• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Peserta Didik Menggunakan Model Pembelajaran POE dan Inkuiri Terbimbing Pada Materi Elastisitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Peserta Didik Menggunakan Model Pembelajaran POE dan Inkuiri Terbimbing Pada Materi Elastisitas"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS

P- ISSN : 2407-3563 (Print) E- ISSN : 2503-3425 (Online)

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Peserta Didik Menggunakan Model Pembelajaran POE dan Inkuiri Terbimbing Pada Materi

Elastisitas

S Umrah*, Suhartono, H Yuliani

Program Studi Tadris (Pendidikan) Fisika, FTIK, IAIN Palangka Raya Palangka Raya, Indonesian

*E-mail:umrahsiti1@gmail.com

https://doi.org/10.22202/jrfes.2019.v6i1.3101

Abstract

This study was aims to know whether there is or no increase of critical thinking skills and whether there is or no of students’ taught using the POE learning model and guided inquiry learning models on the material elasticity. The type of research used was quasi-experimental. Sampling using purposive sampling. The results showed that there was an increase in critical thinking skills and learning outcomes of students taught using the POE learning model and guided inquiry learning model. Keywords: POE learning, guided inquiry, critical thinking skills, learning outcomes

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) peningkatan kemampuan berpikir kritis yang diajarkan menggunakan model pembelajaran POE dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan (2) peningkatan hasil belajar peserta didik yang diajarkan menggunakan model pembelajaran POE dan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi elastisitas. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Pengambilan sample menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik yang diajarkan menggunakan model pembelajaran POE dan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Kata kunci: pembelajarann POE, inkuiri terbimbing, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar

I. PENDAHULUAN

Pembelajaran fisika dapat dilakukan dengan pengamatan langsung melalui indera manusia dan pengamatan tidak langsung melalui media atau alat bantu yang tepat. Dalam proses pembelajaran fisika untuk menemukan dan menyelidiki konsep-konsep tersebut, harus sesuai

dengan cara perolehan konsep (Febiyanti, 2017). Untuk mewujudkan hal itu, maka diperlukan suatu model alternatif yang mampu melibatkan peran aktif baik peserta didik maupun guru dalam proses pembelajaran. Saat ini ada berbagai macam model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru agar dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan

(2)

2 berpikirnya serta untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik tersebut. Adapun beberapa model pembelajaran tersebut diantaranya model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry), model pembelajaran discovery learning, model pembelajaran project based learning,

model pembelajaran problem based learning, model pembelajaran cooperative learning, model pembelajara student facilitator and explaining, model pembelajaran predict, observe, explain and write (POEW), model pembelajaran

prediction, observation and explaination

(POE), serta terdapat beberapa model pembelajaran lagi yang dapat digunakan pada saat proses pembelajaran dikelas. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai diharapkan mampu membantu peserta didik dalam mempermudah proses pembalajaran dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan.

Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran fisika adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran

Prediction Observation and Explaination

(POE), karena didalam model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran

Prediction Observation and Explaination

(POE) guru berusaha membuat peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran Prediction Observation and Explaination (POE) juga menekankan pada proses berpikir peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri konsep-konsep fisika dari suatu permasalahan yang disajikan oleh guru.

Model Pembelajaran inkuri terbimbing adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam suatu penelitian ilmiah. Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki tujuan utama yaitu mengembangkan sikap dan keterampilan peserta didik sehingga

memungkinkan memecahkan masalah secara mandiri (Ngalimun dkk, 2012).

Model pembelajaran POE

merupakan model yang dilandasi pada teori pembelajaran konstruktivisme. Didalam model pembelajaran POE dilakukan kegiatan prediksi, observasi dan menerangkan sesuatu hasil pengamatan, sehingga kognitifnya akan terbentuk dengan baik. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari implementasi strategi POE adalah sebagai berikut: 1) Digunakan untuk mengungkap gagasan awal peserta didik; 2) Memberikan informasi kepada guru tentang pemikiran peserta didik; 3) Membangkitkan diskusi; 4) Memotivasi peserta didik agar berkeinginan untuk melakukan eksplorasi konsep; dan 5) Membangkitkan keinginan peserta didik untuk menyelidiki (Harianto, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widinda dkk (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran

prediction observation and explaination

(POE) terhadap prestasi belajar dan sikap ilmiah peserta didik” menarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran POE terhadap sikap ilmiah dan prestasi belajar peserta didik. Sehingga diharapkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran POE ini mampu membuat peserta didik lebih aktif dalam proses berpikir kritis serta mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika di sekolah SMAN 4 Palangkaraya mengungkapkan bahwa pertama, selama proses pembelajaran yang terjadi disekolah guru sudah menerapkan beberapa model pembelajaran efektif seperti pembelajaran langsung, dan pembelajaran kooperatif. Kedua selama proses pembelajaran sebagian peserta didik dirasa kurang aktif didalam kelas dan kurang memperhatikan mengenai apa yang disampaikan oleh guru,

(3)

3 hal ini menyebabkan peserta didik yang kurang aktif dan kurang memperhatikan kesulitan dalam mengerti dan memahami materi yang tengah disampaikan dan ini menyebabkan kurang memuaskanya hasil belajar peserta didik. Ketiga, peserta didik masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang membutuhkan pemikiran yang mendalam. Peserta didik cenderung kesulitan dalam menyelesaikan persoalan yang membutuhkan pemikiran yang mendalam secara tepat dan benar. Dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik untuk soal-soal evaluasi berbentuk essay masih kurang, hal ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik tersebut.

Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur dan sistematis dalam memberikan penilaian, memecahakan masalah, menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah (Sukmadinata, 2010). Kemampuan berpikir kritis peserta didik akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik tersebut. Hal ini terbukti dengan penelitian yang dilakukan oleh Husnah (2017) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik, dimana semakin tinggi kemampuan berpikir kritis peserta didik maka semakin tinggi pula hasil belajar matematika yang diperoleh peserta didik

Hasil belajar menurut Supriajono (2009) merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Bloom menyatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotrik .

Salah satu mata pelajaran fisika yang diharapkan dapat diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri

terbimbing dan model pembelajaran POE adalah materi elastisitass bahan. Model pembelajaran ini diharapkan dapat membangkitkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik pada materi elastisitas. Hal ini dikarenakan, pada materi elastisitas memiliki kompetensi dasar menganalisis sifat elastisitas bahan dan melakukan percobaan tentang sifat elastisitas suatu bahan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjelaskan dan mendeskripsikan sifat elastisitas suatu bahan tersebut, diperlukanlah suatu percobaan yang tentunya melibatkan peserta didik untuk aktif bekerja dan belajar. Kemudian, dari percobaan tersebut akan memunculkan kemampuan berpikir kritis dan juga meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Terdapat tidaknya peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajarkan menggunakan model pembelajara POE pada materi elastisitas, (2) Terdapat tidaknya peningkatan yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajarkan menggunakan model pembelajara inkuiri terbimbing pada materi elastisitas, (3) Terdapat tidaknya peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik yang diajarkan menggunakan model pembelajara POE pada materi elastisitas, dan (4) Terdapat tidaknya peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik yang diajarkan menggunakan model pembelajara inkuiri terbimbing pada materi elastisitas.

II. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan jenis penelitian deskriftif. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment

dengan tipe matching pretest-posttest comparation group design. Secara umum rancangan penelitian ini dapat digambarkan

(4)

4 dalam desain sederhana pada tabel 1 berikut:

Tabel 1 One-Group Pretest-Posttest Design Dua kelompo k Pretes t Perlakua n Posttes t O X1 O O X2 O Adopsi : (Sukmadinata, 2011)

Penelitian ini bertempat di SMAN 4 Palangka Raya yang beralamat dijalan Sisingamangaraja No. 3, Kecamatan Jekan Raya, Kelurahan Mentang, Propinsi Kalimantan Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada semester I (Ganjil) tahun ajaran 2018/2019, dimana sampel yang digunakan adalah dikelas MIPA 1 sebagai kelas eksperimen 2 dengan diterapkan model inkuiri terbimbing dan kelas MIPA 2 sebagai kelas eksperimen 1 dengan diterapkan model POE. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu berupa observasi, wawancara, dokumentasi dan tes.

Kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik diukur menggunakan tes tertulis dalam bentuk soal uraian yang telah dipastikan kualitasnya dari segi validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya beda.

2.1. Validitas

Secara umum, validitas soal uraian menggunakan rumus korelasi product momen yaitu (Supriadi, 2011):

𝑟𝑥𝑦 = 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)

√{𝑁 ∑ 𝑋2−(∑ 𝑋)2}{𝑁 ∑ 𝑌2−(∑ 𝑌)2} (1)

Keterangan: xy

r : Koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y,dua variabel yang dikorelasikan.

X : Skor item

Y : Skor total

N : Jumlah siswa

2.2. Reliabilitas

Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen soal bentuk uraian adalah (Sudijono, 2012): r11 = ( 𝑘 𝑘−1) (1 − ∑𝑆𝑖2 𝑆𝑡2) (2) keterangan: r 11= reliabilitas tes, k = jumlah soal,

Si2 = jumlah varian dari skor soal, St2 = jumlah varian dari skor total 2.3. Taraf Kesukaran

Rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks kesukaran butir soal (Sudijono, 2008) adalah sebagai berikut: P= B

𝐽𝑠 (3)

Keterangan:

P = tengkat kesukaran

B = jumlah peserta didik yang menjawab benar

Js = jumlah seluruh peserta didik 2.4. Daya Peembeda

Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal (Arikunto, 2011): 𝐷 = 𝐵𝐴 𝐽𝐴 − 𝐵𝐵 𝐽𝐵 (4) Keterangan :

D = Daya Pembeda butir soal 𝐽𝐴 = Banyaknya siswa kelompok atas

𝐽𝐵 = Banyaknya siswa kelompok bawah 𝐵𝐴 = Banyaknya siswa kelompok atas yang

menjawab benar

𝐵𝐵 = Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik dihitung menggunakan rumus N-gain,

(5)

5

N-g=Xpostes−Xpretes

Xmax−Xpretes (5)

Keterangan:

g

= Gain score ternormalisasi xpretes = skor tes awal

xpostes = skor tes akhir xmax = skor maksimum

Kategori N-gain menurut Hake dalam Anwar (2017) ditunjukkan pada tabel 2 berikut:

Tabel 2 Kriteria N-gain Nilai Gain Ternormalisasi Interpretasi -1,00 ≤ g < 0,00 Terjadi penurunan g = 0,00 Tidak terjadi peningkatan 0,00 < g ≤ 0,30 Rendah 0,30 < g ≤ 0,70 Sedang 0,70 < g ≤ 1,00 Tinggi

Adapun teknik penskoran untuk kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik dihitung menggunakan rumus (Arifin, 2014):

𝑆 = 𝐵

𝑁× 100 % (6)

Keterangan:

S = Skor peserta didik B = Jumlah jawaban benar N = Jumlah soal

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Peningkatan Kemampuan Berpikir

Kritis Peserta Didik Menggunakan Model POE

Hasil analisis data kemampuan berpikir kritis peserta didik menggunakan model pembelajaran POE diperlihatkan pada tabel 3.

Tabel 3. Nilai Rata-Rata Pretest, Posttest, Gain dan N-Gain Kemampuan Berpikir

Kritis Data N Rata-Rata Pret est Postt est Gai n N-gai n Kemamp uan berpikir Kritis 3 5 33,7 7 59,19 25, 42 0,3 7

Tebel 3 menunjukkan nilai peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang dilihat dari data pretest

dan postest. Data yang diperoleh pada saat

pretest dan postest terlihat terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajarkan menggunakan model pembelajaran POE. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen 1 mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis. Hal ini juga didukung dari hasil nilai rata-rata gain sebesar 25,42 dan nilai rata-rata N-gain sebesar 0,37 yang termasuk pada kategori N-gain sedang. Keberhasilan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik setelah diberi perlakuan berupa model pembelajaran POE dikarnakan pada model POE merupakan model pembelajaran yang memungkinkan untuk melakukan pengamatan langsung, serta dapat digunakan untuk mencari tahu ide awal peserta didik, dan memberikan informasi kepada guru tentang pemikiran peserta didik (Gunstone, 1992). Selain itu dalam model pembelajaran POE peserta didik dituntu untuk berpikir secara kritis dalam menemukan dan memecahkan permasalah dalam pembelajaran.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yulianto dkk (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik terjadi karena model pembelajaran POE menuntun peserta didik agar terbiasa berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran. Dalam model pembelajaran

(6)

6 POE peserta didik diagajak untuk berpikir secara kritis dalam menemukan sendiri permasalahan terhadap materi yang diajarkan melalui percobaan dengan diskusi. Permasalahan yang berkaitan dengan materi elastisitas sering dihadapi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sehingga membuat peserta didik lebih mengoptimalkan lagi kemampuan berpikirnya dalam menemukan solusi. 3.2.Peningkatan Kemampuan Berpikir

Kritis Peserta Didik Menggunakan Model Inkuiri Terbimbing

Hasil analisis data kemampuan berpikir kritis peserta didik menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing diperlihatkan pada tabel 4.

Tabel 4. Nilai Rata-Rata Pretest, Posttest, Gain dan N-Gain Kemampuan Berpikir

Kritis Data N Rata-Rata Pret est Postt est Gai n N-gai n Kemamp uan berpikir Kritis 3 5 34,9 2 60,34 25, 41 0,3 8

Tebel 4 menunjukkan nilai peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang dilihat dari data pretest

dan postest. Data yang diperoleh pada saat

pretest dan postest terlihat terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen 2 mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis. Hal ini juga didukung dari hasil nilai rata-rata gain sebesar 25,41 dan nilai rata-rata-rata-rata N-gain sebesar 0,38 yang termasuk pada kategori N-gain sedang. Keberhasilan peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik setelah diberi perlakuan berupa model pembelajaran inkuiri terbimbing dikarenakan model

pembelajaran inkuri terbimbing adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam suatu penelitian ilmiah. Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki tujuan utama yaitu mengembangkan sikap dan keterampilan peserta didik sehingga memungkinkan memecahkan masalah secara mandiri.

Hal ini sejalan, penelitian yang dilakukan oleh Masithoh dkk (2017) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dapat mengkondisikan peserta didik untuk berpikir kritis, dari kegiatan observasi yang pesrta didik lakukan dapat memunculkan suatu kesimpulan sehingga peserta didik dapat menemukan sendiri konsep fisika secara ilmiah. Terdapat pula dalam penelitian yang dilakukan oleh Nur’azizah dkk (2016) menyatakan bahawa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada ada materi elastisitas secara signifikan, dengan demikian, peserta didik yang diberi kesempatan terlebih dahulu untuk menduga hal-hal yang akan terjadi, membuktikan dugaan-dugaan yang diajukan melalui kegiatan percobaan

bersama kelompok, saling

mengkomunikasikan hasil percobaan yang diperoleh masing-masing kelompok, memecahkan masalah dengan memutuskan hasil percobaan yang relevan dengan

permasalahan yang diajukan

mengakibatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat meningkat. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (20167) menyimpulkan bahwa pendekatan saintific dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatakan kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan N-gain rata-rata 0,34 yang berkategori sedang.

3.3.Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Menggunakan Model POE

(7)

7 Hasil analisis data hasil belajar peserta didik menggunakan model pembelajaran POE diperlihatkan pada tabel 5.

Tabel 5. Nilai Rata-Rata Pretest, Posttest, Gain dan N-Gain Hasil Belajar

Data N Rata-Rata Prete st Postte st Gai n N-gai n Hasil Belaj ar 3 5 29,51 61,89 32,3 8 0,4 5 Tebel 5 menunjukkan nilai peningkatan hasil belajar peserta didik yang dilihat dari data pretest dan postest. Data yang diperoleh pada saat pretest dan

postest terlihat terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik yang diajarkan menggunakan model pembelajaran POE. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen 1 mengalami peningkatan hasil belajar. Hal ini juga didukung dari hasil nilai rata-rata gain sebesar 32,38 dan nilai rata-rata N-gain sebesar 0,45 yang termasuk pada kategori N-gain sedang. Keberhasilan peningkatan hasil belajar peserta didik setelah diberi perlakuan berupa model pembelajaran POE dikarnakan pada model POE merupakan model pembelajaran yang memungkinkan untuk melakukan pengamatan langsung, serta dapat digunakan untuk mencari tahu ide awal peserta didik, dan memberikan informasi kepada guru tentang pemikiran peserta didik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yulianto dkk (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar menggunakan model POE dikarenakan oleh kegiatan eksperimen selama pembelajaran. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mustika (2009) yang menyatakan bahwa metode praktikum sederhana dapat meningkatkan hhasi tes belajar peserta didik. Pada kegiatan praktikum memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik mengenai materi pembelajaran.

Pengalaman langsung menjadikan peserta didik lebih nudah dalam memahami konsep materi fisika. Menurut Dimyati dan Mudijono (2009) menyatakan bahwa belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Selama diskusi, praktikum dan presentasi, peserta didik menjadi lebih aktif menemukan sendiri informasi yang diberikan oleh guru serta berusaha untuk menemukan konsep-konsep melalui kegiatan percobaan.

3.4. Penigkatan Hasil Belajar Peserta Didik Menggunakan Model Inkuiri Terbimbing

Hasil analisis data hasil belajar peserta didikmenggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing diperlihatkan pada tabel 6.

Tabel 6. Nilai Rata-Rata Pretest, Posttest, Gain dan N-Gain Hasil Belajar

Data N Rata-Rata Prete st Postte st Gai n N-gai n Hasil Belaj ar 3 5 26,07 60,91 34,8 4 0,4 7

Tebel menunjukkan nilai

peningkatan hasil belajar peserta didik yang dilihat dari data pretest dan postest. Data yang diperoleh pada saat pretest dan

postest terlihat terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik yang diajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen 1 mengalami peningkatan hasil belajar. Hal ini juga didukung dari hasil nilai rata-rata gain sebesar 34,84 dan nilai rata-rata N-gain sebesar 0,47 yang termasuk pada kategori N-gain sedang. Keberhasilan peningkatan hasil belajar peserta didik setelah diberi perlakuan berupa model pembelajaran inkuiri terbimbing dikarenakan model pembelajaran inkuri terbimbing adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk

(8)

8 menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam suatu penelitian ilmiah. Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki tujuan utama yaitu mengembangkan sikap dan keterampilan peserta didik sehingga memungkinkan memecahkan masalah secara mandiri.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatima dkk (2016) dalam penelitiannya menunjukkan peningkatan yang signifikan pada penggunaan model inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar peserta didik. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran guided inquiry lebih efektif meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik.Hal ini dikarenakan, model pembelajaran inkuiri terbimbing memusatkan pembelajaran pada peserta didik Peserta didik akan menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustanti (2012) yaitu implementasi metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik.

IV. KESIMPULAN

1. Analisis data kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen 1 yang diajarkan menggunaka model pembelajaran POE diperoleh nilai N-gain 0,37 dengan kategori sedang yang berarti terdapat peningkatan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen 1 setelah diberi perlakuan berupa model POE. Analisis data kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen 2 yang diajarkan menggunaka model pembelajaran inkuiri terbimbing diperoleh nilai N-gain 0,38 dengan kategori sedang yang berarti terdapat peningkatan terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen 2 setelah diberi perlakuan berupa model inkuiri terbimbing. 2. Analisis data hasil belajar peserta didik

pada kelas eksperimen 1 yang diajarkan menggunaka model

pembelajaran POE diperoleh nilai N-gain 0,45 dengan kategori sedang yang berarti terdapat peningkatan terhadap hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen 1 setelah diberi perlakuan berupa model POE. Analisis data hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen 2 yang diajarkan menggunaka model pembelajaran inkuiri terbimbing diperoleh nilai N-gain 0,47 dengan kategori sedang yang berarti terdapat peningkatan terhadap hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen 2 setelah diberi perlakuan berupa model inkuiri terbimbing. Saran

Saran untuk penelitian berikutnya adalah perlu dilakukan pembelajaran dengan model POE dan inkuiri terrbimbing agar peserta didik peserta didik lebih terlatih dan mendapatkan hasil yang maksimal.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suhaimi, 2011, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta.

Arifin, Zainal., 2014, Evaluasi Pembelajaran. Rosda Karya, Bandung.

Agustanti., 2012, Implementasi Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi, Jurnal Pendidikan, vol 2.

Anwar, M., 2017, Perbandingan Model Kooperatif Tipe Jigsaw dan Tipe Two Stay Terhadap Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Eastisitas. Skripsi, Program Sarjana Ilmu keguruan, IAIN Palangka Raya, Palangka Raya.

Dimyati dan Mudjiono., 2009, Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.

(9)

9 Erlin Fatima H., Vinsensius O., dan

Yohanes S., Peningkatan Motivasi

dan hasil Belajar Siswa

menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing, Jurnal Pendidikan, vol 10.

E. Yulianto, A.Sopyan, A. Yulianto., 2014,

Penerapan Model Pembelajaran

POE untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis dan Kognitif Fisika SMP, Unnes Physics Education Journal, vol 3. Gunstone and Richard. 1992. Probing

Understanding. New Yorrk: British Library.

Harianto dan Warsono., 2012,

pembelajaran aktif teori dan asesmen. Remaja Rosda Karya, Bandung.

H.Yuliani,Mariati, R.Yulianti dan C. Herianto., 2017, Keterampilan Berpikir Kreatif Pada Siswa Sekolah Menengah Di Palangka Raya Menggunakan Pendekatan Sainstific, Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), vol 3. Ikhlasun D.M, Marjono, J. Arinto., 2017,

Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X MIA pada Materi

Pencemaran Lingkungan di

Surakarta, Jurnal Pendidikan Biologi, vol 10.

Miftahul, H., 2017, Hubungan Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Dengan Menerapkan Model Pembelajaran PBL, Journal of Physics and Science Learning (PASCAL) vol 1. Mustika, I., dan Muryati., Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar IPA-Fisika Melalui Pembelajaran Praktikum Dengan Memanfaatkan Alat dan Bahan di Lingkungan

Sekitar Siswa Kelas VII SMP Negri 4 Kragan Rembang Tahun Ajaran 2008/2009, Jurnal Pembelajarn Fisika, vol 2.

Ngalimun dkk., 2013, Strategi dan Model Pembelajaran Berbasis PAIKEM. Penerbit Pustaka Benua, Banjarmasin.

Nur’azizah, A.K. Jayadinata, dan D. Gusrayani., 2016, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gelombang Bunyi, Jurnal Pena Ilmiah, vol 1.

Riska, F., 2017, Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Integrasi Peer Intruction Terhadap Keterampilan Proses Sain dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Pokok Bahasan Elastisitas. Skripsi, Program Sarjana Ilmu keguruan, IAIN Palangka Raya, Palangka Raya.

Sukmadinata, Nana Syaodih., 2010,

Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya, Bandung. Sukmadinata, Nana Syaodih., 2011,

Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya, Bandung. Sudijino, Anas., 2012, Pengantar Evaluasi

Pendidikan. Raja Grafindo Presda, Jakarta.

Supriadi, Gito., 2011, Pengantar dan Teknik Evaluasi Pembelajaran.

Pustaka nasional, malang.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Widinda, N, Arlianti, dan Ashadi, 2015,

Pembelajaran Kimia menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model

(10)

10

pembelajaran prediction

observation and explaination (POE) terhadap prestasi belajar dan sikap ilmiah peserta didik, Ponorogo, November 7.

Gambar

Tabel 2 Kriteria N-gain  Nilai Gain  Ternormalisasi  Interpretasi  -1,00 ≤ g &lt; 0,00  Terjadi  penurunan  g = 0,00  Tidak  terjadi  peningkatan  0,00 &lt; g ≤ 0,30  Rendah  0,30 &lt; g ≤ 0,70  Sedang  0,70 &lt; g ≤ 1,00  Tinggi

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MBS) dapat diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan

Dari hasil analisa maka ditetapkan bahwa tindakan yang digunakan untuk mengatasi rendahnya kemampuan musikal siswa adalah melakukan pembiasaan praktik latihan

Tentunya dari perbandingan ini dapat diperoleh informasi bahwa secara umum dari besaran persentase ini, alumni ITB angkatan 2013 peserta Bidikmisi memiliki catatan masa

Hal ini dikarenakan hasil penelitian telah memenuhi tiga aspek dari empat aspek efektifitas dimana hasil belajar siswa sudah tuntas, kemampuan guru mengelola pembelajaran

Tahap evalusi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model

Vjerovnici (dobavljači i kreditori) insolventnim dužnicima često zbog neplaćanja obustavljaju isporuku materijala, energije što smanjuje ili prekida proizvodnju i isporuke kupcima.

Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus II setelah dianalisis diperoleh data sebagai berikut : Hasil evaluasi yang diperoleh pada siklus II ini mencapai tingkat 93,3%

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilakukan dengan tujuan adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis dalam