• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH Ketimpangan Perlindungan Hak Asa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH Ketimpangan Perlindungan Hak Asa"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Ketimpangan Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Proses

Peradilan di Indonesia

Disusun Oleh :

Adiguna Bagas Waskito Aji

/ 8111416092

Muhamad Mierzha Um’bara W / 8111416346

FAKULTAS HUKUM

(2)

Kata Pengantar

Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai pada waktu yang telah ditentukan. guna memenuhi tugas Hukum dan HAM di semester III ini. Dengan Judul “Ketimpangan Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Proses Peradilan di Indonesia”

Rasa terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang turut berperan untuk terselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, sehingga masih jauh dari kesempurnaan, dengan sikap terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan literature pengetahuan kita tentang keadilan sosial dalam penegakan hukum lingkungan di Indonesia.

(3)

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR TABEL/ GAMBAR...4

BAB I...6

PENDAHULUAN...6

BAB II...8

PEMBAHASAN...8

BAB III...18

KESIMPULAN...18

(4)

Daftar Tabel/Gambar

Gambar 1.1. Kasus Marsinah ………….……….…… 17

Gambar 1.2. Kasus Marsinah ……….……….……… 17

(5)

DAFTAR PUTUSAN/KASUS

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum (rechstaat) bukan atas kekuasaan belaka (machstaat).1Prinsip-prinsip yang lain yang berkaitan

dengan prinsip pokok diatas dan salah satu yang penting adalah bahwa dalam negara hukum, semua orang sama dihadapan hukum tanpa perbedaan yang didasarkan pada ras, agama, kedudukan sosial dan kekayaan.2Dengan

demikian, untuk mengatur hubungan antar warga negaranya agar tidak terjadi bentrok antar kepentingan, maka diperlukan suatu aturan atau hukum yang berlaku di Indonesia untuk menjamin adanya kepastian hukum bagi setiap warga negara Indonesia.Negara Indonesia sebagai pilar negara hukum, ternyata tidak serta-merta memberikan perlindungan dan jaminan akan kepastian hukum bagi setiap warga negaranya.Menurut pendapat Prof. Satjipto Rahardjo, bahwa bangsa Indonesia sejak lama dan sampai kinipun selalu mengaku sebagai negara hukum dan supremasi hukum, tetapi penegakan hukum yang berlangsung selama ini sungguh-sungguh mengecewakan3.Penegakan Hak Asasi Manusia merupakan salah satu isu

penting dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Namun masih banyak pelanggaran HAM di Indonesia yang belum terselesaikan dengan baik, banyak

1Muchammad Ikhsan, 2009, Hukum Perlindungan Saksi Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Surakarta: Buku PanduanKuliah Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal.1

2Mochtar Kusumaatmadja & Arif Sidharta, 2000, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung:Alumni, hal. 135

3Satjipto Rahardjo, 2002, Indonesia Inginkan Penegakan Hukum Progresif, di kutip oleh

(7)

pihak yang masih ragu-ragu akan penegakan hak asasi manusia di Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi penegakan HAM di Indonesia, dan faktor penyebab kurang ditegakannya HAM di Indonesia. Masih banyak ketimpangan-ketimpangan yang dijumpai dalam kaitanya dengan masalah perlindungan dan jaminan kepastian hukum, dimana masih banyak hak-hak masyarakat yang terpasung dan salah satunya Hak Asasi Manusia dalam proses peradilan pidana. Indonesia sebagai negara berkembang terus berupaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur baik spiritual maupun materiil berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka bangsa Indonesia perlu melaksanakan pembangunan disegala bidang khususnya bidang hukum yang meliputi penertiban badan penegak hukum sesuai dengan fungsi dan wewenangnya dan meningkatkan kinerja serta kewibawaan aparat penegak hukum demi terciptanya ketertiban dan kepastian hukum.Permasalahan Hak Asasi Manusia merupakan permasalahan dan bahan perbincangan yang sangat menonjol dalam dekade saat ini. Oleh karena itu, permasalahan Hak Asasi Manusia memerlukan perhatian yang sangat sungguh-sungguh, karena berpengaruh sangat besar baik dalam kehidupan nasional maupun internasional. Semakin meningkatnya perkembangan zaman di eraglobal yang menunjukan kemajuan teknologi dan transportasi, membuat setiap negara dituntut untuk mengkaji masalah tersebut secara intensif. Adanya jaminan tersebut proses peradilan pidana dapat berjalan sesuai dengan fungsi dan tujuanya yaitu untuk mencari kebenaran materiil. Dengan tercapainya kebenaran materiil, maka akan tercapai pula tujuan akhir hukum acara pidana yaitu, untuk mencapai suatu ketertiban, ketentraman, keadilan dan kesejahteraan dalam masyarakat.

1. Apa pengertian dan ruang lingkup Hak Asasi Manusia ?

(8)

3. Apa landasan yang mengatur tentang penegakan HAM di Indonesia?

4. Bagaimana upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM?

C. Metode Penulisan

Dalam usaha mencari data-data sebagai bahan penelitian dan penulisan makalah ini, saya mengunakan Metode Referensi,yaitu dengan mengunakan buku-buku tentang hukum dan HAM seperti Bahan Hukum Primer mengenai pokok yang mengikat sesuai dengan bahasan yang diangkat mulai dari UUD 1945 yang tinggi hingga undang-undang yang rendah dan bahan Hukum Sekunder memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku, karya dari kalangan hukum.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Hank Asasi Manusia

Diskursus mengenai hak asasi manusia ditandai dengan perdebatan yang sangat intensif dalam tiga periode sejarah ketatanegaraan, yaitu mulai dari tahun 1945, sebagai periode awal perdebatan hak asasi manusia, diikuti dengan periode Konstituante (tahun 1957-1959) dan periode awal bangkitnya Orde Baru (tahun 1966-1968)4.

Nilai-nilai HAM merupakan nilai-nilai yang tidak secara spesifik terdapat dalam lingkup kebudayaan atau agama-agama tertentu, tetapi merupakan nilai-nilai yang ada di seluruhkebudayaan dan agama di dunia. Hampir seluruh nilai-nilai yang ada di dunia mengagungkan penghormatan pada kehidupan dan martabat manusia5. Meski demikian, perjuangan untuk mengakui dan

menerima HAM merupakan perjuangan panjang, yang seringkali menjadibagian

4T. Mulya Lubis, In Search of Human Rights: Legal-Political Dilemmas of Indonesia’s New Order,

1966-1990,Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 1993, khususnya bab 2.

5 Manfred Nowak, “Pengantar Pada Rezim HAM Internasional”, Pustaka Hak Asasi Manusia Raoul Wallenberg

(9)

dari sejarah sosial politik bangsa-bangsa di dunia dan terus mengalami perkembangan6.

Hak asasi manusia (HAM) secara tegas di atur dalam Undang Undang No. 39 tahun 1999 pasal 2 tentang asas-asas dasar yang menyatakan “Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.”

Pada tahun 1999, terbentuk UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang juga menjamin berbagai hak-hak asasi warga negara. Setelah reformasi, berbagai UU terbentukdan semakin memperkuat jaminan perlindungan HAM di Indonesia, termasuk melakukanratifikasi/aksesi sejumlah instrumen HAM internasional, diantaranya “the International Covenant on Civil and Political Rights” (ICCPR) dan “the International Covenant onEconomic, Social and Cultural Rights” (ICESCR).

Berhubung hak asasi manusia merupakan hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, maka perlu dipahami bahwa hak asasi manusia tersebut tidaklah bersumber dari Negara dan hukum,tetapi semata-mata bersumber dari Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, sehingga hak asasi manusia itu tidak bisa dikurangi (non derogable rights)7. Hak asasi tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan

atau oleh sebab-sebab lainnya, karena jika hal itu terjadi maka manusia kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi inti nilai kemanusiaan.Hak asasi mencangkup hak hidup,hak kemerdekaan/kebebasan dan hak memiliki sesuatu. Ditinjau dari berbagai bidang, HAM meliputi :

a. Hak asasi pribadi (Personal Rights)

Contoh : hak kemerdekaan, hak menyatakan pendapat, hak memeluk agama.

6Soetandyo Wignjosoebroto, “Hak Asasi Manusia, Konsep Dasar dan Perkembangan pengertiannya dari Masa

ke Masa”, Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XVI tahun 2007, Lembaga Studi dan Advokasi

Masyarakat (ELSAM).

(10)

b. Hak asasi politik (Political Rights) yaitu hak untuk diakui sebagai warga negara

Misalnya : memilih dan dipilih, hak berserikat dan hak berkumpul. c. Hak asasi ekonomi (Property Rights)

Misalnya : hak memiliki sesuatu, hak mengarahkan perjanjian, hak bekerja dan

mendapatkan hidup yang layak.

d. Hak asasi sosial dan kebuadayaan (Sosial & Cultural Rights).

Misalnya : mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan santunan, hak pensiun,

hak mengembangkan kebudayaan dan hak berkspresi.

e. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan Pemerintah

(Rights Of Legal Equality)

UUD 1945 menjamin perlindungan HAM, misalnya pengakuan dan jaminan hak ataspersamaan hukum, jaminan hak untuk bebas dari tindakan diskriminasi dalam berbagai bentuknya, hak untuk bebas dari penyiksaan, dan lain sebagainya. UU No. 39 tahun 1999, selain mengatur tentang berbagai hak yang dijamin, juga menjelaskan tentang tanggung jawab pemerintah dalam penghormatan, perlindungan dan pemenuhan HAM, serta mengatur tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Hak Asasi Manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal karena diyakini bahwa beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memiliki perbedaan atas bangsa, ras, atau jenis kelamin.

Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang ciri pokok hakikat HAM, yaitu sebagai berikut :

a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM merupakan bagian dari manusia secara otomatis

b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik , atau asal usul social dan bangsanya

c. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk melanggar dan membatasi orang lain

Tujuan Hak Asasi Manusia,yaitu sebagai berikut:

a. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari kekerasan dan kesewenang wenangan.

b. HAM mengenmbangkan saling menghargai antar manusia

c. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab untuk

(11)

2. HAM Di Indonesia

Setelah 15 tahun dari Reformasi 1998, jaminan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia dalam tataran normatif semakin maju. Amandemen Kedua UUD 1945, telah memperkuat perlindungan HAM di Indonesia yang memastikan bahwa sejumlah hak-hak asasi yang diatur merupakan hak konstitusional.8

Sebelumnya, Indonesia telah menyusun kebijakan HAM yang dituangkan dalam Ketetapan MPR No. XVII tahun 1998 tentang Hak asasi Manusia.9

Perkembangan HAM di Indonesia dilandasi pada pemikiran tentang hak-hak manusia yang bersifat kodrati, inheren dan tidak dapat dicabut. Pemikiran ini, yang juga dilandasi dengan dukungan berbagai ajaran dan teori tersebut, telah mendorong revolusi Perancis dan revolusi Amerika, yang tercermin kemudian dalam dokumen-dokumen HAM saat itu. Sejalan dengan itu, muncul prinsip-prinsip demokrasi sebagai bentuk kebebasan politik yang memastikan adanya kebebasan warga negara untuk berpartisipasi aktif, atau mengambil bagian dalam proses pembuatan keputusan politik.

Begitu reformasi total digulirkan pada tahun 1998, Indonesia tengah mengalami masa transisi dari rezim yang otoriter menuju rezim demokratis. Sebagaimana dengan pengalaman negara-negara lain yang mengalami masa transisi, Indonesia juga menghadapi persoalan yang berhubungan dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), yang terjadi di masa lampau yang tidak pernah diselesaikan secara adil dan manusiawi. Selama pemerintahan Orde Lama sampai dengan Orde Baru, kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terjadi di mana yang termasuk dalam kategori berat dan berlangsung secara sistematis. Tidak sedikit kalangan masyarakat telah menjadi korban dan menderita dalam ketidakadilan, tanpa harapan akan adanya penyelesaian secara adil.

Penegakan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM) di Indonesia mencapai kemajuan ketika pada tanggal 6 November 2000 disahkannya Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dan kemudian diundangkan tanggal 23 November 2000. Undang-undang ini merupakan undang-undang

8 Makalah Pelatihan HAM bagi Panitia RANHAM Prov. Sumatera Barat, Padang, 13 Juni 2013.

(12)

yang secara tegas menyatakan sebagai undang-undang yang mendasari adanya pengadilan HAM di Indonesia yang akan berwenang untuk mengadili para pelaku pelanggaran HAM berat. Undang-undang ini juga mengatur tentang adanya pengadilan HAM yang akan berwenang untuk mengadili pelanggaran HAM berat yang terjadi di masa lalu.

Pendekatan pembangunan yang mengutamakan "Security Approach" selama lebih kurang 32 tahun orde baru berkuasa "Security Approach" sebagai kunci menjaga stabilitas dalam rangka menjaga kelangsungan pembangunan demi pertumbuhan ekonomi nasional. Pola pendekatan semacam ini, sangat berpeluang menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia oleh pemerintah, karena stabilitas ditegakan dengan cara-cara represif oleh pemegang kekuasaan.

Sentralisasi kekuasaan yang dilakukan oleh orde baru selama lebih kurang 32 tahun, dengan pemusatan kekuasaan pada Pemerintah Pusat nota bene pada figure seorang Presiden, telah mengakibatkan hilangnya kedaulatan rakyat atas negara sebagai akibat dari penguasaan para pemimpin negara terhadap rakyat.

Pembalikan teori kedaulatan rakyat ini mengakibatkan timbulnya peluang pelanggaran hak asasi manusia oleh negara dan pemimpin negara dalam bentuk pengekangan yang berakibat mematikan kreativitas warga dan pengekangan hak politik warga selaku pemilik kedaulatan, hal ini dilakukan oleh pemegang kekuasaan dalam rangka melestarikan kekuasaannya.

Konflik Horizontal dan Konflik Vertikal telah melahirkan berbagai tindakan k ekerasan yang melanggar hak asasi manusia baik oleh sesama kelompok masyarakat, perorangan, maupun oleh aparat. Pelanggaran terhadap hak asasi kaum perempuan masih sering terjadi, walaupun Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mendeklarasikan hak asasi manusia yang pada intinya menegaskan bahwa setiap orang dilahirkan dengan mempunyai hak akan kebebasan dan martabat yang setara tanpa membedakan ras, warna kulit, keyakinan agama dan politik, bahasa, dan jenis kelamin. Namun faktanya adalah bahwa instrumen tentang hak asasi manusia belum mampu melindungi perempuan.

(13)

proses penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam kurun waktu lima tahun kedepan, penegakan hukum dan hak asasi manusia menjadi tumpuan penegakan hukum dan hak asasi manusia dalam rangka merebut kembali kepercayaan masyarakat terhadap hukum, dengan mwngutamakan tiga agenda penegakan hukum dan hak asasi manusia yaitu: pemberantasan korupsi, anti-terorisme, dan pembasmian penyalahgunaan narkoba. Untuk itu penegakan hukum dan hak asasi manusia harus dilakukan secara tegas, tidak diskriminatif, serta konsisten.

Kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan meliputi:

a) Partisipasi aktif daerah dalam penguatan upaya-upaya pemberantasan

korupsimelalui pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi 2004-2009,Penguatan pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia 2004-2009,Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak;Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untukAnak, dan Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) 2015.

b) Dukungan aktif daerah dalam Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak

Asasi Manusia (RANHAM) 2004-2009 sebagai gerakan nasional.

Dalam perkembangan dan penyempurnaan nilai-nilai HAM, setidaknya terdapat 3(tiga) generasi yang mencakup perkembangan hak-hak sipil dan politik, hak-hak ekonomi sosial dan budaya dan hak-hak solidaritas/kolektif. Perkembangan tersebut sejalan dengan perkembangan paham liberalisme, sosialisme dan pemikiran tentang demokrasi Pada akhir perang dingin dan pengaruh globalisasi kemudian mendorong pengembangan ide universalime HAM, yang sebelumnya secara de facto HAM hanya bermakna bagi sekelompok kecil saja. Kemudian, sejarah kolonialisme dan imperialimemenjadikan adanya gerakan untuk mendorong adanya hak-hak kolektif masyarakat, yangsalah satunya adalah perjuangan hak untuk menentukan nasib sendiri.

Berdasarkan pada instrumen internasional HAM, saat ini ada lebih dari 50 kategori hak yang dilindungi10, yang mencakup; hak-hak sipil dan politik, yang

menjamin hak-hak individual dihadapan hukum dan jaminan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan sipil, politik dan ekonomi. Hak-hak sipil

10Indicators for Human Rights Based Approaches to Development in UNDP Programming: A Users’

(14)

termasuk hak untuk hidup, kebebasan, keamanan individu, hak persamaan di muka hukum, hak perlindungan dari penangkapan sewenang-wenang, hak untuk diadili secara adil, hak untuk kebebasan beragama atau berkeyakinan, hak untukterlibat dalam masalah-masalah publik, hak untuk berpendapat dan berekspresi, hak untukberkumpul dan berasosiasi, dan juga hak untuk memilih dan partisipasi politik.

3. Landasan Penegakan HAM Di Indonesia

Dalam peraturan perundang undangan RI paling tidak terdapat empat bentuk hukum tertulis yang memuat aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (Undang-undang Dasar Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR (TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.

Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat, karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang antara lain melalui amandemen dan referendum. Sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi hanya memuat aturan yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI yang masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM melalui TAP MPR, kelemahannya tidak dapat memberikan sangsi hokum bagi pelanggarnya. Sedangkan pengaturan HAM dalam bentuk Undang-Undang dan peraturan pelaksanaannya kelemahannya pada kemungkinan seringnya mengalami perubahan.

Dalam Penegakan Hukum ham juga ada landasan-landasan atau dasar yang mengaturnya, yaitu sebagai berikut:

a. Pancasila

(15)

melaksanakan hak asasi agar mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara. Sila keempat pancasila menjamin hak warga Negara untuk berkumpul,

berpendapat, serta ikut serta dalam pemerintahan. Sedangkan sila kelima, Pancasila memberi jaminan adanya perimbangan hak milik dengan fungsi sosial, ini berarti tiap-tiap orang berhak hidup layak dan memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan.

b. Pembukaan UUD 1945

Dalam pembukaan UUD 1945 jaminan HAM termuat secara jelas dalam alinea ke-1 dan ke-4. Alinea pertama terungkap bahwa setiap bangsa memiliki hak merdeka dan penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan keadilan. Sedangkan dalam alinea ke-4 terungkap bahwa Negara hendak melindungi segenap rakyat Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta memelihara perdamaiaan dunia.

c. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (BAB XA, Pasal 28 A s/d J, Perubahan ke-2 Undang-Undang Dasar republik Indonesia 1945);

d. TAP MPR Republik Indonesia Nomor : II/MPR/1993 tentang GBHN;

e. TAP MPR Republik Indonesia Nomor : XVII/MPR1998 tentang Hak Asasi Manusia;

f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia;

g. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia (RANHAM) yang telah diperbaharui dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 tahun 2003 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-hak Asasi Manusia (RANHAM);

h. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 181 tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan;

i. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 126 tahun 1998 tentang menghentikan penggunaan istilah Pribumi dan Non Pribumi dalam semua perumusan dan penyelenggaraan, perencanaan program ataupun pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan;

(16)

k. Deklarasi dan Program Aksi Wina tahun 1993

Menurut UU no 26 Tahun 2000 pasal 1 tentang pengadilan HAM , Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan

sertaperlindungan harkat dan martabat manusia.

2. Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran hak asasi

Manusia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini.

3. Pengadilan Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut Pengadilan HAM

adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat 4. Setiap orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, baik sipil,

militer,maupun polisi yang bertanggung jawab secara individual.

5. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan

Menemukan ada tidaknya suatu peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang berat guna ditindaklanjuti dengan penyidikan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini.

4. Penyelesaian Kasus Pelanggaran HAM

(17)

tidak mungkin menyamakan perlakukan dalammenyelesaikan masalahnya, artinya KUHP tidak dapat untuk menjerat secara efektif para pelaku pelanggaran HAM yang berat. Disamping itu sesuai dengan prinsip International Criminal Court, khususnya prinsip universal yang tidak mungkin memperlakukan pelanggaran HAM berat sebagai ordinary crimes dan adanya kualifikasi universal tentang crimes against humanity masyarakat mengharuskan didaya gunakannya pengadilan HAM yang bersifat khusus, yang mengandung pula acara pidana yang bersifat khusus11.

Pengertian tentang perlunya peradilan yang secara khusus dengan aturan yang bersifat khusus pula inilah yang menjadi landasan pemikiran untuk adanya pengadilan khusus yang dikenal dengan pengadilan HAM. Alasan yuridis lainnya yang bisa menjadi landasan berdirinya pengadilan nasional adalah bahwa pengadilan nasional merupakan “the primary forum” untuk mengadili para pelanggar HAM berat.12

Pendekatan Security yang terjadi di era orde baru dengan mengedepankan upaya represif menghasilkan stabilitas keamanan semu dan berpeluang besar menimbulkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia tidak boleh terulang kembali, untuk itu supremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan, pendekatan hukum dan dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sentralisasi kekuasaan yang terjadi selama ini terbukti tidak memuaskan masyarakat, bahkan berdampak terhadap timbulnya berbagai pelanggaran hak asasi manusia, untuk itu desentralisasi melalui otonomi daerah dengan penyerahan berbagai kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah perlu dilanjutkan, otonomi daerah sebagai jawaban untuk mengatasi ketidakadilan tidak boleh berhenti, melainkan harus ditindaklanjutkan dan dilakukan pembenahan atas segala kekurangan yang terjadi.

Reformasi aparat pemerintah dengan merubah paradigma penguasa menjadi pelayan masyarakat dengan cara mengadakan reformasi di bidang struktural, infromental, dan kultular mutlak dilakukan dalam rangka

11 .Muladi, Pengadilan Pidana bagi Pelanggar HAM Berat di Era Demokrasi, 2000, Jurnal Demokrasi dan HAM, Jakarta, hlm. 54.

(18)

meningkatkan kualitapelayanan public untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia oleh pemerintah.

Perlu penyelesaian terhadap berbagai Konflik Horizontal dan Konflik Vertikal di tanah air yang telah melahirkan berbagai tindakan kekerasan yang melanggar hak asasi manusia baik oleh sesama kelompok masyarakat dengan acara menyelesaikan akar permasalahan secara terencana dan adil.

Kaum perempuan berhak untuk menikmati dan mendapatkan perlindungan yang sama bagi semu Hak Asasi Manusia dibidang politik, ekonomi, social,

budaya, dan bidang

lainnya,termasuk hak untuk hidup, persamaan, kebebasan dan keamanan pribadi, perlindungan yang sama menurut hukum, bebas dari diskriminasi, kondisi kerja yang adil. Untuk itu badan-badan penegak hokum tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap perempuan, lebih konsekuen dalam mematuhi Konvensi Perempuan sebagaimana telah diratifikasi dalam Undang undang No.7 Tahun 1984, mengartikan fungsi Komnas anti Kekerasan Terhadap Perempuan harus dibuat perundang-undangan yang memadai yang menjamin perlindungan hak asasi perempuan dengan mencantumkan sanksi yang memadai terhadap semua jenis pelanggarannya.

1.1 Kasus Marsinah (1993)

Kasus tersebut berawal dari unjuk rasa buruh yang dipicu surat edaran gubernur setempat mengenai penaikan UMR. Namun PT. CPS, perusahaan tempat Marsinah bekerja memilih bergeming. Kondisi ini memicu geram para buruh..

Senin 3 Mei 1993, sebagian besar karyawan PT. CPS berunjuk rasa dengan mogok kerja hingga esok hari. Ternyata menjelang selasa siang, manajemen perusahaan dan pekerja berdialog dan menyepakati perjanjian. Intinya mengenai pengabulan permintaan karyawan dengan membayar upah sesuai UMR. Sampai di sini sepertinya permasalahan antara perusahaan dan pekerja telah beres.

(19)

dari CPS. Marsinah marah dan tidak terima, ia berjanji akan menyelesaikan persoalan tersebut ke pengadilan. Beberapa hari kemudian, Marsinah dikabarkan tewas secara tidak wajar. Mayat Marsinah ditemukan di gubuk petani dekat hutan Wilangan, Nganjuk tanggal 9 Mei 1993. Posisi mayat ditemukan tergeletak dalam posisi melintang dengan kondisi sekujur tubuh penuh luka memar bekas pukulan benda keras, kedua pergelangannya lecet-lecet, tulang panggul hancur karena pukulan benda keras berkali-kali, pada sela-sela paha terdapat bercak-bercak darah, diduga karena penganiayaan dengan benda tumpul dan pada bagian yang sama menempel kain putih yang berlumuran darah.

Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang yang diduga terlibat pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang dari 10 orang yang diduga terlibat pembunuhan tersebut adalah Anggota TNI. Hasil penyidikan polisi ketika menyebutkan, Suprapto (pekerja di bagian ontrol CPS) menjemput Marsinah dengan motornya di dekat rumah kos Marsinah. Dia dibawa ke pabrik, lalu dibawa lagi dengan Suzuki Carry putih ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita, Surabaya. Setelah tiga hari Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS) mengeksekusinya.

Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah stafnya yang lain itu dihukum berkisar empat hingga 12 tahun, namun mereka naik banding ke Pengadilan Tinggi dan Yudi Susanto dinyatakan bebas. Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan (bebas murni). Putusan Mahkamah Agung RI tersebut, setidaknya telah menimbulkan ketidakpuasan sejumlah pihak sehingga muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah “direkayasa”.

Kasus kematian Marsinah menjadi misteri selama bertahun-tahun hingga akhirnya kasusnya kadaluarsa tepat tahun ini, tahun 2014. Mereka yang tertuduh dan dijadikan kambing hitam dalam kasus ini pun akhirnya dibebaskan oleh Mahkamah Agung. Di zaman Orde Baru, atas nama stabilitas keamanan dan politik, Negara telah berubah wujud menjadi sosok yang menyeramkan, siap menculik, mengintimidasi dan bahkan menghilangkan secara paksa siapa saja yang berani berteriak atas nama kebebasan menyuarakan aspirasi.

(20)

BAB III

KESIMPULAN

(21)

hak asasi manusia sudah sedemikian kuat, baik di dalam negeri maupun melalui tekanan dunia internasional, namun masih banyak tantangan yang dihadapi untuk itu perlu adanya dukungan dari semua pihak. Agar penegakan hak asasi manusia bergerak ke arah positif.

Diperlukan niat dan kemauan yang serius dari pemerintah, aparat penegak hukum, dan elit politik agar penegakan hak asasi manusia berjalan sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Sudah menjadi kewajiban bersama segenap komponen bangsa untuk mencegah agar pelanggaran hak asasi manusia dimasa lalu tidak terulang kembali di masa sekarang dan masa yang akan datang.

Penegakan HAM selalu mempunyai hubungan yang positif dengan tegaknya hukum di negara hukum seperti Indonesia, sehingga dengan dibentuknya KOMNAS HAM dan pengadiklan HAM akan sangat berperan penting dalam penegakan hukum di Indonesia. Atas dasar undang-undang yang mengatur HAM yaitu UU No. 39 Tahun 1999, UU No. 26 Tahun 2000 dan HAM Ad Hoc akan membantu bangsa Indonesia untuk menegakan hukum dalam HAM. Dengan itu berarti bangsa indonesia berhak menikmati kebenaran, kesejahteraan, dan keadilan hukum di Indonesia. Dengan adanya hukum yang benar maka dengan sendirinya kehidupan bernegapun akan berjalan dengan baik.

(22)

Ikhsan, Muchammad, 2009, Hukum Perlindungan Saksi Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Surakarta: Buku Panduan Kuliah Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kusumaatmadja, Mochtar& Sidharta,Arif, 2000, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung:Alumni.

Surbakti, Natangsa,2004, Dari Penegakan Hukum Konvensional ke Penegakan Hukum Progresif, Surakarta : Jurnal Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Lubis, T. Mulya, In Search of Human Rights: Legal-Political Dilemmas of Indonesia’s New Order, 1966-1990,Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 1993.

Manfred, “Pengantar Pada Rezim HAM Internasional”, Pustaka Hak Asasi Manusia Raoul WallenbergInstitute, 2003.

Wignjosoebroto,Soetandyo, “Hak Asasi Manusia, Konsep Dasar dan Perkembangan pengertiannya dari Masake Masa”, Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XVI tahun 2007, Lembaga Studi dan AdvokasiMasyarakat (ELSAM).

Abdullah, Rozali. Perkembangan HAM dan keberadaan Peradilan HAM di Indonesia. Ghalia Indonesia. Jakarta. 2001.

Makalah Pelatihan HAM bagi Panitia RANHAM Prov. Sumatera Barat, Padang, 13 Juni2013.

Deputi Direktur Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), Jakarta. Indicators for Human Rights Based Approaches to Development in UNDP Programming: A Users’Guide, March, 2006.

Muladi, Pengadilan Pidana bagi Pelanggar HAM Berat di Era Demokrasi, 2000,Jurnal Demokrasi dan HAM, Jakarta.

Muladi, Mekanisme Domestik untuk Mengadili Pelanggaran HAM Berat melalui SistemPengadilan atas Dasar UU No. 26 Tahun 2000, Makalah dalam Diskusi Panel 4 bulanPengadilan Tanjung Priok, Elsam, 20 Januari 2004.

Pranoto Iskandar, “Tindak Penyiksaan dan Hukum Internasional”. Volume 6. Nomor 2, Pandecta 2011.

Jawahir Thontowi, “HAM di Negara-Negara Muslim dan Realitas Perang Melawan Teroris di Indonesia”. Volume 8. Nomor 2, Pandecta 2013.

Bambang Heri Supriyanto, “Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi Manusia (HAM) Menurut Hukum Positif di Indonesia”.Vol . 2, No. 3, Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur yang dilakukan adalah perhitungan perkiraan permintaan tahun 2009, perhitungan lot pemesanan yang ekonomis dengan menggunakan metode EOQ untuk Joint Order, penentuan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Fluktuasi Kurs Rupiah, dan

Setelah suhu medium teradaptasi pada suhu 50°C, kemudian sebanyak satu ose isolat bakteri berumur 24 jam di inokulasikan ke dalam medium tersebut secara

Setelah ListView tersebut muncul user harus memilih perangkat Bluetooth yang akan dilakukan pairing, dalam hal ini koneksi Bluetooth yang dipilih adalah HC-05 sesuai yang

The main purpose of this four-year study (a dissertation project at the University of Twente) is to develop a rich learning environment in the form of a Web site and a

Dari tabel di atas, nilai F menunjukkan angka sebesar 9.282 dengan nilai signifikansi 0.000 (sig < 0.05) menunjukkan bahwa model ini dapat digunakan untuk

Caranya : pada 1 mL ekstrak, tambahkan sama banyak larutan Fehling A dan larutan Fehling B, kemudian panaskan. Terbentuknya endapan merah bata menunjukkan adanya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan hidden curriculum pada mata pelajaran pendidikan Al-Islam sudah baik memberikan pembiasaan yang positif kepada siswa pada