• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik, serta pengaruh tarif impor jagung dan harga minyak mentah dunia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik, serta pengaruh tarif impor jagung dan harga minyak mentah dunia"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS INTEGRASI PASAR JAGUNG DUNIA DENGAN

PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK,

SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG DAN HARGA

MINYAK MENTAH DUNIA

Oleh:

ARI SUPRIYATNA

A14303050

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Ari Supriyatna. A14303050. Analisis Integrasi Pasar Jagung Dunia dengan Pasar Jagung dan Daging Ayam Ras Domestik, serta Pengaruh Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia. Di bawah bimbingan Isang Gonarsyah.

Permintaan akan produk peternakan, terutama daging ayam ras cenderung meningkat pesat belakangan ini sebagai akibat dari meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat aka n gizi. Konsekuensi logisnya permintaan pakan ternak mengalami peningkatan termasuk jagung karena jagung merupakan komponen utama penyusun pakan ternak dengan proporsi sebesar 51,4 persen.

Dampak yang ditimbulkan yaitu permintaan jagung selalu lebih tinggi daripada jumlah produksi yang dihasilkan. Defisit yang terjadi selama periode 1995-2005 rata-rata sebesar 173,72 ribu ton per tahun, Masalah defisit jagung diatasi oleh pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan impor jagung. Impor jagung pada awalnya dimonopoli oleh Bulog kemudian memasuki era liberalisasi perdagangan diserahkan ke pihak swasta sehingga penetapan harga jagung tergantung pada mekanisme pasar. Akibatnya harga jagung di pasar domestik menjadi rentan terhadap harga jagung dunia begitupun dengan harga daging ayam ras domestik terhadap harga jagung dunia karena jagung impor banyak digunakan untuk bahan baku pakan tenak.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik, dan menganalisis pengaruh kebijakan tarif impor jagung dan kenaikan harga minyak mentah dunia terhadap integrasi pasar tersebut. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan metode Vector Autoregression

(VAR). Jenis data yang digunakan adalah data time series bulanan periode Januari 2000 sampai dengan Desember 2005. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan softwareMicrofit 4.0 dan Minitab 14.12.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pasar jagung dunia terintegrasi dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik. Tingkat integrasi pasar tersebut cukup lemah karena transmisi harga yang terjadi hanya bersifat satu arah yaitu harga jagung di pasar dunia ditransmiisikan ke pasar jagung dan daging ayam ras domestik. Harga jagung di pasar domestik tidak dapat mempengaruhi harga jagung dunia dan daging ayam ras domestik. Pasar yang bertindak sebagai price leader dalam analisis ini adalah pasar jagung dunia sedangkan pasar jagung domestik dan pasar daging ayam ras domestik bertindak sebagai price taker.

Variabel harga minyak mentah dunia tidak berpengaruh secara siginfikan terhadap variabel harga jagung dunia dan domestik, serta harga daging ayam ras domestik. Hasil ini mengindikasikan bahwa kenaikan harga minyak mentah dunia tidak mempengaruhi integrasi pasar antara pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik.

(3)
(4)

Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia Nama : Ari Supriyatna

NRP : A14303050

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi,

Prof. Dr. Isang Gonarsyah NIP. 131 846 872

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP.131 124 019

(5)

ANALISIS INTEGRASI PASAR JAGUNG DUNIA DENGAN

PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK,

SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG

DAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA

SKRIPSI

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

ARI SUPRIYATNA A14303050

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS INTEGRASI PASAR JAGUNG DUNIA DENGAN PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK, SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG DAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR–BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN–BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2007

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di DKI Jakarta pada 19 Februari 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara keluarga pasangan Endang Juanda dan Elly Yuliansih.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Cawang 11 Pagi dari tahun 1991 sampai tahun 1997. Pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 268 Jakarta. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 9 Jakarta dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

(8)

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat, hidayah, dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, tidak lupa shalawat dan salam selalu penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Papa, Mama dan adikku yang selalu memberikan doa, dukungan dan kasih sayang.

2. Prof. Dr. Ir. Isang Gonarsyah, MSi. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang selalu meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberi bimbingan dan dorongan bagi penulis.

3. Dr. Ir. Haryanto, MS sebagai dosen penguji utama.

4. A. Faroby Falatehan SP, ME sebagai dosen penguji wakil departemen.

5. Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D selaku dosen Pembimbing Akademik atas bimbingannya selama ini.

6. Pihak BPS Pusat, Bpk. Rico dari Departemen Pertanian Jakarta, Bpk. Bubun dari Bulog, Departemen Perdagangan Jakarta, Departemen ESDM Jakarta, Bank Indonesia yang telah banyak memberikan bantuan.

7. Mba Pini, Pak Husein dan Pak Basir yang sudah membantu selama penulis kuliah, skripsi, seminar dan sidang.

8. Sefrina Widyanti sebagai teman satu bimbingan dengan penulis atas bantuan, dukungan dan kerjasamanya.

9. Riri, Reni, Andri, Icha, Feby, Dessy, Mpo’ Hanum, Dani, Fitrina, Oka, dan Andi atas dukungan dan bantuan selama proses skripsi sampai sidang.

10.Andri dan Aris atas persahabatan dan kebersamaannya yang bermula dari satu kamar asrama sampai satu tempat tempat tinggal (kos) dimana kita selalu bersama untuk saling berbagi.

11.Teman-teman EPS ’40 dan Wisma Oneng sebagai sebuah kisah klasik untuk masa depan yang tak akan pernah terlupakan.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan Rasulullah SAW atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal penelitian ini. Semoga setiap langkah selalu dihaturkan untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.

Skripsi dengan judul “Analisis Integrasi Pasar Jagung Dunia dengan Pasar Jagung dan Daging Ayam Ras Domestik, serta Pengaruh Adanya Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia” bertujuan untuk menganalisis integrasi pasar yang terjadi antara pasar jagung baik dunia maupun domestik dengan pasar daging ayam ras domestik serta melihat pengaruh dari tarif impor jagung yang diberlakukan pemerintah dan kenaikan harga minyak mentah dunia.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi selama berlangsungnya penelitian. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Agustus 2007

(10)

vii

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu tentang Jagung ... 9

2.2. Penelitian Terdahulu tentang Harga Jagung ... 11

2.3. Penelitian Terdahulu tentang Tarif Impor ... 13

2.4. Penelitian Terdahulu tentang Keterkaitan Pasar Jagung ... 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17

3.1.1. Integrasi Pasar ... 17

3.1.1.1. Integrasi Pasar Spasial ... 18

3.1.1.2. Integrasi Pasar Vertikal ... 21

3.1.2. Dampak Penggunaan Tarif ... 21

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 23

3.3. Hipotesis Penelitian ... 27

3.4. Metode Analisis ... 27

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data ... 31

4.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 32

4.2.1. Penstasioneran Data ... 33

4.2.2. Penentuan Ordo Autoregresi ... 34

4.2.3. Model Integrasi Pasar ... 35

4.2.4. Pendugaan Koefisien ... 35

4.3. Definisi Operasional ... 36

V. EKONOMI MAKRO JAGUNG DAN DAGING AYAM 5.1. Profil Pasar Jagung Indonesia ... 37

5.2. Profil Pasar Jagung Dunia ... 42

5.3. Kebijakan Perdagangan Jagung ... 48

5.4. Profil Pasar Daging Ayam Ras Indonesia ... 50

(11)

ANALISIS INTEGRASI PASAR JAGUNG DUNIA DENGAN

PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK,

SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG DAN HARGA

MINYAK MENTAH DUNIA

Oleh:

ARI SUPRIYATNA

A14303050

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Ari Supriyatna. A14303050. Analisis Integrasi Pasar Jagung Dunia dengan Pasar Jagung dan Daging Ayam Ras Domestik, serta Pengaruh Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia. Di bawah bimbingan Isang Gonarsyah.

Permintaan akan produk peternakan, terutama daging ayam ras cenderung meningkat pesat belakangan ini sebagai akibat dari meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat aka n gizi. Konsekuensi logisnya permintaan pakan ternak mengalami peningkatan termasuk jagung karena jagung merupakan komponen utama penyusun pakan ternak dengan proporsi sebesar 51,4 persen.

Dampak yang ditimbulkan yaitu permintaan jagung selalu lebih tinggi daripada jumlah produksi yang dihasilkan. Defisit yang terjadi selama periode 1995-2005 rata-rata sebesar 173,72 ribu ton per tahun, Masalah defisit jagung diatasi oleh pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan impor jagung. Impor jagung pada awalnya dimonopoli oleh Bulog kemudian memasuki era liberalisasi perdagangan diserahkan ke pihak swasta sehingga penetapan harga jagung tergantung pada mekanisme pasar. Akibatnya harga jagung di pasar domestik menjadi rentan terhadap harga jagung dunia begitupun dengan harga daging ayam ras domestik terhadap harga jagung dunia karena jagung impor banyak digunakan untuk bahan baku pakan tenak.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik, dan menganalisis pengaruh kebijakan tarif impor jagung dan kenaikan harga minyak mentah dunia terhadap integrasi pasar tersebut. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan metode Vector Autoregression

(VAR). Jenis data yang digunakan adalah data time series bulanan periode Januari 2000 sampai dengan Desember 2005. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan softwareMicrofit 4.0 dan Minitab 14.12.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pasar jagung dunia terintegrasi dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik. Tingkat integrasi pasar tersebut cukup lemah karena transmisi harga yang terjadi hanya bersifat satu arah yaitu harga jagung di pasar dunia ditransmiisikan ke pasar jagung dan daging ayam ras domestik. Harga jagung di pasar domestik tidak dapat mempengaruhi harga jagung dunia dan daging ayam ras domestik. Pasar yang bertindak sebagai price leader dalam analisis ini adalah pasar jagung dunia sedangkan pasar jagung domestik dan pasar daging ayam ras domestik bertindak sebagai price taker.

Variabel harga minyak mentah dunia tidak berpengaruh secara siginfikan terhadap variabel harga jagung dunia dan domestik, serta harga daging ayam ras domestik. Hasil ini mengindikasikan bahwa kenaikan harga minyak mentah dunia tidak mempengaruhi integrasi pasar antara pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik.

(13)
(14)

Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia Nama : Ari Supriyatna

NRP : A14303050

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi,

Prof. Dr. Isang Gonarsyah NIP. 131 846 872

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP.131 124 019

(15)

ANALISIS INTEGRASI PASAR JAGUNG DUNIA DENGAN

PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK,

SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG

DAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA

SKRIPSI

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh:

ARI SUPRIYATNA A14303050

PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS INTEGRASI PASAR JAGUNG DUNIA DENGAN PASAR JAGUNG DAN DAGING AYAM RAS DOMESTIK, SERTA PENGARUH TARIF IMPOR JAGUNG DAN HARGA MINYAK MENTAH DUNIA” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR–BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN–BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Agustus 2007

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di DKI Jakarta pada 19 Februari 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara keluarga pasangan Endang Juanda dan Elly Yuliansih.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Cawang 11 Pagi dari tahun 1991 sampai tahun 1997. Pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 268 Jakarta. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 9 Jakarta dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

(18)

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat, hidayah, dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, tidak lupa shalawat dan salam selalu penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Papa, Mama dan adikku yang selalu memberikan doa, dukungan dan kasih sayang.

2. Prof. Dr. Ir. Isang Gonarsyah, MSi. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang selalu meluangkan waktu di sela-sela kesibukannya untuk memberi bimbingan dan dorongan bagi penulis.

3. Dr. Ir. Haryanto, MS sebagai dosen penguji utama.

4. A. Faroby Falatehan SP, ME sebagai dosen penguji wakil departemen.

5. Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D selaku dosen Pembimbing Akademik atas bimbingannya selama ini.

6. Pihak BPS Pusat, Bpk. Rico dari Departemen Pertanian Jakarta, Bpk. Bubun dari Bulog, Departemen Perdagangan Jakarta, Departemen ESDM Jakarta, Bank Indonesia yang telah banyak memberikan bantuan.

7. Mba Pini, Pak Husein dan Pak Basir yang sudah membantu selama penulis kuliah, skripsi, seminar dan sidang.

8. Sefrina Widyanti sebagai teman satu bimbingan dengan penulis atas bantuan, dukungan dan kerjasamanya.

9. Riri, Reni, Andri, Icha, Feby, Dessy, Mpo’ Hanum, Dani, Fitrina, Oka, dan Andi atas dukungan dan bantuan selama proses skripsi sampai sidang.

10.Andri dan Aris atas persahabatan dan kebersamaannya yang bermula dari satu kamar asrama sampai satu tempat tempat tinggal (kos) dimana kita selalu bersama untuk saling berbagi.

11.Teman-teman EPS ’40 dan Wisma Oneng sebagai sebuah kisah klasik untuk masa depan yang tak akan pernah terlupakan.

(19)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan Rasulullah SAW atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal penelitian ini. Semoga setiap langkah selalu dihaturkan untuk senantiasa beribadah kepada-Nya.

Skripsi dengan judul “Analisis Integrasi Pasar Jagung Dunia dengan Pasar Jagung dan Daging Ayam Ras Domestik, serta Pengaruh Adanya Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia” bertujuan untuk menganalisis integrasi pasar yang terjadi antara pasar jagung baik dunia maupun domestik dengan pasar daging ayam ras domestik serta melihat pengaruh dari tarif impor jagung yang diberlakukan pemerintah dan kenaikan harga minyak mentah dunia.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi selama berlangsungnya penelitian. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Agustus 2007

(20)

vii

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu tentang Jagung ... 9

2.2. Penelitian Terdahulu tentang Harga Jagung ... 11

2.3. Penelitian Terdahulu tentang Tarif Impor ... 13

2.4. Penelitian Terdahulu tentang Keterkaitan Pasar Jagung ... 15

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17

3.1.1. Integrasi Pasar ... 17

3.1.1.1. Integrasi Pasar Spasial ... 18

3.1.1.2. Integrasi Pasar Vertikal ... 21

3.1.2. Dampak Penggunaan Tarif ... 21

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 23

3.3. Hipotesis Penelitian ... 27

3.4. Metode Analisis ... 27

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data ... 31

4.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 32

4.2.1. Penstasioneran Data ... 33

4.2.2. Penentuan Ordo Autoregresi ... 34

4.2.3. Model Integrasi Pasar ... 35

4.2.4. Pendugaan Koefisien ... 35

4.3. Definisi Operasional ... 36

V. EKONOMI MAKRO JAGUNG DAN DAGING AYAM 5.1. Profil Pasar Jagung Indonesia ... 37

5.2. Profil Pasar Jagung Dunia ... 42

5.3. Kebijakan Perdagangan Jagung ... 48

5.4. Profil Pasar Daging Ayam Ras Indonesia ... 50

(21)

viii

6.2. Uji Stasioneritas Data ... 58

6.3. Penentuan Ordo VAR ... 60

6.4. Penentuan Model Integrasi Pasar ... 60

6.5. Pendugaan Koefisien ... 61

6.6. Pembahasan ... 62

6.6.1. Analisis Integrasi Pasar Jagung Dunia dengan Pasar Jagung dan Daging Ayam Ras Domestik ... 62

6.6.2. Analisis Pengaruh Harga Minyak Mentah Dunia terhadap Integrasi Pasar ... 65

6.6.3. Analisis Pengaruh Tarif Impor terhadap Integrasi Pasar ... 66

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 69

7.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Teks

1. Produksi dan Kebutuhan Jagung Nasional Tahun 1998 – 2002 ... 2 2. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Jagung Indonesia

Tahun 1971 – 2006 ... 38 3. Perkembangan Penggunaan Jagung di Indonesia Tahun 2000 – 2004

(000 ton) ... 40 4. Pertumbuhan Produksi Jagung di Lima Negara Produsen dan Indonesia

Tahun 1996 – 2005 (%) ... 44 5. Perkembangan Pangsa Ekspor Jagung Negara Eksportir Utama dan

Indonesia Tahun 1995 – 2004 ... 45 6. Produksi dan Volume Ekspor Jagung Negara Produsen Utama,

Rata-rata Tahun 1971 – 2001 dan 2001 – 2005 ... 46 7. Negara-negara Utama Importir Jagung Dunia Tahun 1997 – 2005 (juta

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Teks

1. Fluktuasi Harga Minyak Mentah Dunia Tahun 2000 – 2005 ... 5 2. Fluktuasi Harga Jagung Domestik dan Dunia, serta Harga Daging Ayam

Ras Domestik Tahun 2000 – 2005 ... 6 3. Kurva Supply dan Demand Daerah Potensial Surplus dan Daerah Potensial

Defisit ... 19 4. Kurva Excess Supply Daerah A dan Excess Demand Daerah B dalam

Model Perdagangan ... 20 5. Dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan Tarif Impor ... 22 6. Kerangka Pemikiran Operasional... 25 7. Kontribusi Sentra Produksi Jagung di Indonesia Tahun 2005 ... 39 8. Perkembangan Produksi, Permintaan dan Impor Jagung Tahun

1995 – 2004 ... 41 9. Perkembangan Ekspor – Impor Jagung Indonesia Tahun 1971 – 2005 ... 42 10.Pangsa Produksi Produsen Utama Jagung Dunia dan Indonesia Tahun

1995 – 2005 ... 43 11.Perkembangan Populasi Ayam Ras dan Produksi Daging Ayam Ras

Tahun 1984 – 2006 ... 51 12.Perkembangan Harga Jagung Domestik Januari 2000 s/d Desember 2005 .. 54 13.Perkembangan Harga Jagung Dunia Januari 2000 s/d Desember 2005 ... 55 14.Perkembangan Harga Daging Ayam Ras Domestik Januari 2000 s/d

Desember 2005... 56 15.Perkembangan Tarif Impor Jagung Januari 2000 s/d Desember 2005... 57 16.Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia Januari 2000 s/d

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman Teks

(25)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pangan asal ternak sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia karena memiliki kandungan gizi yang tinggi. Dengan meningkatnya tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat akan gizi, tingkat konsumsi sumber protein hewani cenderung meningkat. Menurut data SUSENAS tahun 1981-2005, rata-rata konsumsi daging ayam ras selama periode tersebut adalah sebesar 1,548 kg/kapita/tahun (52,96 persen) dari total empat jenis daging (sapi, kambing, ayam ras dan ayam buras) yaitu 2,924 kg/kapita/tahun. Rata-rata konsumsi daging sapi pada periode yang sama sebesar 0,555 kg/kapita/tahun sedangkan konsumsi daging kambing hanya sebesar 0,098 kg/kapita/tahun.

Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan konsumsi, produksi daging ayam ras juga cenderung meningkat. Perkembangan produksi daging ayam ras tahun 2004-2006 berfluktuasi namun cenderung meningkat dimana pada tahun 2004 sebesar 813,16 ribu ton, kemudian turun menjadi 749,36 ribu ton di tahun 2005 dan diperkirakan meningkat kembali menjadi 918,25 ribu ton di tahun 2006. Konsekuensi logisnya akan permintaan pakan ternak mengalami peningkatan termasuk jagung karena merupakan komponen utama penyusun pakan ternak.

(26)

kandungan gizi yang tinggi dalam pertumbuhan unggas. Pergeseran penggunaan jagung dari konsumsi rumah langsung ke konsumsi industri pakan terjadi setelah tahun 1990. Sebelum tahun 1990 permintaan jagung untuk konsumsi rumahtangga jauh lebih tinggi dibandingkan industri. Namun pada tahun berikutnya sampai tahun 2005 permintaan jagung untuk konsumsi industri meningkat lebih cepat dibandingkan dengan konsumsi rumahtangga (Deptan, 2006). Perkembangan penggunaan jagung untuk konsumsi pakan selama periode 1990-2005 terus mengalami pertumbuhan dengan laju sebesar 1,84 persen.

Hal inilah yang menyebabkan kebutuhan jagung selalu meningkat. Peningkatan kebutuhan jagung selalu diseimbangkan dengan usaha peningkatan produksi jagung. Masalah yang terjadi adalah adanya ketidakseimbangan antara produksi dan permintaan jagung. Selama tahun 1995-2005 jumlah permintaan jagung selalu lebih tinggi dari jumlah produksi yang dihasilkan. Jumlah rata-rata produksi jagung sebesar 10.024,06 ribu ton per tahun dan kebutuhannya sebesar 10.197,78 ribu ton per tahun. Pada tahun 1998 jumlah produksi jagung lebih besar dibandingkan jumlah kebutuhannya karena pada tahun ini terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan beberapa industri pakan ternak menutup usahanya.

Tabel 1. Produksi dan Kebutuhan Jagung Nasional Tahun 1995-2003.

Tahun Produksi (000 ton) Kebutuhan (000 ton)

1995 8.245,90 8.678,10

1996 9.307,42 9.402,10

1997 8.770,85 9.357,50

1998 10.169,49 9.357

1999 9.204,04 9.244,50

2000 9.676,90 10.366,50

2001 9.347,19 9.595,30

2002 9.654,11 10.309,20

2003 10.886,44 11.676,40

2004 11.225,24 11.617

2005 12.523,89 12.572

Rata-Rata 10.024,06 10.197,78

(27)

3

Masalah kekurangan dalam memenuhi kebutuhan jagung diatasi oleh pemerintah dengan melakukan impor jagung dari pasar dunia. Berdasarkan data Departemen Pertanian (2005) rata-rata volume impor jagung Indonesia tahun 1990-2004 setiap tahunnya sebesar 749,9 ribu ton per tahun dengan laju peningkatan sebesar 10,46 persen per tahun. Volume impor jagung terbesar terjadi pada tahun 2003 yaitu 1.345,5 ribu ton dan terendah terjadi pada tahun 1992 yaitu 55,7 ribu ton.

Pembukaan keran impor jagung oleh pemerintah, pada awalnya dimonopoli oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) dengan tujuan untuk menstabilisasi harga jagung di dalam negeri. Namun setelah Indonesia meliberalisasi pasar jagungnya, peranan Bulog dalam mekanisme tataniaga dan penetapan harga jagung dihentikan dan impor jagung diberikan kepada pihak swasta (Amang, 1993). Sejak saat itu, tataniaga dan mekanisme penetapan harga jagung diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Akibatnya harga jagung di tingkat domestik menjadi rentan atau sangat tergantung terhadap harga jagung dunia begitupun dengan harga daging ayam ras domestik terhadap harga jagung dunia karena jagung impor banyak digunakan sebagai bahan baku pakan ternak.

1.2. Perumusan Masalah

(28)

lainnya, sementara di negara ASEAN dari total pemakaian jagung sebesar 18,6 juta ton, sebanyak 13,9 juta ton (75 persen) digunakan untuk pakan. Indonesia merupakan salah satu negara produsen jagung yang belum mampu memenuhi kebutuhannya khususnya untuk industri pakan. Menurut data Departemen Perdagangan (2006) selama periode 2000-2004 pangsa konsumsi jagung untuk industri pakan ternak sebesar 4.196,6 ribu ton (37,56 persen) dari total penggunaan jagung (11.163,6 ribu ton).

Kebutuhan jagung dalam negeri untuk industri pakan cenderung meningkat lebih cepat dibandingkan dengan produksi jagung. Hal ini merupakan dampak tidak langsung dari besarnya permintaan masyarakat akan daging ayam ras. Rendahnya produksi jagung dalam negeri menyebabkan kebutuhan jagung untuk industri pakan harus diimpor dari pasar dunia walaupun dengan harga yang lebih tinggi. Hal ini terjadi pada bulan April sampai Juni 2004 dimana harga jagung dunia pada bulan April sebesar Rp. 1.149,20 per kg, Mei sebesar Rp. 1.149,35 per kg dan Juni sebesar Rp. 1.156,85 per kg, sedangkan harga jagung domestik pada bulan yang sama sebesar Rp. 1.004,09 per kg, Rp. 1.076,52 per kg dan Rp. 1.145 per kg. Faktor lain yang menyebabkan industri pakan mengimpor jagung adalah kualitas jagung impor yang lebih baik dibandingkan dengan jagung lokal. Hal inilah yang menyebabkan industri pakan dalam negeri menjadi sangat tergantung terhadap jagung impor.

(29)

5

negara produsen utama jagung (USA, Brazil dan Cina) mengurangi ekspornya untuk memproduksi bioetanol (bahan bakar alternatif) di dalam negeri sebagai langkah antisipatif dari kenaikan harga minyak mentah dunia. Perkembangan harga minyak mentah dunia dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber : Departemen ESDM, 2006 (diolah)

Gambar 1. Fluktuasi Harga Minyak Mentah Dunia Tahun 2000-2005.

Sementara produksi jagung dunia mengalami penurunan, konsumsi jagung justru mengalami peningkatan. Negara pengimpor jagung utama dunia (Asia Timur dan Asia Tenggara) diprediksikan selama periode 1997-2020 akan mengalami peningkatan konsumsi sebesar 83 persen. Defisit penawaran jagung dunia dalam memenuhi permintaan jagung akan menyebabkan harga jagung di pasar dunia meningkat.

(30)

Sumber : Bulog, BPS dan Deptan (diolah)

Gambar 2. Fluktuasi Harga Jagung Domestik dan Dunia, serta Harga Daging Ayam Ras Domestik Tahun 2000-2005.

Fluktuasi harga yang terjadi di pasar dunia segera direspon ke pasar domestik. Berdasarkan Gambar 2 harga jagung dunia dapat mempengaruhi harga jagung domestik yang ditunjukkan dengan apabila harga jagung dunia mengalami peningkatan maka harga jagung domestik juga akan meningkat, begitupun sebaliknya.

Kenaikan harga yang terjadi di pasar dunia dan domestik segera diikuti oleh kenaikan harga daging ayam ras di pasar domestik. Harga daging ayam ras jauh lebih tinggi dari harga jagung karena pada daging ayam ras, harga yang terjadi merupakan penjumlahan seluruh biaya input produksi termasuk jagung. Pergerakan harga daging ayam ras selama periode 2000-2005 cenderung mengikuti pergerakan harga jagung yang terjadi di pasar domestik dan dunia.

Permasalahan yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging

[image:30.595.68.532.89.293.2]
(31)

7

2. Bagaimanakah pengaruh tarif impor jagung dan kenaikan harga minyak mentah dunia terhadap integrasi pasar tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik.

2. Menganalisis pengaruh kebijakan tarif impor jagung dan kenaikan harga minyak mentah dunia terhadap integrasi pasar tersebut.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah, akademisi, dan masyarakat. Bagi pemerintah, diharapkan dapat memberikan deskripsi mengenai keadaan perekonomian jagung Indonesia dan dunia serta peternakan ayam ras. Hal ini dimaksudkan agar pemerintah dapat menerapkan kebijakan yang tepat dan bermanfaat bagi para pelaku ekonomi jagung sehingga dapat meningkatkan efisiensi produksi yang berbahan baku jagung, serta para pelaku sektor peternakan ayam ras dan industri pakan ternak unggas. Selain itu juga sebagai acuan untuk meningkatkan produksi jagung nasional agar mampu mencapai swasembada jagung, meningkatkan kualitas dan mampu bersaing di pasar internasional.

(32)

akademisi, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan atau referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi perkembangan harga jagung di pasar domestik dan dunia, harga daging ayam ras di pasar domestik dan harga minyak mentah di pasar dunia. Harga jagung yang digunakan adalah harga jagung yang jumlahnya paling banyak dikonsumsi, diproduksi dan diperdagangkan yaitu harga jagung pipilan kering untuk pasar jagung domestik dan harga jagung kuning (US

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu tentang Jagung

Analisis peramalan permintaan dan penawaran jagung nasional yang dilakukan oleh Aldillah (2006) dengan menggunakan ARIMA menghasilkan bahwa permintaan jagung akan selalu melebihi penawarannya. Prediksi permintaan jagung pada tahun 2006 sebesar 12.448.181 ton dan akan terus mengalami peningkatan sampai tahun 2015 menjadi sebesar 15.936.369 ton, sedangkan prediksi penawarannya pada tahun 2002 sebesar 11.588.001 ton dan pada tahun 2015 akan meningkat menjadi 15.269.407 ton. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi neraca jagung nasional akan selalu mengalami defisit hingga tahun 2015. Defisit tersebut disebabkan oleh semakin sedikitnya luas lahan produksi jagung sehingga produksi dan poduktivitas jagung domestik rendah, selain itu penghasilan petani jagung sangat rendah sehingga tidak mampu mensejahterakan kehidupannya.

(34)

dengan elastisitas silang permintaan jagung terhadap beras yang bertanda positif (0,0903 dalam jangka pendek dan 0,2772 dalam jangka panjang), di sisi lain jagung merupakan barang inferior karena nilai elastisitasnya terhadap pendapatan per kapita bertanda negatif (-1,0473 dalam jangka pendek dan -3,2141 dalam jangka panjang). Permintaan jagung untuk industri pangan memperlihatkan bahwa tepung terigu merupakan barang substitusi dari jagung sedangkan gula dan minyak goreng merupakan barang komplementer. Berdasarkan hasil pendugaan menunjukkan bahwa hasil olahan jagung merupakan barang normal yang terlihat dari nilai parameter dugaan pendapatan per kapita yang bertanda positif. Permintaan jagung untuk industri pangan dalam jangka pendek hanya responsif terhadap perubahan pendapatan per kapita, sedangkan dalam jangka panjang selain sangat responsif terhadap perubahan per kapita juga respon terhadap perubahan harga jagung dan minyak goreng sebagai inputnya, serta terhadap harga outputnya sendiri.

(35)

11

perbedaan lokasi, dan trend. Penawaran jagung di Jawa Tengah dan Jawa Timur lebih elastis pada jangka pendek dibandingkan dengan jangka panjangnya. Kondisi ini menggambarkan bahwa prospek penawaran jagung dalam jangka pendek lebih baik dibandingkan jangka panjang.

Kesimpulan yang didapat berdasarkan studi terdahulu mengenai jagung yaitu penawaran jagung dipengaruhi oleh luas areal panen dan produktivitas jagung. Luas areal panen jagung terutama di sentra produksi Jawa Tengah dan Jawa Timur, cenderung mengalami penurunan selama periode 1977-1997 sehingga penawaran jagung di Indonesia juga mengalami penurunan. Penggunaan jagung di Indonesia dibagi menjadi permintaan konsumsi langsung, pakan dan industri pangan. Permintaan jagung untuk konsumsi langsung dan pakan lebih banyak dipengaruhi oleh harga jagung itu sendiri. Permintaan dan penawaran jagung diramalkan akan terus meningkat sampai tahun 2015 dimana peningkatan permintaan akan selalu lebih besar dibandingkan dengan penawarannya. Hal ini mengakibatkan neraca jagung Indonesia akan selalu defisit sehingga impor jagung akan terus terjadi sampai tahun 2015.

2.2. Penelitian Terdahulu tentang Harga Jagung

(36)

Harga jagung dunia dalam jangka pendek kurang responsif terhadap perubahan penawaran dan permintaan jagung dunia, namun cukup responsif dalam jangka panjang. Fenomena ini menunjukkan dalam jangka panjang bahwa harga jagung dunia secara kuat akan dipengaruhi dari sisi penawaran dan permintaan jagung dunia, sementara dalam jangka pendek kedua variabel tersebut tidak berpengaruh banyak karena masih banyak faktor eksternal lain yang berpengaruh. Harga jagung impor dipengaruhi oleh harga jagung dunia, kurs rupiah dan lag harga jagung impor. Dalam jangka pendek maupun jangka panjang harga jagung impor hanya responsif terhadap perubahan harga jagung dunia. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga jagung impor sangat kuat ditentukan oleh harga jagung dunia. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara kecil dalam perdagangan jagung dunia.

(37)

13

elastisitas 0,104 pada jangka pendek dan 0,158 pada jangka panjang. Hal ini menandakan begitu kuatnya pengaruh pasar jagung dunia terhadap harga jagung impor yang sampai ke Indonesia.

Berdasarkan penelitian terdahulu tentang harga jagung di atas dapat disimpulkan bahwa harga jagung domestik lebih dipengaruhi oleh harga jagung impor. Harga jagung impor dipengaruhi oleh harga jagung dunia dan kurs rupiah. Harga jagung dunia dipengaruhi oleh besarnya permintaan dan penawaran jagung di pasar dunia. Kondisi di atas menunjukkan bahwa terdapat transmisi harga pada harga jagung dunia dengan dometsik, dimana harga jagung dunia berpengaruh terhadap harga jagung impor dan harga jagung impor juga berpengaruh terhadap harga jagung domestik. Kondisi ini juga membuktikan bahwa peranan Indonesia dalam perdagangan jagung dunia hanya bertindak sebagai negara kecil atau price taker.

2.3. Penelitian Terdahulu tentang Tarif Impor

(38)

yang diterapkan maka akan semakin tinggi beban (biaya sosial) yang harus ditanggung oleh konsumen.

Analisis simulasi peningkatan tarif impor jagung juga dilakukan oleh Kariyasa (2003) dengan menggunakan regresi 2SLS. Simulasi yang digunakan dalam analisis ini yaitu dengan meningkatkan tarif impor jagung menjadi 25 persen. Adapun hasil dari analisis ini yaitu berdampak pada menurunnya impor jagung Indonesia dan dunia sebesar 26,23 persen dan 0,14 persen. Meningkatnya harga jagung impor menyebabkan harga jagung dalam negeri dan di empat provinsi kajian (Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan) meningkat sebesar 10,36 persen dan 3,07-12,35 persen. Harga jagung yang membaik di empat provinsi kajian merangsang petani untuk meningkatkan produktivitas dan luas areal jagung. Di sisi permintaan, peningkatan harga jagung menyebabkan turunnya permintaan untuk semua jenis kebutuhan jagung termasuk permintaan untuk pakan.

Dampak terhadap produksi di pasar pakan yaitu terjadi penurunan sekitar 12,61 persen sehingga berdampak juga pada peningkatan harga pakan sebesar 9,64 persen. Bagi konsumen pakan, adanya kenaikan harga pakan menyebabkan permintaan terhadap pakan menurun sebesar 3,54 persen.

(39)

15

menyebabkan biaya beban sosial yang ditanggung konsumen akan semakin tinggi dan permintaan pakan akan semakin menurun.

2.4. Penelitian Terdahulu tentang Keterkaitan Pasar Jagung

Keterkaitan mengenai pasar jagung menurut Kariyasa dan Sinaga (2004) yaitu harga jagung lokal di Propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Utara cukup responsif terhadap perubahan harga jagung di tingkat nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat integrasi yang kuat antara pasar lokal dan nasional sehingga harga jagung di tingkat nasional secara baik mampu ditransmisikan ke tingkat harga jagung lokal. Fenomena ini juga menunjukkan bahwa secara implisit terdapat keterkaitan antara pasar jagung lokal dengan pasar jagung nasional.

(40)
(41)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Integrasi Pasar

Integrasi pasar berhubungan dengan proses transmisi harga dari satu pasar ke pasar lainnya di suatu area tertentu. Menurut Goletti (1994), integrasi pasar dipengaruhi oleh infrastruktur pasar, stabilisasi harga dan perbedaan produksi. Studi integrasi pasar dilakukan untuk mengidentifikasi kelompok pasar yang terintegrasi tanpa adanya penggandaan intervensi dari pemerintah. Misal jika pasar A, B, dan C terintegrasi sangat kuat maka pemerintah akan mengurangi intervensi dalam pembentukan harga di pasar tersebut. Keintegrasian suatu pasar dapat terjadi jika terdapat informasi pasar yang memadai dan informasi ini disalurkan dengan cepat dari satu pasar ke pasar lainnya. Hal ini menyebabkan fluktuasi harga yang terjadi pada suatu pasar dapat segera direspon oleh pasar lain dengan ukuran perubahan yang proporsional.

(42)

3.1.1.1. Integrasi Pasar Spasial

Integrasi pasar spasial menunjukkan hubungan harga antar pasar yang terpisah secara geografis yang dapat dianalisis dengan menggunakan model keseimbangan harga spasial (Tomek dan Robinson, 1972). Model ini dapat dijelaskan dengan mengembangkan kurva excess supply dan excess demand pada dua daerah yang melakukan perdagangan. Model ini juga memungkinkan untuk mengestimasi net price yang terbentuk di masing-masing daerah dan jumlah komoditi yang diperdagangkan oleh dua pasar/daerah.

Konsep umum dalam pengembangan model perdagangan antar daerah dapat diilustrasikan dengan menggunakan diagram fungsi permintaan dan penawaran di masing-masing daerah. Fungsi permintaan dan penawaran digambarkan melalui daerah berpotensi surplus dan daerah berpotensi defisit. Daerah berpotensi surplus merupakan daerah yang memiliki kelebihan cadangan dalam konsumsi, sedangkan daerah berpotensi defisit merupakan daerah yang kekurangan cadangan dalam memenuhi konsumsi. Daerah potensial tersebut dapat dilihat pada Gambar 3A dan 3B.

Daerah A merupakan daerah berpotensi surplus dan daerah B merupakan daerah berpotensi defisit. Dalam kondisi tanpa perdagangan (autarki), jumlah komoditi yang diminta dan yang ditawarkan akan sama yaitu 0QA1 pada harga

sebesar 0PA1 di daerah A dan 0QB1 pada harga sebesar 0PB1 di daerah B. Pada

daerah A, jika harga yang terbentuk berada di atas tingkat harga PA1 yaitu PE

maka komoditi yang ditawarkan sebesar 0QA3 dan yang diminta sebesar 0QA2.

(43)

19

diminta sebesar 0QB2. Kelebihan penawaran (excess supply) di daerah A akan

[image:43.595.126.524.180.372.2]

ditransfer atau diekspor ke daerah yang mengalami kelebihan permintaan (excess demand) yaitu daerah B untuk memenuhi kekurangan supply di daerah tersebut.

Gambar 3. Kurva Supply dan Demand Daerah Potensial Surplus dan Daerah Potensial Defisit.

Informasi yang diperoleh dari gambar diatas dapat digunakan untuk mengembangkan model keseimbangan spasial dengan mengembangkan kurva

excess supply dan excess demand yang dapat dilihat pada Gambar 4. Kurva excess supply berasal dari jarak horisontal antara kurva supply dan demand di daerah A dengan tingkat harga di atas harga keseimbangan (PA1) yaitu PE. Kurva excess

supply memiliki slope yang positif karena gap yang terjadi antara permintaan dan penawaran akan semakin besar seiring harga yang meningkat. Kurva excess demand berasal dari jarak horisontal antara kurva supply dan demand di daerah B dengan tingkat harga di bawah harga keseimbangan (PB1) yaitu PE. Kurva excess

demand memiliki slope yang negatif karena gap yang terjadi antara permintaan dan penawaran akan semakin besar seiring penurunan harga.

QA2 QA3

ESA EDB

A (Potential Surplus) B (Potential Deficit) SB

PE Harga (P)

SA

0 PA1

Komoditi (Q)

PB1 Harga (P)

0

DB

Komoditi (Q) PE

QA1 QB2 QB1 QB3

(44)

Gambar 4. Kurva Excess Supply Daerah A dan Excess Demand Daerah B dalam Model Perdagangan.

Berdasarkan Gambar 4 jika tidak ada biaya transfer antar daerah (A dan B) maka total unit komoditi yang akan ditransfer dari A ke B sebesar 0QE1 dengan

tingkat harga yang sama antara keduanya yaitu sebesar 0PE. Volume perdagangan antar kedua daerah (A dan B) akan semakin menurun dengan adanya biaya transfer. Jika biaya transfer lebih besar dari PB1-PA1 maka tidak akan ada

perdagangan antar keduanya. Pada kasus ini, demand dan supply akan sama antar kedua daerah sedangkan perbedaan harga akan semakin kecil dibandingkan biaya trasnfer.

Efek perubahan biaya transfer yang terjadi antara dua daerah (A dan B) dapat diilustrasikan dengan membangun garis volume perdagangan (xy). Pada garis ini dapat dilihat tidak akan ada perdagangan apabila biaya transfer yang terjadi sebesar PB1-PA1, namun perdagangan akan maksimum (0QE1) jika biaya

transfer sebesar nol. Apabila biaya transfer yang terjadi antar daerah sebesar 0TC maka jumlah komoditi yang diperdagangkan sebesar 0QE2. Harga komoditi yang

Excess Supply di Daerah A (ESA)

Excess Demand di Daerah B (EDB)

Komoditi (Q) Harga (P),

Transfer Cost (TC)

PE

PA1 PB1

PB1-PA1 PEB2

PEA2

TC

0

QE1 QE2

E

x

y

[image:44.595.141.368.95.280.2]
(45)

21

terjadi di daerah B akan naik menjadi 0PEB2 dan di daerah A akan turun menjadi

0PEA2. Beradasarkan keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa adanya kekuatan

pasar yang menyebabkan perubahan harga pada suatu pasar akan menyebabkan perubahan harga pada pasar lainnya. Hal ini menunjukkan adanya integrasi pasar antar kedua daerah yang melakukan perdagangan.

3.1.1.2. Integrasi Pasar Vertikal

Integrasi pasar vertikal digunakan untuk melihat tingkat keeratan hubungan antar suatu lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya dalam satu rantai pemasaran. Integrasi pasar vertikal dipengaruhi oleh penyebaran informasi harga yang merata ke seluruh lembaga pemasaran (produsen – grosir –

retail – konsumen). Apabila informasi tersebut tidak disebarkan secara sempurna sampai ke konsumen maka harga yang terbentuk di pasar tidak menunjukkan adanya integrasi pasar vertikal yang baik.

3.1.2. Dampak Penggunaan Tarif

(46)

pemberlakuan hambatan tersebut hanya berpengaruh pada harga komoditi di negara tersebut.

Bentuk hambatan perdagangan yang paling sering diterapkan di beberapa negara adalah tarif impor. Tarif impor adalah pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditi impor yang diperdagangkan lintas batas teritorial (Salvatore, 1997). Dampak pemberlakuan tarif impor tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.

Px Sx

E P2

Tarif (T) P1

Dx

X

[image:46.595.113.390.249.418.2]

0 X1 X2 X3 X4

Gambar 5. Dampak Keseimbangan Parsial Akibat Pemberlakuan Tarif Impor.

Berdasarkan gambar di atas, Dx dan Sx melambangkan kurva permintaan

dan kurva penawaran komoditi X di negara importir. Dalam kondisi perdagangan bebas, harga komoditi X adalah P1 per unit. Negara importir akan mengkonsumsi

barang X sebanyak OX4 dimana OX1 merupakan produksi domestik sedangkan

X1X4 harus diimpor dari negara lain. Jika negara importir menetapkan tarif impor

spesifik sebesar T per unit maka harga komoditi yang diperdagangkan (P1) akan

meningkat menjadi P2 per unit. Hal ini berdampak pada penurunan konsumsi

domestik menjadi X3 atau terjadi penurunan sebesar X4-X3, tetapi terjadi kenaikan

produksi domestik menjadi X2 atau terjadi kenaikan sebesar X2-X1. Hal ini

mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah impor barang X dari X1X4 menjadi

X2X3.

A B C D F

G H I

(47)

23

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Sistem perekonomian terbuka di suatu negara yang melakukan perdagangan internasional dapat menyebabkan harga suatu komoditi di negara tersebut dipengaruhi oleh harga komoditi yang sama di pasar dunia. Apabila suatu komoditi merupakan komoditi hilir (produk akhir) maka pembentukan harga komoditi tersebut ditentukan oleh harga input yang digunakan untuk menghasilkan produk yang bersangkutan. Harga input tersebut dapat berasal dari harga input domestik yang ditransmisikan dari harga input dunia atau secara langsung berasal dari harga input dunia apabila input tersebut diimpor langsung dari negara lain.

Jagung sebagai komoditi pangan terbesar ketiga setelah beras dan gandum yang diperdagangkan di pasar dunia mempunyai pengaruh terhadap perdagangan jagung dan daging ayam ras di pasar domestik. Hal ini dikarenakan jagung di Indonesia banyak digunakan sebagai pakan ayam ras. Pembentukan harga jagung di pasar domestik dipengaruhi oleh harga jagung di pasar dunia dan intervensi pemerintah berupa kebijakan perdagangan seperti tarif. Harga jagung yang terbentuk di pasar dunia ditransmisikan ke pasar jagung domestik, kemudian ditransmisikan lagi ke pasar daging ayam ras di pasar domestik. Harga jagung di pasar dunia juga dapat berpengaruh langsung ke harga daging ayam ras di pasar domestik karena sebagian besar bahan baku pakan ayam ras berasal dari jagung impor.

(48)

pasar domestik. Harga jagung di pasar dunia lebih banyak dipengaruhi oleh total penawaran dan permintaan jagung dunia. Selain dari kekuatan permintaan dan penawaran, harga jagung di pasar dunia juga dapat dipengaruhi oleh struktur pasar dunia dan kebijakan-kebijakan dari negara eksportir dan importir jagung. Penawaran jagung di pasar dunia lebih dominan dipengaruhi oleh total ekspor jagung dari negara produsen jagung yang cenderung berkurang karena adanya produksi etanol yang berbahan baku jagung akibat kenaikan harga minyak mentah dunia, sedangkan permintaan jagung merupakan total impor dari negara importir jagung (termasuk Indonesia). Posisi Indonesia dalam pasar jagung dunia hanya berperan sebagai negara kecil yang tidak mempengaruhi harga. Hal ini disebabkan oleh rendahnya pangsa impor jagung Indonesia yang hanya sebesar 1,46 persen dari total impor jagung dunia.

Semenjak berkembangnya industri peternakan dan pakan unggas (ayam ras) berbahan baku jagung, konsumsi jagung di Indonesia mulai mengalami pergeseran penggunaan dari penggunaan langsung ke industri. Laju peningkatan konsumsi jagung untuk industri peternakan lebih cepat dibandingkan untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan daging ayam ras cukup tinggi. Permintaan jagung untuk industri ternak ayam ras merupakan permintaan turunan dari permintaan masyarakat akan daging ayam ras. Permintaan masyarakat yang tinggi akan daging ayam ras merupakan sebuah implikasi dari meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan serta kesadaran masyarakat terhadap gizi.

(49)

25

[image:49.595.75.545.210.644.2]

memenuhi jumlah permintaan yang diminta. Hal ini dikarenakan laju peningkatan produksi jagung lebih kecil dibandingkan dengan laju peningkatan permintaannya. Kekurangan persediaan ini membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk membuka keran impor jagung dari pasar dunia.

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional

Impor jagung pada awalnya dimonopoli oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) dengan tujuan untuk melindungi produksi dan pasar jagung domestik. Hal

Impor Jagung Dunia Ekspor Jagung Dunia Struktur Pasar Dunia Harga Daging Ayam Ras Domestik

Impor Jagung Indonesia Kebijakan Negara

Eksportir dan Importir

Tarif Impor Total Penawaran Produksi Jagung Pertumbuhan Populasi Produksi Ayam Ras Konsumsi Jagung Pendekatan VAR Konsumsi Langsung Harga Jagung Domestik Analisis Integrasi Pasar Industri Pakan & Peternakan Ayam, Ras Total Permintaan Industri Pangan Harga Jagung Dunia Integrasi Pasar Spasial Total Permintaan Total Penawaran

Pendapatan Konsumsi Daging Ayam Ras Impor Daging

Ayam Ras

(50)

ini dilakukan agar harga jagung di pasar domestik tidak turun karena adanya harga impor yang lebih rendah. Namun sejak tahun 1998, peranan Bulog dalam mekanisme dan tataniaga jagung dihapuskan oleh pemerintah karena kerugian yang dialami Bulog selalu besar. Keputusan ini sekaligus membuka peluang bagi pihak swasta untuk melakukan impor jagung. Pemberian wewenang pada swasta untuk mengimpor jagung mengakibatkan volume impor jagung semakin meningkat. Tingginya volume impor jagung menyebabkan volume perdagangan semakin besar sehingga terjadi keterkaitan antara pasar jagung di tingkat dunia dan domestik yang kemudian ditransfer ke pasar daging ayam ras domestik melalui transmisi harga.

Perkembangan harga jagung di pasar dunia ditransmisikan secara proporsional ke pasar jagung domestik yang ditunjukkan dengan terbentuknya harga jagung di pasar domestik yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga jagung di pasar dunia. Faktor yang menyebabkan harga jagung di pasar domestik lebih tinggi yaitu biaya transfer (angkut), hambatan perdagangan berupa tarif dan non tarif di negara pengimpor, perbedaan nilai tukar mata uang, dan lain sebagainya. Perkembangan tarif yang diterapkan oleh pemerintah mengalami perubahan dari nol persen (masa liberalisasi) menjadi lima persen (tahun 2004 sampai saat ini).

(51)

27

kenaikan harga minyak mentah dunia terhadap proses integrasi pasar yang terjadi melalui metode vector autoregression (VAR).

3.3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran terhadap integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan pasar daging ayam ras domestik yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang dirumuskan adalah: 1. Terjadi integrasi antar pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging

ayam ras domestik.

2. Integrasi yang terjadi di pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik dipengaruhi oleh kebijakan tarif impor jagung di dalam negeri dan kenaikan harga minyak mentah dunia.

3.4. Metode Analisis

Analisis integrasi pasar dapat dianalisis melalui empat pendekatan, yaitu pendekatan metode korelasi antara harga yang bergerak secara bersamaan pada pasar yang diuji, metode regresi sederhana, metode kointegrasi, dan metode

Vector Autoregression (VAR). Ke-empat metode tersebut digunakan untuk menganalisis keterpaduan pasar dengan menggunakan harga komoditi dalam bentuk time series sebagai input yang dianalisis.

(52)

itu pada metode korelasi terdapat juga masalah pada spurious correlation yang dapat menimbulkan kekeliruan dalam penarikan kesimpulan.

Pendekatan lainnya yang sering digunakan dalam menganalisis integrasi pasar adalah metode regresi sederhana. Metode ini menjelaskan bahwa harga di suatu pasar merupakan fungsi dari harga pada pasar lainnya. Keunggulan yang terdapat pada metode ini yaitu dapat menunjukkan nilai keeratan hubungan antara pasar yang terintegrasi. Namun, metode ini juga me miliki kelema han berupa tidak dapat memisahkan harga sebagai variabel dependen maupun variabel independen karena model dalam metode ini mempunyai sifat inverse.

Pendekatan metode kointegrasi yang dikembangkan oleh Engle dan Granger (1987) juga dapat diguna kan untuk menganalisis integrasi pasar. Uji kointegrasi dapat membuktikan adanya keterkaitan harga pada jangka pendek dan jangka panjang diantara pasar dalam suatu kawasan. Kelema han yang terdapat dalam metode kointegrasi yaitu metode ini tidak memiliki prosedur sistematis untuk mengestimasi vektor kointegrasi berganda secara terpisah, selain itu tahapan estimasi dalam metode ini melalui dua tahap dimana apabila terjadi pendugaan yang error pada tahap pertama akan berlanjut ke ta hap kedua.

(53)

29

besarnya integrasi, arah transformasi harga, pasar yang jadi price taker atau price leader maupun pasar yang terisolasi.

Vector Autoregression Method atau lebih dikenal sebagai VAR yang diciptakan oleh Sims (1980) merupakan salah satu pemecahan atas permasalahan-permasalahan ekonomi melalui pendekatan non-struktural. Model VAR merupakan suatu sistem persamaan dimana setiap peubah sebagai fungsi linier dari konstanta dan nilai lag (lampau) dari peubah itu sendiri serta nilai lag dari peubah lain dalam sistem. Peubah penjelas dalam VAR meliputi nilai lag dari peubah tak bebas (dependen) yang ada dalam sistem persamaan.

VAR dengan ordo p dan peubah n tak bebas pada waktu ke-t dapat dimodelkan sebagai :

t 0 1 t-1 2 t-2 p t-p t

Y = a + a y + a y + ... + a y + e

Dimana :

Yt : vektor peubah tak bebas (y1.t, y2.t, ..., yn.t) yang berukuran n x 1

a0 : vektor intersep berukuran n x 1

ai : matriks parameter berukuran n x m untuk setiap i = 1, 2, ..., p

et : vektor sisaan (e1.t, e2.t, ..., en.t) yang berukuran n x 1

n : jumlah baris pada matriks n x m m : jumlah kolom pada matriks n x m

atau dapat juga disusun dalam bentuk matriks sebagai berikut :

1t ot 11 12 13 14 1t 1t

2 t 0t 21 22 23 24 2t 2t

31 32 33 34

3t 0t 3t 3t

41 42 43 44

4 t 0t 4t 4t

Y

a

a

a

a

a

y

Y

a

a

a

a

a

y

a

a

a

a

Y

a

y

a

a

a

a

Y

a

y

ε

ε

=

+

+

ε

ε

(54)

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

( )

1.t-2

( )

k.t k0 k1 1.t-1 k2 2.t-1 kn n.t-1 k1 k2 2.t-2 kn n.t-2 k1 1.t-p k2 2.t-p kn n.t-p k.t

Y = a + a 1 y + a 1 y + ... + a 1 y + a 2 y + a 2 y +

...+ a 2 y + ... + a p y + a p y + ... + a p y + e

Dengan akj(L) adalah unsur baris ke-k dan kolom ke-j dari matriks AL, dapat

diartikan sebagai koefisien peubah ke-j pada persamaan parsial peubah ke-k, dimana L = 1, 2, ..., p dan j = 1, 2, ..., n.

(55)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dalam bentuk data deret waktu (time series) dengan periode waktu 72 bulan yaitu dari bulan Januari 2000 sampai dengan Desember 2005. Data yang dianalisis berupa data produksi, konsumsi dan harga nominal jagung dunia dan domestik, produksi, konsumsi dan harga nominal daging ayam ras domestik, tarif impor jagung Indonesia, volume dan nilai ekspor-impor jagung dan daging ayam ras Indonesia, volume dan nilai ekspor-impor jagung dunia, harga minyak mentah dunia serta data lainnya yang mendukung penelitian ini. Data tersebut diperoleh dari berbagai instansi/lembaga pemerintah yang terkait dengan penelitian, diantaranya adalah Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Urusan Logistik (Bulog), Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Peternakan, Bank Indonesia, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral serta instansi terkait lainnya.

(56)

negara sumber impor jagung di Indonesia. Harga daging ayam ras yang digunakan adalah rataan harga konsumen di DKI Jakarta, Surabaya, Bandung dan Semarang. Harga minyak mentah dunia yang digunakan adalah harga minyak mentah di pasar OPEC. Tarif impor yang digunakan adalah tarif impor sebesar 5 persen yang mulai ditetapkan pada tahun 2004 karena sebelumnya tarif impor jagung sebesar nol persen. Kebijakan tarif ditetapkan untuk mencapai target swasembada jagung di tahun 2006.

4.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Perkembangan jagung dunia, jagung dan daging ayam ras domestik dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan tabulasi. Integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging ayam ras domestik dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif melalui pendekatan model vector autoregression

(VAR). Data yang diperlukan tersebut diolah dengan menggunakan software Microfit 4.0 dan Minitab 14.12.

Tahapan pengolahan data dengan menggunakan metode VAR adalah : a. Penstasioneran data denga n tujuan untuk mengetahui apakah variabel yang

digunakan memiliki akar unit (unit root) b. Penentuan ordo VAR

c. Penentuan model integrasi pasar jagung dengan daging ayam ras d. Pendugaan koefsisien dengan metode VAR

(57)

33

4.2.1. Penstasioneran Data

Uji stasionaritas dimaksudkan untuk mengetahui sifat dan kecenderungan data yang dianalisis, apakah mempunyai pola yang stabil, stasioner atau tidak. Apabila ditemukan data yang tidak memiliki sifat-sifat di atas, maka berbagai indikator yang menyertai hasil analisis empiris atau hasil analisis model regresi tidak menunjukkan sifat-sifat yang valid.

Pengujian akar unit (unit root) dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut stasioner atau tidak. Kestasioneran masing-masing peubah tak bebas dapat diperiksa dengan menggunakan uji Dickey-Fuller (Augmented Dickey Fuller). Misalkan data deret waktu tunggal zt adalah :

t 0 1 t 1 2 t 2 p t p t

Z =a +a z +a z + +... a z + ε

Dengan model pendiferensian dapat dituliskan sebagai berikut:

t 0 t 1 2 t 2 p t p t

Z a z a z ... a z

∆ = + γ + + + + ε

Hipotesis ujinya adalah:

H0 : ? = 0 (data tidak bersifat tidak stasioner)

H1 : ? < 0 (data bersifat stasioner)

Nilai ? diduga melalui metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square, OLS) dan pengujian dilakukan dengan menggunakan uji t. Statistik uji dapat dituliskan sebagai berikut:

statistik

t

γ

=

σγ

Dimana:

γ

= nilai dugaan

γ

σγ

= simpangan baku dari

(58)

Jika nilai mutlak tstattistik > nilai mutlak ttabel dalam tabel Dickey-Fuller,

maka keputusan yang diambil adalah tolak H0 yang berarti data bersifat stasioner.

Apabila nilai mutlak tstattistik < nilai mutlak ttabel maka data bersifat tidak stasioner

sehingga tidak dapat digunakan dalam metode VAR.

Perbedaan antara data time series yang stasioner dan yang tidak, yaitu data tersebut memiliki mean, variance, dan covariance yang konstan sedangkan yang tidak stasioner bersifat sebaliknya. Data yang tidak stasioner dapat distasionerkan dengan melakukan pendiferensiasian data sebanyak satu kali (first difference), hal ini disebut order homogenity. Persamaannya adalah sebagai berikut:

t t t t 1

D Y = ∆Y =Y −Y (order pertama/diferensiasi pertama)

4.2.2. Penentuan Ordo Autoregresi

Metode yang digunakan dalam menentukan ordo VAR adalah berdasarkan nilai SBC (Shcwarz Bayesian Criterion). Penentuan ordo didasarkan pada nilai SBC terkecil atau nilai mutlak nilai SBC terbesar untuk setiap uji ADF series

data. Jumlah lag optimum (ordo) dipilih pada saat data stasioner pada suatu lag

yang memiliki SBC terkecil atau nilai mutlak SBC terbesar. Namun apabila ordo berdasarkan SBC belum optimal maka perlu dilakukan uji Likelihood Ratio Test.

Nilai SBC dihitung dengan menggunakan uji Augmented Dickey Fuller

(ADF), dengan persamaan sebagai berikut:

Dimana:

RSS = Jumlah kuadrat residual (Sum Square Residual) K = Jumlah variabel penjelas

s2 = Varian regresi

( )

2 n

RSS KLnT SBC

T

+ σ

(59)

35

4.2.3. Model Integrasi Pasar

Setelah ordo VAR ditentukan, model integrasi pasar jagung domestik dan pasar jagung dunia dapat dibangun. Adapun sistem persamaan yagn menghubungkan kedua pasar tersebut adalah:

t 0 11 12 13 14 15 t 1t

t 0 21 22 23 24 25 t 2t

t 0 31 32 33 34 35 t 3t

41 42 43 44 45

t 0 t 4t

51 52 53 54 55

t 0 t 5t

PJDUN a a a a a a PJDON

PJDOM a a a a a a PJDOM

PDDOM a a a a a a PDDOM

a a a a a

PMDUN a PMDUN

a a a a a

TI a TI

ε ε = + + ε ε ε dimana:

PJDUNt = Harga jagung dunia

PJDOMt = Harga jagung domestik

PDDOMt = Harga daging ayam ras domestik

PMDUNt = Harga minyak mentah dunia

TIt = Tarif impor jagung

4.2.4. Pendugaan Koefisien

Pendugaan koefisien dilakukan dengan metode Seemingly Unrelated Regression Equation (SURE) dari model VAR. Teknik estimasi dengan metode ini digunakan apabila suatu persamaan dengan satu atau lebih persamaan lainnya dipandang sebagai komponen suatu sistem persamaan.

Jika terdapat sejumlah n persamaan, hasil pendugaan koefisien dapat membentuk matriks sebagai berikut:

1t 11 12 1t t 1 1t 2t 21 22 2t t 2 2t

n1 n2 nt t n nt nt

Y

a

a

a

Y

Y

a

a

a

Y

a

a

a

Y

Y

− − −

ε

ε

=

+

ε

K

K

K

K

K

K

K

K

K

(60)

dimana:

Yn = vektor variabel dependent

ant = matriks koefisien regresi

Yt-n = vektor variabel penjelas

?nt = vektor sisaan

4.3. Definisi Operasional

1. ADF (Augmented Dickey Fuller) merupakan suatu uji statistik untuk menghasilkan distribusi “tau-statistic” pada deret waktu yang memiliki korelasi error term.

2. Data deret waktu (time series) adalah sekelompok data dari suatu variabel yang disusun menurut urutan waktu.

3. Nilai p (probability) merupakan nilai yang dihasilkan oleh perhitungan computer dalam uji regresi yang menunjukkan tingkat signifikasi terendah.

4. Unit roots adalah keadaan dimana persamaan autoregresif Yt = φ1Yt 1− + εt

mempunyai nilai φ ≥1 1 sehingga ketika ada shock pada deret akan membuat

nilai Y tumbuh tanpa batasan.

5. Endogenous variable merupakan variabel yang nilainya ditetapkan dalam model dan dianggap bersifat stockhastik.

(61)

BAB V

EKONOMI MAKRO JAGUNG DAN DAGING AYAM

5.1. Profil Pasar Jagung Indonesia

Menurut data BPS perkembangan produksi jagung di Indonesia selama periode 1971-2006 berfluktuatif namun cenderung meningkat. Produksi jagung lebih dipengaruhi oleh peningkatan produktivitas dibandingkan dengan peningkatan luas areal tanam yang terlihat dari persentase pertumbuhannya yaitu 7,96 persen per tahun dan 2,19 persen per tahun. Rata-rata produksi jagung selama periode tersebut yaitu 8.530.564,26 ton per tahun dengan tingkat pertumbuhan sebesar 10,7 persen per tahun.

Selama periode 1971-2006 produktivitas jagung mengalami peningkatan . Rata-rata produktivitas jagung nasional sebesar 2,54 ton per hektar dengan pertumbuhan sebesar 7,96 persen per tahun. Peningkatan ini terlihat cukup signifikan dimana pada tahun 1971 produktivitas jagung hanya sebesar 0,99 ton per ha yang kemudian meningkat menjadi 1,46 ton per ha di tahun 1980, 2,13 ton per ha di tahun 1990 dan mulai tahun 2002 mencapai 3 ton per ha. Peningkatan produktivitas jagung merupakan dampak dari penerapan teknologi (penggunaan varietas jagung hibrida) secara nasional.

(62)

ribu ha). Tingginya penambahan luas areal jagung di luar Pulau Jawa disebabkan oleh daya saing produksi jagung pada lahan sawah tadah hujan dan lahan kering lebih baik dibandingkan dengan produksi jagung di lahan sawah di Pulau Jawa. Selain itu di Pulau Jawa juga terdapat persaingan penggunaan lahan komoditas jagung dengan komoditas pangan lainnya seperti padi dan kedelai.

Tabel 2. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Jagung Indonesia, Tahun 1971-2006.

Tahun Luas Areal (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)

1971 2.626.695 2.606.494 0,99

1980 2.734.940 3.990.939 1,46

1990 3.158.092 6.734.028 2,13

1991 2.909.100 6.255.906 2,15

1992 3.629.346 7.995.459 2,20

1993 2.939.534 6.453.737 2,20

1994 3.103.398 6.868.885 2,21

1995 3.651.838 8.245.902 2,26

1996 3.743.573 9.307.423 2,49

1997 3.355.224 8.770.851 2,64

1998 3.847.813 10.169.488 2,64

1999 3.456.357 9.204.036 2,66

2000 3.500.318 9.676.899 2,77

2001 3.285.866 9.374.192 2,85

2002 3.126.833 9.654.105 3,09

2003 3.358.511 10.886.442 3,24

2004 3.356.914 11.225.243 3,34

2005 3.625.987 12.523.894 3,45

2006*) 3.497.645 12.136.798 3,47

Rataan 3.310.946,53 8.530.564,26 2,54

Sumber: BPS, 1971-2006 (diolah) *) Angka Ramalan III

[image:62.595.112.504.256.530.2]
(63)

39

50 persen, sisanya dipenuhi dari propinsi di luar Pulau Jawa. Di luar Pulau Jawa kontribusi terbesar diperoleh dari Propinsi Lampung sebesar 11,49 persen dan propinsi lainnya berkontribusi dibawah 6 persen. Besarnya kontribusi dari propinsi sentra jagung di Indonesia disajikan pada Gambar 7.

[image:63.595.140.482.193.385.2]

Sumber: Departemen Pertanian, 2006

(64)
[image:64.595.113.509.229.331.2]

konsumsi langsung. Ini menunjukkan bahwa penggunaan jagung di Indonesia mengalami pergeseran dari konsumsi langsung ke industri. Peningkatan penggunaan jagung sebagai bahan baku pakan terjadi karena sekitar 50 persen bahan baku pakan adalah jagung.

Tabel 3. Perkembangan Penggunaan Jagung di Indonesia Tahun 2000-2004 (000 ton).

Tahun Konsumsi Pangsa

(%)

Industri Pangan

Pangsa (%)

Industri Pakan

Pangsa

(%) Total

2000 4.657 43,48 2.340 21,85 3.713 34,67 10.710

2001 4.567 41,76 2.415 22,08 3.955 36,16 10.937

2002 4.478 40,11 2.489 22,29 4.197 37,59 11.164

2003 4.388 38,53 2.564 22,51 4.438 38,96 11.390

2004 4.299 37,01 2.638 22,71 4.680 40,29 11.617

Rataan 4.477,8 40,18 2.489,2 22,29 4.196,6 37,53 11.163,6

Sumber: Departemen Perdagangan, 2006

Tingginya total permintaan jagung membuat produksi jagung tidak mampu memenuhi jumlah permi ntaan tersebut. Selama periode 1995-2004, rata-rata produksi jagung sebesar 9.648,76 ribu ton per tahun sedangkan permintaannya sebesar 10.026,69 ribu ton per tahun. Selama periode tersebut kecuali tahun 1998, jumlah permintaan jagung selalu lebih tinggi dari jumlah produksinya. Perkembangan produksi, permintaan dan impor jagung dapat dilihat pada Gambar 8.

(65)

41

terlalu mempengaruhi impor jagung yang dilakukan oleh Indonesia karena walaupun terjadi surplus jagung namun masih terdapat impor. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan terhadap jagung impor cukup besar dan jagung do

Gambar

Tabel 1. Produksi dan Kebutuhan Jagung Nasional Tahun 1995-2003.
Gambar 1. Fluktuasi Harga Minyak Mentah Dunia Tahun 2000-2005.
Gambar 2. Fluktuasi Harga Jagung Domestik dan Dunia, serta Harga Daging Ayam Ras Domestik Tahun 2000-2005
Gambar 3. Kurva Supply dan Demand Daerah Potensial Surplus dan Daerah Potensial Defisit
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1) Apakah hasil belajar aspek kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Sukorejo yang diajar menggunakan model

Untuk melihat pertumbuhan ikan uji, digunakan model perhimbuhan Rcker dengan rumus Wt = wo.ep' dan untuk mengetahui perbedaan

5.1 Kesimpulan Penerapan PPh OP dari online forex trading yang menggunakan broker dalam negeri dan luar negeri dilakukan secara self assesment system dengan mengharapkan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang sistem pengelolaan data alumni pada Jurusan Sistem Informasi UIN Alauddin Makassar sebagai pendukung pendataan alumni dan

perawanan, selanjutnya membandingkan hasil yang didapat dengan data hasil prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk mendapatkan model terbaik

Penulisan ini menjelaskan penggunaan ROR (Ruby On Rails) yang mendukung web untuk membuat Website E-learning mata pelajaran fisika untuk Sekolah Menengah Atas, sebagai suatu wadah

[r]

Hasil dari kuesioner ini dapat ditarik kesimpulan bahwa aplikasi sudoku yang telah dibuat mudah digunakan dan memiliki tampilan yang