• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MAKRO EKONOMI II PERMINTAAN AGRE (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH MAKRO EKONOMI II PERMINTAAN AGRE (1)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MAKRO EKONOMI II

PERMINTAAN AGREGAT II

KELOMPOK 6

ACHMAD FAUZAN A1A 014 003

DANIEL DESTIAWAN A1A 014 021

HABIB ALMAKI A1A 014 043

HARMAIN A1A 014 045

KHAIRULLAH A1A 014 059

LALU AHMAD SOPIAN H. A1A 014 061

M. SAHITUDIN A1A 014 075

RIZA FAHLEPI A1A 014 117

SANDI IRAWAN A1A 014 129

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

ii KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “PERMINTAAN AGREGAT II” ini tepat pada waktunya.

Makalah PERMINTAAN AGREGAT II ini kami susun dengan mengacu pada beberapa sumber, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada sumber-sumber yang telah menjadi referensi kami.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tak pernah lepas dari kekurangan. Dengan itu kami sangat mengharapkan masukan dari para pembaca, sebagai acuan kami dalam menyusun makalah-makalah kami selanjutnya.

Akhir kata kami berharap semoga makalah PERMINTAAN AGREGAT II ini dapat bermanfaat, bagi kami khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya.

Mataram, 13 April 2016

(3)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 1

3. Tujuan ... 1

BAB II PEMBAHASAN ... 2

A. Fungsi Produksi ... 2

B. Pasar Tenaga Kerja ... 2

C. Permintaan Tenaga Kerja ... 4

D. Penawaran Tenaga Kerja ... 8

E. Teori Upah ... 10

F. Fluktuasi Dengan Model IS-LM ... 16

G. Pengangguran Dan Resesi ... 18

H. Sumber Pertumbuhan Ekonomi... 19

I. Kurva Penawaran Agregatif ... 20

BAB III Kesimpulan ... 23

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Perpotongan kurva IS dan kurva LM menentukan tingkat pendapatan nasional, dan tingkat bunga untuk tingkat harga tertentu. Jika pergeseran kurva IS atau LM, keseimbangan jangka pendek dari perubahan ekonomi, dan pendapatan nasional berfluktuasi. Mari kita memeriksa bagaimana perubahan kebijakan dan guncangan terhadap perekonomian bisa menyebabkan kurva tersebut bergeser.

2. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana Kebijakan Fiskal Menggeser Kurva IS dan Mengubah Ekuilibrium Jangka Pendek?

b. Bagaimana penawaran agregat dalam pandangan klasik?

c. Bagaimana penawaran agregat dalam pandangan Keynes?

(5)

2 BAB II

PEMBAHASAN

A. Fungsi Produksi

Teknologi produksi yang tersedia menentukan seberapa banyak output diproduksi dari jumlah tertentu modal (K) dan tenaga kerja (L). Fungsi produksi merupakan transformasi dari input menjadi output. Asumsi utama adalah bahwa fungsi produksi memiliki skala hasil konstan, yang berarti bahwa jika kita meningkatkan input sebesar z, output juga akan meningkat dengan z.

Kami menulis fungsi produksi sebagai:

Y = f (K, L)

Penawaran Barang Dan Jasa

Kita sekarang dapat melihat bahwa faktor-faktor produksi dan fungsi produksi bersama-sama menentukan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan, yang sama dengan output perekonomian. jadi,

Pada bagian ini, modal dan tenaga kerja tetap, bisa disimpulkan bahwa Y (output) adalah tetap juga.

B. Pasar Tenaga Kerja

Masalah tenaga kerja adalah masalah yang sangat kompleks dan besar. Kompleks karena masalahnya mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi dengan pola yang tidak selalu mudah dipahami.

Income

some

function of

given

our

inputs

Y

= F (

K

, L

)

(6)

3 Besar karena menyangkut jutaan jiwa. Untuk menggambarkan masalah tenaga kerja di masa yang akan datang tidaklah gampang karena disamping mendasarkan pada angka tenaga kerja di masa lampau, harus juga diketahui prospek produksi di masa mendatang. Kondisi kerja yang baik, kualitas output yang tinggi, upah yang layak serta kualitas sumber daya manusia adalah persoalan yang selalu muncul dalam pembahasan tentang tenaga kerja disamping masalah hubungan industrial antara pekerja dengan dunia usaha.

Masalah tenaga kerja adalah masalah yang sangat kompleks dan besar. Kondisi kerja yang baik, kualitas output yang tinggi, upah yang layak serta kualitas sumber daya manusia adalah persoalan yang selalu muncul dalam pembahasan tentang tenaga kerja disamping masalah hubungan industrial antara pekerja dengan dunia usaha. Dapat dikatakan ketenagakerjaan di Indonesia hingga kini masih menghadapi beberapa ketidakseimbangan baik struktural ataupun sektoral. Maka salah satu sasaran yang perlu diusahakan adalah meningkatkan daya guna tenaga kerja. Permintaan Tenaga kerja yang dipengaruhi oleh nilai marjinal produk (Value of Marginal Product, VMP), Penawaran Tenaga Kerja yang dipengaruhi oleh jam

kerja yang luang dari tenaga kerja individu serta upah,secara teoritis harus diperhatikan agar kebijakan-kebijakan yang dilakukan mendekati tujuan yang

diinginkan.

(7)

4 Dimulai dengan tingkat upah rill yang rendah, maka semakin meningkat tingkat upah, maka TK ingin bekerja lebih lama

Dimulai dengan tingkat upah riil yang tinggi, maka semakin banyak produk seperti TV, HP dan kesempatan berwisata yang dimiliki oleh TK. Jika tingkat upah meningkat, maka semakin menurun kesediaan TK untuk menggunakan waktu dan keahliannya. Hal ini karena TK lebih ingin menikmati kekayaan yang diperolehnya.

Keseimbangan pasar TK ada di titik E dengan upah W* maka jumlah TK yang dapat digunakan (kesempatan kerja) atau tingkat employment sebesar ON*.

Pada tingkat ON*, produk nasional atau output nasional sebebsar Y*

Keterangan :

DN =kurva permintaan TK

SN = kurva penawaran TK dengan backward bending

C. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan dalam konteks ekonomi didefinisikan sebagai jumlah

maksimum suatu barang atau jasa yang dikehendaki seorang pembeli untuk dibelinya pada setiap kemungkinan harga dalam jangka waktu tertentu (Sudarsono, 1990).

Dalam hubungannya dengan tenaga kerja, permintaan tenaga kerja adalah hubungan antara tingkat upah dan jumlah pekerja yang dikehendaki oleh pengusaha untuk dipekerjakan. Sehingga permintaan tenaga kerja dapat didefinisikan sebagai jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan seorang pengusaha pada setiap kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu.

(8)

5 (Marginal Physical Product) dengan harga produk yang bersangkutan. Produk Fisik Marginal (Marginal Physical Product, MPP) adalah kenaikan total produk fisik yang bersumber dari penambahan satu unit input variabel (tenaga kerja). Dengan mengasumsikan bahwa perusahaan beroperasi pada pasar kompetitif sempurna maka besarnya VMP yang merupakan perkalian antara MPP x P akan sama dengan harga input produk yang bersangkutan yaitu PN. besarnya VMP = P didapatkan dari pernyataan bahwa kombinasi input optimal atau biaya minimal dalam proses produksi akan terjadi bila kurva isoquan menjadi tangens terhadap isocost. Bila sudut garis pada isoquant sama dengan w/r. sedangkan besarnya sudut disetiap titik pada isoquant sama dengan MPPI/MPPK, maka kombinasi input yang optimal adalah :

w/r = MPPL/MPPK atau MPPK/r = MPPiw.

Dimana r adalah tingkat bunga implisit yang bersumber dari modal sedangkan w adalah tingkat upah per unit. Apabila persamaan diatas diperluas secara umum maka akan menjadi :

MPPX/PX = MPPY/PY

Dalam kalimat lain, minimisasi biaya input atau maksimalisasi output atas penggunaan input mensyaratkan penggunaan kombinasi yang sedemikian rupa

(9)

6 pendek- dari perusahaan yang bersangkutan yang beroperasi dalam pasar persaingan sempurna (dengan Catatan kuantitas semua input Lainnya konstan). Bagi setiap perusahaan yang beroperasi dalam pasar kompetisi sempurna itu, harga outputnya senantiasa konstan terlepas dari berapa kuantitas output yang dijualnya. Harga input disini juga kita asumsikan konstan. Penawarannya elastisitas sempurna untuk semua perusahaan. Dengan demikian kuantitas tenaga kerja yang memaksimalkan laba perusahaan terletak pada titik perpotongan antara garis upah (Tingkat upah /uang berlaku untuk pekerja terampil yang dibutuhkan perusahaan) dan kurva VMP perusahaan. Ini diperlihatkan oleh

Gambar 1.

Gambar 1.

Kuantitas Tenaga Kerja Yang Memaksimumkan Laba

Jika tingkat upah per unit pekerja yang kualitasnya konstan adalah W0 maka kuantitas pekerja yang optimal adalah L0. Garis horizontal yang bertolak dari W0

(10)

7 satu pekerja lagi menghasilkan kenaikan output untuk MPPL dan biaya pada perusahaan, Untuk upah riil perusahaan akan mengupah tenaga kerja tambahan selama MPPL melebihi upah riil. Dengan mengasumsikan bahwa tenaga kerja dapat ditambah dan faktor produksi lain tetap, maka perbandingan alat-alat produksi untuk setiap pekerja menjadi lebih kecil dan tambahan hasil marginal menjadi lebih kecil pula, atau dengan semakin banyak tenaga kerja digunakan semakin turun MPPi Noya karena nilai MPPi. mengikuti hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang. Bila harga atau tingkat upah tenaga kerja naik, kuantitas tenaga kerja yang diminta akan menurun, ini diperlihatkan oleh kenaikan arus upah yang berpotongan dengan kurva VMP dalam kuantitas tenaga kerja yang lebih sedikit. Dengan berkurangnya pekerja, produk fisik marginal dari input modal, atau MPPR, akan menurun karena kini setiap unit modal digarap oleh lebih sedikit pekerja. Jika sebuah mesin dioperasikan oleh satu orang , produk fisik marginal mesin itu akan menurun dibandingkan saat sebelumnya ketika mesin itu di kuasi oleh beberapa orang. Karena kini hanya ada satu pekerja, mereka tidak bisa bergantian menjalankan mesin, sehingga hasilnya lebih sedikit. Dalam kalimat lain, modal

bersifat komplementer terhadap tenaga kerja, atau ada komplementaritas (complementary) diantara keduanya.

Gambar 2

(11)

8 Kita mulai dari tingkat upah W. Pada tingkat upah sebesar W2 penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan yang optimal adalah L3. Lalu upah naik menjadi W1, tingkat penyerapan tenaga yang optimal pun merambat ke L2 dimana Garis upah yang horizontal yang baru berpotongan dengan kurva VMPi. Karena adanya komplementaritas input-input maka kenaikan upah mengakibatkan produk fisik marginal modal menurun dan bergeser ke kiri menjadi VMPi, perpotongan baru dari garis upah horizontal (kurva penawaran tenaga kerja) adalah titik C, tingkat penyerapan tenaga kerja yang optimal akan turun ke L. Jika titik A dan C dihubungkan akan diperoleh kurva permintaan tenaga kerja dL- Cl Dengan demikian, dengan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan, produk fisik marjinal modal akan menurun. Setiap unit modal kini membuahkan lebih sedikit hasil sehingga tidak dapat menyerap banyak unit tenaga kerja. MPPR akan menurun seiring dengan menurunnya tenaga kerja yang diserap. Perusahaan akan merekrut setiap unit input sampai suatu titik dimana nilai produk marginalnya sama dengan harganya.

D. Penawaran Tenaga Kerja

(12)

9 kombinasi yang terletak pada kurva indefferensi tertinggi yang dapat dicapai dengan kendala tertentu. sebagaimana gambar 3, kurva penawaran tenaga kerja mempunyai bagian yang melengkung ke belakang.

Pada tingkat upah tertentu penyediaan waktu kerja individu akan bertambah apabila upah bertambah (dari W ke W1). Setelah mencapai upah tertentu (W'), pertambahan upah justru mengurangi waktu yang disediakan oleh individu untuk keperluan bekerja (dari W1 ke WN ) Hal ini disebut Backward i Sending Supply Curve. Layard dan Walters (1978), menyebutkan bahwa keputusan individu untuk menambah atau mengurangi waktu luang dipengaruhi oleh tingkat upah dan pendapatan non kerja. Adapun tingkat produktivitas selalu berubah-ubah sesuai dengan fase produksi dengan pola mula-mula naik mencapai puncak kemudian menurun. Semakin besar elastisitas tersebut semakin besar peranan input tenaga kerja untuk menghasilkan output, berarti semakin kecil jumlah tenaga kerja yang diminta. Sedangkan untuk menggambarkan pola kombinasi faktor produksi yang tidak sebanding (Variable proportions) umumnya digunakan kurva isoquan (isoquantities) yaitu kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi faktor produksi (tenaga kerja dan kapital) yang menghasilkan volume produksi yang sama. Lereng isokuan menggambarkan laju substitusi teknis marginal atau marginal Rate

(13)

10 E. Teori Upah

(14)

11

1. Proses Penyamaan Upah

Disadari atau tidak tingkat kepuasan (atau tingkat ketidakpuasan) masing-masing pekerja atas suatu pekerjaan tidaklah sama, maka bisa dipahami terjadinya kemungkinan perbedaan tingkat upah yang mencerminkan adanya perbedaan selera atau preferensi terhadap setiap jenis pekerjaan. Kemungkinan perbedaan tingkat upah yang mencerminkan adanya perbedaan selera atau preferensi terhadap setiap jenis pekerjaan inilah yang sering disebut sebagai teori penyamaan tingkat upah (theory of equalizing wage difference). Terkadang seseorang mau mengorbankan

rasa tidak sukanya terhadap suatu pekerjaan demi memperoleh imbalan tinggi; atau sebaliknya ada orang yang mau menerima pekerjaan yang memberi upah rendah, padahal dia bisa memperoleh pekerjaan yang memberi upah lebih tinggi, semata-mata karena ia menyukai pekerjaan tersebut. Setiap pekerjaan memiliki penawaran dan permintaan tersendiri yang menentukan tingkat upah serta jumlah pekerja yang bisa di serap. Kita lihat gambar 4, kita asumsikan disini hanya ada dua jenis pekerjaan. Rasio atau perbandingan tingkat upah di kedua jenis pekerjaan, yakni W1/W2 kita ukur lewat sumbu vertikal. Sedangkan sumbu horizontal mengukur rasio employment atau perbandingan penyerapan tenaga kerja oleh kedua jenis pekerjaan tersebut. Kurva atau garis permintaan tenaga kerja mengarah ke bawah

(artinya semakin ke bawah tingkat upah, akan semakin banyak pekerja yang diserap oleh suatu perusahaan). Kurva penawaran sebaliknya, mengarah ke atas, itu berarti semakin banyak perusahaan membutuhkan tenaga kerja, akan semakin besar tingkat upah yang harus dibayarkan.

(15)

12 itu berarti dalam kondisi ekuilibrium , tingkat upah pekerjaan pertama 40 % lebih tinggi daripada upah yang diberikan oleh pekerjaan kedua. Teori ini memberi tahu kita tingkat upah yang relatif lebih tinggi harus ditawarkan oleh pekerjaan pertama demi memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkannya. Tentu saat ini tidak sama dengan kenyataan sehari-hari yang kita hadapi. Kita sering melihat orang yang bersedia melakukan pekerjaan yang kurang disukainya dengan upah yang juga rendah. Ini terjadi karena yang menjadi faktor penyebab bukan semata-mata preferensi para pekerja, melainkan juga faktor keahlian dan keterbatasan lapangan kerja.

2. Upah Minimum

(16)

13 Upah minimum dapat meningkatkan produktifitas tenaga kerja dan mengurangi konsekuensi pengangguran seperti yang diperkirakan teori ekonomi konverisional (Kusnaini, D, 1998). Bagi yang tidak setuju dengan upah minimum mengemukakan alasan bahwa penetapan upah minimum rnengakibatkan naiknya pengangguran dan juga memungkinkan kecurangan dalam pelaksanaan yang selanjutnya berpengaruh pada penurunan tingkat upah dalam suatu sektor yang tidak terjangkau kebijakan upah minimum. Disamping itu penetapan upah minimum tidak memiliki target yang jelas dalam pengurangan kemiskinan. Dari perbedaan-perbedaan pandangan tersebut kita bisa melacak akibat-akibat dari penetapan upah minimum yang mungkin timbul dengan beberapa asumsi. pertama bahwa semua sektor dan semua tenaga kerja terjangkau kebijakan upah minimum,

kedua: konsekuensi potensial dari efek shock terhadap pekerja diterapkan.

Dalam sejarah perkembangannya terdapat berbagai teori untuk menentukan tingkat upah berlaku, penganut klasik menyatakan bahwa upah ditentukan oleh produktivitas marginal tetapi Marshall dan juga Hicks menyatakan bahwa produktivitas marjinal hanyalah menentukan permintaan terhadap buruh saja, jadi bukan terhadap penawaran tenaga kerja. Namun akhirnya permintaan dan penawaran tenaga kerja menentukan tingkat upah yang berlaku. Isu umum dalam

pembahasan mengenal pasar tenaga kerja selalu diasumsikan terdapatnya keseimbangan antara penawaran dan permintaan pekerja pada tingkat tertentu dengan jumlah pekerja tertentu pula. Namun adakalanya keseimbangan ini tidak selamanya menunjukkan tingkat upah yang terjadi di pasar kerja karena dalam pelaksanaannya terdapat campur tangan pemerintah atau karena ada yang menentukan tingkat upah minimum.

(17)

14 tinggi dari pada Wm, khusus untuk pekerja unggul Pemberlakuan tingkat upah minimum akan meningkatkan upah rata-rata, tapi tidak akan memacu kualitas pekerja secara keseluruhan. Akibatnya perusahaan yang menyerap pekerja kualitas lebih rendah, tapi harus membayar upah lebih tinggi, akan semakin sulit bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sejak semula memberi upah tinggi tapi

memang kualitas pekerjanya unggul.

Dampak pemberlakuan hukum upah minimum tergantung pada kadar keseriusan pelaksanaannya. Jika hukum itu tidak dipaksakan dan diawasi pelaksanaannya, maka takkan ada perubahan yang berarti. Analisis mengenai upah minimum identik dengan analisis kontrol harga lainnya. –upah adalah harga tenaga kerja- meskipun dampak pemberlakuan tingkat upah minimum gampang

dilihat -karena ketentuan itu secara jelas menyebutkan bidang kerja apa saja yang upah minimumnya diatur dan perkecualian apa saja yang masih

mungkin diperbolehkan- tidaklah berarti pemberlakuan upah minimum semacam itu selalu efektif. Selalu saja ada cara untuk menyiasati atau mengurangi efektivitas hukum upah minimum. Sebagai contoh, jika sebelumnya para pekerja

berupah rendah memperoleh tunjangan atau imbalan tambahan, seperti makan siang murah, tiket murah untuk pertunjukan atau pertandingan bola, maka setelah hukum upah minimum diberlakukan , perusahaan mengurangi tunjangan-tunjangan

tambahan semacam itu sehingga pada akhirnya pengeluarannya untuk pekerja tidak banyak meningkat, dan total pendapatan para pekerja itu juga tidak banyak bertambah. Lebih dan itu perusahaan masih memiliki segudang cara untuk mengimbangi kenaikan pengeluaran upah untuk para pekerjanya. Misalnya perusahaan mengharuskan pekerjanya membeli berbagai barang keperluan di toko milik perusahaan, atau tinggal dengan uang sewa tentunya di rumah-rumah milik perusahaan. Tidak mustahil keuntungan dari toko atau perumahan perusahaan tersebut melebihi biaya marginalnya, sehingga praktis pengeluaran perusahaan untuk kenaikan upah terimbangi.

(18)

15 upah minimum, dan itu terbebas dari pemantauan departemen tenaga kerja. Cara-cara itu merupakan penjelasan mengapa toko-toko kelontong dan restoran kecil mampu bersaing dengan yang lebih besar dan biasanya lebih efisien. Binatu yang dikelola oleh suami istri pensiunan bisa menyaingi perusahaan mata rantai binatu yang lebih efisien, karena "pekerja" di binatu pasangan itu adalah diri mereka sendiri yang tidak perlu "dibayar" pada tingkat upah tertentu. Pemberlakuan upah minimum juga bisa menjadi tidak efektif kalau masih tertumpu pada asumsi umum bahwa seluruh pekerja itu homogen dan tingkat upah minimum berlaku bagi segenap pekerja. Dalam pekerja-pekerja itu tidak homogen, melainkan bermacam-macam, dan tingkat upah minimum biasanya hanya diperuntukkan untuk kelompok pekerja tertentu, dalam kadar yang bervariasi. Jadi disini takkan terlihat pengaruh

pemberlakuan upah minimum

terhadap total employment, melainkan hanya pada kelompok-kelompok tertentu yang mendapat perlindungan hukum upah minimum. Atau kelompok-kelompok yang benar-benar menerima pengaruh dari hukum tersebut.

Pemberlakuan upah minim ini justru merugikan kelompok-kelompok tertentu. Peraturan upah minimum membatasi peluang kerja bagi mereka yang tidak mempunyai keahlian. Pihak perusahaan ternyata kemudian menaikkan keahlian

(19)

16 F. Fluktuasi Dengan Model IS-LM

Perpotongan kurva IS dan kurva LM menentukan tingkat pendapatan nasional, dan tingkat bunga untuk tingkat harga tertentu. Jika pergeseran kurva IS atau LM, keseimbangan jangka pendek dari perubahan ekonomi, dan pendapatan nasional berfluktuasi. Mari kita memeriksa bagaimana perubahan kebijakan dan guncangan terhadap perekonomian bisa menyebabkan kurva tersebut bergeser.

1. Bagaimana Kebijakan Fiskal Menggeser Kurva IS dan Mengubah Ekuilibrium Jangka Pendek

Pertimbangkan kenaikan belanja pemerintah.

Ini akan meningkatkan tingkat pendapatan dengan G/(1- MPC).

Kurva IS bergeser ke kanan oleh G/(1- MPC) yang meningkatkan pendapatan dan tingkat bunga.

(20)

17 Kurva IS bergeser ke kanan oleh T × MPC/(1- MPC) yang meningkatkan pendapatan dan tingkat bunga.

2. Bagaimana Kebijakan Moneter Menggeser Kurva LM dan Mengubah Ekuilibrium Jangka Pendek

Pertimbangkan peningkatan jumlah uang beredar.

Kurva LM bergeser ke bawah dan menurunkan tingkat bunga yang meningkatkan pendapatan. Mengapa? Karena ketika Bank Sentral

(21)

18 3. IS-LM sebagai Teori Permintaan Agregat Dari IS-LM ke AD

Anda mungkin melihat dari IS dan LM diagram yang r dan Y berada di dua sumbu. Sekarang kita akan membawa variabel ketiga, tingkat harga (P) ke dalam analisis. Kita dapat melakukannya dengan menghubungkan kedua grafik dua dimensi. Untuk memperoleh AD, mulai dari titik A pada grafik atas. Sekarang meningkatkan tingkat harga dari P1 ke P2. Peningkatan P menurunkan nilai keseimbangan uang riil, dan Y, menggeser LM ke kiri ke titik B.

Perhatikan bahwa r meningkat. Sejak r meningkat, kita tahu bahwa investasi akan berkurang, karena baru saja lebih mahal untuk mengambil

berbagai proyek investasi. Ini set off proses multiplier sejak -I menyebabkan -Y.The sebuah - Y memicu -C seperti yang kita bergerak ke atas kurva IS. + P memicu serangkaian kejadian yang berakhir dengan -Y, hubungan terbalik yang mendefinisikan kemiringan ke bawah dari D.

G. Pengangguran Dan Resesi

(22)

19 membuat input yang digunakan semakin sedikit dan peluang kerja menurun sehingga tingkat pengangguran meningkat serta semakin berkurangnya persediaan modal yang tersedia yang dapat digunakan.

H. Sumber Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi didefiniskan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor yang menentukan kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan. (Boediono; 1999).

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi maka diharapkan

pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga akan turut meningkat. (Susanti, dkk; 2000).

1. Akumulasi modal

Akumulasi modal (capital accunulation) terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan. Akumulasi modal akan menambah sumberdaya baru (contohnya, pembukaan tanah-tanah yang semula tidak digunakan) atau meningkatkan kualitas sumberdaya (misalnya, perbaikan sistim irigasi, pengadaan pupuk, pestisida). 2. Perubahan teknologi

(23)

20 I. Kurva Penawaran Agregatif

Penawaran agregat adalah (aggregate supply,AS) adalah jumlah seluruh barang akhir dan jasa-jasa di dalam perekonomian yang dijual atau ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan (firms) pada berbagai tingkat harga

1. Kurva penawaran agregatif dengan asumsi klasik

Model klasik didasarkan pada asumsi bahwa perekonomian beroperasi ibarat sebuah mekanisme yang dapat melakukan pengaturan, penyesuaian, atau koreksi secara otomatis (self-regulating,self –adjusting, atau self- correcting), cenderung bergerak menuju kepada keseimbangan pada tingkat

kesempatan kerja penuh (full employment level). Mengenai factor yang mempengaruhi permintaan agregat (AD) menurut pandangan kaum klasik secara aktual hanyalah faktor jumlah uang beredar (money supply). Perubahan di dalam permintaan agregat.

Kebijakan fiskal (perubahan di dalam pengeluaran pemerintah dan atau pajak) menurut kaum klasik tidak mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat dan output. Hal tersebut disebabkan karena adanya crowding-outeffect dari ekspansi fiskal terhadap investasi swasta. Kenaikan

(24)

21 Pada pasar TK, keseimbangan terjadi pada titik E dengan penggunaan TK sebesar N*, sehingga menghasilkan jumlah produk nasional ekuilibrium Y*.

Upan nominal tidak berpengaruh terhadap jumlah TK yang diminta oleh perusahaan dan ditawarkan oleh rumah tangga.

Dengan tingkat upah riil yang tidak berubah, maka penurunan harga menyebabkan kurva kesamaan upah nominal bergeser dari Rp 30 ke Rp 22 dan ke Rp 15.

2. Kurva penawaran agregatif dengan asumsi Keynes

Di dalam model makro ekonomi Keynes, faktor paling penting yang menentukan tingkat permintaan agregat (AD) adalah kebijakan fiskal (fiscal policy). Sedangkan kebijakan moneter atau perubahan dalam jumlah uang

beredar (money supply) menurut Keynes pengaruhnya terhadap permintaan agregat adalah lemah dan bahkan dapat dikatakan tidak ada. dalam model Keynes, perubahan dalam jumlah uang beredar mempengaruhi permintaan agregat melalui efeknya atas investasi. Pengaruh uang beredar terhadap investasi bersifat tidak langsung (indirect), yaitu melalui tingkat bunga. Menurut Keynes, suatu kenaikan di dalam jumlah uang beredar tidak

(25)

22 investasi adalah lemah.

Pada awalnya perekonomian ekuilibrium pada tingkat employment ON* dengan OY* dan Upah riil Rp 5.

Jika terjadi penurunan harga,menjadi Rp 1 maka dengan ketegaran upah nominal Rp 7, maka menyebabkan kenaikan upah riil dari 5 menjadi 7.

Kurva kesamaan upah nominal bergeser dari A ke B.

Kesediaan produsen menggunakan TK bergeser dari N ke Nb

(26)

23

BAB III

KESIMPULAN

Penawaran agregat adalah (aggregate supply,AS) adalah jumlah seluruh barang akhir dan jasa-jasa di dalam perekonomian yang dijual atau ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan (firms) pada berbagai tingkat harga. Permintaan agregatif adalah seluruh permintaan terhadap barang dan jasa yang terjadi dalam suatu perekonomian, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Permintaan dan penawaran agregat dibedakan menjadi 2 yaitu jangka panjang dan jangka pendek.

Sedangkan menyangkut penawaran agregat (AS), kaum klasik tidak membuat pembedaan antara kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) dan kurva penawaran jangka panjang (LRAS). Kurva penawaran agregat kaum klasik didasarkan pada asumsi bahwa pasar tenaga kerja berada pada keseimbangan dengan kesempatan kerja (employment) berada dalam kondisi full employment. Sedangkan kurva penawaran agregat jangka pendek (short-run aggregate supply curve,SRAS) menurut Keynes hanya akan bergeser secara perlahan apabila suatu

perekonomian berada diluar tingkat pengangguran alamiah (natural rate of

(27)

24

Daftar Pustaka

https://myfebieviana.wordpress.com/2015/04/21/penawaran-dan-permintaan-agregat/

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=

0ahUKEwifuba2korMAhUMkI4KHWT2DnQQFgghMAE&url=http%3A%2F%2

Fdwijayanto.staff.gunadarma.ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F34692%2F7.%2B

Gambar

Gambar 1.
Gambar 2
grafik atas. Sekarang meningkatkan tingkat harga dari P1 ke P2.

Referensi

Dokumen terkait

Application of Contextual Learning to Improve Critical Thinking Ability of Students in Biology Teaching and Learning Stategies, International Journal of Learning,

Hal tersebut yang menarik untuk diteliti yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh rasio keuangan pada tingkat profitabilitas perusahaan perbankan Indonesia,

Pada bagian ini dipaparkan mengenai pemanfaatan hasil penelitian ini sebagai bahan penyusunan buku pengayaan. Adapun buku pengayaan yang disusun berupa buku

aina

dakwah dapat dilakukan dengan cara yang lebih efektif serta bermanfaat serta kecerdasan umat Islam dapat ditingkatkan. Orang-orang yang berjuang di bidang pengetahuan, oleh

Hal ini dikarenakan bagian yang harus dicor yang cukup luas sehingga dengan menggunakan 2 vibrator harapanya waktu yang dibutuhkan untuk proses pengecoran akan

kekuatan siswa dalam menyelesaikan soal-soal atau masalah yang diberikan

PEMBUDIDAYAAN TANAMAN OBAT KELUARGA SEBAGAI MEDIA EDUKASI UNTUK SISWA SMK.