Proses ekstraksi dan aplikasi ekstrak gambir kering berkadar tanin tinggi
(>60%) untuk penyamakan kulit, pewarna tekstil dan pewarna kayu
Anwar Kasim*
Fateta Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang 25163 *Penulis korespondensi.Anwar Kasim , 081363464260 dan 0751-72772
e-mail: anwar_ks@yahoo.com
ABSTRAK
Produk gambir hasil olahan industri rakyat seperti gambir yang dihasilkan di Sumatera Barat dapat diekstrak ulang dengan air dan kemudian disaring. Filtrat hasil proses penyaringan selanjutnya dapat dievaporasi sehingga tinggal tanin berupa padatan. Hasil penelitian skala laboratorium telah diperoleh ekstrak dengan kadar tanin diatas 60% dan kemudian diaplikasikan pada penyamakan kulit, pewarnaan kain dan pewarnaan kayu. Tanin dengan kadar 60% akan menghasilkan kulit tersamak yang lebih baik dibanding dengan kadar tanin yang lebih rendah. Untuk pewarnaan kain seperti pada pembuatan batik ditambahkan zat mordan tawas, kapur atau tunjung. Pemberian mordan(mordanting) dapat dilakukan sebelum, secara bersamaan, atau sesudah pewarnaan dengan larutan gambir sehingga dapat menghasilkan warna yang sangat variatif. Pada aplikasi gambir sebagai pewarna kain skala laboratorium telah di dapatkan 21 warna kain yang berbeda dan 3 warna yang sangat signifikan berbeda. Pelaksanaan pewarnaan kayu dengan ekstrak gambir hampir sama dengan pada pewarnaan kain.
Extraction process and application dryed gambier extract with hightannin
contain more than 60% for skin tanning and textile- and wood colouring
Anwar Kasim*
Fateta Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang 25163 *Penulis korespondensi.Anwar Kasim , 081363464260 dan 0751-72772
e-mail: anwar_ks@yahoo.com
ABSTRACT
Dryed gambier from small scale industry in West Sumatera reextraxted with water and filtered. Filtrat evaporated to obtain extract with high tannin containt. The result of research laboratorium scale was extracts with tannin contain higher than 60% and then aplicated for skin tanning, textile colouring and wood colouring. . Extract with tannin contain higher than 60% produced better leather quality. Textil colouring used mordant Al2(SO4), CaO, and FeSO4. Mordantings was conducted pra-mordanting, simultans mordanting and pasca mordanting. Textile colours were there 21 series and 3 very significant. Wood colouring conducted same as textile colouring.
PENDAHULUAN
Publikasi tentang gambir telah ada sejak lama, dimana antara lain Gnamm(1949) yang
menjelaskan tentang komposisi kimia gambir. Komposisi kimia gambir murni atau tanpa kotoran
dari jenis blok dan butiran gambir yang berbeda adalah terutama pada kandungan bahan tak larut
air. Secara rata-rata komposisi blok gambir adalah zat samak 34,79%, bukan zat samak dan katekin
23,51%, air 35,87% dan bahan tak larut 5,83% sedangkan butiran gambir terdiri dari zat samak
36,84%, bukan zat samak dan katekin 21,63%, air 35,87% dan bahan tak larut 5,66%.
Hasil penelitian Kasim et al. (2015) menemukan hubungan antara komponan kimia bahan
penyamak yang digunakan dengan hasil kulit tersamak. Semakin tinggi kandungan tanin bahan
penyamak maka tannin terikat dan derajat penyamakan akan semakin meningkat pula dengan
koefisien korelasi 0,98. Disamping itu didapatkan juga hubungan antara peningkatan kadar tanin
bahan penyamak dengan penurunan kekuatan tarik kulit tersamak namun dengan koefisien korelasi
yang lebih rendah yaitu 0,80.
Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi gambir hasil produksi petani pengolah gambir dengan
air dan kemudian ekstrak air yang diperoleh dievaporasi dengan tujuan untuk mendapatkan ekstrak
dengan kadar tannin yang tinggi. Ekstrak kemudian dianalisis kadar taninnya. Ekstrak air dari
gambir kering, selanjutnya disebut ekstrak gambir, yang diperoleh diharapkan berkadar tanin tinggi
minimal 60% karena sifat tanin yang larut baik dalam air. Tujuan penelitian selanjutnya adalah
untuk melihat kemampuan ekstrak gambir pada penyamakan kulit, pewarnaan kain dan pewarnaan
kayu. Karakteristik kulit yang disamak dengan ekstrak gambir diprediksi dengan menggunakan
rumus regresi yang telah didapat dari penelitian sebelumnya (Kasim et al. 2015). Pada pewarnaan
kain dan pewarnaan kayu dilakukan dengan menambahkan senyawa kimia sebagai mordan dan
untuk melihat warna yang dapat muncul dengan menggunakan ekstrak gambir.
BAHAN DAN METODE
Bahan penelitian dan metode yang digunakan pada penelitian ini dapat dijelaskan pada
bagian berikut. Penelitian dilakukan di laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Andalas Padang tahun 2017. Penelitian bersifat eksploratif dan khusus untuk karakteristik kulit
tersamak dilakukan dengan memanfaatkan persamaan regresi yang telah didapat pada penelitian
Bahan Penelitian
Gambir diperoleh dari petani pengolah skala kecil di Kenegarian Halaban, Kabupaten 50
Kota, Sumatera Barat. Tepung kulit untuk penentuan kadar tannin dibeli dari Forschungsinstitut
fuer Leder und Kunstoffbahnen, Freiberg, Jerman. Al2(SO4)3, CaO, dan FeSO4 kualitas teknis
diperoleh dari Toko Kimia Bratachem, Padang. Kain untuk diwarnai dari jenis kain blacu dan kayu
yang diwarnai berupa potongan kayu medang.
Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan diantaranya termometer, stopwatch, timbangan, oven, desikator,
shaker, corong porselen, pompa hisap, gelas takar, Spektrophotometer UV-Visible,
Spektrophotometer Premiere Colorscan‖ SS 6200, Hunter Lab Color Flex EZ, Munsell colour
chart dan peralatan gelas lainnya.
Metode Penelitian
Proses ekstraksi dilakukan dengan alat bantu spinner dilengkapi dengan saringan. Gaya
sentrifugal pada spinner membantu proses ekstraksi berjalan lebih cepat. Filtrat yang diperoleh
dievaporasi untuk menguapkan air sehingga diperoleh residu sebagai hasil ekstraksi menggunakan
air. Penentuan kadar tanin ekstrak gambir dilakukan secara gravimetri memanfaatkan tepung kulit
dimana tanin dalam bentuk larutan homogen dalam air akan diikat sempurna oleh tepung kulit.
Karakteristik kulit tersamak dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi yang telah
diperoleh pada penelitian sebelumnya Kasim et al. (2015). Dari beberapa sifat kulit tersamak
diambil 2 sifat kulit yang diamati dimana yang koefisien korelasinya 0,98 yaitu tanin terikat dan
derajat penyamakan. Kedua sifat tersebut sangat erat kaitannya dengan kadar tanin yang digunakan
untuk penyamakan. Semakin tinggi kadartanin yang digunakan untuk penyamakan kulit maka
semakin meningkat nilai tanin terikat dan derajat penyamakan,
Pewarnaan kain dan kayu berpedoman kepada metode (Kumaresan et al., 2013).
Pertama dipersiapkan larutan mordan dalam air dengan konsentrasi masing-masingnya 2,5% dan
kemudian ditambahkan gambir ekstrak ke larutan tersebut dengan jumlah 5% dari volume larutan.
Kain dan kayu yang telah dipersiapkan masing-masingnya dimasukkan kedalam larutan tersebut
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ekstraksi terhadap gambir hasil olahan petani diperoleh seperti padaTabel 1.
Tabel 1. Rendemen dan kadar tanin ekstrak gambir
Parameter Jumlah
Rendemen 22,46 %
Kadar tanin 62,20 %
Dari Tabel 1 terlihat bahwa rendemen pengolahan kurang dari seperempat bahagian yang
merupakan bahan larut air pada gambir yang digunakan.Dari bahan larut air itu tidak seluruhnya
juga merupakan tanin. Jika dikaitkan dengan rendemen maka sesungguhnya hanya ada 13,97%
tanin yang diperoleh dari hasil ekstraksi.
Seperti dijelaskan pada metode penelitian bahwa karakteristik sifat kulit tersamak hanya merupakan
prediksi dengan menggunakan persamaan regresi yang telah diperoleh dari penelitian sebelumny
Kasim et al, (2015). Prediksi untuk masing-masing sifat itu jika penggunaan tanin dengan kadar
dengan kadar 62,20% adalah 67,91%. Persentase tersebut sudah sangat tinggi.
2. Derajat penyamakan
y = 0,528 x + 13,35
y = 0,528.62,20% + 13,35
y = 46,19%
Artinya : Derajat penyamakan kulit tersamak jika menggunakan tanin dengan kadar 62,20% adalah
46,19%. Persentase yang demikian sudah jauh melampaui persyaratan minimal pada SNI
06-0463-1989 dimana mempersyaratkan minimal 25%.
Pewarnaan kain dan kayu dilaksanakan dengan metode yang sama kemudian diamati warnanya dan
Tabel 2. Intensitas warna kain dan kayu yang diwarnai tanin berkadar 62,20% dengan cara
mordanting.
Zat Mordan Warna Kain Warna Kayu
Al2 (SO4)3 Kuning tua Kuning muda
CaO Coklat lembut Coklat kehitaman
FeSO4 Hitam kecoklatan Hitam kebiruan
Warna yang ditampilkan di atas adalah warna yang perbedaannya signifikant atau kontras
sekali. Jika pada proses pewarnaan diberikan variasi lebih banyak maka akan dihasilkan banyak
sekali variasi warna. Variasi pada proses pewarnaan misalnya pramordanting, pasca mordanting,
gabungan pra dan pasca mordanting. Pada penelitian ini telah diinvetarisir 21 warna yang
diperoleh.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa proses ekstraksi dengan air
yang dilakukan terhadap gambir hasil industri kecil petani gambir dapat diperoleh eksrak dengan
kadar tanin 62,20%. Jika tanin dengan kadar sedemikian disamakkan ke kulit maka akan diperoleh
kulit tersamak dengan derajat penyamakan yang berada diatas persyaratan minimum ketentuan SNI.
Tanin dengan kadar 62,20% tersebut dapat digunakan untuk pewarnaan kain dan pewarnaan kayu
dengan varian warna yang banyak sekali.
UCAPAN TERIMA KASIH
Sebagian biaya penelitian ini berasal dari Dirjen Dikti Kemdiknas melalui Skim dana
penelitian MP3EI. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
BSN (Badan Standarisasi Nasional). (2000) Standar Nasional Indonesia SNI 04-0483- 1989. Kulit
Lapis Domba/Kambing Samak Kombinasi. Jakarta, Indonesia: BSN
Gnamm, H. (1949) Die Gerbstoffe und Gerbmittel. Wissenschaftliche Verlagsgesellschaft M.B.H.
Kasim,A., & Asben, A., & Mutiar, S. (2015) Kajian kualitas gambir dan hubungannya dengan karakteristik kulit tersamak. Majalah Kulit, Karet dan Plastik, 31(1) 55-64
Kumaresan, M., P.N. Palanisamy, dan P.E.Kumar. 2013. Comparison of fastness properties and