• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII MTS NEGERI KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 20152016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII MTS NEGERI KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 20152016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syara"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Siti Nina Nur Annisa

NIM: 11111041

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

“Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada

kemudahan” (Q.S Al-Insyirah: 5-6)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

(Q.S Al-Baqarah: 286)

“Allah akan mengangkat (derajat) orang – orang yang

beriman diantara kamu dan orang orang yang diberi ilmu

beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu

kerjakan.”

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta Ibu Murtafi’atun dan Bapak Nur Kholid, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, mendidikku dan tak henti hentinya

mendo’akanku dalam mencapai kesuksesan dan keberhasilan.

2. Adikku tersayang Siti Khanza Az-zahra yang selalu membuatku

tersenyum disetiap lelahku.

3. Nenekku tercinta Ibu Siti Munawaroh yang selalu membimbing dan

menjagaku dari kecil hingga sekarang.

4. Saudaraku Mas aris, Mbak ana, Mas anggi yang selalu menyemangati dan

memotivasi.

5. Prof. Dr. M. Zulfa, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang selalu

mengarahkan dan memberi motivasi.

6. Sahabat sahabatku Risnia Dwi Atriansari, Titik Anjar Wati, Nur

Hasanah, Anis Maryana, Daya Lolita Santi, Irina Ika Wulandari,

Miftakhun Nurul Jannah, Khamidah, Bunda, Enggar, Lely, Wulan dan

semua mahasiswa-mahasiswi PAI tahun 2011 yang tidak bisa saya

sebutkan namanya satu persatu.yang senantiasa menyemangati dan

mendukungku menyelesaikan skripsi ini

7. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini saya ucapkan

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning)

Dengan Aktivitas dan Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Pada Siswa Kelas VIII

MTS Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Besar

Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta kita umatnya sampai akhir zaman.

Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan S-1 Program Studi Pendidikan Agama

Islam Jurusan Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Penulis menyadari tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai

pihak, peneliti tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh

karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan penghargaan dan

terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI) IAIN Salatiga.

4. Bapak Prof. Dr. H. M. Zulfa, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing dalam

(9)

ix

5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu

pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

6. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberi layanan dan

bantuan.

7. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dorongan dan do’a demi keberhasilan penulis.

8. Sahabat – sahabat seperjuangan PAI 2011, yang selalu memberikan semangat dan memberi warna dalam hari – hari penulis. Semoga ukhuwah

kita tetap terjalin.

9. Bapak H. Suwardi, M.PdI. Selaku Kepala Sekolah dan Ibu Endang Ratna

Ayu Adiyanti,S.PdI. Selaku Guru Aqidah akhlak MTS Negeri Karanggede

Kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin penelitian dan membantu

selama penelitian berlangsung.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan lebih lanjut. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi seluruh pembaca, khususnya pada dunia pendidikan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 11 Maret 2016

Penulis

(10)

x

ABSTRAK

Nur Annisa, Siti Nina. 2016. Hubungan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan aktivitas dan prestasi belajar aqidah akhlak pada siswa kelas VIII MTS Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. H. M. Zulfa, M.Ag. Kata Kunci : Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning, Aktivitas, dan Prestasi Belajar Aqidah akhlak.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada siswa kelas VIII MTS Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016, dan untuk mengetahui hubungan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan aktivitas siswa kelas VIII MTS Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016, serta untuk mengetahui hubungan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan prestasi belajar siswa kelas VIII MTS Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah 1. Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada mata pelajaran aqidah akhlak siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2015/2016? 2. Adakah hubungan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan aktivitas siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2015/2016? 3. Adakah hubungan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan prestasi belajar aqidah akhlak pada siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2015/2016?.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan angket atau kuesioner sebagai instrumen penelitian guna mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan. Untuk melengkapi data yang dibutuhkan, dalam penelitian ini juga menggunakan metode observasi, dan dokumentasi.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN LOGO ……….... ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN PERSETUJUAN……….... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……….. v

HALAMAN MOTTO………... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN………... vii

KATA PENGANTAR……….... viii

ABSTRAK ………... x

DAFTAR ISI………... xi

DAFTAR TABEL……….... xiv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ………... 3

C.Tujuan Penelitian ………... 4

D.Hipotesis Penelitian ………... 4

E. Manfaat Penelitian ………... 5

F. Definisi Operasional ……….... 6

G.Metode Penelitian ………... 9

(12)

xii BAB II LANDASAN TEORI

1. Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning ……….... 17

a. Hakikat Model pembelajaran ……….. 17

b. Konsep Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning………... 17

c. Tujuan Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning……….. 20

d. Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada Aqidah akhlak ………. 20 A. Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 41

(13)

xiii

1. Data Tentang Jawaban Responden untuk Variabel

Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL)………. 49

2. Data Tentang Aktivitas Siswa MTS Negeri

Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun

Pelajaran 2015/2016 ………..……… 51

3. Data Nilai Prestasi Belajar Siswa MTS Negeri

Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun

Pelajaran 2015/2016 ……….. 55

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Deskriptif ………. 58

B. Pengujian Hipotesis ……… 72

C. Analisis Lanjut ……… 87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………. 89

B. Saran ……… 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data siswa kelas VIII MTS Negeri Karanggede Kabupaten

Boyolali tahun pelajaran 2015/2016 ……… 47 Tabel 3.2 Jawaban Responden Terhadap Penggunaan Model

Pembelajaran contextual teaching and learning ……… 50 Tabel 3.3 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas

VIII MTS Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun

Pelajaran ………. 52 Tabel 3.4 Nilai Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII

MTS Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun

Pelajaran 2015/2016 ……….. 55 Tabel 4.1 Rekapitulasi hasil angket Respon Siswa Terhadap Penggunaan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) ……… 58

Tabel 4.2 Tingkat Respon Siswa Terhadap Penggunaan model

pembelajaran CTL ………... 62 Tabel 4.3 Rekapitulasi data hasil aktivitas belajar aqidah akhlak …………. 63

Tabel 4.4 Tingkat Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII MTS Negeri

Karanggede Kabupaten Boyolali ……….. 66

Tabel 4.5 Nilai Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Siswa Kelas VIII MTS

Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali………. 67 Tabel 4.6 Tingkat Prestasi Belajar Aqidah akhlak pada Siswa Kelas VIII

(15)

xv

Tabel 4.7 Daftar Nilai Angket Respon Siswa Terhadap Penggunaan

Model Pembelajaran CTLdan Aktivitas ……… 73 Tabel 4.8 Hubungan Model Pembelajaran CTL (Variabel X) dengan

Aktivitas Belajar Aqidah akhlak………. 76

Tabel 4.9 Daftar Nilai Angket Respon Siswa Terhadap Penggunaan

Model Pembelajaran CTLdan Prestasi Belajar ………. 80 Tabel 4.10 Hubungan Model Pembelajaran CTL (Variabel X) Dengan

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Suwarno,

2006: 32).

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,

luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan

pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap

kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap

kegiatan pendidikan (Tirtarahardja, 2000: 37).

Berdasarkan tujuan tersebut, aqidah akhlak merupakan salah satu

bidang studi yang harus dikuasai oleh setiap peserta didik sebagai pegangan

dalam bertingkah laku sesuai dengan syariat Islam serta berakhlak mulia

dalam kehidupan sehari-hari dan mampu menjadi sarana untuk meningkatkan

kemampuan beraktivitas dalam pembelajaran aqidah akhlak, sehingga dapat

meningkatkan kemampuan memecahkan masalah sehari-hari dan menghadapi

tantangan hidup.

Berdasarkan hasil observasi di MTs Negeri Karanggede, khususnya

siswa kelas VIII masih mengalami sedikit masalah dalam belajar.

(17)

2

akhlak siswa dalam pembelajaran di kelas. Hal tersebut dikarenakan strategi

pembelajaran yang digunakan guru kurang efektif, di mana proses

pembelajaran masih didominasi oleh guru dan siswa hanya sekedar

mendengarkan materi yang disampaikan guru. Hal tersebut menyebabkan

siswa cepat merasa jenuh dan bosan dengan materi yang disampaikan oleh

guru. Oleh karena itu guru hendaknya menggunakan strategi pembelajaran

yang efektif guna mengurangi kejenuhan siswa serta meningkatkan aktivitas

siswa. Salah satu cara yang harus ditempuh yaitu dengan penerapan model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

Model pembelajaran CTL, merupakan salah satu pembelajaran yang aktif – menyenangkan yang penting diterapkan dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran CTL siswa dapat beraktivitas baik itu di kelas maupun di luar kelas seperti di perpustakaan atau di lingkungan masyarakat sekitar,

sehingga siswa tidak terbatas pada informasi yang diberikan oleh guru dan

siswa dapat mencari informasi dari berbagai sumber.

Dalam model pembelajaran CTL, guru mengajar dengan melibatkan siswa di dalam kegiatan-kegiatan penting yang membawa pelajaran akademik

ke dalam kehidupan, menghubungkan tugas sekolah dengan persoalan dan

masalah-masalah nyata, mendorong siswa untuk menerapkan pemikiran kritis

dan kreatif ke dalam kehidupan keseharian.

Model pembelajaran CTL merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

(18)

3

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Proses

pembelajaran CTL berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami sendiri, bukan transfer dari guru ke siswa. Dengan konsep ini

diharapkan hasil belajar lebih bermakna bagi siswa dan membebaskan siswa

menggunakan gaya belajarnya sendiri, sehingga materi yang dipelajari akan

tertanam erat dalam memori siswa dan tidak akan mudah dilupakan.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti termotivasi untuk

melakukan penelitian dengan mengambil judul “HUBUGAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK

PADA SISWA KELAS VIII MTS NEGERI KARANGGEDE KABUPATEN

BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016”.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning pada mata pelajaran aqidah akhlak siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun

pelajaran 2015/2016?

2. Adakah hubungan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan aktivitas siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten

(19)

4

3. Adakah hubungan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan prestasi belajar aqidah akhlak pada siswa kelas VIII MTs Negeri

Karanggede Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2015/2016?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning pada mata pelajaran aqidah akhlak siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun

pelajaran 2015/2016.

2. Untuk mengetahui hubungan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan aktivitas siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2015/2016.

3. Untuk mengetahui hubungan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan prestasi belajar aqidah akhlak pada siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2015/2016.

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah

penelitian, yang kebenaranya masih harus diuji secara empiris (Suryabata,

1995: 69)

Berdasarkan hasil penelitian yang relevan tersebut di atas maka dapat

dirumuskan hipotesis tindakan “Ada hubungan model pembelajaran CTL

(20)

5

aqidah akhlak pada siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten

Boyolali tahun pelajaran 2015/2016”.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :

a. Memberikan sumbangan kepada pembelajaran aqidah akhlak utamanya

pada aktivitas dan prestasi belajar aqidah akhlak melalui model

pembelajaran CTL.

b. Memberikan kontribusi terhadap sekolah berkenaan dengan penerapan

pembelajaran menggunakan model CTL serta mampu mengoptimalkan aktivitas dan prestasi belajar aqidah akhlak.

2. Manfaat praktis

a. Bagi guru, dapat memanfaatkan model pembelajaran CTL sehingga menimbulkan aktivitas dan prestasi belajar aqidah akhlak dapat

meningkat.

b. Bagi siswa, dapat menimbulkan aktivitas dan meningkatkan prestasi

belajar aqidah akhlak. Di sisi lain dengan penggunaan model

pembelajaran CTL diharapkan dapat menarik minat belajar siswa, melatih konsentrasi dan mengembangkan potensi yang dimiliki dalam

(21)

6

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran yang berbeda dengan

maksud utama penulis dalam menggunakan kata pada judul penelitian ini,

perlu penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi

variabel penelitian. Istilah yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran

Bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir

yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model

pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu

pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Kastolani, 2014: 98).

2. Contextual Teaching and Learning

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk

memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan

mengaitkan materi tersebut terhadap konteks kehidupan sehari-hari

(konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki

pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan

(ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks

lainnya (Majid, 2014: 228). Adapun indikator model pembelajaran

CTL diantaranya :

a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih

bermakna dengan menemukan sendiri pengetahuan barunya

(22)

7

b. Melakukan penyelidikan/penemuan (inquiry) untuk materi aqidah akhlak yang akan dipelajari.

c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

apabila ada materi aqidah akhlak yang belum dipahami

(Questioning).

d. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok untuk

mendiskusikan materi aqidah akhlak (learning community). e. Menyajikan gambar sebagai model dalam pembelajaran aqidah

akhlak (modeling).

f. Melakukan refleksi materi aqidah akhlak yang telah dipelajari

di akhir pertemuan (reflection).

g. Melakukan penilaian nyata (authentic assessment) untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran aqidah

akhlak.

3. Aktivitas

Aktivitas adalah kegiatan, sedangkan kegiatan berasal dari kata

giat yang berarti rajin, bergairah, bersemangat, dan perbuatan usaha

(Poerwodarminto, 1976: 73).

Adapun indikator kemampuan aktivitas belajar aqidah akhlak

siswa dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk :

a. Mengajukan pertanyaan kepada guru apabila ada materi yang

(23)

8

b. Menjawab pertanyaan dari guru maupun teman berkenaan dengan

materi aqidah akhlak.

c. Mengemukakan pendapat tentang materi aqidah akhlak.

d. Mendiskusikan materi tentang aqidah akhlak bersama teman

kelompok.

e. Mempresentasikan hasil diskusi tentang materi aqidah akhlak.

4. Prestasi

Prestasi menurut Yamin (2007: 232) adalah puncak hasil

belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar siswa

terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan.

5. Belajar

Mudjiono (2006:18) menjelaskan belajar merupakan proses

internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut

adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

6. Aqidah akhlak

Aqidah akhlak adalah bidang studi yang diberikan kepada

peserta didik di MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun

pelajaran 2015/2016, tentang bagaimana cara berbuat, berbicara yang

baik sesuai dengan perintah agama yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, sehingga membawa peserta didik menjadi insan kamil,

yang mulia baik itu disisi Allah SWT maupun antar pergaulan sesama

(24)

9

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yang bertujuan

mencari hubungan dan menjelaskan sebab – sebab perubahan dalam

fakta-fakta sosial yang terukur (menguji teori).

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang

menekankan analisanya pada data – data numeric (angka) yang diolah

dengan metode statistika (Azwar, 1998: 5).

2. Setting Penelitian

a. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Karanggede

Kabupaten Boyolali pada siswa kelas VIII tahun pelajaran

2015/2016.

b. Waktu penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, mulai

bulan November 2015 sampai dengan bulan Januari 2016.

3. Populasi dan sampel

Untuk mempermudah dalam penelitian tersebut penulis mengambil

sebagian yang dijadikan wakilnya. Adapun subyek penelitian yang penulis

hadapi adalah sebagai berikut :

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1998:

(25)

10

skripsi ini adalah siswa kelas VIII MTs Negeri Karanggede kabupaten

Boyolali tahun pelajaran 2015/2016.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh suatu populasi (Sutama, 2010: 97). Sampel adalah

sebagian individu yang diselidiki yang akan dijadikan contoh untuk

memberikan sifat-sifat nilai yang akan dijadikan sebagian atau semua

pada sampel, kemudian perlu disampaikan hubungan dengan

penarikan sampel di atas didasarkan pendapat. Jadi, sampel pada

penelitian ini berjumlah 50 siswa 40% dari 125 siswa kelas VIII MTs

Negeri Karanggede.

c. Sampling

Menurut Sutama (2010: 108) sampling adalah proses

penyeleksian atau “penjaringan” sejumlah individu dari suatu

populasi, yang dilakukan dengan suatu cara tertentu hingga mampu

mewakili kelompok yang lebih besar tersebut.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling

acak atau teknik sampling random (random sampling technique) mempergunakan cara pemilihan sampel dengan pilihan acak (random selection).

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan beberapa

(26)

11 a. Observasi

Sutrisno Hadi mengemukakn bahwa, observasi merupakan

suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis (Sugiono, 2011: 145).

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan

mengamati secara langsung untuk mengetahui perilaku siswa

dalam proses pembelajaran di kelas, apakah terjadi perubahan

aktivitas dan prestasi belajar melalui model pembelajaran CTL. Observasi dilakukan berdasarkan pedoman observasi yang telah

dipersiapkan.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi dapat dilakukan dengan mencari data

mengenai hal – hal yang berupa catatan – catatan, buku – buku, surat kabar, notulen, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002: 188).

Dengan metode dokumentasi, penulis gunakan untuk

mendapatkan data tentang proses pembelajaran di kelas yang

menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning.

c. Angket

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiono,

(27)

12

efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur

dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap

penggunaan model pembelajaran CTL dan digunakan untuk mengumpulkan data tentang hubungan model pembelajaran CTL dengan aktivitas dan prestasi belajar dengan responden siswa kelas

VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun pelajaran

2015/2016.

5. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data yang sudah terkumpul dari hasil

penelitian, kemudian penulis menganalisis dengan analisis

kuantitatif/analisis data statistik dengan langkah – langkah sebagai berikut:

a. Analisis Deskriptif

Analisis ini untuk menghitung skor masing-masing

variabel secara terpisah, sehingga diketahui ciri masing – masing variabel penelitian.

1) Mencari Interval

Keterangan:

= interval

= nilai tertinggi

= nilai terendah

(28)

13

2) rumus prosentase sebagai berikut :

P = x 100 % Keterangan :

P : Prosentase Perolehan

F : Frekuensi mentah

N : Jumlah total responden

b. Pengujian Hipotesis

Selanjutnya untuk mengetahui adanya hubungan model

pembelajaran CTL dengan aktivitas dan prestasi belajar aqidah akhlak, maka menggunakan analisa statistik dengan rumus

product moment sebagai berikut :

=

=

Keterangan :

(29)

14 : product dari x dan y

: variable independen yaitu strategi pembelajaran CTL : variabel dependen tentang aktivitas

: variabel dependen tentang prestasi belajar

N : jumlah populasi

∑ : Sigma

c. Analisis Lanjut

Mengkonsultasikan nilai r product moment objektif (ro) dengan nilai r pada tabel (rt). Dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika lebih besar dari pada ro ( ˃ ro ) maka hasilnya

signifikan.

2. Jika lebih kecil dari pada ro ( < ro ) maka hasilnya

tidak signifikan.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini disusun dalam lima bab, yaitu (1) Pendahuluan, (2)

Landasan Teori, (3) Laporan Hasil Penelitian, (4) Analisis Data, (5) Penutup.

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab Pendahuluan, berisi latar balakang masalah yaitu proses

pembelajaran yang kurang efektif. Rumusan masalah yaitu bagaimana respon

(30)

15

Tujuan penelitian berisi tujuan penulis mengenai konsekuensi dari

permasalahan pokok yaitu untuk mengetahui respon siswa terhadap

penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada mata pelajaran aqidah akhlak, untuk mengetahui hubungan model

pembelajaran CTL dengan aktivitas dan prestasi belajar aqidah akhlak. Hipotesis penelitan adalah merupakan jawaban sementara dari permasalahan

penelitian. Kegunaan penelitian adalah tentang harapan penelitian yang telah

dilakukan. Definisi operasional adalah bertujuan untuk memberikan

pemahaman terhadap istilah-istilah yang digunakan agar pembaca tidak salah

tafsir. Metode penelitian membahas tentang metode atau teknik atau cara

yang digunakan penulis untuk mengolah data yang diperoleh kemudian

dianalisis. Terakhir adalah sistematika penulisan yakni tentang tata urutan

penulisan yang benar sesuai dengan kaidah yang berlaku didalam melakukan

penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Landasan Teori, yaitu membahas teori yang menjadi landasan

penelitian berkaitan dengan variabel penelitian, yaitu teori tentang hubungan

model pembelajaran CTL dengan aktivitas dan prestasi belajar aqidah akhlak. BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

Bab III berisi hasil penelitian. Dalam hal ini penulis memaparkan hasil

pengumpulan data yang berkaitan dengan variabel penelitan, yaitu mengenai

(31)

16

aqidah akhlak. Responden dari penelitian ini adalah 40% dari seluruh siswa

kelas VIII MTs Negeri Karanggede kabupaten Boyolali.

BAB IV ANALISIS DATA

Bab IV berisi analis data, yaitu analisis data terhadap data yang

terkumpul melalui tahap analisis deskriptif, pengujian hipotesis, serta analisis

lanjut.

BAB V PENUTUP

Adapun yang terakhir Bab V yang berisi kesimpulan dari hasil dan

saran – saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait dari subyek

(32)

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning 1. Hakikat Model pembelajaran

Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan seseorang atau

kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan

(Majid, 2014: 4).

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara

khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan

bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik

pembelajaran (Kastolani, 2014: 98).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan

serangakaian kegiatan yang terdiri atas pendekatan, metode, teknik, dan

taktik yang tersusun menjadi satu kesatuan dalam proses pembelajaran

guna mencapai tujuan yang telah direncanakan.

2.Konsep model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk

memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan

materi tersebut terhadap konteks kehidupan sehari-hari (konteks pribadi,

(33)

18

yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu

permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya (Majid, 2014:

228).

Menurut Majid (2014: 230) karakteristik yang terdapat dalam

pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah sebagai berikut : a. Ketertarikan mengikuti pelajaran.

b. Menyenangkan, tidak membosankan.

c. Belajar dengan bergairah.

d. Menggunakan berbagai sumber.

e. Siswa aktif.

f. Kerja sama.

g. Tanya jawab.

Dalam CTL belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi

secara utuh, dan tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi

juga aspek afektif dan juga psikomotorik (Sanjaya, 2008: 255).

Belajar melalui CTL diharapkan siswa dapat berperan aktif dalam menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan

nyata. Siswa tidak hanya sekedar mendengarkan dan mencatat namun

benar – benar memahaminya, sehingga materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, dan tidak mudah dilupakan.

(34)

19

pelajaran itu dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga

dapat menjadi bekal mereka dalam menjalani kehidupan nyata.

Menurut Suryadi (2013: 83-87) ada 7 asas yang melandasi proses

pembelajaran CTL, diantaranya:

a.Konstruktivisme (Constructivism), yaitu proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan

pengalaman pribadinya.

b.Menyelidiki/menemukan (Inquiry), yaitu proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara

sistematif.

c.Bertanya (Questioning), dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu.

d.Masyarakat belajar (Learning Community), yaitu kerja sama atau belajar bersama dalam sebuah masyarakat atau kelas – kelompok.

e.Pemodelan (Modeling), yaitu proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap

siswa.

f. Refleksi (Reflection), yaitu proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali

kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.

g.Penilaian nyata (Authentic Assessment), merupakan proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan

(35)

20

kegiatan pembelajaran berlangsung dengan penekanan pada proses

belajar bukan kepada hasil belajar.

3. Tujuan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada Aqidah Akhlak

Tujuan utama Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah membantu para siswa dengan cara yang tepat untuk mengaitkan makna

pada pelajaran – pelajaran akademik mereka. Ketika para siswa

menemukan makna di dalam pelajaran mereka, mereka akan belajar dan

ingat apa yang mereka pelajari (Kastolani, 2014: 144).

Pada pembelajaran aqidah akhlak diharapkan siswa dapat

mengaitkan materi aqidah akhlak dalam kehidupan nyata, sehingga dapat

menjadi bekal mereka dalam bertingkah laku dalam kehidupan sehari -

hari sesuai dengan syari’at Islam.

4. Penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pada Aqidah Akhlak.

Langkah – langkah penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning yaitu:

a. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna

dengan menemukan sendiri pengetahuan barunya yang berkenaan

(36)

21

b. Melakukan penyelidikan/penemuan (inquiry) untuk materi aqidah akhlak yang akan dipelajari.

c. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya apabila ada

materi aqidah akhlak yang belum dipahami (Questioning).

d. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan

materi aqidah akhlak (learning community).

e. Menyajikan gambar sebagai model dalam pembelajaran aqidah akhlak

(modeling).

f. Melakukan refleksi materi aqidah akhlak yang telah dipelajari di akhir

pertemuan (reflection).

g. Melakukan penilaian nyata (authentic assessment) untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak.

Model pembelajaran CTL akan menjadikan siswa lebih kreatif, mandiri, bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan oleh guru.

Dengan sikap kemandirian siswa akan terdorong untuk memilih cara – cara mengatasi masalah dengan penuh rasa percaya diri, tanpa

menyalahkan orang lain atas kegagalan/kesalahannya, dan diperlukan

sikap keberanian dalam mengambil keputusan serta sikap bertanggung

jawab.

Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) juga akan menumbuhkan sikap kepedulian terhadap lingkungan sosial,

karena pembelajarannya dapat digunakan secara kelompok maupun

(37)

22

tertanam di dalam jiwa. Dan kemampuan mengaitkan materi kelas dengan

kehidupan nyata serta menggunakannya sebagai problem solver, akan menumbuhkan sikap kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menjadikan suasana belajar aqidah akhlak menjadi lebih konkrit, realistik,

menyenangkan, dan bermakna karena siswa mampu mengaitkan materi

pembelajaran kehidupan nyata.

Keunggulan Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) :

a. Pembelajaran kontekstual dapat mendorong peserta didik menemukan

hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata.

b. Pembelajaran kontekstual mampu mendorong peserta didik untuk

menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan nyata.

c. Pembelajaran kontekstual menekankan pada proses keterlibatan peserta

didik untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar diorientasikan

pada proses pengalaman secara langsung.

d. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

e. Membantu siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok.

f. Membentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun

(38)

23

B. Aktivitas belajar aqidah akhlak

Aktivitas adalah kegiatan, sedangkan kegiatan berasal dari kata giat

yang berarti rajin, bergairah, bersemangat, dan perbuatan usaha

(Poerwodarminto, 1976: 73).

Aktivitas atau perbuatan belajar merupakan suatu proses yang disadari

dan setidaknya si pembelajar dapat menjadi sadar bahwa dia telah belajar

(Kastolani, 2014: 68).

Menurut Ahmad Rohani (2004: 6-8) aktivitas dibedakan menjadi dua

yaitu: aktivitas fisik dan aktivitas psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik

giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja,

tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik

yang memiliki aktivitas psikis adalah jika daya jiwanya bekerja

sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.

Adapun indikator kemampuan aktivitas belajar aqidah akhlak siswa

dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk :

1. Mengajukan pertanyaan kepada guru apabila ada materi yang

kurang jelas yaitu tentang materi aqidah akhlak.

2. Menjawab pertanyaan dari guru maupun teman berkenaan dengan

materi aqidah akhlak.

3. Mengemukakan pendapat tentang materi aqidah akhlak.

4. Mendiskusikan materi tentang aqidah akhlak bersama teman

kelompok.

(39)

24

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam

sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi

itu anak didiklah yang lebih aktif bukan guru. Guru hanya berperan sebagai

motivator dan fasilitator. Intetaksi itu dikatakan maksimal bila interaksi itu

terjadi antara guru dengan semua anak didik, antara anak didik dengan guru,

dan antara anak didik dengan anak didik dalam rangka bersama-sama

mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama (Djamarah, 1997: 52).

Dalam kegiatan pembelajaran, guru harus menimbulkan aktivitas

siswa baik itu dalam berpikir maupun bertindak. Sehingga materi

pembelajaran tersebut dapat lebih berkesan dan menimbulkan kreatifitas

siswa untuk bertanya, berdiskusi, mengajukan pendapat, menyelesaikan tugas

dan mengambil intisari pembelajaran serta mengaplikasikan dalam kehidupan

sehari – hari.

Menurut Dimyati (2002: 45) contoh kegiatan fisik biasanya berupa

membaca, mendengar, menulis. Contoh kegiatan psikis misalnya

menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan

masalah yang dihadapi, membandingkan suatu konsep dengan yang lain,

menyimpulkan hasil percobaan, dan sebagainya.

Untuk mengaktifkan siswa dalam belajar, guru hendaknya melibatkan

siswa dalam kegiatan pembelajaran baik melalui kegiatan tanya jawab

maupun kegiatan kerja kelompok atau diskusi. Melalui kegiatan tanya jawab

peserta didik akan memberikan dorongan dan pengarahan kepada siswa

(40)

25

tahu siswa. Sedangkan dengan berdiskusi akan memupuk sikap saling

menghargai pendapat orang lain.

Cara lain mengaktifkan belajar siswa adalah dengan memberikan

berbagai pengalaman belajar bermakna yang bermanfaat bagi kehidupan

siswa dengan memberikan rangsangan tugas, tantangan, memecahkan

masalah, atau mengembangkan pembiasaan agar dalam dirinya tumbuh

kesadaran bahwa belajar menjadi kebutuhan hidupnya dan oleh karena itu

perlu dilakukan sepanjang hayat (Marno dan Idris, 2010: 150).

Dalam menumbuhkan keaktifan siswa hendaknya guru membuat

pelajaran itu menjadi lebih menantang, merangsang peserta didik untuk

menemukan, dan mengesankan. Menemukan disini berarti guru tidak harus

memberikan seluruh informasi ke dalam benak peserta didik. Karena pada

hakikatnya peserta didik telah memiliki potensi dalam dirinya untuk

menemukan sendiri informasi. Guru hanya memberikan informasi – informasi

yang mendasar dan berusaha memancing siswa untuk menggali informasi

selanjutnya, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

menemukan sendiri sehingga siswa dapat aktif dan kegiatan belajar menjadi

tidak membosankan.

Menurut Sudjana (2010: 61) keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal:

1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

2. Terlibat dalam pemecahan masalah.

3. Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami

(41)

26

4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

pemecahan masalah.

5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.

7. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.

8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah

diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang

dihadapinya.

C. Prestasi Belajar Aqidah akhlak

1. Pengertian Prestasi

Prestasi erat kaitannya dengan penguasaan seseorang mengenai

suatu hal yang mencerminkan keberhasilan dan kegagalan. Prestasi

dilambangkan dalam bentuk nilai yang berwujud angka atau huruf.

Prestasi adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan

hasil keberhasilan belajar siswa terhadap tujuan belajar yang telah

ditetapkan (Yamin, 2007: 232).

Menurut Sudjana (2010: 32) hasil belajar siswa dapat meliputi:

a. Ranah pengetahuan (kognitif) : hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b.Ranah sikap (afektif) : kemauan untuk menerima pelajaran dari guru, perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru,

(42)

27

guru, kemauan untuk mempelajari bahan pelajaran lebih lanjut,

kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran, senang terhadap

guru dan mata pelajaran yang diberikannya.

c.Ranah keterampilan (psikomotoris) : mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis, mengangkat tangan dan bertanya

kepada guru mengenai bahan pelajaran yang belum jelas,

melakukan latihan diri dalam memecahkan masalah berdasarkan

konsep bahan yang telah diperolehnya atau menggunakannya

dalam praktek kehidupannya.

2. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan tingkah laku pada diri individu. Perubahan ini dapat

ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan,

penalaran, sikap, keterampilan, kecakapan, kebiasaan maupun aspek –

aspek yang lain.

Mudjiono (2006: 18) menjelaskan belajar merupakan proses

internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah

seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

(43)

28

Menurut Djamarah (2002: 15) ciri – ciri belajar adalah sebagai berikut :

a. Perubahan yang terjadi secara sadar

Maksudnya individu yang belajar akan menyadari

terjadinya perubahan tersebut atau individu merasakan telah

terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Perubahan yang terjadi pada diri individu akan berlangsung

secara terus menerus. Suatu perubahan yang terjadi akan

menyebabkan perubahan berikutnya dan berguna dalam proses

belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif.

Dalam belajar, perubahan-perubahan tersebut selalu

bertambah dan bertujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih

baik dari sebelumnya.

d. Perubahan bersifat aktif.

Perubahan bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak

terjadi dengan sendirinya, akan tetapi karena usaha dari

individu sendiri.

e. Perubahan dalam belajar memiliki tujuan.

Bahwa perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan

(44)

29

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Hasil seseorang yang telah melalui proses belajar akan

mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh baik itu

kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Menurut Slameto (2003: 2) teori-teori belajar dikelompokkan menjadi:

a. Teori Gestalt

Hukum yang berlaku pada pengamatan adalah sama dengan hukum

dalam belajar yaitu :

1) Gestalt mempunyai sesuatu yang melebihi jumlah

unsur-unsurnya.

2) Gestalt timbul lebih dahulu daripada bagian-bagiannya.

Dalam belajar yang terpenting adalah adanya penyesuaian

pertama yaitu memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan

problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi

hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti dan memperoleh

insight.

b. Teori belajar menurut J. Bruner

Belajar menurut teori J. Bruner adalah belajar tidak untuk

mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum

sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih

banyak dan mudah. Dalam proses belajar Bruner mementingkan

partisipasi aktif dari setiap siswa dan mengenal dengan baik adanya

(45)

30 c. Teori belajar menurut Piaget

Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar sebagai

berikut:

1) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang

dewasa. Anak-anak mempunyai cara yang khas untuk

menyatakan kenyataan dan untuk mengahayati dunia sekitar.

Maka memerlukan pelayanan tersendiri dalam belajar.

2) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap tertentu,

menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.

d. Teori belajar menurut R. Gagne

Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu :

1) Belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh motivasi

dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

2) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

diperoleh dari interaksi.

Gagne mengatakan pula bahwa segala sesuatu yang

dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi 5 kategori, yang

disebut “The domain of learning” yaitu : keterampilan motoris,

informasi verbal, kemampuan intelektual, strategi kognitif, dan

sikap.

Jadi belajar adalah suatu proses usaha perubahan tingkah laku

yang dilakukan seseorang yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan

(46)

31

lingkungan. Dan perubahan tingkah laku merupakan akibat dari

kemasakan dan motivasi belajar.

3. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh

individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu

tertentu. Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi

berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam diri (internal) maupun

dari luar individu (eksternal).

Menurut Ahmadi (2004: 138) faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar adalah faktor internal dan eksternal. Adapun penjelasannya sebagai

berikut:

Faktor internal, yang meliputi:

a. Faktor jasmaniah yaitu meliputi kondisi jasmani seperti pada

umumnya kesehatan segenap badan beserta bagian-bagian atau

bebas dari penyakit dan cacat tubuh yang mengganggu dalam

setiap aktivitas belajar.

b. Faktor psikologis yaitu tergolong dapat mempengaruhi belajar,

meliputi : intelegensi, minat, bakat, motivasi, pribadi

seseorang, dan daya ingat atau kognitif.

c. Faktor kelelahan yaitu kelelahan jasmani dengan timbul

kecenderungan untuk membaringkan tubuh, dan kelelahan

(47)

32

kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk mengahasilkan

sesuatu hilang.

Faktor eksterrnal, yang meliputi:

a. Faktor keluarga yang meliputi: cara orang tua mendidik,

hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan

ekonomi keluarga.

b. Faktor sekolah, yang meliputi: metode mengajar yang

digunakan, kurikulum, hubungan guru dengan siswa,

hubungan siswa dengan siswa, kedisiplinan sekolah, pelajaran

dan waktu sekolah, keadaan gedung atau kelas dan sarana

pendukungnya.

c. Faktor masyarakat, yang meliputi: kegiatan siswa dalam

masyarakat, teman bergaul, mass media maupun bentuk

kehidupan dalam masyarakat.

Dengan demikian siswa dan guru hendaklah memperhatikan dan

mengusahakan supaya faktor yang ada di dalam diri individu dan faktor

yang ada di luar individu berada pada posisi yang mantap, sehingga

kegiatan belajar berjalan dengan efektif.

Tinggi rendahnya prestasi seseorang tidak sama. Ada siswa yang

memiliki prestasi belajar yang baik ada pula yang memiliki prestasi belajar

yang kurang, hal tersebut tergantung bagaimana siswa itu dalam belajar.

Siswa yang sungguh - sungguh dalam belajarnya akan mendapat prestasi

(48)

33

Berbeda dengan siswa yang kurang bersungguh - sungguh dalam

belajarnya maka siswa tersebut akan mendapatkan prestasi belajar yang

kurang memuaskan. Prestasi merupakan pencerminan dari keberhasilan

siswa dalam menguasai materi pelajaran.

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang meliputi perubahan

tingkah laku, perubahan sikap, perubahan kebiasaan, perubahan kualitas

penguasaannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

merupakan hasil yang dicapai oleh siswa secara maksimal yang

ditunjukkan dengan angka melalui tes.

D. Aqidah akhlak

1. Hakekat aqidah akhlak

Aqidah secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata

‘aqada (ََدَقَع) yang berarti ikatan. Maknanya yaitu ikatan dua utas tali yang

tersimpul sehingga keduanya saling tersambung. Secara istilah, aqidah

yaitu segala urusan yang harus dibenarkan oleh hati sehingga jiwa menjadi

tentram dan keyakinan menjadi bersih dari kebimbangan atau keraguan

(Khamzah, 2015: 5).

Aqidah Islam (al-aqidah al-Islamiyah) dapat diartikan sebagai

pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap

orang yang mengaku dirinya beragama islam (Syam, 2014: 15).

Menurut Mahmud (2004: 84) dasar pendidikan akhlak bagi seorang

(49)

34

akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran darinya. Oleh karena itu, jika

seseorang berakidah dengan benar niscaya akhlaknya pun akan benar,

baik, dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidahnya salah dan

melenceng maka akhlaknya pun akan tidak benar.

Aqidah Islam meliputi:

a. Meyakini Zat Allah, nama – nama-Nya, dan sifat - sifat-Nya,

yaitu sifat wajib, mustahil, dan sifat jaiz.

b. Meyakini adanya malaikat Allah, percaya bahwa malaikat

adalah makhluk yang suci yang terjaga dari dosa, percaya bahwa

malaikat adalah perantara diturunkannya kitab - kitab Allah

kepada para rasul.

c. Meyakini adanya kitab – kitab Allah yang diturunkan kepada

para rasul-Nya, meyakini bahwa kitab – kitab Allah datang

melalui perantara malaikat.

d. Meyakini adanya Rasul, yaitu orang-orang yang terjaga dari

dosa, dan para nabi lebih utama dari manusia biasa.

e. Meyakini adanya hari akhir, berarti beriman dengan rentetan

peristiwa yang akan terjadi di dalamnya, mulai dari hari

kebangkitan manusia dari alam kubur (Yaumul Ba’ats),

dikumpulkannya manusia di padang Mahsyar, hari perhitungan

amal perbuatan manusia (Yaumul Hisab), timbangan amal

(50)

35

Pengertian akhlak menurut bahasa adalah budi pekerti, tabiat,

watak, dalam kebahasaan akhlak sering disinonimkan dengan moral atau

etika. Akhlak berpangkal pada hati, jiwa, atau kehendak, kemudian

diwujudkan dalam perbuatan sebagai kebiasaan. Dengan demikian untuk

meraih kesempurnaan akhlak, seseorang harus melatih diri dan

membiasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Mahmud (2004: 26-27) akhlak atau moral adalah sebuah

sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau

tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa.

Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan

membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok

dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.

Menurut Mahmud (2004: 160) tujuan pendidikan akhlak Islam

diantaranya :

a. Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang selalu

beramal saleh.

b. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang menjalani

kehidupannya sesuai dengan ajaran Islam, melaksanakan apa

yang diperintahkan agama dan meninggalkan apa yang

diharamkan.

c. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang bisa berinteraksi

secara baik dengan sesamanya, baik dengan orang muslim

(51)

36

bangga dengan persaudaraannya sesama muslim dan selalu

memberikan hak-hak persaudaraan tersebut, mencintai dan

membenci hanya karena Allah.

f. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang merasa bahwa

dirinya adalah bagian dari seluruh umat Islam yang berasal

dari berbagai daerah, suku, dan bahasa.

g. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang merasa bangga

dengan loyalitasnya kepada agama Islam dan berusaha sekuat

tenaga demi tegaknya panji-panji Islam di muka bumi.

Akhlak Islam sangat berperan penting bagi manusia dalam

mengantarkan manusia menjadi umat yang paling mulia di sisi Allah. Dan

pendidikan akhlak Islam menjadikan manusia beriman yang senantiasa

berada di jalan yang benar.

Al - Qur’an dan Al - Hadist banyak sekali memberi informasi

tentang manfaat akhlak yang mulia. Allah berfirman :

اَص َلِمَع ْنَم

Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki – laki

(52)

37

kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari

apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. An- Nahl, 16 :97)

Ayat di atas dengan jelas menggambarkan keuntungan atau

manfaat dari akhlak yang mulia, yang dalam hal ini beriman dan beramal

saleh. Mereka akan memperoleh kehidupan yang baik, mendapatkan

rezeki yang berlimpah ruah, mendapatkan pahala yang berlipat ganda di

akhirat dengan masuknya ke dalam surga (Abuddin Nata, 2002:170-171).

Anjuran berakhlak baik juga terdapat pada hadis dibawah ini :

ِلْاَو ِقُلُْلْا ُنْسُحُِّبِْلَا

Artinya: “Perbuatan yang baik itu adalah merupakan akhlak yang baik. Sedangkan perbuatan dosa itu adalah apa – apa yang menggoncangkan

hatimu (jiwamu) yang kamu benci dilihat hal itu oleh orang lain”.

(HR.Muslim) ( Bahreisj, 159).

Dari hadits diatas dapat diambil pelajaran bahwa dalam beribadah

maupun berbuat kebajikan harus didasarkan pada keikhlasan hati, karena

sesungguhnya Allah SWT Maha mengetahui apa yang ada didalam hati

manusia. Dan hadits di atas juga mengajarkan tentang ketaqwaan dan

berbuat baik terhadap sesama, sehingga terwujudlah akhlak yang

sempurna.

2.Fungsi Pendidikan Aqidah akhlak

a. Pendidikan aqidah akhlak sebagai penanaman nilai-nilai yang terpuji

untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

b. Pendidikan aqidah akhlak sebagai sarana untuk menambah keimanan

(53)

38

c. Pendidikan aqidah akhlak sebagai pedoman hidup dalam berperilaku,

sehingga tidak menyimpang dari ajaran agama Islam.

d. Pendidikan aqidah akhlak sebagai penangkal hal-hal negatif dari

lingkungan atau dari budaya lain yang dapat membahayakan diri siswa.

e. Pendidikan aqidah akhlak sebagai sarana untuk memperbaiki

kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran agama

Islam dalam kehidupan sehari-hari.

3. Tujuan Pendidikan Aqidah akhlak

Tujuan pendidikan aqidah akhlak yaitu untuk menambah keimanan

dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta menjadikan hidup agar lebih

terarah melalui nila-nilai yang tedapat dalam aqidah akhlak. Dengan

pemberian pendidikan aqidah akhlak, sehingga peserta didik menjadi

manusia muslim yang berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan

dan ketaqwaannya kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam

kehidupan sehari-hari baik itu kehidupan pribadi, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

4. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah akhlak

Sebagaimana inti ajaran Islam adalah meliputi masalah keimanan

(aqidah), masalah keislaman (syari’ah), dan masalah ikhsan (akhlak).

Dengan demikian ruang lingkup pembahasan aqidah akhlak sebagai

(54)

39

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT

Hubungan vertikal antara manusia dengan khaliqnya mencakup

dari segi aqidah yang meliputi: iman kepada Allah SWT, iman kepada

malaikat-malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada

Rasul-rasul-Nya, iman kepada hari akhir dan iman kepada qadha dan

qadar-Nya.

b. Hubungan manusia dengan manusia

Hubungan horizontal antara manusia dengan manusia

mencakup dari segi akhlak yang meliputi: akhlak dalam pergaulan

hidup sesama manusia, kewajiban membiasakan berakhlak yang baik

terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.

c. Hubungan manusia dengan lingkungannya

Hubungan horizontal antara manusia dengan lingkungannya

mencakup dari segi akhlak yang meliputi: akhlak manusia terhadap

alam lingkungannya, baik lingkungan dalam arti luas, maupun

lingkungan yang berarti makhluk hidup selain manusia yaitu binatang

dan tumbuh-tumbuhan.

Dengan demikian, yang dimaksud aqidah akhlak adalah keimanan dari

seseorang mengenai perkataan dan perbuatan bahwa perkataan dan

perbuatan tersebut baik atau buruk dapat diukur dengan Al-Qur’an dan Al -Hadits sebagai sumber dari aqidah akhlak.

Pada penelitian ini aqidah akhlak adalah bidang studi yang diberikan

(55)

40

Tahun Pelajaran 2015/2016, tentang bagaimana cara berbuat, berbicara

yang baik sesuai dengan perintah agama yang terkandung dalam

Al-Qur’an dan Al-Hadits, sehingga membawa peserta didik menjadi insan

kamil, yang mulia baik itu disisi Allah SWT maupun antar pergaulan

sesama manusia.

Namun ketika ruang lingkup aqidah akhlak dihubungkan dengan

tempat penelitian yaitu MTs Negeri Karanggede kelas VIII Tahun

Pelajaran 2015/2016, maka ruang lingkup pembahasan aqidah akhlak

meliputi :

a. Aspek aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, mustahil, jaiz

Allah, keimanan kepada kitab Allah, Rasul Allah, sifat-sifat dan

mu’jizat-Nya dan hari akhir.

b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas khauf, taubat, tawadlu, ikhlas,

tauhid, ta’at, dan sebagainya.

(56)

41

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Penelitian ini penulis lakukan di MTS Negeri Karanggede, Kabupaten

Boyolali. Penelitian dilakukan selama 3 bulan, mulai bulan November 2015

sampai dengan bulan Januari 2016. Penelitian yang penulis lakukan adalah

penelitian kuantitatif, sehingga dibutuhkan data yang berupa angka – angka yang kemudian dianalisis untuk mengetahui pengaruh antar variabel. Dalam penelitian

ini penulis ingin mencari adakah hubungan antara penggunaan model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan aktivitas dan prestasi belajar aqidah akhlak siswa.

A. Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Untuk mendapatkan data penulis melakukan langkah-langkah sebagai

berikut :

1. Pertemuan pertama

a. Planning/perencanaan

Planning/perencanaan yang penulis lakukan adalah dengan

melakukan persiapan – persiapan pengumpulan data dan pelaksanaan model pembelajaran CTL. Untuk pengumpulan data penulis menyediakan lembar observasi yang berupa tabel check list tentang aktivitas belajar siswa di kelas. Adapun untuk pelaksanaan model

(57)

42

peralatan yang dibutuhkan dan materi ajar yang akan disampaikan

yaitu materi dengan tema “ Akhlak Tercela ” yang meliputi sikap

Ananiah, Putus Asa, Ghadab, Tamak, dan Takabur. b. Persiapan pelaksanaan

Persiapan yang dilaksanakan peneliti yaitu peneliti

menyiapkan alat yang meliputi gambar – gambar yang akan dijadikan fokus pembahasan. Gambar-gambar tersebut merupakan materi

pelajaran yang akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran aqidah

akhlak. Media pembelajaran tersebut akan dibagikan kepada setiap

kelompok. Kemudian dengan persetujuan guru, peneliti membagi

siswa dalam 5 kelompok yang beranggotakan 4 – 5 siswa. Sebelum pembentukan kelompok, peneliti juga menyiapkan materi yang berupa

power point sebagai materi pembuka. c. Pelaksanaan

Langkah pertama yang guru lakukan yaitu memberi salam

kepada peserta didik, berdoa bersama, menanyakan kabar peserta

didik, guru meminta peserta didik untuk memperhatikan siapa saja

yang tidak hadir pada hari ini. Langkah ke dua yaitu guru meminta

peserta didik untuk duduk secara berkelompok berdasarkan kelompok

yang sudah dibuat oleh peneliti sebelumnya. Setelah pembentukkan

kelompok selesai, guru memulai apersepsi dengan memberikan

(58)

43

kehidupan sehari – hari sehingga dapat membangkitkan minat siswa dan memunculkan respon siswa.

Guru menanyakan materi yang bertema “akhlak tercela” yaitu

tentang contoh – contoh akhlak tercela dalam kehidupan sehari – hari.

Hampir seluruh siswa mampu menyebutkan contoh – contoh dari akhlak tercela tersebut, namun sebagian besar masih belum bisa

menjelaskan pengertian dari masing – masing contoh tersebut. Dan

guru melontarkan pertanyaan kembali kepada siswa, apakah dalam

kehidupan sehari – hari siswa sering melakukan perbuatan tersebut,

dan siswapun secara bergantian mengemukakan pendapatnya.

Akhirnya guru menjelaskan satu persatu materi tersebut dengan

bantuan media pembelajaran dalam bentuk power point. Semua siswa mendengarkan dengan seksama dan setelah guru selesai menjelaskan

kemudian guru dengan bantuan peneliti membagikan 5 gambar dan

kelima gambar tersebut menggambarkan berbagai macam watak

seseorang yang memiliki akhlak tercela. Setelah semua kelompok

mendapatkan gambar tersebut kemudian guru meminta siswa untuk

mengemukakan :

1) Termasuk gambar apakah itu ?

2) Deskripsikan/terangkan secara singkat watak gambar tersebut !

3) Cari solusi dari gambar tersebut !

Siswa dalam masing – masing kelompok bekerja sama untuk

(59)

44

peneliti meninjau setiap kelompok sehingga dapat mengarahkan siswa

yang masih mengalami kesulitan. Setelah proses diskusi selesai guru

meminta perwakilan dari masing-masing kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi selama ± 5 menit secara bergantian,

dari awal sudah disampaikan oleh guru bahwa perwakilan dari masing

– masing kelompok akan ditunjukkan secara acak oleh guru, jadi

setiap anggota dalam kelompok harus siap dan benar – benar paham

dengan hasil diskusi mereka. Selanjutnya dari kelompok lain

menanggapi atau bertanya hal yang belum dipahami dari presentasi

tersebut. Suasana menjadi ramai dengan suara siswa yang

mengemukakan pendapat dan bertanya.

Proses presentasi selesai, lembar kerja siswa dikumpulkan,

selanjutnya guru menanyakan hal yang belum dipahami siswa dari

materi hari ini. Lalu guru dan siswa bersama – sama menyimpulkan

hasil pembelajaran hari ini dan memberikan reward kepada kelompok terbaik.

Sebelum mengakhiri pembelajaran pada hari ini, guru

memberikan refleksi tentang pembelajaran yang sudah dilaksanakan

yaitu dengan memberikan beberapa soal yang harus diselesaikan oleh

siswa dan guru memberikan PR (Pekerjaan Rumah) kepada siswa.

Dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat kembali

apa yang telah dipelajarinya. Dan guru membiarkan siswa secara

Gambar

Tabel 3.1 Data Siswa Kelas VIII MTs Negeri Karanggede Kabupaten Boyolali tahun
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan Audit Internal Dalam Kerangka SPMI (4)  Unit dan/atau Personil Yang Menjadi Auditor Internal.. Kantor/Lembaga khusus: perencanaan, penyusunan instrumen audit,

Apabila huruf yang dipakai susah untuk dibaca dan berdempetan pada saat diterapkan dalam sebuah buku, bukan hanya pembaca akan susah untuk mengerti maksud dari

pendudukan Jepang. Berdasarkan alasan itu, pada tahun 1947 pemerintah berencana untuk membuka kembali Bursa Efek Jakarta. Akan tetapi, rencana ini tertunda karena

Tertib serta tatanan hukum Indonesia yang memilih sistem kodifikasi seperti yang berlangsung dewasa ini, secara historis tidak dapat dilepaskan dari tradisi hukum

Untuk membuka ( decrypt ) data tersebut digunakan juga sebuah kunci yang dapat sama dengan kunci untuk mengenkripsi (untuk kasus private key.. cryptography ) atau dengan kunci

Untuk meraih gelar sarjana S1, Dianing menulis skripsi dengan judul Gaya Hidup Posmodern Tokoh- Tokoh Dalam Novel Mata Matahari Karya Ana Maryam Sebuah Tinjauan

atau muatan listrik yang terjadi di antara kutub positif dan kutub negatif sumber listrik “, misalnya : Accumulator atau AKI. “ Arus listrik adalah besarnya muatan listrik

a. Pendidikan dan latihan. Pendidikan dan latihan membentuk dan menambah pengetahuan dan keterampilan seorang tenaga kerja untuk mampu mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan