• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH. Disampaikan Oleh: Ir. Iman Soedradjat, MPM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH. Disampaikan Oleh: Ir. Iman Soedradjat, MPM"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR

SEBAGAI PENDUKUNG PENINGKATAN

PEREKONOMIAN SUATU WILAYAH

Disampaikan Pada Acara:

“Focus Group Discussion Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)” Lombok, 26 November 2013

Disampaikan Oleh: Ir. Iman Soedradjat, MPM

(2)

OUTLINE

A. PENDAHULUAN

Landasan Hukum Penetapan KAPET Sebagai KSN

Cakupan Wilayah KAPET

Integrasi KAPET dengan MP3EI

B. KONDISI INFRATSRUKTUR DI INDONESIA

Kondisi Infrastruktur Indonesia di Level Internasional

Pola Penyebaran Infrastruktur di Indonesia

C. KONSEPSI PENATAAN RUANG KSN KAPET

D. PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KAPET

(3)

LANDASAN HUKUM

PENETAPAN KAPET SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL

A.1

UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Pasal 1 point (28):

Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan

karena

mempunyai

pengaruh sangat penting secara nasional

terhadap kedaulatan negara, pertahanan

keamanan negara,

ekonomi

, sosial, budaya dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah

ditetapkan sebagai warisan dunia.

Pasal 14 ayat (3) huruf a dan Pasal 21 ayat (1):

rencana tata ruang kawasan strategis nasional merupakan rencana rinci untuk Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional yang diatur dengan

peraturan presiden

.

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH

NASIONAL (Pasal 77 dan Lampiran X)

KAPET merupakan KSN dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan dengan kriteria: a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

b. memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional; c. memiliki potensi ekspor;

d. didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional;

g. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; dan/atau

(4)

CAKUPAN WILAYAH KAPET

A.2

PP 26/2008 tentang RTRWN (dalam Lampiran X) telah menetapkan 13 (tiga belas) KAPET, sedangkan cakupan wilayah masing-masing KAPET tersebut ditetapkan dalam Keppres.

1. KAPET Banda Aceh Darussalam 2. KAPET Khatulisiwa

3. KAPET DAS Kahayan, Kapuas, dan Barito

4. KAPET Samarinda, Sanga-sanga, Muara Jawa, dan Balikpapan (Sasamba) 5. KAPET Batulicin 6. KAPET Bima 7. KAPET Mbay 8. KAPET Manado-Bitung 9. KAPET Parepare

10. KAPET Batui  diubah menjadi KAPET Palapas 11. KAPET Buton, Kolaka, dan Kendari  diubah

menjadi KAPET Bank Sejahtera 12. KAPET Seram 13. KAPET Biak BAD Khatulistiwa DAS Kakab Batulicin Sasamba

Parepare Bank Sejahtera Palapas Manado-Bitung Seram Biak Bima Mbay KAPET

(5)

SEBARAN 13 KAWASAN EKONOMI TERPADU (KAPET)

KAPET CAKUPAN WILAYAH

1. BAD (BANDAR ACEH DARUSSALAM) (i) Kota Banda Aceh; (ii) Kab. Aceh Besar; dan (iii) Kab. Pidie 2. KHATULISTIWA (i) Kab. Sanggau; (ii) Kab. Sekadau; (iii) Kab. Sambas; (iv) Kab.

Bengkayang; (v) Kota Singkawang; (vi) sebagian Kab. Landak ; (vii) sebagian Kab. Sintang; dan (viii) sebagian Kabupaten Kapuas Hulu 3. SASAMBA (SAMARINDA,

SANGA-SANGA, MUARA JAWA, DAN BALIKPAPAN)

(i) Kota Samarinda; (ii) Kota Balikpapan; dan (iii) Sebagian Kab. Kutai Kartanegara

4. BATULICIN (i) Kab. Kotabaru; dan (ii) Kab. Tanah Bumbu 5. DAS KAKAB (DAERAH ALIRAN SUNGAI

KAHAYAN, KAPUAS, DAN BARITO) (i) Kota Palangkaraya; (ii) Kab. Barito Selatan; (iii) Kab. Kapuas; dan (iv) Kab. Pulang Pisau 6. MANADO-BITUNG (i) Kota Manado; (ii) Kota Bitung; (iii) Kota Tomohon; (iv) Kab.

Minahasa Utara; dan (v) Kab. Minahasa

7. PALAPAS (i) Kota Palu; (ii) Kabupaten Donggala; (iii) Kab. Parigi Moutong; dan (iv) Kab. Sigi

8. PARE-PARE (i) Kota Parepare; (ii) Kab. Barru; (iii) Kab. Pinrang; (iv) Kab. Sidenreng Rappang; dan (v) Kab. Enrekang

9. BANK SEJAHTERA (i) Kota Kendari; (ii) Kab. Kolaka; dan (iii) Kab. Konawe 10. BIMA (i) Kota Bima; (ii) Kab. Bima; dan (iii) Kab. Dompu

11. MBAY (i) Kab. Ngada; dan (ii) Kab. Nagekeo

12. SERAM (i) Kab. Seram Bagian Barat; (ii) Kab. Seram Bagian Timur; dan (iii) sebagian Kab. Maluku Tengah

13. BIAK (i) Kab. Biak Numfor; (ii) Kab. Supiori; (iii) Kab. Yapen; (iv) Kab. Waropen; dan (v) Kab. nabire

(6)

INTEGRASI KAPET DENGAN MP3EI

A.3

Hampir seluruh KAPET berada di 6 koridor ekonomi Indonesia dalam MP3EI (Perpres

32/2011)

Momentum yang harus dimanfaatkan agar pengembangan ke-13 KAPET bersinergi dengan

kebijakan MP3EI:

Sinergisitas dengan MP3EI terkait kebutuhan ruang untuk rencana sentra produksi, sentra

kegiatan industri, dan sentra distribusi yang didukung oleh infrastruktur kawasan.

Konsep RTR KAPET diarahkan untuk mendorong (sub) sektor unggulan masing-masing

koridor MP3EI.

BAD Khatulistiwa DAS Kakab Batulicin Sasamba

Parepare Bank Sejahtera Palapas Manado-Bitung Seram Biak Bima Mbay KAPET

(7)

KAITAN KAPET DAN MP3EI

KAPET KOMODITAS UNGGULAN

KAPET KORIDOR MP3EI KEGIATAN EKONOMI UTAMA MP3EI BAD Kelapa sawit dan Perkayuan KORIDOR EKONOMI

SUMATERA Kelapa sawit, Karet, Batu Bara, Perkapalan, Besi Baja

Khatulistiwa Padi, Jagung, Kelapa sawit, dan

Karet KORIDOR EKONOMI KALIMANTAN Kelapa Sawit, Minyak dan Gas, Batubara, Besi Baja, Bauksit, Perkayuan

DAS Kakab Padi, Karet,

Sapi, Ikan, dan Rotan

Batulicin Kelapa sawit dan Perkayuan Sasamba Kelapa sawit dan Perkayuan

Bima Sapi, Jagung, dan Rumput laut KORIDOR EKONOMI

BALI-NUSA TENGGARA Pariwisata, Perikanan, Peternakan

Mbay Sapi potong

Manado-Bitung Pariwisata (bahari, ekowisata, MICE), Kelapa, Ikan pelagis, dan Rumput laut

KORIDOR EKONOMI

SULAWESI Pertanian Pangan (Padi, Jagung, Kedelai dan Ubi Kayu), Kakao, Perikanan, Nikel, Minyak dan Gas Parepare Padi, Kopi, Kakao, Udang, dan

Sapi

Palapas Kakao dan Rumput laut Bank

Sejahtera Kakao, dan Padi sawah Seram Perikanan tangkap, Kelapa

dalam, dan Cengkeh KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEP. MALUKU Pertanian Pangan – MIFEE, Tembaga, Nikel, Minyak dan Gas Bumi, Perikanan, Peternakan Biak Jeruk manis, Rumput laut,

(8)

Mewujudkan KAPET sebagai pusat

pertumbuhan dan penggerak laju

pertumbuhan ekonomi di daerah yang

kesenjangannya masih tinggi

Mengembangkan kawasan strategis

nasional sebagai pusat pertumbuhan

ekonomi yang memiliki daya saing ekonomi

nasional (jangka menengah) dan

internasional (jangka panjang)

MELALUI

PENINGKATAN

DUKUNGAN

INFRASTRUKTUR

Sumber : Bappenas, 2010

ARAHAN RPJMN 2010-2014 DALAM PENGEMBANGAN KAPET

A.4

(9)
(10)

Argentina Indonesia Philippines

Sri

Lanka Korea China Vietnam Thailand Malaysia

Infrastructure 86

78

98 62 9 48 95 46 32 Roads 106

90

87 48 17 54 120 39 27 Railroad 103

51

94 37 10 22 68 65 17 Port 101

104

120 45 20 59 113 56 21 Air Transport 115

89

112 57 26 70 94 33 24 Electricity 108

93

98 54 32 59 113 44 35 Telephone 50

78

104 74 4 58 86 95 85

Peringkat Daya Saing Infrastruktur Indonesia Tahun 2012

Global Competitiveness Report, 2012 – 2013 (144 negara)

Pada tahun 1996, peringkat daya saing infrastruktur Indonesia berada diatas negara China, Thailand, Taiwan, dan Srilanka. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia saat ini mengalami kemunduran

Sumber: The Global Competitiveness Report, 2012-2013

(11)

Pola sebaran infrastruktur di Indonesia saat ini pada dasarnya mengikuti pola sebaran

penduduk

Tantangan pembangunan infrastruktur  timpangnya sebaran penduduk, perbedaan

luas wilayah dan keberagaman kondisi topografi

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% Wilayah P ro p o rs i W ila ya h , % % Luas 20.6% 7.2% 4.1% 32.3% 10.8% 25.0% % Pddk 21.2% 58.6% 5.3% 5.6% 7.3% 2.0% % rigasi 19.6% 65.1% 6.2% 4.4% 4.5% 0.2% % Jalan 28.4% 27.3% 13.7% 14.9% 11.2% 4.5% % A ir minum 24.6% 58.4% 3.3% 5.8% 6.4% 1.5%

Sumat era Jawa B ali & NT Kalimant an Sulawesi M aluku & Papua

Pulau Jawa-Bali dengan luas wilayah 7,5% dari luas wilayah Indonesia dihuni oleh 61%

penduduk dari total penduduk Indonesia.

Sekitar 70-90 % infrastruktur berada di Pulau Sumatera, Jawa dan Bali. Sisanya sekitar 10-30

% infrastruktur tersebar di pulau lainnya yang luasnya 70 persen dari keseluruhan wilayah

Indonesia.

(12)

12

Kawasan Barat Indonesia (Pulau Jawa dan Sumatera) merupakan pusat kegiatan ekonomi di

Indonesia (Produksi permintaan perjalanan barang di

KBI sekitar 94%

dari total Indonesia, dimana

P. Jawa 81% dan P. Sumatera 13%).

(13)

KONSEPSI PENATAAN RUANG KSN KAPET

C.

Pengembangan KAPET selama ini berdasar pada Prinsip Growth Pole Theory (teori

kutub pertumbuhan)

KONSEP new KAPET SEBAGAI KLASTER EKONOMI/INDUSTRI

Berbasis pengembangan ekonomi lokal (local economic development), dengan bertumpu pada

komoditas unggulan lokal secara selektif.

Koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah, pemerintah daerah dan dunia usaha.

Interkonektivitas dan sinergi kegiatan ekonomi hulu-hilir berkelanjutan berbasis masyarakat.

Pengembangan nilai tambah produk unggulan lokal (inovasi).

Pengembangan sumber daya manusia/ketenagakerjaan (pendidikan & pelatihan).

Pengembangan sistem pembiayaan/permodalan, lembaga-lembaga pendukung dan jaringan

antarpelaku lokal/nasional/internasional.

Membentuk keterkaitan (linkage) antara komoditas unggulan  mulai dari tahapan awal berupa

usaha-usaha/kegiatan-kegiatan inti yang independent menuju tahapan akhir rencana berupa

sinergitas usaha-usaha/kegiatan-kegiatan inti yang membentuk ekonomi wilayah yang kuat dan

produktif.

(14)

TUJUAN PENATAAN RUANG KAPET

C.1

Perumusan tujuan penataan ruang KAPET difokuskan pada upaya pemerintah dalam

mewujudkan pengembangan klaster ekonomi kawasan

melalui

pengembangan ekonomi lokal

berbasis sektor unggulan selektif

(memiliki kekuatan pasar baik lokal, nasional, dan/atau

internasional) sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah dengan

membuka

kesempatan pengembangan investasi.

PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL BERBASIS SEKTOR UNGGULAN SELEKTIF

TUJUAN PENATAAN RUANG KAPET

KAPET (SUB) SEKTOR UNGGULAN SELEKTIF

BAD perikanan, perkebunan, peternakan, industri, pariwisata Khatulistiwa pertanian tanaman pangan, perkebunan,

agroindustri, kehutanan, dan pariwisata

DAS Kakab perkebunan, kehutanan, pertanian tanaman pangan, dan perikanan Batulicin perkebunan, kehutanan, industri pengolahan, perikanan, dan pariwisata Sasamba perkebunan, pertanian tanaman pangan, perikanan, industri kerajinan,

dan pariwisata

Bima peternakan, perkebunan, pertanian tanaman pangan, pertanian hortikultura, perikanan, industri kerajinan, dan pariwisata

Mbay peternakan, perkebunan, pertanian tanaman pangan, pertanian hortikultura, perikanan, dan pariwisata

Manado-Bitung pariwisata, perkebunan, perikanan tangkap, pertanian tanaman pangan, dan pertanian hortikultura

Parepare pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, serta perikanan tangkap dan budidaya

Palapas perkebunan, pertanian tanaman pangan, pertanian hortikultura, perikanan, dan industri pengolahan

Bank Sejahtera perkebunan, pertanian tanaman pangan, perikanan budidaya, dan perikanan tangkap

Seram perikanan tangkap, perkebunan, pariwisata

(15)

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG KAPET

C.2

Pengembangan sektor unggulan

selektif yang berkelanjutan dan

berbasis kemampuan daya dukung

lingkungan setempat;

Penguatan sistem pusat pelayanan

kegiatan ekonomi dan sistem

jaringan prasarana pendukung

KAPET; dan

1

2

a. mengembangkan komoditas unggulan selektif beserta produk-produk turunannya;

b. mengembangkan komoditas pendukung, beserta produk-produk turunannya;

c. mengendalikan alih fungsi lahan-lahan komoditas unggulan dan komoditas pendukung untuk kegiatan lain; dan

d. melakukan pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

a. mengembangkan sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi yang dapat berfungsi sebagai pusat pelayanan kegiatan sentra produksi bahan baku, kegiatan sentra industri pengolahan, kegiatan penelitian, kegiatan pendidikan dan pelatihan, kegiatan jasa, dan kegiatan distribusi;

b. mengembangkan keterpaduan sistem jaringan prasarana transportasi

untuk meningkatkan konektivitas antara pusat pelayanan kegiatan ekonomi, sentra produksi bahan baku, sentra industri pengolahan, dan pusat distribusi pemasaran; dan

c. mengembangkan sistem jaringan prasarana lainnya berupa sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, dan sistem jaringan pengelolaan limbah yang mendukung pengembangan komoditas unggulan dan komoditas pendukung.

(16)

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG KAPET

Pengembangan pengelolaan

ekonomi kawasan yang terpadu

untuk menciptakan daya saing

produk unggulan wilayah.

3

KEBIJAKAN

STRATEGI

a. menetapkan kegiatan ekonomi kawasan yang terpadu melalui

pengembangan keterkaitan ke depan dan ke belakang komoditas unggulan dan komoditas pendukung;

b. menetapkan target pasar secara bertahap dari lingkup lokal, nasional, regional dan global sesuai tahapan pengembangan KAPET;

c. mengembangkan kualitas sumber daya manusia dengan mempertimbangkan situasi sosial dan budaya setempat terkait pengembangan komoditas unggulan dan komoditas pendukung;

d. mengembangkan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait komoditas unggulan dan komoditas pendukung;

e. mengembangkan koperasi, usaha mikro kecil menengah, kerjasama pemerintah-swasta-masyarakat, pelayanan permodalan dan sistem pembiayaan; dan

(17)

17

“Infrastruktur sebagai kunci bagi perkembangan ekonomi dan

peningkatan daya saing di dunia internasional, pembentuk struktur

wilayah, membuka keterisolasian daerah, serta mengikat wilayah dalam

kesatuan NKRI yang berdaulat.”

(18)

KONSEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KAPET

D.1

RENCANA

STRUKTUR RUANG

KAPET

a. sistem pusat pelayanan kegiatan ekonomi  berfungsi sebagai pusat pelayanan kegiatan sentra produksi bahan baku, kegiatan sentra industri pengolahan, kegiatan penelitian, kegiatan pendidikan dan pelatihan, kegiatan jasa, dan kegiatan distribusi.

b. sistem jaringan transportasi  meliputi jaringan transportasi darat (jalan, lalu lintas dan angkutan jalan, penyeberangan, dan perkeretaapian); jaringan transportasi laut (tatanan kepelabuhanan dan alur pelayaran); serta jaringan transportasi udara (tatanan kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan).

c. sistem jaringan energi  meliputi pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi tenaga listrik (SUTT, GI, dll).

d. sistem jaringan telekomunikasi  jaringan terestrial dan jaringan satelit (stasiun bumi, STO, dll)

e. sistem jaringan sumber daya air  sumber air (WS, CAT); dan prasarana SDA (irigasi, pengendali banjir, dll)

f. sistem jaringan pengolahan limbah  sistem pengelolaan air limbah setempat dan terpusat/IPAL.

Infrastruktur KAPET dikembangkan dalam upaya meningkatkan konektivitas antara pusat-pusat kegiatan

ekonomi, klaster industri, outlet (pelabuhan, bandara), dan mendorong perkembangannya dengan didukung

oleh infrastruktur listrik, telekomunikasi, sumber daya air, serta jaringan prasarana lainnya.

(19)

CONTOH DUKUNGAN INFRASTRUKTUR UTAMA SEBAGAI

PENDUKUNG PEREKONOMIAN KAPET MANADO-BITUNG

D2.

1. Dukungan Pembangunan Jalur Lintas Pulau Sulawesi: Mendukung Distribusi Barang

dan Jasa dari Pusat Pelayanan Kegiatan Ekonomi, Sentra Produksi, dan Kawasan

Industri Menuju IHP Bitung (Outlet)

Provinsi Sulawesi Utara dilalui oleh 2 (dua) jalur lintas Pulau Sulawesi, yaitu :

1. Lintas Barat (Aertembaga – Kauditan – Manado –

Tumpaan – Worotican – Poigar – Kaiya – Maelang –

Biontong – Atinggola) sepanjang 332,38 km

2. Lintas Timur (Girian – Kema – Rumbia – Buyat –

Molobog – Onggune – Pinolosian – Molibagu –

Mamalia – Taludaa) dengan panjang 386,49 km.

Jalan Lintas Barat Pulau Sulawesi

Jalan Lintas Timur Pulau Sulawesi

RENCANA KEK TANJUNG MERAH BITUNG RENCANA IHP BITUNG

Jalan Pengumpan Pulau Sulawesi

(20)

2. Rencana Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Manado-Bitung: Mendorong

Percepatan Pergerakan Barang/Jasa Menuju KEK Tanjung Merah dan IHP Bitung

Manado

Girian Airmadidi

Kauditan Suwaan

RENCANA KEK TANJUNG MERAH BITUNG RENCANA IHP BITUNG RENCANA JALAN BEBAS

HAMBATAN AMANDO-BITUNG

CONTOH DUKUNGAN INFRASTRUKTUR UTAMA SEBAGAI

PENDUKUNG PEREKONOMIAN KAPET MANADO-BITUNG

D2.

(21)

3. Pembangunan Bendungan Sawangan dan Kuwil

Penyediaan air baku untuk kebutuhan domestik, kawasan industri (KEK Tanjung Merah Bitung), kawasan sentra produksi (irigasi pertanian, perikanan, perkebunan, dan pariwisata), dan kawasan IHP Bitung.

Peningkatan pasokan energi listrik

4. Pengembangan Kawasan Industri Tanjung Merah Bitung: Optimalisasi IHP Bitung

Sebagai Pusat Distribusi yang Berorientasi Ekspor

I

II

I : LOKASI KEK TANJUNG MERAH-BITUNG II : LOKASI IHP BITUNG

Luas lahan Kawasan Tanjung Merah Bitung yang akan

ditetapkan sebagai KEK seluruhnya adalah 534 Ha,

dimana 22 Ha masih dalam proses penyelesaian AMDAL

CONTOH DUKUNGAN INFRASTRUKTUR UTAMA SEBAGAI

PENDUKUNG PEREKONOMIAN KAPET MANADO-BITUNG

D2.

(22)

5. Rencana Jaringan Kereta Api Lintas Barat Pulau Sulawesi dan Rencana Jaringan

Kereta Api Perkotaan Manado-Bitung

Jaringan Kereta Api Lintas Barat Pulau Sulawesi RPJP Perhubungan 2005-2025

Jaringan Kereta Api

Perkotaan Manado-Bitung

Pengembangan Jaringan Kereta Api Lintas Barat Pulau Sulawesi dengan PRIORITAS TINGGI, dalam upaya percepatan pergerakan barang/jasa menuju KEK Tanjung Merah dan IHP Bitung

6. Pemantapan Bandar Udara Pengumpul Skala Pelayanan Primer Sam Ratulangi

Bandar Udara Sam Ratulangi

IHP Bitung

CONTOH DUKUNGAN INFRASTRUKTUR UTAMA SEBAGAI

PENDUKUNG PEREKONOMIAN KAPET MANADO-BITUNG

D2.

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaiamana tingkat kepuasan yang diharapkan dan tingkat kepuasan pelayanan sebenarnya pada layanan divisi santunan atau klaim

Indikator pertama dan kedua merupakan indikator yang memiliki nilai skor rata-rata lebih rendah dengan jawaban responden berada dalam kategori sangat baik ini

Analisis data kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen 2 yang diajarkan menggunaka model pembelajaran inkuiri terbimbing diperoleh nilai N-gain 0,38 dengan

Hasil uji korelasi sederhana menunjukkan bahwa motivasi spiritual memiliki hubungan yang “ kuat” dengan kinerja karyawan dengan nilai koefisien sebesar 0.778 Secara

Dalam penelitian ini dilakukan pengaturan ulang tata letak dan perbaikan terhadap prosedur setup di gudang bahan baku untuk mengurangi waktu penyiapan komponen

Distribusi Frekuensi berdasarkan Skala nyeri disminore sesudah pemberian minuman kunir asam pada kelompok kontrol di Desa Mijen Kecamatan Kaliwungu Kabupaten

Analisis statistik menunjukkan nilai deteksi vaskularisasi dengan CEUS sesuai dengan ukuran tumor dan kedalaman tumor pada 118 nodul dengan densitas tinggi pada fase arterial fase

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, tidak didapatkan peresepan antibiotik yang termasuk dalam kategori IIIA jadi dari 36 pasien dan 39 jenis antibiotik yang digunakan sudah