• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I BAB V docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I BAB V docx"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan sektor industri Indonesia meningkat dari tahun ketahun.

Majunya industri maka terbuka lapangan kerja bagi masyarakat di

sekitar daerah perindustrian. Banyaknya yang bekerja dalam bidang

industri, sehingga akan meningkatkan taraf ekonomi dan sosial

masyarakat. Meskipun perkembangan industri sangat pesat dapat

meningkatkan taraf hidup, tetapi berbagai dampak negatif juga bisa

terjadi pada masyarakat (Budiono, 2003).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu upaya

perlindungan yang ditunjukkan kepada semua potensi yang dapat

menimbulkan bahaya, agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di

tempat selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber

produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. Keselamatan dan

Kesehatan Kerja harus benar-benar diterapkan dalam suatu

perusahaan, pengawasan tidak hanya terhadap mesin saja tetapi

yang lebih penting terhadap manusianya. Hal ini dilakukan karena

manusia adalah faktor yang paling penting dalam suatu proses

produksi (Suma’mur, 1996).

Penyebab timbulnya kecelakaan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :

(2)

kecelakaan kerja, contohnya adalah tidak mengenakan APD, Merokok di tempat yang rawan terjadi kebakaran, tidak mematuhi peraturan dan larangan K3, dan lain-lain. Tindakan ini bisa berbahaya dan menyebabkan terjadinya kecelakaan. Sedangkan Unsafe Condition berkaitan erat dengan kondisi lingkungan kerja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Banyak ditemui bahwa terciptanya kondisi yang tidak aman ini karena kurang ergonomis. Unsafe Condition ini contohnya tangga yang rusak, lantai yang licin, udara yang pengap, pencahayaan kurang, terlalu bising, dan lain-lain. Teori Domino Heinrich dalam buku Soehatman (2009).

Kesadaran penggunaan alat pelindung diri perlu ditanamkan pada

setiap pekerja, karena perasaan tidak nyaman (risih, panas,

terganggu) merupakan salah satu alasan mengapa seorang pekerja

tidak menggunakan alat pelindung diri. Perlunya pembinaan yang

terus menerus akan meningkatkan kesadaran dan wawasan mereka.

Peningkatan pengetahuan dan wawasan akan menyadarkan tentang

pentingnya penggunaan alat pelindung diri, sehingga efektif dan benar

pemakaiannya (Budiono, 2003).

Melalui observasi langsung, sekitar 65% pekerja tidak

menggunakan alat pelindung diri dan 35% pekerja yang memakai alat

pelindung diri pada Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Powerindo)

pada pekerjaan penyambungan kabel gardu baru di PT PLN (Persero)

Area Bandung, sedangkan semua tempat kerja selalu terdapat

(3)

sekali terbebas dari sumber bahaya, maka perlu diadakan identifikasi

sumber bahaya potensial yang ada di tempat kerja.

Pemakaian APD harus dianggap sebagai garis pertahanan

terakhir dan digunakan sesuai dengan potensi bahaya yang ada di

perusahaan. APD yang wajib digunakan Tim Pelayanan Teknis (PT.

Haleyora Powerindo) pada pekerjaan penyambungan kabel gardu

baru di PT PLN (Persero) Area Bandung terdiri dari radio komunikasi

HT, sabuk pengaman, helmet kerja, sarung tangan kulit, sepatu boots,

safety shoes, sarung tangan isolasi 20 kV, sepatu tahan isolasi 20 kV,

rompi spot light, kacamata safety, jas hujan. Tim Pelayanan Teknis

(PT. Haleyora Powerindo) pada pekerjaan penyambungan kabel gardu

baru di PT PLN (Persero) Area Bandung terdapat banyak risiko

berbahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, sehingga PT

PLN (Persero) Area Bandung menganggap penting Hiperkes (Higiene

Perusahaan Ergonomi dan Kesehatan) dan keselamatan kerja. Hal

tersebut dibuktikan dengan adanya penyediaan alat pelindung diri di

tempat kerja.

Rendahnya tingkat kepatuhan penggunaan alat pelindung diri

pada Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Powerindo) pada pekerja

penyambungan kabel gardu baru di PT PLN (persero) Area Bandung

mengakibatkan para pekerja mengalami potensi bahaya yang lebih

besar karena dalam pekerjaan banyak melakukan pekerjaan yang

(4)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis pada Tim

Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Powerindo) pada pekerja

penyambungan kabel gardu baru di PT PLN (persero) Area Bandung

ternyata sebagian pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri

sehingga rentan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui

gambaran secara umum mengenai kepatuhan penggunaan APD pada

Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Powerindo) pada pekerja

penyambungan kabel gardu baru di PT PLN (persero) Area Bandung

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran kepatuhan penggunaan alat

pelindung diri (APD) Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Powerindo)

pada pekerja penyambungan kabel gardu baru di PT PLN (persero)

Area Bandung

2. Tujuan Khusus

a. Dapat mengidentifikasi masalah kepatuhan penggunaan alat

pelindung diri (APD) Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora

Powerindo) pada pekerja penyambungan kabel gardu baru di PT

PLN (persero) Area Bandung

b. Dapat menetapkan prioritas masalah kepatuhan penggunaan alat

(5)

Powerindo) pada pekerja penyambungan kabel gardu baru di PT

PLN (persero) Area Bandung

c. Dapat mengetahui gambaran penyebab masalah kepatuhan

penggunaan alat pelindung diri (APD) Tim Pelayanan Teknis (PT.

Haleyora Powerindo) pada pekerja penyambungan kabel gardu

baru di PT PLN (persero) Area Bandung

d. Dapat mengajukan alternatif pemecahan masalah kepatuhan

penggunaan alat pelindung diri (APD) Tim Pelayanan Teknis (PT.

Haleyora Powerindo) pada pekerja penyambungan kabel gardu

baru di PT PLN (persero) Area Bandung

C. Manfaat

1. Bagi mahasiswa

a. Dapat mengenal lingkungan kerja secara nyata.

b. Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah pada kondisi kerja yang sebenarnya, khususnya mengenai kesehatan dan keselamatan kerja

c. Mengetahui kendala dalam pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di lapangan

(6)

2. Bagi tempat praktek PT. PLN (Persero) Area Bandung

Memberikan masukan terhadap upaya-upaya pemecahan masalah yang ditemukan pada kajian keselamatan kerja Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Powerindo) Pada pekerjaan penyambungan kabel gardu baru di PT. PLN (Persero) Area Bandung

3. Bagi Program Studi

Sebagai referensi dan masukan mengenai kajian keselamatan kerja Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Power) Pada pekerjaan penyambungan kabel gardu baru di PT. PLN (Persero) Area Bandung dan juga dapat menjadi bahan kajian dalam kegiatan proses pembelajaran.

D. Waktu danTempat

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Alat Pelindung Diri 1. Definisi Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri adalah peralatan keselamatan yang harus

digunakan oleh karyawan apabila berada pada satu tempat kerja yang

berbahaya. Definisi menurut organisasi buruh International Labour

Office(ILO) alat pelindung diri adalah suatu peralatan perlindungan

perorangan sebagai garis pertahanan terakhir, peralatan ini dirancang

untuk mencegah bahaya luar agar tidak mengenai tubuh pekerja.

Alat pelindung diri adalah suatu kewajiban dimana biasanya para

pekerja atau buruh bangunan yang bekerja di sebuah proyek atau

pembangunan sebuah gedung diwajibkan menggunakannya.

Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen

Tenaga Kerja Republik Indonesia. Alat – alat demikian harus

memenuhi persyaratan tidak mengganggu kerja dan memberikan

(8)

Menurut Permenakertrans 2010 pada pasal 1, alat Pelindung Diri

adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi

seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh

dari potensi bahaya di tempat kerja. Pemilihan alat pelindung diri yang

handal secara cermat adalah merupakan persyaratan mutlak yang

sangat mendasar. Pemakaian alat pelindung diri yang tidak tepat

dapat mencelakakan tenaga kerja yang memakainya karena mereka

tidak terlindung dari bahaya potensial yang ada di tempat kerja serta

memahami dasar kerja setiap jenis alat pelindung diri yang akan

digunakan di tempat kerja dimana bahaya potensial tersebut ada

(Budiono, 2003).

2. Jenis – jenis Alat Pelindung Diri

Dalam pemilihan alat pelindung diri yang baik sesuai dengan

kebutuhan, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap potensi bahaya

yang akan dilingkungan kerja, yang akan mencakup jenis dan sifat

bahaya, harus diperhatikan faktor – faktor pertimbangan di mana APD

harus enak dan nyaman dipakai, tidak menggangu ketenangan kerja

dan tidak membatasi ruang gerak pekerja, memberikan perlindungan

yang efektif terhadap segala jenis bahaya/potensi bahaya (Anizar,

2012). Macam – macam alat pelindung diri tersebut sebagai berikut:

a. Alat Pelindung Mata dan Muka

Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung untuk

(9)

paparan partikel – partikel yang melayang di udara dan di badan

air, percikan benda – benda kecil, panas atau uap panas, radiasi

gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak

mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras

atau benda tajam.

Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata

pengaman (Spectacles), goggles, tameng muka (Face Shield),

masker selam, dan kacamata pengaman dalam kesatuan (Full

Face Masker). Salah satu masalah tersulit dalam pencegahan

kecelakaan yang menimpa mata. Orang – orang yang tak terbiasa

dengan kacamata biasanya tidak memakai alat pelindung tersebut

dengan alasan mengganggu pelaksanaan pekerjaan dan

mengurangi kenikmatan kerja, sekalipun kacamata yang

memenuhi persyaratan. Memiliki kacamata pelindung tidak cukup,

tenaga kerja harus memakainya.

Kesukaran ini dapat diatasi dengan berbagai cara pada

beberapa perusahaan, tempat – tempat kerja dengan bahaya

kecelakaan mata hanya boleh dimasuki jika kacamata pelindung

digunakan. Sebagai akibatnya, pada tempat – tempat tersebut

tenaga kerja selalu memakai kacamata pelindung selama jam

kerja, dan siapa saja yang tidak menggunakan kacamata

pelindung akan merasa paling asing dari tenaga kerja lainnya

(10)

b. Alat Pelindung Kaki

Alat pelidung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari

tertimpa atau berbenturan dengan benda – benda berat, tertusuk

benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas,

terpajan suhu ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad

renik, tergelincir, serta sebagai alat pengaman saat bekerja di

tempat yang becek ataupun berlumpur.

Jenis pelindung kaki berupa sepatu keselamatan (Safety

Shoes) pada pekerjaan peleburan, pengecoran logam, industri,

kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya

peledakan, bahan listrik, tempat kerja yang basah atau licin,

bahan kimia dan jasad renik. Kebanyakan Safety shoes dilapisi

dengan metal untuk melindungi kaki. Biasanya sepatu kulit yang

buatan cukup kuat untuk memberikan perlindungan. Akan tetapi

untuk memungkinkan tertimpa benda berat masih diperlukan

sepatu dengan ujung tertutup baja dan lapisan baja didalamnya.

c. Alat Pelindung Tangan

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang

berfungsi untuk melindungi tangan dan jari – jari tangan dari

pajanan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik,

radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan

(11)

Jenis perlindungan tangan terdiri dari sarung tangan yang

terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain berlapis,

karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia. Bahan dan

bentuk sarung tangan disesuaikan dengan fungsi masing –

masing pekerjaan. Sarung tanganharus diberikan kepada tenaga

kerja dengan pertimbangan akan bahaya – bahaya dan

persyaratan yang diperlukan. Antara lain syaratnya adalah

bebasnya bergerak jari dan tangan. Hal yang perlu di perhatikan

bahwa ketika bekerja dengan mesin, mesin pengepres dan mesin

– mesin lainnya yang menyebabkan dapat tertariknya sarung

tangan (Effendi, dkk, 2012).

d. Alat Pelindung Kepala

Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara

langsung. Melindungi dari benturan, kejatuhan atau terpukul benda

tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara,

terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan – bahan kimia, jasad

renik (mikroorganisme) dan suhu yang ekstrim.

Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety

helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut,

dan lain – lain. Topi demikian harus kuat dan kokoh, tetapi tetap

ringan. Bahan plastik dengan lapisan kain terbukti sangat cocok untuk

(12)

e. Alat Pelindung Telinga

Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk

melindungi alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan.Jenis

alat pelindung telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan

penutup telinga (ear muff). Telinga harus dilindungi dari loncatan api,

percikan logam pijar, atau partikel – partikel yang melayang dan

perlindungan terhadap kebisingan (Effendi, dkk, 2012).

f. Alat Pelindung Pernafasan

Alat pelindung pernafasan adalah alat pelindung yang berfungsi

untuk melindungi organ pernafasan dengan cara menyalurkan udara

bersih dan sehat atau menyaring cemaran bahan kimia,

mikroorganisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol, uap,

asap, gas, dan sebagainya). Jenis alat pelindung pernafasan terdiri

dari masker, respirator, katrit, canister, rebreather, airlinerespirator,

continues air supply machine, dan lain – lain. Paru – paru harus

dilindungi saat udara tercemar atau ada kemungkinan kekurangan

oksigen dalam udara. Pencemaran – pencemaran lain mungkin

berbentuk gas, uap logam, debu dan lain sebagainya. Kekurangan

oksigen mungkin terjadi ditempat – tempat yang pengudaraannya

buruk seperti tangki atau gudang dibawah tanah. Pencemaran –

pencemaran berbahaya yang beracun, korosif, atau menjadi sebab

rangsangan.

(13)

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi bahan sebagian

badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim,

pajanan api dan benda – benda panas, percikan bahan – bahan kimia,

cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin,

peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikroorganisme

pathogen dari manusia, tumbuhan dan lingkugan seperti virus, bakteri

dan jamur.

Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (vests), celemek

(apron/coveralis), jaket dan pakaian pelindung yang menutupi

sebagian atau seluruh bagian badan (Effendi, dkk, 2012).

h. Alat Pelindung Jatuh Perorangan

Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak

pekerja agar tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh

atau menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam

keadaan miring maupun tergantung dan menahan serta membatasi

pekerja jatuh sehingga tidak membentur lantai dasar.

Jenis alat pelindung jatuh perorangan terdiri dari sabuk

pengaman tubuh, (body hearness), karabiner, tali koneksi (lanyard),

tali pengaman (safety rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat

penurun (decender), alat penahan jatuh bergerak (mobile fall arrester),

dan lain – lain. Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih

dari 1,8 meter (Effendi, dkk, 2012).

(14)

Pemilihan alat pelindung diri yang handal secara cermat adalah

merupakan persyaratan mutlak yang sangat mendasar, pemakaian

alat pelindung diri yang tidak tepat dapat mencelakakan tenaga kerja

yang mem\akainya karena mereka tidak terlindungi dari bahaya

potensial yang ada di tempat mereka bekerja. Oleh karena itu harus

dapat memilih alat perlindungan diri yang tepat, dan perusahaan

harus dapat mengidentifikasi bahaya potensial yang ada. Memahami

dasar kerja setiap alat pelindung diri yang akan digunakan di tempat

kerja dimana bahaya potensial tersebut ada, dengan ketentuan:

1) Harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya

yang spesifik atau bahaya – bahaya yang dihadapi oleh tenaga

kerja

2) Alat (pakaian) pelindung diri harus ringan dan efisien dalam

memberi perlindugan

3) Sebagai alat pelengkap terhadap tubuh harus fleksibel namun

efektif

4) Tidak menimbulkan bahaya – bahaya tambahan bagi

penggunanya, yang dikarenakan bentuk dan bahayanya tidak tepat

atau karena salah dalam penggunaannya

5) Tidak membatasi gerakan dan sensoris penggunanya

6) Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah

pemeliharaannya

(15)

1) Pemeliharaan

Semua alat pelindung diri harus dirawat sedemikian rupa

sehingga alat tetap memberikan perlindungan yang berhasil guna

terhadap faktor – faktor berbahaya bagi kesehatan dan

keselamatan pekerja. Secara umum pemeliharaan alat pelindung

diri dapat dilakukan antara lain dengan :

(1) Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air

secukupnya. Terutama untuk helm, kacamata, ear plug, sarung

tangan konduktor/karet

(2) Menjemur di bawah sinarmatahari untuk menghilangkan bau,

terutama pada helm.

(3) Mengganti filter atau catridge-nya untuk respirator

2) Penyimpanan

Untuk menjaga daya guna dari alat pelindung dirihendaknya

disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran,

gas beracun, dan gigitan serangga atau binatang. Tempat tersebut

hendaknya kering dan mudah dalam pengambilannya (Budiono,

2003).

B. Tujuan Dan Manfaat Pemakaian APD

Pemakaian alat pelindung diri bertujuan untuk melindungi tenaga

kerja dan juga merupakan salah satu upaya mencegah terjadinya

(16)

padasuatu perusahaan yang tidak dapat dihilangkan atau dikendalikan

(Su’mamur, 1996).

1. Manfaat untuk Perusahaan

a) Meningkatkan keuntungan karena hasil produksi baik dalam

jumlah maupun mutunya

b) Penghematan biaya pengobatan serta pemeliharaan kesehatan

para tenaga kerja

c) Menghindari terbuangnya jam kerja akibat absentisme akibat

tenaga kerja sehingga dapat tercapai produktivitas yang tinggi

dan efisien yang optimal

2. Manfaat untuk Tenaga Kerja

a) Menghindari diri dari resiko pekerjaan seperti kecelakaan kerja

dan penyakit akibat kerja

b) Memberikan perbaikan kesejahteraan pada tenaga kerja

sebagai akibat adanya keuntungan perusahaan

C. Standar Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Powerindo) pada pekerjaan penyambungan kabel gardu baru di PT. PLN (Persero) Area Bandung

Standar penggunaan alat pelindung diri yang wajib digunakan

oleh para pekerja adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Standar Penggunaan Alat Pelindung diri (APD) Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Powerindo) pada pekerjaan penyambungan kabel gardu baru di PT. PLN (Persero) Area Bandung

(17)

Pekerjaan 20 kV, helmet kerja, kaca mata safety, rompi spot isolasi 20 kV, rompi spot light.

Dokumen : Effendi, dkk, 2012.

Gambar APD yang digunakan Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Powerindo) pada pekerjaan penyambungan kabel gardu baru di PT PLN (Persero) Area Bandung dapat dilihat pada lampiran.

D. Kepatuhan

Kepatuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, patuh

adalah suka menurut perintah, taat pada perintah, berdisiplin,

sedangkan kepatuhan merupakan ketaatan atau ketidaktaatan kepada

(18)

dimulai dari tahap kepatuhan, identifikasi kemudian internalitas

(Depdiknas, 2008).

E. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.08/Men/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat

yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang

fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi

bahaya di tempat kerja

2. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan

menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain

3. Pengusaha adalah:

a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang

menjalankan suatu perusahaan milik sendiri

b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang

secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya

c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang

berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar

wilayah Indonesia

4. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin

(19)

5. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau

terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau

yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha

dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya,

termasuk semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya

yang merupakan bagian atau berhubungan dengan tempat kerja

6. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut

Pengawas Ketenagakerjaan adalah Pegawai Negeri Sipil yang

diangkat dan ditugaskan dalam Jabatan Fungsional Pengawas

Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

7. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis

berkeahlian khusus dari luar Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi yang ditunjuk oleh Menteri

Pasal 2

(1) Pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerja/buruh di tempat

kerja

(2) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sesuai dengan

Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku

(3) APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh

pengusaha secara cuma-cuma

Pasal 3

(20)

a. pelindung kepala

b. pelindung mata dan muka

c. pelindung telinga

d. pelindung pernapasan beserta perlengkapannya

e. pelindung tangan, dan/atau

f. pelindung kaki

(2) Selain APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk APD:

a. pakaian pelindung

b. alat pelindung jatuh perorangan, dan/atau

c. pelampung

(3) Jenis dan fungsi APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 4

(1) APD wajib digunakan di tempat kerja dimana:

a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat

perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya yang dapat

menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan

b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut

atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah

terbakar, korosif, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi atau

bersuhu rendah

c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau

(21)

bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan

sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan

d. dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,

pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,

peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan

e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan batu-batuan, gas,

minyak, panas bumi, atau mineral lainnya, baik di permukaan, di

dalam bumi maupun di dasar perairan

f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di

daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun

di udara

g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu,

dermaga, dok, stasiun, bandar udara dan gudang

h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di

dalam air

i. dilakukan pekerjaan pada ketinggian di atas permukaan tanah atau

perairan

j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi

atau rendah

k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,

kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok,

(22)

l. dilakukan pekerjaan dalam ruang terbatas tangki, sumur atau

lubang

m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api,

asap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau

getaran

n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah

o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan telekomunikasi

radio, radar, televisi, atau telepon

p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau

riset yang menggunakan alat teknis

q. dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau

disalurkan listrik, gas, minyak atau air; dan

r. diselenggarakan rekreasi yang memakai peralatan, instalasi listrik

atau mekanik

(2) Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan atau Ahli Keselamatan dan

Kesehatan Kerja dapat mewajibkan penggunaan APD di tempat kerja

selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 5

Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan

memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di

tempat kerja.

(23)

(1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib

memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan

risiko

(2) Pekerja/buruh berhak menyatakan keberatan untuk melakukan

pekerjaan apabila APD yang disediakan tidak memenuhi ketentuan

dan persyaratan

Pasal 7

(1) Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan manajemen APD

di tempat kerja

(2) Manajemen APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. identifikasi kebutuhan dan syarat APD

b. pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan

kebutuhan/kenyamanan pekerja/buruh

c. pelatihan

d. penggunaan, perawatan, dan penyimpanan

e. penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan

f. pembinaan

g. inspeksi, dan

h. evaluasi dan pelaporan.

Pasal 8

(1) APD yang rusak, retak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus

(24)

(2) APD yang habis masa pakainya/kadaluarsa serta mengandung bahan

berbahaya, harus dimusnahkan sesuai dengan peraturan

perundangan-undangan.

(3) Pemusnahan APD yang mengandung bahan berbahaya harus

dilengkapi dengan berita acara pemusnahan.

Pasal 9

Pengusaha atau pengurus yang tidak memenuhi ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 4, dan Pasal 5 dapat

dikenakan sanksi sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970.

Pasal 10

Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri ini dilakukan oleh

Pengawas Ketenagakerjaan.

Pasal 11

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar

setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri ini diundangkan dengan

(25)

BAB III

ANALISIS SITUASI

A. Gambaran Instansi

1. Sejarah Singkat PT.PLN (Persero) Area Bandung

Pada tahun 1905, di Kota Bandung berdiri perusahaan

listrik milik Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama

Bandoengsche Electricfelt Maatschaappij (BEM). Selanjutnya pada

tanggal1 Januari 1920 berubah menjadi perusahaan Perseroan

menjadi Gemeenschapplijk Electricifelt Bedrijf Voor Bandoeng

(GEBEO) yang pendiriannya dikukuhkan melalui akta notaris MR.

Andrian Hendrik Van Ophuisen dengan nomor 213 pada tanggal 31

Desember 1949.

Perubahan kembali terjadi ketika Pemerintah Jepang

mengambil alih kekuasaan di Indoesia pada tahun 1942-1945.

(26)

perusahaan yang didirikan oleh Pemerintah Jepang dengan nama

Djawa Denki Djigyo Sha Bandoeng Shi Sha.

Pasca kemerdekaan Republik Indonesia, penguasaan

tenaga listrik ditangani langsung oleh Pemerintah Indonesia pada

tahun 1948 perusahaan Belanda masuk ke Indonesia dan

pelaksanaan usaha kelistrikan dan pendistribusian listrik kembali

dilaksanakan GEBEO. Tahun 1957 terjadi nasionalisasi pada

perusahaan asing dan GEBEO dinyatakan sebagai perusahaan

milik negara. Pada tahun 1961 hingga pertengahan tahun 1975

perusahaan listrik di Jawa Barat bernama PLN Eksplotasi XI.

Kemudian pada kurun waktu 1975-1994, PLN Eksploitasi XI

diubah namanya menjadi Perusahaan Umum (Perum) Listrik

Negara Distribusi Jawa Barat. DI tahun 1994, sejalan dengan

perkembangan ekonomi dan pertumbuhan kelistrikan yang

bergerak begitu cepat, badan hukum PLN mengalami perubahaan

dari Perusahaan Umum (Perum) menjadi Perseroan. Perubahan ini

turut mengubah nama perusahaan listrik di Jawa Barat menjadi PT.

PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat. Oleh karena wilayah kerjanya

tidak hanya menjangkau Jawa Barat saja, tetap juga Provinsi

Banten maka sejak tanggal 27 Agustus 2002 hingga saat ini nama

PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat. Kini, PT PLN (Persero)

Distribusi Jawa Barat dan Banten (PLN DJBB).

Aktifitas utama PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area

Bandung adalah memberikan pelayanan jasa kelistrikan kepada

(27)

1998 dijelaskan bahwa usaha PLN adalah menyediakan tenaga

listrik bagi kepentingan umum dan sekaligus memupuk

keuntungan.

2. Visi PT.PLN (Persero) Area Bandung

Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang tumbuh

berkembang unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi

insani.

3. Misi PT.PLN (Persero) Area Bandung

a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,

berorientasi kepada kepuasan pelanggan , anggota perusahaan

dan pemegang saham.

b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan

kualitas hidup masyarakat.

c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan

ekonomi

d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

4. Motto PT.PLN (Persero) Area Bandung

Adapun motto PT PLN (Persero) adalah “ Electricly For A

Better Life ”, listrik untuk kehidupan yang lebih baik. Untuk

(28)

Jabar dan Banten Area Pelayanan Jaringan Bandung

mengembangkan budaya / wawasan bersama sebagai panduan

dalam bekerja dan berkarya dengan menjunjung tinggi nilai nilai

perusahaan yang terdiri dari :

a. Saling percaya (mutual trust)

b. Integritas (integrity)

c. Peduli (Care)

d. Pembe

lajaran

(Learner)

5. Tempat dan Kedudukan Perusahaan

PT PLN (Persero) Area Bandung merupakan salah satu unit

pelaksana dari PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat yang

(29)

Gambar 3.1 PT PLN (Persero) Area Bandung

6. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Area Bandung

Setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi sesuai

dengan karakteristik organisasi tersebut. Struktur organisasi ini

dapat membantu perusahaan dalam melakukan pembagian kerja

sehingga aktifitas perusahaan dapat berjalan dengan baik. Dengan

adanya struktur, maka tugas dan wewenang masing-masing bagian

dalam perusahaan dapat dipisahkan secara jelas, selain itu juga

dapat membantu mempermudah pemimpin perusahaan dalam

melakukan pengawasan.

PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung

dipimpin oleh seorang Manajer dibantu oleh Supervisor Pelaksana

Pengadaandan lima orang assisten manajer yang membawahi

beberapa supervise, seperti tampak pada lampiran 1 (satu).

(30)

(Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung adalah sebagai

berikut:

a. Manajer Area

1) Mensinergikan seluruh unit garis depan dan seluruh fungsi

di Area Pelayanan Jaringan dalam mengoptimalkan

sumberdaya dan kemitraan untuk memaksimalkan kinerja

unit dan citra perusahaan berdasarkan hukum dan

ketentuan yang berlaku.

2) Menjalin komunikasi dan hubungan kerja internal dan

eksternal yang efektif, mengembangkan dan

memberdayakan seluruh potensi SDM untuk meningkatkan

budaya perusahaan yang disertai apresiasi dan pembinaan

SDM.

3) Berkoordinasi dengan Unit Pusat Pengatur dan Penyaluran

Beban (P3B) terkait, area pelayanan distribusi (APD), Unit

Distribusi dan Area Pelayanan Jaringan yang perbatasan.

4) Melengkapi pengaturan lebih lanjut (yang belum diatur oleh

pusat distribusi) melaksanakan monitoring dan evaluasi /

audit internal.

(31)

1) Mengelola fungsi perencanaan terpadu, sistem teknologi

informasi bekerja sama dengan ahli dan fungsi terkait di

Area Pelayanan Jaringan untuk memfasilitasi unit garis

depan dalam memaksimalkan kinerjanya.

2) Mengkoordinasikan pemanfaatan anggaran bersama

asisten manajer lain dan fungsi terkait di Area Pelayanan

dan Jaringan.

3) Bertanggung jawab kepada manajer Area

c. Asisten Manajer K2 operasi kontruksi distribusi

a) Memantau realisasi pelaksanaan investasi pelaporan

kepada manajemen

b) Mengendalikan pelaksanaan penyambungan tenaga listrik

c) Mengelola pengundangan dan persediaan material

distribusi

d) Membuat laporan berkala sesuai bidangnya

e) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya.

1. Asisten Manajer Jaringan

(32)

a) Membagi tugas dan member arahan kepada bawahan

dalam rangka pelaksanaan tugas

b) Mengusulkan rencana pengembangan system operasi

distribusi untuk mengoptimalkan beban dan efisiensi

jaringan distribusi

c) Melakukan pengendalian atas tercapainya efisiensi

operasi dan pemeliharaan asset jaringan distribusi

(respontime, recoverytime, dan jumlah gangguan)

d) Membuat dan Updating SOP system Distribusi

e) Bertanggung jawab atas pelaksanaan PDKB

dilingkungan Area\Mengendalikan pelaksanaan K2

f) Membuat laporan berkala sesuai bidangnya

2) Wewenang

a) Mengatur operasi dan pemeliharaan jaringan dan Gardu

Distribusi

b) Mengendalikan pelaksanaan pembangunan jaringan

distribusi

(33)

a) Membagi tugas dan memberiarahan kepada bawahan

dalam rangka pelaksanaan tugas

b) Melakukan analisa dan evaluasi energy listrik

c) Menangani akurasi transaksi energy listrik energi

internal Perusahaan (dengan Unit Lain) dan Pelanggan

d) Menyusun dan melaksanakan program penurunan

susut non Teknik

e) Mengendalikan kegiatan pemasangan, perubahan

daya, pemutusan dan pemeliharaan APP

f) Mengendalikan operasi dan pemeliharaan AMR dan

system telekomunikasi

g) Mengelola penurunan saldo tunggakan

h) Membuat laporan berkala sesuai bidangnya

i) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya

4) Wewenang

a) Mengendalikan fungsi pelayanan

b) Mengendalikan fungsi Administrasi umum

(34)

d) Mengendalikan fungsi SDM

2. Asisten Manajer Pelayanan dan Administrasi

1) Tanggung jawab :

a) Memberi tugas dan member arahan kepada bawahan dalam

rangka pelaksanaan tugas

b) Mengelola fungsi keuangan

c) Mengelola fungsi akuntansi

d) Mengelola peningkatan pelayanan pelanggan

e) Mengelola peningkatan integritas layanan Publik (ILP)

f) Mengoptimalkan human capital

g) Mengelola sarana kerja/fasilitas kantor

h) Mengelola fungsi administrasi umum

i) Mengelola fungsi kehumanan

j) Melaksanakan koordinasi dan memberikan pengarahan

kepada Rayon

k) Membuat laporan berkala sesuai bidangnya,

(35)

2) Wewenang:

a) Mengendalikan fungsi Pelayanan

b) Mengendalikan fungsi Adminstrasi

c) Mengendalikan fungsi keuangan dan akuntasi

d) Mengendalikan fungsi SDM

B. Program Kesehatan dan keselamatan Kerja pada PT. PLN (Persero) Area Bandung

1. Program Kesehatan dan keselamatan kerja pada PT. PLN

(Persero) Area Bandung

PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung

menyusun program mengenai kesehatan dan keselamatan kerja

yang harus dilaksanakan oleh seluruh karyawan di dalam

perusahaan. Adapun program kesehatan dan keselamatan kerja

pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung adalah

sebagai berikut :

a) Meningkatkan kinerja tim keselamatan ketenagalistrikan

Perusahaan memprogramkan rotasi kepengurusan

guna meningkatan kinerja tim keselamatan ketenagalistrikan.

(36)

pelaksanaan dan evaluasi keselamatan dan kesehatan

karyawan secara berkala kepada pimpinan perusahaan.

Adapun beberapa tugas dari tim keselamatan ketenagalistrikan

yaitu:

1) Pemeriksaan secara berkala pada alat pengaman kerja

Perusahaan memprogramkan pemeriksaan secara

berkala yaitu 2x dalam satu tahun pada alat pengaman

kerja, terutama alat-alat yang harus melalui uji laboratorium.

Secara periodik dilakukan pemeriksaan dan menganti alat

pengaman kerja yang sudah tidak layak pakai.

2) Pengawasan kepada karyawan

Perusahaan memprogramkan pengawasan kepada

karyawan untuk menjamin bahwa pekerjaan dilakukan

dengan benar dan karyawan menggunakan alat pengaman

kerja dengan benar. Setiap karyawan bidang distribusi

tenaga listrik yang melaksanakan perbaikan ataupun

pemeliharaan yang merupakan anggota dari tim

keselamatan ketenagalistrikan.

b) Penerapan Standar Prosedur Kerja (SPK)

PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung

(37)

telah dibuat sebelumnya. Prosedur ini wajib dilaksanakan oleh

seluruh karyawan perusahaan yaitu:

1) Setiap karyawan harus hadir 15 menit sebelum waktu kerja

pukul 07.30. Perusahaan mewajibkan karyawan datang 15

menit sebelum waktu kerja dengan tujuan agar karyawan bisa

mempersiapkan berbagai peralatan untuk bekerja.

2) Setiap karyawan diharuskan untuk membaca dan memahami

petunjuk penggunaan alat-alat atau fasilitas yang akan

digunakan dalam bekerja. Perusahaan mewajibkan seluruh

karyawan memahami semua petunjuk penggunaan peralatan

kerja dan alat pengaman kerja.

3) Setiap karyawan diharuskan memakai alat pengaman kerja

saat bekerja. Perusahaan mewajibkan seluruh karyawan

menggunakan alat pengaman kerja yang telah diberikan.

4) Setiap karyawan diharuskan untuk memelihara atau merawat

peralatan dan fasilitas kerja. Perusahaan mewajibkan seluruh

karyawan untuk memelihara peralatan dan fasilitas kerja yang

telah disediakan.

5) Setiap karyawan diharuskan untuk memeriksa peralatan dan

fasilitas kerja yang akan digunakan secara berkala.

(38)

peralatan dan fasilitas kerja sebelum memulai pekerjaan

secara seksama.

6) Setiap karyawan diharuskan melaporkan kepada perusahaan

bila terjadi kerusakan pada peralatan dan fasilitas kerja.

Perusahaan mewajibkan para karyawan untuk segera

melaporkan kerusakan pada peralatan dan fasilitas kerja

kepada perusahaan.

Untuk karyawan bidang distribusi tenaga listrik,

perusahaan menyusun standar prosedur kerja secara khusus

sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan dikerjakan. Prosedur

ini wajib dilaksanakan oleh karyawan. Misalnya prosedur kerja

pemulihan gangguan SUTM, prosedur kerja pemulihan

gangguan trafo distribusi, prosedur kerja pemeliharaan

transformator gardu tiang, dan sebagainya. Para karyawan

bidang pendistribusian tenaga listrik diwajibkan untuk memahami

dan melaksanakan semua prosedur kerja yang telah dibuat

perusahaan.

c) Penyediaan fasilitas olah raga dan mengadakan kegiatan olahraga yang dilaksanakan setiap hari Jum’at.

Perusahaan memprogramkan kegiatan olahraga yang

harus diikuti oleh seluruh karyawan. Untuk mendukung program

(39)

seperti lapangan olah raga dan fasilitas pendukung lainnya.

Perusahaan menyediakan anggaran kusus untuk membiayai

dan menyediakan fasilitas pendukung olahraga. Kegiatan olah

raga ini dilaksanakan setiap hari Jum’at mulai pukul 07.00

sampai dengan 09.00. Program ini dirancang untuk menjaga

kondisi fisik (Kesehatan Jasmani) para karyawan agar terhindar

dari berbagi penyakit yang dapat mengganggu pekerjaan.

d) Pemeliharaan fasilitas ibadah dan mengadakan kegiatan keagamaan.

Perusahaan memprogramkan pemeliharaan sarana

ibadah untuk kegiatan keagamaan para karyawan seperti

mushola atau mesjid. Perusahaan juga memprogramkan

kegiatan siraman rohani (Tabligh akbar) setiap bulan dan

mengharuskan setiap karyawan melaksanakan shalat

berjamaah. Perusahaan menyediakan anggaran tertentu untuk

membiayai pelaksanaan kegiatan ini. Program ini dimaksudkan

untuk memelihara kesehatan rohani para karyawan.

e) Penyediaan fasilitas dan pemberian jaminan kesehatan pada karyawan.

Perusahaan memprogramkan penyediaan fasilitas dan

pemberian jaminan kesehatan untuk seluruh karyawan yang

(40)

karyawan meras lebih terjamin pada saat bekerja. Perusaaan

menjalin kerjasama dengan rumah sakit guna menyediakan

fasilitas kesehatan serta mengontrak beberapa doktor. Para

karyawan wajib melakukan general check up kesehatan setiap

tahun. Program ini dimaksudkan untuk memelihara kesehatan

jasmani karyawan.

f) Memberikan alat pengaman kerja pada karyawan.

Perusahaan memprogramkan pemberian alat

pengaman kerja kepada karyawan ( alat pelindung diri ). Alat ini

berguna untuk melindungi karyawan pada saat melaksanakan

pekerjaan. Salah satunya pada saat melakukan perbaikan atau

pemeliharaan saluran distribusi tenaga listrik agar terhindar dari

sengatan listrik dan bahaya kecelakaan lainnya. Alat pengaman

kerja yang dimaksud antara lain :

1) Pemerian pakaian kerja / werkpaak dan jas hujan

Perusahaan memprogramkan pemberian pakaian

kerja dan jas hujan setiap tahun kepada karyawan yang

berguna untuk melindungi tubuh saat karyawan bekerja.

Dengan menggunakan pakaian kerja yang baik dapat

mengurangi risiko terjadinya kecelakaan pada saat

(41)

apabila pada saat perbaikan atau pemeliharaan terjadi

hujan.

2) Pemberian Helm Pengaman

Perusahaan memprogramkan pemberian helm

pengaman yang berguna untuk melindungi karyawan pada

bagian kepala dari benturan dan atau kejatuhan benda

keras. Helm yang diberikan adalah helm yang telah diuji

ketahanannya dari benturan serta memberikan rasa nyaman

saat dipakai.Helm ini wajib digunakan setiap karyawan

bidang distribusi tenaga listrik pada saat bekerja.

3) Pemberian Sarung Tangan.

Perusahaan memprogramkan pemberian sarung

tangan kepada karyawan yang berguna untuk melindungi

tangan bila karyawan bersentuhan dengan saluran yang

mengandung arus listrik. Sarung tangan yang diberikan

harus melalui uji laboratorium sehingga dapat melindungi

karyawan dari arus listrik. Terdapat beberapa jenis sarung

tangan yaitu:

(a) Sarung tangan kulit

(42)

4) Pemberian sepatu pelindung

Perusahaan memprogramkan pemberian sepatu

pelindung yang digunakan untuk melindungi kaki pada saat

bekerja. Sepatu juga harus melalui uji laboratorium sehingga

dapat melindungi karyawan dari arus listrik. Ada beberapa

jenis sepatu yang digunakan yaitu:

a) Sepatu LersTR

b) Sepatu tahan pukul

c) Sepatu tahan tegangan 20 KV

5) Pemberian alat pelindung pernafasan (masker)

Perusahaan memprogramkan pemberian alat

pelindung pernafasan yang berguna untuk melindungi /

menghalangi masuknya zat-zat berbahaya yang dapat

mengganggu kesehatan, yang terhirup oleh karyawan pada

saat melaksanakan pekerjaannya. Diberikan setiap tahun

kepada karyawan.

6) Penyediaan sabuk pengaman

Perusahaan memprogramkan penyediaan sabuk

pengaman yang digunakan oleh karyawan agar tidak

(43)

agar tidak terjatuh pada saat melaksanakan perbaikan

ataupun pemeliharaan saluran tenaga listrik. Alat ini wajib

digunakan pada saat melaksanakan perbaikan atau

pemeliharaan saluran distribusi tenaga listrik.

7) Penyediaan schakel stock 20 KV

Perusahaan memprogramkan penyediaan schakel

stock 20 KV yang digunakan untuk memutus atau

menghubungkan kembali saluran / kabel bertegangan tinggi.

Terbuat dari bahan khusus yang dapat melindungi karyawan

dari arus listrik dan telah diuji di laboratorium.

8) Penyediaan tongkat hubung tanah ( ground stick )

Perusahaan memprogramkan penyediaan tongkat

hubung tanah yang berguna untuk menghindari kecelakaan

(arus liar) pada saat melaksanakan perbaikan ataupun

pemeliharaan saluran tenaga listrik. Terbuat dari bahan

khusus yang dapat melindungi karyawan dari arus listrik dan

telah melalui uji laboratorium.

9) Penyediaan media / alat penunjang keselamatan lainnya

Perusahaan memprogramkan penyediaan alat

(44)

peringatan di semua tempat kerja, menyediakan APAR (alat

pemadam api ringan ) dan lampu emergency.

10) Pemberian gizi tambahan

Perusahaan memprogramkan pemberian gizi

tambahan kepada para karyawan sehingga dapat bekerja

dengan kondisi/stamina yang lebih baik. Selain itu

pemberian tunjangan lauk pauk untuk memenuhi kebutuhan

gizi karyawan.

11) Pelatihan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

Perusahaan memprogramkan pemberian pelatihan

tentang kesehatan dan keselamatan kerja kepada karyawan.

Pelatihan ini diberikan untuk meningkatkan kinerja para

karyawan.

g) Tujuan Program Kesehatan dan keselamatan kerja pada PT. PLN (Persero) Area Bandung

Tujuan program kesehatan dari keselamatan kerja pada

PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Area Bandung adalah

(45)

a) Mengurangi segala risiko yang ditimbulkan akibat terjadinya kecelakaan kerja saat pegawai melaksanakan pemeliharaan

saluran pendistriusian tenaga listrik.

b) Meningkatkan dan memelihara keselamatan dan kesehatan pegawai yang melaksanakan pemeliharaan saluran

pendistribusian tenaga listrik.

c) Mencegah dan megurangi beban financial yang ditimbulkan karena adanya kecelakaan kerja.

d) Mencegah dan mengurangi angka kecelakaan kerja.

e) Memberikan pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan bekerja.

f) Mencegah dan mengendalikan timbulnya gangguan kesehatan (penyakit) yang diakibatkan pekerjaan.

g) Menjaga dan meningkatkan kebugaran fisik maupun mental pegawai.

Dengan demikian, secara umum tujuan program

kesehatan dan keselamatan kerja pada PT PLN (Persero)

Distribusi Jawa Barat Area Bandung adalah untuk

melindungi para pekerja dari bahaya, ancaman dan segala

(46)

cacat fisik maupun mental atau bahkan kematian ketika

melaksanakan pemeliharaan saluran distribusi tenaga

listrik, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman

dan nyaman agar bebas dari kecelakaan, sengatan,

kebakaran dan penyakit akibat kerja.

C. Pelayanan Teknik (PT. Haleyora Powerindo)

PT PLN (Persero) distribusi Jawa Barat Area Bandung

adalah BUMN yang melayani kebutuhan kelistrikan masyarakat Kota

Bandung. PT PLN (Persero) bekerja sama dengan pihak ketiga, yaitu

PT. Haleyora Powerindo untuk menangani pelayanan dan teknik

(YANTEK). Kerjasama antara PT. PLN (Persero) dengan PT. Haleyora

Powerindo tertuang di dalam Surat Perjanjian Kerja (SPK).

Pelayanan Teknik (YANTEK) merupakan satuan tugas yang

kegiatannya meliputi pekerjaan pencegahan (preventif) dan

penanganan (korektif) gangguan listrik baik sisi pelanggan maupun sisi

sistem jaringan distribusi. Di lingkup PLN pelaksanaan pekerjaan

Pelayanan Teknik (YANTEK) dilaksanakan oleh pihak ke tiga dimana

kegiatan dan kinerjanya diukur dengan menggunakan SLA (Service

Level Agreement). 1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Pelayanan Teknik (YANTEK) seperti yang

terdapat pada lampiran. Alur kerja Pelayanan Teknik (YANTEK)

terbagi atas dua wewenang, yaitu antara PLN sebagai pemilik

pekerjaan (user) dan vendor Pelayanan Teknik (YANTEK) sebagai

(47)

peran sentral, disampai sebagai pengkoordinir pekerjaan juga

sebagai jembatan penghubung antara user dan vendor. Berikut

tugas dan wewenang dari masing-masing bagian tersebut :

a. Fungsi dan Tugas Supervisor Teknik

1) Supervisi dan koordinasi pelaksanaan pekerjaan Pelayanan

Teknik (YANTEK)

2) Membuat jadwal pekerjaan inspeksi, penanganan gangguan

dan kegiatan pemeliharaan jaringan lainnya.

3) Melaporkan kemajuan pekerjaan ke Manager Rayon dan

Bidang Jaringan Area.

4) Melakukan koordinasi dengan Manager Rayon dan Bidang

Jaringan Area untuk mengatasi permasalahan di lapangan.

5) Bersama-sama Koordinator Pelayanan Teknik (YANTEK)

mengatur, menata dan mengevaluasi seluruh petugas

Pelayanan Teknik (YANTEK).

b. Fungsi dan Tugas Rencana Analisa dan Evaluasi (RANEV):

(48)

2) Membantu Supervisor Pelayanan Teknik (YANTEK)

Membuat jadwal pekerjaan inspeksi, penanganan

gangguan, dan kegiatan pemeliharaan jaringan lainnya.

3) Melaporkan kemajuan pekerjaan ke Manager Rayon dan

Bidang Jaringan Area.

c. Fungsi dan Tugas Koordinator Pelayanan Teknik (YANTEK)

1) Mengatur & mengawasi kelancaran pekerjaan Pelayanan

Teknik (YANTEK).

2) Mengatur proses pergantian shift kerja (Serah terima alat

kerja & Kendaraan).

3) Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam

rangka pekerjaan Pelayanan Teknik (YANTEK).

4) Mengkoordinir Operator & Administrasi Teknik dalam

pendataan, perekapan, laporan secara harian, mingguan

maupun bulanan.

5) Mengatur dan mengawasi waktu pelaksanaan penanganan

gangguan dan tindak lanjut gangguan kembali.

6) Memastikan semua pekerjaan dijalankan sesuai Intruksi

Kerjadan SOP yang berlaku.

(49)

8) Memonitor penggunaan material gangguan.

2. Ruang Lingkup Kerja Pelayanan Teknik (YANTEK)

a. Pemeliharaan Korektif, meliputi Penanganan Gangguan SUTM,

JTR, SR dan APP.

b. Pemeliharaan Preventif, meliputi:

1) Inspeksi SUTM dan JTR

2) Pembersihan ROW SUTM dan JTR

3) Perbaikan Jaringan SUTM dan JTR sesuai inspeksi

Pelayanan Gangguan dilaksanakan sepenuhnya oleh

outsourcing dengan pengawasan pegawai PT. PLN. Outsourcing

ikut bertanggungjawab terhadap pencapaian kinerja SAIDI SAIFI.

Kegiatan Pelayanan Teknik (YANTEK) meliputi penanganan

gangguan, inspeksi jaringan, pemeliharaan preventif, penyediaan

peralatan dan kendaraan. Target kinerja distribusi dapat

direncanakan dan dikendalikan perbaikannya setiap tahun dengan

adanya “reward and punishment” kepada outsourcing berupa

penerapan SLA dalam kontrak. Sifat pekerjaan Pelayanan Teknik

(YANTEK) lebih proaktif, sehingga tidak ada waktu yang terbuang.

Diketahui bahwa pekerjaan Pelayanan Teknik (YANTEK)

terkait gangguan rumah meliputi dua proses, yaitu penyelesaian

(50)

gangguan yaitu proses tenaga kerja lapangan menyelesaikan

gangguan. Proses penutupan gangguan adalah proses monitoring

(pemantauan) pekerjaan tenaga kerja lapangan oleh Supervisor

Teknik.

Proses penutupan gangguan dilaksanakan dengan cara

memantau kegiatan tenaga kerja lapangan saat menangani

gangguan. Namun begitu, karena keterbatasan sarana,

pemantauan kegiatan tenaga kerja lapangan tersebut, sampai saat

ini hanya melalui laporan bulanan. Laporan bulanan didapat dari

hasil rekap yang dilakukan oleh administrasi Pelayanan Teknik

(YANTEK) , tetapi karena laporan masih dilakukan secara manual

proses rekap dan pencarian laporan memakan waktu yang cukup

(51)

BAB IV PEMBAHASAN

A. Identifikasi Masalah

Setelah melakukan survei dan observasi langsung ke lapangan

pada praktek kesehatan masyarakat di PT.PLN (Persero) Area

Bandung yang berlangsung selama 20 hari terhitung mulai tanggal 9

Januari 2017 sampai dengan tanggal 3 Februari 2017. Maka

ditentukan beberapa masalah yang ditemukan berkaitan dengan

penggunaan alat pelindung diri (APD) pada Tim Pelayanan Teknis (PT.

Haleyora Powerindo) pada pekerjaan penyambungan kabel gardu

baru di PT PLN (Persero) Area Bandung:

1. Kurangnya kepatuhan pekerja dalam menggunakan alat pelindung

diri (APD). Pada saat observasi ditemukan beberapa pekerja tidak

menggunakan alat pelindung diri khususnya sarung tangan isolasi

20 kV, sarung tangan kulit, kacamata safety, sepatu tahan isolasi

20 kV, sepatu boots.

2. Penyimpanan APD (alat pelindung diri) yang tidak tepat. Banyak

pekerja yang menyimpan alat pelindung diri disembarang tempat

seperti di pinggir lokasi.

3. Kurangnya pengawasan yang ketat untuk pemberlakuan

(52)

peringatan terhadap para pekerja yang melanggar sehingga

pekerja acuh terhadap peraturan yang ada.

B. Penetapan Prioritas Masalah

Prioritas masalah merupakan suatu proses yang digunakan

melakukan metode tertentu untuk menentukan masalah dari yang

paling penting diprioritaskan sampai dengan yang kurang penting.

Dari beberapa masalah secara umum yang ada di atas penulis

memilih masalah kepatuhan terhadap pengunaan alat pelindung diri

(APD) khususnya sarung tangan isolasi 20 kV dan sepatu tahan

isolasi 20 kV pada Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Powerindo)

pada pekerjaan penyambungan kabel gardu baru di PT PLN (Persero)

Area Bandung telah disepakati oleh pihak perusahaan. Penilaian yang

dilakukan yaitu sesuai hasil penilaian yang telah disepakati, untuk

memilih prioritas masalah dapat ditentukan dengan metode BRYANT.

Pada prinsipnya metode ini menggunakan scooring yang didasarkan

pada kriteria :

P = Prevalence (besarnya masalah)

Yaitu jumlah/kelompok masyarakat yang terkena masalah

S = Seriouness (kegawatan masalah)

Yaitu tingginya angka morbiditas serta kecenderungannya

C = Community concern

Yaitu perhatian/kepentingan masyarakat dan pemerintah/intansi

(53)

M = Managebility

Yaitu ketersediaan sumber daya (tenaga, dana, sarana dan

metoda/cara).

Dalam penentuan prioritas masalah ini, skor masing – masing

kriteria berkisar antara 1 – 5 :

1 = Masalah tidak penting diprioritaskan

2 = Masalah kurang penting diprioritaskan

3 = Masalah penting diprioritaskan

4 = Masalah sangat penting diprioritaskan

5 = Masalah penting sekali diprioritaskan

Tabel 4.1 Pembobotan Prioritas Masalah Berdasarkan Metode BRYANT

No Alternatif Masalah P S C M Total Prioritas 1 Kurangnya kepatuhan

bahwa prioritas masalah yang paling utama pada Tim Pelayanan Teknis

(PT. Haleyora Powerindo) pada pekerjaan penyambungan kabel gardu

baru di PT PLN (Persero) Area Bandung adalah kurangnya kepatuhan

(54)

C. Penyebab Masalah

1. Kurangnya kepatuhan pekerja dalam menggunakan alat pelindung

diri (APD). Pada saat observasi ditemukan beberapa pekerja tidak

menggunakan alat pelindung diri khususnya sarung tangan isolasi

20 kV dan sepatu tahan isolasi 20 kV.

2. Penyimpanan APD (alat pelindung diri) yang tidak tepat. Banyak

pekerja yang menyimpan alat pelindung diri di sembarang tempat.

3. Kurangnya pengawasan yang ketat untuk pemberlakuan

sanksi/punishment berupa peneguran dan pemberian surat

peringatan terhadap para pekerja yang melanggar sehingga

pekerja acuh terhadap peraturan yang ada.

Berdasarkan hasil scooring pembobotan masalah, untuk

kepatuhan pegawai maka dapat ditetapkan masalah yang menjadi

prioritas dan perlu segera mendapat perhatian untuk dianalisa lebih

lanjut yaitu kurangnya kepatuhan pekerja dalam menggunakan alat

pelindung diri (APD) khususnya sarung tangan isolasi 20 kV dan

sepatu tahan isolasi 20 kV, untuk mengetahui penyebab masalah

tersebut, maka penulis melalui wawancara kepada para pekerja

(55)

D. Pemecahan Masalah

Hasil uraian penyebab masalah di atas dapat dibuat alternatif

pemecahan masalah yang sesuai dengan penyebab sehingga

masalah tersebut dapat diminimalis, maka dapat diuraikan sebagai

berikut :

1. Kurangnya kepatuhan pekerja dalam menggunakan alat pelindung

diri (APD) khususnya sarung tangan isolasi 20 kV dan sepatu

tahan isolasi 20 kV.

Selain dilakukan pengawasan terhadap kepatuhan alat

pelindung diri (APD), pekerja diberikan safety brefing sebelum

bekerja dan setelah bekerja. Hendaknya pekerja juga mendapatkan

motivasi untuk bekerja rapi agar tidak terjadi kecelakaan kerja serta

penyakit akibat kerja, dan diberikan pengarahan, promosi kesehatan

tentang bahayanya bila tidak memakai alat pelindung diri, dan juga

dapat melalui pelatihan K3 umum.

2. Penyimpanan APD (alat pelindung diri) yang tidak tepat. Banyak

pekerja yang menyimpan alat pelindung diri di sembarang tempat

Seluruh bagian unit kerja diberikan atau disediakan lemari

khusus penyimpanan alat pelindung diri agar tetap dalam kondisi

yang baik.

3. Kurangnya pengawasan yang ketat untuk pemberlakuan

(56)

Dilakukan pengawasan rutin dan safety patrol pada pekerja

terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD) khususnya sarung

tangan isolasi 20 kV dan sepatu tahan isolasi 20 kV dan dilakukan

(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan kegiatan praktek kesehatan masyarakat,

diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil observasi lapangan terdapat beberapa masalah yaitu kurangnya kepatuhan pekerja dalam menggunakan Alat pelindung

Diri (APD), penyimpanan alat pelindung diri tidak pada tempatnya

dan kurangnya pengawasan yang ketat atau pemberlakuan

sanksi/punishment bagi pekerja yang tidak menggunakan APD.

2. Prioritas masalah yang paling utama yaitu kurangnya kepatuhan pekerja dalam menggunakan alat pelindung diri (APD).

3. Gambaran penyebab masalah yaitu selain ketidak patuhan penggunaan alat pelindung diri adalah penyimpanan alat

pelindung diri yang sembarangan serta tidak adanya sanksi

membuat pekerja acuh terhadap penggunaan alat pelindung diri.

4. Alternatif yang dapat diajukan untuk mengatasi prioritas masalah yang ada pada Tim Pelayanan Teknis (PT. Haleyora Powerindo)

pada pekerjaan penyambungan kabel gardu baru di PT PLN

(Persero) Area Bandung yaitu pekerja diberikan safety brefing

(58)

pemberian punishment bagi pekerja yang tidak patuh dalam

menggunakan alat pelindung diri.

B. Saran

Berkenaan dengan penemuan masalah program atau kegiatan

bagian keselamatan dan kesehatan kerja di PT PLN (Persero) Area

Bandung yaitu kepatuhan terhadap penggunaan alat pelindung diri

dibagian produksi, maka penulis mengajukan beberapa saran yang

dapat dijadikan pertimbangan dan perhatian terhadap prioritas

masalah yang telah ditemukan untuk ditindaklanjuti permasalahan

yang terjadi sebagai berikut:

1. Lebih meningkatkan kembali training kesehatan dan keselamatan

kerja secara berkala setahun dua kali baik kepada pekerja baru

maupun lama untuk meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan

dalam penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di

perusahaan.

2. Selain dilakukan pengawasan terhadap kepatuhan penggunaan

alat pelindung diri (APD), hendaknya pekerja diberikan motivasi

untuk bekerja rapi, diberikan pengarahan, dan promosi kesehatan

serta pelatihan K3.

3. Dilakukan pengawasan rutin dan safety patrol pada pekerja

terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD) khususnya sarung

tangan isolasi 20 kV dan sepatu tahan isolasi 20 kV lalu dilakukan

(59)

kesehatan serta dilakukan pencatatan, sanksi/punishment bagi

(60)

Gambar

Gambar  APD  yang  digunakan  Tim  Pelayanan  Teknis  (PT.  HaleyoraPowerindo) pada pekerjaan penyambungan kabel gardu baru diPT PLN (Persero) Area Bandung dapat dilihat pada lampiran.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan dengan metode evaluatif komparatif terhadap anak usia 2-4 bulan dengan berat lahir .50-2.499 gram untuk menilai kesetaraan antara pemeriksaan uji

Pada buku-buku pelajaran matematika di sekolah , khususnya Geometri, sering terjadi penyimbulan yang tidak konsisten, yakni symbol yang sama untuk objek yang berbeda,

Berdasarkan kondisi tersebut, sedikitnya terdapat dua kategori kompetensi yang akan diteliti oleh penulis, yakni (1) kompetensi pedagogik merupakan kemampuan

tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam acara variety show Running Man 《奔跑吧兄弟》.. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Tujuan penelitian Untuk mengetahui efektifitas penerapan pendekatan CL versi STAD dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar Matematika peserta didik kelas

 Kemudian melakukan expand semua non terminal pada aturan produksi sampai yang tertinggal adalah simbol terminal.  Bila terjadi kesalahan (string tidak sesuai) maka akan

Serangga artropoda yang tertangkap setelah aplikasi bioinsektisida cair terdiri atas 2 ordo, 5 famili, 8 spesies dan 70 individu serangga fitofaga yang terperangkap dalam

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa polimer termoplastik LLDPE dapat digunakan sebagai binder dalam pembuatan komposit magnet berbahan dasar