• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEDUDUKAN HUKUM MOU DALAM PERSPEKTIF HUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEDUDUKAN HUKUM MOU DALAM PERSPEKTIF HUK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KEDUDUKAN HUKUMDAN PERBUATAN WANPRESTASI TERHADAP MEMORANDUM OF UNDERSTANDING(MOU) DITINJAU DARI PERSPEKTIF

HUKUM KONTRAK

Oentari Dewi A, Thrischa Vidia K, Yaneke Fyrgie A

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta (yaneke_fyrgie@yahoo.com)

Abstract

This articlewilldiscussthe legal positionofthe MoUin contract lawas well assanctionsin case ofbreachof thememorandum of understanding. Whereinsuch caseswill be discusseda fewthingsabout theweakness ofthe MoUwhichis runasa contractso thateven inthisMoUmay berelativelyeasier tobe canceled, andnobinding obligationsbetweenthe parties, butshouldbe usedas aninitialstrategyMoUbeforemakingthe contractin detailandnotpreciselyabusedbyunilaterallychanging thememorandumwhich resultedin theloss ofone of the parties. This articlewilldiscuss theunilateralactionstaken by thefirstby changing the contentsofthe memorandum of understandingwhethersuch actionis contrary to Article1243andArticle1347of the Civil Codeornot. Thusweknow the positionandthe position ofa memorandum of understandingora Memorandum of Understanding(MoU) whichbecame the basis forthe contract. So withunder articleconcerningitslegitimaterequirementsandprovisionsof a treatybreachwecandeterminewhethera unilateralactby changing the contentsofthe memorandum of understandingwassaid to bein defaultornot.

Keywords:Legal Position, Breach of Contract (Deafult), Memorandum of Understanding Abstrak

Artikel iniakan membahaskedudukan hukumdariMoUdalam hukum kontraksertasanksi apabila terjadi wanprestasi terhadapnota kesepahaman. Dimana dalamkasus tersebutakan dibahasbeberapa hal tentangkelemahanMoUyangdijalankan sebagaikontraksehinggameski dalam MoUinimungkin relatif lebih mudahdibatalkan, dan belum adakewajibanyang mengikatantara para pihak, tetapi harus digunakansebagaistrategi awalMoUsebelum membuatkontraksecararinci danbukan justru disalahgunakandengan mengubahnotasecara sepihakyang mengakibatkankerugianpadasalah satu pihak.Artikel iniakan membahas perbuatan sepihak yangdilakukanolehpihak pertamadengan mengubahisi darinota kesepahamanapakahtindakan tersebutbertentangan denganPasal1243dan Pasal1347KUHPerdataatau tidak. Dengan demikian kitamengetahui posisidankedudukan nota kesepahamanatauMemorandumof Understanding(MoU)yangmenjadi dasaruntuk melakukankontrak. Maka dengan berdasarkan pasal yang mengatur mengenai syarat sah nya suatu perjanjian dan ketentuan wanprestasi kita dapat mengetahui apakah perbuatan sepihak dengan mengubah isi dari nota kesepahaman itu dikatakan sebagai wanprestasi atau tidak.

Kata kunci : kedudukan hukum, wanprestasi, nota kesepahaman.

A. Pendahuluan

(2)

perangkat hukum yang hanya mengatur aspek tertentu dari pasal dan mengatur jenis perjanjian tertentu. (Salim H.S, 2005: 3)

Suatu kontrak atau perjanjian berawal dari suatu kesepakatan antara dua belah pihak. Dalam perumusannya diawali dengan negosiasi dan kesepahaman antara keduanya sehingga menimbulkan suatu kesepakatan karna kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda. Setelah kesepakatan tercapai para pihak biasanya akan mengadakan proses prakontraktual yang salah salah satunya adalah pada proses pembuatan nota kesepahaman atau sering disebut dengan istilah Memorandum of Understanding(MoU).

Syarat sah perjanjian atau kontrak terdapat dalam KUHPerdata. Dalam KUHPerdata Syarat sah perjanjian atau kontrak diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata. Dalam pasal 1320 ini tidak mengatur mengenai MOU sehingga tidak adanya peraturan yang jelas menimbulkan multitafsir sehinga dalam praktek sering disalahgunakan.(Salim H.S,2004:23)

Perbedaan memorandum of understanding dengan kontrak, dalam penyusunan kontrak Memorandum of Understanding(MoU) digunakan sebagai dasar penyusunan kontrak pada masa datang yang didasarkan pada hasil pemufakatan para pihak baik secara tertulis maupun secara lisan. Munir Fuady (2001:91) memberikan definisi Memorandum of Understanding(MoU) sebagai perjanjian pendahuluan yang akan dijabarkan dan diuraikan dengan perjanjian lainnya yang memuat aturan dan persyaratan secara lebih detail, sehingga MoU berisikan hal-hal pokok saja.

Sedangkan kontrak merupakan suatu perjanjian antara dua orang atau lebih yang menciptakan kewajiban untuk berbuat atau tidak berbuat suatu hal yang khusus. Sehingga terdapat perbedaan antara memorandum of understanding(MoU) dengan kontrak.

(3)

Setelah pemaparan diatas maka akan di bahas pokok artikel mengenai kedudukan hukum dari MoU ditinjau dari hukum kontrak serta adanya contoh kasus mengenai Memorandum of Understanding (MoU) antara PT. Jaya Makmur Bersama dengan PT. Pengembangan Pariwisa Bali selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang saat ini mengelola kawasan pariwisata Nusa Dua Bali. Dimana dalam kasus tersebut akan kami analisa menurut teori yang sudah kami uraikan diatas. Yang mana dalam kasus ini akan dikupas beberapa hal mengenai kelemahan MoU yang dijalankan sebagai kontrak sehingga baik dari segi waktu yang mana MoU ini dapat berlaku sementara waktu, prospeknya yang relatif lebih mudah dibatalkan, maupun kewajiban yang mengikat antara kedua belah pihak namun selayaknya MoU dijadikan sebagai strategi pendahuluan sebelum melakukan kontrak seara terperinci dan tidak justru disalahgunakan dengan mengubah nota kesepahaman secara sepihak seperti yang dilakukan oleh PT. Pengembangan Pariwisata Bali selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pihak pertama, yang berakibat pada meruginya pihak kedua. Maka dalam tulisan ini akan dibahas mengenai tindakan dalam prakontrak yaitu yang dilakukan oleh PT. Pengembangan Pariwisata Bali dengan mengubah isi dari Memorandum of Understanding apakah tindakan tersebut bertentangan dengan Pasal 1243 KUHPerdata tentang kontrak atau tidak.

Dalam artikel ini akan membahas mengenai kedudukan hukum dan perbuatan wanprestasi terhadap memorandum of understanding (MoU) ditinjau dari perspektif Hukum Kontrak mengenai kedudukan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan kontrak, seperti MoU antara PT. Pengembangan Pariwisata Bali dan PT. Jaya Makmur Bersama dan bagaimana implikasi nya ketika terjadi wanprestasi yaitu perubahan secara sepihak terhadap klausul MoU dengan berpedoman pada ketentuan hukum kontrak dan pasal-pasal yang terdapat dalam KUHPerdata.

B. PengertianMemorandum Of Understanding (M.O.U)

Memorandum merupakan suatu nota/ surat peringatan tak resmi yang merupakan suatu bentuk komunikasi yang berisi antara lain mengenai saran, arahan dan penerangan (Andi Hamzah, 1986:319).

Ada beberapa alasan mengapa dibuat MoU terhadap suatu transaksi bisnis, yaitu :

(4)

b. Karena dianggap penandatanganan kontrak masih lama dengan negosiasi yang alot. Karena itu, daripada tidak ada ikatan apa-apa sebelum ditandatanganinya kontrak tersebut, dibuatlah MoU yang akan berlaku untuk sementara waktu.

c. Karena masing-masing pihak dalam perjanjian masih ragu-ragu dan masih perlu waktu untuk pikir-pikir dalam hal menandatangani suatu kontrak, sehingga untuk pedoman awal dibuatlah MoU.

d. MoU dibuat dan ditandatangani oleh pihak eksekutif (direktur) dari suatu perusahaan tanpa memperhatikan hal detail terlebih dahulu dan tidak dirancang dan dinegoisasi khusus oleh staf-stafnya yang lebih rendah tetapi lebih menguasai teknis.

Adapun yang merupakan ciri-ciri dari suatu MoU adalah sebagai berikut (Munir Fuady, 2002:92):

a. Isinya ringkas, bahkan sering satu halaman saja. b. Berisikan hal yang pokok saja.

c. Hanya berisikan pendahuluan saja, yang akan diikuti oleh perjanjian lain yang lebih rinci.

d. Mempunyai jangka waktu berlakunya, misalnya 1 bulan, 6 bulan atau setahun. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak ditindaklanjuti dengan penandatanganan suatu perjanjian yang lebih rinci, maka MoU tersebut akan batal, kecuali diperpanjang dengan para pihak.

e. Biasanya dibuat dalam bentuk di bawah tangan saja tanpa adanya materai.

f. Biasanya tidak ada kewajiban yang bersifat memaksa kepada para pihak untuk membuat suatu perjanjian yang lebih detil setelah penandatanganan MoU.

Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian MoU secara umum merupakan suatu nota dimana masing-masing pihak melakukan penandatanganan MoU sebagai suatu pedoman awal tanda adanya suatu kesepahaman diantara mereka. MoU sengaja dibuat dan tidak formal karena biasanya hanya dilakukan di bawah tangan saja. MoU sengaja dibuat ringkas karena pihak yang menandatangani MoU tersebut merupakan pihak-pihak masih dalam negosiasi awal, akan tetapi daripada tidak ada ikatan apa-apa maka dibuatlah MoU.

C. Kedudukan Memorandum Of Understanding (M.O.U) Dalam Hukum Kontrak

(5)

1. Hukum kontrak bersifat mengatur. 2. Asas kebebasan berkontrak. 3. Asas pacta sun servanda.

4. Asas konsensual dari suatu kontrak. 5. Asas obligator dari suatu kontrak.

Untuk mengetahui apakah suatu MoU bisa dikatakan kontrak atau bukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu antara lain mengenai :

1. Materi/ substansi dalam Memorandum of Understanding(MoU)

Mengetahui materi atau substansi apa saja yang diatur dalam pasal- pasal MoU sangat penting, karena apakah dalam materi yang termaktub dalam MoU tersebut terdapat unsur-unsur yang akan membuat salah satu pihak dirugikan apabila ada salah satu materi dalam MoU tersebut yang diingkari. Misalkan dalam MoU disebutkan mengenai kerjasama untuk membangun suatu proyek, dimana kedua belah pihak menyetujui untuk saling bekerja sama dalam pembangunan proyek tersebut. Tetapi di tengah perjalanan salah satu pihak ingin membatalkan kerja sama tersebut dengan dalil proyek tersebut tidak berprospek bagus. Dengan adanya pembatalan sepihak tersebut jelas merugikan pihak lain yang bersangkutan, karena salah satu pihak tersebut merasa telah menyiapkan segalanya termasuk anggaran- anggaran yang dibutuhkan. Maka dalam hal ini berdasarkan teori mengenai wanprestasi yaitu tentang hilangnya keuntungan yang diharapkan, dimana salah satu pihak merasa rugi dan merasa kehilangan suatu keuntungan yang besar dari pembatalan MoU tersebut, maka MoU yang telah dibuat tersebut dapat dikategorikan suatu kontrak atau setingkat dengan perjanjian berdasarkan pasal 1338 KUHPerdata. Dalam Teori kepercayaan merugi (Injurious Reliance Theori) juga telah dinyatakan dengan jelas bahwa kontrak sudah dianggap ada jika dengan kontrak yang bersangkutan sudah menimbulkan kepercayaan bagi pihak terhadap siapa janji itu diberikan sehingga pihak yang menerima janji tersebut karena kepercayaannya itu akan menimbulkan kerugian jika janji itu tidak terlaksana (Munir Fuady, 2002:92).

2. Ada tidaknya sanksi

(6)

Karena adanya bermacam-macam pendapat mengenai kedudukan dari MoU, maka dikenal dua macam pendapat sebagai berikut (Munir Fuady, 2002:92-94) :

1. Gentlemen Agreement

Kekuatan mengikatnya suatu MoU tidak sama dengan perjanjian biasa, Meskipun MoUdibuat dalam bentuk dengan akta notaris sekalipun. Bahkan menurut pendapat golongan ini menyatakan bahwa MoU mengikat sebatas pada pengakuan moral belaka, dalam arti tidak punya daya ikat secara hukum.

2. Agreement is Agreement

Suatu perjanjian dibuat, apapun bentuknya. Lisan atau tertulis, pendek atau panjang, lengkap/ detil ataupun hanya diatur pokok-pokoknya saja, tetap saja merupakan suatu perjanjian, dan karenanya mempunyai kekuatan hukum mengikat layaknya suatu perjanjian, sehingga seluruh ketentuan pasal-pasal tentang hukum perjanjian telah bisa diterapkan kepadanya. Menurut pendapat ini untuk mencari dasar yuridis yang tepat bagi penggunaan MoU dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang artinya apapun yang dibuat sesuai kesepakatan kedua belah pihak, merupakan hukum yang berlaku baginya sehingga mengikat kedua belah pihak tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui kedudukan dari MoU tersebut dilihat dari subtansinya, apakah subtansinya mengandung unsur kerugian non moral atau kerugian secara finansial apabila tidak dilakukannya pemenuhan prestasi dan apakah dalam MoU mengandung sanksi atau tidak. Apabila menimbulkan suatu kerugian non moral yaitu material dan mengandung suatu sanksi yang jelas bagi para pihak yang mengingkarinya, maka MoU tersebut sudah berkedudukan sebagai kontrak dan dianggap sudah setingkat dengan perjanjian berdasarkan pasal 1338 KUH Perdata mengenai kebebasan berkontrak. Meskipun MoU tidak pernah disebutkan dengan tegas bahwa itu merupakan suatu kontrak, akan tetapi kenyataannya kesepakatan semacam MoU ini memang ada seperti yang ditegaskan dalam teori kontrak de facto (implied in-fact), yakni sudah disebut sebagai kontrak, meskipun tidak pernah disebutkan dengan tegas tetapi ada kenyataan, pada prinsipnya dapat diterima sebagai kontrak yang sempurna.(Munir Fuady,2002:88)

MoU dalam hal ini apabila dikaitkan dengan teori ini maka dapat disebut sebagai suatu kontrak dengan segala macam konsekuensinya. Dan hal ini tentunya mempunyai efek yang pasti terhadap kekuatan hukum suatu MoU.(Munir Fuady, 2002:90)

(7)

1) Wanprestasi dalam kontrak ditinjau dari peraturan perundangan dan doktrin hukum kontrak.

Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda wanprestatie artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik yang timbul perjanjian maupun perikatan yang timbul karena undang-undang. Suatu perjanjian lahir pada detik tercapainya kesepakatan atau persetujuan kedua belah pihak mengenai apa yang menjadi obyek perjanjian (Ridwan Syahrani, 1989:280).

Mengenai pengertian prestasi dalam KUH Perdata diatur dalam pasal 1234 KUH Perdata yaitu berupa :

a. Memberikan sesuatu; b. Berbuat sesuatu; c. Tidak berbuat sesuatu.

Apabila si yang berkewajiban tidak melakukan apa yang dijanjikannya, maka pihak yang ia melakukan wanprestasi atau ingkar janji sesuai dengan pasal 1243 KUHPerdata yang berbunyi: Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan barulah mulai diwajibkan, apabila siberutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuat tenggang waktu yang telah dilampaukannya. Wanprestasi seseorang debitur dapat berupa empat macam (Ridwan Syahrani, 1989:280) :

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan.

2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana dijanjikan. 3. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terfambat.

4. Melakukan apa yang menurut yang dijanjikan tidak boleh dilakukannya.

Ada beberapa jenis perbuatan tidak memenuhi prestasi. Antara lain meliputi : Wanprestasi berupa tidak memenuhi prestasi, Wanprestasi berupa terlambat memenuhi prestasi, Wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi.

2) Akibat bila terjadi suatu pengingkaran substansi dari Memorandum of Understanding Pengingkaran yang terjadi dalam substansi dari MoU dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu :

a. Pengingkaran terhadap substansi MoU yang tidak berkedudukan sebagai kontrak. b. Pengingkaran substansi MoU yang berkedudukan sebagai kontrak (wanprestasi).

(8)

masalah ini lebih pada musyawarah untuk mencari suatu jalan keluarnya. Adanya sanksi moral dalam hal ini dimisalkan bahwa pihak yang mengingkarinya maka aka nada sanksi berupa cap buruk atau biasa disebut dengan blacklist. Apabila suatu hari bila ia mengadakan suatu perjanjian lagi terhadap pihak lain maka kemungkinan dia tidak akan dipercaya lagi dan tidak akan ada lagi yang akan melakukan kerjasama bisnis lagi dengannya.

Sehingga dalam hal ini MoU yang telah dibuat sebelumnya diratifikasi menjadi sebuah kontrak baru dengan substansi lebih tegas menyangkut hak dan kewajiban masing-masing pihak disertai dengan sanksi yang tegas pula jika terdapat suatu pelanggaran. Sedangkan untuk MoU yang sifatnya sudah merupakan suatu kontrak maka apabila terjadi suatu wanprestasi terhadap substansi dalam MoU ini maka pihak tersebut harus memenuhi prestasi yang telah dilanggarnya atau ia akan dikenai sanksi dari perundang-undangan yang berlaku.

Hal-hal yang dapat dituntut oleh kreditur bila terjadi wanprestasi tersebut antara lain : dapat meminta pemenuhan prestasi,dapat meminta penggantian kerugian saja, yaitu kerugian yang dideritanya, karena perjanjian tidak atau terlambat dilaksanakan, atau dilaksanakan tetapi tidak sebagaimana mestinya,dapat menuntut pemenuhan prestasi disertai dengan penggantian kerugian yang diderita sebagai terjadinya wanprestasi, dan kreditur dapat meminta pembatalan perjanjian (Subekti, 1985:147).

Terlepas dari semua hal tersebut, seorang debitur dapat tidak memenuhi prestasi dalam sebuah kontrak yang dilakukannya jika ada suatu peristiwa yang tidak terduga pada saat pembuatan kontrak (forcemajeure), keadaan atau peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur, sementara si debitur tersebut tidak dalam beritikad buruk. Hal tersebut sesuai dengan pasal 1245 KUH Perdata.

Kemudian ada beberapa hal yang menjadi kelebihan dari MoU yaitu MoU relative lebih mudah dibatalkan, MoU dapat berlaku hanya untuk sementara waktu, dan MoU isinya hanya berupa hal pokok, jangka waktunya terbatas serta tidak dibuat secara formal. Dan awalnya kontrak ini hanya lah sebuah pendahuluan yang nantinya akan diikuti oleh sebuah kontrak secara terperinci. Meskipun MoU memberi kemudahan terhadap para pihak yang akan melakukan kontrak namun para pihak merasa ragu akan berlakunya secara yuridis.

(9)

Pada 9 Mei 2008, PT. Jaya Makmur Bersama mengikuti penawaran untuk pengembanganpariwisata di Bali yang ditawarkan oleh PT. Pengembangan Pariwisata Bali selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang saat ini mengelola kawasan pariwisata Nusa Dua Bali. Pengembangan itu untuk meningkatkan pariwisata yang berkualitas dan mempunyai nilai tambah dalam bentuk pengembangan sarana akomodasi, recreation, and entertainment center yang akan dibangun dan dioperasikan diatas lahan Lot C-5 dengan sertipikat HPL No.4/ Desa Benoa atas nama PT Pengembangan Pariwisata Bali (kantor BTDC).

Pada 15 Agustus 2008 PT. Pengembangan Pariwisata Bali menunjuk PT. Jaya Makmur Bersama sebagai calon investor yang diterima untuk mengembangkan pariwisata di lahan Lot C-5 hal tersebut diberitahukan melalui surat penunjukkan dengan Nomor 1/Timbang/PT.PPB/VIII/2008 tertanggal 15 Agustus tahun 2008. Atas dasar surat penunjukan tersebut PT. Pengembangan Pariwisata Bali dengan PT. Jaya Makmur Bersama bersepakat menandatangani kesepahaman yang dituangkan dalam nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan nomor 88/SP/IX/2008 tertanggal 19 September 2008. Atas dasar itu, PT. Pengembangan Pariwisata Bali (pihak pertama) dan PT. Jaya Makmur Bersama (pihak kedua) wajib untuk mempersiapkan dan menandatangani Land Utilization and Land Development (LUDA) sebagai tindak lanjut dari nota kesepahaman dan LUDA harus dibuat berdasarkan prinsip-prinsip yang sudah diatur dalam nota kesepahaman. Selain itu didalam penandatanganan nota kesepahaman para pihak telah bersepakat bahwa pihak kedua wajib menyerahkan jaminan keseriusan (guaranty fee) dalam bentuk deposit dengan jumlah 5 % dari total kompensasi yaitu Rp. 1.500.000.000,00 (satu setengah milyar rupiah).

(10)

perubahan atas isi nota kesepahaman. Kebijakan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Negara BUMN dengan nomor S-465/MBU/2009 tertanggal 9 Juli 2009.

Atas dasar diatas pihak pertama meminta untuk dilakukan perubahan persyaratan didalam pembahasan LUDA sehingga prinsip yang telah ada dalam nota kesepahaman dapat diabaikan. Adapun perubahan yang diminta pihak pertama yakni : Pertama, pihak pertama meminta perubahan pada ketentuan jangka waktu pengelolaan tanah. Yakni dari 50 tahun sejak penandatanganan LUDA yang dibagi dalam dua tahap yaitu tahap pertama 30 tahun sejak penyerahan lahan kosong dan tahap kedua 20 tahun dengan perpanjangan secara otomatis. Diubah dengan jangka waktu hanya 30 tahun dan dapat diperpanjang maksimum adalah 20 tahun. Kedua, pihak pertama juga meminta agar jumlah kompensasi yang telah disepakati dalam MoU dirubah menyesuaikan dengan lamanya jangka waktu pengelolaan tanah. Karena jangka waktu yang baru berkurang menjadi 30 tahun maka kompensasi seharusnya berkurang secara proporsional. Perubahan yang diminta oleh pihak pertama diatas mengakibatkan tertundanya penandatanganan LUDA dan telah melebihi jangka waktu penandatanganan dari paling lambat adalah 31 Desember 2008.

Selanjutnya pihak kedua masih berupaya untuk menegosiasikan permintaan perubahan kesepakatan didalam nota kesepahaman karena merasa telah menyerahkan kompensasi serius fee (guaranty fee) dalam bentuk deposit. Namun tiba-tiba pihak pertama menyatakan untuk memutuskan kerjasama dengan pihak kedua dikarenakan tidak adanya kesepakatan atas perubahan yang diminta oleh pihak pertama. Pemutusan secara sepihak tersebut tertuang didalam surat nomor 45/Dir/PT.PPB/X/2010 tertanggal 6 Oktober 2010.

Tindakan yang dilakukan pihak pertama diatas tidak dapat diterima oleh pihak kedua, danpihak kedua tetap ingin melaksanakan LUDA dengan prinsip-prinsip dalam nota kesepahaman. Pihak kedua kemudian mengajukan gugatan di Pengadilan Negeri Bali atasdasar wanprestasi sebagaimana diatur pada pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).

Analisis Hukum

1. Nota Kesepahaman dapat dikategorikan sebagai kontrak

(11)

menandatangani Land Utilization and Development Agreement (LUDA) sebagai kontrak kerjasamanya. Nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) adalah suatu pernyataan persetujuan secara tidak langsung terhadap hubungannya dengan persetujuan lain, baik secara lisan maupun tertulis. Berdasarkan kehendak para pihak, MoUdapat digambarkan bahwa ada para pihak yang berniat untuk mengikatkan diri dalam suatu kontrak tetapi masih diatur dalam kesepakatan-kesepakatan yang umum saja. Selain itu ada juga MoUyang dibuat untuk mengikat tetapi belum dapat dipastikan pelaksanaannya, mengingat kondisi tertentu yang belum dapat dipastikan. Disamping itu mou mempunyai ciri sebagai dokumen yang isinya ringkas dengan ketentuan-ketentuan pokok saja. MoU bersifat sebagai pendahuluan saja dengan mempunyai batas waktu tertentu. Oleh karena itu pengkategorian mou dapat dilihat dari unsur yang dituangkan didalam isi kesepakatan. Dalam hal ini jangan terjebak dari sisi penamaan suatu kesepakatan semata, tetapi harus dilihat dan dibuktikan dari unsur yang terkandung dalam kesepakatan. Penandatanganan nota kesepahaman yang dilakukan antara pihak pertama dan pihakkedua dapat dikategorikan sebagai kontrak. Hal tersebut dilihat dari pernyataan para pihakdidalam nota kesepahaman yang dibuat mereka menyatakan untuk bersepakat dan salingmengikat sebagai langkah awal suatu kerjasama. Sesuai dengan berlakunya kontrak tersebut MoU yang disepakati oleh kedua belah pihak tersebut dalam hal ini apabila dikaitkan dengan teori maka dapat disebut sebagai suatu kontrak dengan segala macam konsekuensinya. Dan hal ini tentunya mempunyai efek yang pasti terhadap kekuatan hukum suatu MoU serta akibat hukum apabila terdapat sebuah pelanggaran kontrak / wanprestasi.(Munir Fuady, 2002:90)

(12)

hukum yang secara jelas kesepahaman itu disebut sebagai perjanjian sebagaimana diatur pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1313.

2. Nota Kesepahaman mengikat para pihak

Para pihak mengatakan bahwa nota kesepahaman itu dibuat dengan memenuhi syaratsahnya suatu kontrak sebagaimana ditetapkan dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Para pihak telah bersepakat untuk mengembangkan lahan Lot C-5. Dan itu semua dinyatakan oleh mereka dalam bentuk nota kesepahaman. Nota kesepahaman tersebut dibuat berdasarkan atas surat penunjukkan dari pihak pertama kepada pihak kedua melalui surat penunjukkan Nomor 1/Timbang/PT.PPB/VIII/2008 tertanggal 15 Agustus tahun 2008.Selain itu ketentuan-ketentuan yang dibuat dalam kesepahaman telah berlaku menjadihukum bagi mereka yang menandatanganinya (lex spesialis derogate legi generalis). Parapihak selaku contracting parties sudah terikat sejak penandatanganan nota kesepahaman. Karena nota kesepahaman diproses dengan memenuhi syarat-syarat mengikatnya perjanjian. Maka sepanjang syarat-syarat didalam nota kesepahaman tersebut tidak dibatalkan, para pihak tetap terikat didalam kesepakatan yang telah dibuat. Dasar tersebut jelas dinyatakan didalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang mengatakan bahwa perjanjian itu menjadi undang-undang bagi mereka yang membuatnya dan harus dipatuhi.

(13)

3. Pemutusan sepihak nota kesepahaman dapat dikategorikan wanprestasi

Ketentuan tentang wanprestasi dapat diterapkan apabila seseorang tidak memenuhi prestasinya yang merupakan kewajibannya dalam suatu perjanjian. Hal ini bila ia tidak mememuhi kewajibannya, terlambat memenuhi, atau memenuhi tetapi tidak seperti yang diperjanjikan. Dapat dikatakan wanprestasi sebagai prestasi buruk dalam suatu perjanjian. Dimana salah satu pihak tidak berprestasi atau ingkar janji. Wanprestasi dapat terjadi baik dilakukan secara sengaja ,lalai ataupun karena adanya keadaan memaksa. Akibat dari wanprestasi pihak yang dirugikan dapat menuntut pemenuhan perikatan, ganti kerugian, pembatalan perikatan, peralihan resiko, ataupun bayar biaya perkara. Dalam permohonan wanprestasi seseorang lebih ingin meminta pihak yang mengingkari janji untuk memenuhi kewajibannya atau paling tidak mengganti biaya, kerugian, dan bunga yang timbul akibat kelalaian. Perihal wanprestasi harus dinyatakan terlebih dahulu secara resmi, yaitu dengan memberikan peringatan atau somasi secara tertulis. Kecuali didalam perjanjian ditentukan secara tegas dan kapan para pihak dianggap lalai.

Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan bahwa perjanjian telah memenuhi syarat batal apabila terjadi wanprestasi dalam perjanjian timbal balik. Syarat batal itu terjadi bila wanprestasi bukan karena keadaan memaksa atau diluar kekuasaantetapi karena adanya kelalaian. Wanprestasi harus didasari dengan adanya suatu perjanjian sehingga kewajiban yang tidak dilaksanakan sebagaimana diperjanjikan telah memenuhi syarat batal dan dapat dimohonkan wanprestasi. Permohonan itu bisa berupa pemenuhan prestasi, ganti rugi ataupun pembatalan perjanjian.

(14)

ditentukan. Pemutusan sepihak oleh pihak pertama merupakan pelanggara dalam kategori wanprestasi. Dimana kesepatan para pihak secara diam-diam itu mewajibakan para pihaknya untuk memberitahukan terlebih dahulu bila ingin menghentikan perjanjiannya. Hal yang tidak diberitahukan didalam perjanjian secara diam-diam akan menimbulkan pelanggaran cidera janji atau wanprestasi. Karena perjanjian diam-diam merupakan perjanjian dengan waktu tidak tertentu.

F. PENUTUP

Dalam artikel diatas telah diuraikan bahwa beberapa kesepakatan dapat dibuat sebelum kontrak yaitu dengan membuat nota kesepahaman (MoU) yang dapat dijadikan langkah awal untuk membuat kontrak yang selanjutnya dengan lebih detail. Namun dalam nota kesepahaman antara PT. Pengembangan Pariwisata Bali dengan PT. Jaya Makmur Bersama adalah merupakan inti dari sebuah kontrak karena telah dibuat bersama, ditandatangani dan telah disepakati unsure-unsurnya sehingga ada obyek perjanjian dalam MoUini yaitu dengan realisasi pelaksanaan LUDA. Maka terdapat syarat-syarat dalam nota kesepahaman tersebut yang tidak dapat dibatalkan, para pihk tetap terikat pada kesepakaatan yang telah dibuat. Sesuai dengan pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata bahwa perjanjian itu menjadi undang-undang yang membuatnya dan harus dipatuhi. Maka yang dilakukan oleh PT. Pengembang Pariwisata Bali dengan sepihak merubah isi nota kesepahaman dengan PT. Jaya Makmur Bersamaadalah tidak bersesuaian dengan prinsip dan isi dari MoU tersebut.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Amirizal. 1999. Hukum Bisnis. Risalah Teori dan Praktik. Jakarta: Djambatan. Andi Hamzah.1986. Kamus Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hendry Campbell. 1979. Black’s law dictionary, fifth edition, west publishing company, USA http://edokumen.kemenag.go.izd/files/9zWBqE8j1287460394.pdfdi akses tanggal 5 Januari

2015 pukul 13.24 WIB)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wet Boek).

Munir Fuady. 2002. Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek. Buku Keempat.PT. Citra AdityaBakti Bandung.

Ridwan Syahrani. 1989.Seluk Beluk dan Azaz-Azaz Hukum Perdata. Bandung: Alumni. Salim H.S dan Wiwik Abdullah. 2007.Perancangan kontrak & memorandum of

understanding (MOU).Jakarta: Sinar Grafika.

Salim H.S. 2004.Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat.cetakan ke-2. Jakarta: Sinar Grafika.

_________.2005.Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak.cet-3.Jakarta: Sinar Grafika.

Subekti. 1984. Hukum perjanjian. Jakarta: PT Intermessa.

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi PKL terhadap kebijakan penataan kawasan Taman Poci Kota Tegal adalah mereka menganggap bahwa pemerintah Kota Tegal dalam menerapkan kebijakan ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh praktik income smoothing terhadap return saham dan risiko pasar saham pada perusahaan-perusahaan

Setelah makan siang check out dari hotel untuk kemudian menuju Abyar Ali terlebih dahulu (untuk miqat umrah) dan melanjutkan perjalanan menuju kota Makkah Al

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif maka dari itu dalam penelitian ini akan menggambarkan secara rinci tentang Implementasi Peraturan

Hasil diatas menunjukan bahwa pakan komplit dengan penambahan tepung bonggol pisang tidak berbeda nyata (p>0,05) terhadap persentase degradasi bahan kering, hal ini

Berdasarkan pemeriksaan histologi gonad terbukti bahwa ukuran rerata oosit pada perlakuan suntikan larutan 17β- estradiol (P3) lebih tinggi dibanding per- lakuan P1, P2

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti strategi Index Card Match yang digunakan dalam proses pembelajaran matematika dan bagaimana penerapannya, sehingga

Dalam hal perhitungan pengembalian pembayaran retribusi wajib retribusi dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada kepala.. 81 daerah atau pejabat yang ditunjuk oleh