• Tidak ada hasil yang ditemukan

Juknis Penggunaan Dak Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Juknis Penggunaan Dak Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun 2018"

Copied!
301
0
0

Teks penuh

(1)

- 1 -

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 61 TAHUN 2017

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS

NONFISIK BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2018

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (1)

huruf b dan ayat (9) huruf e Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara Tahun Anggaran 2018, Pasal 59 Peraturan

Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana

Perimbangan, dan ketentuan Pasal 5 Ayat (1) huruf f dan

ayat (4) Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2017

tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara Tahun Anggaran 2018, perlu menetapkan

Peraturan Menteri Kesehatan tentang Petunjuk Teknis

Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang

Kesehatan Tahun Anggaran 2018;

(2)

- 2 -

2.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia

Tahun

2004

Nomor

5,

Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

4.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem

Perencanaan

Pembangunan

Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4421);

5.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan

Pemerintahan

Daerah

(Lembaran

Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3637);

6.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

(3)

- 3 -

8.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

Anggaran

2018

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Tahun 2017 Nomor 233, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6138);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005

tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4575);

10.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 14,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4578);

11.

Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2017 tentang

Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Tahun 2018 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2017 Nomor 244);

12.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 1508);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN

MENTERI

KESEHATAN

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI

KHUSUS

NONFISIK

BIDANG

KESEHATAN

TAHUN

ANGGARAN 2018.

Pasal 1

(4)

- 4 -

prioritas pembangunan kesehatan nasional tahun

2018.

(2)

Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan

Tahun Anggaran 2018 sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditetapkan melalui Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) Tahun 2018.

(3)

Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan

Tahun Anggaran 2018 sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) bertujuan mendukung daerah dalam

penyediaan dana pembangunan bidang kesehatan

untuk mencapai target prioritas nasional bidang

kesehatan.

Pasal 2

Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun

Anggaran 2018 terdiri atas:

a.

bantuan operasional kesehatan

b.

jaminan persalinan

c.

akreditasi puskesmas;

d.

akreditasi rumah sakit; dan/atau

e.

akreditasi laboratorium kesehatan daerah

Pasal 3

Bantuan operasional kesehatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 huruf a diutamakan untuk upaya

kesehatan bersifat promotif dan preventif di setiap

jenjang pelayanan kesehatan, yang meliputi:

a.

bantuan operasional kesehatan untuk puskesmas;

b.

bantuan

operasional

kesehatan

untuk

fasilitas

rujukan upaya kesehatan masyarakat di dinas

kesehatan daerah provinsi/kabupaten/kota dan balai

kesehatan masyarakat; dan

(5)

- 5 -

pemanfaatan sistem informasi logistik obat dan BMHP

di instalasi farmasi kabupaten/kota.

Pasal 4

Jaminan persalinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2 huruf b meliputi:

a.

rujukan persalinan dari rumah ke fasilitas pelayanan

kesehatan yang kompeten;

b.

sewa dan operasional rumah tunggu kelahiran (RTK);

dan

c.

pertolongan persalinan, KB paskapersalinan dan

perawatan bayi baru lahir.

Pasal 5

Akreditasi puskesmas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 huruf c meliputi:

a.

workshop

pendukung

implementasi

akreditasi

puskesmas;

b.

pendampingan akreditasi puskesmas; dan

c.

survei akreditasi puskesmas.

Pasal 6

Akreditasi rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 huruf d meliputi:

a.

workshop

pendukung pemenuhan standar akreditasi

rumah sakit;

b.

pembinaan rumah sakit untuk persiapan akreditasi;

dan

c.

survei akreditasi rumah sakit.

Pasal 7

(6)

- 6 -

Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini.

Pasal 8

(1)

Kepala Daerah, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Direktur

Rumah Sakit Provinsi, dan Direktur Rumah Sakit

Kabupaten/Kota harus melakukan pelaporan secara

berjenjang dan berkala setiap 3 (tiga) bulan.

(2)

Kepala Daerah menyampaikan laporan pelaksanaan

kegiatan dan penggunaan Dana Alokasi Khusus

Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2018

kepada Menteri Kesehatan, Menteri Keuangan, dan

Menteri Dalam Negeri.

(3)

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan

kompilasi laporan kepada Sekretaris Jenderal

Kementerian

Kesehatan

melalui

Kepala

Biro

Perencanaan dan Anggaran.

(4)

Kompilasi laporan oleh Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dilaksanakan paling lambat 14 (empat belas) hari

setelah triwulan yang bersangkutan berakhir.

Pasal 9

Menteri Kesehatan, gubernur, dan bupati/wali kota

melakukan

pembinaan

dan

pengawasan

secara

berjenjang terhadap penggunaan Dana Alokasi Khusus

Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2018 sesuai

dengan tugas dan kewenangan masing-masing.

Pasal 10

(7)

- 7 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan

Peraturan

Menteri

ini

dengan

penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 29 Desember 2017

MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NILA FARID MOELOEK

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 11 Januari 2018

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 59

Telah diperiksa dan disetujui:

Kepala Biro Hukum dan

Organisasi

Kepala Biro Perncanaan

Dan Anggaran

Sekretaris Jenderal

Kementerian Kesehatan

Tanggal

Tanggal

Tanggal

(8)

- 8 -

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 61 TAHUN 2017

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA

ALOKASI KHUSUS NONFISIK BIDANG

KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2018

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK

BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN 2018

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan visi misi Presiden

dan implementasi Nawa Cita yang kelima yaitu meningkatkan

kualitas hidup manusia Indonesia. Untuk mewujudkan derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, diselenggarakan

upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,

dengan pendekatan promotif, preventif, tanpa meninggalkan kuratif

dan

rehabilitatif

secara

terpadu,

menyeluruh,

dan

berkesinambungan.

(9)

- 9 -

diprioritaskan untuk mendanai kegiatan fisik dan dapat digunakan

untuk kegiatan nonfisik.

Tahun 2018 Pemerintah mengalokasikan anggaran DAK Bidang

Kesehatan sebesar Rp. 26,005,347,699,000,- (dua puluh enam triliun

lima milyar tiga ratus empat puluh tujuh juta enam ratus sembilan

puluh sembilan ribu rupiah) yang terdiri atas DAK Fisik Bidang

Kesehatan sebesar Rp. 17,454,114,999,000,- (tujuh belas triliun

empat ratus lima puluh empat milyar seratus empat belas juta

sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) dan DAK

Nonfisik Bidang Kesehatan sebesar Rp. 8,551,232,700,000,- (delapan

triliun lima ratus lima puluh satu milyar dua ratus tiga puluh dua

juta tujuh ratus ribu rupiah). Khusus untuk DAK Nonfisik Bidang

Kesehatan terdiri atas Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sebesar

Rp. 6,689,644,740,000,- (enam triliun seratus delapan puluh

sembilan milyar enam ratus empat puluh empat juta tujuh ratus

empat

puluh

ribu

rupiah)

Jampersal

sebesar

Rp. 1,563,433,900,000,- (satu triliun lima ratus enam puluh tiga

milyar empat ratus tiga puluh tiga juta sembilan ratus ribu rupiah)

Akreditasi Puskesmas sebesar Rp 721,763,900,000,- (tujuh ratus dua

puluh satu milyar tujuh ratus enam puluh tiga juta sembilan ratus

ribu rupiah) Akreditasi Rumah Sakit sebesar Rp. 72,000,000,000,-

(tujuh puluh dua milyar rupiah) dan Akreditasi Laboratorium

Kesehatan Daerah (Labkesda) sebesar Rp. 4,390,160,000,- (empat

milyar tiga ratus sembilan puluh juta seratus enam puluh ribu

rupiah). Peningkatan alokasi anggaran DAK Bidang Kesehatan tiap

tahunnya untuk mendanai kegiatan fisik dan nonfisik, diharapkan

dapat mendukung pembangunan kesehatan di daerah yang

bersinergi dengan prioritas nasional, khususnya dalam mendukung

pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan.

(10)

- 10 -

Dalam konsep pembangunan nasional, Kementerian Kesehatan

bertanggung jawab melaksanakan Program Indonesia Sehat yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam lingkungan hidup

yang sehat agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal

melalui terciptanya perilaku hidup sehat sehingga terwujudnya

bangsa yang mandiri, maju dan sejahtera serta terpenuhi, kebutuhan

dasar masyarakat di bidang kesehatan dalam meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Pelaksanaan program

Indonesia Sehat ini memerlukan kerangka regulasi dan kebijakan

pembiayaan pembangunan kesehatan yang komprehensif antar

pemerintah pusat dan daerah serta antar pelaku pembangunan

kesehatan.

Mempertimbangkan tanggungjawab pengelolaan DAK Bidang

Kesehatan berada di tangan Gubernur/Bupati/Walikota yang secara

teknis dilaksanakan oleh Kepala Dinas Kesehatan dan atau Direktur

Rumah Sakit Daerah, maka Kementerian Kesehatan menyiapkan

pilihan menu kegiatan sesuai prioritas nasional. Untuk itu,

pelaksanaan dan pengelolaan DAK tersebut harus menerapkan

prinsip-prinsip tata kelola yang baik (

good governance

) yakni

transparan, efektif, efisien, akuntabel dan tidak duplikasi dengan

sumber

pembiayaan

lainnya

harus

menjadi

perhatian

dan

dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh para pelaksana

pembangunan kesehatan di daerah.

(11)

- 11 -

B.

Pengertian

1.

Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana

yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan

kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu

mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan

sesuai dengan prioritas nasional.

2.

Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan adalah Dana yang

bersumber dari APBN yang dialokasikan untuk meningkatkan

akses dan kualitas pelayanan kesehatan yang difokuskan pada

penurunan angka kematian ibu, bayi dan anak, penanggulangan

masalah gizi, serta pencegahan penyakit dan penyehatan

lingkungan terutama untuk pelayanan kesehatan penduduk

miskin,

dan

penduduk

di

daerah

tertinggal,

terpencil,

perbatasan dan kepalauan dan daerah bermasalah kesehatan.

3.

Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan selanjutnya

disebut DAK Nonfisik adalah dana yang diberikan ke daerah

untuk membiayai operasional kegiatan program prioritas

nasional di bidang kesehatan yang menjadi urusan daerah guna

meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di

daerah.

4.

Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang

memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia

yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

5.

Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang kesehatan.

6.

Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota, dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

daerah

7.

Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

(12)

- 12 -

penyelenggaraan

urusan

pemerintahan

yang

menjadi

kewenangan daerah provinsi.

9.

Perangkat Daerah Kabupaten/Kota adalah unsur pembantu

bupati/walikota

dan

Dewan

Perwakilan

Rakyat

Daerah

kabupaten/kota dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.

10.

Dinas Kesehatan adalah perangkat daerah yang merupakan

unsur pelaksana urusan pemerintahan di bidang Kesehatan

yang menjadi kewenangan daerah.

11.

Unit Pelaksana Teknis selanjutnya disingkat UPT adalah

organisasi yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas

teknis operasional kesehatan dan/atau tugas teknis penunjang

kesehatan dari organisasi induknya.

12.

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat.

13.

RS

Daerah

adalah

Rumah

Sakit

yang

didirikan

dan

diselenggarakan oleh pemerintah daerah, harus merupakan unit

pelaksana

teknis

daerah

atau

lembaga

teknis

daerah

diselenggarakan berdasarkan pengelolaan keuangan badan

layanan umum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

14.

Pusat

Kesehatan

Masyarakat

yang

selanjutnya

disebut

Puskesmas

adalah

fasilitas

pelayanan

kesehatan

yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan

perseorangan

tingkat

pertama,

dengan

lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah

kerjanya.

(13)

- 13 -

16.

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang

dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani

masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta

untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan

tempat- tempat pemberian pelayanan kesehatan.

C.

Tujuan

1.

Tujuan Umum

Mendukung daerah dalam pelaksanaan pembangunan bidang

kesehatan bersumber DAK untuk mencapai target prioritas

nasional bidang kesehatan.

2.

Tujuan Khusus

a.

Mendukung upaya kesehatan bersifat promotif dan

preventif;

b.

Mendukung pelaksanaan Program Indonesia Sehat melalui

pendekatan keluarga;

c.

Mendukung pelaksanaan Rencana Kerja Pemerintah (RKP);

d.

Mendukung pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Bidang Kesehatan di Provinsi/Kabupaten/Kota;

e.

Mendukung pelaksanaan akreditasi puskesmas di daerah;

f.

Mendukung pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit (RS) di

daerah;

g.

Mendukung

pelaksanaan

Akreditasi

Laboratorium

Kesehatan Daerah (Labkesda);

h.

Mendukung pelaksanaan pengelolaan obat dan vaksin di

Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota sesuai standar;

i.

Mendukung upaya peningkatan ketersediaan obat dan

vaksin esensial di Puskesmas.

D.

Sasaran

1.

Dinas Kesehatan Provinsi dan UPT-nya, yaitu Balai Kesehatan

Masyarakat

2.

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan UPT-nya, yaitu :

a.

puskesmas.

(14)

- 14 -

d.

instalasi farmasi kabupaten/kota; dan

3.

Rumah Sakit Daerah.

E.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup DAK Nonfisik Bidang Kesehatan Tahun 2018 meliputi:

1.

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK):

a.

BOK Puskesmas

b.

BOK Kabupaten/Kota

c.

BOK Provinsi

d.

Distribusi obat, vaksin dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)

serta dukungan pemanfaatan sistem informasi atau aplikasi

logistik obat dan BMHP secara elektronik

2.

Jaminan Persalinan (Jampersal);

3.

Akreditasi Puskesmas;

4.

Akreditasi Rumah Sakit;

5.

Akreditasi Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda).

F.

Kebijakan Operasional

DAK Nonfisik Bidang Kesehatan adalah dana yang bersumber

dari APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan untuk

membantu mendanai kegiatan yang merupakan urusan daerah

sesuai dengan prioritas nasional. Untuk dapat mengimplementasikan

dengan baik, maka diperlukan kebijakan operasional yang meliputi:

1.

Kebijakan Umum

a.

DAK Nonfisik Bidang Kesehatan bukan dana utama dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah,

sehingga daerah dituntut mewujudkan tanggung jawab

dalam pembiayaan pembangunan kesehatan lebih kreatif

serta inovatif dalam memadukan semua potensi yang ada

untuk pembangunan kesehatan dan mengupayakan dengan

sungguh-sungguh pemenuhan anggaran pembangunan

kesehatan.

(15)

- 15 -

penurunan prevalensi stunting dengan lokus di 100

Kabupaten/kota melalui intervensi gizi sensitif dan spesifik.

c.

Dalam rangka penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB),

daerah dapat memanfaatkan dana BOK sesuai dengan

fungsi dan kewenangannya dalam pelaksanaan upaya

kesehatan

masyarakat,

misalnya

Outbreak

Respons

Immunization (ORI), KLB diare, dsb.

d.

Pemerintah Daerah tetap berkewajiban mengalokasikan

dana untuk kesehatan sebesar minimal 10% dari APBD

sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan, khususnya kegiatan yang

langsung menyentuh kepentingan masyarakat.

e.

Kepala Daerah dapat menetapkan peraturan kepala daerah

terkait standar biaya dan pedoman pelaksanaan kegiatan

sesuai kondisi daerah dengan tetap mengacu pada

peraturan yang lebih tinggi, yaitu Peraturan Menteri

Kesehatan tentang Petunjuk Teknis Penggunaan DAK Non

Fisik Bidang Kesehatan Tahun 2018.

f.

Dalam pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh DAK Bidang

Kesehatan

tidak

boleh

duplikasi

dengan

sumber

pembiayaan APBN, APBD maupun pembiayaan lainnya.

g.

Dinas Kesehatan Provinsi sebagai koordinator dalam

perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi DAK

Bidang Kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan

RS di Provinsi/Kabupaten/Kota yang mendapatkan DAK

Bidang Kesehatan wajib berkoordinasi dengan Dinas

Kesehatan Provinsi.

(16)

- 16 -

i.

Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan, sesuai

dengan pasal 11 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 58

Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah, maka

Kepala

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota

dapat

mengusulkan kepada Bupati/Walikota untuk melimpahkan

wewenang

KPA

kepada

kepala

puskesmas

dalam

pelaksanaan BOK di lapangan.

j.

Daerah tidak diperkenankan melakukan pengalihan atau

pergeseran anggaran dan kegiatan diantara DAK Nonfisik.

k.

Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan DAK

Bidang Kesehatan mengikuti ketentuan yang telah diatur

Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri.

2.

Kebijakan Khusus

a.

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

1)

Dana BOK Puskesmas, Kabupaten/Kota dan Provinsi

diarahkan

untuk

meningkatkan

kinerja

tenaga

kesehatan dalam upaya kesehatan masyarakat melalui

kegiatan promotif dan preventif untuk mendukung

pelayanan kesehatan di luar gedung dalam rangka

pelaksanaan

Program

Indonesia

Sehat

dengan

pendekatan keluarga;

2)

Pemanfaatan dana BOK Puskesmas untuk UKM Primer

utamanya untuk mendukung biaya operasional bagi

petugas kesehatan dan kader dalam menjangkau

masyarakat di wilayah kerja puskesmas sehingga

terbentuk perilaku masyarakat hidup bersih dan sehat

untuk mewujudkan keluarga dan masyarakat yang

sehat;

(17)

- 17 -

4)

Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan secara

akuntabel, transparan, efisien dan efektif guna

menghasilkan luaran yang maksimal maka alokasi

DAK Nonfisik khususnya BOK (BOK Puskesmas, BOK

Kabupaten/Kota) dan Jampersal dapat digunakan

untuk dukungan manajemen satuan kerja perangkat

daerah (SKPD) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

dan/atau Puskesmas Badan Layanan Umum Daerah

(BLUD) dengan besaran maksimal 5% dari alokasi yang

diterima, mengacu pada tugas dan fungsi serta

ketentuan yang berlaku;

5)

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib memenuhi

kebutuhan biaya distribusi obat, vaksin, dan BMHP ke

puskesmas. Dana BOK distribusi obat, vaksin, dan

BMHP

dimanfaatkan

untuk

membantu

Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota menjamin obat, vaksin,

dan BMHP tersedia dalam jumlah yang cukup di

puskesmas

serta

meningkatkan

efisiensi

dan

efektivitas dalam pemantauan ketersediaan obat di

Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.

b.

Jaminan Persalinan (Jampersal)

Dana Jaminan Persalinan (Jampersal) digunakan untuk

mewujudkan akses dan layanan bagi ibu hamil, ibu bersalin

dan ibu nifas terhadap fasilitas kesehatan.

c.

Akreditasi Puskesmas dan Rumah Sakit

Akreditasi puskesmas dan rumah sakit diarahkan untuk

pemenuhan target prioritas nasional sesuai target RPJMN

2015-2019.

d.

Akreditasi Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda)

(18)

- 18 -

BAB II

MANAJEMEN PELAKSANAAN

DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK BIDANG KESEHATAN

TAHUN ANGGARAN 2018

A.

Perencanaan Penganggaran

Kepala Daerah yang menerima DAK Tahun 2018 dan Kepala

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang melaksanakan, perlu

melakukan sinkronisasi antara rencana kegiatan dengan dokumen

perencanaan yang telah disepakati oleh pusat dan daerah.

1.

DAK Nonfisik Bidang Kesehatan digunakan untuk mencapai

target prioritas nasional sesuai RKP 2018 dan RKPD 2018.

2.

Penyusunan kegiatan berdasarkan kebutuhan dan

evidence

based

permasalahan kesehatan sesuai prioritas, menu kegiatan

dan pagu alokasi yang diterima untuk dimasukkan ke dalam

Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA).

3.

Rencana penggunaan mulai bulan Januari sampai dengan

Desember 2018 yang dituangkan dalam rencana kegiatan yang

rinci setiap bulan.

4.

Penggunaan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan sinergis antar

sumber daya yang tersedia.

(19)

- 19 -

6.

Untuk pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan penting yang

berakhir sampai akhir tahun seperti jampersal, pemerintah

daerah diharapkan membuat pedoman langkah-langkah akhir

tahun sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Dalam

Negeri Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

B.

Pengelolaan

Pengelolaan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan

1.

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas disalurkan

melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan dikelola oleh

Puskesmas.

2.

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Kabupaten/Kota dikelola

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

3.

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Provinsi dikelola Dinas

Kesehatan Provinsi

4.

BOK Distribusi Obat dan BMHP disalurkan ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota untuk dimanfaatkan oleh instalasi farmasi

Kabupaten/Kota.

5.

Jaminan persalinan dikelola Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

6.

Akreditasi

puskesmas

dikelola

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota.

7.

Akreditasi rumah sakit dikelola rumah sakit.

8.

Akreditasi

Labkesda

dikelola

oleh

Dinas

Kesehatan

Provinsi/Kabupaten/Kota.

C.

Pemantauan Dan Evaluasi

1.

Ruang Lingkup Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi DAK mencakup kinerja program dan

kinerja keuangan. Lingkup pemantauan dan evaluasi meliputi:

a.

Kesesuaian antara kegiatan DAK Nonfisik Bidang Kesehatan

dengan usulan kegiatan yang ada dalam Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD).

(20)

- 20 -

Perangkat Daerah (DPA-OPD) dengan petunjuk teknis dan

pelaksanaan di lapangan.

c.

Kesesuaian antara DPA-OPD dengan Rencana Kerja

Anggaran (RKA) yang sudah disepakati antara Kementerian

Kesehatan dengan Daerah

d.

Realisasi

waktu

pelaksanaan,

lokasi,

dan

sasaran

pelaksanaan dengan perencanaan.

e.

Evaluasi pencapaian kegiatan DAK berdasarkan input,

proses, output.

f.

Evaluasi dari segi kelengkapan dan ketepatan pelaporan

g.

Evaluasi pencapaian target Program Prioritas Nasional

Bidang Kesehatan sesuai dengan target unit teknis, RKP

2018 dan Renstra Kemenkes 2015

2019.

2.

Pelaksana Pemantauan dan Evaluasi

a.

Pemantauan dan evaluasi DAK dilakukan oleh Kementerian

Kesehatan

atau

bersama-sama

dengan

Kementerian/Lembaga terkait.

b.

Pemantauan dan evaluasi capaian indikator program

dilakukan secara terpadu di setiap jenjang administrasi.

Puskesmas/Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota/Provinsi

mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan

kinerja program dengan menggunakan format yang ada

sesuai ketentuan yang berlaku.

D.

Pelaporan

1.

Jenis Pelaporan

Laporan dari kegiatan pemantauan teknis pelaksanaan DAK

Nonfisik Bidang Kesehatan terdiri:

a.

Laporan semesteran yang memuat jenis kegiatan, lokasi

kegiatan, realisasi keuangan, dan permasalahan dalam

pelaksanaan DAK, yang disampaikan selambat-lambatnya 7

hari setelah akhir semester berakhir.

(21)

- 21 -

Provinsi/Kabupaten/Kota

kepada

Menteri

Kesehatan

(melalui Sekretaris Jenderal) pada minggu ketiga bulan

Januari tahun berikutnya.

c.

Untuk BOK dan Jampersal selain laporan pada point a dan

b diwajibkan untuk membuat laporan rutin bulanan

capaian program (sesuai indikator Renstra 2015-2019 dan

RKP

Tahun

2018),

dengan

menggunakan

format,

mekanisme dan ketentuan yang sudah ditetapkan.

d.

Untuk Akreditasi Puskesmas, rumah sakit dan Labkesda

serta informasi pelaksanaan BOK distribusi obat dan BMHP

selain laporan pada point a dan b mengisi laporan yang

akan diatur kemudian melalui pimpinan unit utama terkait.

2.

Alur Pelaporan

a.

Pelaksanaan di Puskesmas

Kepala puskesmas menyampaikan laporan rutin bulanan

capaian kegiatan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setiap tanggal 5 bulan berikutnya.

b.

Pelaksanaan di Kabupaten/Kota

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Direktur

Rumah Sakit Kabupaten/Kota menyampaikan laporan

semesteran paling lambat 7 hari setelah semester selesai

melalui pada aplikasi e-renggar Kementerian Kesehatan

(http://www.e-renggar.depkes.go.id).

c.

Pelaksanaan di Provinsi

1)

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktur Rumah

Sakit Provinsi menyampaikan laporan semesteran

paling lambat 7 hari setelah semester selesai melalui

pada

aplikasi

e-renggar

Kementerian

Kesehatan

(http://www.e-renggar.depkes.go.id)

(22)

- 22 -

3.

Kepatuhan pelaporan

(23)

- 23 -

BAB III

DANA ALOKASI KHUSUS NONFISIK BIDANG KESEHATAN

A.

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

1.

Umum

BOK merupakan bantuan pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah untuk mendukung operasional puskesmas

dalam rangka pencapaian program kesehatan prioritas nasional

bidang kesehatan, khususnya kegiatan promotif dan preventif

sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat. Tahun 2018,

Kementerian Kesehatan menetapkan target prevalensi stunting

turun menjadi 28%. Untuk itu dilakukan upaya kesehatan

terintegrasi dalam rangka penurunan prevalensi stunting

dengan lokus di 100 Kabupaten/kota melalui intervensi gizi

sensitif dan spesifik. BOK diarahkan untuk mendekatkan

petugas kesehatan kepada masyarakat dan memberdayakan

masyarakat melalui mobilisasi kader kesehatan untuk berperan

aktif dalam pembangunan kesehatan yang dilakukan melalui

pendekatan

keluarga.

Dalam

mendukung

operasional

puskesmas, perlu dijamin pemenuhan ketersediaan obat dan

BMHP di puskesmas melalui penyediaan biaya distribusi dan

sistem informasi logistik secara elektronik yang baik di Instalasi

Farmasi Kabupaten/Kota.

(24)

- 24 -

2.

Tujuan

a.

Tujuan Umum

1)

Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan

untuk upaya kesehatan promotif dan preventif di

wilayah kerja, yang dilaksanakan terutama melalui

pendekatan keluarga menuju keluarga sehat;

2)

Mendukung pemerintah daerah dalam menjamin

ketersediaan obat, vaksin dan BMHP yang bermutu,

merata, dan terjangkau di pelayanan kesehatan dasar

pemerintah; dan

3)

Meningkatkan

fungsi

rujukan

Upaya

kesehatan

Masyarakat sekunder dan tersier dalam mendukung

pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Primer di

Puskesmas.

b.

Tujuan Khusus

1)

Menyelenggarakan Program Indonesia Sehat dengan

Pendekatan keluarga;

2)

Menyelenggarakan upaya kesehatan promotif dan

preventif utamanya pelayanan di luar gedung;

3)

Menyelenggarakan

fungsi

manajemen

untuk

mendukung kinerja;

4)

Menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber daya

masyarakat;

5)

Menyelenggarakan kerja sama lintas sektoral dalam

mendukung program kesehatan;

6)

Menyelenggarakan fungsi rujukan UKM di Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota; dan Provinsi beserta UPT

Balai Kesehatan Masyarakat; dan

(25)

- 25 -

3.

Sasaran

a.

Puskesmas dan jaringannya;

b.

Dinas Kesehatan Kabupaten/kota beserta Balai Kesehatan

Masyarakat dan Instalasi Farmasi sebagai UPT-nya;

c.

Dinas

Kesehatan

Provinsi

beserta

Balai

Kesehatan

Masyarakat sebagai UPT-nya

4.

Kebijakan Operasional

a.

Dana BOK diarahkan untuk meningkatkan kinerja

puskesmas, Balai Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi dalam

upaya kesehatan promotif dan preventif;

b.

Dana BOK untuk mendukung peningkatan akses dan mutu

pelayanan

kesehatan

masyarakat

melalui

program

Nusantara Sehat di Puskesmas;

c.

Dana BOK untuk mendukung kelanjutan program Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat (STBM) agar terwujud desa stop

buang air besar sembarangan (desa SBS);

d.

Dana BOK dimanfaatkan untuk penyelenggaraan Program

Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga;

e.

Dana BOK dipergunakan untuk mendukung penurunan

prevalensi stunting,

outbreak respond

dan kegiatan lainnya

yang terkait pencapaian prioritas nasional;

f.

Pemanfaatan dana BOK bersinergi dengan sumber dana

lain

dengan

menghindari

duplikasi

dan

tetap

mengedepankan akuntabilitas dan transparansi;

g.

Dana BOK untuk biaya distribusi obat, vaksin dan BMHP

dimanfaatkan untuk membantu menjamin obat, vaksin dan

BMHP tersedia dalam jumlah yang cukup di puskesmas;

h.

Dana BOK untuk biaya pemanfaatan sistem informasi atau

aplikasi logistik obat dan BMHP secara elektronik bertujuan

untuk memperkuat pengelolaan obat dan BMHP di Instalasi

Farmasi Kabupaten/Kota;

(26)

- 26 -

5.

Ruang lingkup kegiatan BOK, utamanya untuk upaya kesehatan

bersifat promotif dan preventif di setiap jenjang pelayanan

kesehatan meliputi:

d.

BOK untuk puskesmas;

e.

BOK untuk fasilitas rujukan upaya kesehatan masyarakat

di

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota

beserta

Balai

Kesehatan Masyarakat sebagai UPT nya;

f.

BOK untuk distribusi obat, vaksin, dan BMHP serta

pemanfaatan sistem informasi atau aplikasi logistik obat

dan

BMHP

secara

elektronik

di

Instalasi

Farmasi

Kabupaten/Kota; dan

g.

BOK untuk fasilitas rujukan upaya kesehatan masyarakat

di Dinas Kesehatan Provinsi beserta Balai Kesehatan

Masyarakat sebagai UPT nya.

6.

Pengalokasian BOK

Rincian Alokasi dana BOK untuk Puskesmas, Kabupaten/Kota

dan Provinsi terdapat pada Bab IV, dengan distribusi sebagai

berikut :

a.

BOK Puskesmas :

1)

Alokasi BOK Puskesmas dapat digunakan untuk

dukungan

manajemen

OPD

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota dan/atau Puskesmas Badan Layanan

Umum Daerah (BLUD) dengan besaran maksimal 5%

dari alokasi yang diterima, sebelum didistribusikan

untuk masing-masing Puskesmas.

2)

Setiap puskesmas yang menjadi sasaran program

Nusantara Sehat diberikan alokasi tambahan sebesar

Rp 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah)

per Tim Nusantara Sehat pertahun yang bersumber

dari alokasi kegiatan BOK untuk puskesmas.

(27)

- 27 -

bersumber

dari

alokasi

kegiatan

BOK

untuk

puskesmas.

4)

Sisa alokasi dana kegiatan BOK untuk puskesmas

disetiap kabupaten/kota setelah dikurangi untuk

kebutuhan Nusantara Sehat dan Desa STBM di atas

didistribusikan kepada semua puskesmas secara

proporsional

oleh

Kepala

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan beberapa

hal yang terkait dengan beban kerja, antara lain: luas

wilayah kerja puskesmas; jumlah penduduk yang

menjadi tanggung jawab puskesmas; jumlah UKBM,

jumlah sekolah; dana kapitasi JKN yang diterima;

jumlah tenaga pelaksana UKM.

5)

Khusus puskesmas yang ada Tim Nusantara Sehat dan

atau

desa

STBM

maka

besaran

alokasi

BOK

Puskesmas menjadi penjumlahan dari point (2 + 3 + 4)

tersebut di atas dan tergantung ada atau tidaknya

point 2 dan 3 di atas.

6)

Alokasi BOK per Puskesmas ditetapkan melalui SK

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

b.

BOK Kabupaten/Kota :

1)

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai fasilitas

rujukan UKM sekunder menerima alokasi dengan

besaran sesuai yang ditetapkan dalam Bab IV

.

2)

Balai Kesehatan Masyarakat sebagai UPT Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota menerima alokasi dengan

besaran Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) per

balai per tahun yang bersumber dari alokasi BOK

untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

c.

BOK Provinsi :

1)

Dinas Kesehatan Provinsi sebagai fasilitas rujukan

UKM sekunder menerima alokasi dengan besaran

sesuai yang ditetapkan dalam Bab IV

.

(28)

- 28 -

Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) per balai per

tahun yang bersumber dari alokasi BOK untuk Dinas

Kesehatan Provinsi.

d.

BOK distribusi obat, vaksin, dan BMHP serta dukungan

pemanfaatan sistem informasi atau aplikasi logistik obat

dan BMHP secara elektronik dialokasikan untuk membiayai

distribusi obat, vaksin, dan BMHP ke puskesmas dan

penerapan sistem informasi atau aplikasi logistik obat dan

BMHP

secara

elektronik

di

Instalasi

Farmasi

Kabupaten/Kota.

7.

Penggunaan Dana BOK

Dana BOK yang diterima dapat digunakan untuk melaksanakan

kegiatan dan Upaya Kesehatan Masyarakat di setiap jenjang

(primer, sekunder dan tertier) serta kegiatan dukungan

manajemen yang meliputi:

a.

Kegiatan Puskesmas

Dana

BOK

yang

telah

dialokasikan

di

setiap

Puskesmas dapat digunakan untuk pelaksanaan kegiatan

dan upaya kesehatan masyarakat oleh puskesmas dan

jaringannya meliputi:

1)

Menyelenggarakan kegiatan Program Indonesia Sehat

dengan Pendekatan Keluarga meliputi pendataan

keluarga secara total coverage, analisis data, intervensi

berbagai masalah kesehatan yang ditemukan serta

memelihara dan mempertahankan kesehatan keluarga

secara terintegrasi,

2)

Menyelenggarakan

berbagai

Upaya

Kesehatan

Masyarakat esensial dan pengembangan di wilayah

kerjanya termasuk pelayanan kesehatan di luar

gedung, pemenuhan kebutuhan pendukung kegiatan

pemberdayaan masyarakat, dan kerjasama lintas

sektoral. Rincian kegiatan lihat tabel I

3)

Menyelenggarakan fungsi manajemen Puskesmas yang

meliputi Perencanaan, Penggerakan Pelaksanaan/Mini

(29)

- 29 -

Pengawasan/Pelaporan/Penilaian kinerja Puskesmas.

Rincian kegiatan lihat tabel II.

4)

Menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat yang

dilaksanakan oleh Tim Nusantara Sehat meliputi

pelayanan kesehatan keluar gedung khususnya untuk

menjangkau daerah sulit/terpencil, pemberdayaan

masyarakat,

dan

inovasi

pelayanan

kesehatan.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Tim Nusantara Sehat

tetap menjadi kesatuan dengan kegiatan puskesmas

dimana tim tersebut berada.

5)

Menyelenggarakan Kegiatan pemicuan STBM

Kegiatan

untuk

mewujudkan

desa

STBM

oleh

sanitarian/tenaga kesehatan lingkungan puskesmas

meliputi: pemicuan, Identifikasi Masalah dan Analisis

Situasi (IMAS) perilaku kesehatan, monitoring paska

pemicuan, pembuatan dan

update

peta sanitasi dan

buku kader, kampanye cuci tangan pakai sabun,

kampanye

hygiene

sanitasi sekolah, dan surveilans

kualitas air (pra dan paska konstruksi) serta verifikasi

stop buang air besar sembarangan (SBS).

6)

Penyediaan tenaga kontrak promotor kesehatan di

puskesmas yang pengangkatannya dilaksanakan oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Rincian dari masing-masing kegiatan disusun oleh

Puskesmas

bersama

dengan

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota mengacu pada Tabel I. Rincian Kegiatan

Penggunaan BOK di Puskesmas.

b.

Kegiatan Balai Kesehatan Masyarakat

(30)

- 30 -

dengan puskesmas setempat untuk mendukung

outreach

puskesmas melalui pendekatan keluarga. Rincian dari

masing-masing

kegiatan

disusun

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota bersama Balai Kesehatan Masyarakat.

c.

Kegiatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Dana BOK di kabupaten/kota digunakan untuk kegiatan

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang meliputi:

1)

Kegiatan dinas kesehatan sebagai Fungsi Fasilitas

rujukan UKM sekunder

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai Fasilitas

rujukan UKM sekunder menerima rujukan UKM

primer dari Puskesmas. Kegiatan-kegiatan UKM di

Kabupaten/Kota tersebut meliputi:

a)

Rujukan pemeriksaan Spesimen

b)

Fasilitasi

tenaga,

prasarana,

dan

teknologi

dukungan UKM di Puskesmas

c)

Pembinaan dan Bimbingan Teknis UKM Primer

termasuk menghadiri kegiatan Minilokakarya

Puskesmas

d)

Kampanye, sosialisasi, advokasi perilaku hidup

sehat

di

tingkat

kabupaten/kota

dan

pemberdayaan masyarakat

e)

Pengembangan Model Inovasi dan percepatan

pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan

Pendekatan

Keluarga

untuk

mewujudkan

keluarga sehat.

f)

Penyediaan tenaga kontrak sebagai fasilitator

STBM kabupaten dan dukungan operasionalnya

Rincian dari masing-masing kegiatan di atas disusun

dalam RKA oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2)

Kegiatan dukungan manajemen satuan kerja pengelola

BOK

dan

jampersal

di

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota

(31)

- 31 -

termasuk pengelola BOK di Puskesmas sebagai bagian

dari satuan kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

meliputi: pengelolaan keuangan Satker, administrasi

satker, pembinaan, pelaporan, sosisalisasi, koordinasi,

dan verifikasi laporan BOK, termasuk biaya langganan

internet untuk penyelenggaraan sistem informasi

kesehatan di kabupaten/kota. Untuk mewujudkan

transparansi dan akuntabilitas, dana dukungan

manajemen dapat disusun dan diusulkan menjadi

kegiatan tersendiri dalam Rencana Kerja dan Anggaran

(RKA).

3)

Distribusi obat, vaksin dan BMHP ke puskesmas serta

dukungan pemanfaatan sistem informasi atau aplikasi

logistik obat dan BMHP secara elektronik meliputi:

a)

Biaya distribusi obat, vaksin dan BMHP dari

Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota ke puskesmas,

dapat digunakan untuk:

(1)

Biaya perjalanan dinas/transport bagi

petugas Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota

ke puskesmas. Kepala Daerah menetapkan

ketentuan biaya perjalanan dinas atau

transport bagi petugas Instalasi Farmasi

Kabupaten/Kota ke puskesmas;

(2)

Bagi

kabupaten

pemekaran,

dapat

digunakan

untuk

biaya

perjalanan

dinas/transport petugas Instalasi Farmasi

Kabupaten pemekaran ke Instalasi Farmasi

Kabupaten induk;

(3)

Biaya bahan bakar serta biaya pengepakan

obat dan BMHP;

(4)

Jasa pengiriman melalui pihak ketiga; dan

(5)

Honorarium tenaga bongkar muat.

(32)

- 32 -

di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dapat

digunakan untuk:

(1)

Pendampingan

manajemen

logistik

di

puskesmas, termasuk pengumpulan data

indikator ketersediaan obat dan vaksin

esensial dengan mengundang petugas

puskesmas;

(2)

Biaya perjalanan dinas atau transport bagi

petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

untuk melakukan konsultasi pemanfaatan

sistem informasi atau aplikasi logistik obat

dan BMHP secara elektronik ke provinsi.

Tata cara penyelenggaraannya mengacu

pada ketentuan perjalanan dinas atau

transport

yang

ditetapkan

dengan

peraturan yang berlaku;

(3)

Biaya langganan internet; dan

(4)

Honorarium

untuk

pengelola

aplikasi

sistem informasi atau aplikasi logistik obat

dan BMHP sesuai versi Kementerian

Kesehatan atau Dinas Kesehatan. Tenaga

pengelola ditetapkan melalui SK Kepala

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota

maksimal 2 orang yang mengacu pada

peraturan yang berlaku. Besaran honor

mengacu pada peraturan yang berlaku.

d.

Kegiatan Dinas Kesehatan Provinsi

Dinas Kesehatan Provinsi sebagai Fasilitas rujukan UKM

tertier menerima rujukan UKM sekunder dan primer dari

kabupaten/kota, dan Puskesmas. Kegiatan-kegiatan UKM

di provinsi tersebut meliputi:

1)

Rujukan pemeriksaan Spesimen;

(33)

- 33 -

3)

Fasilitasi Prasarana dan teknologi dukungan UKM di

Puskesmas;

4)

Pembinaan dan Bimbingan Teknis UKM sekunder dan

primer termasuk menghadiri kegiatan Minilokakarya

Puskesmas;

5)

Penyelesaian kasus UKM lintas kabupaten/kota dalam

provinsi;

6)

Pengembangan Model Inovasi dan penguatan Program

Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga untuk

mewujudkan keluarga sehat; dan

7)

Pengelolaan Satuan Kerja.

Rincian dari masing-masing kegiatan di atas disusun dalam

RKA oleh Dinas Kesehatan Provinsi.

e.

Balai Kesehatan Masyarakat

Penggunaan BOK untuk Balai Kesehatan Masyarakat yang

merupakan UPT provinsi bertujuan meningkatkan

jangkauan pelayanan promotif dan preventif di luar gedung

Balai

Kesehatan

Masyarakat

yang

menjadi

tanggungjawabnya, pemberdayaan masyarakat, kampanye,

sosialisasi, advokasi perilaku hidup sehat termasuk

menjalankan fungsi rujukan UKM dari dan ke dinas

kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas. Dalam

pelaksanaan

kegiatan

agar

bersinergi

dengan

kabupaten/kota setempat dalam pelaksanaan Program

Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga. Rincian dari

masing-masing kegiatan disusun Dinas Kesehatan Provinsi

bersama Balai Kesehatan Masyarakat.

8.

Pemanfaatan Dana BOK

Dana BOK yang diterima setiap jenjang dapat dimanfaatkan

untuk membiayai kegiatan UKM meliputi:

a.

transport lokal kegiatan di luar gedung dalam lingkup

provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan

bagi petugas kesehatan, lintas sektor termasuk kader

kesehatan;

(34)

- 34 -

c.

pembelian barang pakai habis;

d.

belanja bahan/material untuk mendukung pelayanan

promotif dan preventif antara lain penggandaan media,

reagen,

rapid test

/tes cepat, bahan PMT penyuluhan dan

PMT pemulihan berbahan lokal;

e.

belanja cetak dan penggandaan;

f.

belanja makanan dan minuman;

g.

penyelenggaraan

rapat-rapat,

sosialisasi,

pertemuan

koordinasi;

h.

honorarium PNS dan non PNS;

i.

belanja langganan jasa internet;

j.

belanja iuran premi JKN bagi tenaga Promotor Kesehatan

dan STBM yang diangkat melalui BOK; dan

k.

Belanja barang dan jasa lain sesuai kebutuhan program

Dana BOK tidak dapat dimanfaatkan untuk:

a.

Belanja tidak langsung;

b.

Belanja modal;

c.

Pembelian obat dan vaksin;

d.

Pemeliharaan gedung dan kendaraan;

e.

Biaya transportasi rujukan pasien;

f.

Jasa pelayanan/pemeriksaan (kecuali pemeriksaan sample

terkait kesehatan masyarakat seperti kualitas air minum,

makanan, udara, dan lain-lain; dan

g.

Upaya kesehatan kuratif, rehabilitatif, dan paliatif.

Dalam upaya untuk peningkatan kegiatan promosi kesehatan

dan

mewujudkan

program

STBM,

dana

BOK

dapat

dimanfaatkan untuk pembayaran honor pegawai yang dikontrak

untuk kegiatan tersebut dengan ketentuan:

(35)

- 35 -

1)

Berpendidikan

minimal

D3

Kesehatan

jurusan/peminatan

Kesehatan

Masyarakat

diutamakan

jurusan/peminatan

Promosi

Kesehatan/Ilmu Perilaku, diutamakan yang memiliki

pengalaman kerja minimal 1 tahun dibidangnya.

2)

Diberikan honor minimal sesuai upah minimum di

kabupaten/kota yang berlaku, dengan target kinerja

bulanan yang ditetapkan secara tertulis oleh Kepala

Puskesmas

(output based performance).

3)

Diberikan hak/fasilitas yang setara dengan staf

kontrak

puskesmas

lainnya

termasuk

Jaminan

Kesehatan Nasional sesuai peraturan yang berlaku

4)

Lama kontrak maksimal 1 (satu) tahun dan dapat

diperpanjang

sesuai

ketersediaan

anggaran

dan

capaian target kinerjanya

b.

Dana BOK fasilitas UKM sekunder di Dinas Kesehatan

Kabupaten dapat digunakan untuk membayar tenaga STBM

kabupaten dengan ketentuan 1 (satu) orang tenaga STBM

kabupaten yang kontraknya ditetapkan melalui SK Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten mengacu pada peraturan yang

berlaku. Ketentuan khusus terkait dengan tenaga kontrak

STBM adalah:

1)

Berpendidikan minimal D3 Kesehatan Lingkungan.

2)

Diberikan honor minimal sesuai upah minimum di

kabupaten.

3)

Lama kontrak maksimal 1 (satu) tahun dan dapat

diperpanjang sesuai ketersediaan anggaran dan

capaian target kinerjanya.

(36)

- 36 -

a.

Kabupaten/Kota yang akan menggunakan dana BOK

distribusi obat dan BMHP ke puskesmas harus memenuhi

persyaratan umum sebagai berikut:

1)

Permintaan obat sesuai format Laporan Pemakaian dan

lembar Permintaan Obat (LPLPO)

2)

Memiliki prosedur/SOP yang terdokumentasi untuk

distribusi obat ke puskesmas;

3)

Memiliki struktur organisasi dan petugas yang

menangani distribusi obat.

b.

Persyaratan

teknis

yang

harus

dipenuhi

oleh

kabupaten/kota untuk melaksanakan BOK distribusi obat

dan BMHP serta dukungan pemanfaatan sistem informasi

atau aplikasi obat dan BMHP secara elektronik adalah

sebagai berikut:

1)

Untuk biaya distribusi obat, vaksin, dan BMHP dari

IFK ke puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

memiliki prosedur/SOP yang terdokumentasi untuk

distribusi obat ke puskesmas;

2)

Untuk pemanfaatan sistem informasi atau aplikasi

logistik obat dan BMHP secara elektronik di Instalasi

Farmasi

Kabupaten/Kota,

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota mempunyai sarana dan prasarana

pengolah data dan akses internet yang memadai.

Puskesmas yang memanfaatkan dana BOK untuk langganan

internet, harus melaksanakan sistem informasi kesehatan

puskesmas secara elektronik seperti aplikasi pemetaan keluarga

sehat, data kesehatan di puskesmas dan aplikasi kesehatan

lainnya.

Tabel I. Rincian Kegiatan Penggunaan BOK di Puskesmas

No

Upaya Kesehatan

Jenis Pelayanan

Jenis Kegiatan

1

Kegiatan Program

Indonesia Sehat

dengan Pendekatan

Keluarga

Kesehatan

Masyarakat

1

Pendataan keluarga

2

1.

Entry data dalam aplikasi

dan Analisis data

(37)

- 37 -

No

Upaya Kesehatan

Jenis Pelayanan

Jenis Kegiatan

4

Mempertahankan/

Pemeliharaan keluarga sehat

2

Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial

2.1 Upaya

Kesehatan Ibu

1 Pelayanan

antenatal/ ANC

1

Pelayanan antenatal

2

Pemberian PMT bumil

3

Pelaksanaan Program

Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi

(P4K)

4

Pemantauan bumil risiko

tinggi

5

Pelaksanaan kelas ibu

6

Kemitraan bidan dukun

7

Pelacakan kasus kematian

ibu termasuk otopsi verbal

8

Pembinaan pelayanan

kesehatan ibu

2

Pelayanan

ibu nifas

1

Pelayanan nifas termasuk

KB

2

Pemantauan kesehatan ibu

nifas

2.2 Upaya

Kesehatan

Neonatus dan Bayi

1 Pelayanan

kesehatan

neonatus

1

Pemeriksaan neonatus

2

Pemantauan kesehatan

neonatus termasuk

neonatus risiko tinggi

3

Pelacakan kematian

neonatal termasuk otopsi

verbal

4

Tindak lanjut

Screening

Hipothyroid Kongenital

(SHK)

2 Pelayanan

kesehatan bayi

1

Pemantauan kesehatan bayi

(pengukuran pertumbuhan,

pemantauan perkembangan,

pemberian vitamin A,

imunisasi dasar lengkap)

2

Pemantauan bayi risiko

tinggi

2.3 Upaya

Kesehatan Anak

Balita dan Pra

Sekolah

Pelayanan

kesehatan anak

balita dan pra

sekolah

1

Pemantauan kesehatan

balita termasuk balita risiko

tinggi

2

Pelacakan kematian balita

termasuk otopsi verbal

3

Pemberian PMT

(38)

- 38 -

No

Upaya Kesehatan

Jenis Pelayanan

Jenis Kegiatan

Anak Usia

institusi dan non

institusi

2

Penjaringan peserta didik

(kelas 1, 7, 10)

3

Pemeriksaan berkala peserta

didik

4

Pemberian TTD untuk

remaja putri

5

Bulan imunisasi anak

sekolah

6

Pembinaan kesehatan di

panti/LKSA/karang

taruna/remaja di tempat

ibadah

1 Imunisasi dasar

dan Imunisasi

Lanjutan

1

Pembekalan Kader

Imunisasi tentang

Pengenalan program

imunisasi, strategi

komunikasi, pelaksanaan

imunisasi, pencatatan dan

pelaporan dan lain-lain

sesuai kebutuhan di

lapangan

2

Pelayanan imunisasi rutin

baik imunisasi dasar

maupun imunisasi Baduta

di pos-pos pelayanan

imunisasi termasuk

sweeping jika diperlukan

3

a.

Surveilans

KIPI

pelaksanaan

imunisasi

dasar

dan

imunisasi

lanjutan

b.

Analisis hasil investigasi

kasus KIPI pelaksanaan

imunisasi

dasar

dan

imunisasi lanjutan

4

Forum

komunikasi

imunisasi dan masyarakat

peduli imunisasi

2 Imunisasi Anak

Sekolah (BIAS)

1

Validasi cakupan imunisasi

anak sekolah

2

Pelayanan Imunisasi di

sekolah

3

Surveilans KIPI pelaksanaan

imunisasi di sekolah

(39)

- 39 -

No

Upaya Kesehatan

Jenis Pelayanan

Jenis Kegiatan

3

Pelaksanaan

Kampanye

Immunization

/

ORI)

1

Pendataan Sasaran

2

Validasi hasil cakupan

imunisasi dan

Rapid

Convinience Assessment

(RCA).

3

Pembekalan Kader

Imunisasi tentang

Pelaksanaan Kampanye

Measles-Rubella

,

introduksi vaksin baru,

Crash

program, BLF dan

ORI; strategi komunikasi,

pelaksanaan imunisasi,

pencatatan dan pelaporan

dan lain-lain sesuai

kebutuhan di lapangan

4

a.

Advokasi/sosialisasi/

lokakarya dengan lintas

program

dan

lintas

sektor terkait program

imunisasi

b.

Rapat

koordinasi

(internal

program

dengan lintas program

maupun lintas sektor)

5

Surveilans KIPI

pelaksanaan Kampanye

Measles-Rubella

,

introduksi vaksin baru,

crash

program,

backlog

fighting

, dan imunisasi

dalam rangka penanganan

KLB (

outbreak respon

immunization

/ ORI)

6

Pembekalan

Petugas

Imunisasi tentang Teknis

Pelaksanaan

Kampanye

Measles-Rubella

,

introduksi

vaksin

baru,

Crash

program,

BLF,

DOFU

dan

ORI;

Penyuntikan yang aman,

strategi komunikasi dan

lain-lain sesuai kebutuhan

di lapangan.

7

Pelayanan Imunisasi di Pos

Pelayanan Imunisasi dan

(40)

- 40 -

No

Upaya Kesehatan

Jenis Pelayanan

Jenis Kegiatan

8

Kasus KIPI pelaksanaan

Kampanye

Measles-Rubella

, introduksi vaksin

baru, crash program, BLF,

DOFU

dan

imunisasi

dalam rangka penanganan

KLB

(

outbreak

respon

immunization

/ ORI)

2.6 Upaya

1

Penyuluhan, orientasi,

sosialisasi, kesehatan

di Posbindu dan Posyandu

Lansia

2

Pemantauan lansia resiko

tinggi

1

Inspeksi kesehatan

lingkungan untuk

tempat-tempat umum, tempat-tempat

pengelolaan makanan dan

sarana air minum

2

Pemeriksaan kualitas air

minum, makanan, udara

dan bangunan. Pemeriksaan

terdiri dari pengambilan

sampel

3

Orientasi

natural leader,

STBM, penjamah makanan

dan kader kesling lainnya

4

Pemberdayaan masyarakat

melalui kegiatan STBM,

implementasi HSP di rumah

tangga dan sekolah, rencana

pengamanan air minum di

komunal, MPAPHAST di

komunitas pasar rakyat,

sekolah dan hotel serta

bentuk pemberdayaan

masayarakat lainnya

5

Pembinaan paska

pemberdayaan termasuk

verifikasi desa yang

melaksanakan STBM, desa

SBS dan TTU, TPM yang

1

Penyegaran/

refreshing,

Gambar

Tabel I. Rincian Kegiatan Penggunaan BOK di Puskesmas
Tabel III. Rincian Kegiatan Pemanfaatan BOK Untuk Dukungan Manajemen di Kabupaten/Kota dan/atau puskesmas BLUD

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antimikroba ekstrak etanol dan fraksi-fraksi pelepah aren yang ditunjukkan dengan adanya penghambatan

Oleh karena itu terdapat kecenderungan bahwa ekstrak etanol daun jambu air memiliki aktivitas antioksidan.Sehubungan dengan nilai aktivitas antioksidan ekstrak etanol

Gedung Pelayanan Lama memiliki bagian atap dengan hiasan papan vertikal berbentuk segitiga 2 buah dan lengkungan sehingga memilikiki 4 sudut pada hiasan untuk

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan penulis pada Analisis Sintaksis Irob Kalimat Bahasa Arab Dengan Metode Breadth First Search maka dapat diambil

Besar medan listrik minimal yang memungkinkan dapat menimbulkan petir adalah sekitar 1.000.000 volt per meter. Akibat kondisi tertentu, bumi yang cenderung menjadi

Apabila ada kalimat yang tersusun dari jumlah ismiyyah, yang didahului dengan lafadz ” ” maka kata yang pertama disebut isim ” ” dan kata yang kedua disebut khobar

Pola tersebut adalah pola keempat yang saling berhubungan dengan bagian kedelapan, kesembilan dan kesepuluh yang menunjukkan adanya perjanjian antara Raja Setanyer

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bintang film dewasa yang terlibat dalam pembuatan film horor Indonesia melaksanakan tugas-tugasnya sebagai tenaga kerja