• Tidak ada hasil yang ditemukan

rezim partai politik sebagai bentukan pa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "rezim partai politik sebagai bentukan pa"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HENDRO MULIARTO (25411021) 1

Rezim Politik Multi Partai Bentukan Partisipatory

Governance Dan Network Power Indonesia

Abstrak

Banyaknya partai politik di Indonesia menandakan banyaknya perbedaan pendapat dan kepentingan di Indonesia, bentukan sistem pemerintahan dengan banyak parpol ini juga menghambat dan memperlama pembuatan suatu keputusan. Dikarenakan suatu keputusan harus sesuai dengan kepentingan masing-masing partai politik yang memiliki tujuan berbeda, andai saja tujuan semua partai politik adalah untuk memajukan Indonesia maka logikanya tidak akan ada banyak partai politik dikarnakan partai politik merupakan gambaran dari keinginan sekelompok orang yang berkuasa atau memiliki kekuasaan. Di Indonesia multi partai merupakan suatu bentukan dari partisipatori governance, namun apakah dengan multi partai bisa membuat percepatan pembangunan dan percepatan kemajuan bangsa? Pertanyaan yang muncul lainnya adalah apakah yang diutamakan partai politik adalah seluruh bangsa Indonesia atau bangsa Indonesia sesuai golongan dan kepentingan mereka masing-masing dan merupakan gambaran dari pembangunan rezim masing-masing partai politik?

Pendahuluan

Perkembangan sistem pemerintahan di Indonesia sangat beragam dimulai dari 1955, walaupun sudah merdeka sejak 1945, pemilu sebagai syarat negara demokrasi baru bisa dilaksanakan Indonesia sepuluh tahun kemudian. Pemilu sebenarnya sudah direncanakan tahun 1946 namun tidak terlaksananya Pemilu pertama pada bulan Januari 1946 seperti yang diamanatkan oleh Maklumat 3 Nopember 1945, paling tidak disebabkan 2 (dua) hal :

1. Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu. 2. Belum stabilnya kondisi keamanan negara akibat konflik internal antar kekuatan politik

yang ada pada waktu itu, apalagi pada saat yang sama gangguan dari luar juga masih mengancam.

Dalam masa tersebut pemerintah masih disibukan dengan masalah konsolidasi dalam dan luar negeri. Setelah dinilai siap pada tahun 1955 dimulailah pemilu di Indonesia sampai saat ini. Berdasarkan jumlah partai yang mengikuti pemilihan umum dapat dilihat inkonsistensi dalam pemilu di Indonesia, berdasarkan sumber yang didapat dari wikipedia dari tahun ke tahun terdapat perbedaan jumlah partai yang mengikuti pemilu,

Tabel 1 jumlah partai politik dipemilu Indonesia

Tahun Jumlah

(2)

HENDRO MULIARTO (25411021) 2

1971 10

1977-1997 3

1999 48

2004 24

2009 38

2014 12

Sumber : Wikipedia

Dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan jumlah partai ditiap periode pemilu di Indonesia, banyaknya partai di Indonesia mengidentifikasikan keberagaman di Indonesia, baik keberagaman suku, ras, dan kepentingan. Walaupun partai dipandang sebagai bentuk dari partisipasi partisipasi masyarakat dalam pemerintahan, penyalur dan penampung aspirasi masyarakat dalam pemerintahan, namun ketidak konsistenan jumlah partai menandakan kepentingan yang berubah-ubah per periode pemilu di Indonesia. Selain banyak kepentingan kelompok, kecenderungan bangsa Indonesia yang tidak mau mengambil nilai atau titik ekstrim dalam suatu keputusan juga menjadi suatu penyebab terbentuknya banyak partai.

Keunikan kondisi partai politik di Indonesia adalah sekarang ini partai politik diisi oleh orang-orang yang awalnya satu partai, hal ini mengindentifikasikan bahwa partai bergantung pada seorang atau sebagian orang, jika kelompok tersebut tidak berhasil berkuasa di partai politik tertentu maka mereka akan pindah atau membentuk suatau partai politik yang baru, hal ini menjelaskan keberagaman kepentingan di Indonesia. Keberagaman kepentingan ini mendorong timbulnya keinginan suatu kelompok unutk membuat rezim sendiri agar bisa memenuhi kepentingan sendiri dan menghambat kepentingan kelompok lain, tidak jarang ada dua atau lebih partai politik atau kelompok yang bersiteru dikarnakan berbeda kepentingan dalam pemerintahan Indonesia, dan saat ini makin terlihat jelas dengan pemberitaan media dimana-mana. Dengan berpijak pada demokrasi, pembentukan partai politik yang berbasiskan kepentingan sebagian kelompok dianggap wajar sebagai media penyaluran aspirasi, namun dewasa ini makin terlihat jelas siapa dan apa yang dibela oleh partai-partai politik tersebut. Saat ini partai politik lebih cendrung pada sekelompok orang tanpa memperhatikan nasip seluruh bangsa Indonesia, sehingga bentukan partisipasi model ini dapat dianggap hanya menguntungkan sebagian pihak, dengan menguasai pemerintahan, partai politik yang berkuasa dapat menjalankan kebijakan dan memutuskan suatu persoalan berdasarkan kepentingan partai tersebut.

(3)

HENDRO MULIARTO (25411021) 3

menghadirkan kebingungan dalam pangambilan keputusan di pemerintahan sehingga menjadikan pemerintahan berjalan tidak efektif dan banyak terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan. Dan dengan pergeseran konsep goverment dan governance pengambilan keputusan semakin melibatkan banyak pihak yang membuat banyak kepentingan masuk dan ketidakefektifan dalam pemerintahan.

Tinjauan pustaka

Negara Indonesia merupakan negara demokratis dengan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar, menjalankan sistem presidensial dan pemerintahannya dipilih melalui pemilu. Pemerintah di Indonesia dipilih melalui pemilu dengan kata lain merupakan pilihan masyarat yang merupakan gambaran dari partisipatory governance. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, pemerintah memiliki arti sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya. perkembangan pemikiran saat ini mengakibatkan perpindahan dari goverment ke governance yang mengakibatkan pembatasan kekuasaan pemerintah.

UN-ESCAP (2003) mendefenisikan govenance sebagai proses pengambilan keputusan dimana keputusan tersebut dijalankan atau tidak. Sedangkan defenisi governance dari para ahli antara lain

“Governance” merujuk kepada perkembangan gaya pemerintahan dalam batas-batas antara sektor publik dan privat dimana batasan tersebut menjadi buyar. (Rhodes, 1996; Stoker, 1997).

Konsep “governance” merujuk kepada pembentukan struktur atau pemerintahan yang tidak bisa dipaksakan dari luar, tetapi merupakan hasil interaksi multiplisitas dari pemerintahan dan satu sama lain dengan aktor lainnya (Kooiman dan Van Vliet, 1993)

Dalam perkembangannya ada pengalihan makna: mengacu pada sebuah proses baru memerintah

(governing), atau kondisi yang berubah dari aturan yang ditawarkan, atau metode baru dimana

masyarakat diperintah (Rhodes, 1996).

Untuk menduga kehadiran governance tanpa government adalah dengan memahami fungsi-fungsi yang harus dilakukan dalam sistem manusia yang berkelanjutan (Rosenau,1992) :

Governance sebagai cara di mana kekuasaan dilaksanakan dalam pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial suatu negara, terutama dengan pandangan untuk pembangunan (World Bank, 1992)

Maksud Governance sebagai teori dan subyek studi: untuk mengenali saling ketergantungan antara sektor publik, privat, dan sektor volunter di negara-negara berkembang (Stoker, 1997)

Governance: satu set alat manajerial baru, untuk mencapai tingkat efisiensi yang lebih baik dalam pelayanan publik (Stoker, 1997)

Dengan pengalihan dari goverment ke governance maka akan lebih banyak pihak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan sehingga pemerintah tidak bisa lagi membuat keputusan atau kebijakan atas dasar kemauan pemerintah.

Selain defenisi governance yang berkembang berkembang juga Five Propositions of Governance yaitu propoesi yang menunjukkan sejumlah pertimbangan aspek governance, antara lain

(4)

HENDRO MULIARTO (25411021) 4

2) Governance mengidentifikasi ketidakjelasan batasan dan tanggung jawab untuk mengatasi masalah sosial dan ekonomi.

3) Governance mengidentifikasi ketergantungan kekuasaan yang terlibat dalam hubungan antara lembaga-lembaga yang terlibat dalam tindakan kolektif .

4) Governance adalah tentang jejaring antar aktor yang mengatur dirinya sendiri secara otonom 5) Governance mengakui kapasitas untuk mendapatkan sesuatu dikerjakan yang mana tidak

tergantung pada kekuatan pemerintahan untuk memerintah atau menggunakan kewenangannya.

Pemerintah mampu menggunakan alat dan teknik baru untuk mengarahkan dan membimbing.

Bertolak belakang dengan governance yang memperhitungkan berbagai pihak dalam pengambilan keputusan, arah politik yang diinginkan sebagian kelompok penguasa adalah rezim. Rezim diartikan sebagai kelompok informal namun relatif stabil dengan akses ke sumber daya kelembagaan yang memungkinkan mereka untuk memiliki peran yang berkelanjutan dalam pengambilan keputusan pemerintahan (Stone, 1989)

Dengan terbentuknya suatu rezim maka penguasa bisa dengan mudah mengatur kebijakan dan mengarahkan kebijakan ke kepentingan sendiri atau kelompok. Dengan membuat susunan institusi-institusi yang didesain untuk menjalankan collective control, mempengaruhi masyarakat & ekonomi yang menjadi tanggung jawabnya, rezim bisa dengan mudah mengambil keuntungan dari segala kondisi dan sesuatu yang terjadi.

Di Indonesia pada masa pemilu tampak dengan jelas rezim yang dibentuk oleh satu partai, dari tabel hasil pemilu perperiode dapat dilihat dengan jelas partai yang menguasai pemerintahan lebih dari 10 tahun Tabel 2 Pemenang Pemilu Perperiode

Tahun Pemenang Tempat kedua Tempat ketiga

Partai politik

Jumlah kursi (dalam persen)

Partai politik

Jumlah kursi (dalam persen)

Partai politik

Jumlah kursi (dalam persen)

1955 PNI 57 (22.17%) Masyumi 57 (22.17%) NU 45 (17.51%)

1971 Golkar 360 (65.55%) NU 56 (21.79%) Parmusi 24 (9.33%)

1977 Golkar 232 (64.44%) PPP 99 (38.52%) PDI 29 (8.05%)

(5)

HENDRO MULIARTO (25411021) 5

Tahun Pemenang Tempat kedua Tempat ketiga

Partai politik

Jumlah kursi (dalam persen)

Partai politik

Jumlah kursi (dalam persen)

Partai politik

Jumlah kursi (dalam persen)

1987 Golkar 299 (74.75%) PPP 61 (15.25%) PDI 40 (10%)

1992 Golkar 282 (70.5%) PPP 62 (15.5%) PDI 56 (14%)

1997 Golkar 325 (76.47%) PPP 89 (22.25%) PDI 11 (2.75%)

1999 PDIP 153 (33.12%) Golkar 120 (25.97%) PPP 58 (12.55%)

2004 Golkar 128 (23.27%) PDIP 109 (19.82%) PPP 58 (10.55%)

2009 Demokrat 150 (26.79%) Golkar 107 (19.11%) PDIP 95 (16.96%)

2014 PDIP 109 (19.5%) Golkar 91 (16.3%) Gerindra 73 (13%)

Sumber : Wikipedia

Dikarenakan kemerdekaan berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan pikiran dan pendapat merupakan hak asasi manusia yang diakui dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang terdapat pada pasal 28, maka timbul banyak kelompok-kelompok politik yang berbasiskan kepentingan masing-masing kelompok yang ber potensi menjadi rezim-rezim baru. Namun keadaan ini lebih rumit lagi dikarenakan, Indonesia menganut multipartai dimana setiap golongan dalam masyarakat cenderung memelihara keterikatan dengan asal-usul budayanya dan memperjuangkan kepentingan melalui wadah politik tersendiri. (Surbakti 2010: 161), sehingga partai pemenang pemilu belum tentu bisa mengendalikan pemerintahan sendiri sehingga memerlukan kualisi dengan partai lain.

(6)

HENDRO MULIARTO (25411021) 6

Partisipatory governance adalah bentukan pemerintahan dengan basis keinginan masyarakat, sehingga diharapkan dapat menjawab kebutuhan dan menjadikan masyarakt terlibat dalam kebijakan tersebut, salah satunya dengan melakukan partisipasi politik. Partisipasi politik merupakan aktifitas masyarakat yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Partisipasi politik dilakukan orang dalam posisinya sebagai warga Negara, bukan politikus atau pegawai negeri.Partisipasi politik ini pun bersifat sukarela dan bukan dimobilisasi oleh Negaramaupun partai yang berkuasa (Basri, 2011: 97). B. Guy Peters, 1996, membahas berbagai bentukan tata pemerintahan termasuk participatory governance

Tabel 3 Visi Negara dan Tata Pemerintahan Model pemerintahan (B. Guy Peters 1996)

Market

Monopoly Hierarchy Permanence Internal Regulation

Public Interest Low cost Involvement; consultation

Low cost; coordination

Creativity; activism

Politik .. .Dapat didefinisikan secara sederhana sebagai kegiatan dimana kepentingan yang berbeda dalam suatu unit penguasa yang didamaikan dengan memberikan mereka bagian dari kekuasaan sebanding dengan kepentingan mereka untuk kesejahteraan dan kelangsungan hidup seluruh masyarakat (Crick,1982)

(7)

HENDRO MULIARTO (25411021) 7

mempengaruhi proses pengambilan keputusan politik. Dan secara kelembagaan di sini kekuatan politik sebagai lembaga atau organisasi ataupun bentuk lain yang melembaga dan bertujuan untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam sistem politik.

Baktiar Efffendi (2000: 197) : Mengemukakan bahwa kekuatan-kekuatan politik adalah segala sesuatu yang berperan dan berpengaruh serta terlibat secara aktif didalam dunia politik. Beliau juga membagi kekuatan politik menjadi dua sub bagian besar, yakni kekuatan politik formal dan kekuatan politik non-formal. Dengan menguasai politik dan membuat rezim, kelompok-kelompok yang berkepentingan tersebut mangambil berbagai macam keuntungan dari kebijakan dan sumber daya yang berhasil mereka dapatkan, hal ini yangditakutkan terjadi lagi di Indonesia dimana sebagian besar masyarakat masih belum berpolitik dengan baik sehingga fungsi kontrolnyapun tidak berjalan dengan optimal.

Masalah

Perkembangan dari orde lama ke orde baru dan runtuhnya orde baru menimbulkan berbagai macam kekuatan politik, sejalan dengan perubahan dari goverment ke governence yang menandakan pemerintah tidak lagi memegang peran penuh dalam pengambilan kebijakan. Pengambilan kebijakan saat ini dipengaruhi berbagai macam partisipan, diantaranya

1. Mahasiswa dan angkatan muda 2. Golongan cendikiawan

3. Partai politik 4. Pengusaha

Pergeseran dari goverment ke governance menyebabkan peran pemerintah tidak lagi sekuat dulu, dan runtuhnya orde baru menyebabkan munculnya banyak partai sehingga persaingan menguasai pemerintahan menjadi semakin ketat dan komplit. Perkembangan politik menunjukan bahwa kebanyakan partai politik dikuasai atau ditenggarai oleh pengusaha yang memiliki kepentingan sendiri yang berkaitan dengan pemerintah sehingga sangat terpengaruh kebijakan pemerintah. Dengan banyaknya persaingan cara paling aman dan cepat untuk mendapatkan keuntungan dari kebijakan pemerintah adalah dengan membuat sendiri kebujakan yang menguntungkan pihak tertentu, dengan kata lain terun sebagai pengambil keputusan sehingga kebijakan yang dibuat selalu bisa diatur sejalan dengan kepentingan yang dimiliki.

Dengan gambaran keuntungan yang besar banyak yang pemilik kepentingan yang asalnya bukan politikus menjadi politikus dadakan sehingga membuat kebijakan yang dihasilkan tidak berdasarkan kepentingan masyarakat secara luas dan tidak berpolitik dengan baik. Hal ini manyebabkan sistem multi partai di Indonesia menjadi contoh partisipatory governance yang buruk. Sistem multi partai dianggap sebagai representatif kehadiran partisipasi masyarakat dalam politik, namun apakah sistem multi partai mampu merepresentasikan keinginan semua masyarakat tanpa pengecualian atau hanya representasi dari keinginan sebagian kelompok yang berkuasa?

Pembahasan

(8)

HENDRO MULIARTO (25411021) 8

mengindikasikan adanya beberapa kelompok yang memiliki kepentingan sendiri dan mengatasnamakan partisipasi politik untuk meraup keuntungan pribadi.

Salah satu kelemahan sistem partisipatory governance adalah sistem ini sangat rentan dengan pemanfaatan network power dan monopoli. Hal ini berarti kelompok-kelompok tertentu bisa saja menguasai semua sumberdaya dan mengatur kebijakan berdasarkan kepentingan kelompok. Di Indonesia fenomena ini dapat dilihat dari sistem multi partai, sistem ini mengarahkan Indonesia pada politik yang semberaut dan kepentingan kelompok yang saling berbenturan sehingga tidak memperhatikan lagi kepentingan rakyat Indonesia sendiri. Padahal ada enam prinsip administrasi public yang seharusnya dimainkan perannya oleh pemerintah yang berkuasa, yaitu

• Civil service yang tidak berpolitik

• Hierarki dan aturan

• Permanen dan stabilitas

• Civil service yang terlembaga

• Peraturan internal

• Persamaan

Namun kesetiaan pada partai dan kelompok mengalahkan kesetiaan pada rakyat sehingga menghambat kemajuan bangsa.untuk memperbaiki sistem participatory governance di Indonesia diperlukan tinjauan ulang unuk desain kelembagaan yang meningkatkan keefektifan participatory governance

1. Devolution : mewujudkan tata kelola partisipatif diperlukan reorganisasi aparatur melalui penyerahan kewenangan politik kepada unit/lembaga lokal yang memiliki otoritas publik

2. Centralized Supervision and Coordination : Meskipun memiliki berbagai otoritas, bukan berarti unit/lembaga lokal sepenuhnya otonom, namun tetap bertanggungjawab dan akuntabel terhadap lembaga diatasnya. Kantor pusat bertanggungjawab untuk memperkuat lembaga lokal melalui koordinasi, distribusi sumberdaya, konsultasi/ bimbingan teknis, difusi inovasi, dll (coordinated decentralization).

3. State-Centered, not voluntaristic : Berupaya untuk merubah mekanisme kekuasaan pemerintah menjadi deliberative-democratic yang dimobiliasi di tingkat grassroot secara permanen . Transformasi ini merupakan cara untuk menginstitusionalisasikan partisipasi dari masyarakat biasa Adapun kelebihan dan kekurangan sistem multi partai di Indonesia yang dapat di identifikasi adalah, Kelebihan sistem multi partai ini adalah:

1. Sebagai bentukan dari praktek demokrasi berbangsa dan bernegara yang baik

2. Sekumpulan rakyat bisa menyalurkan aspirasi melalui partai atau membuat partai sendiri 3. Rakyat bebas bersuara melalui partai politik masing-masing ataupun secara individu 4. Terbentuknya oposisi sebagai bentukan pengawasan penguasa

Kekurangan sistem multi partai antra lain

1. Persaingan antar partai politik menjadi tidak sehat

(9)

HENDRO MULIARTO (25411021) 9 3. Hambatan dalam kinerja kepemerintahan semakin besar

4. Partai politik yang haus akan kekuasaan cendrung melakukan politik kotor dengan uang dll. 5. Perpecahan antar dan inter partai sering terjadi, kader dari masing-masing partai bisa

berpindah-pindah jika kepentingannya tidak bisa diakomodasi partai atau tidak mendapatkan kekuasaan di partai tersebut

6. Pemerintah tidak lagi setia pada rakyak melainkan pada partai dan isu mempertahankan kekuasaaan 7. Menimbulkan konflik SARA

8. Akibat kekuatan antar partai yang tidak terlalu jauh, maka cendrung ada politik bagi-bagi

kekuasaan

9. Bagan pemerintahan menjadi semakin gemuk dan tidak efisien.

10. Biaya politik yang dikeluarkan semakin besar dengan adanya banyak partai, contohnya untuk

pemilu, semakin banyak partai yang mengikuti pemilu semakin banyak dana yang dikeluatkan untuk pemilu.

11. Menimbulkan fenomena golput akibat kebingungan akan pilihan partai dan kepentingnannya 12. Pencitraan partai politik mengakibatkan banyak uang yang diinvestasikan kepada hal yang tidak

ada sangkutannya dengan kesejahteraan rakyatcontohnya sticker, baliho, spanduk, bendera dan iklan politik.

Sistem multi partai sebenarnya merupakan sistem yang baik jika masyarakat bisa membedakan kepentingan partai dan kepentingan bangsa dan tentunya lebih mengutamakandan setia pada kepentingan bangsa. Sistem ini membuat pengambilan aspirasi dari masyarakat menjadi lebih besar dan luas tapi juga membuat sistem tersebut menjadi tidak efektif dengan semakin banyaknya informasi yang diolah dan dan semakin besarnya distorsi informasi. Oleh karna itu hierarki yang hampir datar diperlukan dalam sistem ini, terlebih lagi pengawasan pada sistem ini haruslah lebih ditingkatkan mengingat banyak pihak bisa mengekspolitasi kekuasaan dan menciptakan rezim untuk kepentingannya.

Kesimpulan

Dikarenakan dasar pancasila dan demokrasi yang dianut Indonesia maka Indonesia tidak cocok dengan sistem satu partai, namun tidak efektif juga dengan jumlah partai yang berubah-ubah, sehingga diperlukan pembatasan jumlah partai yang ada di Indonesia.

Sebagai media penghubung antara masyarakat dan negara seharusnya partai bertindak berdasarkan kepentingan bangsa dan negara bukan berdasarkan kepentingan sekelompok orang atau pemenuhan hasrat berkuasa dan pembentukan rezim-rezim baru.

Dengan banyaknya partai politik dengan berbagai kepentingannya diperlukan golongan mahasiswa dan golongan muda, cendikiawan yang menjaga agar segala kebijakan yang diambil pemerintah adalah pro rakyat dan bukan merupakan kebijakan yang dibuat untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Tambahan satu partai lagi untuk saat ini adalah partai media sosial, dimana pendapat masyarakat sangat dipengaruhi oleh informasi yang dibaca

Daftar Bacaan

(10)

HENDRO MULIARTO (25411021) 10

Frank Moulaert and Katy Cabaret (2006). Planning, Networks and Power Relations: is Democratic Planning UnderCapitalism Possible.

Hamilton, David K. Regimes and Regional Governance;Roosevelt University. http://wikipedia.com

http://www.kpu.go.id/

Osborne, S. P. 2010. The New Public Governance? : Emerging Perspectives On The Theory. Routledge. New York.

Peters, B. Guy. 1996. The Future of Governing: Four Emerging Models. University Press of Kansas. United States of America.

Gambar

Tabel 1 jumlah partai politik dipemilu Indonesia
Tabel 2 Pemenang Pemilu Perperiode
Tabel 3 Visi Negara dan Tata Pemerintahan Model pemerintahan (B. Guy Peters 1996)

Referensi

Dokumen terkait

Konten agama yang sehat dan mendidik juga dimaknai para pngelola lembaga penyiaran sebagai implementasi idealisme media dalam membangun masyarakat yang lebih

Berdasarkan hasil observasi siklus I diketahui bahwa masih terdapat kekurangan dalam pembelajaran yang dilaksanakan, khususnya pada pembelajaran tentang mengenal

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas segala tuntunan, hikmat yang telah Dia berikan kepada penulis, dari awal hingga

Profesi yang memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat perlu mendapatkan kepercayaan dari masyarakat pengguna jasa profesi tersebut. Tanpa kepercayaan, profesi tersebut

Penyelenggaraan tindakan karantina kesehatan saat ini dilakukan terhadap alat angkut, orang, dan barang di pintu masuk, yaitu pelabuhan dan bandar udara, yang

Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa dalam jangka pendek variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen volume ekspor teh Indonesia

Kampus hijau yang sudah terbentuk akan menjadi pusat kegiatan dan pemberdayaan pemangku kepentingan untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan (Tempo,

Ia merasa bersalah karena ia telah melakukan hubungan seksual dengan calon suaminya ketika mereka masih pacaran dan akibat ‘dosa’ (menurut ungkapan subyek)