2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
Siti Nina Nur Annisa
NIM: 11111041
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
vi
MOTTO
“Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada
kemudahan” (Q.S Al-Insyirah: 5-6)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
(Q.S Al-Baqarah: 286)
“Allah akan mengangkat (derajat) orang – orang yang
beriman diantara kamu dan orang – orang yang diberi ilmu
beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu
kerjakan.”
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta Ibu Murtafi’atun dan Bapak Nur Kholid, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, mendidikku dan tak henti hentinya
mendo’akanku dalam mencapai kesuksesan dan keberhasilan.
2. Adikku tersayang Siti Khanza Az-zahra yang selalu membuatku
tersenyum disetiap lelahku.
3. Nenekku tercinta Ibu Siti Munawaroh yang selalu membimbing dan
menjagaku dari kecil hingga sekarang.
4. Saudaraku Mas aris, Mbak ana, Mas anggi yang selalu menyemangati dan
memotivasi.
5. Prof. Dr. M. Zulfa, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang selalu
mengarahkan dan memberi motivasi.
6. Sahabat – sahabatku Risnia Dwi Atriansari, Titik Anjar Wati, Nur
Hasanah, Anis Maryana, Daya Lolita Santi, Irina Ika Wulandari,
Miftakhun Nurul Jannah, Khamidah, Bunda, Enggar, Lely, Wulan dan
semua mahasiswa-mahasiswi PAI tahun 2011 yang tidak bisa saya
sebutkan namanya satu persatu.yang senantiasa menyemangati dan
mendukungku menyelesaikan skripsi ini
7. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini saya ucapkan
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning)
Dengan Aktivitas dan Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIII
MTS Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta kita umatnya sampai akhir zaman.
Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan S-1 Program Studi Pendidikan Agama
Islam Jurusan Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Penulis menyadari tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak, peneliti tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan penghargaan dan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) IAIN Salatiga.
4. Bapak Prof. Dr. H. M. Zulfa, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing dalam
ix
5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
6. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberi layanan dan
bantuan.
7. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dorongan dan do’a demi keberhasilan penulis.
8. Sahabat – sahabat seperjuangan PAI 2011, yang selalu memberikan semangat dan memberi warna dalam hari – hari penulis. Semoga ukhuwah
kita tetap terjalin.
9. Bapak H. Suwardi, M.PdI. Selaku Kepala Sekolah dan Ibu Endang Ratna
Ayu Adiyanti,S.PdI. Selaku Guru Aqidah akhlak MTS Negeri Karanggede
Kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin penelitian dan membantu
selama penelitian berlangsung.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan lebih lanjut. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi seluruh pembaca, khususnya pada dunia pendidikan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 11 Maret 2016
Penulis
x
ABSTRAK
Nur Annisa, Siti Nina. 2016. Hubungan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan aktivitas dan prestasi belajar aqidah akhlak pada siswa kelas VIII MTS Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. H. M. Zulfa, M.Ag. Kata Kunci : Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning, Aktivitas, dan Prestasi Belajar Aqidah akhlak.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada siswa kelas VIII MTS Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016, dan untuk mengetahui hubungan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan aktivitas siswa kelas VIII MTS Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016, serta untuk mengetahui hubungan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan prestasi belajar siswa kelas VIII MTS Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah 1. Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada mata pelajaran aqidah akhlak siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2015/2016? 2. Adakah hubungan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan aktivitas siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2015/2016? 3. Adakah hubungan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan prestasi belajar aqidah akhlak pada siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2015/2016?.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan angket atau kuesioner sebagai instrumen penelitian guna mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan. Untuk melengkapi data yang dibutuhkan, dalam penelitian ini juga menggunakan metode observasi, dan dokumentasi.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………... i
HALAMAN LOGO ……….... ii
HALAMAN PENGESAHAN………... iii
HALAMAN PERSETUJUAN……….... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……….. v
HALAMAN MOTTO………... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN………... vii
KATA PENGANTAR……….... viii
ABSTRAK ………... x
DAFTAR ISI………... xi
DAFTAR TABEL……….... xiv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ………... 1
B. Rumusan Masalah ………... 3
C.Tujuan Penelitian ………... 4
D.Hipotesis Penelitian ………... 4
E. Manfaat Penelitian ………... 5
F. Definisi Operasional ……….... 6
G.Metode Penelitian ………... 9
xii BAB II LANDASAN TEORI
1. Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning ……….... 17
a. Hakikat Model pembelajaran ……….. 17
b. Konsep Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning………... 17
c. Tujuan Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning……….. 20
d. Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada Aqidah akhlak ………. 20 A. Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 41
xiii
1. Data Tentang Jawaban Responden untuk Variabel
Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL)………. 49
2. Data Tentang Aktivitas Siswa MTS Negeri
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2015/2016 ………..……… 51
3. Data Nilai Prestasi Belajar Siswa MTS Negeri
Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2015/2016 ……….. 55
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Deskriptif ………. 58
B. Pengujian Hipotesis ……… 72
C. Analisis Lanjut ……… 87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………. 89
B. Saran ……… 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data siswa kelas VIII MTS Negeri Karanggede Kabupaten
Boyolali tahun pelajaran 2015/2016 ……… 47 Tabel 3.2 Jawaban Responden Terhadap Penggunaan Model
Pembelajaran contextual teaching and learning ……… 50 Tabel 3.3 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas
VIII MTS Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran ………. 52 Tabel 3.4 Nilai Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII
MTS Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2015/2016 ……….. 55 Tabel 4.1 Rekapitulasi hasil angket Respon Siswa Terhadap Penggunaan
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) ……… 58
Tabel 4.2 Tingkat Respon Siswa Terhadap Penggunaan model
pembelajaran CTL ………... 62 Tabel 4.3 Rekapitulasi data hasil aktivitas belajar aqidah akhlak …………. 63
Tabel 4.4 Tingkat Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII MTS Negeri
Karanggede Kabupaten Boyolali ……….. 66
Tabel 4.5 Nilai Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII MTS
Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali………. 67 Tabel 4.6 Tingkat Prestasi Belajar Aqidah akhlak pada Siswa Kelas VIII
xv
Tabel 4.7 Daftar Nilai Angket Respon Siswa Terhadap Penggunaan
Model Pembelajaran CTLdan Aktivitas ……… 73 Tabel 4.8 Hubungan Model Pembelajaran CTL (Variabel X) dengan
Aktivitas Belajar Aqidah akhlak………. 76
Tabel 4.9 Daftar Nilai Angket Respon Siswa Terhadap Penggunaan
Model Pembelajaran CTLdan Prestasi Belajar ………. 80 Tabel 4.10 Hubungan Model Pembelajaran CTL (Variabel X) Dengan
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Suwarno,
2006: 32).
Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,
luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan
pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap
kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap
kegiatan pendidikan (Tirtarahardja, 2000: 37).
Berdasarkan tujuan tersebut, aqidah akhlak merupakan salah satu
bidang studi yang harus dikuasai oleh setiap peserta didik sebagai pegangan
dalam bertingkah laku sesuai dengan syariat Islam serta berakhlak mulia
dalam kehidupan sehari-hari dan mampu menjadi sarana untuk meningkatkan
kemampuan beraktivitas dalam pembelajaran aqidah akhlak, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah sehari-hari dan menghadapi
tantangan hidup.
Berdasarkan hasil observasi di MTs Negeri Karanggede, khususnya
siswa kelas VIII masih mengalami sedikit masalah dalam belajar.
2
akhlak siswa dalam pembelajaran di kelas. Hal tersebut dikarenakan strategi
pembelajaran yang digunakan guru kurang efektif, di mana proses
pembelajaran masih didominasi oleh guru dan siswa hanya sekedar
mendengarkan materi yang disampaikan guru. Hal tersebut menyebabkan
siswa cepat merasa jenuh dan bosan dengan materi yang disampaikan oleh
guru. Oleh karena itu guru hendaknya menggunakan strategi pembelajaran
yang efektif guna mengurangi kejenuhan siswa serta meningkatkan aktivitas
siswa. Salah satu cara yang harus ditempuh yaitu dengan penerapan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).
Model pembelajaran CTL, merupakan salah satu pembelajaran yang aktif – menyenangkan yang penting diterapkan dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran CTL siswa dapat beraktivitas baik itu di kelas maupun di luar kelas seperti di perpustakaan atau di lingkungan masyarakat sekitar,
sehingga siswa tidak terbatas pada informasi yang diberikan oleh guru dan
siswa dapat mencari informasi dari berbagai sumber.
Dalam model pembelajaran CTL, guru mengajar dengan melibatkan siswa di dalam kegiatan-kegiatan penting yang membawa pelajaran akademik
ke dalam kehidupan, menghubungkan tugas sekolah dengan persoalan dan
masalah-masalah nyata, mendorong siswa untuk menerapkan pemikiran kritis
dan kreatif ke dalam kehidupan keseharian.
Model pembelajaran CTL merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
3
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Proses
pembelajaran CTL berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami sendiri, bukan transfer dari guru ke siswa. Dengan konsep ini
diharapkan hasil belajar lebih bermakna bagi siswa dan membebaskan siswa
menggunakan gaya belajarnya sendiri, sehingga materi yang dipelajari akan
tertanam erat dalam memori siswa dan tidak akan mudah dilupakan.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti termotivasi untuk
melakukan penelitian dengan mengambil judul “HUBUGAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK
PADA SISWA KELAS VIII MTS NEGERI KARANGGEDE KABUPATEN
BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016”.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning pada mata pelajaran aqidah akhlak siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun
pelajaran 2015/2016?
2. Adakah hubungan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan aktivitas siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten
4
3. Adakah hubungan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan prestasi belajar aqidah akhlak pada siswa kelas VIII MTs Negeri
Karanggede Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning pada mata pelajaran aqidah akhlak siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun
pelajaran 2015/2016.
2. Untuk mengetahui hubungan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan aktivitas siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2015/2016.
3. Untuk mengetahui hubungan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan prestasi belajar aqidah akhlak pada siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2015/2016.
D. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, yang kebenaranya masih harus diuji secara empiris (Suryabata,
1995: 69)
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan tersebut di atas maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan “Ada hubungan model pembelajaran CTL
5
aqidah akhlak pada siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten
Boyolali tahun pelajaran 2015/2016”.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :
a. Memberikan sumbangan kepada pembelajaran aqidah akhlak utamanya
pada aktivitas dan prestasi belajar aqidah akhlak melalui model
pembelajaran CTL.
b. Memberikan kontribusi terhadap sekolah berkenaan dengan penerapan
pembelajaran menggunakan model CTL serta mampu mengoptimalkan aktivitas dan prestasi belajar aqidah akhlak.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru, dapat memanfaatkan model pembelajaran CTL sehingga menimbulkan aktivitas dan prestasi belajar aqidah akhlak dapat
meningkat.
b. Bagi siswa, dapat menimbulkan aktivitas dan meningkatkan prestasi
belajar aqidah akhlak. Di sisi lain dengan penggunaan model
pembelajaran CTL diharapkan dapat menarik minat belajar siswa, melatih konsentrasi dan mengembangkan potensi yang dimiliki dalam
6
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran yang berbeda dengan
maksud utama penulis dalam menggunakan kata pada judul penelitian ini,
perlu penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi
variabel penelitian. Istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut :
1. Model Pembelajaran
Bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Kastolani, 2014: 98).
2. Contextual Teaching and Learning
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengaitkan materi tersebut terhadap konteks kehidupan sehari-hari
(konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks
lainnya (Majid, 2014: 228). Adapun indikator model pembelajaran
CTL diantaranya :
a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan menemukan sendiri pengetahuan barunya
7
b. Melakukan penyelidikan/penemuan (inquiry) untuk materi aqidah akhlak yang akan dipelajari.
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
apabila ada materi aqidah akhlak yang belum dipahami
(Questioning).
d. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok untuk
mendiskusikan materi aqidah akhlak (learning community). e. Menyajikan gambar sebagai model dalam pembelajaran aqidah
akhlak (modeling).
f. Melakukan refleksi materi aqidah akhlak yang telah dipelajari
di akhir pertemuan (reflection).
g. Melakukan penilaian nyata (authentic assessment) untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran aqidah
akhlak.
3. Aktivitas
Aktivitas adalah kegiatan, sedangkan kegiatan berasal dari kata
giat yang berarti rajin, bergairah, bersemangat, dan perbuatan usaha
(Poerwodarminto, 1976: 73).
Adapun indikator kemampuan aktivitas belajar aqidah akhlak
siswa dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk :
a. Mengajukan pertanyaan kepada guru apabila ada materi yang
8
b. Menjawab pertanyaan dari guru maupun teman berkenaan dengan
materi aqidah akhlak.
c. Mengemukakan pendapat tentang materi aqidah akhlak.
d. Mendiskusikan materi tentang aqidah akhlak bersama teman
kelompok.
e. Mempresentasikan hasil diskusi tentang materi aqidah akhlak.
4. Prestasi
Prestasi menurut Yamin (2007: 232) adalah puncak hasil
belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa
terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan.
5. Belajar
Mudjiono (2006:18) menjelaskan belajar merupakan proses
internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut
adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
6. Aqidah akhlak
Aqidah akhlak adalah bidang studi yang diberikan kepada
peserta didik di MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun
pelajaran 2015/2016, tentang bagaimana cara berbuat, berbicara yang
baik sesuai dengan perintah agama yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, sehingga membawa peserta didik menjadi insan kamil,
yang mulia baik itu disisi Allah SWT maupun antar pergaulan sesama
9
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yang bertujuan
mencari hubungan dan menjelaskan sebab – sebab perubahan dalam
fakta-fakta sosial yang terukur (menguji teori).
Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang
menekankan analisanya pada data – data numeric (angka) yang diolah
dengan metode statistika (Azwar, 1998: 5).
2. Setting Penelitian
a. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Karanggede
Kabupaten Boyolali pada siswa kelas VIII tahun pelajaran
2015/2016.
b. Waktu penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, mulai
bulan November 2015 sampai dengan bulan Januari 2016.
3. Populasi dan sampel
Untuk mempermudah dalam penelitian tersebut penulis mengambil
sebagian yang dijadikan wakilnya. Adapun subyek penelitian yang penulis
hadapi adalah sebagai berikut :
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1998:
10
skripsi ini adalah siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede kabupaten
Boyolali tahun pelajaran 2015/2016.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh suatu populasi (Sutama, 2010: 97). Sampel adalah
sebagian individu yang diselidiki yang akan dijadikan contoh untuk
memberikan sifat-sifat nilai yang akan dijadikan sebagian atau semua
pada sampel, kemudian perlu disampaikan hubungan dengan
penarikan sampel di atas didasarkan pendapat. Jadi, sampel pada
penelitian ini berjumlah 50 siswa 40% dari 125 siswa kelas VIII MTs
Negeri Karanggede.
c. Sampling
Menurut Sutama (2010: 108) sampling adalah proses
penyeleksian atau “penjaringan” sejumlah individu dari suatu
populasi, yang dilakukan dengan suatu cara tertentu hingga mampu
mewakili kelompok yang lebih besar tersebut.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling
acak atau teknik sampling random (random sampling technique) mempergunakan cara pemilihan sampel dengan pilihan acak (random selection).
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan beberapa
11 a. Observasi
Sutrisno Hadi mengemukakn bahwa, observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis (Sugiono, 2011: 145).
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan
mengamati secara langsung untuk mengetahui perilaku siswa
dalam proses pembelajaran di kelas, apakah terjadi perubahan
aktivitas dan prestasi belajar melalui model pembelajaran CTL. Observasi dilakukan berdasarkan pedoman observasi yang telah
dipersiapkan.
b. Dokumentasi
Metode dokumentasi dapat dilakukan dengan mencari data
mengenai hal – hal yang berupa catatan – catatan, buku – buku, surat kabar, notulen, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002: 188).
Dengan metode dokumentasi, penulis gunakan untuk
mendapatkan data tentang proses pembelajaran di kelas yang
menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning.
c. Angket
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiono,
12
efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur
dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap
penggunaan model pembelajaran CTL dan digunakan untuk mengumpulkan data tentang hubungan model pembelajaran CTL dengan aktivitas dan prestasi belajar dengan responden siswa kelas
VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun pelajaran
2015/2016.
5. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data yang sudah terkumpul dari hasil
penelitian, kemudian penulis menganalisis dengan analisis
kuantitatif/analisis data statistik dengan langkah – langkah sebagai berikut:
a. Analisis Deskriptif
Analisis ini untuk menghitung skor masing-masing
variabel secara terpisah, sehingga diketahui ciri masing – masing variabel penelitian.
1) Mencari Interval
Keterangan:
= interval
= nilai tertinggi
= nilai terendah
13
2) rumus prosentase sebagai berikut :
P = x 100 % Keterangan :
P : Prosentase Perolehan
F : Frekuensi mentah
N : Jumlah total responden
b. Pengujian Hipotesis
Selanjutnya untuk mengetahui adanya hubungan model
pembelajaran CTL dengan aktivitas dan prestasi belajar aqidah akhlak, maka menggunakan analisa statistik dengan rumus
product moment sebagai berikut :
=
=
Keterangan :
14 : product dari x dan y
: variable independen yaitu strategi pembelajaran CTL : variabel dependen tentang aktivitas
: variabel dependen tentang prestasi belajar
N : jumlah populasi
∑ : Sigma
c. Analisis Lanjut
Mengkonsultasikan nilai r product moment objektif (ro) dengan nilai r pada tabel (rt). Dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika lebih besar dari pada ro ( ˃ ro ) maka hasilnya
signifikan.
2. Jika lebih kecil dari pada ro ( < ro ) maka hasilnya
tidak signifikan.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini disusun dalam lima bab, yaitu (1) Pendahuluan, (2)
Landasan Teori, (3) Laporan Hasil Penelitian, (4) Analisis Data, (5) Penutup.
BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab Pendahuluan, berisi latar balakang masalah yaitu proses
pembelajaran yang kurang efektif. Rumusan masalah yaitu bagaimana respon
15
Tujuan penelitian berisi tujuan penulis mengenai konsekuensi dari
permasalahan pokok yaitu untuk mengetahui respon siswa terhadap
penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada mata pelajaran aqidah akhlak, untuk mengetahui hubungan model
pembelajaran CTL dengan aktivitas dan prestasi belajar aqidah akhlak. Hipotesis penelitan adalah merupakan jawaban sementara dari permasalahan
penelitian. Kegunaan penelitian adalah tentang harapan penelitian yang telah
dilakukan. Definisi operasional adalah bertujuan untuk memberikan
pemahaman terhadap istilah-istilah yang digunakan agar pembaca tidak salah
tafsir. Metode penelitian membahas tentang metode atau teknik atau cara
yang digunakan penulis untuk mengolah data yang diperoleh kemudian
dianalisis. Terakhir adalah sistematika penulisan yakni tentang tata urutan
penulisan yang benar sesuai dengan kaidah yang berlaku didalam melakukan
penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Landasan Teori, yaitu membahas teori yang menjadi landasan
penelitian berkaitan dengan variabel penelitian, yaitu teori tentang hubungan
model pembelajaran CTL dengan aktivitas dan prestasi belajar aqidah akhlak. BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
Bab III berisi hasil penelitian. Dalam hal ini penulis memaparkan hasil
pengumpulan data yang berkaitan dengan variabel penelitan, yaitu mengenai
16
aqidah akhlak. Responden dari penelitian ini adalah 40% dari seluruh siswa
kelas VIII MTs Negeri Karanggede kabupaten Boyolali.
BAB IV ANALISIS DATA
Bab IV berisi analis data, yaitu analisis data terhadap data yang
terkumpul melalui tahap analisis deskriptif, pengujian hipotesis, serta analisis
lanjut.
BAB V PENUTUP
Adapun yang terakhir Bab V yang berisi kesimpulan dari hasil dan
saran – saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait dari subyek
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning 1. Hakikat Model pembelajaran
Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan seseorang atau
kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan
(Majid, 2014: 4).
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran (Kastolani, 2014: 98).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan
serangakaian kegiatan yang terdiri atas pendekatan, metode, teknik, dan
taktik yang tersusun menjadi satu kesatuan dalam proses pembelajaran
guna mencapai tujuan yang telah direncanakan.
2.Konsep model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan
materi tersebut terhadap konteks kehidupan sehari-hari (konteks pribadi,
18
yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu
permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya (Majid, 2014:
228).
Menurut Majid (2014: 230) karakteristik yang terdapat dalam
pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah sebagai berikut : a. Ketertarikan mengikuti pelajaran.
b. Menyenangkan, tidak membosankan.
c. Belajar dengan bergairah.
d. Menggunakan berbagai sumber.
e. Siswa aktif.
f. Kerja sama.
g. Tanya jawab.
Dalam CTL belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi
secara utuh, dan tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi
juga aspek afektif dan juga psikomotorik (Sanjaya, 2008: 255).
Belajar melalui CTL diharapkan siswa dapat berperan aktif dalam menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan
nyata. Siswa tidak hanya sekedar mendengarkan dan mencatat namun
benar – benar memahaminya, sehingga materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, dan tidak mudah dilupakan.
19
pelajaran itu dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
dapat menjadi bekal mereka dalam menjalani kehidupan nyata.
Menurut Suryadi (2013: 83-87) ada 7 asas yang melandasi proses
pembelajaran CTL, diantaranya:
a.Konstruktivisme (Constructivism), yaitu proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman pribadinya.
b.Menyelidiki/menemukan (Inquiry), yaitu proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara
sistematif.
c.Bertanya (Questioning), dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu.
d.Masyarakat belajar (Learning Community), yaitu kerja sama atau belajar bersama dalam sebuah masyarakat atau kelas – kelompok.
e.Pemodelan (Modeling), yaitu proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap
siswa.
f. Refleksi (Reflection), yaitu proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
g.Penilaian nyata (Authentic Assessment), merupakan proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan
20
kegiatan pembelajaran berlangsung dengan penekanan pada proses
belajar bukan kepada hasil belajar.
3. Tujuan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada Aqidah Akhlak
Tujuan utama Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah membantu para siswa dengan cara yang tepat untuk mengaitkan makna
pada pelajaran – pelajaran akademik mereka. Ketika para siswa
menemukan makna di dalam pelajaran mereka, mereka akan belajar dan
ingat apa yang mereka pelajari (Kastolani, 2014: 144).
Pada pembelajaran aqidah akhlak diharapkan siswa dapat
mengaitkan materi aqidah akhlak dalam kehidupan nyata, sehingga dapat
menjadi bekal mereka dalam bertingkah laku dalam kehidupan sehari -
hari sesuai dengan syari’at Islam.
4. Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada Aqidah Akhlak.
Langkah – langkah penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning yaitu:
a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan menemukan sendiri pengetahuan barunya yang berkenaan
21
b. Melakukan penyelidikan/penemuan (inquiry) untuk materi aqidah akhlak yang akan dipelajari.
c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya apabila ada
materi aqidah akhlak yang belum dipahami (Questioning).
d. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan
materi aqidah akhlak (learning community).
e. Menyajikan gambar sebagai model dalam pembelajaran aqidah akhlak
(modeling).
f. Melakukan refleksi materi aqidah akhlak yang telah dipelajari di akhir
pertemuan (reflection).
g. Melakukan penilaian nyata (authentic assessment) untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak.
Model pembelajaran CTL akan menjadikan siswa lebih kreatif, mandiri, bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan oleh guru.
Dengan sikap kemandirian siswa akan terdorong untuk memilih cara – cara mengatasi masalah dengan penuh rasa percaya diri, tanpa
menyalahkan orang lain atas kegagalan/kesalahannya, dan diperlukan
sikap keberanian dalam mengambil keputusan serta sikap bertanggung
jawab.
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) juga akan menumbuhkan sikap kepedulian terhadap lingkungan sosial,
karena pembelajarannya dapat digunakan secara kelompok maupun
22
tertanam di dalam jiwa. Dan kemampuan mengaitkan materi kelas dengan
kehidupan nyata serta menggunakannya sebagai problem solver, akan menumbuhkan sikap kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menjadikan suasana belajar aqidah akhlak menjadi lebih konkrit, realistik,
menyenangkan, dan bermakna karena siswa mampu mengaitkan materi
pembelajaran kehidupan nyata.
Keunggulan Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) :
a. Pembelajaran kontekstual dapat mendorong peserta didik menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata.
b. Pembelajaran kontekstual mampu mendorong peserta didik untuk
menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan nyata.
c. Pembelajaran kontekstual menekankan pada proses keterlibatan peserta
didik untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar diorientasikan
pada proses pengalaman secara langsung.
d. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
e. Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
f. Membentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun
23
B. Aktivitas belajar aqidah akhlak
Aktivitas adalah kegiatan, sedangkan kegiatan berasal dari kata giat
yang berarti rajin, bergairah, bersemangat, dan perbuatan usaha
(Poerwodarminto, 1976: 73).
Aktivitas atau perbuatan belajar merupakan suatu proses yang disadari
dan setidaknya si pembelajar dapat menjadi sadar bahwa dia telah belajar
(Kastolani, 2014: 68).
Menurut Ahmad Rohani (2004: 6-8) aktivitas dibedakan menjadi dua
yaitu: aktivitas fisik dan aktivitas psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik
giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja,
tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik
yang memiliki aktivitas psikis adalah jika daya jiwanya bekerja
sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.
Adapun indikator kemampuan aktivitas belajar aqidah akhlak siswa
dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk :
1. Mengajukan pertanyaan kepada guru apabila ada materi yang
kurang jelas yaitu tentang materi aqidah akhlak.
2. Menjawab pertanyaan dari guru maupun teman berkenaan dengan
materi aqidah akhlak.
3. Mengemukakan pendapat tentang materi aqidah akhlak.
4. Mendiskusikan materi tentang aqidah akhlak bersama teman
kelompok.
24
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam
sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi
itu anak didiklah yang lebih aktif bukan guru. Guru hanya berperan sebagai
motivator dan fasilitator. Intetaksi itu dikatakan maksimal bila interaksi itu
terjadi antara guru dengan semua anak didik, antara anak didik dengan guru,
dan antara anak didik dengan anak didik dalam rangka bersama-sama
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama (Djamarah, 1997: 52).
Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus menimbulkan aktivitas
siswa baik itu dalam berpikir maupun bertindak. Sehingga materi
pembelajaran tersebut dapat lebih berkesan dan menimbulkan kreatifitas
siswa untuk bertanya, berdiskusi, mengajukan pendapat, menyelesaikan tugas
dan mengambil intisari pembelajaran serta mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari – hari.
Menurut Dimyati (2002: 45) contoh kegiatan fisik biasanya berupa
membaca, mendengar, menulis. Contoh kegiatan psikis misalnya
menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan
masalah yang dihadapi, membandingkan suatu konsep dengan yang lain,
menyimpulkan hasil percobaan, dan sebagainya.
Untuk mengaktifkan siswa dalam belajar, guru hendaknya melibatkan
siswa dalam kegiatan pembelajaran baik melalui kegiatan tanya jawab
maupun kegiatan kerja kelompok atau diskusi. Melalui kegiatan tanya jawab
peserta didik akan memberikan dorongan dan pengarahan kepada siswa
25
tahu siswa. Sedangkan dengan berdiskusi akan memupuk sikap saling
menghargai pendapat orang lain.
Cara lain mengaktifkan belajar siswa adalah dengan memberikan
berbagai pengalaman belajar bermakna yang bermanfaat bagi kehidupan
siswa dengan memberikan rangsangan tugas, tantangan, memecahkan
masalah, atau mengembangkan pembiasaan agar dalam dirinya tumbuh
kesadaran bahwa belajar menjadi kebutuhan hidupnya dan oleh karena itu
perlu dilakukan sepanjang hayat (Marno dan Idris, 2010: 150).
Dalam menumbuhkan keaktifan siswa hendaknya guru membuat
pelajaran itu menjadi lebih menantang, merangsang peserta didik untuk
menemukan, dan mengesankan. Menemukan disini berarti guru tidak harus
memberikan seluruh informasi ke dalam benak peserta didik. Karena pada
hakikatnya peserta didik telah memiliki potensi dalam dirinya untuk
menemukan sendiri informasi. Guru hanya memberikan informasi – informasi
yang mendasar dan berusaha memancing siswa untuk menggali informasi
selanjutnya, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan sendiri sehingga siswa dapat aktif dan kegiatan belajar menjadi
tidak membosankan.
Menurut Sudjana (2010: 61) keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:
1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
2. Terlibat dalam pemecahan masalah.
3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami
26
4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah.
5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.
8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah
diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang
dihadapinya.
C. Prestasi Belajar Aqidah akhlak
1. Pengertian Prestasi
Prestasi erat kaitannya dengan penguasaan seseorang mengenai
suatu hal yang mencerminkan keberhasilan dan kegagalan. Prestasi
dilambangkan dalam bentuk nilai yang berwujud angka atau huruf.
Prestasi adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan
hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah
ditetapkan (Yamin, 2007: 232).
Menurut Sudjana (2010: 32) hasil belajar siswa dapat meliputi:
a. Ranah pengetahuan (kognitif) : hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b.Ranah sikap (afektif) : kemauan untuk menerima pelajaran dari guru, perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru,
27
guru, kemauan untuk mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut,
kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran, senang terhadap
guru dan mata pelajaran yang diberikannya.
c.Ranah keterampilan (psikomotoris) : mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis, mengangkat tangan dan bertanya
kepada guru mengenai bahan pelajaran yang belum jelas,
melakukan latihan diri dalam memecahkan masalah berdasarkan
konsep bahan yang telah diperolehnya atau menggunakannya
dalam praktek kehidupannya.
2. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan tingkah laku pada diri individu. Perubahan ini dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan,
penalaran, sikap, keterampilan, kecakapan, kebiasaan maupun aspek –
aspek yang lain.
Mudjiono (2006: 18) menjelaskan belajar merupakan proses
internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah
seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
28
Menurut Djamarah (2002: 15) ciri – ciri belajar adalah sebagai berikut :
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
Maksudnya individu yang belajar akan menyadari
terjadinya perubahan tersebut atau individu merasakan telah
terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Perubahan yang terjadi pada diri individu akan berlangsung
secara terus menerus. Suatu perubahan yang terjadi akan
menyebabkan perubahan berikutnya dan berguna dalam proses
belajar berikutnya.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif.
Dalam belajar, perubahan-perubahan tersebut selalu
bertambah dan bertujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih
baik dari sebelumnya.
d. Perubahan bersifat aktif.
Perubahan bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak
terjadi dengan sendirinya, akan tetapi karena usaha dari
individu sendiri.
e. Perubahan dalam belajar memiliki tujuan.
Bahwa perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan
29
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Hasil seseorang yang telah melalui proses belajar akan
mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh baik itu
kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
Menurut Slameto (2003: 2) teori-teori belajar dikelompokkan menjadi:
a. Teori Gestalt
Hukum yang berlaku pada pengamatan adalah sama dengan hukum
dalam belajar yaitu :
1) Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah
unsur-unsurnya.
2) Gestalt timbul lebih dahulu daripada bagian-bagiannya.
Dalam belajar yang terpenting adalah adanya penyesuaian
pertama yaitu memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan
problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi
hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti dan memperoleh
insight.
b. Teori belajar menurut J. Bruner
Belajar menurut teori J. Bruner adalah belajar tidak untuk
mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum
sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih
banyak dan mudah. Dalam proses belajar Bruner mementingkan
partisipasi aktif dari setiap siswa dan mengenal dengan baik adanya
30 c. Teori belajar menurut Piaget
Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar sebagai
berikut:
1) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang
dewasa. Anak-anak mempunyai cara yang khas untuk
menyatakan kenyataan dan untuk mengahayati dunia sekitar.
Maka memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar.
2) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu,
menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.
d. Teori belajar menurut R. Gagne
Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu :
1) Belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh motivasi
dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
diperoleh dari interaksi.
Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang
dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang
disebut “The domain of learning” yaitu : keterampilan motoris,
informasi verbal, kemampuan intelektual, strategi kognitif, dan
sikap.
Jadi belajar adalah suatu proses usaha perubahan tingkah laku
yang dilakukan seseorang yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan
31
lingkungan. Dan perubahan tingkah laku merupakan akibat dari
kemasakan dan motivasi belajar.
3. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh
individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu
tertentu. Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam diri (internal) maupun
dari luar individu (eksternal).
Menurut Ahmadi (2004: 138) faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar adalah faktor internal dan eksternal. Adapun penjelasannya sebagai
berikut:
Faktor internal, yang meliputi:
a. Faktor jasmaniah yaitu meliputi kondisi jasmani seperti pada
umumnya kesehatan segenap badan beserta bagian-bagian atau
bebas dari penyakit dan cacat tubuh yang mengganggu dalam
setiap aktivitas belajar.
b. Faktor psikologis yaitu tergolong dapat mempengaruhi belajar,
meliputi : intelegensi, minat, bakat, motivasi, pribadi
seseorang, dan daya ingat atau kognitif.
c. Faktor kelelahan yaitu kelelahan jasmani dengan timbul
kecenderungan untuk membaringkan tubuh, dan kelelahan
32
kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk mengahasilkan
sesuatu hilang.
Faktor eksterrnal, yang meliputi:
a. Faktor keluarga yang meliputi: cara orang tua mendidik,
hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan
ekonomi keluarga.
b. Faktor sekolah, yang meliputi: metode mengajar yang
digunakan, kurikulum, hubungan guru dengan siswa,
hubungan siswa dengan siswa, kedisiplinan sekolah, pelajaran
dan waktu sekolah, keadaan gedung atau kelas dan sarana
pendukungnya.
c. Faktor masyarakat, yang meliputi: kegiatan siswa dalam
masyarakat, teman bergaul, mass media maupun bentuk
kehidupan dalam masyarakat.
Dengan demikian siswa dan guru hendaklah memperhatikan dan
mengusahakan supaya faktor yang ada di dalam diri individu dan faktor
yang ada di luar individu berada pada posisi yang mantap, sehingga
kegiatan belajar berjalan dengan efektif.
Tinggi rendahnya prestasi seseorang tidak sama. Ada siswa yang
memiliki prestasi belajar yang baik ada pula yang memiliki prestasi belajar
yang kurang, hal tersebut tergantung bagaimana siswa itu dalam belajar.
Siswa yang sungguh - sungguh dalam belajarnya akan mendapat prestasi
33
Berbeda dengan siswa yang kurang bersungguh - sungguh dalam
belajarnya maka siswa tersebut akan mendapatkan prestasi belajar yang
kurang memuaskan. Prestasi merupakan pencerminan dari keberhasilan
siswa dalam menguasai materi pelajaran.
Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang meliputi perubahan
tingkah laku, perubahan sikap, perubahan kebiasaan, perubahan kualitas
penguasaannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil yang dicapai oleh siswa secara maksimal yang
ditunjukkan dengan angka melalui tes.
D. Aqidah akhlak
1. Hakekat aqidah akhlak
Aqidah secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata
‘aqada (ََدَقَع) yang berarti ikatan. Maknanya yaitu ikatan dua utas tali yang
tersimpul sehingga keduanya saling tersambung. Secara istilah, aqidah
yaitu segala urusan yang harus dibenarkan oleh hati sehingga jiwa menjadi
tentram dan keyakinan menjadi bersih dari kebimbangan atau keraguan
(Khamzah, 2015: 5).
Aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) dapat diartikan sebagai
pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap
orang yang mengaku dirinya beragama islam (Syam, 2014: 15).
Menurut Mahmud (2004: 84) dasar pendidikan akhlak bagi seorang
34
akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran darinya. Oleh karena itu, jika
seseorang berakidah dengan benar niscaya akhlaknya pun akan benar,
baik, dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidahnya salah dan
melenceng maka akhlaknya pun akan tidak benar.
Aqidah Islam meliputi:
a. Meyakini Zat Allah, nama – nama-Nya, dan sifat - sifat-Nya,
yaitu sifat wajib, mustahil, dan sifat jaiz.
b. Meyakini adanya malaikat Allah, percaya bahwa malaikat
adalah makhluk yang suci yang terjaga dari dosa, percaya bahwa
malaikat adalah perantara diturunkannya kitab - kitab Allah
kepada para rasul.
c. Meyakini adanya kitab – kitab Allah yang diturunkan kepada
para rasul-Nya, meyakini bahwa kitab – kitab Allah datang
melalui perantara malaikat.
d. Meyakini adanya Rasul, yaitu orang-orang yang terjaga dari
dosa, dan para nabi lebih utama dari manusia biasa.
e. Meyakini adanya hari akhir, berarti beriman dengan rentetan
peristiwa yang akan terjadi di dalamnya, mulai dari hari
kebangkitan manusia dari alam kubur (Yaumul Ba’ats),
dikumpulkannya manusia di padang Mahsyar, hari perhitungan
amal perbuatan manusia (Yaumul Hisab), timbangan amal
35
Pengertian akhlak menurut bahasa adalah budi pekerti, tabiat,
watak, dalam kebahasaan akhlak sering disinonimkan dengan moral atau
etika. Akhlak berpangkal pada hati, jiwa, atau kehendak, kemudian
diwujudkan dalam perbuatan sebagai kebiasaan. Dengan demikian untuk
meraih kesempurnaan akhlak, seseorang harus melatih diri dan
membiasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Mahmud (2004: 26-27) akhlak atau moral adalah sebuah
sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau
tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa.
Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan
membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok
dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.
Menurut Mahmud (2004: 160) tujuan pendidikan akhlak Islam
diantaranya :
a. Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang selalu
beramal saleh.
b. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang menjalani
kehidupannya sesuai dengan ajaran Islam, melaksanakan apa
yang diperintahkan agama dan meninggalkan apa yang
diharamkan.
c. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang bisa berinteraksi
secara baik dengan sesamanya, baik dengan orang muslim
36
bangga dengan persaudaraannya sesama muslim dan selalu
memberikan hak-hak persaudaraan tersebut, mencintai dan
membenci hanya karena Allah.
f. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang merasa bahwa
dirinya adalah bagian dari seluruh umat Islam yang berasal
dari berbagai daerah, suku, dan bahasa.
g. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang merasa bangga
dengan loyalitasnya kepada agama Islam dan berusaha sekuat
tenaga demi tegaknya panji-panji Islam di muka bumi.
Akhlak Islam sangat berperan penting bagi manusia dalam
mengantarkan manusia menjadi umat yang paling mulia di sisi Allah. Dan
pendidikan akhlak Islam menjadikan manusia beriman yang senantiasa
berada di jalan yang benar.
Al - Qur’an dan Al - Hadist banyak sekali memberi informasi
tentang manfaat akhlak yang mulia. Allah berfirman :
اَص َلِمَع ْنَم
Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki – laki
37
kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. An- Nahl, 16 :97)
Ayat di atas dengan jelas menggambarkan keuntungan atau
manfaat dari akhlak yang mulia, yang dalam hal ini beriman dan beramal
saleh. Mereka akan memperoleh kehidupan yang baik, mendapatkan
rezeki yang berlimpah ruah, mendapatkan pahala yang berlipat ganda di
akhirat dengan masuknya ke dalam surga (Abuddin Nata, 2002:170-171).
Anjuran berakhlak baik juga terdapat pada hadis dibawah ini :
ِلْاَو ِقُلُْلْا ُنْسُحُِّبِْلَا
Artinya: “Perbuatan yang baik itu adalah merupakan akhlak yang baik. Sedangkan perbuatan dosa itu adalah apa – apa yang menggoncangkan
hatimu (jiwamu) yang kamu benci dilihat hal itu oleh orang lain”.
(HR.Muslim) ( Bahreisj, 159).
Dari hadits diatas dapat diambil pelajaran bahwa dalam beribadah
maupun berbuat kebajikan harus didasarkan pada keikhlasan hati, karena
sesungguhnya Allah SWT Maha mengetahui apa yang ada didalam hati
manusia. Dan hadits di atas juga mengajarkan tentang ketaqwaan dan
berbuat baik terhadap sesama, sehingga terwujudlah akhlak yang
sempurna.
2.Fungsi Pendidikan Aqidah akhlak
a. Pendidikan aqidah akhlak sebagai penanaman nilai-nilai yang terpuji
untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
b. Pendidikan aqidah akhlak sebagai sarana untuk menambah keimanan
38
c. Pendidikan aqidah akhlak sebagai pedoman hidup dalam berperilaku,
sehingga tidak menyimpang dari ajaran agama Islam.
d. Pendidikan aqidah akhlak sebagai penangkal hal-hal negatif dari
lingkungan atau dari budaya lain yang dapat membahayakan diri siswa.
e. Pendidikan aqidah akhlak sebagai sarana untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran agama
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
3. Tujuan Pendidikan Aqidah akhlak
Tujuan pendidikan aqidah akhlak yaitu untuk menambah keimanan
dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta menjadikan hidup agar lebih
terarah melalui nila-nilai yang tedapat dalam aqidah akhlak. Dengan
pemberian pendidikan aqidah akhlak, sehingga peserta didik menjadi
manusia muslim yang berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan
dan ketaqwaannya kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam
kehidupan sehari-hari baik itu kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
4. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah akhlak
Sebagaimana inti ajaran Islam adalah meliputi masalah keimanan
(aqidah), masalah keislaman (syari’ah), dan masalah ikhsan (akhlak).
Dengan demikian ruang lingkup pembahasan aqidah akhlak sebagai
39
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
Hubungan vertikal antara manusia dengan khaliqnya mencakup
dari segi aqidah yang meliputi: iman kepada Allah SWT, iman kepada
malaikat-malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada
Rasul-rasul-Nya, iman kepada hari akhir dan iman kepada qadha dan
qadar-Nya.
b. Hubungan manusia dengan manusia
Hubungan horizontal antara manusia dengan manusia
mencakup dari segi akhlak yang meliputi: akhlak dalam pergaulan
hidup sesama manusia, kewajiban membiasakan berakhlak yang baik
terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.
c. Hubungan manusia dengan lingkungannya
Hubungan horizontal antara manusia dengan lingkungannya
mencakup dari segi akhlak yang meliputi: akhlak manusia terhadap
alam lingkungannya, baik lingkungan dalam arti luas, maupun
lingkungan yang berarti makhluk hidup selain manusia yaitu binatang
dan tumbuh-tumbuhan.
Dengan demikian, yang dimaksud aqidah akhlak adalah keimanan dari
seseorang mengenai perkataan dan perbuatan bahwa perkataan dan
perbuatan tersebut baik atau buruk dapat diukur dengan Al-Qur’an dan Al -Hadits sebagai sumber dari aqidah akhlak.
Pada penelitian ini aqidah akhlak adalah bidang studi yang diberikan
40
Tahun Pelajaran 2015/2016, tentang bagaimana cara berbuat, berbicara
yang baik sesuai dengan perintah agama yang terkandung dalam
Al-Qur’an dan Al-Hadits, sehingga membawa peserta didik menjadi insan
kamil, yang mulia baik itu disisi Allah SWT maupun antar pergaulan
sesama manusia.
Namun ketika ruang lingkup aqidah akhlak dihubungkan dengan
tempat penelitian yaitu MTs Negeri Karanggede kelas VIII Tahun
Pelajaran 2015/2016, maka ruang lingkup pembahasan aqidah akhlak
meliputi :
a. Aspek aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, mustahil, jaiz
Allah, keimanan kepada kitab Allah, Rasul Allah, sifat-sifat dan
mu’jizat-Nya dan hari akhir.
b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas khauf, taubat, tawadlu, ikhlas,
tauhid, ta’at, dan sebagainya.
41
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
Penelitian ini penulis lakukan di MTS Negeri Karanggede, Kabupaten
Boyolali. Penelitian dilakukan selama 3 bulan, mulai bulan November 2015
sampai dengan bulan Januari 2016. Penelitian yang penulis lakukan adalah
penelitian kuantitatif, sehingga dibutuhkan data yang berupa angka – angka yang kemudian dianalisis untuk mengetahui pengaruh antar variabel. Dalam penelitian
ini penulis ingin mencari adakah hubungan antara penggunaan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan aktivitas dan prestasi belajar aqidah akhlak siswa.
A. Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Untuk mendapatkan data penulis melakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Pertemuan pertama
a. Planning/perencanaan
Planning/perencanaan yang penulis lakukan adalah dengan
melakukan persiapan – persiapan pengumpulan data dan pelaksanaan model pembelajaran CTL. Untuk pengumpulan data penulis menyediakan lembar observasi yang berupa tabel check list tentang aktivitas belajar siswa di kelas. Adapun untuk pelaksanaan model
42
peralatan yang dibutuhkan dan materi ajar yang akan disampaikan
yaitu materi dengan tema “ Akhlak Tercela ” yang meliputi sikap
Ananiah, Putus Asa, Ghadab, Tamak, dan Takabur. b. Persiapan pelaksanaan
Persiapan yang dilaksanakan peneliti yaitu peneliti
menyiapkan alat yang meliputi gambar – gambar yang akan dijadikan fokus pembahasan. Gambar-gambar tersebut merupakan materi
pelajaran yang akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran aqidah
akhlak. Media pembelajaran tersebut akan dibagikan kepada setiap
kelompok. Kemudian dengan persetujuan guru, peneliti membagi
siswa dalam 5 kelompok yang beranggotakan 4 – 5 siswa. Sebelum pembentukan kelompok, peneliti juga menyiapkan materi yang berupa
power point sebagai materi pembuka. c. Pelaksanaan
Langkah pertama yang guru lakukan yaitu memberi salam
kepada peserta didik, berdoa bersama, menanyakan kabar peserta
didik, guru meminta peserta didik untuk memperhatikan siapa saja
yang tidak hadir pada hari ini. Langkah ke dua yaitu guru meminta
peserta didik untuk duduk secara berkelompok berdasarkan kelompok
yang sudah dibuat oleh peneliti sebelumnya. Setelah pembentukkan
kelompok selesai, guru memulai apersepsi dengan memberikan
43
kehidupan sehari – hari sehingga dapat membangkitkan minat siswa dan memunculkan respon siswa.
Guru menanyakan materi yang bertema “akhlak tercela” yaitu
tentang contoh – contoh akhlak tercela dalam kehidupan sehari – hari.
Hampir seluruh siswa mampu menyebutkan contoh – contoh dari akhlak tercela tersebut, namun sebagian besar masih belum bisa
menjelaskan pengertian dari masing – masing contoh tersebut. Dan
guru melontarkan pertanyaan kembali kepada siswa, apakah dalam
kehidupan sehari – hari siswa sering melakukan perbuatan tersebut,
dan siswapun secara bergantian mengemukakan pendapatnya.
Akhirnya guru menjelaskan satu persatu materi tersebut dengan
bantuan media pembelajaran dalam bentuk power point. Semua siswa mendengarkan dengan seksama dan setelah guru selesai menjelaskan
kemudian guru dengan bantuan peneliti membagikan 5 gambar dan
kelima gambar tersebut menggambarkan berbagai macam watak
seseorang yang memiliki akhlak tercela. Setelah semua kelompok
mendapatkan gambar tersebut kemudian guru meminta siswa untuk
mengemukakan :
1) Termasuk gambar apakah itu ?
2) Deskripsikan/terangkan secara singkat watak gambar tersebut !
3) Cari solusi dari gambar tersebut !
Siswa dalam masing – masing kelompok bekerja sama untuk
44
peneliti meninjau setiap kelompok sehingga dapat mengarahkan siswa
yang masih mengalami kesulitan. Setelah proses diskusi selesai guru
meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi selama ± 5 menit secara bergantian,
dari awal sudah disampaikan oleh guru bahwa perwakilan dari masing
– masing kelompok akan ditunjukkan secara acak oleh guru, jadi
setiap anggota dalam kelompok harus siap dan benar – benar paham
dengan hasil diskusi mereka. Selanjutnya dari kelompok lain
menanggapi atau bertanya hal yang belum dipahami dari presentasi
tersebut. Suasana menjadi ramai dengan suara siswa yang
mengemukakan pendapat dan bertanya.
Proses presentasi selesai, lembar kerja siswa dikumpulkan,
selanjutnya guru menanyakan hal yang belum dipahami siswa dari
materi hari ini. Lalu guru dan siswa bersama – sama menyimpulkan
hasil pembelajaran hari ini dan memberikan reward kepada kelompok terbaik.
Sebelum mengakhiri pembelajaran pada hari ini, guru
memberikan refleksi tentang pembelajaran yang sudah dilaksanakan
yaitu dengan memberikan beberapa soal yang harus diselesaikan oleh
siswa dan guru memberikan PR (Pekerjaan Rumah) kepada siswa.
Dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat kembali
apa yang telah dipelajarinya. Dan guru membiarkan siswa secara