• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PADA MINIMARKET GREENSMART DI KOTA BARU DRIYOREJO-GRESIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PADA MINIMARKET GREENSMART DI KOTA BARU DRIYOREJO-GRESIK"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PADA MINIMARKET

GREENSMART DI KOTA BARU DRIYOREJO-GRESIK

Feisal Taufiqurrahman, Nova Retnowati, Bramastyo Kusumo Negoro

Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Bhayangkara Surabaya feisaltaufiqurrahman27@gmail.com

ABSTRAK

Metode analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Populasi adalah seluruh konsumen Minimarket Greensmart Kota Baru Driyorejo, Gresik dan sampel berjumlah 80 responden dengan teknik non-probability

sampling yaitu accidental sampling. Metode pengumpulan data menggunakan

kuisioner. Analisis data menggunakan bantuan program SPSS for windows release 23.0 Hasil penelitian menunjukan variabel price discount (potongan harga), in-store display (tampilan dalam toko) dan word of mouth communication (komunikasi mulut ke mulut) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan impulse buying (pembelian tidak terencana) baik secara parsial maupun secara simultan. Sementara hasil uji variabel dominan berdasarkan nilai

Standardized Coefficients Beta (β) yang terbesar yaitu word of mouth communication (komunikasi mulut ke mulut).

Kata Kunci : Price Discount, In-Store Display, Word Of Mouth, Impulse Buying

ABSTRACT

Methods of data analysis using multiple linear regression analysis. The population is all consumers of Minimarket Greensmart Kota Baru Driyorejo, Gresik and the sample amounted to 80 respondents with non-probability sampling technique that is accidental sampling. Methods of data collection using questionnaires. Data analysis using the help of SPSS program for windows release 23.0 The results showed the variable price discount, in-store display and word of mouth communication have a positive and significant impact on the decision of impulse buying either partially or simultaneously. While the test results of dominant variables based on the value of Standardized Coefficients Beta (β) is the largest word of mouth communication.

(2)

PENDAHULUAN

Pemasaran di Indonesia pada saat ini tidak lagi dikelola secara tradisional melainkan dengan cara modern, pemasaran adalah Proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka inginkan dan butuhkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. (Kotler, 2012). Banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak pada bidang perdagangan barang khususnya barang eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement store (toserba), pasar swalayan (super market) dan lain-lain. Persaingan yang bterjadi pada bisnis ritel ditandai dengan semakin menjamurnya pusat-pusat perbelanjaan, baik yang bersifat lokal, nasional maupun internasional dengan berbagai faktor yang dibidik. Persaingan tersebut memacu para pebisnis di bidang ritel untuk senantiasa menjadi ritel pilihan konsumen dan mempertahankan konsumennya.

Minimarket merupakan jenis bisnis ritel yang sedang berkembang dengan pesat saat ini yang menjual barang kebutuhan sehari-hari dan menawarakan kemudahan karena lokasi atau letaknya yang bisa dijangkau dan dekat dengan konsumen serta mengutamakan kepraktisan dan kecepatan yang didukung dari luas toko atau gerai yang tidak terlalu besar sehingga konsumen berbelanja dengan waktu yang tidak terlalu lama. Keuntungan lain dengan berbelanja di minimarket yaitu suasana aman dan nyaman dalam berbelanja, tidak kesulitan memilih barang-barang yang diperlukan, kualitas barang lebih terjamin bila dibandingkan dengan berbelanja di pasar tradisional,harga barang pasti sehingga tidak perlu ditawar dan dapat berbelanja berbagai kerluan di satu tempat saja sehingga bisa menghemat waktu dan tenaga.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian price discount menurut Tjiptono (2011), merupakan potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada pembeli sebagai penghargaan atas aktivitas tertentu dari pembeli yang menyenangkan bagi penjual. Para konsumen tertarik untuk mendapatkan harga yang pantas. Harga yang pantas berarti nilai

(3)

yang di persepsikan pantas pada saat transaksi dilakukan. Tujuan diadakannya price discount adalah:

1. Mendorong pembeli untuk membeli dalam jumlah yang besar sehingga volume penjualan diharapkan akan bisa naik. pemberian potongan harga akan berdampak terhadap konsumen, terutama dalam pola pembelian konsumen yang akhirnya juga berdampak terhadap volume penjualan yang diperoleh perusahaan.

2. Pembelian dapat dipusatkan perhatiannya pada penjual tersebut, sehingga hal ini dapat menambah atau mempertahankan langganan penjual yang bersangkutan.

3. Merupakan sales service yang dapat menarik terjadinya transaksi pembelian.

Pengertian in-store display menurut Amir (2010) display toko adalah sebuah penarik awal yang bisa menarik pelanggan yang melintas dan masuk ke dalam toko. Berikut ini adalah tuntunan praktis yang umum dilakukan oleh peritel unggul dalam meningkatkan daya tarik dari display-nya:

1. Show dan Tell, Tunjukkan dan katakan. Jadikan display mampu mengungkap sesuatu. Biarkan kreativitas peritel berbicara lebih banyak dari kata-kata

2. Hindari penampilan yang berlebihan, jangan berlebihan dalam mengatur tata letak dan gaya display toko

3. Fokuskan pada item-item yang mendorong terjadinya impulse buying 4. Kaitkan program promosi dengan konsep display

5. Sesering mungkin menyajikan sesuatu yang baru, mengubah secara teratur dan kreatif display toko.

Pengertian Word Of Mouth Communication menurut Kotler (2012) menyatakan bahwa WOM adalah pengaruh personal, yang berkaitan erat dengan produk yang mahal dan beresiko. Harapan kemungkinan resiko yang diterima berkurang ketika konsumen meminta saran dari kerabat. Tiga tahapan WOM menurut Kotler :

(4)

To talk maksudnya ialah ketika konsumen menceritakan kembali produk

perusahaan kepada rekan atau calon konsumen lainnya. 2. Mempromosikan (to promote),

To promote adalah saat konsumen membujuk dan mempromosikan produk

kepada kerabat atau calon konsumen baru. 3. Menjual (to sell),

To sell adalah ketika seorang konsumen berhasil mengubah (transform)

konsumen lain yang tidak percaya serta memiliki persepsi negatif dan tidak mau mencoba sebuah produk menjadi percaya, berpersepsi positif dan akhirnya mau mencoba.

Pengertian Impulse Buying menurut Rook (2011) pembelian impulsif terjadi ketika seorang konsumen merasa keinginan yang tiba-tiba, sering kali kuat dan teguh untuk membeli sesuatu secepatnya. Proses impulsif untuk membeli tersebut adalah sesuatu yang kompleks secara hedonis dan dapat menstimuli konflik emosional. Pembelian impulsif juga cenderung muncul dengan pengacuhan terhadap konsekuensi dari tindakan tersebut. Impulse buying terdiri dari karakteristik berikut:

1. Spontanity (spontanitas),

Pembelian impulsif terjadi secara tidak terduga dan memotivasi konsumen untuk membeli saat juga, seringkali karena respon terhadap stimuli visual

point-of- sale.

2. Power, compulsion, and intensity,

Adanya motivasi untuk mengesampingkan hal-hal lain dan bertindak secepatnya.

3. Excitement and simulation,

Keinginan membeli secara tiba-tiba yang seringkali diikuti oleh emosi seperti

exciting, thrilling, atau wild.

4. Disregard for consequences,

Keinginan untuk membeli dapat menjadi tidak dapat ditolak sampai konsekuensi negatif yang mungkin terjadi diabaikan.

(5)

Pada penelitian ini peneliti menggunakan judul dengan variabel bebas

Price Discount (Potongan harga) (X1), in-store display (Tampilan dalam toko)

(X2), word of mouth communication (Komunikasi mulut ke mulut) (X3), terhadap

variabel terikat Impulse Buying (Pembelian tidak terencana) (Y) yang dilakukan pada Minimarket Greensmart di Kota Baru Driyorejo Gresik.

Berikut merupakan kerangka konseptual dalam penelitian ini yaitu:

Sumber : Peneliti (2017)

Gambar 1 Kerangka Konseptual

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan variabel bebas Price Discount (Potongan

harga) (X1), in-store display (Tampilan dalam toko) (X2), word of mouth

communication (Komunikasi mulut ke mulut) (X3), terhadap variabel terikat Impulse Buying (Pembelian tidak terencana) (Y).

Analisis dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 23.0 yang merupakan salah satu software untuk menganalisa data statistik. Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti yaitu melalui analisis regresi linear berganda. Sebelum analisis regresi linear berganda dilaksanakan, maka harus melaksanakan persyaratan pada pengujian data yang meliputi: uji validitas dan reliabilitas. Setelah pengujian data terpenuhi maka dapat dilakukan analisis regresi linear berganda. Selain itu pengujian hipotesis juga diperlukan dalam melakukan analisis data yang meliputi: uji F, uji t (parsial) dan uji dominan.

X1 : Price Discount (Potongan Harga) X2 : In-Store Display (Tampilan Dalam Toko) X3 : Word Of Mouth (Komunikasi Mulut ke Mulut) Y : Keputusan Impulse Buying (Pembelian Tidak Terencana)

(6)

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, Sugiyono (2010), karakteristik tertentu yang ditetapkam oleh peneliti yang dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. 100 populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja ke minimarket Greensmart di Kota Baru Driyorejo, Gresik.

Menurut Sugiyono (2011:118-127), Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dilakukan jika populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan penelitian. Non Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Accidental sampling adalah teknik menentukan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel jika orang tersebut dipandang cocok sebagai sumber data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan membuktikan Price

Discount (Potongan harga), in-store display (Tampilan dalam toko) dan word of mouth communication (Komunikasi mulut ke mulut) mempunyai pengaruh secara

simultan dan parsial terhadap Impulse Buying (Pembelian tidak terencana) serta menunjukkan variabel mana yang paling dominan terhadap Impulse Buying (Pembelian tidak terencana).

1. Pengaruh Secara Parsial Price Discount (Potongan Harga) (X1)

Terhadap Keputusan Impulse Buying (Pembelian Tidak Terencana) (Y)

Hasil analisis regresi koefisien regresi untuk price discount (potongan

harga) (X1) sebesar 0,272 menunjukkan hubungan yang searah antara variabel

price discount (potongan harga) (X1) terhadap keputusan impulse buying (pembelian tidak terencana) yaitu jika dalam satuan variabel price discount

(7)

(potongan harga) (X1) naik sebesar satu satuan maka keputusan impulse buying (pembelian tidak terencana) akan mengalami kenaikan sebesar 0,272 satuan.

Hasil hipotesis (uji t) nilai thitung dari variabel price discount (potongan

harga) (X1) sebesar 3,472 dengan nilai signifikasi 0,001<0,05. Hasil uji t ini

membuktikan bahwa price discount (potongan harga) (X1) berpengaruh secara

parsial dan signifikan terhadap keputusan impulse buying (pembelian tidak terencana) minimarket Greensmart. Dari hasil diatas dapat menunjukkan bahwa

price discount (potongan harga) yang baik akan meningkatkan keputusan impulse buying (pembelian tidak terencana). Karena diperlakukan sebagai suatu hal yang

mencerminkan kesan keseluruhan terhadap minimarket. Price discount (potongan harga) yang ditawarkan secara konsisten harus mampu memberikan nilai bagi pelanggannya. Price discount (potongan harga) yang menarik dapat menarik pelanggan untuk berbelanja di minimarket Greensmart. Dalam hal ini price

discount (potongan harga) mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan impulse buying (pembelian tidak terencana). Hal ini sesuai dengan apa yang

dikemukakan oleh Burnnet dan Moriarty dalam Sutisna (2012) menyatakan bahwa promosi penjualan menawarkan insentif ekstra agar konsumen melakukan tindakan, paling tidak punya perhatian terhadap produk yang ditawarkan, dengan kata lain besarnya potongan harga dapat memberikan dorongan bagi konsumen untuk membeli.

2. Pengaruh Secara Parsial In-Store Display (Tampilan Dalam Toko) (X2)

Terhadap Keputusan Impulse Buying (Pembelian Tidak Terencana) (Y)

Hasil analisis regresi koefisien regresi untuk In-Store Display (Tampilan

Dalam Toko) (X2) sebesar 0,255 menunjukkan hubungan yang searah antara

variabel In-Store Display (Tampilan Dalam Toko) (X2) terhadap keputusan

impulse buying (pembelian tidak terencana) yaitu jika dalam satuan variabel In-Store Display (Tampilan Dalam Toko) (X2) naik sebesar satu satuan maka keputusan impulse buying (pembelian tidak terencana) akan mengalami kenaikan sebesar 0,255 satuan.

Hasil pengujian hipotesis (uji t) nilai thitung dari variabel In-Store Display

(8)

t ini membuktikan bahwa In-Store Display (Tampilan Dalam Toko) (X2) berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap keputusan impulse buying (pembelian tidak terencana) (Y) minimarket Greensmart. Dari hasil diatas dapat menunjukkan bahwa In-Store Display (Tampilan Dalam Toko) merupakan salah satu atribut penting yang dievaluasi oleh konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu barang atau jasa. Dalam hal ini In-Store Display (Tampilan Dalam Toko) mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan impulse buying (pembelian tidak terencana), sehingga minimarket Greensmart masih banyak konsumen yang berbelanja dikarenakan minimarket Greensmart masih mempunyai pelanggan yang tetap. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Amir (2010) display toko (in-store display) adalah sebuah penarik awal yang bisa menarik pelanggan yang melintas dan masuk ke dalam toko.

3. Pengaruh Secara Parsial Word Of Mouth Communication (Komunikasi Mulut Ke Mulut) (X3) Terhadap Keputusan Impulse Buying (Pembelian

Tidak Terencana) (Y)

Hasil analisis regresi koefisien regresi untuk Word Of Mouth

Communication (Komunikasi Mulut Ke Mulut) (X3) sebesar 0,526 menunjukkan hubungan yang searah antara variabel Word Of Mouth Communication

(Komunikasi Mulut Ke Mulut) (X3) terhadap keputusan Impulse Buying

(Pembelian Tidak Terencana) yaitu jika dalam satuan variabel Word Of Mouth

Communication (Komunikasi Mulut Ke Mulut) (X3) naik sebesar satu satuan maka keputusan Impulse Buying (Pembelian Tidak Terencana) akan mengalami kenaikan sebesar 0,526 satuan.

Hasil pengujian hipotesis (uji t) nilai thitung dari variabel Word Of Mouth

Communication (Komunikasi Mulut Ke Mulut) (X3) 4,467 dengan nilai signifikansi 0,000<0,05. Hasil uji t ini membuktikan bahwa Word Of Mouth

Communication (Komunikasi Mulut Ke Mulut) (X3) berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap keputusan Impulse Buying (Pembelian Tidak Terencana) (Y) minimarket Greensmart. Dari hasil diatas dapat menunjukkan bahwa Word Of

Mouth Communication (Komunikasi Mulut Ke Mulut) merupakan bagian yang

(9)

suatu minimarket. Word Of Mouth Communication (Komunikasi Mulut Ke Mulut) yang baik akan membuat keputusan Impulse Buying (Pembelian Tidak Terencana) menjadi naik. Hasil ini menjelaskan bahwa Word Of Mouth Communication (Komunikasi Mulut Ke Mulut) diperlukan sebagai suatu hal yang mencerminkan kesan keseluruhan terhadap minimarket. Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Khasali dalam Basri, Hasan, A’mirah, Nur, dkk, (2016) mengatakan bahwa WOM merupakan bentuk promosi yang paling efektif. Pelanggan yang terpuaskan akan menjadi juru bicara produk perusahaan secara lebih efektif dan meyakinkan dibandingkan dengan iklan jenis apapun.

4. Pengaruh Antara Variabel Price Discount (potongan harga), In-Store

Display (Tampilan Dalam Toko) Dan Word Of Mouth Communication

(Komunikasi Mulut Ke Mulut) Terhadap Keputusan Impulse Buying (Pembelian Tidak Terencana)

Hasil perhitungan dengan uji F yaitu 41,431 dapat membuktikan bahwa

variabel bebas yaitu Price Discount (potongan harga) (X1), In-Store Display

(Tampilan Dalam Toko) (X2), dan Word Of Mouth Communication (Komunikasi

Mulut Ke Mulut) (X3) secara bersama-sama berpengaruh dan signifikan terhadap

Keputusan Impulse Buying (Pembelian Tidak Terencana) (Y) pada minimarket Greensmart.

Hasil koefisien determinasi Nilai Adjusted R Square (R2) = 0,606 artinya,

sebesar 60,6% Keputusan Impulse Buying (Pembelian Tidak Terencana)

dipengaruhi oleh variabel Price Discount (potongan harga) (X1), In-Store Display

(Tampilan Dalam Toko) (X2), dan Word Of Mouth Communication (Komunikasi

Mulut Ke Mulut) (X3). Sedangkan sisanya sebesar 39,4% dijelaskan oleh variabel

lain diluar model.

Variabel X3 yaitu Word Of Mouth Communication (Komunikasi Mulut Ke

Mulut), memiliki nilai koefisien β (beta) terbesar dibandingkan dengan variabel

bebas yang lain, maka variabel X3 yaitu Word Of Mouth Communication

(Komunikasi Mulut Ke Mulut) merupakan variabel bebas yang dominan mempengaruhi variabel terikat yaitu Keputusan Impulse Buying (Pembelian Tidak Terencana) (Y) pada minimarket Greensmart di Kota Baru Driyorejo Gresik.

(10)

SIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variable Price Discount (potongan harga), In-Store Display (Tampilan Dalam Toko), dan Word Of Mouth

Communication (Komunikasi Mulut Ke Mulut) terhadap Keputusan Impulse Buying (Pembelian Tidak Terencana) pada minimarket Greensmart di Kota Baru

Driyorejo Gresik. Analisis yang digunakan menggunakan pendekatan analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis.

Dari analisis dan pembahasan yang digunakan sesuai pada hipotesis pada bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan pengujian parsial atau secara individu variable independen yaitu

Price Discount (potongan harga) berpengaruh signifikan terhadap variable

dependen yaitu keputusan impulse buying (pembelian tidak terencana) karena nilai signifikansi variable Price Discount (potongan harga) lebih kecil dari α, pengujian parsial atau secara individu variable independen yaitu in-store

display (tampilan dalam toko) berpengaruh signifikan terhadap variable

dependen yaitu keputusan impulse buying (pembelian tidak terencana) karena nilai signifikansi variable in-store display (tampilan dalam toko) lebih kecil dari α, dan pengujian parsial atau secara individu variable independen yaitu

Word Of Mouth Communication (komunikasi mulut ke mulut) berpengaruh

signifikan terhadap variable dependen yaitu keputusan impulse buying (pembelian tidak terencana) karena nilai signifikansi variable Word Of Mouth

Communication (komunikasi mulut ke mulut) lebih kecil dari α.

2. Berdasarkan pengujian simultan atau secara bersama-sama variable independen yaitu Price Discount (potongan harga), In-Store Display (Tampilan Dalam Toko), dan Word Of Mouth Communication (Komunikasi Mulut Ke Mulut) berpengaruh signifikan terhadap variable dependen yaitu keputusan Impulse

Buying (Pembelian Tidak Terencana). Menunjukkan bahwa nilai signifikansi

lebih kecil dari α sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing variable independen Price Discount (potongan harga), In-Store Display (Tampilan Dalam Toko), dan Word Of Mouth Communication (Komunikasi Mulut Ke Mulut) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap

(11)

variable dependen yaitu keputusan Impulse Buying (Pembelian Tidak Terencana) pada minimarket Greensmart.

3. Berdasarkan pengujian Dominan dapat diketahui bahwa variable Word Of

Mouth Communication (komunikasi mulut ke mulut) memiliki pengaruh yang

dominan dari pada variable lainnya terhadap keputusan impulse buying (pembelian tidak terencana) pada minimarket Greensmart.

SARAN

Berdasarkan hasil simpulan penelitian yang dikemukakan diatas, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Secara parsial atau sendiri-sendiri variable price discount (potongan harga),

in-store display (tampilan dalam toko), dan word of mouth communication

(komunikasi mulut ke mulut) berpengaruh terhadap impulse buying (pembelian tidak terencana) minimarket Greensmart, dengan nilai koefisien terendah yaitu

in-store display (tampilan dalam toko). Menurut penulis, sebenarnya in-store display (tampilan dalam toko) minimarket Greensmart sudah baik, namun perlu

adanya inovasi-inovasi terkini yang lebih membuat masyarakat atau konsumen lebih antusias dalam belanja. Penulis menyarankan untuk melakukan penataan kembali in-store display (tampilan dalam toko minimarket, seperti desain ruangan yang menarik perhatian konsumen, menggunakan interior yang unik dan sistem keamanan yang memadai. Hal-hal tersebut harus diperhatikan dengan baik agar kedepan dapat lebih bersaing dan dapat menguasai pasar yang ada.

2. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan, hal ini dikarenakan masih terdapat keterbatasan penelitian dalam hal objek penelitian yang hanya satu minimarket, periode penelitian yang masih singkat serta variabel yang masih sedikit. Dengan demikian peneliti selanjutnya sebaiknya menambah variabel yang mempengaruhi keputusan impulse buying (pembelian tidak terencana) dan memperpanjang periode penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga hasil analisa yang didapat lebih akurat dan baik.

(12)

3. Hasil penelitian bahwa word of mouth communication (komunikasi mulut ke mulut) mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan impulse buying (pembelian tidak terencana). Dalam hal ini pihak minimarket sebaiknya melakukan manajamen yang baik dan promosi yang menarik tentang price

discount (potongan harga), dan in-store display (Tampilan Dalam Toko)

kepada calon pelanggannya sehingga dapat meningkatkan Keputusan Impulse

Buying (Pembelian Tidak Terencana) pada minimarket Greensmart.

DAFTAR PUSTAKA

Andreani, Fransisca, dkk. 2013. “Pengaruh Store Layout, Interior Display,

Human Variable Terhadap Customer Shopping Orientation di Restoran Dewandaru Surabaya”. Universitas Surabaya.

Amir, M. Taufiq. 2010. Manajemen Ritel: Panduan Lengkap Pengelolaan Toko

Modern. Jakarta: PPM

Basri, Hasan, A’mirah, Nur, dkk, 2016. Pengaruh Komunikasi Word-of-Mouth

terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Restoran Kelas Atas Melayu di Lembah Klang, Malaysia. Penelitian ini berfokus pada hubungan antara atribut WOM terhadap keputusan pembelian di restoran kelas atas Melayu di Lembah Klang.

Belch, G.E. & Belch, M.E. 2010. Advertising and Promotion, an Integrated

Marketing Communication Perspective, Mc Graw Hill. New York.

http://www.marketing.co.id/brand-switching-analysis-dalam-industri-ritelmodern/ diakses pada tanggal 16 April 2017, jam 20.35 WIB.

Herukalpiko, Diah Kenanga D.Prihatini, Apriatni Endang & Widayanto. 2013.

Pengaruh Kewajaran Harga, Atmosfer toko dan pelayanan toko terhadap perilaku impulse buying konsumen robinson department store semarang. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, pp. 1-9.

Kotler, Philip, dan Armstrong, Gary. 2010. Prinsip- Prinsip Pemasaran. Edisi 12,

Jilid 1 dan 2. Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip & Keller, Kevin. (2011). Manajemen Pemasaran. Edisi 13 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Rook, D.W. 2011. The Buying Impulse. Journal of Consumer Research, 14 (September): 189-199

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

(13)

Schiffman, L.G. and Kanuk, L.L., 2012. Purchasing behavior. Upper Saddle

River, NJ: Pearson Prentice Hall.

Tjiptono, F., 2011. Strategi bisnis pemasaran. Edisi III. CV. Andi. Offset, Yogyakarta.

Utami, Christina Whidya. 2010. Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi

Gambar

Gambar 1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa dalam penerapan pendidikan multikultural berbasis Kurikulum 2013 di SD Negeri Ngadirejo 1 Kartasura memiliki empat

Kekuatan hukum progresif tidak menepis hukum positif, tetapi selalu berusaha mencari apa yang bisa kita lakukan dengan hukum ini untuk memberikan keadilan kepada perempuan

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu menjelaskan (1) Keterkaitan antar ide yang terdapat dalam Serat Wulangreh pupuh Pangkur karya Sunan Paku Buwana IV, (2) Aktivitas

Rekomendasi yang bisa diberikan peneliti sebagai masukan bagi Komando Daerah Militer III/Siliwangi khususnya bidang corporate social responsibility dalam meningkatkan citra

SEKOLAHDASAR.NET - Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa

hubungan antara motivasi kunjungan dengan aspek kognitif disebabkan oleh motivasi kunjungan yang didominasi oleh pendidikan dan rekreasi tidak menentukan pengetahuan

Analisis data kualitatif bertujuan menjawab rumusan masalah yaitu, pelaksanaan tindakan dikatakan sesuai dengan perencanaan jika pelaksanaan tindakan pada saat proses

Seberapa besar penghematan yang dihasilkan oleh pemakaian lampu LED dibandingkan dengan penggunaan lampu Pijar dan lampu CFL atau TL, nampaknya masih membuat pertanyaan