• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Skripsi T.Perkapalan Lab. Riskom Iis Cantik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proposal Skripsi T.Perkapalan Lab. Riskom Iis Cantik"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BENTUK BADAN

KAPAL PENANGKAP IKAN 11-12 GT

DI LOHGUNG, BRONDONG, LAMONGAN

Oleh:

IIS LIYANATUL ULWIYAH

NIM. 2007.02.1.0005

JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

(2)

PROPOSAL SKRIPSI

Judul : Pengembangan Bentuk Badan Kapal Penangkap Ikan 11-12 GT di Lohgung, Brondong, Lamongan

Oleh : Iis Liyanatul Ulwiyah NIM : 2007.02.1.0005 Jurusan / Prodi : Teknik Perkapalan

Telah diseminarkan pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 21 April 2011

Tempat : Ruang Seminar Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan Universitas Hang Tuah Surabaya

Mengetahui / menyetujui : Dosen Pembimbing :

1. Ali Munazid, S.T., M.T. 1. ___________

2. Ir. Didik Hardianto, M.T. 2. ___________

Dosen Penguji :

1. H. Broto Sasongko, M.Sc 1. ___________

2. Ir. P.Darma Adjie 2. ___________

3. Bagiyo Suwasono, S.T.,M.T. 3. ___________

4. Tri Agung K. S.T.,M.T. 4. ___________

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Perkapalan

Nur Yanu Nugroho, S.T., M.T.

(3)

ABSTRAK

Kapal penangkap ikan yang ada di Brondong, Lamongan dibuat oleh para pengrajin atau pembuat kapal dengan hanya mengandalkan keahlian yang didapat dari nenek moyang mereka secara turun temurun. Kapal tersebut dibuat dengan peralatan seadanya dan tidak terstruktur dengan baik. Sehingga para pengrajin kapal ini cenderung tidak mengetahui dan memperhatikan faktor keselamatan dari kapal dan awaknya, kemampuan kapal, dan geometri kapal. Yang mereka pikirkan hanya bagaimana membuat kapal yang bisa mengangkut muatan sebanyak-banyaknya. Maka kapal penangkap ikan yang mereka buat cenderung memiliki

Coefisien Blok besar. Ini tentu saja akan memperbesar tahanan kapal sehingga

akan boros terhadap bahan bakar. Selain itu kemampuan maneuver kapal akan rendah. Apalagi setiap kali melaut ruang muat rata-rata hanya terisi (60-80)%.

Pada Tugas Akhir ini akan dilakukan pengembangan bentuk badan kapal penangkap ikan 11-12 GT di Desa Lohgung, Brondong, Lamongan dengan variasi berbagai bentuk badan kapal, yaitu bentuk Parallel Equilibrium (Flat Bottom), bentuk penuh (U-Bottom), bentuk tajam (V-Bottom), berbentuk yang menyerupai huruf “U” dengan garis kaku dan biasa (Akatsuki), dan bentuk badan kapal yang berbentuk kurva melengkung (Round Bottom).

Pengembangan dilakukan dengan cara memvariasikan bentuk asli ke berbagai bentuk tadi. Kemudian dianalisa dan dihitung ulang tahanan dan stabilitas kapal menggunakan model 3D berupa Maxsurf pro (Hull Speed Pro dan Hydromax Pro).

Tugas Akhir ini dilakukan untuk mencari alternatif terbaik bagi performa kapal tanpa merubah displacement kapal tersebut, dengan harapan kapal bisa lebih efisien dan beroperasi dengan maksimal. Selain itu dengan Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ide dan desain kapal penangkap ikan yang benar-benar efisien untuk dioperasikan di daerah tersebut.

(4)

DAFTAR ISI Cover………... i Lembar Pengesahan...………... ii Abstrak ...………... iii Daftar Isi……….………...… iv BAB I. Pendahuluan……… 1 1.1. Latar Belakang……… 1 1.2. Rumusan Masalah………... 2 1.3. Tujuan ………..……….. 2 1.4. Batasan Masalah …….………... 2

BAB II. Tinjauan Pustaka…..……… 4

2.1. Perencanaan Kapal………..… 4

2.2. Kapal Penangkap Ikan……...………...………...………...… 5

2.3. Gross Tonnage (GT)……… 6

2.4. Lines Plan………... 7

2.5. Stabilitas Kapal………... 9

2.6. Tahanan Kapal………...………. 10

2.7. Maxsurf Pro……… 11

BAB III. Metodologi Penelitian………….………..……... 12

3.1. Flow Chart……….……….……… 12

3.2. Metode Pelaksanaan……….……….. 13

3.3. Jadwal Kegiatan……….……….… 15

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kapal penangkap ikan dipergunakan oleh nelayan (penangkap ikan) sebagai sarana yang membantu dalam menangkap ikan, termasuk di dalam kapal penangkap ikan tersebut juga difungsikan sebagai alat untuk menyimpan ikan, menampung dan mengangkut ikan, serta mendinginkan atau mengawetkan ikan hasil tangkapan.

Bentuk badan kapal penangkap ikan di Indonesia itu memiliki ciri khas tersendiri di mana antara satu daerah memiliki bentuk berbeda dengan daerah yang lainnya. Hal ini dikarenakan para pengrajin kapal di tiap daerah membuat kapal dengan mengandalkan keahlian secara turun-temurun, artinya kapal-kapal tersebut dibangun berdasarkan pengalaman tanpa perhitungan-perhitungan yang pasti sebagaimana layaknya pembuatan kapal secara modern. Pembuatan kapal secara tradisional biasanya tidak didasari pada perencanaan dan perhitungan yang jelas sehingga dalam pembuatannya selalu ada perubahan karakteristik pada bentuk kapal (Tangke, 2009), dan tentu saja kemampuan kapal saat beroperasi di laut.

Contohnya yaitu kapal penangkap ikan di daerah Brondong Lamongan. Ciri khas yang dimiliki oleh kapal penangkap ikan di Brondong adalah memiliki lambung yang gemuk (Coefficient Block/ Cb besar). Nilai Cb sendiri merupakan koefisien bentuk lambung kapal yang artinya bila nilai Cb mengecil maka kapal tersebut akan bergerak cepat sedangkan kapal dengan nilai Cb yang besar atau mendekati 1,0 merupakan kapal yang bergerak dengan kecepatan yang lambat (Tangke, 2009).

Pertimbangan awal mereka dalam membuat kapal adalah agar dengan cb yang besar dapat menghasilkan displacement yang besar pula sehingga muatan juga dapat lebih banyak, selain itu stabilitas kapal memang lebih baik. Akan tetapi apabila desain bentuk badan kapal tersebut dipertahankan, maka tahanan kapal yang dihasilkan oleh kapal juga akan semakin besar. Dalam praktek, air dianggap tak mampu menahan tegangan tarik. Sehingga untuk

(6)

mencapai kecepatan yang sama akan dibutuhkan mesin dengan daya yang lebih besar. Ini tentunya akan sangat merugikan karena semakin besar dayanya maka berpengaruh pada harga mesin yang mahal dan konsumsi bahan bakarnyapun juga ikut semakin besar.

Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis berkeinginan mendapatkan bentuk badan kapal penangkap ikan tradisional 11-12 GT di daerah Lohgung, Brondong, Lamongan yang optimum. Dengan dihasilkannya bentuk badan kapal yang optimum, maka diharapkan kapal penangkap ikan tradisional memiliki kapasitas muatan yang cukup besar, dengan tahanan yang kecil, stabilitas yang baik, serta olah gerak kapal yang baik pula.

1.2. Rumusan Masalah

Kapal penangkap ikan (terutama kapal penangkap ikan 11-12 GT) yang ada di daerah Brondong Lamongan kebanyakan dibuat tanpa perencanaan yang baik terutama pada bagian lambung sehingga kapal tersebut tidak efisien pada saat operasional. Dari hal tersebut, rumusan masalah yang dapat diambil adalah bagaimana desain bentuk badan kapal penangkap ikan 11-12 GT di desa Lohgung, Brondong, Lamongan yang optimal agar kapal bisa memiliki performa yang baik setelah dilakukan analisa dari beberapa bentuk badan kapal di perairan Brondong.

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bentuk badan kapal penangkap ikan 11-12 GT yang optimal di daerah Brondong, Lamongan, dengan performa yang baik.

1.4. Batasan Masalah

Untuk menyederhanakan pembahasan masalah yang terjadi dalam penelitian agar lebih terfokus dan terarah, maka dalam hal ini batasan masalah yang diambil adalah :

1. Kapal yang digunakan adalah Kapal penangkap ikan 11-12 GT,

2. Hasil analisa hanya berupa gambar bentuk badan 3 dimensi dan juga gambar lines plan hasil simulasi dari software.

(7)

3. Bahasan masalah konstruksi dan permesinan, tidak dibahas secara mendalam. Hasil tangkapan, ketahanan ikan serta analisa ekonomis juga tidak dibahas.

4. Definisi performa kapal yang dimaksud dalam penulisan tugas akhir ini meliputi tahanan kapal dan stabilitas kapal.

5. Perhitungan performa kapal menggunakan pendekatan teoritis yang dikerjakan dengan paket perhitungan yang telah terintegrasi pada

software Maxsurf 11 yaitu :

a. Hullspeed 11 untuk perhitungan tahanan kapal

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Kapal

Seni dan keterampilan tangan dikembangkan selama beberapa ribu tahun tidak digantikan ilmu pengetahuan. Akan tetapi seni terbukti tidak cukup untuk menghindari bencana laut, maka kebutuhan terhadap pendekatan ilmiah dirasa perlu. Ilmu pengetahuan menyumbangkan banyak kontribusi untuk mengurangi kelemahan-kelemahan, tetapi ilmu pengetahuan tetap memerlukan masukan-masukan pegalaman dan kebiasaan yang membawa pada sebuah keberhasilan. (Munazid, 2010)

Ilmu pengetahuan menghasilkan dasar yang benar untuk perkapalan, nilai yang tepat dari kriteria-kriteria yang menentukan keberhasilan kerjanya tetap berdasarkan kebaiasaan sebelumnya yang berhasil. Ketika alat yang akurat telah dikembangkan keterampilan ditinggalkan. Pada dasarnya perancang kapal dalam merencanakan memperhitungkan keselamatan kapal, geometrik dan kemampuan kapal, meskipun hal-hal tersebut bukan keputusan yang ekslusif. Dengan keselamatan kapal, perancang kapal memperhitungkan kapal tidak tenggelam atau rusak. Perancang harus yakin kapal cukup kuat, perancang harus memikirkan awak kapal dan yang lainnya. Oleh karena itu, perencana dalam merencanakan melibatkan kompromi yang komplek mulai dari faktor keselamatan, kemampuan, sampai geometri kapal (Tawekal, dalam Munazid, 2010).

Design adalah proses-proses penyusunan konsep, pencetusan ide-ide

baru, visualisasi, perhitungan, penyusunan bagian-bagian, penghalusan dan penentuan detail untuk menentukan bentuk dari sebuah produk engineering (French, 1985), sedangkan menurut Evans (1959) ada 4 tahap atau langkah dalam proses design kapal meliputi yang dijelaskan pada metode Design

Spiral, dimana proses ship design merupakan suatu proses iterasi (proses

yang dilakukan berulang-ulang) mulai dari mission requirement sampai dengan detail design, seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.1 :

(9)

Gambar 2.1. Design Spiral (Evans,1959)

2.2. Kapal Penangkap Ikan

Kapal ikan merupakan kapal yang dipergunakan sebagai sarana untuk menunjang operasi penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian atau eksplorasi perikanan (UU No.31, Th. 2004)

Kapal ikan terdiri dari kapal penangkap ikan dan kapal bukan penangkap ikan. Dengan tipe dan jenis yang banyak sekali. Istilah dan definisi dalam perikanan tangkap yang berkembang di masyarakat nelayan sangat beraneka ragam, sehingga diperlukan adanya standar istilah dan definisi yang sama terutama dalam penamaan dan atau penyebutan kapal perikanan.

Sedangkan menurut Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian, kapal penangkap ikan merupakan kapal yang dipergunakan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang memakai kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah, dan mengawetkannya.

Beberapa bentuk badan kapal di bawah garis air (WL) menurut Dohri (dalam Saptunawati, 2009) terdiri atas :

(10)

2) Badan kapal berbentuk penuh (U-Bottom); 3) Badan kapal berbentuk tajam (V-Bottom).

Selain ketiga bentuk kapal di atas, juga terdapat bentuk badan kapal yang berbentuk seperti huruf “U” dengan garis kaku dan biasa (Akatsuki), (Traung, dalam Saptunawati,2009) dan bentuk badan kapal yang berbentuk kurva melengkung (Round Bottom), (Fyson, dalam Saptunawati, 2009), lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Bentuk badan kapal ikan.

Sumber : (Dohri, 1983; Traung, 1960; Fyson, 1985)

2.3. Gross Tonnage (GT)

Pengukuran Tonase saat ini diatur oleh International Convention on

Tonnage Measurement Of Ships, 1969 dalam London Rules dan

diaplikasikan pada kapal yang dibangun setelah Juli 1982, berdasarkan konvensi ini Gross Tonnage (GT) digunakan untuk menggantikan Gross

Register Tonnage (GRT). Berdasarkan ketentuan konvensi tersebut, Gross Tonnage (GT) dihitung dengan formula :

GT = K1 . V

di mana :

V = Total volume semua ruang tertutup kapal dalam m3 K1 = 0,2 + 0,02 Log10V

Sedangkan menurut Nomura dan Yamazaki (1977) bahwasanya perhitungan GT kapal yaitu penjumlahan antara volume ruang tertutup di atas dek (a) dengan volume seluruh ruang tertutup di bawah dek (b) kemudian dikali dengan 0,353.

GT = (a+b) x 0,353.

di mana :

a = Volume ruang tertutup di atas dek, b = Volume ruang ertutup di bawah dek.

(11)

Dengan kata lain dengan daya muat kapal

ruang mesin, tangki air tawar, tangki BBM,

yang didesain agar cukup untuk menampung ikan, bahan bakar, air, ruang mesin, ruang akomodasi, dan lain

2.4. Lines Plan

Lines Plan atau yang pada umumnya disebut dengan rencana garis

merupakan gambar poton

bidang diametral, bidang garis air, dan bidang tengah kapal. Gambar Rencana Garis ini menjadi pegangan utama

perencana untuk melaksanakan perancangan kapal secara lengkap, mulai dari menghitung karakteristik kapal, men

menentukan daya muat kapal, daya motor induk yang dibutuhkan untuk dapat menggerakkan kapal sesuai dengan kecepatan yang d

menghitung dan memeriksa kemampuan olah gerak kapal pelayarannya. Gambar lines plan terdiri dari

kapal, yaitu bidang diametral, bidang tengah kapal dan bidang garis air. Bidang diametral adalah bidang tegak memanjang yang melalui sumbu kapal (centre line).

tengahnya dan akan menunjukkan garis air tepi bentuk kapal apabila dipandang dari samping. Apabila

diametral ini, maka akan diperoleh garis kapal yang terlihat dari samping, yan

lingkup bidang pandangan samping kapal. Garis sebagai Buttock Line.

Gambar 2.3.

Dengan kata lain GT kapal berarti kapasitas kapal yang dihubungkan dengan daya muat kapal. Dan kapasitas kapal sendiri meliputi palka ikan, ruang mesin, tangki air tawar, tangki BBM, ruang akomodasi, dan lain

desain agar cukup untuk menampung ikan, bahan bakar, air, ruang ruang akomodasi, dan lain-lain.

atau yang pada umumnya disebut dengan rencana garis merupakan gambar potongan dan penampang kapal yang diproyeksikan ke bidang diametral, bidang garis air, dan bidang tengah kapal.

Gambar Rencana Garis ini menjadi pegangan utama dan

perencana untuk melaksanakan perancangan kapal secara lengkap, mulai dari menghitung karakteristik kapal, menentukan pembagian ruangan di kapal, menentukan daya muat kapal, daya motor induk yang dibutuhkan untuk dapat menggerakkan kapal sesuai dengan kecepatan yang diinginkan, serta memeriksa kemampuan olah gerak kapal pelayarannya.

terdiri dari tiga bidang datar utama yang memotong badan kapal, yaitu bidang diametral, bidang tengah kapal dan bidang garis air.

Bidang diametral adalah bidang tegak memanjang yang melalui sumbu ). Bidang ini akan memotong kapal tepat di tengah tengahnya dan akan menunjukkan garis air tepi bentuk kapal apabila dipandang dari samping. Apabila dibuat bidang sejajar dengan bidang diametral ini, maka akan diperoleh garis-garis bentuk lengkungan badan kapal yang terlihat dari samping, yang keseluruhannya berada di dalam lingkup bidang pandangan samping kapal. Garis-garis ini biasanya disebut

Buttock Line. (Gambar 2.3).

Bidang Diametral dan bidang-bidang yang sejajar dengannya

kapasitas kapal yang dihubungkan palka ikan, komodasi, dan lain-lain, desain agar cukup untuk menampung ikan, bahan bakar, air, ruang

atau yang pada umumnya disebut dengan rencana garis proyeksikan ke

dasar bagi perencana untuk melaksanakan perancangan kapal secara lengkap, mulai dari entukan pembagian ruangan di kapal, menentukan daya muat kapal, daya motor induk yang dibutuhkan untuk dapat iinginkan, serta memeriksa kemampuan olah gerak kapal pelayarannya.

bidang datar utama yang memotong badan kapal, yaitu bidang diametral, bidang tengah kapal dan bidang garis air.

Bidang diametral adalah bidang tegak memanjang yang melalui sumbu at di tengah-tengahnya dan akan menunjukkan garis air tepi bentuk kapal apabila

buat bidang sejajar dengan bidang garis bentuk lengkungan badan g keseluruhannya berada di dalam garis ini biasanya disebut

(12)

Bidang garis air adalah bidang horizontal pada saat kapal muatan penuh.

menunjukkan garis tepi bentuk kapal apabila di

bidang-bidang yang sejajar dengan bidang garis air ini, maka akan diperoleh garis-garis bentuk lengkungan badan kapal yang terlihat dari atas pada tinggi permukaan air yang berbeda

lingkup bidang pandangan ata Line. (Gambar 2.4).

Gambar 2.4. Bidang Garis air muatan penuh dan bidang

dengannya

Bidang tengah kapal adalah bidang tegak melintang yang melalui pertengahan panjang L

tengah panjangnya dan akan menunjukkan garis tepi bentuk kapal apabila dipandang dari depan. Apabila

tengah ini, maka akan diperoleh garis

yang terlihat dari depan, yang keseluruhannya berada dalam lingkup bidang pandangan depan kapal. Garis

(Gambar 2.5).

Gambar 2.5.

Bidang garis air adalah bidang horizontal yang melalui permukaan air pada saat kapal muatan penuh. Bidang ini akan memotong kapal dan akan menunjukkan garis tepi bentuk kapal apabila dilihat dari atas. Apabila

bidang yang sejajar dengan bidang garis air ini, maka akan diperoleh garis bentuk lengkungan badan kapal yang terlihat dari atas pada tinggi permukaan air yang berbeda-beda yang keseluruhannnya berada di dalam lingkup bidang pandangan atas kapal. Garis-garis ini biasanya disebut

).

Bidang Garis air muatan penuh dan bidang-bidang yang sejajar dengannya

Bidang tengah kapal adalah bidang tegak melintang yang melalui pertengahan panjang LPP. Bidang ini akan memotong kapal tepat di tengah tengah panjangnya dan akan menunjukkan garis tepi bentuk kapal apabila dipandang dari depan. Apabila dibuat bidang-bidang sejajar dengan bidang tengah ini, maka akan diperoleh garis-garis bentuk lengkungan bad

yang terlihat dari depan, yang keseluruhannya berada dalam lingkup bidang pandangan depan kapal. Garis-garis ini biasanya disebut Body Plan.

5. Bidang Tengah dan bidang-bidang yang sejajar dengannya yang melalui permukaan air Bidang ini akan memotong kapal dan akan dari atas. Apabila dibuat bidang yang sejajar dengan bidang garis air ini, maka akan diperoleh garis bentuk lengkungan badan kapal yang terlihat dari atas pada tinggi beda yang keseluruhannnya berada di dalam garis ini biasanya disebut Water

bidang yang sejajar

Bidang tengah kapal adalah bidang tegak melintang yang melalui Bidang ini akan memotong kapal tepat di tengah-tengah panjangnya dan akan menunjukkan garis tepi bentuk kapal apabila

bidang sejajar dengan bidang garis bentuk lengkungan badan kapal yang terlihat dari depan, yang keseluruhannya berada dalam lingkup bidang Body Plan.

(13)

Body plan menunjukkan bentuk station yang merupakan perpotongan

antara permukaan lambung kapal dengan bidang yang tegak lurus dengan bidang tegak (buttock line) dan bidang garis air (water line). Pada umumnya penggambaran body plan dibagi dua sisi kiri dan sisi kanan, sisi kiri untuk setengah bagian belakang dan sisi kanan untuk setengah bagian depan.

Permukaan lambung kapal yang dimaksud di atas adalah permukaan yang dibentuk oleh sisi luar gading kapal atau sisi dalam kulit, hal ini berlaku untuk kapal baja, kapal aluminium dan kapal kayu untuk kapal fibreglass/FRP permukaan molded dibentuk oleh sisi luar kulit (lambung kapal).

Kapal kayu mempunyai 2 buah Rencana garis, Rencana garis sisi dalam kulit (inside planking) dan sisi luar kulit (outside planking), rencana garis sisi dalam kulit digunakan untuk membentuk gading dan bagian konstruksi lainnya sedangkan rencana garis sisi luar kulit digunakan untuk menghitung

hydrostatic, stabilitas dan tahanan kapal, hal tersebut karena kulit kapal kayu

lebih tebal dibanding kulit baja sedang ukuran kapal.

2.5. Stabilitas Kapal

Stabilitas kapal tidak hanya berpengaruh terhadap keselamatan kapal di laut, tetapi juga berhubungan langsung dengan karakteristik operasi kapal dan kenyamanan awak kapal (Smith, 1975). Menurut (Fyson, 1985), stabilitas kapal adalah kemampuan kapal untuk kembali ke posisi semula setelah mengalami momen temporal. Momen tersebut dapat disebabkan oleh angin, gelombang, muatan di kapal dan di dek, dan lain-lain. Sesuai referensi “Teori

Bangunan Kapal”, stabilitas ada 2 (dua) :

a. Stabilitas memanjang (waktu terjadi trim) b. Stabilitas melintang (waktu terjadi olengan)

Sedangkan Faktor utama yang berpengaruh terhadap stabilitas menurut Robert B. Zubaly dalam Applied Naval Architecture adalah :

1. Titik berat (Center of Gravity), yaitu titik yang merupakan titik pusat dari gaya berat kapal yang bekerja ke arah bawah

2. Tiitik apung (Center of Bouyancy), yaitu merupakan pusat dari volume displasemen dan posisi dari titik apung tergantung hanya

(14)

pada geometri dari badan kapal di bawah air dan kapal akan mengapung tegak jika buoyancy terletak pada centerline

3. Titik metasentra (Metacentra) yaitu merupakan titik semu dari batas di mana titik G tidak boleh melewati titik M sehingga stabilitas kapal bisa stabil.

Menurut (Derrett, 1991), ketika kapal tidak stabil atau keseimbangan netral maka langkah yang harus dilakukan adalah menurunkan posisi titik pusat gaya berat kapal. Beberapa metode yang dapat diterapkan, antara lain:

1. Muatan pada kapal direndahkan,

2. Muatan dipenuhi di bawah pusat gaya berat kapal, 3. Muatan dipindahkan dari posisi di atas gaya berat kapal, 4. Permukaan bebas cairan di dalam kapal dipindahkan.

2.6. Tahanan Kapal

Tahanan kapal (resistance) kapal pada suatu kecepatan adalah gaya fluida yang bekerja pada kapal sedemikian rupa sehingga melawan gerak kapal tersebut. Tahanan tersebut sama dengan komponen gaya fluida yang bekerja sejajar dengan sumbu gerakan kapal. Resistance merupakan istilah yang disukai dalam hidrodinamika kapal, Gambar 2.6. menunjukkan kurva tahanan untuk benda yang bergerak dari permukaan atau jauh terbenam di dalam fluida yang sempurna dan fluida yang mempunyai viskositas. Koordinat horizontalnya adalah angka Froude.

,

. . . .. . .(2.1) Sedangkan ordinatnya adalah koefisien tahan yang didefinisikan sebagai: , . . . .. . . (2.2) Di mana : V = Kecepatan L = Panjang benda g = Percepatan gravitasi  = Massa jenis

(15)

Gambar 2.

2.7. Maxsurf Pro

Maxsurf Pro adalah software yang digunakan untuk membuat dalam bentuk 3D, yang dapat memperlihatkan

sheer dan 3D-nya pada panda

Selain digunakan untuk

digunakan untuk membuat bentuk 3D industri lainya.

Dasar pembuatan modelnya permukaan dan dapat dibuat menjadi menambah, mengurangi, dan merubah lines plan ini merupakan bagian yang

karekteristik kapal yang akan dibuat, sehingga secara baik.

Gambar 2.6. Kurva Koefisien Tahanan (Harvald, 1992)

Maxsurf Pro adalah software yang digunakan untuk membuat

dalam bentuk 3D, yang dapat memperlihatkan potongan station, buttock, nya pada pandangan depan, atas, samping dan p

Selain digunakan untuk membuat lines plan kapal, maxsurf pro

untuk membuat bentuk 3D lain seperti: pesawat, mobil dan produk

Dasar pembuatan modelnya yaitu surface yang merupakan bidang permukaan dan dapat dibuat menjadi berbagai bentuk model 3D dengan jalan , mengurangi, dan merubah kedudukan control point. Pembuatan lines plan ini merupakan bagian yang paling penting, karena mengg

karekteristik kapal yang akan dibuat, sehingga bagian ini harus dikuasai Maxsurf Pro adalah software yang digunakan untuk membuat lines plan

station, buttock,

ngan depan, atas, samping dan perspektif. juga dapat bil dan produk

urface yang merupakan bidang berbagai bentuk model 3D dengan jalan kedudukan control point. Pembuatan gambarkan bagian ini harus dikuasai

(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Flow Chart

Proses pengerjaan tugas akhir ini dapat digambarkan pada flow chart berikut :

KESIMPULAN dan SARAN

SELESAI PENENTUAN MODEL

PALING OPTIMUM

ya

APAKAH TAHANAN, dan STABILITAS, SESUAI DENGAN YANG DIINGINKAN PERMODELAN KAPAL 1 PERMODELAN KAPAL 2 PERMODELAN KAPAL 3 PERMODELAN KAPAL 4 PERMODELAN KAPAL 5 PENGOLAHAN DATA STUDY LAPANGAN STUDY PUSTAKA MULAI PENENTUAN TUJUAN

IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

PEMILIHAN MODEL

(17)

3.2. Metode Pelaksanaan

Adapun uraian kegiatan dari flow chart tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Study Pustaka

Study Pustaka atau study literature adalah proses untuk mendapatkan bahan referensi atau informasi yang relevan sebagai penunjang bagi penulis baik berupa jurnal, paper, artikel, buku, diskusi, pengamatan lapangan maupun dari media elektronik atau internet.

Study Literature yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini yaitu

dengan mengumpulkan berbagai referensi baik dari buku, internet maupun dari hasil pengamatan obyek yang ada di lapangan. Di antaranya yaitu pengetahuan mengenai kapal penangkap ikan 11-12 GT di perairan Brondong terutama yang berkaitan dengan tahanan dan stabilitas kapal, serta pengembangan bentuk dan bentuk yang optimum.

Study Lapangan

Study lapangan adalah kegitan pengumpulan data utama lapangan, meliputi Data utama kapal yang nantinya dijadikan pedoman dalam pembuatan bentuk badan kapal.

Pada tahap pengumpulan data ini, penulis melakukan wawancara terlebih dahulu dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai kapal penangkap ikan 11-12 GT. Data-data yang diperlukan penulis dalam menganalisa, meliputi data utama kapal yang nantinya dijadikan pedoman dalam pembuatan bentuk badan kapal, gambar

lines plan serta data-data yang bisa digunakan untuk membantu dalam

pengerjaan tugas akhir ini.

Pengolahan Data

Dari hasil pengumpulan data, tahap selanjutnya adalah proses pengolahan data. Pada tahap ini dibagi menjadi 5 permodelan kapal yang dilakukan untuk mendapatkan performa kapal yang optimal.

(18)

Permodelan Kapal 1

Dalam tahap ini dilakukan pemodelan dengan menggunakan Program

Maxsurf sesuai dengan gambar lines plan kapal sebelum dimodifikasi

(perencanaan kapal awal) dan dilanjutkan dengan mencari tahanannya dengan mengimport gambar model tersebut ke program Hullspeed 11 dan stabilitasnya dengan mengimport ke Hydromax 11.

Permodelan Kapal 2

Dalam tahap Permodelan kapal 2, proses pengerjaan keseluruhan tidak jauh berbeda dengan permodelan. Hanya saja untuk pengembangan pada tahap ini model bentuk badan kapal berbentuk Parallel Equilibrium (Flat

Bottom). Permodelan ini tanpa merubah displacement. Untuk langkah

pecarian tahanan, stabilitas, dan olah geraknya seperti pada tahap permodelan kapal 1.

Permodelan Kapal 3

Permodelan kapal 3 tidak jauh berbeda dengan permodelan kapal 1 dan 2. Perbedaan hanya pada model bentuk badan kapalnya. Untuk pengembangan model kapal 3 berbentuk tajam (V-Bottom). Proses selanjutnya sama seperti proses pengerjaan di tahap pengambangan model kapal 1 dan 2.

Permodelan Kapal 4

Permodelan kapal 4 tidak jauh berbeda dengan pengembangan model kapal 1, 2 dan 3. Perbedaan hanya pada model bentuk badan kapalnya. Untuk pengembangan model kapal 4 berbentuk kurva melengkung (Round Bottom). Proses selanjutnya sama dengan pengerjaan di tahap sebelumnya.

Permodelan Kapal 5

Permodelan kapal 5 tidak jauh berbeda dengan Permodelan kapal 1, 2, 3, dan 4. Perbedaan hanya terdapat pada model bentuk badan kapalnya. Untuk pengembangan model kapal 5 berbentuk seperti huruf “U” dengan garis kaku dan biasa (Akatsuki). Dan proses selanjutnya seperti proses pengerjaan pada tahap permodelan sebelumnya.

(19)

Pada tahap ini dilakukan analisa dan pembahasan. Dalam hal ini analisa yang dilakukan diperoleh dari data hasil simulasi atau permodelan kemudian diolah kembali melalui perhitungan-perhitungan yang kemudian hasilnya ditabulasikan dan dibuat grafik trend hubungan antar variable-variabel perancangan. Setelah analisa dilakukan, maka dari data hasil analisa dibuat kesimpulan untuk merangkum keseluruhan hasil penelitian.

Penentuan Model Paling Optimum

Penentuan model yang paling optimal dapat dilihat dari hasil analisa data pada grafik. Dengan memberikan nilai pada masing-masing batasan (constraint), maka akan ditemukan hasil yang optimal di antara beberapa Pengembangan bentuk kapal. Tapi apabila jika tidak menentukan bentuk yang optimum, maka kembali ke pengolahan data awal.

Kesimpulan dan Saran

Tahap selanjutnya adalah pembuatan kesimpulan dan saran yang sekaligus juga dimasukkan dalam pendokumentasian laporan hasil penelitian yang telah dilakukan (Penyusunan Laporan Tugas Akhir).

3.3. Jadwal Kegiatan

DAFTAR PUSTAKA

No Kegiatan

Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4 Bulan ke-5 Bulan ke-6

I I I I I I I V I I I I I I I V I I I I I I I V I I I I I I I V I I I I I I I V I I I I I I I V 1 Study Pustaka 2 Study Lapangan 3 Pengolahan Data 4 Permodelan Kapal 1 5 Permodelan Kapal 2 6 Permodelan Kapal 3 7 Permodelan Kapal 4 8 Permodelan Kapal 5

9 Analisa Hasil Data

10 Penentuan Model Paling Optimum

(20)

___________,Analisa Optimasi Posisi Step Hull pada Kapal Patroli FRP 36

Meter dengan Menggunakan CFD Analisis

Eko Sasmito Hadi and Iksan Firman. 2008. “Rancang Bangun KM Mini Purse

Seine Melalui Modifikasi Lambung Kapal Tradisional Daerah Batang”.

Jurnal Perkapalan, Universitas Diponegoro.

Fyson, J. 1985. Design of Small Fishing Vessels. England: Fishing News Book. Jamal. 2007. “Analisa Teknis Perubahan Kecepatan kapal Akibat Perubahan

Bentuk Buritan dan Diameter Propeller KM. Tarik “Amex-19””. Tugas

Akhir, Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan-Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Munazid, A. 2010. “Studi Parametric Hullform Design dalam Kaitan Dengan

Karakteristik Seakeeping dan Tahanan Kapal”. Tugas Akhir, Pasca Sarjana

Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan-Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

Nomura, M and T. Yamazaki. 1977. Fishing Technique (1). Tokyo: Japan International Corporation Agency (JICA).

Saptunawati, M. 2009, “Stabilitas Statis Kapal Purse Seine “Semangat Baru”

Buatan Galangan Kapal Pulau Tidung”. Mayor Teknologi Dan Manajemen

Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Suhardjito, Gaguk. 2006. Desain Rencana Garis. PPNS-ITS

SV. AA. Harvald,(1992), “Tahanan Dan Propulsi Kapal” Airlangga University Press.

Tangke, Umar. 2009. Evaluasi Dan Desain Kapal Pole And Line Di Pelabuhan

Dufa-Dufa Provinsi Maluku Utara. http://www.scribd.com/doc/29263647

/Umar-Tangke. Dikunjungi pada 23 Januari 2011.

Yepian. 2007. Potensi Laut Indonesia. http://blog.lautku.com/2007/09/21/potensi-lautindonesia/. Dikunjungi pada 24 Agustus 2010.

Yepian. 2007. Jenis Kapal Ikan. http://blog.lautku.com/2007/09/21/Jenis-kapal-ikan/. Dikunjungi pada 24 Agustus 2010.

Gambar

Gambar 2.1. Design Spiral (Evans,1959)
Gambar 2.2.  Bentuk badan kapal ikan.
Gambar  Rencana  Garis  ini  menjadi  pegangan  utama
Gambar 2.4. Bidang Garis air muatan penuh dan bidang dengannya

Referensi

Dokumen terkait