• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEROLEHAN TANAH KARENA PEWARISAN DAN PENDAFTARANNYA BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEROLEHAN TANAH KARENA PEWARISAN DAN PENDAFTARANNYA BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PEROLEHAN TANAH KARENA PEWARISAN DAN PENDAFTARANNYA BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

Oleh

AHMAD SHOBARI

Jurnal Ilmiah

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

pada

Jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PEROLEHAN TANAH KARENA PEWARISAN DAN PENDAFTARANNYA BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

Ahmad Shobari, F.X. Sumarja, Nurmayani. Email: ahmadshobari95 @gmail.com. Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Soemantri Brojonegoro Nomor 1 Bandar Lampung 35145

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji: (1) Perolehan tanah karena pewarisan berdasarkan putusan Pengadilan Agama, (2) Pedaftaran tanah yang diperoleh karena pewarisan berdasarkan putusan Pengadilan Agama, (3) penghambatnya di Kantor Pertanahan.

Metode penelitian normatif dan empiris, jenis data terdiri dari data sekunder dan data primer yang dikumpulkan dengan wawancara dan dokumentasi Analisis data menggunakan analisis kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Perolehan hak milik atas tanah karena pewarisan berdasarkan putusan pengadilan setelah berlaku UUPA jo. PP No. 24 Tahun 1997, adalah dengan penetapan sebagai ahli waris oleh pengadilan, ahli waris dalam waktu 6 bulan harus mendaftarkan tanah warisannya tersebut ke Badan Pertanahan Nasional. (2) Pedaftaran tanah yang diperoleh karena pewarisan berdasarkan putusan Pengadilan Agama dilaksanakan dengan kegiatan yaitu ahli waris selaku pemohon (ahli waris) mendaftarkan ke kantor Badan Pertanahan Nasional dengan persyaratan yaitu mengisi formulir permohonan, bukti identitas ahli waris, surat Kematian atas nama pemegang hak dan surat Tanda Bukti sebagai Ahli Waris berdasarkan putusan pengadilan. (3) Faktor penghambat pendaftaran yang diperoleh karena pewarisan berdasarkan putusan Pengadilan Agama adalah kurang lengkapnya persyaratan yang diajukan oleh waris dalam pendaftaran tanah dan ahli waris yang tidak mengurus sendiri pendaftaran tanah tetapi dengan menguasakannya kepada pihak lain.

(3)

ACQUISITION OF LAND DUE TO INHERITANCE BASED ON THE DECISION OF THE RELIGIOUS COURT

ABSTRACT

This research discussed: (1) Acquisition of land due to inheritance based on the decision of the Religious Court? (2) Registration of land acquired by inheritance based on the decision of the Religious Courts? (3) Inhibiting factor of registration obtained by inheritance based on the decision of the Religious Courts?

Method of research used normative and empirical legal approach. The type of data consists of secondary data and primary data collected by interviews and documentation Data analysis using qualitative analysis.

The results of this study indicate: (1) The acquisition of land ownership rights due to inheritance after the validity of UUPA jo. PP no. 24 In 1997, if a landowner dies, within 6 months must register his or her inheritance land to the National Land Agency (2) Registration of land acquired due to inheritance based on Religious Court decision shall be executed by the activity of heir as the applicant register to the office of the National Land Agency with the requirements of filling in the application form, proof of identity of the heir, Death letter on behalf of the right holder and A letter of evidence as an heir based on a court decision. (3) The inhibiting factor of registration obtained due to inheritance based on the decision of the Religious Courts is a lack of complete requirements submitted by inheritance in land registration and the existence of an heir who does not take care of his own land registration but by another person.

(4)

I. Pendahuluan

Tanah merupakan salah satu kebutuhan primer bagi manusia bahkan sampai meninggalpun manusia masih membutuhkan tanah. Kebutuhan manusia terhadap tanah dewasa ini makin meningkat. Hal ini disebabkan semakin bertambahnya jumlah penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. Dasar kepastian hukum mengenai hak milik atas tanah terdapat dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau yang lebih dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dinyatakan bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Hak milik adalah hak untuk menikmati secara bebas dan memperlakukan secara sesuka si pemilik hak yang sempurna. Pemilik dapat menggunakannya, menikmatinya, memusnahkannya, membuangnya, menjualnya. Secara umum pengaturan mengenai hak milik atas tanah dalam Pasal 20-27 UUPA, menurut prinsip-prinsip umum tentang hak milik atas tanah.1

Ketentuan Pasal 23 UUPA mengatur:

(1) Hak milik, demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19 UUPA.

1

Effendi Perangin. Hukum Agraria Di Indonesia, Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi Hukum. Cet.4. Jakarta: RajaGrafindo, 1994. hlm.3.

(2) Pendaftaran termaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak tersebut.

Berdasarkan Pasal 23 UUPA tersebut peralihan hak milik atas tanah wajib didaftarkan. Peralihan hak milik atas tanah dapat terjadi karena jual beli, warisan, hibah dan tukar menukar.

Peralihan tersebut berkaitan dengan Pasal 20 ayat (2) UUPA yang menyatakan bahwa hak milik atas tanah dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Dalam hal ini penerima hak yang baru wajib mendaftarkan peralihan hak milik atas tanah yang diterimanya dalam rangka memberikan perlindungan hak kepada pemegang hak atas tanah yang baru demi ketertiban tata usaha pendaftaran tanah.

(5)

Pendaftaran tanah sesuai dengan Pasal 1 ayat (1) PP No. 24 Tahun 1997 berfungsi untuk mengetahui status bidang tanah, siapa pemiliknya, apa haknya, berapa luasnya, untuk apa dipergunakan. Untuk memperoleh kekuatan hukum rangkaian kegiatan pendaftaran tanah secara sistematis, pengajuan kebenaran materiil pembuktian data fisik dan data yuridis hak atas tanah, ataupun lain hal yang dibutuhkan sebagai dasar hak pendaftaran tanah, dan atau riwayat asal usul pemilikan atas tanah, jual-beli, warisan, tidak terlepas pada peraturan yang berlaku. Dampaknya selama belum dibuktikan yang sebaliknya data fisik dan data yuridis dalam perbuatan hukum maupun sengketa didepan pengadilan harus diterima sebagai data yang benar. Individu atau badan hukum lainnya tidak dapat menuntut tanah yang telah bersertifikat atas nama orang lain atau badan hukum jika selama lima tahun sejak dikeluarkan tidak mengajukan gugatan di pengadilan.

UUPA berlaku sudah lama dan memakai sistem pendaftaran positif yang menjadikan sertipikat tanah satu-satunya alat bukti untuk membuktikan hak milik atas tanah dengan pengertian bahwa apabila dapat dibuktikan bahwa sertipikat itu palsu atau dipalsukan atau diperoleh dengan jalan yang tidak sah (karena paksaan atau pungutan liar alau uang sogok, misalnya), maka tentu saja sertipikat itu dianggap tidak sah, sehingga menjadi batal dengan sendirinya. 2

Pelaksanaan untuk tercapainya jaminan dan kepastian hukum hak-hak atas tanah diselenggarakan pendaftaran tanah dengan mengadakan pengukuran, pemetaan tanah dan penyelenggaraan tata

2

Sunaryati Hartono, Beberapa Pemikiran Kearah Pembaharuan Hukum Tanah, Gramedia, Jakarta, 1997, hlm. 95.

usaha hak atas tanah merupakan hubungan hukum orang atau badan hukum dengan sesuatu benda yang menimbulkan kewenangan atas obyek bidang tanah dan memaksa orang lain untuk menghormatinya akibat dari pemilikan, termasuk kepemilikian hak atas tanah karena pewarisan .

Permasalahan penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah perolehan tanah

karena pewarisan berdasarkan putusan Pengadilan Agama?

2. Bagaimanakah pedaftaran tanah yang diperoleh karena pewarisan berdasarkan putusan Pengadilan Agama?

3. Apakah faktor penghambat pendaftaran yang diperoleh karena pewarisan berdasarkan putusan Pengadilan Agama?

II. Metode Penelitian

Metode ini menggunakan pendekatan normatif dan empiris. Prosedur pengumpulan dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan. Prosedur pengolahan data dilakukan melalui tahap pemeriksaan data, klasifikasi data, penyusunan data dan seleksi data. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif.

III. Pembahasan

A. Perolehan Tanah karena Pewarisan Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama

(6)

kepada ahli waris orang yang meninggal tersebut. Dengan meninggalnya seseorang ini maka akan ada pewaris, ahli waris dan warisan.

Pewaris adalah orang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta kekayaan, sedangkan ahli waris adalah orang yang berhak atas harta kekayaan dari orang meninggal. Warisan yang ditinggalkan bisa immaterial maupun material, harta kekayaan material antara lain tanah, rumah ataupun benda lainnya.

Menurut Kurnia Martini Dwi Putri, peralihan hak milik atas tanah yaitu hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Pengertian tentang kata “beralih” adalah suatu peralihan hak yang dikarenakan pemilik hak telah meninggal dunia maka haknya dengan sendiri menjadi beralih kepada ahli warisnya.3 terjadi karena perbuatan hukum dan peristiwa hukum. Peralihan hak milik atas tanah karena perbuatan hukum dapat terjadi apabila pemegang hak milik atas tanah dengan sengaja mengalihkan hak yang dipegangnya kepada pihak lain. Sedangkan peralihan hak milik atas tanah karena peristiwa hukum, terjadi apabila pemegang hak milik atas tanah meninggal dunia, maka dengan sendirinya atau tanpa adanya suatu perbuatan hukum disengaja dari

3

Hasil wawancara dengan Kurnia Martini Dwi Putri selaku Kepala Subseksi Pemeliharaan Data Hak Tanah dan Pembinaan PPAT Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung. Selasa 13 Juni 2017

pemegang hak, hak milik beralih kepada ahli waris pemegang hak.4

Pewarisan hak milik atas tanah tetap harus berlandaskan pada ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria dan Peraturan Pelaksanaannya. Penerima peralihan hak milik atas tanah atau pemegang hak milik atas tanah yang baru haruslah berkewarganegaraan Indonesia sesuai dengan ketentuan Pasal 9 Undang-undang Pokok Agraria dan Pasal 21 ayat (1) UUPA bahwa warga Negara Indonesia yang dapat, mempunyai hak milik, dengan tidak membedakan kesempatan antara laki-laki dan wanita yang mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh suatu hak atas tanah serta untuk mendapat manfaat dan hasilnya, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya.

Menurut ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang berhak menerima warisan wajib meminta pendaftaran peralihan hak tersebut dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak meninggalnya orang yang semula mempunyai hak milik tersebut dengan tidak melanggar ketentuan bahwa menerima hak milik atas tanah harus sesuai dengan Pasal 21 UUPA.

Berdasarkan uraian di atas maka diketahui bahwa perolehan hak milik atas tanah karena pewarisan setelah berlaku UUPA jo. PP No.24 Tahun 1997, apabila seorang pemilik tanah meninggal dunia maka orang yang menerima warisan tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan

4

(7)

harus mendaftarkan tanah warisannya tersebut ke Badan Pertanahan Nasional. Dalam pelaksanaannya ahli waris meminta surat kematian dari desa, bukti diri dan surat keterangan waris yang dibuat oleh Kepala Desa. Apabila ahli waris akan membagikan warisan tersebut harus dibuatkan akta pembagian harta warisan ke PPAT dengan syarat-syarat yang telah ditentukan sesuai dengan Pasal 42 ayat (4) PP No. 24 Tahun 1997 dan selanjutnya didaftarkan atau melakukan proses balik nama kepada kantor Badan Pertanahan Nasional untuk dibuatkan sertifikat sebagai jaminan kepastian hukum atas tanah tersebut.

Perolehan Tanah karena Pewarisan Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama sebagaimana terdapat dalam Penetapan Pengadilan Agama Tanjung Karang Nomor: 0036/Pdt/2016/PA.Tnk, yaitu Pengadilan yang memiksa dan mengadili perkara permohonan penetapan ahli waris pada tingkat pertama telah menjatuhkan penetapan atas perkara yang diajukan oleh Supriyati Binti R. Soetardjo, warga Kelurahan Kota Baru Kecamatan Tanjung Karang Timur Kota Bandar Lampung.

Pemohon dengan surat permohonannya tertanggal 21 Juni 2016 yang terdaftar pada Kepaniteraan Pengadilan Agama Tanjung Karang pada tanggal 23 Juni 2016 di bawah register Nomor: 0036/Pdt/2016/PA.Tnk, mengajukan permohonan yang pada intinya Pengadilan Negeri Tanjung Karang berkenan memberikan penetapan bahwa ahli waris dari R. Soetardjo adalah Supriyati Binti R. Soetardjo. Permohonan ini diajukan karena setelah almarhum R. Soetardjo meninggal dunia, harta benda yang ditinggalkan berada di bawah penguasaan orang lain selain pemohon selaku ahli waris tunggal, dan pada saat ini pemohon hendak

melakukan pengurusan atas seluruh harta peninggalan almarhum sehingga diperlukan adanya penetapan Pengadilan Negeri Tanjung Karang.

Majelis setelah mempertimbangkan keterangan pemohon yang diperkuat keterangan para saksi dan bukti-bukti yang ada, ternyata terhadap ahli waris tidak terdapat hal-hal yang menghalanginya untuk mendapatkan hak waris dari almarhum R. Soetardjo sebagaimana halangan yang diatur dalam Pasal 173 Kompilasi Hukum Islam, karenanya dalam perkara ini majelis berpendapat bahwa Supriyati Binti R. Soetardjo harus dinyatakan terbukti secara sah dan sebagai ahli waris dari almarhum R. Soetardjo.5

Setelah pemohon memperoleh penetapan dari Pengadilan Agama Tanjung Karang tersebut maka pemohon merupakan ahli waris yang sah dan dapat mengajukan pendaftaran tanah yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan agama. Pendaftaran peralihan hak karena pewarisan diwajibkan dalam rangka memberikan perlindungan hukum kepada ahli waris dan demi ketertiban tata usaha pendaftaran tanah, agar data yang tersimpan dan disajikan selalu menunjukkan keadaan yang mutakhir.6 Tertib administrasi pertanahan diimplementasikan dalam proses pendaftaran. Pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian kegiatan, yang dilakukan oleh negara/pemerintah secara terus menerus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada di wilayah-wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dan

5

Dirangkum dari Penetapan Pengadilan Agama Tanjung Karang Nomor: 0036/Pdt/2016/PA.Tnk

6

(8)

penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, termasuk penerbitan tanda buktinya dan pemeliharaannya

B. Pedaftaran Tanah yang Diperoleh karena Pewarisan Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama

Pendaftaran tanah merupakan hal yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian secara serius dan seksama dalam rangka pengumpulan data dan menentukan status atau pemilikan dan penguasaan atas sebidang tanah. Hal ini dipertegas dalam PP No. 24 Tahun 1997: a. Dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 tugas pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan, kecuali kegiatan-kegiatan tertentu yang oleh Peraturan Pemerintah ini atau Perundang-Undangan yang bersangkutan ditugaskan kepada pejabat lain.

b. Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh PPAT dan Pejabat lain

yang ditugaskan untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah ini dan Perundang-undangan yang bersangkutan.

Pedaftaran tanah yang diperoleh karena pewarisan berdasarkan Putusan Pengadilan Agama dilaksanakan dalam rangka memberikan perindungan hukum kepada para ahli waris dan demi ketertiban tata usaha pendaftaran tanah, agar data yang tersimpan dan disajikan selalu menunjukkan keadaan yang mutakhir.

Proses pewarisan terjadi disebabkan oleh meninggalnya seseorang dengan meninggalnya sejumlah harta kekayaan, baik yang materiil maupun immateriil dengan tidak dibedakan antara barang bergerak dan barang tidak bergerak. Pada dasarnya proses beralihnya harta kekayaan seseorang kepada ahli warisnya yang dinamakan pewarisan terjadi hanya karena kematian, oleh karena itu pewarisan baru akan terjadi jika terpenuhi tiga persayaratan yaitu: ada seseorang yang meninggal dunia, ada orang yang masih hidup sebagai ahli waris yang akan memperoleh warisan pada saat pewaris meninggal dunia dan ada sejumlah harta kekayaan yang ditinggalkan pewaris.

Uraian di atas sesuai dengan pendapat F.X Sumarja bahwa salah satu peristiwa hukum berupa kejadian alamiah yang dapat menimbulkan hak atas penguasaan atas tanah adalah kematian. Disebutkan bahwa kematian seseorang akan menyebabkan putusnya hubungan hukum dengan harta kekayaannya dan menyebabkan ahli warisnya dapat mewaris harta kekayaannya. Dengan meninggalnya seseorang maka hubungan hukum dengan harta kekayaannya termasuk hak penguasaan beralih kepada ahli waris.7 Namun status ahli waris yang belum jelas dan diputuskan di Pengadilan Agama maka harta yang berupa hak atas tanah beralih kepada ahli waris pada saat diputuskan di Pengadilan Agama sebagai ahli waris.

(9)

hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Untuk suatu daerah Kecamatan yang belum diangkat seorang PPAT, maka Camat yang mengepalai Kecamatan tersebut untuk sementara ditunjuk karena jabatannya sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara (PPAT Sementara).8

Untuk setiap perjanjian yang bermaksud mengalihkan hak atas tanah harus dibuatkan suatu akta yang dibuat oleh Pejabat yang berwenang yaitu Pejabat Pebuat Akta Tanah. Menuruut Pasal 6 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menyebutkan bahwa: “Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh PPAT dan Pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut Peraturan Peerintah ini dan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan”.

Menurut penjelasan Kurnia Martini Dwi Putri, sebelum Pejabat membuat akta peralihan hak atas tanah harus diperlihatkan lebih dahulu sertifikat tanah yang bersangkutan, bila tanah itu telah didaftarkan atau dibukukan dalam bentuk tanah pada Kantor Agraria Seksi Pendaftaran Tanah. Bila tanah itu belum didaftarkan atau dibukukan dalam buku tanah maka sebagai pengganti sertifiat tanah harus diserahkan surat keterangan pendaftaran tanah dari Kantor Agraria Seksi Pendafataran Tanah setempat, bahwa tanah itu belum mempunyai sertifikat atau sertifikat sementara. 9

8

Hasil wawancara dengan Kadri Hartono selaku Kepala Subseksi Pendaftaran Hak pada Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung. Rabu 14 Juni 2017

9

Hasil wawancara dengan Kurnia Martini Dwi Putri selaku Kepala Subseksi Pemeliharaan Data Hak Tanah dan Pembinaan PPAT Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung. Selasa 13 Juni 2017

Warisan yang berupa tanah tersebut di atas, jika ahli waris lebih dari satu dan harta warisan harus dibagi-bagi di antara ahli waris maka diperlukan akta pembagian waris (akta yang dibuat oleh PPAT), namun jika ahli warisnya hanya satu orang tidak perlu akta pembagian waris, tetapi cukup surat keterangan waris atau putusan pengadilan tentang penetapan ahli waris.

Menurut ketentuan, akta harus ditandatangani oleh semua pihak, oleh PPAT dan para saksi yang pada umumnya dibuat dalam rangkap empat, yaitu:

1. Satu helai (yang asli) bermaterai Rp. 6.000,- untuk disimpan dalam protokol pejabat.

2. Satu helai bermaterai Rp. 6000.,- untuk keperluan Kantor Pertanahan. 3. Satu helai untuk keperluan lampiran

permohonan izin (apabila diperlukan izin)

4. Satu helai untuk yang berkepentingan

Menurut UUPA tidak cukup dibuatkan akta saja tetapi harus melakukan proses balik nama untuk membuat sertifikat, untuk balik nama atau perubahan nama dari pemiliki lama kepada rekomendasi dari Pejabat Pebuat Akta Tanah. Tetapi dengan adanya akta sudah cukup untuk memperoleh hak milik, karena haknya sudah beralih, hanya saja belum memiliki kepastian hukum di kemudian hari. Karena untuk menjamin kepastian hukum harus dibuktikan dengan sertifikat bukan oleh akta, sebab akta hanya berfungsi sebagai tanda bukti hak. Adapun syarat balik nama adalah:

1. Ada akta pejabat (akta peralihan hak) 2. Bukti pelunasan yang menjadi

kewajiban untuk peralihan hak tersebut.

(10)

Selanjutnya untuk pendaftaran peralihan hak milik atas tanah karena pewarisan yang wajib dilakukan oleh pihak yang memperoleh tanah hak milik sebagai warisan diatur dalam Pasal 42 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

1997: “Untuk pendaftaran peralihan hak

karena pewarisan mengenai bidang tanah hak yang sudah didaftar dan hak milik atas satuan rumah susun sebagai yang diwajibkan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 36, wajib diserahkan oleh yang menerima hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang bersangkutan, surat kematian orang yang namanya dicatat sebagai pmegang haknya dan surat tanda bukti sebagai ahli waris”.

Sesuai dengan ketentuan di atas, apabila seseorang pemilik tanah meninggal dunia, maka orang yang menerima warisan itu dalam waktu 6 (enam) bulan harus mendaftarkan tanah warisannya tersebut ke Badan Pertanahan Nasional, waktu 6 (enam) bulan itu dapat diperpanjang oleh Badan Pertanahan Nasional.

Menurut ketentuan Pasal 61 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 diketahui bahwa untuk pendaftaran peralihan hak karena pewarisan yang diajukan dalam waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal meninggalnya pewaris, tidak dipungut biaya pedaftaran.

Sesuai dengan pasal tersebut di atas, bahwa penerima warisan (ahli waris) harus mendaftarakan tanahnya ke Kantor Pertanahan. Tetapi harus diperhatikan terlebih dahulu apakah tanahnya tersebut sudah dibukukan atau belum. Untuk tanah yang telah dibukukan maka yang perlu diserahkan ke Kantor Pertanahan adalah:

1. Sertifikat tanah milik pewaris

2. Surat keterangan meninggal dunia dari Kepala Desa atau Lurah. Untuk

memperoleh surat tersebut, ahli waris atau para ahli waris memohon surat yang disahkan oleh Ketua Rukun Tetangga (RT) dan diketahui oleh Kepala Rukum Wara (RW) dan dua orang saksi, dilampirkan surat keterangan pemakaman dari Kantor Pemakaman setempat.

3. Surat keterangan waris atau surat keputusan penetapan pengadilan. 4. Surat keterangan Pajak Bumi dan

bangunan (PBB) terakhir.

Apabila tanahnya belum dibukukan sesuai dengan ketentuan Pasal 42 ayat (2) PP No. 24 tahun 1997 yang berbunyi sebagai berikut: “jika bidang tanah yang merupakan warisan belum didaftar, wajib diserahkan juga dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1) huruf b bahwa surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang bersangkutan belum bersertipikat dari kantor pertanahan, atau untuk tanah yang terletak di daerah yang jauh dari kedudukan.

Dokumen yang membuktikan adanya hak atas tanah pada yang mewariskan diperlukan setelah pendaftaran untuk pertama kali hak yang bersangkutan atas nama yang mewariskan. Hal tersebut dijelaskan dalam Penjelasan Pasal 42 ayat (2) PP Nomor 24 tahun 1997.

Berdasarkan ketentuan Psal 42 ayat (2) PP Nomor 24 Tahun 1997 di atas maka: 1. Ahli waris harus memperlihatkan

(11)

2. Surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang bersangkutan belum bersertifikat dari kantor Pertanahan, atau untuk tanah yang terletak di daerah yang jauh dari kedudukan kantor Pertanahan, dari pemegang hak yang bersangkutan dengan dikuatkan oleh Kepala Desa/Kelurahan.

3. Berdasarkan data butir 1 dan 2 di atas kemudian dibuatkan akta waris oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Kemudian pemohon (ahli waris) mendaftarkan ke kantor Badan Pertanahan Nasional dengan persyaratan sebagai berikut:

1. Mengisi formulir permohonan 2. Bukti identitas ahli waris

3. Surat Kematian atas nama pemegang hak

4. Surat Tanda Bukti sebagai Ahli Waris berdasarkan putusan pengadilan

Untuk pembagian hak bersama, Pasal 51 ayat (1) PP Nomor. 24 tahun 1997 menyebutkan bahwa pembagian hak bersama atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun menjadi hak masing-masing pemegang hak bersama didaftra berdasarkan akta yang dibuat PPAT yang berwenang menurut peraturan yang berlaku yang membuktikan kesepakatan antara pemegang hak bersama mengenai pembagian hak bersama tersebut.

Menurut Kurnia Martini Dwi Putri, setelah ahli waris mendaftarkan peralihan hak milik atas tanahnya ke Kantor Pertanahan, maka akan dikeluarkan pengumuman di kantor Pertanahan dan kantor Kepala Desa/Kelurahan dimana letak tanah yang bersangkutan berada. Pengumuman ini dilaksanakan selama 60 hari untuk memberi kesemoaan kepada

pihak yang berkepentingan mengajukan keberatan. 10

Sesuai dengan uraian di atas diketahui bahwa pelaksanaan peralihan hak milik atas tanah karena pewarisan yang seharusnya dilakukan oleh para ahli waris, apabila mendaftarkan tanah miliknya tersebut berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria juncto Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Berdasarkan Pasal 11 PP No. 24 Tahun 1997, kegiatan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan kegiatan pemeliharaan datanya, yang produk akhirnya adalah sertipikat hak atas tanah sebagai tanda bukti hak atas tanah bagi pemegangnya.

C. Faktor Penghambat Pendaftaran yang Diperoleh karena Pewarisan Berdasarkan Putusan Pengadilan Agama

Faktor penghambat pendaftaran yang diperoleh karena pewarisan berdasarkan putusan Pengadilan Agama adalah sebagai berikut:

1. Pada umumnya pemohon sulit dalam melengkapi persyaratan permohonan pendaftaran tanah untuk pertama kali, hal ini disebabkan karena untuk surat pernyataan penguasaan fisik bidang tanah (sporadik), harus memasukkan banyak unsur di dalamnya baik sebagai saksi, pembenar maupun mengetahui.

10

(12)

2. Masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap hukum dibidang pertanahan, hal ini ditunjukkan oleh adanya perilaku masyarakat yang tidak mengikut sertakan pihak-pihak terkait dalam pengukuran tanah. 3. Kendala lainnya adalah adanya fakta

yang berbeda antara dokumen fisik dan yuridisnya, data dari riwayat tanahnya tidak lengkap, kronologi akta yang terputus atau hilang dan adanya sengketa tanah dan tidak adanya tanda batas dalam pengukuran tanah oleh petugas serta biaya pendaftaran yang ditanggung sendiri oleh pemilik tanah.

Menurut Kadri Hartono, masyarakat yang mengurus sendiri juga harus siap dengan segala resiko. Resiko yang menjadi faktor kendala pada proses pendaftaran tanah tersebut, diantaranya tentang kronologis data yang harus dilengkapi dan diurus sendiri, dibuktikan kebenarannya serta menghadapi segala prosedur atau persyaratan pada proses pendaftaran tanah yang terkadang rumit dan berbelit-belit. Jika semua bidang tanah sudah terdaftar, kemungkinan tertib administrasi pertanahan dapat terwujud, permasalahannya adalah tidak atau belum semua bidang tanah terdaftar, sehingga potensi konflik horizontal mengenai tanah ini mungkin terjadi.11

Masyarakat melakukan pendaftaran tanah secara sporadik karena masyarakat merasa pendaftaran tanah secara sistematik belum tentu ada setiap tahun. Hal ini terjadi karena pendaftaran tanah secara sistematik adalah program dari pemerintah yang pengadaanya hanya akan terjadi berdasarkan kebijakan pemerintah.

11

Hasil wawancara dengan Kadri Hartono selaku Kepala Subseksi Pendaftaran Hak pada Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung. Rabu 14 Juni 2017

Dalam konteks yang demikian maka Kantor pertanahan terus meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan di bidang pertanahan. Dari segi kuantitas diharapkan semakin banyak bidang tanah yang terdaftar. Semakin banyak informasi yang diperoleh mengenai bidang tanah tersebut maka akan dapat meminimalisasi konflik yang mungkin terjadi. Dari segi kualitas diharapkan dengan memanfaatkan teknologi yang ada saat ini maka akan lebih akurat dalam pengambilan informasi mengenai bidang tanah di lapangan

Masyarakat yang berkepentingan merasa perlu untuk segera mendaftarkan tanahnya. Masyarakat yang ingin segera mendaftarkan tanahnya berharap dalam jangka waktu penyelesaian yang telah mereka prediksi ,maka pemilik tanah dapat memperoleh sertipikat sebagai surat tanda buktinya. Pemilik tanah memiliki jaminan kepastian hukum atas bidang tanah tersebut.

(13)

IV. Penutup

A. Kesimpulan

1. Perolehan hak milik atas tanah karena pewarisan setelah berlaku UUPA jo. PP No. 24 Tahun 1997, apabila seorang pemilik tanah meninggal dunia maka orang yang menerima warisan tersebut dalam waktu 6 (enam) bulan harus mendaftarkan tanah warisannya tersebut ke Badan Pertanahan Nasional untuk memperoleh hak milik atas tanah yang didapat dari warisan berdasarkan putusan pengadilan.

2. Pedaftaran tanah yang diperoleh karena pewarisan berdasarkan putusan Pengadilan Agama dilaksanakan dengan kegiatan yaitu ahli waris selaku pemohon (ahli waris) mendaftarkan ke kantor Badan Pertanahan Nasional dengan persyaratan yaitu mengisi formulir permohonan, bukti identitas ahli waris, surat Kematian atas nama pemegang hak dan surat Tanda Bukti sebagai Ahli Waris berdasarkan putusan pengadilan.

3. Faktor penghambat pendaftaran yang diperoleh karena pewarisan berdasarkan putusan Pengadilan Agama adalah kurang lengkapnya persyaratan yang diajukan oleh waris dalam pendaftaran tanah dan adanya adanya ahli waris yang tidak mengurus sendiri pendaftaran tanah tetapi dengan menguasakannya kepada pihak lain.

B. Saran

1. Pemerintah Kota Bandar Lampung bersama Kantor Pertanahan Kota lebih meningkatkan pelayanan

terhadap masyarakat, khususnya di bidang pertanahan, sehingga faktor-faktor penghambat dalam proses pendaftaran tanah untuk pertama kali ini dapat di atasi, sehingga dimasa yang akan datang semua tanah yang belum terdaftar agar dapat didaftarkan hak atas tanahnya.

2. Badan Pertanahan Kota Bandar Lampung dimasa mendatang disarankan untuk mempermudah akses kepada masyarakat dalam melaksanakan pendafataran tanah untuk pertama kali, sehingga tanah yang belum terdaftar agar segera dapat dilaksanakan proses pendaftaran hak atas tanahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Sunaryati. 1997. Beberapa Pemikiran Kearah Pembaharuan Hukum Tanah, Gramedia, Jakarta

Perangin, Effendi. 1994. Hukum Agraria Di Indonesia, Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi Hukum. Cet.4. RajaGrafindo. Jakarta

Sumarja, F.X. 2000. Peristiwa Hukum yang Berkaitan dengan Hak Penguasaan Atas Tanah dalam Sistem Hukum Tanah Nasional. Laporan Penelitian Fakultas Hukum Universitas Lampung.

---. 2015. Hukum Pendaftaran Tanah. Edisi Revisi. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. 2015

Penetapan Pengadilan Agama Tanjung

Karang Nomor:

Referensi

Dokumen terkait

Pada bagian bab ini Membahas mengenai Gambaran secara umum perpustakaan SDIT LHI Yogyakarta, Sejarah Singkat, Visi dan Misi Perpustakaan, Fungsi Perpustakaan,

Untuk mencegah hal tersebut maka banyak perusahaan yang menerapkan cara penjualannya dengan metode penjualan angsuran atau biasa dikenal dengan kredit. Penjualan angsuran

Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban pembayaran klaim ( schedule f) 0 4 Jumlah dana yang diperlukan untuk mengantisipasi risiko kerugian yang mungkin

Se- men kuda yang tidak tahan dibekukan ( bad freezer ), dengan menggunakan krioprotektan gliserol umumnya hanya mencapai motilitas setelah thaw- ing 11%, tetapi pada semen kuda

Saya ucapkan terima kasih atas terselesaikannya skripsi yang berjudul Pengaruh Penggunaan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) terhadap Hasil Belajar

81 Keberadaan tanin dapat mengurangi produksi gas total dalam sistem fermentasi in vitro karena interaksi tanin dengan pakan yang berkontribusi terhadap produksi

Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris pada siswa SD di desa Kecitran RT

a) Kajian Teori: Penelitian ini bertujuan mengembangkan metoda akusisi data kecepatan angin dan korelasinya terhadap data cuaca. Melakukan peramalan kecepatan angin