• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KETERSEDIAAN THORIUM UNTUK MENINGK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI KETERSEDIAAN THORIUM UNTUK MENINGK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KETERSEDIAAN THORIUM UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN

ENERGI NUKLIR

Abimanyu Bondan, Siti Alimah, Hadi Suntoko

Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir-BATAN,Jl Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta, 12710 email: bondan.wicaksono@batan.go.id

ABSTRAK

STUDI KETERSEDIAAN THORIUM UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN ENERGI NUKLIR. Kajian ketersediaan thorium untuk meningkatkan penyediaan bahan bakar nuklir dilakukan. Saat ini sebagian besar reaktor nuklir di dunia telah menggunakan bahan bakar uranium. Penggunaan bahan bakar uranium secara terus menerus akan menyebabkan menurunnya sumberdaya uranium. Oleh karena itu, bahan bakar nuklir alternatif seperti thorium perlu dikembangkan. Thorium adalah bahan fertil (dapat biak), sehingga penggunaannya sebagai bahan bakar, thorium harus diubah menjadi bahan fisil terlebih dahulu, yakni bisa dicampur dengan bahan fisil seperti uranium (U-235) diperkaya, plutonium (Pu-239) atau U-233. Thorium jika menyerap neutron akan menjadi U-233 yang menghasilkan energi sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar nuklir. Tujuan studi ini adalah mengetahui ketersediaan thorium untuk meningkatkan penyediaan bahan bakar nukir. Metodologi yang digunakan adalah kajian literatur dan analisis. Hasil studi menunjukkan bahwa sumberdaya spekulatif thorium di Indonesia tersebar di daerah sabuk granit timah sebesar 133.668 ton pada tahun 2016. Ketersediaan sumber daya thorium dunia terbesar adalah di negara India sebesar 846,000 ton.

Kata kunci: thorium, bahan fertil, uranium, bahan bakar nuklir, keamanan.

ABSTRACT

AVAILABILITY STUDY OF THORIUM TO INCREASE NUCLEAR ENERGY SCURITY. Study of the availability of thorium to increase the supply of nuclear fuel elements have been done. Nuclear reactors today use uranium fuel. The use of uranium as a nuclear fuel continuously will cause the availability of uranium reserves as a source of fissile material decrease. Therefore, an alternative raw materials such as thorium needs to be developed. Thorium is a fertile material. Therefore for use as a fuel, thorium mixed with fissile material such as enriched uranium (U-235), plutonium (Pu-239) or U-233. In case of absorbing neutrons Thorium will be U-233 and produces energy that can be used as nuclear fuel. The aim of this study was to determine the availability of thorium to increase the supply's nuclear fuel. The methodology used is a literature review and analysis. The study shows that the speculative thorium resources in Indonesia spread in the Granite Belt region of 133 668 tonnes in 2016. The availability of the world's largest thorium resource is in India amount of 846,000 tons.

Keyword: thorium avibility, fertile material,uranium, nuclear fuel element,

PENDAHULUAN.

Dewasa ini, teknologi reaktor nuklir yang sedang beroperasi di dunia sebagian besar menggunakan bahan bakar uranium. Penggunaan bahan bakar uranium secara terus menerus akan menyebabkan cadangan uranium semakin lama semakin menipis. Oleh karena itu, bahan bakar alternatif untuk meningkatkan penyediaan bahan bakar nuklir perlu dikembangkan, yaitu thorium. Penggunaan thorium sebagai bahan bakar, adalah dalam bentuk thorium oksida (berkisar 60-70%) yang dicampur dengan bahan fisil uranium (U-235) diperkaya, plutonium (Pu-239) atau U-233 yang diperoleh dari olah ulang bahan bakar thorium [1,2]. Karena thorium merupakan bahan dapat biak, yang apabila menyerap neutron akan dikonversi menjadi bahan fisil (bahan dapat belah). Proses perubahan ini dapat dijelaskan sebagai berikut: thorium jika menyerap neutron dan selama lebih kurang 28 hari akan menjadi U-233 yang sifanya fisil sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar reaktor nuklir.

(2)

berpendingin gas (HTGR) dengan menggunakan thorium sebagai bahan bakar juga telah dioperasikan, yaitu Dragon (Inggris), Peach Bottom (Amerika Serikat), AVR (Jerman), THTR (Jerman) dan Fort St. Vrain (Amerika Serikat) [3]. Reaktor temperatur tinggi generasi IV berbahan bakar thorium juga telah didesain, yaitu PBMR (Afrika Selatan), GTMHR (USA), reaktor lelehan garam (MSR) dan reaktor berbasis akselerator atau Accelerator Driven System(ADS). Perkembangan lain pemanfaatan thorium pada CANDU-6 (PHWR), adalah dalam tahap perhitungan desain. Thorium juga telah diteliti sebagai bahan bakar reaktor cepat dengan daya 100MWe pada Advanced Fast Reactor-100 (AFR-100).

Thorium ada dalam beberapa bentuk isotop, diantara yang tersedia di alam, lebih dari 99,99% thorium alam adalah thorium-232 (bahan yang akan diubah menjadi bahan bakar nuklir), sisanya adalah thorium-230 dan thorium-228 [4]. Thorium alam ditemukan dalam mineral monasit, thorit (thorium silikat), orangit dan thorianit (mineral radioaktif yang tersusun dari thorium oksida dan uranium) [5]. Diantara berbagai mineral tersebut, monasit memiliki kandungan thorium cukup tinggi, yaitu dapat mencapai sekitar 12%, namun rata-rata mengandung sekitar 6-7%[5]. Pemanfaatan thorium sebagai bahan bakar nuklir akan menghasilkan nilai tambah pasir monasit yang sangat tinggi. Untuk mendapatkan sejumlah energi yang sama, dibutuhkan thorium yang lebih sedikit, sebagai contoh untuk mendapatkan listrik sebesar 1 giga watt dibutuhkan 4 juta ton batubara, sementara dengan uranium membutuhkan 200 juta ton, dan dengan menggunakan thorium hanya membutuhkan 100 ton.

Saat ini, BATAN berencana membangun dan mengoperasikan Reaktor Daya Eksperimental (RDE) untuk mendukung kebijakan pemerintah di bidang energi dan ketenagalistrikan. RDE direncanakan untuk mendemonstrasikan teknologi pembangkitan listrik dan aplikasi panas proses untuk industri, sehingga RDE akan bertipe HTGR. Reaktor HTGR merupakan salah satu PLTN yang dapat menggunakan bahan bakar berbasis thorium, meskipun masih perlu dilakukan penelitian dan pengembangan terlebih dahulu.

Untuk mengetahui agar ketersediaan bahan bakar nuklir berbasis thorium tidak menemui kendala di kemudian hari, maka studi ketersediaan thorium untuk produksi bahan bakar reaktor perlu dilakukan. Oleh karena itu tujuan penulisan makalah ini adalah mengetahui ketersediaan thorium untuk meningkatkan penyediaan bahan bakar nuklir. Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalahkajian literatur dan analisis. Hasil studi diharap dapat menjadi masukan penyediaan bahan bakar nuklir, guna menyongsong pembangunan RDE di Indonesia.

TEORI

Thorium ditemukan dalam jumlah kecil di beberapa batuan dan tanah. Beberapa kelebihan thorium sebagai bahan bakar dibanding uranium adalah thorium tidak perlu pengkayaan, limbah aktivitas tinggi dan berumur panjang lebih rendah dibandingkan bahan bakar uranium, keterdapatan thorium lebih banyak 3-4 kali dibanding endapan uranium. Thorium terdapat dalam mineral thorianit, ytrokrasit, zirkelit, zirkon, thorit, thalenit, thortveit, gadolinit, alanit, schelkinit, xenotim dan monasit [6]. Sifat-sifat kimia dari thorium dan logam tanah jarang (Rare Earth Element) pada dasarnya sama, sehingga pemisahannya sulit dan memakan waktu. Konsentrat tanah jarang harus diproses secara kimia untuk memisahkan dari komponen lain dari mineral pembentuk dan pengotor.

Karakteristik Endapan Thorium

Deposit Thorium biasanya berasosiasi dengan unsur-unsur tanah jarang lainya. Seperti U,Ce,Y,Li dan unsur tanah jarang lainya. Ada beberapa model keterdapatan deposit U-Th, diantaranya yang berhubungan dengan proses magmatisme dan model deposit yang berhubungan dengan sedimentasi. Tipe deposit yang berhubungan dengan proses magmatisme diantaranya adalah IOCG (Iron Oxide Copper Gold), Intrusive – pegmatite hosted dan Volcanic – Caldera hosted, batuan tersebut dapat menjadi batuan induk atau batauan sumber mineral Thorium. Batuan induk yang mengandung thorium kemudian tererosi dan tersaring secara alamiah, endapan thorium akan terakumulasi pada endapan-endapan sungai dan pantai. Tipe deposit Uranium-Thorium sedimen diantaranya Sedimentary Phoporite (disebut sebagai tipe Phosporite), Tipe Black Shale, dan tipe Sandstone Host. Deposit ini kebanyakan berasal dari cekungan-cekungan sedimen tua [7].

(3)

pneumatolitik–hidrotermal tinggi dan fase terakhir adalah hipotermal–mesotermal. Fase yang terakhir ini merupakan fase terpenting dalam penambangan karena mempunyai arti ekonomis dimana larutan yang mengandung timah dan monasit dengan komponen utama silika (SiO2) mengisi perangkap pada jalur sesar, kekar, dan zona lemah lainnya. Sedangkan

untuk cebakan monasit sekunder terbentuk dari cebakan monasit primer yang mengalami pelapukan, tererosi, tertransportasi, dan terendapkan sebagai endapan koluvial, kipas aluvial, aluvial sungai, maupun aluvial lepas pantai. Endapan monasit primer pada umumnya terdapat pada batuan granit,sedangkan endapan monasit sekunder terdapat pada sungai-sungai tua dan dasar lembah baik yang terdapat di darat maupun di laut. Granit merupakan batuan sumber dan endapan aluvial merupakan tempat akumulasi monasit sekunder [5].

Cebakan endapan Thorium membentang sepanjang Malaysia, Pulau Bangka, Belitung, dan Kalimantan Barat. Mineralisasi thorium dipengaruhi oleh proses geologi sebagai berikut:

1. Alterasi hidrotermal, yaitu perubahan mineralogi dan komposisi kimia yang terjadi ketika batuan berinteraksi dengan larutan hidrotermal [8]. Sehingga mineralisasi granit berubah dan muncul kandungan thorium.

2. Proses Pelarutan dan pengendapan thorium akibat air meteorik

3. Proses Supergene, yaitu anomali kandungan thorium pada tanah laterit sedangkan pada batuan sekitarnya tidak terlalu tinggi.

Ketersediaan Thorium

Kelimpahan thorium dapat mencapai 3-4 kali lebih banyak dibanding uranium alam dan belum tereksploitasi secara komersial sehingga dapat menjaga keberlangsungan energi nuklir. Untuk melihat ketersediaan bahan baku thorium di pasaran dunia maka perlu dilihat berbagai produsen/pemasok thorium di dunia. Tabel 1 memperlihatkan perkiraan sumber thorium di dunia [9].

Tabel 1. Perkiraan sumber thorium di dunia [9] No Nama Negara Jumlah Thorium (ton)

1 India 846,000

2 Brasil 632,000

3 Australia 595,000

4 Amerika Serikat 595,000

5 Mesir 380,000

6 Turki 374,000

7 Venezuela 300,000

8 Kanada 172,000

9. Rusia 155,000

10. Afrika 148,000

11. China Selatan 100,000

12. Norway 87,000

13. Greenland 86,000

14. Finland 60,000

15. Sweden 50,000

16. Kazakhstan 50,000

17. Negara lain 1,725,000

Total 6,355,000

Monasit merupakan mineral yang mengandung unsur-unsur tanah jarang (REE) yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Thorium, uranium, scandium, yitrium dan 15 unsur-unsur yang termasuk dalam lantanida bisanya terdapat dalam mineral monasit. Monasit dapat ditemukan sebagai endapan plaser pantai dan sungai. Monasit sebagai limbah hasil penambangan timah di Pulau Bangka menghasilkan unsur uranium, thorium, RE dan fosfat. Monasit memiliki kandungan thorium berbeda-beda, tergantung dari proses terbentuknya, batuan sumber penyusun endapan monasit, dan proses yang bekerja selama endapan monasit tersebut terbentuk.

Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis monasit dengan perbedaan komposisi, yang tidak selalu mengandung unsur radioaktif seperti thorium, yaitu: monasit-(Ce) dengan formula (Ce,La,Nd,Th,Y)PO4, monasit-(La) dengan formula (La,Ce, Nd)PO4, dan

(4)

Untuk saat ini, ekstraksi unsur tanah jarang di dunia hanya ada di satu negara saja, yaitu Tiongkok dengan lebih dari 90% produksi dunia. Namun demikian Tiongkok juga sebagai konsumen terbesar unsur-unsur tanah jarang tersebut, terhitung 70% dari total produksi dunia [10]. Hasil produksi unsur-unsur tanah jarang dan kuota ekspor dari Tiongkok dapat dilihat di Gambar 1.

Gambar 1. Produksi dan kuota ekspor Rare Earth Element (REE) Tiongkok [10]

Monasit selain diperoleh dari batuan, juga diperoleh dari produk samping tambang timah. Di Indonesia terutama diperoleh dari hasil tailing penambangan timah. Dikarenakan Indonesia berada pada jalur Tin Belt, maka cadangan bijih timah beserta material ikutanya termasuk Monasit juga melimpah. Berdasarkan dari data Pusat Sumber Daya Geologi dalam neraca mineral logam tahun 2013, Indonesia mempunyai sumberdaya hipotetik monasit sebesar 1,5 milyar ton [11]. Dengan potensi sebesar itu maka pengolahan monasit di Indonesia menjadi sangat menarik terutama untuk menghasilkan thorium sehingga akan meningkatkan penyediaan bahan bakar nuklir.

Untuk memperoleh thorium dari monasit dilakukan proses pelindihan, pemisahan dan pengendapan. Selanjutnya dilakukan kalsinasi pada temperatur 1100oC untuk memperoleh serbuk thorium oksida. Sedangkan untuk meningkatkan serbuk thorium oksida menjadi grade nuklir dilakukan lagi proses ekstraksi, stripping, pengendapan dan kalsinasi. Selanjutnya dibentuk menjadi pellet dan bahan bakar, yang kemudian dirakit menjadi bahan bakar. Penggunaan bahan bakar nuklir berbasis thorium oksida umumnya berkisar antara 60-70% yang digunakan sebagai campuran dengan bahan bakar uranium oksida (UO2) di dalam bahan bakar nuklir reaktor eksperimental maupun reaktor daya[1].

PEMBAHASAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai sumber daya alam thorium, karena seperti diketahui Indonesia dilewati oleh jalur sabuk granit. Granit di Indonesia berasosiasi dengan timah yang dapat ditemukan di Jalur Timah, Diantaranya Bangka-Belitung, Kalimantan Barat (Karimata, Ketapang, Rirang, Tanah Merah). Selain itu juga penelitian sumberdaya thorium dilakukan di daerah Mamuju, Sulawesi Barat, Daerah Mamuju merupakan daerah eksplorasi baru yang cukup menarik, karena memiliki kadar Th dan U yang cukup tinggi. Kadar Th dan U yang tinggi dalam batuan terdapat di sebaran batuan vulkanik Adang [12].

Sumber daya thorium di Pulau Bangka bertipe cebakan plaser atau cebakan yang dipengaruhi oleh proses endapan sungai. Keberadaan thorium di Pulau Bangka terutama hanya terdapat dalam mineral monasit, yang dikategorikan sebagai cebakan (deposit) monasit yang terendapkan dan terkonsentrasi sebagai cebakan plaser baik sebagai plaser sungai maupun plaser pantai, seperti cebakan plaser monasit yang terdapat di Australia dan India [5]. Selain Bangka Belitung potensi sumberdaya thorium juga terdapat di pulau

(5)

Singkep [13,14] yang memikiki setting geologi yang sama dengan Bangka Belitung. Sama halnya dengan Pulau Bangka, keberadaan sumberdaya thorium yang ada di Kalimantan Barat juga berasal dari endapan plaser. Sebaran endapan thorium terakumulasi pada endapan sungai, rawa, dan pantai. mineral radioaktif dalam mineral berat dikenali dari data hasil analisis butir. Keberadaan thorium di daerah Kepulauan Riau sampai Kalimantan Barat berkaitan dengan sebaran batuan granitik dan endapan placer hasil lapukannya. Batuan granitik berumur Trias tersebut merupakan bagian dari “sabuk granit timah” yang membentang dari Indochina – Semenanjung Thailand – Malaysia – Kepulauan Riau – Bangka Belitung – Kalimantan Barat dan kaya dengan endapan timah [12]

Proses pembentukan dan akumulasi thorium di daerah Mamuju berbeda dengan pembentukan di Bangka Belitung dan Ketapang Kalimantan Barat. Proses akumulasi thorium di Kabupaten Mamuju lebih terkait dengan proses vulkanisme batuan alkalin basal, alterasi hidrothermal, pengkayaan supergen dan lateritisasi. Pada beberapa sampel batuan dari batuan vulkanik Adang dilakukan analisis XRF. Kadar thorium yang terdapat di dalam batuan mencapai 1100 ppm pada beberapa sampel batuan yang diambil [15]. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sampai dengan tahun 2016 sumberdaya spekulatif thorium di Indonesia adalah 133.668 Ton. Dengan jumlah sumberdaya di Pulau Bangka Belitung paling besar dengan 126.207 ton, jumlah sumberdaya spekulatif di Ketapang sebesar 4.707 ton, Singkep Kepulauan Riau sebesar 433 ton, dan di Kabupeten Mentawa, Dereb dan Katingan Provinsi Kalimantan Barat sebesar 2.261 ton [16]. Keterdapatan sumberdaya spekulatif thorium di Indonesia sampai dengan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Peta sumberdaya spekulatif thorium di Indonesia (update 2016) [16]

Proses ekstraksi thorium dari alam telah diupayakan. dalam skala laboratorium. proses ekstraksi dengan metode pegendapan telah dikuasai. Di Indonesia telah diperoleh hasil kajian untuk mendapatkan ThO2 melalui proses penggerusan, dekomposisi, filtrasi sampai dengan pengendapan untuk mendapatkan ThO2 dari monasit [17,18]. Dan hasil dari

uji laboratorium pengolahan monasit menjadi logam tanah jarang (RE) oksida telah dikembangkan dengan hasil berupa RE2O2 sebanyak 45kg dengan kemurnian 93,59% dan

Th 1143 ppm [19]. Dengan dikuasainya teknologi produksi thorium dari pengolahan monasit maka prospek produksi thorium akan meningkat.

(6)

thorium menyerap neutron maka dihasilkan U-233 yang bersifat fisil [1]. Penggunaan bahan bakar thorium bertujuan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar uranium oksida dan sebagai bahan bakar alternatif sehingga keamanan dan kemandirian energi nuklir dapat terjamin.

Gambar 3. Proses peluruhan Th-232 menjadi U-233 setelah menyerap neutron [1] Beberapa reaktor daya dan reaktor eksperimen yang telah menggunahan thorium sebagai bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 2. Isotop fertil Th-232 bersifat seperti U-238, yang bila menyerap neutron akan menjadi Th-233, kemudian meluruh menjadi Pa-233 dengan memancarkan β, dan selanjutnya akan meluruh menjadi isotop fisil U-233 [20].

(1)

Tabel 2. Penggunaan Thorium Pada Reaktor Daya Dan Ekperimen [3]

Nama dan

Negara Tipe Power Bahan Bakar Masa Operasi

(7)

Shippingport &

Sumberdaya spekulatif thorium di Indonesia saat ini terdapat di sepanjang sabuk granit timah yang membentang dari Kepulauan Riau, Bangka Belitung sampai Kalimantan Barat serta potensi kandungan thorium di daerah Mamuju Sulawesi Barat diperkirakan sejumlah 133.668 ton. Ketersediaan sumber daya thorium dunia terbesar terdapat di negara India. Dengan adanya sumber daya thorium di Indonesia dan dunia, maka ketersediaan ini dapat meningkatkan penyediaan bahan bakar nuklir.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis sampaikan pada Kepala Pusat PKSEN Bapak Yarianto Sugeng Budi Susilo dan Kepala Bidang Kajian Data Tapak Bapak Sriyana. yang telah memberikan arahan dan masukan dalam penulisan. Serta Kepala Bidang Eksplorasi Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir, Bapak Heri Syaeful yang telah mendukung dalam penulisan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Purwadi Kasino Putro, dkk., “Pembuatan Serbuk Thorium Oksida dari Pasir Monasit

sebagai Bahan Bakar Nuklir”, Laporan Teknis Program Intensif Peneliti dan Perekayasa, Ristek 2010.

2. Palanki Balakrishna, “ThO2 and (U,Th)O2 Processing- A Review”, natural science Vol. 4, November 2012.

3. IAEA, “Thorium Fuel Cycle–Potential Benefits and Challenges”, IAEA-TECDOC-1450, 2005

4. “Chemical and Physical information”, http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp147-c3.pdf diakses Februari 2013.

5. Ngadenin, H. Syaeful, K. S. Widana, and M. Nurdin, “Potensi Thorium dan Uranium

di Kabupaten Bangka Barat”, Eksplorium, vol. 35, no. 2, pp. 69–84, 2014

6. Erlan Dewita, “Analisis Potensi Thorium Sebagai Bahan Bakar Nuklir Alternatif PLTN”, Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, Vol 14. No. 1, Juni 2012

7. Saleem S Drera, Klara I Bjork, Julian F Kelly, “Thorium Fuef Production And Results

From Begining Of Life Irradiation”, Progress in Nuclear Energy, 2013.

8. Browne P.R.L., 1991, “Hydrothermal Alteration and Geothermal Systems”, Geology Lecture Course, University of Auckland, New Zealand.

9. World Nuclear Association, http://www.world-nuclear.org/info/Current-and-Future-Generation/Thorium/, diakses Februari 2017.

(8)

11. Pusat Sumber Daya Geologi ESDM, “Neraca Sumber Daya Mineral”, 2013.

12. Tjokrokardono Soeprapto, “Tinjauan Sumberdaya Monasit di Indonesia Sebagai Litbang/Industri Superkonduktor”, Seminar IPTEK Nuklir dan Pengelolaan Sumberdaya Tambang,Vol 11, Mei 2002

13. Bambang Soetopo, dkk, “Laporan Eksplorasi Thorium di Jalur Timah, Tahapan Survei

Tinjau”, PTBGN-BATAN, 2015

14. Ngadenin dan Adhika Junara K, “Identifikasi Keterdapatan Mineral Radioaktif Pada

Granit Muncung Sebagai Tahap Awal Untuk Penilaian Prospek uranium dan Thorium

di Pulau Siangkep”, Eksplorium, Vol 37 No 2, Hal 63-72, 2016

15. I Gde Sukadana, dkk, “Tectonic Setting of Adang Volcanic Complex in Mamuju Region, West Sulawesi Province”, Eksplorium, Vol 36 No.1 Hal 31-44, Jakarta, 2015 16. PTBGN, “Sumberdaya Mineral Radioaktif di Indonesia”, Laporan Teknis, 2016, tidak

dipublikasi.

17. Hafni Lissa N, dkk, “Kebutuhan Desain Awal Pada pilot Plant Pengolahan Monasit

Menjadi Thorium Oksida (ThO2)’, Eksplorium, Vol 35, No 2 Hal 131-141, Jakarta, 2014

18. Kurnia Trinopiawan dan Sumiarti, “Pemisahan Thorium dari uranium pada Monasit

dengan Metode Pengendapan”, Eksplorium Vol 33 No 1 Hal 55-62, 2012.

19. Hafni Lissa N, dkk, “Kebutuhan Desain Awal Pada pilot Plant Pengolahan Monasit

Menjadi Thorium Oksida (ThO2)’, Eksplorium, Vol 35, No 2 Hal 131-141, Jakarta,

2014

20. Liu Chanyun, “Design and Neutronic of Thotium Fuel in pressurized Water

Gambar

Tabel 1. Perkiraan sumber thorium di dunia [9]
Gambar 1.  Produksi dan kuota ekspor Rare Earth Element (REE) Tiongkok [10]
Gambar 2.  Peta sumberdaya spekulatif thorium di Indonesia (update 2016) [16]
Tabel 2. Penggunaan Thorium Pada Reaktor Daya Dan Ekperimen [3]

Referensi

Dokumen terkait

Kabupaten Ogan Komering Ilir No... Kabupaten Ogan Komering

Cervical radikulopathy , Pada cervical radiculopathy terdapat iritasi radix pada daerah cervical karena berbagai penyebab, antara lain penjepitan radix secara

Menurut WHO (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi risiko jatuh adalah faktor risiko biologis, faktor risiko perilaku, faktor risiko lingkungan, dan faktor risiko

  19  FIGUR 17, BESKRIVELSE AV GJENNOMFØRINGER SAMT PLASSERING AV MÅLEUTSTYR  ... 

Hasil penelitian ini diperkuat penelitian dari Santoso [13] bahwa portofolio bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman siswa,

Tanah pada kelas ini dinilai cukup sesuai untuk penggunaan lahan pertanian secara umum, yang umumnya mempunyai kualitas sedang dengan kisaran penggunaan atau

Delapan Kunci Sukses Investasi Emas, karya Puji Chandra (2011) mengulas tentang kiat-kiat menjadi kaya secara otodidak dengan cara berinvestasi emas.Buku ini tidak banyak

dianggap sebagai akad jual beli ( mura>bah}ah ) dan dimintai margin keuntungan sesuai dengan nominal uang yang diberikan kepada anggota. Praktek pembiayaan mura>bah}ah di