ibu yang takut akan kehabisan stok kebutuhan mulai dari makanan sampai alat kesehatan.

Kehadiran covid-19 ini juga mengguncang rasa keimanan seseorang yang menimbulkan perdebatan dalam pemikiran teologi Islam. Banyak para otoritas agama mengeluarkan pendapatnya terkait virus corona. Bahkan terdapat golongan agama tertentu yang memanfaatkan sebagai ajang berdakwah. Banyak Flyer dan video bersebaran di media sosial yang menanyakan keimanan seseorang, apakah harus lebih takut terhadap Corona atau Allah, juga terkait keutamaan menggunakan hijab atau masker. Melalui tulisan Prof. Dr. Iswandi Syahputra di laman republika.co.id mengemukakan dua pandangan teologis terkait virus corona.

Pertama, golongan Jabariyah yang memiliki keyakinan bahwa semua diatur oleh Allah SWT, manusia hanya menjalankan takdir karena beranggapan bahwa virus Corona adalah makhluk Allah. Kedua, golongan Qadariyah yang memiliki keyakinaan bahwa manusia memiliki kebebasan untuk bersikap, menentukan jalan hidupnya sendiri. Mereka berikhtiar untuk mencegah penularannya dengan cara menggunakan masker dan hand Sanitizer. Terlepas dari kedua pemahaman tersebut, seharusnya masyarakat memahami bahwa penanganan virus ini tidak hanya cukup dengan doa dan pasrah, tapi harus ada upaya pencegahan untuk menghindari wabah ini. Karena manusia tidak hanya diberikan takdir baik buruk, tapi akal pikiran dalam menjalankan kehidupan.

Pemahaman Jabariyah ini bisa ditemukan pada sifat netizen Indonesia yaitu sifat fanatik. Mereka ketika mengagumi seseorang/ tokoh cenderung fanatik. Maka ketika beredar dakwah dari tokoh agama yang dikagumi terkait virus Corona, seolah mereka lebih percaya idolanya daripada ahli kesehatan dan pemerintah. Seperti

(5)

ceramah salah satu Ustad terkenal yang mengatakan bahwa ‘virus corona adalah tentara Allah’, wabah penyakit itu salah satu tentara Allah untuk menolong hamba Allah. Sehingga banyak yang mengaitkan dengan penyiksaan yang terjadi pada Muslim Uighur. Namun menurut ustad tersebut itu adalah salah satu interpretasi, bukan satu-satunya penafsiran.

Lain lagi dengan pakar tafsir Al-quran Indonesia Quraish Shihab, dia mengatakan terlalu banyak berita dan tulisan yang simpang siur mengenai virus corona. Ada kabar yang tak bertanggung jawab, namun juga ada yang mengandung kebenaran. Dia mengatakan tidak sependapat, ini bukanlah siksa Allah sebab wabah corona melanda dunia, mengenai orang baik dan orang-orang yang tak berdosa. Dia lebih senang wabah corona ini sebagai bencana yang berupa ujian dari Allah untuk umat manusia yang dewasa ini sering angkuh dan merasa mampu melakukan segala sesuatu. 3

Pandemi virus corona ini juga mengakibatkan perubahan dalam aspek ibadah. Ibadah yang merupakan hal pokok dalam setiap agama mengalami kendala, apalagi setiap orang tidak diperkenankan untuk berkumpul dengan banyak orang. Padahal tidak sedikit ibadah agama dilakukan langsung dan bersamaan dengan melibatkan banyak orang di satu tempat peribadatan. Begitu juga dengan ibadah umat Islam yaitu melaksanakan sholat jumat berjamaah, umrah dan haji. Banyak ulama memperdebatkan soal ibadah sholat jumat, ada yang menganjurkan sholat dirumah, ada yang bersikeras tetap melaksanakan di masjid.

Selain perdebatan soal ibadah, ditengah pandemi ini juga beredar teori konspirasi yang mengaitkan dengan agama. Banyak beredar informasi di media sosial yang mengatakan bahwa kaum Komunis, Nasrani dan Yahudi memanfaatkan pandemi ini untuk menghancurkan umat Islam. Penyebaran pesan konspirasi tersebut tidak terlepas dari peran media sebagai wadah pemberitaan atau yang disebut konspirasi online. Sejauh ini sudah ada beberapa sarjana yang telah melakukan penelitian terkait konspirasi online.

3 Muhammad Sukardi “Benarkah Virus Corona tentara Allah? Ini penjelasan Quraish Shihab” pada 28 Maret 2020 pada laman

(6)

Dengan mengamati konspirasi online sekaligus melihat bagaimana peran media baik dalam aspek budaya, politik maupun ekonomi. Tulisan ini ingin menjawab pertanyaan bagaimana narasi otoritas agama di Indonesia dalam menyebarkan informasi Covid-19 di media sosial? Pertanyaan tersebut akan dijawab dalam bab pembahasan dimulai dari gambaran dan asal usul teori konspirasi. Dilanjutkan dengan cara kerja konspirasi online dan hubungannya dengan media, alasan orang-orang tertarik dan percaya dengan teori konspirasi. Terakhir bagaimana narasi konspirasi online oleh otoritas agama di Indonesia di tengah pandemi.

Adapun untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kepustakaan dengan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan data deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan, berarti data penelitian bersumber dari semua data yang terkumpul dari perpustakaan. Seperti bahan-bahan tertulis yang telah dipublikasikan dalam bentuk buku, artikel dalam jurnal, berita online dll. B. Pembahasan

Covid-19 atau penyakit virus corona 19 adalah penyakit yang sangat menular dengan masa inkubasi panjang yang disebabkan oleh Sars-Cov-2 (Sindrom Pernafasan Akut Parah Coronavirus). Jumlah pasien terus meningkat secara drastis karena ratusan juta orang bepergian selama periode musim semi. Banyak yang meremehkan wabah ini, hingga Komisi Kesehatan Nasional mengklasifikasikannya sebagai penyakit menular tipe B dan mengambil tindakan resmi untuk memerangi penyakit ini pada 20 Januari 2020. Sejak itu, pencegahan epidemi secara komprehensif ditingkatkan. Karena penyakit ini tidak hanya menyerang fisik seseorang saja, juga mempengaruhi kesehatan mental terutama dalam hal emosi dan kognisi4.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama 45 hari dari tanggal 1 Januari sampai 14 Februari terhadap media sosial seperti Twitter, Instagram, YouTube, Reddit

4 Li,S.,Wang,Y.,Xue,J.,Zhao,N.,& Zhu,T. (2020). The Impact of Covid-19 epidemic declaration on psychological consequences:a study on active Weibo users. International journal of environmental research and

(7)

dan Gab tentang keterlibatan dan minat pengguna media terhadap topik Covid-19. Ditemukan dataset sebanyak lebih dari 8 juta komentar dan postingan selama rentang waktu tersebut. Interaksi tertinggi dalam hal posting dan komentar dapat diamati pada platform utama seperti Youtube dan Twitter. Mereka juga menemukan bahwa ada informasi yang salah dan berbeda yang tersebar di setiap platform namun tidak ditemukan pola penyebaran yang berbeda. 5

Sedangkan pencarian di Google dengan kata "Coronavirus" menghasilkan 3.550.000 hasil pada 3 Maret dan 9.440.000 hasil pada 14 Maret. Sebaliknya, "influenza" menarik 30- hingga 60 kali lipat lebih sedikit perhatian meskipun musim dingin telah menyebabkan lebih banyak kematian secara global daripada virus corona. Berbagai virus corona sebenarnya menginfeksi jutaan orang setiap tahun, dan mereka sering terjadi terutama pada orang tua dan pasien rawat inap dengan penyakit pernapasan di musim dingin6.

Ketika Covid-19 berubah menjadi sebuah krisis kesehatan masyarakat, beberapa teori mengenai asal usul virus ini mulai beredar di internet. Semuanya memiliki informasi yang sama bahwa virus ini sengaja diciptakan di laboratorium oleh rezim pemerintah. Informasi ini berasal dari salah satu akun media sosial dan situs web tanpa bukti yang kredibel. Walaupun para ilmuwan dari berbagai negara sudah meneliti Covid-19 yang menyimpulkan bahwa virus ini berasal dari hewan, namun teori konspirasi tetap mendapatkan daya tarik untuk diikuti di internet. 7

Teori konspirasi selanjutnya tentang asal usul Covid-19 disebabkan oleh gelombang elektromagnetik yang ditransmisikan oleh tiang telepon 5G dan pemerintah sengaja menyebabkan kepanikan untuk memperkenalkan langkah-langkah pengendalian populasi manusia yang kejam (Depoux et al., 2020; Kouzy et al., 2020). Perkiraan satu dari lima responden di

5 Ibid.

6 John P. A. Ioannidis, (2020). ”Coronavirus disease 2019: The harms of exaggerated information and non-evidence-based measures”, joernal Wiley. (11 March 2020), https://doi.org/10.1111/eci.13222.

Areeb Mian, Shujhat Khan, (2020). “Coronavirus: the spread of misinformation”. BMC medicine, 18(1),1-2.

(8)

Amerika Serikat dan Inggris mempercayai teori-teori semacam ini (Geldsetzer, 2020). Keyakinan semacam ini dapat menyebabkan orang menggunakan solusi yang berpotensi berbahaya mengenai pencegahan penyebaran Covid-19, atau dengan sengaja terlibat dalam perilaku berisiko yang menyebarkan virus (Pennycook et al., 2020). Sebagai contoh, dapat dibayangkan apabila individu yang percaya bahwa Covid-19 bukan disebabkan oleh virus melainkan oleh gelombang elektromagnetik dapat mengambil lebih sedikit tindakan pencegahan untuk mematuhi social distancing. Sebaliknya juga bisa terlibat dalam aksi yang ditujukan pada sumber ancaman yang dirasakan misalnya dengan membakar tiang telepon 5G yang demikian tidak hanya menghancurkan infrastruktur negara tetapi juga kehidupan orang lain; Waterson & Hern, 2020)8.

C. Agama dan Media: Teori Konspirasi Covid-19

Penyebaran informasi menenggelamkan sumber informasi terpercaya yang pada akhirnya membuat publik bingung. Kebingungan publik membuat warga tidak siap untuk menghantam krisis kesehatan masyarakat. Hingga akhirnya menjadikan penyebaran yang lebih besar dan mitigasi penularan virus yang tidak efisien. Dalam menghadapi pandemi, penting bagi pemerintah untuk menjadi transparan dan menyampaikan informasi yang jelas dan jujur kepada publik. Selain itu, berbahaya untuk politisi untuk mempolitisasi pandemi ini. Pada saat seperti ini, pesan dari para pemimpin pemerintah perlu konsisten bahwa masyarakat bisa mendapatkan kembali kepercayaan pada pegawai negeri sipil9.

Perdebatan tentang respon Islam terhadap Covid-19 sudah muncul ke permukaan terutama antara Islamis dengan pihak berwenang (Pemerintah). Di berbagai daerah ada beberapa yang tidak puas dengan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti penutupan masjid dan tempat ibadah lainnya. Tantangan

8 Viren Swami1-2 & David Barron, (2020). “Analytic Thinking, Rejection of Coronavirus (COVID-19) Conspiracy Theories, and Compliance with Mandated Social-Distancing: Direct and Indirect Relationships in a Nationally Representative Sample of Adults in the United Kingdom”.

Areeb Mian, Shujhat Khan, (2020). “Coronavirus: the spread of misinformation”. BMC medicine, 18(1),1-2.

(9)

Pemerintahpun bertambah besar ketika konspirasi menyebar di media sosial. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa banyak teori konspirasi menyebar di seluruh dunia mengenai asal-usul virus, pengobatan dan prediksi yang akan terjadi dimasa depan.

Media digital telah meningkatka potensi keragaman suara, otoritas keagamaan yang sebelumnya dilihat sebagai sesuatu yang formal atau berupa kelembagaan berubah menjadi karakteristik yang lebih cair (Horsfield,2012)10. Kemunculan media baru (new media) sejak dekade 1980an juga mentransformasi wajah otoritas keagamaan di Indonesia. Fragmentasi dan pluralisasi otoritas agama Islam yang dipicu oleh disrupsi teknologi media baru melahirkan apa yang disebut Anderson (2003) sebagai ‘penerjemah Islam baru’. Di Indonesia, kelahiran ‘penerjemah Islam baru’ ini dimungkinkan oleh dua faktor struktural yang saling berkaitan, yakni gelombang liberalisasi ekonomi-politik di saat reformasi 1998 yang secara simultan diiringi dengan revolusi teknologi informasi dan komunikasi di akhir tahun 1990an (Slama, 2018).

Sehingga otoritas agama seperti ustad dan kiyai memiliki peranan yang signifikan ditengah masyarakat yang religius. Otoritas agama secara aktif merespon situasi pandemi Covid-19 dengan berbagai landasan sumber yang mereka pegang. Mengutip dari Weber otoritas muncul dari tradisi sakral, karisma yang dirasakan karena ditanamkan dengan kekuatan ilahi spritual11. Dalam otoritas agama dapat didekati sebagai tatanan dan kualitas komunikasi yang dalam era elektronik diturunkan dari media dan dibangun secara dinamis. Jadi otoritas agama dapat dikonstruksikan yang dibentuk dari berbagai perspektif yang mengacu pada serangkaian pemikiran tentang kontrol dan pengaruh yang berkaitan dengan ketuhanan dan ketaatan (Cheong)12. Otoritas agama juga didefinisikan sebagai ‘titik referensi’ (point of reference) dan identitas dalam tradisi keagamaan tertentu yang berkembang menjadi 10 Campbell, H. A. (Ed.). (2012). Digital religion: Understanding religious practice in new media worlds. Routledge.

11 Ibid. 12 Ibid hlm

(10)

sebuah pengetahuan, agama, kepercayaan, dan struktur simbolik yang direpresentasikan dalam pengalaman ritual dan komunitas beragama (Azra, Djik dan Kaptein, 2010).

Para otoritas agama seperti ustad dan kiyai memberikan respon secara beragam . Di kalangan pemuka agama, ada yang sangat pro-aktif memitigasi risiko penularan wabah namun ada juga yang tetap menyelenggarakan kajian dengan berkerumun bahkan melakukan disinformasi soal korona. Berikut beberapa contoh ustad dan kiyai yang menyampaikan narasi soal covid-19 di media sosial

Tabel 1 Narasi Otoritas Agama terkait Covid-19

No Nama Ustad Sumber Argumentasi 1. Ust Zulkifli M. Ali Channel Youtube: Lisan Hamba, 01 Maret 2020

-Covid 19 didatangkan oleh Allah SWT akibat perbuatan manusia -Melalui Covid-19 Allah sedang memperlihatkan kekuasaan, kekuatan-Nya kepada para penyombong-penyombong di muka bumi

-Ketika gereja di Korea Selatan, dari sana sumber penyebaran Covid-19 di Korsel sehingga menjadi penyakit dalam penyebaran virus yang tak terkendali.

-Mengapa Muslim yang di Cina tidak terkena Covid 19?

Sesuai hadis Nabi SAW yang mengatakan bahwa akan keluar cahaya dati tubuh orang-orang yang beriman pada hari kiamat.

-Ada misi terselubung atau rencana rahasia dari 50 protokoler di illuminati dimana mereka bercita-cita kedepan dibawah payung “The New World Order” mengurangi populasi manusia di muka bumi. Yang boleh bertahan hanyalah ras mereka, diluar harus binasa semua.

(11)

Tabel diatas adalah narasi soal Covid-19 dari beberapa ustad dan kiyai yang tidak sejalan dengan

Dan semua itu adalah illuminati. - Merujuk pada seseorang yang dirasuki 2. Gus Najih Maimoen Channel Youtube: Ya ngaji yang piknik pada 27 Maret 2020

-Covid-19 belum wabah, belum

ta’un. Ta’un itu yang mati kalau seribu, dua ribu bahkan sepuluh ribu. Ini rekaya oleh Amerika yang diperintahkan oleh zionis karen zionis bilang di protokolat atau apa tahun 2020 ini yang boleh hidup hanya 500 juta, berarti harus dibunuh. Mereka menghancurkan umat Islam, tidak ada shalat jumat berjamaah. Ini penjajahan UNESCO, WHO, PBB, Amerika dan China. 3. Ustad Wandi Bustami LC,MA Channel Youtube : Tafaqquh Video Pada 6 Februari 2020

-Bersumber dari buku karya Habih

Abu Bakar Addi Al-Masyhhur berjudul “AL-Usus Wal Munthalaqat” yang berisi tanda-tanda kiamat nanti akan muncul penyakit yang belum ada padamasa lalu termasuk diantaranya “kuruna”, flu burung, flu babi. Firasat seorang wali (ulama besar) bisa jadi kenyataan. Kata Nabi “takutlah kalian akan firasat seorang mukmin” karena firasat seorang mukmin akan terjadi. 4. Ustad Rahmat Al-Baequni Facebook Ustad Rahmat Baequni Pada 25 Maret 2020 Berjudul “Adakkah Konspirasi dibalik Corona?

-Manusia memiliki kemampuan untuk menciptakan ini (Covid-19) konspirasi.

-Perpecahan ditengah-tengah kita mengakibatkan fitnah yang dahsyat. Salah satu fitnah itu adalah virus corona ini. jadi tidak menutup kemungkinan jika ini adalah konspirasi. Bisa jadi Allah menghendaki karena Allah berfirman dalam Q.S An-Nisa ayat 115

(12)

pemerintah yang kemudian dianggap konspirasi. Hal ini bisa terjadi karena pemerintah Indonesia dinilai lamban dalam merespons dan melakukan aksi pencegahan. Otoritas pemerintah juga cenderung meremehkan bahkan bersikap denial terhadap ancaman virus korona yang sudah di depan mata di bulan Januari-Februari. Misalnya, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, mengatakan tidak perlu takut dengan virus korona karena yakin doa telah membuat Indonesia ‘kebal’ dari virus korona. Pernyataan pejabat pemerintah yang cenderung meremehkan Covid-19 juga nampak dari statemen Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin (26/02/2020),yang mengatakan bahwa para kyai dan ulama membaca do’a qunut untuk menolak bala sehingga korona hilang dari Indonesia.

Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa terjadinya peningkatan penyebaran konspirasi selama pandemi bukanlah sebuah fenomena baru, terutama di saat krisis. penyebaran tersebut hanya bentuk dari sifat manusia yang rentan terhadap kepercayaan akibat situasi krisis. Mengutip dari Van Prooijen, teori konspirasi adalah bagian dari sifat manusia dan orang-orang telah rentan terhadap kepercayaan seperti ini dalam sepanjang sejarah. Kemudian faktor yang memprediksi keyakinan tersebut adalah situasi krisis. 13

Teori konspirasi juga erat kaitannya dengan pemikiran dan perasaan subyektif yang dimiliki orang ketika dihadapkan dengan situasi krisis seperti pandemi saat ini. Sehingga orang yang menyebarkan teori konspirasi bisa jadi ungkapan perasaan akan kekecewaan terhadap peraturan yang dibuat oleh pihak berwenang. Teori konspirasi juga ditemukan lebih mungkin terjadi pada orang yang cenderung tidak berpikir analitis14. D. Kesimpulan

Melalui narasi yang disajikan di atas, artikel ini menemukan bahwa dalam merespons situasi pandemi akibat penyebaran virus korona otoritas agama Islam di Indonesia mengalami pluralisasi, fragmentasi, dan

13 Van Prooijen,J.W.,& Douglas,K.M (2017).”Conspiracy Theories As Pasrt Of History:The Role Of Social Crisis Situations. Memory

studies,10(3),323-333.

(13)

berujung pada konvergensi artikulasi wacana dan praksis keagamaan.

E. Daftar Pustaka

Annelise Depoux, Martin,S., Karafillakis,E.,Preet,R.,Wilder-Smith,A,&Larson,H. (2020). “The Pandemic of Social media panic travels faster than the Covid-19 outbreak”. Areeb Mian, Shujhat Khan, (2020). “Coronavirus: the spread of

misinformation”. BMC medicine, 18(1),1-2.

Azra, Azyumardi, Kees Van Dijk, and Nico J.G. Kaptein. 2010. “Introduction.” In Varieties of Religious Authority: Changes and Challenges in 20th Century Indonesian Islam, edited by Azyumardi Azra, Kees Van Dijk, and Nico J.G. Kaptein, 211. Singapore: ISEAS Publishing.

John P. A. Ioannidis, (2020). ”Coronavirus disease 2019: The harms of exaggerated information and non evidence-based measures”, joernal Wiley. (11 March 2020),

https://doi.org/10.1111/eci.13222.

Campbell, H. A. (Ed.). (2012). Digital religion: Understanding religious practice in new media worlds. Routledge.

Li,S.,Wang,Y.,Xue,J.,Zhao,N.,& Zhu,T. (2020). The Impact of Covid-19 epidemic declaration on psychological consequences:a study on active Weibo users. International journal of environmental research and public health, 17 (6),2032

Muhammad Sukardi “Benarkah Virus Corona tentara Allah? Ini penjelasan Quraish Shihab” pada 28 Maret 2020 pada laman

https://muslim.okezone.com/read/2020/03/28/330/219038 9/

Slama, Martin. 2018. “Practising Islam through Social Media in Indonesia.”

Indonesia and the Malay World 4–1 :(134) 46

Van Prooijen,J.W.,& Douglas,K.M (2017).”Conspiracy Theories As Pasrt Of History:The Role Of Social Crisis Situations. Memory studies,10(3),323-333

Viren Swami1-2 & David Barron, (2020). “Analytic Thinking, Rejection of Coronavirus (COVID-19) Conspiracy

(14)

Theories, and Compliance with Mandated Social-Distancing: Direct and Indirect Relationships in a Nationally Representative Sample of Adults in the United Kingdom”.

https://www.youtube.com/watch?v=5r_NPBU_4KI diakses pada

25 Juni 2020 https://www.youtube.com/watch?v=rry02HyOwXw diakses pada 25 Juni 2020 https://www.youtube.com/watch?v=pUX08oZdzzA diakses pada25 Juni 2020 https://www.youtube.com/watch?v=-3GzxV-WxQg diakses pada 25 Juni 2020

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul “Perbandingan Pengaturan Human Trafficking ditinjau dari KUHP dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Dengan penyebaran virus covid-19 yang semakin meningkat saat ini di Indonesia, masyarakat memerlukan sebuah informasi yang akurat mengenai penyebaran covid-19 saat ini. Hal

Kegiatan edukasi dalam rangka penanggulangan penyebaran Covid-19 di tengah masyarakat melalui poster protokol kesehatan Covid-19 diharapkan dapat

Setelah mengikuti sesi ini peserta didik mampu untuk menjelaskan anatomi, topografi, dari vena tungkai, menegakkan diagnosis dan pengelolaan varises tungkai, melakukan work-up

Media sosial yang dapat digunakan dalam sharing informasi mengenai pedoman cuci tangan untuk pencegahan penyebaran virus covid-19 banyak sekali antara lain

Kegiatan pengabdian masyarakat bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mitra agar memiliki pengetahuan, dan kepedulian mengenai pencegahan penyebaran COVID-19

Gambar 3 di atas merupakan proses gambaran umum sistem pakar diagnosa leukimia menggunakan metode forward chaining yang nantinya akan dikelola oleh admin,

196601021989022002 Pembina, IV/a Guru SDN Tanjungkamuning 4 UPTD Pendidikan Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut.. Kepala SDN Tanjungkamuning 3 UPTD Pendidikan Kecamatan