• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM BANDAR LAMPUNG TERHADAP PERLINDUNGAN HAK-HAK TERSANGKA PADA TAHAP PENYIDIKAN (Jurnal Skripsi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM BANDAR LAMPUNG TERHADAP PERLINDUNGAN HAK-HAK TERSANGKA PADA TAHAP PENYIDIKAN (Jurnal Skripsi)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM BANDAR LAMPUNG TERHADAP PERLINDUNGAN HAK-HAK TERSANGKA

PADA TAHAP PENYIDIKAN

(Jurnal Skripsi)

Oleh:

AYU LASTIKA SARI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PERAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM BANDAR LAMPUNG TERHADAP PERLINDUNGAN HAK-HAK TERSANGKA

PADA TAHAP PENYIDIKAN Ayu Lastika Sari, Eko Raharjo, S.H., M.H.,

Rinaldy Amrullah, S.H.,M.H Firganefi S.H., M.H.

email: (Ayulastikasari@gmail.com)

Abstrak

Lembaga Bantuan Hukum sebagai salah satu subsistem dari sistem peradilan pidana dapat memegang peranan penting dalam membela dan melindungi hak-hak tersangka, salah satu fungsi Lembaga Bantuan Hukum adalah memberi jasa hukum pada seorang tersangka atau terdakwa guna kepentingan pembelaan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana Peran Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung Terhadap Perlindungan hak-hak Tersangka pada tahap penyidikan dan apa faktor-faktor penghambat dalam perlindungan hak-hak tersangka. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan yuridis normatif dan yuridis empiris. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan (1) bahwa peran Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung dalam upaya melindungi hak-hak tersangka pada tahap penyidikan adalah memberikan pendampingan terhadap tersangka, memberikan informasi dan pendidikan hukum kepada masyarakat, melalui penyuluhan didalam lapas dan disetiap daerah di Bandar Lampung. (2) Peran Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung tersebut belum tergarap secara total, karena adanya berbagai faktor, yaitu: (a) faktor aparat penegak hukum, (b) faktor sarana dan prasarana, serta (c) faktor dari Masyarakat itu sendiri.

(3)

THE ROLE OF LEGAL AID INSTITUTE BANDAR LAMPUNG IN PROTECTING THE RIGHTS OF SUSPECTS

AT THE INVESTIGATION

Ayu Lastika Sari, Eko Raharjo, S.H., M.H., Rinaldy Amrullah S.H., M.H.

Firganefi, S.H.,M.H

email: (Ayulastikasari@gmail.com)

Abstract

Legal aid institutions as one of subsystem of criminal justice systems can hold an important role in for protecting the rights suspects, one of the functions of legal aid institute is give legal aid in a suspect or defendant to the interests of defense .As for problems in this research which are how the role of legal aid institute Bandar Lampung in protecting the rights of suspects at the investigation and what factors barrier in protection rights suspects .An approach to a problem used in this research is by using juridical normative and juridical empirical .Based on the research done and discussion a conclusion can be drawn ( 1 ) that the role of legal aid institute Bandar Lampung in an effort to protect the rights of suspects at the investigation is provide assistance teams for suspects , informing and legal education to the community , through extension activities in lapas and luminance areas in ba.

(4)

I. PENDAHULUAN

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) merumuskan definisi HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dan dijunjung tinggi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.1

Kekerasan baik fisik maupun psikis

seringkali dialami oleh

tersangka/terdakwa/ ketika mereka harus mengikuti prosedur tetap yang dimainkan oleh aparat penegak hukum.2

Seperti kasus yang terjadi di Lampung Barat seorang warga Pekon Pemerihan, Kecamatan Bengkunat Belimbing Kabupaten Pesisir Barat,

Lampung, bernama Tarmuzi

meninggal dunia di RSUD Dr H Abdul Moeloek (RSUDAM) Bandar Lampung setelah mengalami kritis selama delapan hari, Tarmuzi (39) diduga meninggal dunia akibat mengalami penyiksaan oleh sejumlah anggota Polsek Biha di Mapolsek Biha, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Tarmuzi ditangkap dan diperiksa terkait kasus pembunuhan gajah bernama Yongki. Tidak ada surat resmi apa pun yang menyebutkan status mereka dalam pemeriksaan serta tidak ada surat penangkapan maupun penahanan, serta diduga terlibat pembunuhan

1

Gunawan Setiawan,Hak-Hak Asasi

Manusia,Kanisius,Yogyakarta,1993, hlm.23.

2

Abdussalam Sitompul, Sistem Peradilan

Pidana, restu agung, Jakarta ,2007, hal 4.

gajah Yongki tanpa dasar dan alat bukti yang kuat. 3

Penyiksaan terhadap Tarmuzi dan Suparto oleh sejumlah anggota Polsek Biha bukan hanya tindak pidana akan tetapi merupakan pelanggaran hak asasi manusia sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat (1) dan Pasal 34 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 tentang pengesahan Konvensi

Menentang Penyiksaan dan

Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia, serta pelanggaran Hak-Hak Tersangka yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Tersangka yang tidak didampingi penasehat hukum bukan saja ia akan kehilangan rasa percaya dirinya, tetapi sekaligus mereka juga dapat

menyia-nyiakan kesempatan

membela dirinya secara utuh, karena pada umumnya tersangka saat dalam penyidikan dengan ketegangan-ketegangan yang sangat menekan. 4.

Lembaga Bantuan Hukum sebagai salah satu subsistem dari sistem peradilan pidana (Criminal Justice

system) dapat memegang peranan

yang penting dalam membela dan melindungi hak-hak tersangka. Untuk itu, diperlukan suatu proses hukum yang adil (dueprocess of law) melalui suatu hukum acara pidana disiksa-polisi diakses pada tanggal 24 agustus 2016, pukul 21:10 wib

4

Darwin Prinst, Sosialisasi dan Diseminsi

Penegakan Hak Asasi Manusia, Citra Aditya

(5)

lebih memperhatikan hak-hak tersangka.5

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum menjelaskan bahwa Bantuan Hukum adalah jasa Hukum yang diberikan oleh pemberi Bantuan Hukum (Advokat) secara cuma-cuma kepada

penerima Bantuan Hukum

(Tersangka/Terdakwa).6

Banyak nya faktor-faktor

penghambat dalam pemenuhan hak-hak tersangka yang dilaksanakan oleh LBH juga menjadi kendala tersendiri seperti faktor sarana dan prasarana, faktor aparat penegak hukum, maupun faktor masyarakat itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul Peran Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung Terhadap Perlindungan Hak-hak Tersangka Pada Tahap Penyidikan.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A.Peran Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung Terhadap Perlindungan Hak-Hak

Tersangka Pada Tahap

Penyidikan

Peran adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan-patokan perikelakuan, pada kedudukan-kedudukan tertentu didalam masyarakat, kedudukan yang mana dapat dipunyai pribadi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum

ataupun kelompok-kelompok

pribadi, berperannya pemegang peran tadi, dapat sesuai atau mungkin berlawanan dengan apa yang ditentukan didalam kaidah-kaidah.7

Peran Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung dalam melindungi hak-hak tersangka pada tahap penyidikan dilakukan secara penal dan non penal.

a. Upaya Penal

Pengertian kebijakan Penal adalah penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana yang merupakan bagian dari kebijakan kriminal. Menurut Marc Ancel

kebijakan kriminal adalah suatu usaha yang rasional dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan, penanggulangan kejahatan tersebut dalam rangka untuk mencapai tujuan akhir dari kebijakan kriminal itu sendiri yang memberi perlindungan kepada masyarakat dalam rangka untuk mencapai kesejahteraan bagi masyarakat.8

Setelah penulis melakukan wawancara terkait peran lembaga bantuan hukum Bandar Lampung dalam melindungi hak-hak tersangka maka menurut M.ilyas upaya LBH Bandar Lampung yang digunakan adalah upaya penal dimana jika ada pelanggaran atau intimidasi yang dilakukan oleh penyidik terhadap tersangka, yang tidak sesuai dengan prosedur hukum maka Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung berperan untuk melindungi hak-hak

7

Soerjono Soekanto, Disiplin Hukum dan

Disiplin Sosial, Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 1996, hlm. 96.

8

Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan

Hukum Pidana, Jakarta: Prenada Media

(6)

tersangka tersebut dengan melaporkan perbuatan penyidik tersebut ke PROPAM dan LPSK guna mendapatkan sanksi hukum sesuai undang-undang yang berlaku.

Menurut Sunarto peran yang bisa dilakukan Lembaga Bantuan Hukum selain peran Normatif, peran yang sesuai peraturan perundang-undangan seperti peran lembaga bantuan hukum dalam melindungi hak-hak tersangka yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. seharusnya Lembaga Bantuan Hukum melakuka Peran Ideal, serta proaktif yang artinya tidak fasip. Peran yang ideal yaitu peran yang dijalankan oleh individu atau kelompok sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan yaitu secara proaktif mengawal, memperhatikan, upaya penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian. 9

M.Ilyas selaku salah satu advokad di Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung berdasarkan kasus yang telah ditangai biasanya ketika ada perkara yang publik melihat dan

mendapatkan tekanan dari

masyarakat untuk mengusut tuntas suatu kasus tersebut maka akhirnya penegak hukum bertindak cepat dan terdorong sehingga harus ada orang (person) yang menjadi tersangka. Oleh karna itu faktanya mereka secara acak mencari orang-orang untuk dijadikan tersangka sehingga seseorang yang tertangkap kemungkinan besar dipaksa agar mengakui terhadap kasus tersebut

9

Berdasarkan hasil wawancara dengan Prof.Sunarto, sebagai Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung Bagian Pidana, pada tanggal 31 Oktober 2016.

meskipun tersangka sebenarnnya tidak melakukan hal tersebut, karna jika tidak begitu pertaruhannya jabatan mereka bisa diganti. Sehingga mau tidak mau harus ada orang yang menjadi tersangka dalam kasus tersebut sehingga tidak profesional lagi dalam menemukan tersangkanya.

Menurut Sunarto sikap penyidik terhadap tersangka seharusnya peyidik memperlakukan tersangka tetap dengan berpegang pada asas praduga tidak bersalah yang diatur dalam KUHAP, yaitu seseorang tidak boleh dinyatakan bersalah sebelum ada putusan hakim yang menyatakan seseorang bersalah, akan tetapi penyidik dapat menerapkan asas praduga bersalah pada saat akan menangkap atau menahan seorang tersangka/ menetapkan seseorang sebagai tersangka guna mencari pelaku/tersangka, akan tetapi dalam memberlakukan tersangka tersebut tetap menggunakan asas praduga tidak bersalah. 10

Kekerasan baik fisik maupun psikis

seringkali dialami oleh

tersangka/terdakwa/ ketika mereka harus mengikuti prosedur tetap yang dimainkan oleh aparat penegak hukum dengan dalih semua perbuatan aparat penegak hukum sudah menjalankan tugas dan kewajiban penegakan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut.Sunarto penyidik dalam melaksanakan tugasnya harus proporsional, dimana tindakan

penyidik tidak boleh

10

(7)

menyalahgunakan kewenangan dalam penyidikan terhadap tersangka. Apabila terjadi kesalahan dan terbukti maka akan diberikan hukuman sesuai dengan kesalahan yang dilakukan.

Bahwa dalam proses penyidikan penyidik harus mengumpulkan alat bukti yang cukup, didalam Pasal 184 KUHAP disebutkan bahwa alat bukti yang sah yang dimaksud adalah:

1. Keterangan saksi; 2. Keterang ahli 3. Surat;

4. Petunjuk;

5. Keterangan terdakwa.

Dari uraian diatas menurut penulis bahwa kepolisian dalam hal melakukan penyidikan kepolisian harus memiliki dasar hukum, sehingga dapat dipertanggungjawab-kan secara hukum.

b. Upaya Non Penal

M. Hamdan, menegaskan bahwa upaya penanggulangan yang merupakan bagian dari kebijakan sosial pada hakikatnya juga merupakan bagian integral dari upaya perlindungan masyarakat (social defence) yang dapat ditempuh dengan dua jalur yaitu jalur penal, dan jalur non penal. Jalur nonpenal yaitu dengan cara pencegahan tanpa pidana (prevention without

punisment) termasuk didalamnya

penerapan sanksi administrative dan sanksi perdata, serta mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan.11

Penulis berpendapat bahwa upaya non penal yang dapat dilakukan oleh Lembaga Bantuan Hukum Bandar

11 Ibid

, hlm.27

Lampung terhadap upaya melindungi hak-hak tersangka pada tahap penyidikan yaitu dengan cara memberikan pemahaman kepada masyarakat terhadap hukum, dan mengenai hak-hak seseorang ketika menjadi seorang tersangka, dengan tujuan agar masyarakat tidak buta akan hukum serta agar penyidik tidak

sewenang-wenang dengan

wewenangnya.

Chandra, Menyatakan upaya non penal Lembaga Bantuan Hukum bandar lampung dalam melindungi hak-hak tersangka pada tahap penyidikan dilaksanakan dengan cara preventif (pencegahan terjadi tindak pidana), yaitu dengan cara melakukan penyuluhan hukum disetiap daerah dikota Bandar Lampung, memberikan pendidikan hukum kepada tesangka atau terpidana di Lapas-lapas yang ada dikota Bandar lampung, membagikan buku hukum, serta melakukan pendampingan terhadap tersangka yang bermasalah dengan hukum. 12

Sesuai dengan kedudukan Lembaga Bantuan Hukum untuk memenuhi tugas dan fungsi Lembaga Bantuan hukum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung berkerja sama dengan instansi pemerintahan seperti Aparat Penegak Hukum (Polisi), PROPAM, LPSK, KANWIL, KOMNAS HAM, Lapas, serta Lurah atau Kepala Desa agar mengumpulkan dan mengundang warganya untuk menghadiri penyuluhan hukum yang akan

12

(8)

diberikan. Penyuluhan hukum tersebut, Lembaga Bantuan Hukum memberikan pengetahuan dasar mengenai hukum kepada masyarakat, khususnya mengenai hak-hak tersangka yang diatur dalam Pasal 50 sampai dengan Pasal 68 KUHP, serta hak asasi manusia yang diatur dalam Undang-Undang 39 Tahun 1999 tantang Hak Asasi Manusia. Dengan demikian, masyarakat akan tau hak-hak yang mereka miliki saat menjadi Tersangka/Terdakwa.

Hariansyah menyatakan bahwa kinerja Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung dalam upaya melindungi hak-hak tersangka sudah cukup maksimal dengan mengadakan penyuluhan tentang hukum disetiap daerah di Bandar Lampung dan di Lapas merupakan suatu upaya yang baik dan sangat membantu masyarakat agar dapat lebih mengenal hukum di Indonesia.

M.Ilyas menyatakan, dalam upaya melindungi hak-hak tersangka jika ada kasus terkait pelanggaran hak-hak tersangka oleh oknum polisi Seperti kasus yang terjadi di Lampung Barat seorang warga Pekon Pemerihan, Kecamatan Bengkunat Belimbing Kabupaten Pesisir Barat,

Lampung, bernama Tarmuzi

meninggal dunia di RSUD Dr H Abdul Moeloek (RSUDAM) Bandar Lampung setelah mengalami kritis selama delapan hari, Tarmuzi (39) diduga meninggal dunia akibat mengalami penyiksaan oleh sejumlah anggota Polsek Biha di Mapolsek Biha, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Tarmuzi ditangkap dan diperiksa terkait kasus pembunuhan gajah bernama Yongki, akan tetapi dalam penangkapan menurut pengakuan Parto rekan yang satu sepeda motor dengan Tarmuzi

mengatakan bahwa saat dibawa ke polsek mereka diborgol oleh polisi dan sempat ditanya-tanya soal kematian gajah, hingga akhirnya dipisahkan saat diintrogasi. Tidak ada surat resmi apa pun yang menyebutkan status mereka dalam pemeriksaan serta tidak ada surat penangkapan maupun penahanan, serta diduga terlibat pembunuhan gajah Yongki tanpa dasar dan alat bukti yang kuat, maka Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung melaporkan hal tersebut ke Polda Lampung, PROPAM dan LPSK, agar ditindak lanjuti. 13

M.Ilyas menyatakan bahwa kasus tersebut ditutup-tutupi oleh oknum polisi dan Tarmuzi yang menjadi Korban sudah meninggal dunia, sedangkan Parto yang menjadi saksi ditetapkan menjadi Tersangka oleh aparat kepolisian Terkait kematian Tarmuzi dan dijerat dengan Undang-Undan Lalulintas yang akibat kelalaiannya mengakibatkan seseorang meninggal duinia.

Chandra dalam proses itu di Polsek Biha Tarmuzi sempat dimintai Keterangan atau di BAP, yang seharusnya memang dalam proses BAP pertanyaan yang pertama kali yang harus ditanyakan kepada Tersangka adalah (Apakah anda sehat?) dan menurut Chandra jika memang kematiannya terjadi karna kecelakaan maka tidak relevan jika ada proses BAP pada saat itu, bahkan tangannya Tarmuzi sempat diborgol, maka hak-hak tersangka Tarmuzi yang tidak terpenuhi menurut

13

(9)

Chandra adalah yaitu proses bebas dan merdeka.

Penulis, berpendapat bahwa kasus yang terjadi di Lampung Barat terkait gajah Yongki, terhadap korban sekaligus tersangka yang bernama Tarmuzi dan Parto perlu ditindak lanjuti, guna mencari kebenaran dan keadilan agar tidak terjadilagi hal yang sama.

B. Faktor- Faktor Penghambat Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung Terhadap Perlindungan Hak-Hak Tersangka

Djoko Pekik Irianto menegaskan bahwa pengertian hambatan adalah halangan atau rintangan serta memiliki arti yang sangat penting dalam setiap melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan tidak akan terlaksana apabila ada suatu hambatan yang mengganggu pekerjaan tersebut. Hambatan merupakan suatu keadaan

yang dapat menyebabkan

pelaksanaan terganggu dan tidak terlaksana dengan baik. Hambatan cenderung bersifat negatif, yaitu memperlambat laju suatu hal yang dikerjakan oleh seseorang.

Sunarto, berpendapat bahwa kecenderungan faktor penghambat Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung dalam upaya melindungi hak-hak tersangka adalah faktor keterbatasan dalam memberikan informasi, karena biasanya Tersangka meminta bantuan Hukum atau kekantor LBH Bandar Lampung setelah kasus sampai ke persidangan tidak dari awal proses penyidikan. Dan biasanya hal itu terjadi karena penyidik tidak menginformasikan kepada tersangka tentang hak-hak tersangka sehingga menjadi salah

satu faktor penghambat dalam pemenuhan hak-hak tersangka tersebut.14

Sunarto menyatakan peran LBH Bandar Lampung dalam melindungi hak-hak tersangka sudah maksimal karna perkara-perkara tertentu yang ditangani oleh Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung pada umumnya sudah efektif. 15

M.Ilyas, berpendapat bahwa faktor penghambat dalam pemenuhan hak-hak tersangka biasanya juga dari orang yang ditetapkan tersangka sendiri atau dari rumitnya proses dalam mengakses seseorang yang telah ditetapkan menjadi tersangka karna ada beberapa masyarakat yang telah ditetapkan menjadi tersangka akan tetapi mereka tidak memberi tahu LBH dari awal penyidikan dan ketika sudah ditetapka menjadi terdakwa baru meminta LBH membantu tersangka tersebut, sehingga hal tersebut mempersulit LBH dalam mendampingi, dan juga faktor aparat penegak hukum, sarana dan prasarana,masyarakat menjadi salah satu faktor penghambat dalam pemenuhan hak-hak tersangka. 16

1. Faktor aparat Penegak Hukum

Pengertian aparat adalah peralatan atau perlengkapan, menurut Karl Marx aparat penegak hukum adalah

14

Slameto, Faktor-Faktor Penghambat dan

Pengaruhnya, Jakarta: Rineka Cipta, 1998,

hlm. 59.

15

Berdasarkan hasil wawancara dengan Prof.Sunarto, sebagai Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung Bagian Pidana, pada tanggal 31 Oktober 2016

16

(10)

orang ataupun badan yang memiliki tugas dan fungsi sebagai penegak hukumyang tujuan utamanya adalah menegakkan norma hukum.17

M.ilyas, menjelaskan diketahui bahwa faktor aparat penegak hukum

yang menghambat upaya

Perlindungan hak-hak tersangka ini adalah kurangnya memperhatikan hak-hak tersngka dalam proses penyidikan, dan tidak menggunakan asas praduga tidak bersalah pada saat penyidikan sehingga perlu ditingkatkan lagi kualitas penyidik dalam melakukan penyidikan, kualitas penyidik masih banyak yang kurang memahami tentang hak-hak tersangka dan kurang mengikuti prosedur hukum sesuai KUHAP dan Undang-Undang yang berlaku

Diketahui bahwa faktor penegak

hukum dapat menghambat

pemenuhan hak-hak tersangka, yaitu dikarenakan adanya penyidik yang kurang efektif dalam melaksanakan kewajibannya serta kurangnya pemahaman dan kualitas penyidik dalam mengatasi kejahatan dan dalam memperlakukan tersangka. 18

2. Faktor Sarana dan Prasarana

Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses.

17

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta:Raja Wali, 1983, hlm. 45.

18

Berdasarkan hasil wawancara dengan M.Ilyas, sebagai Kepala Devisi Hak Sipol Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung, pada tanggal 25 Oktober 2016

Menurut penulis, Sarana dan prasarana dalam perlindungan hak-hak tersangka mencakup keahlian Lembaga Bantuan Hukum dalam hal terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, dan keuangan yang cukup. Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan M.ilyas maka diketahui bahwa sarana dan prasarana yang menghambat upaya perlindungan

hak-hak tersangka adalah

keterbatasan sarana media untuk mengusut kasus yang terjadi, dan untuk memberikan informasi terhadap masyarakat akan hak-haknya dan informasi kepada advokad untuk menerima infomasi adanya pelanggaran ham terhadap tersangka.

3. Faktor Masyarakat

Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama, menurut Emile Durkheim pengertian masyarakat adalah suatu kenyataan objektif dari

individu-individu yang merupakan

anggotanya.Menurut penulis, masyarakat merupakan komponen penting dalam uapaya melindungi hak-hak tersangka karena tersangka merupakan salah satu dari masyarakat.

(11)

penggeledahan, penyitaan, serta penyelidikan yang tidak sesuai dengan prosedur hukum masyarakat cenderung tidak menghiraukan dan menutup diri terhadap hal tersebut. Masih ada rasa takut dan keengganan masyarakat untuk melaporkan hal tersebut dan menjadi saksi dalam proses penegakan hukum. 19

Masyarakat yang takut dan tidak melaporkan hal tersebut kepada aparat penegak hukum atau LBH, menyebabkan tidak terpenuhinya hak-hak tersangka tau hak-hak asasi

manusia. Hubungan faktor

masyarakat dengan pemenuhan hak-hak tersangka adalah apabila masyarakat memiliki kepedulian dan keberanian melaporkan apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan aparat penegak hukum (polisi) maka penyidik tidak akan sewenang-wenang terhadap tersangka dan tidak akan ada intimidasi dalam proses penyidikan sehingga penyidik dapat memberlakukan tersangka dengan menggunakan asas praduga tidak bersalah, dan hak-hak tersangka dapat terpenuhi dengan baik.

19

Berdasarkan hasil wawancara dengan M.Ilyas, sebagai Kepala Devisi Hak Sipol Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung, pada tanggal 25 Oktober 2016

DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Gunawan. 1993. Hak-Hak

Asasi Manusia, Yogyakarta:

Kanisius.

Sitompul, Abdussalam.2007. Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Restu Agung.

Nasution Adnan Buyung, 1999.

Bantuan Hukum di Indonesia,

Jakarta: Aksara Baru.

Prinst, Darwin.2001. Sosialisasi dan Diseminsi Penegakan Hak Asasi

Manusia, Bandung: Citra Aditya

Bakti.

Soekanto, Soerjono 1986. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Konvergensi IFRS sebagai Variabel Mediasi terhadap Struktur Kepemilikan dengan Kualitas Laba Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kemampuan reaktor fluidisasi tiga fase dalam meningkatkan kandungan DO dan menurunkan kandungan organik yaitu COD dan mempelajari

Memberikan opini terhadap masyarakat yang berpihak kontra terhadap ternak babi tentang manfaat ekonomisnya pada pendapatan negara sebagai adalah hal yang positif

Pemecahan konflik dengan strategi saya menang - anda menang ( win-win strategy ) adalah kemungkinan untuk memuaskan berbagai pihak yang terlibat. Penyelesaian konfli dengan

Bagi lansia di Posyandu Lansia Ngudi Waras Sapen Umbulmartani Ngemplak Sleman diharapkan lansia dapat melakukan perilaku perawatan hipertensi dengan cara

Sebagai bagian dari SEP dari investasi yang teridentifikasi, Mekanisme Umpan Balik dan Penanganan Keluhan (Feedback and Grievance Redress Mechanism, FGRM) akan

Gerakan menyentuhkan bola kaki ke depan, kanan atau kiri dengan sedikit menekuk lutut tumpu, berat badan berada pada kaki tumpu. Sentuhkan bola kaki kanan ke depan

Perantis bukan sahaja membantu dalam menjaga keperluan diri warga emas malah berperanan dalam memastikan warga emas mendapat keperluan emosi, fizikal, rohani yang baik serta