DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Laporan Akuntabilitas Kinerja
Tahun 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan nikmat dan
karunia-Nya Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian dapat menerbitkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Ditjen Binfar dan Alkes Tahun 2015 merupakan media pertanggungjawaban yang
menggambarkan pencapaian keberhasilan atau kegagalan kinerja atas pelaksanaan
tugas dan kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Ditjen
Binfar dan Alkes sepanjang tahun 2015 dalam mencapai tujuan dan sasaran
strategisnya.
Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas di lingkungan Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian Ditjen Binfar dan Alkes tidak terlepas dari hasil kerja keras
seluruh pegawai dan unit-unit lintas sektor terkait. Kami juga mengucapkan terima
kasih untuk setiap masukan dari berbagai pihak dalam penyusunan Laporan
Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Ditjen
Binfar dan Alkes tahun 2015.
Semoga Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Produksi Dan Distribusi
Kefarmasian Ditjen Binfar dan Alkes tahun 2015 dapat memberikan informasi dan
gambaran penyelenggaraan kegiatan peningkatan produksi dan distribusi
kefarmasian pada program kefarmasian dan alat kesehatan yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi yang obyektif dalam rangka peningkatan kinerja.
Jakarta, 27 Januari 2016
Direktur Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... ii
Ikhtisar Eksekutif ... iii
BAB.I Pendahuluan ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Maksud dan Tujuan ... 2
C. Tugas Pokok dan Fungsi ... 2
D. Sistematika ... 4
BAB.II Perencanaan Kinerja ... 5
A. Perencanaan Kinerja ... 5
B. Perjanjian Kinerja ... 7
BAB.III Akuntabilitas Kinerja ... 8
A. Capaian Kinerja ... 8
B. Realisasi Anggaran ... 26
BAB.IV Penutup ... 28
Lampiran 1 ... 29
IKHTISAR EKSEKUTIF
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2015-2019, Direktorat Bina Produksi dan Distribususi Kefarmasian Ditjen
Binfar dan Alkes melaksanakan kegiatan peningkatan produksi dan distribusi
kefarmasian pada program kefarmasian dan alat kesehatan. Laporan Akuntabilitas
Kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2015 merupakan
laporan akuntabilitas tahun pertama dalam pencapaian kinerja Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan tahun 2015 - 2019.
Laporan Akuntabilitas Kinerja berisikan informasi mengenai rencana kinerja dan
pencapaian kinerja tahun 2015. Rencana kinerja tahun 2015 merupakan kinerja
yang ingin dicapai selama tahun 2015 yang mengacu pada Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan tahun 2015 - 2019 sedangkan capaian kinerja merupakan
realisasi kegiatan selama tahun 2015 yang diarahkan untuk pemenuhan target yang
telah ditetapkan dalam rencana kinerja tahun 2015.
Realisasi pencapaian luaran/output Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian adalah sebagai berikut :
LUARAN INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
Meningkatnya
dan obat tradisional yang
diproduksi di dalam negeri
5 jenis 8 jenis 160%
2. Jumlah industri yang
memanfaatkan bahan
baku obat dan obat
tradisional produksi dalam
negeri
2 industri 2 industri 100%
3. Jumlah standar atau
pedoman kefarmasian
atau makanan
LUARAN INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
4. Jumlah fasilitasi atau
supervisi di bidang
produksi dan distribusi
kefarmasian atau
makanan
10
proses 10 proses 100 %
Keberhasilan ini tidak terlepas dari hasil kerja keras dan komitmen dari pimpinan
dan seluruh pegawai dilingkungan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian untuk fokus dalam pemanfaatan sumber daya yang dimiliki dalam
melaksanakan Program dan Kegiatan yang ditetapkan dalam Rencana Strategis
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Laporan kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian dalam mencapai tujuan
atau sasaran strategis yang tercantum di dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019. Penyusunan laporan kinerja ini mengacu pada
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2416/Menkes/Per/XII/
2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan / Petunjuk Teknis / Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Di Lingkungan Kementerian
Kesehatan.
Laporan kinerja menggambarkan ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana
yang ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja dan dokumen perencanaan
kinerja. Ikhtisar pencapaian sasaran tersebut menyajikan informasi tentang
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, realisasi pencapaian indikator
kinerja kegiatan organisasi, penjelasan atas pencapaian kinerja, serta
pembandingan capaian indikator kinerja dengan tahun berjalan terhadap target
kinerja lima tahunan yang direncanakan.
Laporan kinerja ini juga sebagai salah satu wujud akuntabilitas pelaksanaan
tugas dan fungsi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian dalam
rangka mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance), transparansi
dan akuntabilitas sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Penyusunan laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian bertujuan :
1. Sebagai bentuk pertanggungjawaban yang memuat keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian
2. Bahan evaluasi akuntabilitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan
3. Penyempurnaan dokumen perencanaan periode yang akan datang
4. Penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang
5. Penyempurnaan bagi kebijakan yang diperlukan
C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1144/Menkes/Per/VIII/2010 dan perubahannya dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2013 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
di bidang produksi dan distribusi kefarmasian.
Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian menyelenggarakan fungsi :
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi
kefarmasian;
2. Pelaksanaan kegiatan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
produksi dan distribusi kefarmasian;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis, pengendalian, kajian, dan analisis
di bidang produksi dan distribusi kefarmasian;
5. Pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan kebijakan di
bidang produksi dan distribusi kefarmasian;
6. Pelaksanaan perizinan di bidang produksi dan distribusi kefarmasian; dan
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian terdiri atas :
1. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional;
2. Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan;
3. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor
dan Sediaan Farmasi Khusus;
4. Subdirektorat Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat;
5. Subbagian Tata Usaha; dan
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Diagram 1. Struktur Organisasi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Berdasarkan Permenkes Nomor
1144/MENKES/PER/VIII/2010 SUBDIT PRODUKSI DAN
DISTRIBUSI OBAT DAN OBAT TRADISIONAL
SUBDIT PRODUKSI KOSM ETIKA DAN
M AKANAN
SUBDIT KEM ANDIRIAN OBAT DAN BAHAN BAKU
OBAT SUBDIT PRODUKSI DAN
DISTRIBUSI NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, PREKURSOR
DAN SEDIAAN FARM ASI
SUBBAGIAN PRODUKSI KOSM ETIKA DAN
M AKANAN
D. SISTEMATIKA
Laporan akuntabilitas kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2015 ini menjelaskan pencapaian kinerja Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Kefarmasian selama tahun 2015. Pencapaian kinerja
tersebut dibandingkan dengan perjanjian kinerja (penetapan kinerja) sebagai
tolak ukur keberhasilan organisasi. Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas
Kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian adalah sebagai
berikut :
Ikhtisar Eksekutif
Bab I - Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan laporan kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian tahun 2015 berikut penjelasan umum mengenai struktur
organisasi pada sub bab tugas pokok dan fungsi, serta sistematika penulisan.
Bab II - Perencanaan Kinerja, menjelaskan ringkasan/ikhtisar perencanaan dan perjanjian kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
tahun 2015.
Bab III - Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan pengukuran kinerja, pencapaian kinerja tahun 2015, analisis akuntabilitas kinerja dan realisasi anggaran
dikaitkan dengan pertanggungjawaban publik terhadap pencapaian sasaran
strategis tahun 2015.
Bab IV - Penutup, menjelaskan kesimpulan atas capaian kinerja, langkah-langkah yang akan dilakukan untuk meningkatkan kinerja di masa yang akan
datang, serta pemanfaatan laporan kinerja Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian Tahun 2015.
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA
Perencanaan kinerja merupakan proses perencanaan kegiatan tahunan dan
indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah
ditetapkan dalam sasaran strategis. Perencanaan kinerja disusun sebagai
pedoman bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi secara sistematis, terarah
dan terpadu.
Visi dan Misi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi mengacu kepada Visi dan
Misi Kementerian Kesehatan sesuai Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015 - 2019 sebagai berikut :
1. VISI KEMENTERIAN KESEHATAN
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-Royong”
2. MISI KEMENTERIAN KESEHATAN
Untuk mencapai masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan ditempuh
melalui misi sebagai berikut :
a. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai
negara kepulauan.
b. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis
berlandaskan negara hukum.
c. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri
sebagai negara maritim.
d. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan
sejahtera.
e. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
f. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat
g. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
3. TUJUAN KEMENTERIAN KESEHATAN
a. Meningkatnya status kesehatan masyarakat dan;
b. Meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan
masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan.
4. SASARAN DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI
KEFARMASIAN
Sasaran Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian tercermin
dalam luaran berupa Meningkatnya Produksi Bahan Baku dan Obat Lokal
serta Mutu Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian.
Indikator pencapaian luaran tersebut sesuai dengan Renstra Kementerian
Kesehatan dan RKP Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019 adalah :
NO INDIKATOR KINERJA TARGET
2015 2016 2017 2018 2019
1. Jumlah bahan baku obat
dan obat tradisional yang
diproduksi di dalam
2. Jumlah industri yang
memanfaatkan bahan
baku obat dan obat
tradisional produksi
3 Jumlah standar atau
pedoman kefarmasian
4 Jumlah fasilitasi atau
B. PERJANJIAN KINERJA
Di dalam perencanaan kinerja ditetapkan target kinerja tahun 2015 yang
dituangkan dalam perjanjian kinerja untuk seluruh indikator kinerja yang ada
pada tingkat luaran dan kegiatan. Perjanjian kinerja Direktorat Bina Produksi
dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2015 sebagai mana diuraikan pada Tabel 1
menjadi komitmen bagi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
untuk mencapainya pada tahun 2015.
Tabel 1. Perjanjian Kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian,
Ditjen Binfar dan Alkes Tahun 2015
LUARAN INDIKATOR KINERJA TARGET
Meningkatnya
Produksi Bahan
Baku dan Obat
Lokal serta Mutu
Sarana Produksi
dan Distribusi
Kefarmasian
1. Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional
yang diproduksi di dalam negeri 5 jenis
2. Jumlah industri yang memanfaatkan bahan
baku obat dan obat tradisional produksi dalam
negeri
2 industri
3. Jumlah standar atau pedoman kefarmasian
atau makanan 3 buku
4. Jumlah fasilitasi atau supervisi di bidang
produksi dan distribusi kefarmasian atau
makanan
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau
untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan
hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau
berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah dokumen
yang berisi gambaran perwujudan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
yang disusun dan disampaikan secara sistematik dan melembaga.
Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk
menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam
mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Proses ini dimaksudkan
untuk menilai pencapaian setiap indicator kinerja guna memberikan gambaran
tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran.
Pengukuran tingkat capaian kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target
dengan realisasi masing-masing indikator kinerja sasaran.
Tahun 2015 merupakan tahun pertama pelaksanaan dari Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019. Adapun pengukuran kinerja yang
dilakukan adalah dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana
tingkat capaian (target) pada setiap indikator, sehingga diperoleh gambaran
tingkat keberhasilan pencapaian masing-masing indikator. Berdasarkan
pengukuran kinerja tersebut diperoleh informasi menyangkut masing-masing
indikator, sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan kegiatan di masa
yang akan datang agar setiap kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil
guna dan berdaya guna. Pengukuran kinerja dapat memberikan gambaran
kepada pihak pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi
Luaran / output merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh kegiatan
peningkatan produksi dan distribusi kefarmasian dalam rumusan yang lebih
spesifik, terukur, dalam kurun waktu 1 (satu) tahun. Dalam rangka mencapai
luaran, perlu ditinjau indikator kegiatan peningkatan produksi dan distribusi
kefarmasian yang telah ditetapkan. Luaran indikator kegiatan peningkatan
produksi dan distribusi kefarmasian adalah sebagai berikut:
Besaran target dan realisasi masing-masing indikator Tahun 2015 tertera pada
Tabel 2.
Tabel 2. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Peningkatan Produksi
dan Distribusi Kefarmasian Tahun 2015
LUARAN INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
Meningkatnya
produksi dan distribusi
kefarmasian atau
makanan
10 proses 10 proses 100 %
Meningkatnya Produksi Bahan Baku dan Obat Lokal serta Mutu
1. SUMBER DAYA MANUSIA
Dalam mencapai kinerja, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian didukung dengan sumber daya manusia dan sumber daya
anggaran.
Keadaan PNS di lingkungan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian sampai akhir tahun 2015 berjumlah 43 orang dengan rincian
sebagaimana diuraikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah PNS di Lingkungan Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian Tahun 2015
Jenis dan tingkat pendidikan menunjukan kekuatan sumber daya manusia
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Dengan kondisi yang
ada dirasa perlu selalu dilakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia
di lingkungan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian sehingga
akan mampu memberikan masukan, mendukung dan melaksanakan
kebijakan pemerintah dibidang kesehatan.
Diagram 2. Komposisi PNS Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2015 Berdasarkan Jabatan
Diagram 3. Komposisi PNS Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2015 Berdasarkan Golongan 32,56%
67,44%
KOM POSISI PNS DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARM ASIAN TAHUN 2015 BERDASARKAN JABATAN
Jabat an St rukt ural Jabat an Fungsional Umum
Golongan II; 4,65%
Golongan III; 76,74% Golongan IV;
18,60%
Diagram 4. Komposisi PNS Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2015 Berdasarkan Pendidikan
2. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian tahun 2015 disusun menggunakan Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015 - 2019, RKP Kementerian
Kesehatan Tahun 2015 - 2019 dan Struktur Organisasi berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan.
Indikator Kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian adalah
sebagai berikut :
1. Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional yang diproduksi di dalam
negeri
2. Jumlah industri yang memanfaatkan bahan baku obat dan obat
tradisional produksi dalam negeri
3. Jumlah standar atau pedoman kefarmasian atau makanan
4. Jumlah fasilitasi atau supervisi di bidang produksi dan distribusi
kefarmasian atau makanan
S2 30,23%
Apot eker 48,84%
S1 11,63%
D3 4,65%
SM F 2,33% SLTP
2,33%
Dalam rangka meningkatkan produksi dan distribusi kefarmasian maka
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian melakukan berbagai
kegiatan yang mendukung luaran : Meningkatnya Produksi Bahan Baku dan
Obat Lokal serta Mutu Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Berikut
ini akan diuraikan pencapaian indikator kinerja dari Direktorat Bina Produksi
dan Distribusi Kefarmasian.
a. Indikator Pertama
Definisi operasional : “Jumlah bahan awal penyusun sediaan farmasi
(obat dan obat tradisional) dapat berupa bahan berkhasiat maupun bahan
tambahan, yang merupakan hasil penerapan teknologi maupun berupa
bahan alam, yang siap diproduksi, dan / atau dibuat di Indonesia”.
Kondisi yang dicapai :
Pada tahun 2015, jumlah bahan baku obat dan obat tradisional yang
diproduksi di dalam negeri mencapai 8 jenis dari target sebanyak 5 jenis
yang telah ditetapkan. Upaya yang dilakukan adalah dengan pendirian
kelompok kerja kemandirian bahan baku obat beranggotakan lintas
kementerian dan stakeholder terkait lain dengan Kementerian Kesehatan
sebagai koordinator. Pencapaian kemandirian obat dan bahan baku obat
juga terutama dilakukan melalui kerjasama dan fasilitasi penelitian
dengan lembaga penelitian (BPPT dan LIPI) dan Perguruan Tinggi di
bidang pengembangan bahan baku obat serta pembentukan jejaring
dengan berbagai stakeholder diantaranya institusi penelitian, kalangan
industri dan asosiasi pengusaha.
Pada tahun 2015 dilakukan kerjasama dengan Kementerian Riset dan
Teknologi (BPPT) dan Kementerian Pendidikan melalui Perguruan Tinggi
yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM)
dan Universitas Padjajaran (UNPAD).
Daftar jenis bahan baku obat dan obat tradisional yang diproduksi di
dalam negeri tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan target,
realisasi dan capaian pada tahun 2015 dapat dillihat pada Tabel 5.
Tabel 4. Daftar Nama Bahan Baku Obat dan Bahan Baku Obat
Tradisional Yang Diproduksi Di Dalam Negeri Tahun 2015
NO BBO / BBOT KERJASAMA A-B-G
1 Ekstrak Terstandar Daun Kepel (Stelechocarpus
burahol (BI.) Hook.f. & Th)
UGM - PT Swayasa
Prakarsa
2 Ekstrak Umbi Bengkoang (Pachyrrhizus erosus
L.)
UGM - PT Swayasa
Prakarsa
3 Ekstrak Aktif Terstandar Daun Mimba
(Azadirachta indica)
UGM - PT Swayasa
Prakarsa
4 Ekstrak Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum
L.)
BPPT - PT Kimia
Farma
5 Pemanis Alami Glikosida Steviol ITB - PT Kimia
Farma
6 Ekstrak Terstandar Strobilanthes crispus L. ITB - PT Kimia
Farma
7 Ekstrak Terstandar Kelopak Bunga Rosela
(Hibiscus sabdariffa L.)
UNPAD - PT
Phytochemindo
Reksa
8 Karagenan Pharmaceutical Grade UNPAD - CV
Suprima
Tabel 5. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Kinerja Jumlah Bahan
Baku Obat dan Obat Tradisional Yang Diproduksi Di Dalam Negeri Tahun
2015
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
Jumlah Bahan Baku Obat dan Obat
Tradisional Yang Diproduksi Di Dalam
Negeri
Dalam mencapai indikator Jumlah Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional
Yang Diproduksi Di Dalam Negeri, pada tahun 2015 telah dilakukan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Workshop Peningkatan Kapasitas Produksi BBO dan BBOT
2. Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Produksi Bahan Baku Obat dan
Bahan Baku Obat Tradisional
3. Pembinaan dan Peningkatan Kapasitas SDM P4TO dan PED
4. Inisiasi Sertifikasi PED Sebagai IEBA
5. Fasilitasi Peralatan Laboratorium pada P4TO Tahun 2015
6. Kajian Teknis Terkait Skematika dan Pelaksanaan Fasilitasi
Pengembangan BBO dan BBOT di Indonesia
7. Penyusunan Petunjuk Teknis Pelatihan dan Pengembangan P4TO
dan PED
8. Penyediaan Referensi Nasional dan Internasional
9. Fasilitasi Peralatan Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat
dan Pusat Ekstrak DaerahTahun 2015
10. Penandatanganan MoU/Perjanjian Kerjasama Fasilitasi Peralatan
P4TO/Laboratorium Mikrobiogi/Fasilitasi Peningkatan Kapasitas
Produksi BBO dan BBOT
11. Peningkatan Kemampuan dan Pengetahuan Dalam Pengembangan
BBO
12. Fasilitasi Perjalanan Panitia Penerima dan Tim Teknis
P4TO/PED/Laboratorium Mikrobiologi ke Provinsi
b. Indikator Kedua
Definisi operasional : “Jumlah industri yang akan memanfaatkan bahan
awal penyusun sediaan farmasi (obat dan obat tradisional) dapat berupa
bahan berkhasiat maupun bahan tambahan, yang merupakan hasil
penerapan teknologi maupun berupa bahan alam yang diproduksi dan /
atau dibuat di Indonesia”.
Kondisi yang dicapai:
Pada tahun 2015, jumlah industri yang memanfaatkan bahan baku obat
dan obat tradisional produksi dalam negeri adalah sebanyak 2 industri
dari target sebanyak 2 industri yang telah ditetapkan. Upaya yang
dilakukan adalah dengan melakukan penjajagan ke industri mitra yang
bekerjasama dengan Pihak Kedua pada fasilitasi penelitian,
pengembangan dan peningkatan kapasitas produksi bahan baku obat
dan obat tradisional yang telah dilaksanakan pada tahun 2012 - 2015.
Pencapaian ini akan ditindaklanjuti dengan kesiapan pendaftaran produk
dan kesiapan fasilitas produksi pada tahun 2016.
Pada tahun 2015 dilakukan kerjasama dengan 2 industri mitra, yaitu PT
Swayasa Prakarsa dan PT Kimia Farma.
Daftar industri yang memanfaatkan bahan baku obat dan obat tradisional
produksi dalam negeri pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 6,
sedangkan target, realisasi dan capaian pada tahun 2015 dapat dillihat
pada Tabel 7.
Tabel 6. Daftar Industri Yang Memanfaatkan Bahan Baku Obat dan Obat
Tradisional Produksi Dalam Negeri Tahun 2015
NO Industri BBO / BBOT Yang Dimanfaatkan
1 PT Swayasa
Prakarsa
- Ekstrak Aktif Terstandar Daun Awar-awar
Ficus septica (hasil tahun 2014)
- Ekstrak Terstandar Daun Kepel
Stelechocarpus burahol (BI.) Hook.f. & Th
(hasil tahun 2015)
- Ekstrak Umbi Bengkoang Pachyrrhizus erosus
L. (hasil tahun 2015)
- Ekstrak Aktif Terstandar Daun Mimba
Azadirachta indica (hasil tahun 2015)
2 PT Kimia Farma - Ekstrak Terstandar Daun Tempuyung
Sonchus arvensis L. (hasil tahun 2014)
- Ekstrak Biji Klabet Trigonella foenum-graecum
- Pemanis Alami Glikosida Steviol (hasil tahun
2015)
- Ekstrak Terstandar Strobilanthes crispus L.
(hasil tahun 2015)
Tabel 7. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Kinerja Jumlah
Industri Yang Memanfaatkan Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional
Produksi Dalam Negeri Tahun 2015
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
Jumlah Industri Yang
Memanfaatkan Bahan Baku Obat
dan Obat Tradisional Produksi
Dalam Negeri
2 industri 2 industri 100%
Dalam mencapai indikator Jumlah Industri Yang Memanfaatkan Bahan
Baku Obat dan Obat Tradisional Produksi Dalam Negeri, pada tahun
2015 telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Fasilitasi Pemenuhan PQ WHO
2. Aliansi Strategis Kemandirian Obat dan Bahan Baku Obat
3. Fasilitasi Terlaksananya Iklim Kondusif Pengembangan Industri
Farmasi dan Industri Bahan Baku Obat
4. Fasilitasi Kerjasama dan Penguatan Jejaring
5. Kajian Teknis Atas Pemberian Insentif Pada Produsen BBO dan
BBOT
6. Pemutakhiran Roadmap Pengembangan Bahan Baku Obat
7. Pemutakhiran Masterplan Pengembangan Bahan Baku Obat
Tradisional
8. Pembinaan Industri BBO dan BBOT
9. Rapat Persiapan OIC
10. Penyusunan Laporan Transaksi Obat PBF
11. Penyusunan Laporan Perijinan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi
12. Evaluasi Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Bidang Produksi dan
Distribusi Kefarmasian
13. Workshop Peningkatan Daya Saing Industri Farmasi
Secara Elektronik
15. Penyusunan Roadmap Pengembangan Industri Farmasi
16. Pemetaan Industri Kosmetika
17. Pengolahan Data dan Evaluasi Perizinan Bidang Kosmetika
c. Indikator Ketiga
Definisi operasional : “Standar adalah standar mutu yang digunakan
sebagai acuan di sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan / atau
makanan dan bersifat mengikat, sedangkan pedoman adalah bahan yang
dapat digunakan sebagai acuan bagi petugas dan pelaku sarana produksi
dan distribusi kefarmasian dan / atau makanan dan bersifat tidak
mengikat”.
Kondisi yang dicapai:
Pada tahun 2015, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
telah menghasilkan 4 standar atau pedoman dari target sebanyak 3
standar atau pedoman yang telah ditetapkan.
Penyusunan standar atau pedoman kefarmasian atau makanan perlu
dilaksanakan untuk meningkatkan mutu produk kefarmasian atau
makanan sehingga dapat memberikan jaminan perlindungan terhadap
keamanan, khasiat dan mutu bagi kesehatan masyarakat serta menjadi
acuan bagi produsen atau distributor agar bisa menghasilkan produk
yang baik dan sesuai ketentuan agar aman dipergunakan dan dikonsumsi
oleh masyarakat.
Penyusunan standar atau pedoman dilaksanakan seiring dengan
perubahan dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan kebutuhan di lapangan. Kegiatan penyusunan standar atau pedoman
di bidang produksi dan distribusi kefarmasian atau makanan pada
dasarnya dilaksanakan dalam rangka mendukung peningkatan
bidang produksi dan distribusi kefarmasian. Mengingat bidang produksi
dan distribusi kefarmasian merupakan salah satu bidang yang sangat
dinamis, kompleks dan multi-dimensi maka perlu dilaksanakan
penyusunan standar atau pedoman yang sistematik dan komprehensif
yang dapat menjadi acuan pelaksanaan produksi dan distribusi yang baik
dan benar.
Daftar standar atau pedoman kefarmasian atau makanan yang disusun
pada tahun 2015 adalah :
1. Suplemen III Farmakope Herbal Indonesia
2. Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi V
3. Manual Book e-Licensing Kefarmasian
4. Manual Book SIPNAP
Target, realisasi dan capaian pada tahun 2015 dapat dillihat pada Tabel 8
dibawah ini.
Tabel 8. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Kinerja Jumlah Standar
atau Pedoman Kefarmasian atau Makanan Tahun 2015
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
Jumlah Standar atau Pedoman
Kefarmasian atau Makanan 3 buku 4 buku 133%
Dalam mencapai indikator Jumlah Standar atau Pedoman Kefarmasian
atau Makanan, pada tahun 2015 telah dilakukan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut :
1. Penyusunan Farmakope Herbal Indonesia (FHI) Edisi II dan
Pengujian Ulang FHI Edisi I dan Suplemennya
2. Penyusunan Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi V
3. Pengujian Simplisia dan Ekstrak dalam Rangka Penyusunan
Suplemen I FHI Edisi II
4. Penyusunan Kurikulum Pelatihan CPOTB untuk Penanggungjawab
Teknis Industri dan Usaha Obat Tradisional
6. Penyusunan Buku Pedoman Pembinaan Keamanan Pangan bagi
Petugas Kesehatan
7. Revisi Pedoman Pembinaan Industri Kosmetik Bagi Petugas
8. Pencetakan Produk Sub Direktorat Produksi Kosmetika dan
Makanan
9. Buku Panduan Pelaporan Sarana Produksi Kosmetika
10. Pencetakan Produk Sub Direktorat Produksi dan Distribusi
Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Sediaan Farmasi Khusus
11. Penyusunan Materi Teknis untuk Pengaturan Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor
12. Pencetakan di Bidang Perizinan Produksi dan Distribusi
Kefarmasian
13. Pencetakan di Bidang Pelaporan Produksi dan Distribusi
Kefarmasian
14. Penyusunan Daftar Tilik Pembinaan UKOT
d. Indikator Keempat
Definisi operasional : “Jumlah fasilitasi atau supervisi dalam bentuk
pembinaan, pembekalan, workshop, peningkatan kapasitas dan bentuk
lainnya di bidang produksi dan distribusi kefarmasian atau makanan”.
Kondisi yang dicapai:
Pada tahun 2015, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
telah melaksanakan 10 proses fasilitasi atau supervisi dari target
sebanyak 10 proses yang telah ditetapkan.
Fasilitasi atau supervisi dalam bentuk pembinaan, pembekalan,
workshop, ataupun peningkatan kapasitas perlu dilaksanakan untuk
meningkatkan mutu produk dan kapabilitas dari SDM di bidang
kefarmasian atau makanan, sehingga dapat memberikan jaminan
perlindungan terhadap keamanan, khasiat dan mutu bagi kesehatan
masyarakat. Kegiatan fasilitasi atau supervisi di bidang produksi dan
distribusi kefarmasian atau makanan pada dasarnya dilaksanakan dalam
rangka mendukung peningkatan pembangunan kesehatan yang berkaitan
dengan kegiatan pembinaan di bidang produksi dan distribusi
kefarmasian.
Daftar proses fasilitasi atau supervisi di bidang produksi dan distribusi
kefarmasian atau makanan yang dilaksanakan pada tahun 2015 adalah :
1. Workshop pembinaan UJG-UJR
2. Peningkatan Kapasitas Penanggungjawab Teknis Bidang Obat
Tradisional
3. Coaching dan Evaluasi Sistem e-Report PBF Tingkat Provinsi
4. Sosialisasi e-Licensing Kefarmasian
5. Sosialisasi Sistem Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi
6. Review Penerapan SIPNAP
7. Pembinaan Sarana Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor Farmasi
8. Pembinaan Sarana Produksi Kosmetika
9. Peningkatan Kemampuan Pelaksana Notifikasi dan CPKB pada
Industri Kosmetika UMKM
10. Peningkatan Kemampuan UMKM di Bidang Makanan
Target, realisasi dan capaian pada tahun 2015 dapat dillihat pada Tabel 9
dibawah ini.
Tabel 9. Target, Realisasi dan Capaian Indikator Kinerja Jumlah Fasilitasi
atau Supervisi di Bidang Produksi dan Distribusi Kefarmasian atau
Makanan Tahun 2015
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
Jumlah Fasilitasi atau Supervisi di
Bidang Produksi dan Distribusi
Kefarmasian atau Makanan
Dalam mencapai indikator Jumlah Fasilitasi atau Supervisi di Bidang
Produksi dan Distribusi Kefarmasian atau Makanan, pada tahun 2015
telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Peningkatan Penerapan Sistem e-Report PBF
2. Penerapan e-Licensing Produksi dan Distribusi Kefarmasian
3. Pemantapan Implementasi Sistem e-Licensing Bagi Petugas Pusat
4. Sosialisasi Sistem Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi
5. Monitoring Implementasi Sistem Pelaporan Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor Farmasi
6. Pembinaan Sarana Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor Farmasi
7. Review Penerapan SIPNAP
8. Aliansi Strategis Bidang Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan
Sediaan Farmasi Khusus
9. Fasilitasi Pengaturan Narkotika untuk Penatalaksanaan Nyeri
10. Peningkatan Kemampuan Sistem Pelaporan Produksi dan Distribusi
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
11. Fasilitasi Pengaturan Pemasukan Obat Untuk Pengobatan Mandiri
12. Monitoring Implementasi e-Report PBF pada Sarana Distribusi
13. Pemberdayaan UJG dan UJR
14. Pengembangan Daya Saing Industri dan Usaha Obat Tradisional
Jawa Tengah
15. Gerakan Nasional Bugar Dengan Jamu (Gernas Bude Jamu)
16. Start Up Bisnis 1000 Gerai / Outlet Jamu
17. Peningkatan Kapasitas Penanggungjawab Teknis Bidang Obat
Tradisional
18. Evaluasi Sosialisasi Makanan Jajanan Anak Sekolah (MJAS)
19. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Makanan Melalui Media Cetak
20. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kosmetika Melalui Media
Cetak
21. Peningkatan Kemampuan Pelaksana Notifikasi dan CPKB pada
Industri Kosmetika UMKM
22. Aliansi Strategis Bidang Kosmetik dan atau Makanan
24. Peningkatan Kemampuan UMKM di Bidang Makanan
e. Kegiatan Penunjang
Pelaksanaan kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian yang menunjang pencapaian indikator dituangkan
berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang meliputi :
1. Evaluasi Kinerja Dalam Rangka Peningkatan Akuntabilitas Kinerja
Direktorat
2. Penyusunan Rencana Kerja Tahunan dan Kontrak Kerja Direktorat
3. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Prodis
Kefarmasian
4. Penyusunan Laporan Tahunan Direktorat Bina Prodis Kefarmasian
5. Penyusutan Arsip Direktorat
6. Penyusunan Program dan Kegiatan Direktorat Bina Prodis
Kefarmasian
7. Penyusunan RKAKL Direktorat Bina Prodis Kefarmasian
8. Penyusunan Laporan SAK
9. Penyusunan Laporan SIMAK-BMN
10. ASEAN Working Groups of Pharmaceuticals Development 2015
11. Harmonisasi dan Peningkatan Kemampuan dalam Rangka
Pembinaan Produksi dan Distribusi Kefarmasian
12. Peningkatan Kapasitas SDM Direktorat Bina Prodis Kefarmasian
13. Fasilitasi Perjalanan dalam Rangka Binwil dan PDBK
14. Rapat Konsultasi Teknis Direktorat Bina Prodis Kefarmasian
15. Distribusi Produk Cetakan Direktorat
16. Resertifikasi ISO 9001:2008
17. Peningkatan Kemampuan Sistem Pelaporan Narkotika, Psikotropika
dan Prekursor Farmasi
18. Peningkatan Kemampuan Sistem Aplikasi E-Pharm
19. Pengadaan Sistem Informasi Pelaporan Produksi Kosmetika
20. Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran
f. Kegiatan Perizinan
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian juga melaksanakan kegiatan perizinan.
1. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional
melaksanakan perizinan yang meliputi Industri Farmasi, Industri Obat
Tradisional, Pedagang Besar Farmasi, Pedagang Besar Farmasi
Bahan Obat dan Industri Ekstrak Bahan Alam. Jumlah izin yang
diterbitkan selama tahun 2015 adalah sebanyak 382 izin yang terbagi
dalam 8 jenis. Sebaran masing-masing perizinan Subdirektorat
Produksi dan Distribusi Obat dan Obat Tradisional yang telah
diterbitkan pada tahun 2015 dapat dilihat pada Grafik 1.
Grafik 1. Rekapitulasi Perizinan Sub Direktorat Produksi dan Distribusi
Obat dan Obat Tradisional Tahun 2015
78 1 27 1 2 1 254 18
0 100 200 300
IF PRINSIP IF
IOT PRINSIP IOT
IEBA PRINSIP IEBA
PBF PBFBO
JU
M
L
A
H
I
Z
IN
JENIS IZIN
2. Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan melaksanakan
perizinan di bidang produksi kosmetika sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya. Jumlah izin yang diterbitkan selama tahun 2015 adalah
sebanyak 73 izin yang terbagi dalam 2 jenis. Sebaran masing-masing
perizinan Subdirektorat Produksi Kosmetika dan Makanan yang telah
diterbitkan pada tahun 2015 dapat dilihat pada Grafik 2.
Grafik 2. Rekapitulasi Perizinan Sub Direktorat Produksi Kosmetik dan
Makanan Tahun 2015
3. Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika, Psikotropika,
Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus menerbitkan izin di bidang
impor / ekspor narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi yang
terdiri dari Surat Persetujuan Impor (SPI), Surat Persetujuan Ekspor
(SPE), Importir Produsen (IP), Eksportir Produsen (EP), Importir
Terdaftar (IT), Eksportir Terdaftar (ET) dan Special Access Scheme
(SAS). Rekapitulasi perizinan Subdirektorat Produksi dan Distribusi
Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus
(SAS). Jumlah izin yang diterbitkan selama tahun 2015 adalah
sebanyak 827 izin yang terbagi dalam 16 jenis. Sebaran
masing-masing perizinan Subdirektorat Produksi dan Distribusi Narkotika,
Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi Khusus yang telah
diterbitkan pada tahun 2015 dapat dilihat pada Grafik 3 dibawah ini. 40
IZIN PRODUKSI KOSM ETIK PERUBAHAN
JU
Grafik 3. Rekapitulasi Perizinan Sub Direktorat Produksi dan
Distribusi Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Sediaan Farmasi
Khusus Tahun 2015
B. REALISASI ANGGARAN
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Ditjen Binfar dan Alkes
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi didukung oleh anggaran DIPA
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Ditjen Binfar dan Alkes
tahun 2015 sebesar Rp 54.835.946.000,- yang terdiri dari RM sebesar Rp
54.206.607.000,- (98,85%) dan PNBP sebesar Rp 629.339.000,- (1,15%).
Anggaran tersebut digunakan untuk belanja modal sebesar Rp 290.146.000,-
(0,53%) dan belanja barang sebesar Rp 54.545.800.000,- (99,47%). Tidak
terdapat dana dekonsentrasi dan dana hibah pada Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian. Adapun realisasi penggunaan anggaran Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Ditjen Binfar dan Alkes tahun 2015
adalah sebesar Rp. 37.954.099.489 (69,21%).
42 163 220 2 165 128 0 2 7 0 0 12 14 5 5 62 0
50 100 150 200 250
JU
M
L
A
H
I
Z
IN
JENIS IZIN
REKAPITULASI PERIZINAN SUB DIREKTORAT PRODUKSI DAN DISTRIBUSI NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, PREKURSOR DAN SEDIAAN FARM ASI KHUSUS
Tabel 10. Realisasi Anggaran DIPA Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian Tahun 2015
KEGIATAN ALOKASI (Rp.) REALISASI
(Rp.) (%)
Peningkatan Produksi
dan Distribusi
Kefarmasian
54.835.946.000 37.954.099.489 69,21
Realisasi anggaran sebesar 69,21% ini di sebabkan oleh beberapa faktor
antara lain :
1. Adanya revisi anggaran dalam rangka penghematan perjalanan dinas
(Refocusing), sehingga harus melakukan penyesuaian program kegiatan
dan waktu pelaksanaan
2. Tidak terlaksananya fasilitasi peralatan P4TO dan Laboratorium
Mikrobiologi karena ketidaksiapan sarana pada daerah penerima fasilitas
3. Beberapa kegiatan hasil refocusing yang berupa lelang gagal dilaksanakan
karena waktu yang tidak mencukupi untuk pelaksanaannya.
4. Adanya efisiensi dari anggaran kegiatan penelitian yang bersifat swakelola
antara rencana dan realisasi.
BAB IV PENUTUP
Laporan Akuntabilitas kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
2015 merupakan perwujudan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi, kebijakan, program, dan kegiatan Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian. Pada tahun 2015 telah dapat merealisasikan program dan kegiatan
dalam rangka peningkatan produksi dan distribusi kefarmasian dalam pelaksanaan
tugas teknis sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan dan RKP Kementerian Kesehatan tahun 2015 - 2019. Kinerja Direktorat
Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Ditjen Binfar dan Alkes di tahun 2015
diharapkan akan meningkat sampai dengan tahun 2019.
Keberhasilan yang telah dicapai pada tahun 2015 diharapkan dapat menjadi acuan
melanjutkan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah dicanangkan pada
periode berikutnya sehingga kegiatan-kegiatan di masa mendatang dapat
dilaksanakan secara lebih efektif dan efiesien. Sedangkan hambatan atau masalah
yang muncul dalam mencapai target kinerja diharapkan dapat dicarikan solusi
pemecahaan masalah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
diharapkan dapat dimanfaatkan untuk bahan evaluasi kinerja, penyempurnaan
dokumen perencanaan periode yang akan datang, penyempurnaan pelaksanaan
program dan kegiatan yang akan datang dan penyempurnaan berbagai kebijakan
LAMPIRAN 1
FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN
Unit Organisasi Eselon II : Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Tahun : 2015
LUARAN INDIKATOR KINERJA TARGET
Meningkatnya
Produksi Bahan
Baku dan Obat
Lokal serta
Mutu Sarana
Produksi dan
Distribusi
Kefarmasian
1. Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional
yang diproduksi di dalam negeri 5 jenis
2. Jumlah industri yang memanfaatkan bahan
baku obat dan obat tradisional produksi
dalam negeri
2 industri
3. Jumlah standar atau pedoman kefarmasian
atau makanan 3 buku
4. Jumlah fasilitasi atau supervisi di bidang
produksi dan distribusi kefarmasian atau
makanan
LAMPIRAN 2
FORMULIR PENGUKURAN KINERJA
Unit Organisasi Eselon II : Direktorat Bina Produksi dan Distribusi
Kefarmasian
Tahun : 2015
LUARAN
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI CAPAIAN
Meningkatnya
dan obat tradisional yang
diproduksi di dalam negeri
5 jenis 8 jenis 160%
2. Jumlah industri yang
memanfaatkan bahan
baku obat dan obat
tradisional produksi dalam
negeri
2 industri 2 industri 100%
3. Jumlah standar atau
pedoman kefarmasian
atau makanan
3 buku 4 buku 133 %
4. Jumlah fasilitasi atau
supervisi di bidang
Jumlah Anggaran Kegiatan Tahun 2015 sebesar Rp. 54.835.946.000,-
Jumlah Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun 2015 sebesar Rp. 37.954.099.489,-