DISPERSI KASAR:
SUSPENSI & EMULSI
Dispersed Systems
Dispersed phase
Continuous phase
•
Emulsion:
Liquid
drug in liquid vehicle:
•
Suspension:
Solid
drug in liquid vehicle
Coarse Dispersions
Oil-in-water emulsions (o/w)
Water-in-oil (w/o)
Reasons for Use
Drug is
insoluble
Drug is more
stable
in
suspension or emulsion
There is a need to
control
the
rate of
release
of the drug
Routes of Administration
Oral
Ocular
Otic
Rectal
SUSPENSI: Konsep
Suspensi farmasetik adalah dispersi kasar yang di
dalamnya terdispersi partikel-partikel padat yang tidak
larut dalam medium cair. Sebagian besar partikel tersebut memiliki diameter lebih besar dari 0,1 μm; di bawah
pengamatan mikroskop, sebagian partikel menunjukkan gerak Brown jika dispersi memiliki viskositas yang rendah.
Suspensi berperan dalam dunia farmasi dan kedokteran
dengan memberikan bentuk sediaan yang mengandung bahan bahan tak larut yang jika terlarut sering memiliki rasa yang tidak enak.
Suspensi juga berperan dengan menyediakan bentuk
sediaan yang sesuai untuk pemakaian dermatologis pada kulit dan terkadang ke dalam membran mukosa, dan
Suspensi yang dapat diterima memiliki
mutu tertentu yang diinginkan,
diantaranya:
1. Bahan tersuspensi tidak mengendap dengan cepat
2. Partikel-partikel yang turun ke dasar wadah tidak membentuk gumpalan padat, tetapi harus dapat tersuspensi kembali
dengan mudah dan menjadi campuran homogen jika wadah dikocok
Wetting
Well Formulated
Suspension
Resuspend
easily upon shaking
Settle
rapidly after shaking
Homogeneous
mix of drug
Physically and chemically
stable
during its shelf life
Sterile
(parenteral, ocular)
Physical Stability
• the large surface area of dispersed particles results in high surface free energy DG = SL DA
• thermodynamically unstable
• can reduce SL by using surfactants but not often can one reach DG = 0
Interfacial Phenomena
flocculation or caking
determined by forces of attraction (van der Waals)
versus forces of repulsion (electrostatic)
deflocculated
repulsion> attraction
affected by [electrolytes]
flocculated
“External” Forces Acting
on Particles
V(
-
o)g
2-5
m
Gravity
Brownian Movement
Sedimentation
equilibrium:
Gravity is
neutralized by
Sifat Antarmuka Partikel
Tersuspensi
Partikel-partikel dalam suspensi cair cenderung
berflokulasi, yaitu membentuk gumpalan yang lunak
dan ringan yang tergabung bersama-sama karena gaya van der Waals yang lemah.
Pada kondisi tertentu, partikel-partikel dapat menyatu
dengan gaya yang lebih kuat dan membentuk agregat. Penggumpalan (caking) sering terjadi karena
pertumbuhan dan peleburan kristal-kristal dalam endapan dan menghasilkan suatu agregat padat.
Pembentukan setiap tipe aglomerat, baik bentuk flokulat maupun agregat, digunakan sebagai ukuran
Sifat Antarmuka Partikel
Tersuspensi
Peningkatan kerja, W, atau energi bebas permukaan,
ΔG, didapat dengan membagi padatan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil sehingga
meningkatkan luas permukaan total, ΔA, yang digambarkan pada persamaan berikut:
Sifat Antarmuka Partikel
Tersuspensi
Tegangan antarmuka dapat diturunkan melalui
penambahan suatu surfaktan, tapi biasanya tidak dapat dibuat = 0.
Karena itu, suatu suspensi yang terdiri dari partikel-partikel tidak larut biasanya memiliki tegangan
antarmuka positif yang terbatas, dan partikel-partikelnya cenderung membentuk flokulat. Analisis setipe juga
dapat dilakukan pada pemecahan suatu emulsi.
Gaya pada permukaan partikel mempengaruhi derajat flokulasi dan aglomerasi dalam suatu suspensi. Gaya tarik menarik yang terjadi adalah tipe London van der
Settling and Aggregation
The suspension shall
form loose networks of
flocks
that settle rapidly,
do not form cakes and
are easy to resuspend.
Settling and aggregation
may result in formation of
cakes
(suspension) that
is difficult to resuspend or
phase separation
(emulsion)
flock
Sediment Volume
F=0.5 F=1.0 F=1.5
F={volume of sediment Vu}/{original volume Vo}
•Vo
•Vu
•Vo
Partikel-partikel yang terdeflokulasi mengendap secara
perlahan-lahan dan pada akhirnya membentuk suatu
sedimen dengan agregat dan gumpalan keras yang sulit
untuk disuspensikan kembali.
Partikel-partikel yang terflokulasi terikat lemah,
mengendap cepat, tidak membentuk
DLVO (Derjaguin & Landua, Verwey
& Overbeek): Optimal Distance
Distance
Energy
Attraction
Repulsion
Attraction
Deflocculated Condition
• repulsion energy is high
• particles settle slowly
• particles in sediment compressed over time to form a cake (aggregation)
• difficult to re-suspend caked sediment by agitation
Flocculated Condition
• weakly bonded to form fluffy conglomerates
• 3-D structure (gel-like)
• settle rapidly but will not form a cake - resist close-packing
• easily re-suspended
Controlled Flocculation
Zeta-potential
F=V
u/V
oCaking Caking Non-caking
Flocculating Agent
+
+
- Flocculating agent
changes zeta-potential of the particles (it can be electrolyte,
charged surfactant or charged polymer adsorbing on a
surface).
If the absolute
value of the zeta-potential is too high the system
deflocculates because of
Flokulasi Terkendali
Dengan berasumsi bahwa serbuk terbasahi
dan terdispersi dengan baik, dapat kita
pertimbangkan berbagai cara untuk
menghasilkan flokulasi terkendali sehingga
mencegah terbentuknya sedimen padat yang
sulit terdispersi kembali.
Hiestand, membahas bahan-bahan yang
digunakan untuk menghasilkan flokulasi
Flokulasi Terkendali
Elektrolit bekerja sebagai bahan pemflokulasi dg mengurangi sawar elektrik antarpartikel, seperti dibuktikan oleh penurunan potensial zeta &
pembentukan jembatan antara partikel-partikel
berdekatan yg menghubungkan partikel-partikel tersebut dalam suatu struktur yg longgar.
Surfaktan telah digunakan untuk menghasilkan flokulasi partikel-partikel tersuspensi. Konsentrasi yg diperlukan untuk mendapatkan efek ini perlu diperhatikan karena senyawa ini juga dapat bekerja sebagai bahan
pembasah & bahan pendeflokulasi.
Polimer hidrofilik juga bekerja sebagai koloid pelindung, dan partikel-partikel yg terlapisi dg cara ini memiliki
Other Considerations
temperature
raising T often causes flocculation of
sterically stabilised suspensions
freezing may result in cake formation
EMULSI
Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara
termodinamika yang terdiri dari sedikitnya dua fase cair
tak tercampurkan, salah satunya terdispersi sebagai
Emulsification
EMULSI
Konsistensi fase terdispersi atau fase kontinu
dapat berkisar dari cairan yang mudah
mengalir hingga semipadat.
Sistem teremulsi berkisar dari losion dengan
viskositas yang relatif rendah hingga salep dan
krim yang bersifat semipadat.
EMULSI
Bahan pengemulsi dapat dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu:
1. Bahan aktif permukaan (surfaktan), yang diadsorpsi
pada antarmuka minyak-air untuk membentuk selaput monomolekul dan mengurangi tegangan antarmuka.
2. Koloid hidrofilik, yang membentuk selaput
multimolekul di sekeliling tetesan-tetesan minyak yang terdispersi dalam emulsi m/a.
3. Partikel padat yang terbagi dengan halus, yang
diadsorpsi pada antarmuka antara dua fase cair tak tercampurkan dan membentuk suatu selaput
EMULSI
Faktor umum untuk ketiga kelompok bahan pengemulsi
SEMIPADAT ̴ ̴ ̴ GEL
Gel merupakan suatu sistem padat atau
semipadat yang sedikitnya mengandung 2
konstituen, yang terdiri dari massa
terkondensasi yang dilingkupi dan
diinterpenetrasi oleh cairan.
Jika cairan banyak mengandung matriks
koheren, produknya sering disebut jeli. Jika
cairannya dihilangkan dan hanya tinggal
SEMIPADAT ̴ ̴ ̴ GEL
Hidrogel mengandung sejumlah besar air, tetapi tidak larut dalam air dan, karena sifat-sifat ini, hidrogel
sering digunakan dalam rancangan obat topikal.
Kecepatan difusi obat bergantung pada struktur fisik
jaringan polimer dan sifat kimianya. Jika gel sangat terhidrasi, difusi terjadi melalui pori-pori. Dalam gel
yang lebih sedikit terhidrasi, obat terlarut dalam polimer dan diangkut di antara rantai-rantai.
Massa gel dapat terdiri dari
flokulat partikel-partikel kecil dan bukan molekul-molekul besar, seperti yg ditemukan dalam gel Al(OH)3, magma bentonit, & magma magnesia. Struktur gel dalam sistem 2 fase ini tidak
selalu stabil (Gambar 17-14a; b). Gel-gel ini dapat bersifat
tiksotropik, yaitu membentuk semipadat selama pendiaman & menjadi cair bila diaduk.
Gel juga dapat terdiri dari
makromolekul yg berada sebagai untaian anyaman berbentuk tikar (Gambar 17-14c).
SEMIPADAT ̴ ̴ ̴ GEL
Untaian-untaian ini sering terikat bersama dg gaya van der Waals yg lebih kuat
Sineresis & Pengembangan
Jika dibiarkan selama beberapa lama, suatu gel sering menciut secara alami, dan sebagian cairannya
tertekan keluar. Fenomena yang disebut sebagai
sineresis ini diperkirakan terjadi akibat struktur matriks atau serabut gel yang terus menerus mengasar
sehingga menimbulkan efek penekanan keluar.
Sineresis terlihat pada jeli makanan dan pencuci mulut gelatin.
“Keluaran” terkait dengan pelepasan minyak atau air
Sineresis & Pengembangan
Kebalikan sineresis adalah penyerapan cairan oleh suatu gel yang menghasilkan peningkatan volume. Fenomena ini dikenal sebagai pengembangan
(swelling).
Gel juga dapat mengambil sejumlah tertentu cairan tanpa adanya peningkatan volume yang terukur, dan ini disebut imbibisi.
Cairan yang dapat menyebabkan terjadinya
Bioavailability from Coarse Dispersions
I. Bioavailability from Suspensions II. Bioavailability from Emulsions.
Bioavailability of indoxole (NSAID) in different dosage forms