• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Tahunan Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Tahunan Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua Tahun 2016"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga Laporan Tahunan (LAPTAH) Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua Tahun 2016 dapat diselesaikan.

Capaian yang telah dilakukan Balai Litbang Biomedis Papua telah dirangkum secara singkat dan padat dalam buku laporan tahunan ini.

Masukan dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk penyusunan dokumen LAPTAH yang lebih baik di masa yang akan datang.Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini. Semoga dokumen Laporan Tahunan Balai Litbang Biomedis Papua ini memberikan manfaat bagi seluruh pihak

Jayapura, Januari 2017 Kepala Balai Litbang Biomedis Papua,

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

BAB I ANALISIS SITUASI AWAL TAHUN 2016... 1

A. HAMBATAN TAHUN 2015 ... B. PENGUATAN KELEMBAGAAN ... C. SUMBER DAYA ... 1. Sumber Daya Manusia ... 2. Sarana dan Prasarana ... 3. Anggaran Tahun 2016 ... 1 BAB II TUJUAN DAN SASARAN KERJA... 21

A. DASAR HUKUM ... B. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR ... 22 22 BAB III STRATEGI PELAKSANAAN... 25

A. STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN ... B. TANTANGAN DALAM PELAKSANAAN TUJUAN ... C. INOVASI/TEROBOSAN ... 25 26 27 BAB IV HASIL KERJA... 28

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel I.1. Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan

Jabatan Struktural ... 8

Tabel I.2. Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan

Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) Tahun 2016 ... 9

Tabel I.3. Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Jabatan Fungsional Umum (JFU) Tahun 2016 ... 9

Tabel I.4. Daftar Nama Kenaikan Pangkat Tahun 2016 Balai Litbang

Biomedis Papua ... 10

Tabel I.5. Kenaikan Gaji Berkala Tahun 2016 Balai Litbang Biomedis

Papua ... 11

Tabel I.6. Daftar Nama Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua yang

sedang Tugas Belajar dan Ijin Belajar Tahun 2016 ... 12

Tabel I.7. Alokasi dan Realisasi Anggaran Balai Litbang Biomedis Papua

per-Output RKA-KL Tahun 2016 ... 19

Tabel I.8 Perbandingan Alokasi dan Realisasi Anggaran per Jenis Belanja

Tahun 2015-2016 ... 20

Tabel II.1. Sasaran dan Indikator Kinerja Kegiatan Balai Litbang Biomedis

Papua Tahun 2016 ... 23

Tabel IV.1. Realisasi Sasaran dan Indikator Kinerja Kegiatan Balai Litbang

Biomedis Papua Tahun 2016 ... 29

Tabel IV.2. Kegiatan Penelitian yang dilakukan Balai Litbang Biomedis

Papua Tahun 2016 ... 29

Tabel IV.3. Judul Publikasi Ilmiah Balai Litbang Biomedis Papua dalam Jurnal Nasional dan Internasional Tahun 2016 ... 40

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1. Struktur Organisasi Balai Penelitian dan Pengembangan

Biomedis Papua Tahun 2016 ... 4 Gambar I.2. Persentase Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua

Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2016 ... 6

Gambar I.3. Persentase Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2016 ... 6

Gambar I.4. Persentase Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Golongan Tahun 2016 ... 7

(6)

BAB I

ANALISIS SITUASI AWAL TAHUN 2016

A. HAMBATAN TAHUN 2015

Selama pelaksanaan kegiatan tahun 2015, Balai Litbang Biomedis Papua terus berusaha berpacu mengubah kinerja ke arah yang lebih baik namun ada kalanya hambatan tak dapat dihindari. Hambatan yang dihadapi tahun lalu menjadi pelajaran untuk membuat kegiatan yang lebih baik di tahun 2016. Beberapa hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program dan kegiatan Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua pada tahun 2015 antara lain :

1. Tidak tercapainya output publikasi jurnal ilmiah akreditasi nasional, dikarenakan proses reviuw yang memakan waktu lama di pihak reviuwer dan satu artikel ilmiah nasional yang dikirimkan ke jurnal akreditasi belum ada balasan dari pihak pengelola jurnal tersebut. 2. Tidak tercapainya cetakan untuk Jurnal Plasma edisi volume 2, No.1

Desember 2015, dikarenakan proses reviuw yang belum selesai dan memakan waktu lama di pihak reviuwer dan editor.

3. Keterbatasan jumlah sumber daya manusia menyebabkan banyak pekerjaan rangkap yang dilakukan oleh staf yang tidak sesuai dengan peta jabatannya, untuk itu perlu adanya penambahan pegawai.

B. PENGUATAN KELEMBAGAAN

(7)

penelitian kesehatan yang diperlukan. Untuk itu pada tanggal 7 Mei 2008 UPF Litkes Papua resmi menjadi satker mandiri yaitu Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

446/MENKES/PER/V/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang biomedis.

Hal ini dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2355/MENKES/PER/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Penelitian dan Pengembangan Biomedis. Balai Litbang Biomedis papua adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Balai Litbang Biomedis Papua mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang biomedis dengan wilayah kerja meliputi Indonesia Bagian Timur.

Dalam melaksanakan tugasnya, Balai Litbang Biomedis Papua menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

1. Penyusunan rencana dan evaluasi program penelitian dan pengembangan biomedis

2. Pelaksanaan identifikasi, penelitan dan pengembangan biomedis

3. Pengembangan metodologi dan prototype eliminasi biologis

4. Pelaksanaan kerjasama, pelatihan, dan jaringan informasi ilmu pengetahuan teknologi di bidang penelitian dan pengembangan biomedis

5. Pelaksanaan kajian dan desiminasi informasi hasil penelitian pengembangan biomedis; dan

(8)

Dalam struktur dan fungsi kelembagaan, Balai Litbang Biomedis Papua terdiri atas :

1. Kepala

2. Subbagian Tata Usaha

3. Seksi Program, Kerjasama dan Informasi 4. Seksi Pelayanan Penelitian

5. Instalasi

(9)

Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi Balai Litbang Biomedis Papua ditampilkan pada Gambar I.1 berikut.

Gambar I.1.Struktur Organisasi Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua Tahun 2016

SEKSI PELAYANAN PENELITIAN SEKSI PROGJASINFO

K E P A L A

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SUBBAGIAN TATA USAHA

JABATAN FUNGSIONAL

TERTENTU

JABATAN FUNGSIONAL UMUM INSTALASI

PARASITOLOGI

PENYIMPANAN SPESIMEN

MIKROBIOLOGI

ENTOMOLOGI

HEWAN COBA

(10)

C. SUMBER DAYA

Peraturan tentang Kepegawaian dalam Institusi Pemerintah yang sebagai mana diatur dalam Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang telah disahkan oleh Presiden Republik Indonesia dan diundangkan mulai tanggal 15 Januari 2014. Berdasarkan Undang –Undang ASN tersebut dijelaskan bahwa pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPKP). PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat Pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.

1. Sumber Daya Manusia

(11)

1.1. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar I.2. Persentase Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2016

Berdasarkan jenis kelamin, pegawai laki-laki sebanyak 32% (11 orang) dan pegawai perempuan sebanyak 68% (23 orang).

1.2. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(12)

Pada tahun 2016, tingkat pendidikan pegawai Balai Litbang Biomedis Papua terdiri dari pendidikan SLTA sebanyak 3 orang (9%), D3 (diploma) sebanyak 4 orang (12%), S1 (sarjana) sebanyak 19 orang (56%), S2 sebanyak 8 orang (23%).

1.3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

Gambar I.4. Persentase Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Golongan Tahun 2016

(13)

1.4. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan pada Balai Litbang

Biomedis Papua

Tabel I.1.Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Jabatan Struktural

NO JABATAN STRUKTURAL JUMLAH %

1 Kepala 1 25

2 Kepala Subbag Tata Usaha 1 25

3 Kepala Seksi Pelayanan dan Penelitian 1 25

4 Kepala Seksi Program, Kerja Sama dan Informasi 1 25

Jumlah 4 100.00

Jabatan struktural Balai Litbang Biomedis Papua berdasarkan Permenkes Nomor 2355/MENKES/PER/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Bidang Penelitian dan Pengembangan Biomedis

Berdasarkan tabel di atas, Jabatan Struktural Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua dipimpin oleh Kepala Balai dengan dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Program, Kerjasama, Informasi (Progjasinfo) dan Kepala Seksi Pelayanan Penelitian (Yanlit).

Selain Jabatan Struktural, Balai Litbang Biomedis Papua memiliki jabatan lain yaitu Jabatan Fungsional yang terbagi menjadi dua, yaitu Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) dan Jabatan Fungsional Umum (JFU).

(14)

Tabel I.2. Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan

Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) Tahun 2016

NO JABATAN JUMLAH %

1 Peneliti Muda 1 10

2 Peneliti Pertama 8 80

3 Teknisi Litkayasa Pelaksana 1 10

4 Teknisi Litkayasa Pelaksana Pemula

1 10

Jumlah 11 100.00

Jabatan fungsional tertentu merupakan kekhususan di Balai Litbang Biomedis Papua sebagai pelaksana penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan.

Tabel I.3.Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua Berdasarkan Jabatan Fungsional Umum (JFU) Tahun

2016

NO JABATAN JUMLAH %

1 Peneliti 6 29

2 Teknisi Litkayasa Pemula 6 29

3 Arsiparis 0 0

4 Penata Laporan Keuangan 2 10

5 Analisis kepegawaian 2 10

6 Pelaksana Penyusun Laporan (Analisi Data dan Informasi)

1 5

7 Perencana 1 5

8 Pengelola BMN 1 5

(15)

10 Bendahara 1 5

Jumlah 21 100

1.5. Mutasi Kepegawaian

Kegiatan mutasi kepegawaian pada kantor Balai Litbang Biomedis Papua tahun 2016 meliputi Kenaikan Pangkat, Kenaikan Gaji Berkala dan tugas belajar/ijin belajar.

a. Kenaikan Pangkat

Tabel I.4. Daftar Nama Kenaikan Pangkat Tahun 2016

Balai Litbang Biomedis Papua

1 Anita Tanna, SKM Penata III/c Reguler

Perhitungan 1

(16)

b. Kenaikan Gaji Berkala

Tabel I.5.Kenaikan Gaji Berkala Tahun 2016 Balai Litbang Biomedis Papua

NO NAMA PEGAWAI KENAIKAN GAJI

BERKALA

GOLONGAN/

RUANG MASA KERJA

1 Hanna Kawulur, Spd,

M.Si 1 April 2016 Penata TK I III/d 9 Tahun

2

Hotma Martologi Lorensia Hutapea, M.Si

1 Desember 2016 Penata III/c 5 Tahun

3 Semuel Sandy, M.Sc 1 April 2016 Penata Muda TK I

III/b 9 Tahun

4 Yunita Mirino, SKM 1 April 2016 Penata Muda TK I

III/b 9 Tahun

5 Anugrah M Juliana,

SKM 1 April 2016 Penata III/c 9 Tahun

6 Mirna Widiyanti, M.Sc 1 April 2016 Penata Muda TK I

III/b 9 Tahun

7 Anita Tanna, SKM 1 Desember 2016 Penata III/c 7 Tahun 8 Windarti Fauziah, S.Si 1 Desember 2016 Penata Muda TK I

III/b 5 Tahun

9 Ester Lumbanradja, SE 1 April 2016 Penata Muda TK I

III/b 6 Tahun

10 Eva Fitriana, S.Si 1 April 2016 Penata Muda III/c 7 Tahun

11 Mardi Raharjo Pardi,

S.Si 1 April 2016

Penata Muda

III/a 7 Tahun

12 Yoel G Kelyanin, Sos 1 April 2016 Penata Muda TK I

III/b 6 Tahun

Sasto, S.Si 1 Februari 2016

Penata Muda

III/a 1 Tahun

15 Windhy Karthika

Saragih, SE 1 Februari 2016

Penata Muda

III/a 1 Tahun

(17)

orang, terdiri dari 3 orang pada Tata Usaha, 10 orang pada Seksi Pelayanan Penelitian dan 2 orang dari Seksi Program Kerjasama dan Informasi. Kenaikan gaji berkala per 01 Februari 2016 berjumlah 3 orang, per 01 April 2016 berjumlah 9 orang, dan 01 Desember 2016 berjumlah 3 orang.

c. Tugas Belajar dan Ijin Belajar

Tabel I.6.Daftar Nama Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua yang sedang mengikuti Tugas Belajar dan Ijin Belajar Tahun 2016

N

2 Jan Lewier SMA 45 Jayapura S1 Biologi

UNCEN 2016 Tubel

3 Hairun Madrasah Alyah Bau

– Bau

S1 Administrasi

Negara 2014 Ibel

4 Misan Sulaiman SMEA Jayapura S1 Biologi 2015 Ibel

Berdasarkan tabel di atas pada tahun 2016, pegawai Balai Litbang Biomedis Papua yang sedang mengikuti tugas belajar sebanyak 2 orang dan ijin belajar sebanyak 2 orang.

2. Sarana dan Prasarana

(18)

ditetapkan. Inventarisasi sarana dan prasarana Balai Litbang Biomedis Papua dapat dilakukan melalui pelaporan Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN). Sarana prasarana fisik digunakan untuk mendukung tercapainya output kinerja Balai Litbang Biomedis Papua. Berdasarkan Laporan Barang Milik Negara per tanggal 31 Desember 2016, Balai Litbang Biomedis Papua memiliki sarana dan prasarana berupa :

a. Tanah seluas 5.000 m2dengan nilai

Rp.9.228.300.000,-b. Peralatan dan mesin sebanyak 1.362 unit dengan nilai

Rp.21.716.798.143,-c. Gedung dan Bangunan sebanyak 4 unit dengan nilai 1.465.083.000,

d. Jaringan 3 unit dengan nilai

45.618.000,-e. Aset tetap lainnya sebanyak 566 buah dengan nilai

214.175.000,-f. Aset tetap yang tidak digunakan 8 unit, dengan nilai 68.560.000,-.

Perpustakaan

Balai Litbang Biomedis Papua memiliki sebuah perpustakaan di mana tersedia buku – buku referensi penunjang penelitian dan pengembangan kesehatan serta jurnal, buletin dan warta dari bidang kesehatan. Koleksi buku perpustakaan Balai Litbang Biomedis Papua sampai pada tahun 2016 sebanyak 365 judul buku (792 eksemplar) mengenai kesehatan, metodologi penelitian maupun umum. Balai Litbang Biomedis Papua juga telah memiliki perpustakaan online

dengan alamat website sebagai berikut:

(19)

Laboratorium

Balai Litbang Biomedis Papua memiliki 6 buah laboratorium, yang terdiri dari laboratorium virologi/biomolekuler, laboratorium mikrobiologi, laboratorium parasitologi, laboratoium entomologi, laboratorium hewan coba dan laboratorium imunologi serta 1 buah laboratorium penyimpanan spesimen (dalam proses pengembangan).

a. Laboratorium Virologi/ Biomolekuler,memiliki Kemampuan antara lain:

1) Melakukan ekstraksi RNA/DNA dengan menggunakan berbagai metode (Mini columb, Sonicator dan Pemanasan)

2) Melakukan analisis DNA virus mulai dari ekstraksi RNA virus dengan sampel serum/plasma, melakukan visualisasi RNA hasil ekstraksi dengan menggunakan Spectrofotometer, PCR, elektroforesis, pembacaan hasil elektroforesis dengan menggunakan Gel Doc

3) Melakukan qPCR RNA dan Konvesional PCR RNA virus 4) Melakukan analisis bioinformatik dengan berbagai

pendekatan.

Kegiatan penelitian yang sudah dilakukan oleh Balai Litbang Biomedis Papua Tahun 2016 antara lain:

1) Ekstraksi DNA nyamuk Anopheles hasil penangkapan di MTB dan MBD

2) PCR fragmen DNA pengkode Voltage Gated Sodium Channel (VGSC) Anopheles.

3) PCR kuantitatif DNA pengkode VGSC Anopheles

(20)

5) Sekuensing produk PCR fragmen DNA untuk konfirmasi kuman lepra

6) Sekuensing produk PCR fragmen DNA untuk konfirmasi kuman frambusia

7) Ekstraksi RNA HIV-1 dari koleksi Manajemen Biobank 8) Uji stok primer amplifikasi integrase HIV-1 terhadap

spesimen koleksi Manajemen Biobank

9)

Pembuatan control positif untuk PCR yang mengamplifikasi fragmen DNA pengkode VGSC

.

b. Laboratorium Mikrobiologi, memiliki kemampuan antara lain:

1) Kultur bakteri Actynomycetes, Streptomycetes, Nisseria gonorhoe, Eschericia coli, Staphylococcus aureus,

enterobakter, Jamur Trycophyton, Candida, Malassezia

2) Identifikasi dan karakterisasi dengan berbagai pendekatan, baik morfologi, biokimia, fisiologi maupun menggunakan kit.

3) Melakukan ekstraksi DNA dan PCR pada penelitian mikrobiologi

4) Uji resistensi dan uji daya hambat.

Kegiatan penelitian yang sudah dilakukan oleh Balai Litbang Biomedis Papua Tahun 2016 adalah:

1) Pengumpulan spesimen apusan cuping untuk deteksi kuman lepra

2) Pengumpulan spesimen apusan lesi dan darah untuk deteksi kuman frambusia

3) Melakukan pemeriksaan TPHA untuk deteksi kuman

Treponemapenyebab frambusia

(21)

5) Ekstraksi DNA genom dari apusan lesi dan darah untuk deteksi kuman frambusia

6) Melakukan PCR untuk deteksi kuman lepra 7) Melakukan PCR untuk deteksi kuman frambusia

c. Laboratorium Parasitologi,kemampuan yang dimiliki antara lain:

1) Melakukan pemeriksaan protozoa usus dan cacing (intestinal protozoa) menggunakan metode langsung (direct) meliputi: pengunaan normal saline, eosin, iodine 2) Melakukan pemeriksaan protozoa usus dan cacing

menggunakan metode konsentrasi

(indirect/concentration method) meliputi: The zinc sulfate flotation method (Faust et al. 1938),teknik sedimentasi formalin ethyl acetate method (Ritchie et al.

1948), teknik sedimentasi formalin ether method (Allen & Ridley), teknik Harada-Mori method

3) Melakukan pemeriksaan secara kuantitatif telur cacing menggunakan metode Kato-Katz

4) Pemeriksaan protozoa darah (Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale)

5) Pemeriksaan nematoda jaringan (filariasis) pada sampel darah untuk mengidentifikasi microfilaria menggunakan metode filtrasi darah vena, pembuatan slide sediaan darah pewarnaan dengan pengecatan Giemsa

6) Pembuatan sediaan awetan protozoa dan cacing

7) Pemeriksaan serologi taeniasis dan sistiserkosis

(22)

Immunoelectrotransfer Blot (EITB) menggunakan antigen rekombinan rESS33 dan rT24H

8) Pemeriksaan ELISA malaria menggunakan metode sandwich Enzyme Linked Immunoabsorben Assay (ELISA)

9) Ekstaksi deoxyribonucleic acid (DNA) genome parasit malaria menggunakan metode Chelex-100 dan Phenol-cloroform method dan pemeriksaan malaria menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR).

Kegiatan penelitian yang sudah dilakukan di Tahun 2016 adalah:

1) Pengumpulan spesimen darah untuk pemeriksaan taeniasis dan sistiserkosis di 10 Kabupaten di Provinsi Papua, dan 2 Kabupaten di Provinsi Papua Barat

2) Pemeriksaan taeniasis dan sistiserkosis menggunakan Luminex

d. Laboratorium Entomologi,memiliki kemampuan antara lain: 1) Melakukan identifikasi nyamuk vektor: Anopheles sp

(Papua region), Aedes sp, Armigeres sp, Culex sp

2) Melakukan survey entomologi bionomik vecktor: habitat nyamuk, kepadatan jentik, kepadatan nyamuk dewasa, man biting rate (MBR), human blood index (HI), parous rete (PR) , sporozoit rate (SR), vectorial capasity (CV), vector stability index (SI)

3) Melakukan rearing larva nyamuk vektor

4) Melakukan uji sirkum sporozoit (Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax 247 dan Plasmodium vivax 210) menggunakan metode sandwich ELISA

(23)

6) Melakukan estraksi DNA nyamuk menggunakan metode Chelex-100 dan identifikasi konfirmasi vektor malaria dengan polymerase chain reactions (PCR).

Kegiatan penelitian yang sudah dilakukan oleh Balai Litbang Biomedis Papua Tahun 2016 antara lain:

1) Melakukan koleksi nyamuk dan larva Anopheles di MTB dan MBD

2) Identifikasi nyamuk dan larva Anopheles yang diperoleh dari lapangan (MTB dan MBD)

3) Melakukan rearing nyamuk Anopheles di lapangan (MTB dan MBD)

4) Uji bioassay nyamuk Anopheles 5) Uji suseptibilitas nyamuk Anopheles

6) Mengumpulkan sampel kelambu dari masyarakat untuk uji bioassay dan uji residu menggunakan Gas Chromatografi

e. Laboratorium Hewan Coba, laboratorium ini dipersiapkan sebagai tempat perawatan dan pemeliharaan hewan coba yang akan digunakan dalam penelitian biomedis.

f. Laboratorium Imunologi,laboratorium ini dipersiapkan untuk mendesain Rapid Diagnostic Test (RDT) untuk beberapa agen penyakit diantaranya diare. Kegiatan laboratorium ini dimulai dengan mengumpulkan sampel dari kasus-kasus yang ada.

g. Laboratorium Penyimpanan Spesimen, laboratorium ini

(24)

3. Anggaran Tahun 2016

Tabel I.7. Alokasi dan Realisasi Anggaran Balai Litbang Biomedis Papua per-Output RKA-KL Tahun 2016.

KODE URAIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI

(Rp) %

Pada tahun 2016 Balai Litbang Biomedis Papua mendapatkan jumlah anggaran sesuai dengan penetapan kinerja sebesar Rp.25.005.433.000, namun pada tanggal 30 Oktober 2016 terjadi revisi efisiensi anggaran tahun 2016 sebesar Rp.14.938.580.000, dan pada tanggal 08 Desember 2016 adanya penambahan anggaran gaji sebesar Rp.50.232.000,- sehingga total jumlah Anggaran Balai Litbang Biomedis Papua untuk Tahun 2016 menjadi Rp.10.117.085.000,- yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan terealisasi sebesar Rp.9.923.442.973.

(25)

Tabel I.8.Perbandingan Alokasi dan Realisasi Anggaran per Jenis BelanjaTahun 2015-2016

N o

Jenis Belanja

2015 2016

Alokasi (Rp)

Realisasi (Rp)

% Alokasi

(Rp)

Realisasi

(Rp) %

1.

Belanja Pegawai

1.370.444.000 1.363.554.480 99,49 1.666.832.000 1.577.730.869 94,65

2.

Belanja Barang

2.907.467.000 2.822.172.574 97,06 5.319.421.000 5.215.396.784 98,04

3.

Belanja Modal

16.344.471.000 15.195.777.000 92,97 3.130.832.000 3.130.315.320 99,98

(26)

BAB II

TUJUAN DAN SASARAN KERJA

A. DASAR HUKUM

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi serta kelembagaannya, Balai Litbang Biomedis Papua mengacu pada berbagai kebijakan yang telah diatur pada peraturan dan perundang-undangan berikut:

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495).

2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Teknologi (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4219).

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3605).

5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan, Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005.

6. Keputusan Presiden RI Nomor 102 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen.

7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

(27)

8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 556/Menkes/SK/VI/2002 tentang Perubahan Perumusan Kedudukan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Kesehatan.

9. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 62/Kep/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen.

10. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor B/499/M.PAN/2/2008 tentang Usulan Pembentukan Balai Litbang Biomedis Papua dan Organisasi dan Tata Kerja Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua.

11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

2355/MENKES/PER/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Penelitian dan Pengembangan Biomedis.

12. Peraturan Menteri pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

B. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR

(28)

Dari tugas dan fungsi Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua dijabarkan melalui penetapan sasaran yang ingin dicapai, yaitu mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada dalam masyarakat, terutamanya ditujukan pada penyakit-penyakit Malaria, HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan penyakit-penyakit endemis yang diabaikan (neglected diseases) yang ada di wilayah Indonesia Bagian Timur.

Balai Litbang Biomedis Papua sebagai unit eselon III memiliki 1 (satu) kegiatan, yaitu Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan. Program Litbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan memiliki outcome: meningkatnya Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan.

Pada tahun 2016 Balai Litbang Biomedis Papua telah menetapkan sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel II.1.Sasaran dan Indikator Kinerja Kegiatan Balai Litbang Biomedis Papua Tahun 2016

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

2016

1. Jumlah publikasi karya tulis ilmiah di bidang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan yang dimuat di medis cetak dan atau elektronik nasional dan internasional 2. Jumlah hasil penelitian dan

pengembangan di bidang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

4

2

Balai Litbang Biomedis Papua melaksanakan penelitian tahun 2016, meliputi penelitian :

(29)

2. Situasi Malaria (Angka Kesakitan, Vektor Potensial, Efektivitas Kelambu LLINs) Di Provinsi Maluku

(30)

BAB III

STRATEGI PELAKSANAAN

A. STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN

Perencanaan Strategis Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua disusun sebagai pedoman bagi pelaksanaan tugas dan fungsi secara sistematis, terarah dan terpadu. Perencanaan ini memperhitungkan analisis situasi, kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman serta isu-isu strategik.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan dan sasaran, Balai Litbang Biomedis Papua telah menyusun strategi pelaksanaan kegiatan, meliputi:

1. Peningkatan Mutu Litbangkes, dengan strategi :

a. Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi, profesionalisme dan integritas SDM peneliti dan litkayasa, melalui pendidikan/pelatihan, dan bimbingan teknis atau magang serta pengembangan metodologi penelitian.

b. Meningkatkan sarana dan prasarana litbangkes melalui peningkatan kualitas dan kuantitas alat laboratorium, pengadaan dan pemeliharaan bahan, alat, gedung dan teknologi.

2. Pengembangan Hasil Litbangkes, dengan strategi :

a. Memperkuat dan memperluas jejaring kerjasama dan sinergisme kerja dengan Rumah Sakit, Puskesmas, Lembaga Riset Kementerian dan non-Kementerian, serta organisasi profesi terkait (IDI, IAI, PDGI, PATELKI, dll).

3. Diseminasi Hasil Litbangkes, dengan strategi :

a. Pemuatan hasil penelitian dalam jurnal nasional (akreditasi dan non akreditasi).

(31)

4. Pemanfaatan Hasil Litbangkes, dengan strategi merumuskan laporan hasil penelitian untuk memberikan rekomendasi pemanfaatan pada kebutuhan pengelola program maupun akademis.

B. TANTANGAN DALAM PELAKSANAAN TUJUAN

Selama pelaksanaan kegiatan dan program tahun 2016 Balai Litbang Biomedis Papua menemui berbagai tantangan dalam mencapai tujuan dan sasaranya, yaitu :

1. Keterbatasan jumlah sumber daya manusia menyebabkan banyak pekerjaan rangkap yang dilakukan oleh staf yang tidak sesuai dengan peta jabatannya

2. Tidak tercapainya Output publikasi jurnal ilmiah akreditasi nasional, dikarenakan proses reviuw yang memakan waktu lama di reviuwer 3. Kegiatan pengadaan mengalami beberapa kendala diantaranya

adalah pemutusan kontrak terhadap rekanan mengakibatkan reagen atau bahan yang direncanakan tidak sepenuhnya dapat diadakan, sehingga berdampak pada kegiatan penelitian Seroepidemiologi Taeniasis dan Sistiserkosis di Tanah Papua, yaitu terlambatnya proses pemeriksaan sampel taeniasis.

4. Adanya efisiensi anggaran menyebabkan kegiatan pembangunan gedung laboratorium tahun 2016 tidak dapat dilaksanakan

(32)

C. INOVASI/TEROBOSAN

(33)

BAB IV

HASIL KERJA

A. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN

1. Pelaksanaan Kegiatan di Tahun 2016

(34)

Tabel IV.1.Realisasi Sasaran dan Indikator Kinerja Kegiatan Balai Litbang Biomedis Papua Tahun 2016

Sasaran

1. Jumlah publikasi karya tulis ilmiah di bidang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan yang dimuat di media cetak dan atau elektronik nasional dan internasional 2. Jumlah hasil penelitian dan

pengembangan di bidang

Pada tahun 2016, Balai Litbang Biomedis Papua telah melakukan empat kegiatan penelitian yang terdiri dari dua penelitian yang dibiayai oleh dana DIPA Balai Litbang Biomedis Papua dan dua penelitian yang dibiayai oleh DIPA Badan Litbangkes.

Tabel IV.2.Kegiatan Penelitian yang dilakukan Balai Litbang Biomedis Papua Tahun 2016

No. Judul Penelitian Sumber Dana

1. Seroepidemiologi Taeniasis dan Sistiserkosis Di Tanah Papua (Kabupaten Paniai, Deyai, Nabire, Biak Numfor, Jayawijaya, Intan Jaya, Yalimo, Lanny Jaya, Mamberamo Tengah, Ndunga, Peg. Arfak, Teluk Wondama)

DIPA Balai

2. Situasi Malaria (Angka Kesakitan, Vektor Potensial, Efektivitas Kelambu LLINs) Di Provinsi Maluku

DIPA Balai

3. Karakterisasi Gen ARPTreponema Pallidum Susbspesies PertenueDan Faktor Risiko Frambusia Di Wilayah Kerja Puskesmas Hamadi

DIPA Badan (Risbinkes)

4

Pengaruh Ekstrak Metabolit SekunderStreptomyces sp.

DariActinomycetesSedimen Kawasan Mangrove terhadap

Plasmodium falciparumSecarain vitro

(35)

Berikut penjabaran ringkasan hasil penelitian yang dilakukan Balai Litbang Biomedis Papua tahun 2016 baik yang bersumber dana DIPA Balai Litbang Biomedis Papua maupun yang bersumber dana DIPA Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan:

a. Seroepidemiologi Taeniasis dan Sistiserkosis Di Tanah

Papua (Kabupaten Paniai, Deyai, Nabire, Biak Numfor,

Jayawijaya, Intan Jaya, Yalimo, Lanny Jaya, Mamberamo

Tengah, Ndunga, Peg. Arfak, Teluk Wondama)

Ketua Pelaksana : Semuel Sandy, M.Sc

Prevalensi kasus taeniasis dan sistiserkosis di Papua mencapai 48%. Persentase kasus taeniasis di Kabupaten Jayawijaya yang dilaporkan sebesar 8,6%. Penelitian serologi pada ternak babi ditemukan sebesar 70,4% terinfeksi metasestoda T. solium, dan hewan anjing lokal sebesar 10,9%. Kista T.solium yang berada di jaringan otak manusia menyebabkan neurosistiserkosis. Penyakit ini menyebabkan kejang-kejang (epilepsi) pada masyarakat di Papua dan menyebabkan banyak penderita luka bakar parah akibat terjatuh ke perapian, menyebabkan kematian karena tenggelam atau jatuh dari pohon dan tebing di pegunungan saat mengalami kejang.

Dampak taeniasis pada anak-anak adalah kekurangan zat gizi, penyumbatan saluran pencernaan (obstruksi usus) yang berdampak absorbsi nutrisi tidak maksimal. Tujuan dilakukan penelitian seroepidemiologik ini untuk megetahui keadaan sekarang mengenai prevalensi taeniasis dan sistiserkosis di Papua sehingga dapat dilakukan interfensi pencegahan yang optimal untuk mengurangi prevalensinya.

(36)

dilakukan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur untuk mengetahui riwayat taeniasis dan sistiserkosis pada masyarakat, sosial ekonomi, keadaan sanitasi lingkungan masyarakat dan higiene. Hasil yang diharapkan kegiatan penelitian adalah diperoleh prevalensi taeniasis dan sistiserkosis di Papua dan penentuan faktor-faktor risiko yang berperan pada penularan penyakit ini.

Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Maret-Desember 2016 dengan disain potong lintang, dimana jumlah sampel yang diambil berdasarkan perhitungan statistik untuk total 12 kabupaten adalah 9600 individu. Data yang diperoleh dilakukan analisis secara deskriptif dan menggunakkan uji statistic bivariate menggunakan chi kuadrat.

Hasil penelitian diperoleh yaitu angka seroprevalensi taeniasis dan sistiserkosis di 12 kabupaten di Wilayah Papua. Seroprevalensi taeniasis di Provinsi Papua Barat antara lain Kab. Pegunungan Arfak sebesar 2,8%, Kab. Teluk Wondama sebesar 3,2% sedangkan seroprevalensi sistiserkosis di Kab. Pegunungan Arfak sebesar 2,8%; Kab. Teluk Wondama sebesar 3,6%.

(37)

menggunakan kuesioner mengenai faktor yang berperan pada kejadian taeniasis dan sistiserkosis meliputi higiene perorangan, sanitasi lingkungan, gambaran demografi dan sosial-kultural. Gambaran faktor higiene responden di Provinsi Papua Barat antara lain: reponden menggunakan alas kaki (71,9%), tangan dengan air bersih dan sabun ketika hendak makan (79,7%), mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ketika setelah buang air besar (79,9%), kegiatan mandi di sore hari (77,0%), kebersihan kuku (46,1%), Kebiasaan mengkomsumsi air minum secara langsung (4,2%) dan memasak air tidak mendidih (5,4%). Masak daging kurang matang (3,4%) dan sayur dibuat sebagai lalapan (26,8%). Cara memasak daging dengan cara unik berupa bakar batu (17,8%). Diagnosis gejala kecacingan taeniasis dan sistiserkosis berupa keluar cacing dari anus (14,4%), sakit kepala (21,9%), megalami kejang-kejang (3,9%), terdapat kista (0,1%).

Keadaan higiene reponden di Provinsi Papua antara lain menggunakan alas kaki (50,3%), mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ketika hendak makan (44,4%), mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ketika setelah buang air besar (42,8%), kegiatan mandi di sore hari (38,6%), kebersihan kuku (28.8%),. Kebiasaan mengkomsumsi air minum secara langsung (31,1%). Masak daging kurang matang (12,6%), sayur dibuat sebagai lalapan (8,1%), Cara memasak daging dengan cara unik berupa bakar batu (65,4%). Diagnosis gejala kecacingan taeniasis dan sistiserkosis berupa keluar cacing dari anus (14,4%), perut sakit kepala (21,9%), megalami kejang-kejang (3,9%), terdapat kista (0,1%).

(38)

dalam rumah (71,6%) dengan septik tank (68,3%). Sampah dibuang pada tempat sampah terbuka (75,4%) dan penanganan sampah dilakukan dengan cara dibakar (73.4%). Penanganan air limbah rumah tangga dilakukan dengan cara membuat tempat penampungan di tanah (53,3%), jenis lantai rumah yang dimiliki rumah tangga di Provinsi Papua Barat terbuat dari kayu papan/bambu (50,8%). Jumlah rumah tangga yang memiliki ternak babi di Provinsi Papua Barat (60.7%) dipelihara dengan cara di kandangkan (37,3%) dan keberadaan babi liar yang berkeliaran di pekerangan rumah dan kebun (62,2%).

Sesangkan di Provinsi Papua banyak menggunakan air yang berasal dari air hujan (48,2%). Rumah tangga yang memiliki jamban sendiri (73,7%) dengan menggunakan septik tank (66,9%). Penanganan limbah sampah rumah tangga di Provinsi Papua, sampah dibuang pada tempat sampah terbuka (78.8%) dan pemusnahan sampah dilakukan dengan cara dibakar (61.2%). Penanganan air limbah rumah tangga di Provinsi Papua dilakukan membuat penampungan air limbah di tanah (37,7%). Jenis lantai rumah yang dimiliki rumah tangga di (46,3%). Jumlah rumah tangga yang memelihara ternak babi (52,7%) dipelihara dengan cara di kandangkan (42,8%). keberadaan babi liar yang berkeliaran di pekerangan rumah dan kebun (84%).

Faktor sosial-kultural Provinsi Papua Barat antara lain: penggunaan bakar batu dalam memasak daging (17,8%), daging dimasak kurang matang (3.4%), Sedangkan di Provinsi Papua penggunaan bakar batu dalam memasak daging (65,4%), daging dimasak kurang matang (12,6%),

(39)

yang baik dan sehat diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit di masyarakat.

b. Situasi Malaria (Angka Kesakitan, Vektor Potensial,

Efektivitas Kelambu LLINs) Di Provinsi Maluku

Ketua Pelaksana : Ivon Ayomi, S.Si

Indonesia merupakan salah satu negara yang masih berisiko terhadap malaria. Distribusi malaria di Indonesia dengan intensitas tinggi terdapat di daerah berhutan, terutama Indonesia bagian timur. Kasus malaria terutama dilaporkan dari luar jawa, yaitu di Provinsi Papua, Maluku, Nusa Tengara, Kalimantan dan Sumatera. Penyakit malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia. Berdasarkan Annual Parasite Incidence (API), dilakukan stratifikasi wilayah dimana Indonesia bagian Timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi situasi malaria (angka kesakitan, vektor potensial, efektifitas kelambu LLINs) di provinsi Maluku. Penelitian ini dilakukan pada dua musim yaitu pada musim angin Timur (Mei – Juni 2016) dan pada musim angin Barat (September – Oktober). Pengambilan data dilakukan di wilayah kerja puskesmas Alusi Kelaan dan Puskesmas Waturu Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Puskesmas Ilwaki dan Puskesmas Wonreli Kabupaten Maluku Barat Daya. Desain penelitian ini adalah potong lintang, dilakukan

Mass Blood Survey (MBS) , survei entomologi, koleksi nyamuk

Anopheles spp. dewasa dengan menggunakan man landing collection dari pukul 18.00-06.00. Konfirmasi vektor malaria deteksi antigen sirkum sporozoit P. falcifarum 210 dan P. vivax

(40)

data secara deskriptif survei habitatAnophelesspp. ditemukan di saluran air, bekas perahu dan kolam semi permanen.

Hasil penelitian di Kab. Maluku Tenggara Barat (MTB) dan Kab. Maluku Barat Daya (MBD) diperoleh beberapa jenis

Anopheles sp di antaranyaAn. flavirostris, An. barbirostris group,

An. farauti, An. subpictus.Aktifitas menggigitAnopheles spp rata-rata pada musim angin timur mulai pukul 18.00 – 19.00 dan pada musim angin barat aktifitas mengigit pada pukul 20.00-23.00 ditemukan meningkat lebih banyak di luar rumah. Hasil uji dengan teknik Enzyme Linked Immunoabsorbent Assay (ELISA) menunjukkan An. subpictus sebagai vektor malaria karena terdeteksi mengandung sporozoit P. vivax 210. Hasil bioassay

menunjukkan bahwa kelambu yang digunakan masyarakat di Kabupaten MBD dan Kabupaten MTB memiliki masa pemakaian 2 tahun. Rata-rata pencucian kelambu di Kampung Alusi, Waturu, Wonreli dan Ilwaki adalah 2 – 3 kali. Berdasarkan data hasil uji

bioassay, sebagian besar kelambu tersebut masih memenuhi standar yang direkomendasikan oleh WHO, yaitu: sampai pencucian 20 kali, kematian nyamuk masih 80%. Uji kerentanan terhadap An. barbirostris group, An. flavirostris dan An. subpictus

menggunakan insektisida permetrin dan deltametrin dimana hasilnya dapat membunuh > 98%. Data tersebut didukung oleh data molekuler yang menunjukkan tidak adanya mutasi pada titik V1010 dan L101

c. Karakterisasi Gen ARP Treponema Pallidum Susbspesies

Pertenue Dan Faktor Risiko Frambusia Di Wilayah Kerja

Puskesmas Hamadi

Ketua Pelaksana : dr. Yuli Arisanti

(41)

Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan kulit yang meluas, kerusakan jaringan tulang, bahkan dapat menyebabkan kecacatan. Frambusia mudah menular melalui kontak langsung atau melalui barang-barang yang digunakan oleh penderita. Menurut data kasus frambusia tahun 2014 dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua, 53% kasus frambusia yang di Provinsi Papua terjadi di Kota Jayapura. Frambusia disebabkan oleh kuman sejenis bakteri, yaitu Treponema pallidum subspecies pertenue

(T.p pertenue) yang merupakan genus spirocheta, dan memiliki morfologi yang identik dengan Treponema pallidum subspesies pallidum yang menyebabkan sífilis. Secara genetik, tingkat kemiripan T.p pertenue dengan T.p pallidum adalah 99,8%. Sisi pembeda kedua subspesies tersebut terletak pada 6 titik, salah satunya adalah genacidic repeat protein(arp).

(42)

disekuensing untuk mengonfirmasi kebenaran sekuens DNA arp T.p pertenue.

Penelitian belum dapat mengakarateristik gen arp. Didapat data serologi dengan serologi positif seluruhnya sejumlah 111 responden dan negatif sejumlah 211. Berdasarkan hasil yang didapat disimpulkan bahwa pemeriksaan PCR dan sequence belum bisa mengkonfirmasi penyebab frambusia pada penelitian ini. Penelitian ini mendapatkan faktor risiko frambusia seperti jenis kelamin laki – laki lebih berpotensi terkena frambusia, usia muda lebih berpotensi pada kejadian frambusia, riwayat pernah mengalami frambusia juga memiliki risiko untuk relaps serta perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang berpontesi paling besar menjadi frambusia, dengan uraian: Mandi jarang/tanpa menggunakan sabun berpotensi 3,3 kali lebih besar menjadi frambusia, kebiasaan pakai handuk bergantian 19 kali lebih besar potensinya, kebiasaan jarang/tidak pakai sandal 2,2 kali lebih besar potensinya.

d. Pengaruh Ekstrak Metabolit Sekunder Streptomyces sp. dari

Actinomycetes Sedimen Kawasan Mangrove terhadap

Plasmodium falciparumSecarain vitro

Ketua Pelaksana : Iman Harisma Saleh Sasto, S.Si

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ekstrak metabolit sekunder Streptomyces dari Actinomycetes sedimen mangrove sebagai antimalaria. Sampel berasal dari strain koleksi

(43)

Hasil isolasi Streptomyces selanjutnya difermentasi pada media FM3 hingga pada akhirnya didapatkan ekstrak metabolit sekunderStreptomyces. Ekstrak metabolit sekunder diidentifikasi menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), dimana ditemukan bercak noda senyawa berwarna kuning orange yang menandakan adanya senyawa bioaktif.

Ekstrak metabolit sekunder yang dihasilkan dilakukan uji bioassay untuk mengevaluasi efek IC50 dari metabolit tersebut terhadap pertumbuhan Plasmodium falciparum. Metode yang digunakan untuk menentukan daya hambat (inhibisi) metabolit sekunder Streptomyces terhadap Plasmodium falciparum dengan menggunakan parameter IC50 kemudian dibandingkan dengan

obat standar malaria (kina).

Dalam penelitian ini diperoleh bahwa konsentrasi 100 ppm dapat menekan nilai pertumbuhan rata-rata Plasmodium falcifarum menjadi hanya 0,66% dengan nilai penghambatan rata-rata yaitu 95,20%. Nilai ini mengikuti tingkatan konsentrasi ekstrak yang diberikan hingga pada konsentrasi terendah yaitu 0,01 ppm, nilai pertumbuhan rata-rata Plasmodium falcifarum

menjadi meningkat yaitu 10,89% dengan nilai penghambatan rata-rata yaitu 20,83%. Selain itu, Kontrol (+) Kina 100 ppm menunjukan nilai pertumbuhan Plasmodium falcifarum 0,84% sedangkan ekstrak Streptomyces dengan konsentrasi yang sama menunjukan nilai pertumbuhan rata-rata Plasmodium falcifarum

0,66%. Pada konsentrasi terendah yaitu 0,01 ppm Kontrol (+) Kina menunjukan nilai pertumbuhan Plasmodium falcifarum

6,42% sedangkan ekstrak Streptomyces menunjukan nilai pertumbuhan rata-rataPlasmodium falcifarum10,84%.

Hasil analisis IC50 Plasmodium falcifarum pada kultur

(44)

karena suatu zat uji memiliki aktivitas daya hambat paling baik bila nilai IC50≤ 10 μg/ml. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh

konsentrasi metabolit sekunder yang efektif menghambat

Plasmodium falciparum, sehingga dapat digunakan sebagai data dasar pengembangan obat antimalaria baru dari lingkungan laut yaitu sedimen hutan mangrove.

2. Penyebarluasan dan Pemanfaatan Hasil Penelitian dan

Pengembangan Biomedis

Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan Balai Litbang Biomedis Papua selama tahun 2016 diantaranya dengan mengikuti beberapa seminar/simposium baik dalam negeri maupun luar negeri, yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung tercapainya tujuan dan sasaran kinerja Balai Litbang Biomedis Papua.

Kegiatan seminar/simposium yang diikuti oleh Balai Litbang Biomedis Papua selama tahun 2016 adalah :

1. Seminar Nasional Biologi Universitas Negeri Surabaya, 20 Februari 2016

2. International Conference on Public Health : Accelerating the Achievement of Sustainable Development Goals for the Improvemnet and Equitable Distribution of Population Health, Best Western Premier Hotel, Solo Baru 14-15 September 2016 3. The 19 th International Leprosy Congres, Beijing 18 – 21

September 2016

(45)

Selain kegiatan seminar/simposium Balai Litbang Biomedis Papua juga memiliki Publikasi ilmiah di bidang biomedis dan teknologi dasar kesehatan pada media cetak dan elektronik nasional menghasilkan 2 publikasi ilmiah nasional dan 1 publikasi ilmiah internasional yang dapat dilihat dari dalam Tabel IV.3. berikut ini.

Tabel IV.3. Judul Publikasi Ilmiah Balai Litbang Biomedis Papua dalam Jurnal Nasional dan Internasional Tahun 2016

N

3 The Malaria Vectors of

Anopheles Flavirostris

(46)

Kesehatan Kabupaten Maluku Barat Daya, mewakili Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kepala Puskesmas Iluaki, Kepala Puskesmas Wonreli, Kepala Puskesmas Waturu, mewakili Kepala Puskesmas Alusi, Yayasan Pelangi, BTKL, Kantor Kesehatan Pelabuhan Maluku, Lab. Kesda Maluku, serta staf Dinas Kesehatan Provinsi Maluku.

Sedangkan di Provinsi Papua kegiatan sosialisasi hasil penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2016 di Dinas Kesehatan Provinsi Papua. Pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Hasil Penelitian meliputi Paparan mengenai Seroepidemiologi Taeniasis dan Sistiserkosis Di Tanah Papua (Kabupaten Paniai, Deyai, Nabire, Biak Numfor, Jayawijaya, Intan Jaya, Yalimo, Lanny Jaya, Mamberamo Tengah, Ndunga, Peg. Arfak, Teluk Wondama), Hasil Riset Binaan (RISBIN) Tahun 2016. Peserta yang hadir diantaranya Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, Dinas Kesehatan Kota Jayapura, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kepala Balai Litbang Biomedis Papua, LIPTEK Papua, BPS Provinsi Papua, RS Dian Harapan, UPT ATM, Poltekes Jayapura, Kantor Kesehatan Pelabuhan Jayapura, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Papua, Balai Latihan Tenaga Kesehatan, KPA Provinsi Papua, Puskesmas Hamadi, Puskesmas Jayapura Utara, Staf pengajar dari FMIPA, FK Universitas Cenderawasih, dr. Gunawan Ingko serta Staf Balai Litbang Biomedis Papua.

B. REALISASI ANGGARAN

(47)

Tabel IV.4.Perkembangan Alokasi dan Realisasi Anggaran Balai Litbang Biomedis Papua Tahun 2014 – 2016

NO TAHUN

1 2014 8.067.706.000,- 6.467.103.208 80.16

2 2015 20.622.382.000,- 19.381.504.054 93,98

3 2016 10.117.085.000,- 9.923.442.973 98,08

Perkembangan alokasi anggaran di tahun 2016 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan adanya efisiensi anggaran sebesar 14.938.580.000 sehingga Pagu yang semulanya 25.005.433.000 menjadi 10.117.085.000 dan realisasi anggaran di tahun 2016 mencapai 9.923.442.973 (98,09%).

C. UPAYA MERAIH WBK/WBBM

Zona Integritas (ZI) merupakan sebutan atau predikat yang diberikan kepada K/L dan Pemda yang pimpinan dan jajarannya mempunyai niat (komitmen) untuk mewujudkan WBK dan WBBM melalui upaya pencegahan korupsi, reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik. K/L dan Pemda yang telah mencanangkan sebagai ZI mengusulkan salah satu unit kerjanya untuk menjadi Wilayah Bebas dari Korupsi.

(48)

Sebagai langkah awal dalam penilaian satuan kerja berpredikat menuju WBK/WBBM, tim penilaian internal (TPI) melakukan pre assessment sesuai dengan kriteria Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 52 Tahun 2015 tentang pedoman pembangunan zona integritas menuju WBK/WBBM di lingkungan instansi pemerintah.

1. Dasar Pelaksanaan

a. Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3581);

b. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874);

c. Undang –Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4250);

d. Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 Tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2015 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014);

e. Instruksi Presiden No 2 Tahun 2014 Tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi ;

(49)

g. Surat Tugas Sekretaris Jenderal Kemenkes RI Nomor TU.01.01/I.4/2065/2015 Tanggal 26 Mei 2015, Perihal Pre Assessment terhadap satker yang akan diusulkan sebagai satker yang berpredikat WBK Tahun 2015 pada satker Balai Peneliitian dan Pengembangan Biomedis Papua.

Upaya yang dilakukan Balai Litbang Biomedis Papua dalam mendukung WBK/WBBM adalah sebagai berikut :

1. Balai Litbang Biomedis Papua berusaha mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN

2. Mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat

3. Dalam setiap melakukan pengadaan dilakukan berdasarkan aturan yang ada tanpa adanya benturan kepentingan

4. Mengundang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan untuk pendampingan selama proses menjadi satker WBK/WBBM

(50)

BAB V

P E N U T U P

Pada Tahun 2016, Balai Litbang Biomedis Papua telah berupaya maksimal dalam melakukan tugas pokok dan fungsinya sebagai institusi yang berkarya dalam penelitian dan pengembangan kesehatan. Pelaksanaan kegiatan tahun 2016 tidak luput dari berbagai kendala yang telah diusahakan upaya pemecahan masalahnya, sehingga diharapkan kendala tersebut menjadi pembelajaran bagi Balai Litbang Biomedis Papua.

(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)

Gambar

Gambar I.1. Struktur Organisasi Balai Penelitian dan PengembanganBiomedis Papua Tahun 2016
Gambar I.3. Persentase Jumlah Pegawai Balai Litbang BiomedisPapua Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun2016
Gambar I.4. Persentase Pegawai Balai Litbang Biomedis PapuaBerdasarkan Golongan Tahun 2016
Tabel I.1. Jumlah Pegawai Balai Litbang Biomedis Papua
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saran penulis setelah mengerjakan laporan “Pembuatan iklan Animasi 2D Gula Semut Untuk Koperasi Serba Usaha Jatirogo, Kulon Progo” yaitu dalam membuat iklan animasi 2D

Pemerintah desa adalah bagian integral dan merupakan struktur organisasi pemerintahan terbawah dalam systim pemerintahan negara Republik Indonesia. Dalam melaksanakan tugas

Dengan melakukan evaluasi tersebut jadi guru bisa menilai siswa yang sudah paham dan belum paham tentang aturan yang ada di lingkungan sekolah, masyarakat bahkan di

Menurut data yang ada di tabel

Dari kurva regresi diperoleh juga kecepatan grup gelombang Tsunami sebagai fungsi diameter asteroid yang menabrak Bumi.. Untuk asteroid dengan diameter 400 meter yang jatuh di

Al-Maududi menyatakan bahwa semua jabatan pemerintah-an terbuka bagi kaum dzimmi, kecuali sedikit jabatan kunci semisal kepala negara dan majelis

Tari Ronggeng Paser karya Dwi Totok Sadianto merupakan suatu tari hiburan dengan bentuk koreografi tari kelompok. Koreografi dalam tari ini memiliki motif gerak yang

- menjelaskan pula tentang acuan normatif yang digunakan dalam Pedoman AHSP, komponen AHSP, Proses perumusan Standar Pedoman Manual, Struktur Analisis Harga Satuan