• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAMAN GANODERMATACEAE DARI BEBERAPA KAWASAN HUTAN PULAU LOMBOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAMAN GANODERMATACEAE DARI BEBERAPA KAWASAN HUTAN PULAU LOMBOK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BioWallacea Jurnal Ilmiah Ilmu Biologi Januari 2016 Vol. 2 No. 1, p. 54-

ISSN: 2442-2622

KERAGAMAN GANODERMATACEAE DARI BEBERAPA KAWASAN HUTAN PULAU LOMBOK

Aida Muspiah1, Sukiman1, Faturrahman1 1

Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mataram, Jl.Majapahit No.62 Telp.(0370)646506 Fax, (0370)646506 Mataram-NTB

Korespondensi :[email protected]

ABSTRAK

Ganoderma merupakan salah satu jenis jamur makroskopis yang menjadi kekayaan hutan Indonesia, sementara laju pengrusakan hutan yang tinggi dapat mengancam kelestarian biota ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis Ganodermataceae dari berbagai kawasan hutan Pulau Lombok. Pengambilan sample jamur dilakukan di enam kawasan hutan yaitu hutan Kerandangan, Pusuk, Nuraksa Sesaot, Lemor, Pergasingan Sembalun dan Gunung Tunak. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode jelajah, yaitu membagi daerah penjelajahan menjadi 2-3 jalur penjelajahan dan dilakukan dengan teknik visual sensus. Identifikasi Ganoderma didasarkan pada karakteristik makroskopik, lalu dicocokkan dengan buku-buku identifikasi(profile matching). Hasil penelitian diperoleh 9 spesies Ganoderma, yaitu G. applanatum, G. lucidum, G. adspersum, dan 6 isolat Ganoderma belum teridentifikasi. Ganoderma applanatum ditemukan tersebar dihampir semua kawasan hutan dipulau Lombok, terkecuali TWR Nuraksa Sesaot dan Bukit Pergasingan Sembalun. Kata kunci: makrofungi, Ganoderma, Pulau Lombok

PENDAHULUAN

Pulau Lombok merupakan salah satu pulau di kawasan Kepulauan Sunda kecil yang memiliki kawasan hutan hujan tropis dataran rendah serta kawasan hutan hujan semi-evergreen yang dapat ditemukan di Gunung Rinjani. Hutan di Pulau Lombok termasuk dalam kategori hutan hujan yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi termasuk didalamnya keanekaragaman jenis makrofungi, yang didukung oleh kondisi alam lantai hutan yang tetap lembab (Monk et al., 1997).

Makrofungi merupakan jamur yang memiliki tubuh buah yang cukup mencolok. Tubuh buahnya berwarna menarik seperti merah cerah, coklat cerah, orange, putuh, kuning, krem bahkan berwarna hitam. Selain itu, jamur makroskopis dapat langsung dilihat dengan kasat mata (Gandjar, et al., 2006).

Jumlah spesies jamur yang sudah diketahui hingga kini adalah kurang lebih 69.000 spesies jamur yang sudah teridentifikasi. Sejumlah 200.000 spesies dari 1,5 juta spesies jamur tersebut terdapat di Indonesia. Namun, hingga saat ini belum ada data pasti mengenai jumlah spesies jamur tersebut, yang telah berhasil diidentifikasi,

dimanfaatkan, ataupun yang telah punah akibat ulah manusia (Gandjar, et al., 2006). Selain itu, masih banyak spesies jamur makroskopis yang belum diketahui manfaatnya hingga saat ini, pemanfaatan langsung sebagai sumber makanan ataupun bahan obat belum maksimal dilakukan.

Ganoderma, merupakan salah satu jenis makrofungi yang telah digunakan sejak abad keempat masehi sebagai salah satu komponen obat dalam obat-obatan tradisional Cina. Pemanfaatannya sebagai obat alternatif berbagai penyakit terus dikembangkan (Dunham, 2000). Meskipun Ganoderma spp. telah digunakan ratusan tahun di Cina dan Jepang sebagai obat tradisional untuk penyembuhan berbagai penyakit, penelitian secara sistematik baru berlangsung sekitar 25 tahun (Boh, et al., 2000). Pada tahun 1997 produksi Ganoderma dunia mencapai 4500 ton, 3000 ton diantaranya dihasilkanoleh Cina. Total perdagangan Ganoderma dunia mencapai 1,2 juta dolar Amerika(Dunham, 2000).

Keberadaan Ganoderma pada hutan-hutan yang ada di Pulau Lombok, belum banyak diketahui. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui keberadaan dan keanekaragaman jenis jamur makrofungi sebagai upaya untuk mengeksplorasi, mengkonservasi,

(2)

dan memanfaatkan kekayaan alam yang kita miliki.

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Juni-Agustus 2014. Pengambilan sampel dilakukan di sepanjang jalur hutan Taman Wisata Alam (TWA) Kerandangan Lombok Barat, Taman Hutan Raya Nuraksa Sesaot Lobar, Hutan Pusuk Lombok Utara, Hutan Bukit Pergasingan Lombok Timur, TWA Lemor Lombok Timur, dan TWA Gunung Tunak Kabupaten Lombok Tengah. Identifikasi makrofungi, pengolahan data dan analisis dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Mataram.

Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel Ganodermataceae.

Pengambilan Sampel danKoleksi Ganoderma Sampel makrofungi diambil dengan menggunakan metode jelajah (Cruise Method) (Rugayah et al., 2004) dengan membuat jalur penjelajahan untuk memaksimalkan hasil yang didapat. Jalur penjelajahan dibagi menjadi 2-3 jalur yakni mengikuti jalan setapak yang sudah ada di area hutan. Pengambilan sampel untuk masing-masing jalur dilakukan dengan melakukan penjelajahan pada tiap jalur. Setiap jalur ditentukan titik awal dan titik akhir penjelajahan yang dibuat dengan menggunakan GPS. Pada tiap awal perjalanan dimulai pada 10 meter, perjalanan berhenti, melihat ke kiri dan ke kanan guna melakukan visual sensus dan seterusnya sampai titik akhir dengan tujuan agar mewakili area penjelajahan.

Makrofungi yang ditemukan didokumentasikan dengan kamera, lalu dimasukkan ke dalam zip lock atau plastik steril dan diberi label. Koleksi Ganoderma yang tumbuh

di kayu dapat dilakukan dengan mengambil Ganoderma bersama dengan kulit kayu yang ditumbuhinya menggunakan kapak atau kapak kayu.

Identifikasi Makrofungi Karakterisasi Makroskopis.

Pengamatan makroskopis isolat makrofungi meliputi bentuk dan warna tudung, permukaan tudung, tipe tudung, diameter tudung, bentuk tangkai, panjang dan diameter tangkai, ada atau tidaknya lamella atau porus dan cincin, tipe lamella, tipe volva.

Apabila data atau informasi dari pengamatan secara makroskopis belum mencukupi untuk identifikasi maka akan dilakukan pengamatan secara mikroskopis. Pengamatan mikroskopis dilakukan untuk mengamati warna dan bentuk spora dengan membuat preparat spora hasil spore print makrofungi yang kemudian diamati menggunakan mikroskop.

Identifikasi Ganoderma.

Identifikasi dilakukan dengan mencocokkan data hasil pengamatan berupa ciri makroskopis dan mikroskopis dan kondisi lingkungan menggunakan buku acuan The Edible Mushroom Book (Anna Del Conte dan Susan Campbell, 2008), The Encyclopedia of Fungi of Britain and Europe (Michael Jordan, 2004), Mushroom of West Virginia and the Central Appalachians (William C. Roody, 2003) dan Mushrooms of the Pacific Northwest (Steve Trudell dan Joe Ammirati, 2009).

Penyimpanan Sampel Ganoderma

Ganoderma yang ditemukan dicuci dengan akuades kemudian dijemur di bawah sinar matahari langsung selama 1 minggu. Setelah kering, makrofungi dioleskan dengan lem putih yang berfungsi sebagai proteksi terhadap gangguan serangga (Kuo, 2003)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Spesies Makrofungi Berpotensi Obat

Hasil identifikasi makrofungi atau jamur makroskopis yang berpotensi obat ditemukan di beberapa kawasan Hutan Pulau Lombok diperoleh

(3)

9 spesies makrofungi yang kesemuanya termasuk kedalam family Ganodermataceae.Hanya ada 3 spesies yang dapat diidentifikasi hingga tingkat spesies yaitu Ganoderma applanatum, G. adspersum dan G. Lucidum. Penyebab utama belum teridentifikasinya hingga tingkat spesies 6 koleksi yang lain adalah diduga karena keterbatasan literatur yang berkaitan dengan

identifikasi makrofungi. Tabel 1 berikut ini menampilkan rincian spesies makrofungi yang ditemukan terbagi ke dalam divisi Basidiomycota beserta klasifikasinya ke dalam ordo, famili, genus, spesies dan substrat tempat makrofungi ditemukan.

Tabel 1. Keanekaragaman makrofungi di kawasan hutan Pulau Lombok

No Divisi Basidiomycota Lokasi

Ordo Famili Genus Spesies Substrat

1 Polyporales Polyporaceae Fomes Fomes sp. 1 A Ganodermataceae Ganoderma G. applanatum 1,2 A,B,D,F

G lucidum 1 E G adspersum 1 F Ganoderma sp1. 1 A Ganoderma sp2. 2 B Ganoderma sp3 1 C Ganoderma sp4 1 C Ganoderma sp5 1 C Ganoderma sp6 1 C

* Lokasi : A) hutan Pusuk, B) Kerandangan, C) Nuraksa Sesaot, D) Lemor, E) Sembalun, F) Gunung Tunak ** Substrat : 1 Batang/ranting kayu mati, 2 pohon hidup, 3 tanah, 4 serasah, 5 kotoran hewan

Ganoderma applanatum ditemukan tersebar dihampir semua kawasan hutan dipulau Lombok, terkecuali TWR Nuraksa Sesaot dan Bukit Pergasingan Sembalun. Seperti diketahui bahwa G. applanatum bersifat kosmopolit memiliki kemampuan adaptasi yang sangat tinggi sehingga mampu hidup pada berbagai kondisi lingkungan.

Secara umum, kondisi pH tanah pada kawasan penelitian berkisar antara 5.4-6.8, sedangkan kelembaban berkisar antara 67-80 dan suhu lingkungan selama penelitian adalah 25°C-33°C. Kondisi lingkungan seluruh spesies makrofungi yang ditemukan di kawasan hutan P. Lombok pada dua jalur penjelajahan disajikan pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2: Parameter Lingkungan di Kawasan

No Lokasi Parameter Lingkungan Elevasi (ft)

Suhu udara (oC)

Kelembaban (%)

pH tanah Suhu tanah (oC) 1 A 26 - 30 42 – 66 4,2 - 5,8 18,5 – 22,4 113 - 506 2 B 20 - 26 65 – 79 3 - 6,9 24,4 – 26,5 59 - 234 3 C 27 - 32 40 – 54 3,4 – 4,7 21,4 – 26,1 481 -734 4 D 22 - 31 76-90 5 - 6.6 21.3 – 24.5 382 - 474 5 E 23 - 28 42 – 66 4,2 - 5,8 18,5 – 22,4 3.715 - 3.800 6 F 26 - 32 40 – 59 3 - 7,9 24,4 – 26,5 259 - 634

(4)

Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa kawasan hutan yang menjadi lokasi penelitian memiliki elevasi dan karakteristik lingkungan yang sangat berbeda, hal ini diduga akan berpengaruh terhadap keragaman makrofungi yang tumbuh. Pada kawasan hutan dengan kelembaban tinggi dan suhu udara yang rendah cenderung didominasi oleh makrofungi yang bedaging basah dan lunak seperti golongan Agaricus, sebaliknya pada kawasan hutan yang kelembaban rendah, elevasi rendah dan suhu tinggi cenderung didominasi oleh makrofungi berdaging keras dan berpori seperti golongan Polyporales.

Hasil Identifikasi Jenis-Jenis Makrofungi

Deskripsi masing-masing makrofungi yang ditemukan pada berbagai kawasan hutan dipulau Lombok sebagai berikut : 1. Ganoderma applanatum Pat (Roody, 2003; Jordan M., 2004)

Spesies ini ditemukan tumbuh di kayu mati atau pohon hidup. Tumbuh soliter atau dalam grup kecil secara lateral disubstrat. Tubuh buah berukuran besar dengan bentuk buah seperti kipas atau setengah lingkaran dengan tepi yang beraturan. Tubuh buah keras tanpa stipe. Permukaan atas tubuh buah berwarna coklat kemerahan (Gambar 1a). Hymenopora berpori halus warna putih (Gambar 1b). Ukuran : diameter 82,475 - 119,225 mm, tinggi 123,4 mm dan tebal 25 - 26,35 mm.Bentuk spora secara mikroskopis bulat lonjong warna hitam kemerahan, halus. Ukuran 7,75-8,15 x 8,42-10,46 μm (Gambar 1b).

2. Ganoerma lucidium (M.A. Curtis) P. Karst

Tubuh buah Ganoderma lucidium secara keseluruhan berwarna cokelat, tekstur tebal, kering dan keras dengan ukuran yang besar (Gambar 3). Tudung berwarna cokelat, diameter 9,76 cm, bentuk tidak beraturan, tebal dan keras, permukaan bawah terdiri dari lubang pori-pori berwarna putih yang sangat kecil (Gambar 3a). Stipe tidak bisa dibedakan dengan jelas dengan tudung, biasanya lateral dan tebal. Hidup pada batang kayu baik yang sudah mati ataupun yang masih hidup.

Gambar 3. Ganoderma lucidium: (a) Tubuh buah (b) Tudung, (c) Pori-pori

Gambar 1. Ganoderma applanatum, dari hutan pusuk.

(5)

3. Ganoderma adspersum (Schulzer) Donk

Gambar 4. Ganoderma adspersum (a) permukaan pileus, (b) bagian bawah pileus

Tubuh buah berbentuk setengah lingkaran atau seperti ginjal, tebal dan keras dengan diameter 31 x 56 mm dan tebal 18 mm. Makrofungi tumbuh soliter dan saprofit dengan menempel pada pohon yang telah mati. Permukaan pileusberwarna abudan coklat, kasar karena terdapat bagian yang tidak rata dan terdapat bercak (cracked), sering ditutupi oleh serbuk spora berwarna coklat (Gambar 4a). Bagian bawah pileusberwarna abu, abu kehitaman dan coklat di bagian tepi, memiliki pori yang berukuran sangat kecil, terdapat beberapa lubang yang diakibatkan oleh serangga. Makrofungi ini tidak memiliki stipe. 4. Ganoderma sp1. (Trudell and Joe,

2009)

Gambar 5. Ganoderma sp1.(a) permukaan atas tubuh buah, (b) Hymenopora

Spesies ini ditemukan tumbuh menempel di batu. Substrat awalnya adalah di kayu. Tubuh buah tebal dan keras. Tumbuh secara lateral disubstrat. Permukaan atas tubuh buah berwarna hitam dengan margin putih bergelombang. Penampakan permukaan atas tubuh mengkilat dan licin (Gambar 5a). Hymenopora berpori sangat kecil halus warna putih (Gambar 5b). Ukuran : diameter 94,35 mm, tinggi 55 mm, diameter stipe 36 mm, panjang stipe 14,2 mm dan tebal tubuh buah 14,175 mm

5. Ganoderma sp2.

Tubuh buah: berdiameter 4,7 x 6,4 cm dan tebal 1,6 cm, berbentuk setengah lingkaran atau mengipas, sangat keras, permukaan atas halus atau licin (Gambar 6a) , berwarna coklat tanah-coklat kehitaman dibagian ujung, permukaan bawah berwarna putih tulang saat masih segar (Gambar 6b), berwarna coklat setelah diawetkan/dikeringkan, dan berpori-pori kecil halus berbentuk bulat (Gambar 6c), bagian tepi halus. Tangkai : bertangkai pendek sepanjang 1cm. Habitat : tumbuh soliter pada permukaan tanah yang dibawahnya terdapat perakaran pohon mati.

Gambar 6. Ganoderma sp2. (a) permukaan atas pileus (b) permukaan bawah pileus saat masih segar,

a b

a

b

(6)

6. Ganoderma sp3.

Ganoderma sp3. memiliki tubuh buah (fruiting body)berbentuk bracket dengan tekstur yang keras. Permukaan atas tubuh buah makrofungi ini halus, berwarna kombinasi cokelat tua dan hitam serta terdapat pola garis-garis horizontal (Gambar 7). Permukaan bawahnya berpori rapat dan berwarna putih. Ganoderma sp3. memiliki tubuh buah (fruiting body) dengan panjang 92.1 mm,diameter 51.05 mm dan tebal 7.05 mm. Spesies ini tidak memiliki stipe dan ditemukan pada pohon Klokos mati.

Gambar 7. Ganoderma sp1.

7.Ganoderma sp4.

Ganoderma sp4. memiliki tubuh buah (fruiting body)berbentuk bracket dan berukuran besar. Permukaan atas dari tubuh buah halus berwarna cokelat, terdapat pola garis-garis horizontal dan pada spesies yang telah tua biasanya ditumbuhi lumut. Permukaan bawah berpori rapat dan berwarna merah bata (Gambar 8). Tubuh buah (fruiting body) Ganoderma sp4. memiliki panjang 225 mm, diameter 165mm dan tebal 11mmGanoderma sp4. tidak memiliki stipe dan ditemukan pada pohon yang telah mati.

Gambar 8. Ganoderma sp4.

8. Ganoderma sp5.

Ganoderma sp5. memiliki tubuh buah (fruiting body) berbentuk bracket, permukan atas dari spesies ini berwarna hitam dan tekstur keras dan permukaan atas halus (Gambar 9) serta terdapat pola garis-garis horizontal. Permukaan bawah berpori kecil, rapat dan berwarna hitam. Ukuran tubuh buah (fruiting body) Ganoderma sp5. 92.2 mm, diameter 74.05 mm dan tebal 7.05 mm. Stipe pada spesies ini pendek, melekat pada substrat kayu dan berwarna cokelat dengan panjang 21.05 mm dan diameter stipe 17.05 mm. Ganoderma sp5. ditemukan pada kayu mati.

Gambar 9. Ganoderma sp5.

9. Ganoderma sp6.

Ganoderma sp6.memiliki tubuh buah (fruiting body) berbentuk bracket,

(7)

permukaan atas kasar dan keras, berwarna hitam-cokelat dan bagian tepinya berwarna putih (Gambar 10). Permukaan bawah berwarna putih, berpori kecil padat. Ukuran tubuh buah (fruiting body) 40 mm, diameter 45.1 mm dan tebal 4.05 mm. Ganoderma sp6.memiliki stipe yang sangat pendek dan hampir tidak ada. Panjang stipe 1.05 mm dan diameternya 2 mm. Ganoderma sp6.ditemukan pada pohon Klokos mati.

Gambar 10. Ganoderma sp6.

Makrofungi ini dapat hidup sepanjang tahun (perennial), saprofit (Ostry et al., 2010).Secara umum Famili Ganodermataceae mimiliki Tubuh buah berbentuk setengah lingkaran atau seperti kipas, tebal, berkayu dan sangat keras. Permukaan pileus mengkilatnamun sering ditutupi oleh serbuk spora berwarna coklat. Ganoderma adalah genus yang tersebar luas dan mencapai varietas yang terbesar di daerah tropis. Anggota famili Ganodermataceae tidak dapat dimakan (inedible) karena tubuh buahnya yang terlalu keras (Arora, 1986). Dapat menghasilkan 1,25 juta spora tiap satu semester dalam setahun. Karena tekstur tubuh buah yang terlalu keras, makrofungi ini tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi. Fungsi ekosistem dihutan, Ganoderma applanatum dapat menyebabkan pengakit white rot pada pohon (Ostry et al., 2010).Namun beberapa analisis pengetahuan menunjukkan bahwa spesies-spesies anggota famili ini memiliki fungsi dalam pengobatan penyakit (Watson dan Dallwitz, 2012).

KESIMPULAN

Hasil explorasi dibeberapa kawasan hutan di Pulau Lombok diperoleh 9 spesies Ganoderma, yaitu G. applanatum, G. lucidum, G. adspersum, dan 6 isolat Ganoderma belum teridentifikasi. Ganoderma applanatum ditemukan tersebar dihampir semua kawasan hutan dipulau Lombok, terkecuali TWR Nuraksa Sesaot dan Bukit Pergasingan Sembalun.

DAFTAR PUSTAKA

Arora, D. 1986. Mushroom demystified : a comprehensive guide to the fleshy fungi. Berkeley, CA: Ten Speed Press. 959 p.

Baxter A.P, I.H Rong, C. Roux, E.J van der Linde. 1999. Collecting and Preserving Fungi : A Manual for Mycology. SAFRINET, the Southern-African (SADC) LOOP of Bio-NET-INTERNATIONAL : SDC Switzerland.

Boh, B., D.Hodžar, D. Dolničar, M. Berovič and F. Pohleven. 2000. Isolation and quantification of triterpenoid acids from Ganoderma applanatum of Istrian origin. Food Technol. Biotechnol. 38: 11–18.

C.J. Alexopoulos, C.W. Mins and M. Blakwell, 1996. Introduction Mycology. New York : John Wiley and Sons.

Dunham, M. 2000. Potential of fungi used in traditional Chinese medicine: II Ganoderma.

http://www.oldkingdom/UGproject

s/Mark-Dunham/Mark-Dunhamhtml. 02/04/2004.

Dwidjoseputro. 1978. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni : Bandung

(8)

Boa, Eric. 2004. Wild Edible Mushroom : A global overview of their use and importance to people. Food and Agriculture Organization of The United Nation : Rome.

Gandjar, I., Sjamsuridzal, W., dan Oetari, A. 2006. Mikologi Dasar dan

Terapan. Yayasan Obor Indonesia : Jakarta.

Jordan, Michael. 2004. The Encyclopedia of Fungi of Britain and Europe. London NW5 2RZ : London. Mcknight K.H and Vera B.M. 1987. A Field

Guide to Mushroom North America. Houghton Mifflin Company; United States of America.

Mishra, Shubhrata R. 2005. Morphology of Fungi. Discovery Publishing House : New Delhi.

Ostry Michael E, Neil A. Anderson and Joseph G. O’Brien. 2010. Field Guide to Common Macrofungi in Eastern Forests and Their Ecosystem. Function.Forest

Service, United State Departement of Agriculture: United States. Roody, William C. 2003. Mushroom of West

Virginia and The Central

Appalachians. The University Press of Kentucky : United State Of America.

Rugayah, Elizabeth A.W., dan Pratiwi., 2004. Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora. Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor. Trudell, S. dan Joe A. 2009. Mushrooms of

the Pacific Northwest. China: Timber Press, Inc.

Webster J and Roland Weber. 2007). Introduction to Fungi. Cambridge University Press: Cambridge, New York.

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel  Ganodermataceae.
Tabel 1. Keanekaragaman makrofungi di kawasan  hutan Pulau Lombok
Gambar 3. Ganoderma lucidium: (a)  Tubuh buah (b) Tudung, (c) Pori-pori
Gambar 4.  Ganoderma  adspersum  (a)  permukaan  pileus,  (b)  bagian bawah pileus
+2

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,