ANALISIS PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DALAM PROGRAM PROMOTIF DAN
PREVENTIF DI PUSKESMAS MARIKE KECAMATAN KUTAMBARU
KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015
SKRIPSI
Oleh :
EKA NOVITA SARI GINTING MANIK 131021067
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DALAM PROGRAM PROMOTIF DAN
PREVENTIF DI PUSKESMAS MARIKE KECAMATAN KUTAMBARU
KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehataan Masyarakat
Oleh :
EKA NOVITA SARI GINTING MANIK 131021067
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
ANALISIS PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DALAM PROGRAM PROMOTIF DAN
PREVENTIF DI PUSKESMAS MARIKE KECAMATAN KUTAMBARU
KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, 15 Oktober 2015
ABSTRAK
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk percepatan pencapaian target prioritas nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes/Polindes, Posyandu dan UKBM lainnya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. BOK bertujuan mendukung peningkatan upaya kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif dalam mencapai target program kesehatan prioritas nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif pendekatan deskriptif melalui wawancara mendalam terhadap 5 informan yang terdiri dari Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, Kepala Puskesmas Marike, Pengelola BOK Puskesmas Marike, Tim verifikasi BOK Dinas Kesehatan Langkat, Bendahara BOK Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat. Informan dipilih dengan menggunakan teknik puposive. Analisa data dengan metode Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemanfaatan dana BOK telah sesuai dengan Juknis BOK Tahun 2015. Dengan pemanfaatan dana BOK 66% digunakan untuk program kesehatan esensial dan 34% digunakan untuk program kesehatan lainnya dan manajemen puskesmas. Pencapaian cakupan indikator SPM di puskesmas menunjukkan adanya peningkatan selama adanya pemanfaatan dana BOK namun belum sepenuhnya mencapai target.
Dalam pemanfaatan dana BOK diharapkan Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat agar tetap memberikan sosialisasi tentang pemanfaatan dana BOK kepada petugas pelayanan kesehatan puskesmas marike dan kepada Kepala Puskesmas Marike agar lebih memaksimalkan pelaksanaan kegiatan BOK sehingga kelihatan nyata bahwa pemanfaatan dana BOK dalam program promotif preventif dilaksanakan dengan baik.
ABSTRACT
Health operational aids is central government assistance to the local government for the acceleration of the achievement of national priority target specially MDGs in health sector of 2015, through the increasing of performance of society health center (Puskesmas) and its network and Poskesdes/Polindes, Posyandu and UKBM in the performance of promotion and preventive health service. This health assistance aims to support the increasing of health level of society either in promotion or preventive in order to achieve the national priority health target especially MDGs in health sector in 2015.
This research was conducted by qualitative method with descriptive approach using a depth interview to 5 informants that consist of Health office of Langkat Regency, Head of Puskesmas of Marike, verification team of Health assistance (BOK) of health office of Langkat, the treasurer of BOK. The informants are selected by using purposive method. The data was analyzed by Miles and Huberman method.
The results of research indicates that the using of health assistance (BOK) fund is suitable to the technical direction of BOK in 2015. By the using of not less than 60% of BOK for priority health program and not more than 40% used for other health program and puskesmas management. The achievement of SPM indicators in Puskesmas indicates that there is increasing during the using of health assistance fund but has not yet achieve the target.
In the using of health assistance (BOK) fund, it hope the head of Health Office of Langkat provide the socialization about the using of the health assistance (BOK) fund to the health staff in Puskesmas of Marike and the Puskemas of Marike must implement the BOK activities maximally so the using of health assistance (BOK) fund in promotion and preventive program is effective and efficient.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Eka Novita Sari Ginting Manik
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 14 November 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Batak Karo
Agama : Katolik
Nama Ayah : Iman Ginting Manik
Nama Ibu : Cukup br. Sembiring Kembaren
Suku Bangsa Orangtua : Batak Karo
Nama Suami : Ravael Kailani Purba Tambak, SE
Suku Bangsa Suami : Simalungun
Pendidikan Formal
1. SD/ Tamat tahun : SD St Petrus Medan/ Tahun 2000
2. SLTP/ Tamat tahun : SLTP Budi Murni 2 Medan/ Tahun 2003
3. SMA/ Tamat tahun : SMA Negeri 2 Medan/ Tahun 2006
4. Akademi/ Tamat tahun : DIII Kebidanan Sari Mutiara Medan
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ANALISIS PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DALAM PROGRAM
PROMOTIF DAN PREVENTIF DI PUSKESMAS MARIKE KECAMATAN KUTAMBARU
KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.
Begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun material, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Sumatera Utara.
2. Dr. Heldy B Z, MPH., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesitas Sumatera Utara.
3. Dr. Juanita, SE, M.Kes., Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.
4. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik. 5. Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan arahan terhadap skripsi ini. 6. Dr. Rusmalawaty, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan masukan dan arahan terhadap skripsi ini.
8. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Khususnya Departemen Administrasi dan kebijakan Kesehatan
9. Maria, SKM , selaku Kepala Puskesmas Marike yang telah membantu dalam penelitian sehingga penelitian ini selesai tepat pada waktunya.
10. Purwanti, selaku Pengelola BOK di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat.
11. Emi, SKM, selaku tim program Promosi Kesehtaan di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat.
12. dr. Surya Fahmil, selaku Tim Teknis BOK di Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat yang telah membantu dalam penelitian sehingga penelitian ini selesai tepat pada waktunya.
13. Syarizal, SKM, selaku Bendahara BOK di Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat yang telah membantu dalam penelitian sehingga penelitian ini selesai tepat pada waktunya.
14. Terkhusus kepada orang tua saya, mertua saya dan semua keluarga yang tidak bisa saya sebut satu per satu, yang selalu mendukung dan mendoakan saya secara ikhlas, terimakasih untuk segala hal, karena kalianlah yang selalu menjadi semangat saya sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.
15. Teristimewa kepada Suami saya Ravael Kailani Purba Tambak, SE yang telah memberi semangat saya disaat saya malas untuk menyelesaikan skripsi ini, 16. Teman-teman seperjuangan di FKM USU khususnya ekstensi stambuk 2013 dan
lebih terkhusus lagi peminatan AKK yang senantiasa saling memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
17. Sahabat-Sahabat terbaikku Nanda Fitrianda, Wan Elyda Putri, Putri Novelan, Marini Lestari Siregar, Bang Martiman Gulo, bang Perdamean Gulo, Laurenta, Sonya, Vina, Metha, Anggi, Ulfa, Melisa, teman-teman PBL (Sofia, Legia, Martha, Butet, Cokdam) dan teman-teman LKP (ayu, gio, kak rini, wan, tety), yang telah membantu dan memberikan penulis motivasi-motivasi yang membangun terima kasih atas semua kerja samanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih perlu disempurnakan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan, Oktober 2015 Penulis
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.3.1 Tujuan Umum ... 8
1.3.2 Tujuan Khusus ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Bantuan Operasional Kesehatan ... 10
2.1.1Difinisi Bantuan Operasional Kesehatan ... 10
2.1.2Tujuan Program BOK ... 11
2.1.3Ruang Lingkup Kegiatan di Puskesmas ... 12
2.1.4Pemanfaatan Dana BOK ... 14
2.1.5Pengelola BOK Tingkat Puskesmas ... 16
2.1.6Indikator Kinerja BOK ... 16
2.2 Promosi Kesehatan... 17
2.2.1Difinisi Promosi Kesehatan ... 17
2.2.2Sasaran Promosi Kesehatan...18
2.2.3Strategi Promosi Kesehatan...19
2.2.4Indikator Keberhasilan Promosi Kesehatan di Puskesmas...20
2.3 Puskesmas ... 22
2.3.1Difinisi Puskesmas ... 20
2.3.2Pelaksanaan Manajemen Puskesmas ... 23
2.3.3Perencanaan Tingkat Puskesmas...27
2.3.4Sumber Pendanaan Puskesmas...29
2.3.5Pengertian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan...29
2.4 Kerangka Pikir ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
3.1 Jenis Penelitian... 32
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 32
3.2.2 Waktu Penelitian ... 32
3.3 Informan Penelitian ... 32
3.4 Metode pengumpulan Data. ... 33
3.5 Metode Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN...35
4.1 Deskripsi Puskesmas Marike... 35
4.1.1 Sejarah singkat Pusksmas Marike ...35
4.1.2 Wilayah kerja Puskesma Marike... 35
4.2 Karakterstik imforman... 37
4.3 Dana BOK... 38
4.4 Pemanfaatan dana BOK di Puskesmas Marike... 42
4.5 Pemanfaatan dana BOK dalam program promotif dan preventif... 43 4.6 Pecapaina indikator SPM puskesmas Marike... 49
BAB V PEMBAHASAN...51
5.1 Dana BOK ...51
5.2 Pemanfaatan dana BOK dalam program promotif preventif ...53
5.3 Pencapain indikator SPM puskesmas Marike... 55
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN...57
6.1 Kesimpulan... 57
6.2 saran ...58
DAFTAR TABEL
NO Judul Halaman
4.1 Jumlah penduduk berdasarkan desa……….36
4.2 Jumlah tenaga kesehatan puskesmas marike………...37.
4.3 Distribusi informan berdasrakan karakteristik……….37
4.4 Pendapat informan tentang proses perencanaan di puskesmas………38
4.5 Pendapat informan tentang pelaksanaan lokakaryamini………..39
4.6 Pendapat informan tentang alur dana BOK………39
4.7 Pendapat informan tentang kendala dalam pemanfaatan dana BOK……….41.
4.8 Pemanfaatan dana BOK di puskesmas marike………42
4.9 Pemanfaatan dana BOK dalam program promotif dan preventif………42
4.10 Cakupan SPM puskesmas marike………..47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman wawancara
Lampiran 2. Surat izin penelitian
DAFTAR GAMBAR
NO Judul Halaman
ABSTRAK
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk percepatan pencapaian target prioritas nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes/Polindes, Posyandu dan UKBM lainnya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. BOK bertujuan mendukung peningkatan upaya kesehatan masyarakat yang bersifat promotif dan preventif dalam mencapai target program kesehatan prioritas nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif pendekatan deskriptif melalui wawancara mendalam terhadap 5 informan yang terdiri dari Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, Kepala Puskesmas Marike, Pengelola BOK Puskesmas Marike, Tim verifikasi BOK Dinas Kesehatan Langkat, Bendahara BOK Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat. Informan dipilih dengan menggunakan teknik puposive. Analisa data dengan metode Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemanfaatan dana BOK telah sesuai dengan Juknis BOK Tahun 2015. Dengan pemanfaatan dana BOK 66% digunakan untuk program kesehatan esensial dan 34% digunakan untuk program kesehatan lainnya dan manajemen puskesmas. Pencapaian cakupan indikator SPM di puskesmas menunjukkan adanya peningkatan selama adanya pemanfaatan dana BOK namun belum sepenuhnya mencapai target.
Dalam pemanfaatan dana BOK diharapkan Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat agar tetap memberikan sosialisasi tentang pemanfaatan dana BOK kepada petugas pelayanan kesehatan puskesmas marike dan kepada Kepala Puskesmas Marike agar lebih memaksimalkan pelaksanaan kegiatan BOK sehingga kelihatan nyata bahwa pemanfaatan dana BOK dalam program promotif preventif dilaksanakan dengan baik.
ABSTRACT
Health operational aids is central government assistance to the local government for the acceleration of the achievement of national priority target specially MDGs in health sector of 2015, through the increasing of performance of society health center (Puskesmas) and its network and Poskesdes/Polindes, Posyandu and UKBM in the performance of promotion and preventive health service. This health assistance aims to support the increasing of health level of society either in promotion or preventive in order to achieve the national priority health target especially MDGs in health sector in 2015.
This research was conducted by qualitative method with descriptive approach using a depth interview to 5 informants that consist of Health office of Langkat Regency, Head of Puskesmas of Marike, verification team of Health assistance (BOK) of health office of Langkat, the treasurer of BOK. The informants are selected by using purposive method. The data was analyzed by Miles and Huberman method.
The results of research indicates that the using of health assistance (BOK) fund is suitable to the technical direction of BOK in 2015. By the using of not less than 60% of BOK for priority health program and not more than 40% used for other health program and puskesmas management. The achievement of SPM indicators in Puskesmas indicates that there is increasing during the using of health assistance fund but has not yet achieve the target.
In the using of health assistance (BOK) fund, it hope the head of Health Office of Langkat provide the socialization about the using of the health assistance (BOK) fund to the health staff in Puskesmas of Marike and the Puskemas of Marike must implement the BOK activities maximally so the using of health assistance (BOK) fund in promotion and preventive program is effective and efficient.
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan
kesehatan secara menyeluruh agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam
tahapan hidup manusia. Dengan kondisi yang sehat, manusia dapat melakukan
aktivitas sehari-harinya dengan baik, tanpa terganggu oleh kesehatan tubuh yang
kurang optimal (Kemenkes RI, 2010).
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa
Indonesia, untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota,
sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya
pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
sesuai dengan kemampuannya (Kemenkes RI, 2011).
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujudnya derajat
Program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan beberapa dekade
berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup signifikan
walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang tetap
memengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, tetap
diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan
hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antargolongan, derajat kesehatan
yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan
kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan (Adisaswito, 2014).
Puskesmas sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama memiliki peranan yang penting dalam sistem kesehatan nasional,
khususnya subsistem upaya kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 menyatakan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat
adalah fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya (Kemenkes, 2014).
Promosi kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk membawa
perubahan (perbaikan), baik didalam masyarakat sendiri, maupun didalam
orgaisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik). Promosi
kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan
praktik kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan,
dalam rangka memmelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat
Pelaksanaan promosi kesehatan di puskesmas pada dasarnya adalah penerapan
strategi promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi di
tatanan sarana kesehatan, khususnya Puskesmas. Oleh karena itu, langkah
awalnya adalah berupa penggerakan dan pengorganisasian untuk memperdayakan
para petugas puskesmas agar mampu mengidentifikasi masalah-masalah
kesehatan di masyarakat dan menyususn rencana untuk menanggulangi dari sisi
promosi kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang harus ditingkatkan
kinerjanya adalah promosi kesehatan (Kemenkes RI, 2011).
Upaya Kesehatan Masyarakat di Puskesmas, meliputi Upaya kesehatan
masyarakat Esensial dan upaya kesehatan masyarakat Pengembangan. Upaya
kesehatan masyarakat Esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan
kesehatan lingkungan, pelayanan KIA dan KB, seta pelayanan gizi, pelayanan
pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya kesehatan masyarakat
pengembangan meliputi pelayanan kesehtaan jiwa, upaya kesehtan gigi
masyarakat, pengobatan tradisional, komplementer dan alternatif, UKS,kesehatan
indera, kesehatan lansia, serta kesehatan kerja dan olahraga (Kemenkes RI, 2014).
Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen global untuk mengupayakan pencapaian delapan tujuan bersama pada tahun 2015 terkait
pengurangan kemiskinan, pencapaian pendididkan dasar, kesetaraan gender,
perbaikan kesehatan ibu dan anak, pengurangan prevalensi penyakit menular,
pelestarian lingkungan hidup, dan kerjasama global (Kemenkes, 2015).
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah dana Anggaran dan
bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang disalurkan melalui
mekanisme tugas pembantuan untuk percepatan pencapaian target MDGs bidang
kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja puskesmas dan jaringannya,
serta UKBM khususnya Poskesdes/Polindes, Posyandu, UKS dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Di samping kegiatan upaya kesehatan di Puskesmas yang telah ditetapkan
sebagai prioritas, Puskesmas dapat melakukan kegiatan upaya kesehatan lainnya,
meliputi : UKM esensial diluar kegiatan prioritas MDGs berdaya ungkit tinggi
antara lain pelaksanaan penjaringan kesehatan pada anak sekolah dan tindak
lanjutnya dalam UKS, kegiatan kesehatan reproduksi bagi remaja dan calon
pengantin, penyuluhan gizi bagi pekerja perempuan termasuk kelompok resiko
tinggi, senam nifas, pelaksanaan senam ibu hamil, pelaksanaan pemantauan
kebugaran jasmani anak sekolah, remaja dan pekerja, pelaksanaan penyuluhan
pemanfaatan tanaman obat keluarga, upaya kesehatan lainnya sesuai dengan
UKBM pegembangan berdasarkan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014, pelacakan
kasus kematian ibu dan bayi, autopsi verbal kematian ibu dan bayi,
penyegaran/refreshing kader kesehatan dan upaya kesehatan lainnya yang bersifat
lokal spesifik (Kemenkes, 2014).
Saat ini BOK cenderung menjadi anggaran utama untuk operasional program
kesehatan di Puskesmas. Porsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
untuk operasional program kesehatan di Puskesmas semakin menurun , sehingga
kinerja Puskesmas cenderung statis. Seiring dengan terbitnya Undang-Undng
tentang BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) dan peraturan turunannya
yang mengatur dana kapitasi untuk Puskesmas, diharapkan terjadi sinergisme
pembiayaan operasional Puskesmas, sehingga akan semakin meningkatkan
capaian pembangunan kesehatan (Kemenkes RI, 2015).
Secara administrasi wilayah kerja puskesmas marike dibagi atas 8 desa dan 57
dusun. Dalam melaksanakan pembangunan kesehatan puskesmas marike terdapat
wilayah pembangunan meliputi 7 puskesmas pembantu, 8 puskesdes dan 0
polindes. Puskesmas marike memiliki strategi untuk mencapai tujuan
meningkatkan program BOK dengan strategi meningkatkan pembiayaan
kesehatan,serta pengembangan kebijakan dan manajemen pembangunan
kesehatan diarahkan untuk memaksimalkan anggaran dana BOK dalam upaya
pengelolaan sumberdaya pembiayaan yang efektif dan efisien.
Berdasarkan survey awal yang didapat peneliti, bahwa alokasi dana BOK
pertama sekali di dapat yaitu pada tahun 2010 dengan dana sebesar
Rp.60.000.000,- Total Anggaran Kesehatan Dana BOK pada tahun 2011 sebesar
Rp. 62.000.000,- Total Anggaran Kesehatan Dana BOK pada tahun 2012 sebesar
Rp. 64.000.000,- Total Anggaran Kesehatan Dana BOK pada tahun 2013 sebesar
Rp. 70.000.000,-
Berdasarkan informasi yang didapat dari petugas kesehatan Puskesmas Marike
Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat, dilihat dari Plan of action (POA)
tahun 2015 menjelaskan bahwa upaya kesehatan ibu dan anak (KIA), pelayanan
gizi, pelayanan kesehatan bayi, kelas ibu hamil dan balita, pelayanan keluarga
menurunkan kasus baru malaria dan TB Paru serta meningkatkan akses
masyarakat terhadap sumber air minum dan sanitasi dasar, kegiatan tersebut
dilaksanakan melalui sumber dana BOK.
Kegiatan promotif yang dilakukan Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru
dalam upaya kesehatan pendamping ibu dan hamil dan ibu balita , yaitu : dalam
bentuk promosi Inisiasi Menyusui Dini dan ASI Eksklusif, dalam upaya
pelayanan keluarga berencana (KB) yaitu dengan bentuk promosi KB, sedangkan
dalam upaya pengendalian penyebaran dan menurunkan kasus malaria dan TB
Paru dilakukan dengan bentuk kegiatan promosi etika batuk dan promosi
mengenai PHBS. Kegiatan preventif yang dilakukan Puskesmas Marike
Kecamatan Kutambaru dalam upaya kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yaitu dalam
bentuk kegiatan pendamping kelas Ibu dan balita, upaya kesehatan pelayanan gizi
yaitu dalam bentuk survelans dan pelacakan gizi buruk, upaya kesehatan
pelayanan kesehatan bayi, yaitu dengan melakukan pengukuran timbang BB,
pemberian vitamin A, dan imunisasi, upaya kesehatan pelayanan KB juga
dilakukan dengan kunjungan ke rumah PUS yang tidak ber KB atau Drop Out,
upaya pelayanan kesehatan ibu nifas dilakukan dengan melakukan kunjungan ibu
nifas, serta upaya kesehatan dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap
sumber air minum dan sanitasi dasar adalah dengan cara memicu warga
masyarakat untun stop buang air besar sembarangan.
Menurut persepsi staf pengelola BOK puskesmas marike bahwa penggunaan
promosi kesehatan yang sudah direncanakan belum sesuai dengan pelaksanaan di
wilayah kerja puskesmas.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Andini (2011) di Puskesmas
Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus dijelaskan bahwa puskesmas
serapan tinggi berhasil menekan kasus kematian ibu dan anak dengan pemahaman
tentang juknis BOK yang cukup jelas, pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
laporan, ada keterlibatan pelaksana dalam penyusunan plan of action (POA) serta ada evaluasi pelaksanaan kegiatan. Demikian pula penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Sanvery (2012) menjelaskan bahwa Evaluasi tenaga sudah
mencukupi dan memadai dalam pelaksanaan kegiatan tetapi masih ditemukan
pemanfaatan tenaga oleh Kepala Puskesmas belum maksimal dalam pelaksanaan
kegiatan. Evaluasi terhadap dana masih ditemukan permasalahan yaitu belum
terintegrasinya sumber dana yang digunakan oleh Puskesmas.Evaluasi terhadap
sarana penunjang telah memadai guna melaksanakan Standar Pelayanan Minimal .
Evaluasi terhadap proses masih belum sesuai dengan pedoman petunjuk teknis
program yang telah ditetapkan terutama dalam hal perencanaan Puskesmas dan
pelaksanaan lokakarya mini Puskesmas.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Dalam
Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan
pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) Dalam Program Promotif dan Preventif di
Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat?“.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Bagaimana Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) Dalam Program Promotif dan Preventif di
Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk memperoleh informasi mengenai pelaksanaan penggunaan dana
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang dilakukan di Puskesmas
Marike Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015.
2. Dapat menganalisi pemanfaatan dana BOK di puskesmas dan jaringannya
serta poskesdes atau polindes dan posyandu serta UKBM dan tempat
pelayanan kesehatan lainnya.
3. Terlaksananya kegiatan promotif dan preventif di Puskesmas Marike
Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi instansi kesehatan mengenai Analisis
Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru
Kabupaten Langkat Tahun 2015.
2. Untuk dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi informan dan dapat
menganalisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
Dalam Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan
Kutambaru Kabupaten Langkat Tahun 2015.
3. Sebagai sumber referensi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
Analisis Pemanfaatan Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Dalam
Program Promotif dan Preventif di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bantuan Operasional Kesehatan
2.1.1 Difinisi BOK
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah untuk percepatan pencapaian target prioritas nasional
khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja
Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes/Polindes, Posyandu dan UKBM
lainnya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan
preventif (Kemenkes, 2015).
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah dana Anggaran dan
Pendapatan Belanja Negara (APBN) Kementerian Kesehatan dan merupakan
bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang disalurkan melalui
mekanisme tugas pembantuan untuk percepatan pencapaian target program
kesehatan prioritas nasional khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015,
melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya, serta UKBM khususnya
Poskesdes/Polindes, Posyandu, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif
(Kemenkes, 2015).
Pemerintah menyadari bahwa sumber pembiayaan pemerintah daerah yang
bersumber dari APBD dianggap tidak mencukupi untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Indonesia secara signifikan karena sebagian besar masih
anggaran kesehatan daerah sebesar 10% dari APBD. Selanjutnya di dalam
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas maka diupayakan modal
pembiayaan baru yang lebih menitikberatkan kepada pembiayaan langsung dari
Pusat ke pusat pelayanan kesehatan berbasis komunitas di tingkat Puskesmas.
Upaya pembiayaan ini diwujudkan melalui program Bantuan Operasional
Kesehatan (Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan, 2013).
2.1.2 Tujuan Program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
Adapun tujuannya menurut buku Petunjuk Teknis Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK) tahun 2015 adalah :
1. Tujuan Umum
Mendukung peningkatan upaya kesehatan masyarakat yang bersifat promotif
dan preventif dalam mencapai target program kesehatan prioritas nasional
khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015. 2. Tujuan Khusus
a. Menyediakan dukungan dana operasional program bagi Puskesmas, untuk
pencapaian program kesehatan prioritas nasional.
b. Menyediakan dukungan dana bagi penyelenggaraan manajemen Puskesmas,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Provinsi dalam pelaksanaan program
kesehatan prioritas nasional.
c. Mengaktifkan penyelenggaraan manajemen Puskesmas mulai dari
perencanaan, penggerakan/pelaksanaan lokakarya mini sampai dengan
2.1.3 Ruang Lingkup Kegiatan di Puskesmas
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) utamanya digunakan untuk kegiatan
upaya kesehatan yang bersifat promotif dan prefentif di puskesmas dan
jaringannya termasuk Posyandu dan Poskesdes, dalam rangka membantu
pencapaian target SPM Bidang Kesehatan di kabupaten/kota guna mempercepat
pencapaian target MDGs. Selain itu dana BOK juga dialokasikan untuk
mendukung pelaksanaan manajemen BOK di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Ruang lingkup kegiatan yang boleh didanai dari BOK menurut buku
Petunjuk Teknis BOK 2015, adalah sebagai berikut :
a. Minimal 60% dari total alokasi dana BOK Puskesmas digunakan untuk
Program Kesehatan Prioritas melalui berbagai kegiatan yang berdaya ungkit
tinggi untuk pencapaian tujuan MDGs bidang kesehatan.
b. Maksimal 40% dari total alokasi dana BOK Puskesmas digunakan untuk
Program Kesehatan lainnya dan Manajemen Puskesmas.
Rincian ruang lingkup program kesehatan dan manajemen Puskesmas
meliputi, program kesehatan prioritas, program kesehatan lainnya dan
manajemen puskesmas.
1. Program Kesehatan Prioritas
Program kesehatan prioritas yang terkait pencapaian MDGs diarahkan pada pencapaian target :
a. MDGs 1
b. MDGs 4
Upaya menurunkan angka kematian balita.
c. MDGs 5
Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan mewujudkan akses
kesehatan reproduksi bagi semua.
d. MDGs 6
1. Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru
HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome).
2. Upaya mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan.
3. Upaya mengendalikan penyebaran dan menurunkan jumlah kasus baru
malaria dan TB.
e. MDGs 7
Upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber air minum dan
sanitasi dasar yang layak.
2. Program kesehatan lainnya
Ruang lingkup kegiatan program kesehatan lainnya meliputi :
a. UKM esensial di luar kegiatan prioritas MDGs berdaya ungkit tinggi antara lain pelaksanaan penjaringan kesehatan pada anak sekolah dan tindak
lanjutnya dalam UKS, kegiatan kesehatan reproduksi bagi remaja dan
calon pengantin, penyuluhan gizi bagi pekerja perempuan termasuk
pelaksanaan pemantauan kebugaran jasmani anak sekolah, remaja dan
pekerja, pelaksanaan penyuluhan pemanfaatan tanaman obat keluarga.
b. Upaya kesehatan lainnya sesuai dengan UKM Pengembangan berdasarkan
Permenkes Nomor 75 Tahun 2014, pelacakan kasus kematian ibu dan bayi,
autopsi verbal kematian ibu dan bayi. c. Penyegaran/refreshing kader kesehatan.
d. Upaya kesehatan lainnya yang bersifat lokal spesifik.
3. Manajemen Puskesmas
a. Penyelenggaraan rapat lokakarya mini untuk menyusun Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau Plan of Action (POA) Tahunan setelah Puskesmas menerima alokasi dana BOK dari kabupaten/kota.
b. Penyelenggaraan rapat lokakarya mini bulanan atau tribulanan untuk
membahas evaluasi kegiatan bulan sebelumnya dan menyusun rencana
kegiatan bulan yang akan datang.
c. Penyelenggaraan rapat-rapat yang diperlukan ditingkat desa untuk
membahas pelaksanaan program kesehatan di tingkat desa.
d. Pelaksanaan pembinaan/supervisi kegiatan kelapangan oleh kepala
Puskesmas dan koordinator program/kegiatan.
e. Pelaksanaan konsultasi, pengiriman laporan, menghadiri undangan dan
keperluan lainnya terkait dengan BOK ke kabupaten/kota.
2.1.4 Pemanfaatan Dana BOK
Pemanfaatan dana BOK digunakan untuk dana manajemen dan dana
1. Dana Manajemen
a. Dinas Kesehatan Provinsi
b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
c. Puskesmas
Pemanfaatan dana BOK yang digunakan untuk dana manajemen di
puskesmas, meliputi :
- Pembelian ATK untuk kegiatan pendukung
- Pembiayaan administrasi perbankan, apabila sesuai dengan ketentuan bank
setempat memerlukan biaya administrasi dalam rangka membuka dan
mennutup rekening bank puskesmas.
- Pembelian materai
- Penggandaan/fotocopy laporan
- Pengiriman surat/laporan
- Pembelian konsumsi rapat
2. Dana Operasional di Puskesmas
Pemanfaatan dana BOK yang digunakan untuk dana operasional di
puskesmas, meliputi :
a. Perjalanan dinas sampai dengan delapan jam yang digunakan untuk
membiayai transpor bagi petugas kesehatan dan kader kesehatan, tokoh
masyarakat dan atau tokoh agama, dalam bentuk kegiatan sebagai berikut :
- Pelaksanaan kegiatan promotif dan preventif ke luar gedung
b. Perjalanan dinas lebih dari delapan jam, yaitu membiayai transpor, uang
harian petugas kesehatan dan biaya penginapan terkait BOK ke desa dengan akses
sulit wilayah kerja Puskesmas.
c. Pembelian Barang
- Pembelian bahan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan peyuluhan
- Pembelian konsumsi rapat
- Penggandaan pedoman dan media/bahan penyuluhan pada masyarakat.
2.1.5 Pengelola BOK Tingkat Puskesmas
Pengelola BOK di Puskesmas berdasarkan Surat Keputusan KPA terdiri dari
Penanggung jawab BOK di Puskesmas adalah Kepala Puskesmas dan Pengelola
Keuangan BOK Puskesmas
2.1.6 Indikator Kinerja BOK
Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi pengelola BOK, maka perlu
ditetapkan indikator kinerja sebagai alat untuk memantau dan mengevaluasi
pelaksana BOK. Tujuan penetapan indikator kinerja ini adalah untuk penilaian
kinerja internal jajaran kesehatan setiap tingkatan dan untuk penilaian kinerja
eksternal Kementerian Kesehatan terkait dengan pengelolaan BOK dan
transparansi publik. Indikator kinerja BOK meliputi aspek manajemen dan aspek
program.
a. Aspek Manajemen di Puskesmas
Puskesmas mempublikasikan laporan pemanfaatan dana BOK di papan
b. Aspek Program di puskesmas
Cakupan pencapaian indikator program kesehatan, yang diselenggarakan oleh
Puskesmas yang berasal dari berbagai sumber biaya termasuk BOK. Target
ditetapkan oleh masing-masing Puskesmas serta kabupaten/kota. Laporan cakupan
program dikirimkan secara berjenjang dari Puskesmas kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan seterusnya sampai ke tingkat
pusat. Pelaporan yang bersifat rutin menggunakan format dan mekanisme yang
telah ditetapkan meliputi :
1. Laporan kegiatan puskesmas menggunakan format laporan yang selama ini
berlaku
2. Laporan keuangan sesuai ketentuan Sistem Akuntansi Instansi, selain itu
Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dan Provinsi juga menyususn laporan
yang diterima.
2.2 Promosi Kesehatan
2.2.1 Difinisi Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan di Puskesmas adalah upaya puskesmas untuk
meningkatkan kemampuan pasien, agar dapat mandiri dalam mempercepat
kesembuhan dan rehabilitasinya, dalam meningkatkan kesehatan, mencegah
masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka, serta
didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Hartono, 2010).
Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian
promosi kesehatan. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan
terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.
Promosi Kesehatan adalah program kesehatan yang dirancang untuk
membawa perubahan (perbaikan), baik didalam masyarakat sendiri, maupun
didalam orgaisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik).
Promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan,
sikap dan praktik kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki
lingkungan, dalam rangka memmelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat
(Notoatmodjo, 2007).
Promosi kesehatan oleh Puskesmas adalah upaya Puskesmas untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat mandiri dalam mempercepat
kesembuhan dan rehabilitasinya, individu sehat, keluarga dan masyarakat dapat
mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan
dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama sesuai sosial budaya serta didukung
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kemenkes RI, 2011).
2.2.2 Sasaran Promosi Kesehatan
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan terdapat tiga (3) jenis sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer
Sasaran Primer (utama) upaya promosi kesehatan yaitu pasien, individu sehat,
2. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka informal
(pemuka adat, pemuka agama, dll) maupun pemuka formal (petugas kesehatan,
pejabat pemerintahan, dll), organisasi kemasyarakatan dan media massa.
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan
serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.
2.2.3 Strategi Promosi Kesehatan
Strategi promosi kesehatan terdiri dari tiga (3) yaitu : Pemberdayaan yang
didukung oleh bina suasana, advokasi serta dilandasi oleh semangat dan
kemitraan.
1. Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah pemberian informasi dan pendampingan dalam
mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan, guna membantu individu,
keluarga atau kelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-tahap tahu, mau
dan mampu mempraktikan PHBS.
2. Bina suasana
Bina Suasana adalah pembentukan suasana lingkungan sosial yang kondusif
dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam
3. Advokasi
Advokasi adalah pendekatan dan motivaasi terhadap pihak-pihak tertentu yang
diperhitungkan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi
materi maupun non materi.
2.2.4 Indikator Keberhasilan Promosi Kesehatan di Puskesmas
Agar pemantauan dan evaluasi dapat dilakukan secara paripurna, maka
indikator keberhasilan ini mencakup indikator masukan (input), indikator proses, indikator keluaran (output), dan indikator dampak (outcome).
a. Indikator Masukan
Masukan perlu yang diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumberdaya
manusia, sarana/peralatan dan dana. Oleh karena itu, indikator masukan ini dapat
mencakup :
- Ada/tidaknya komitmen kepala Puskesmas yang tercermin dalam Rencana
Umum Pengembangan Promosi Kesehatan Puskesmas.
- Ada/tidaknya komitmen seluruh jajaran yang tercermin dalam Rencana
Operasional Promosi Kesehatan Puskesmas.
- Ada/tidaknya petugas promosi kesehatan Puskesmas sesuai denagn standar
tenaga promosi kesehatan Puskesmas.
- Ada/tidaknya petugas promosi kesehatan dan petugas-petugas kesehatan
lainnya yang sudah dilatih.
- Ada/tidaknya sarana dan peralatan promosi kesehatan Puskesmas sesuai
- Ada/tidaknya dana di Puskesmas yang mencukupi untuk penyelenggaraan
promosi kesehatan di Puskesmas.
b. Indikator Proses
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan promosi kesehatan
puskesmas yang meliputi promosi kesehatan di dalam gedung dan promosi
kesehatan di masyarakat. Indikator yang digunakan disini meliputi :
- Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung (setiap tenaga
kesehatan melakukan promosi atau diselenggarakan klinik khusus,
pemasangan poster, dll), yaitu sudah atau belum, dan atau frekuensinya.
- Kondisi media komunikasi yang digunakan (poster, spanduk, dll), yaitu masih
bagus atau sudah rusak.
- Pelaksanaan kegiatan promosi kesehtaan di masyarakat (kunjungan rumah dan
pengorganisasian masyarakat), yaitu sudah atau belum.
c. Indikator Keluaran
Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan, baik secara umum maupun secara khusus. Oleh karena itu, indikator
yang digunakan disini adalah berupa cakupan dari kegiatan, misalnya:
- Apakah semua petugas kesehatan Puskesmas telah melaksanakan promosi
kesehatan ( yaitu pemberdayaan/konseling).
- Berapa banyak pasien/klien yang sudah dilayani oleh berbagai kegiatan
promosi kesehatan dalam gedung (konseling, bibblioterapi, dll).
- Berapa banyak keluarga yang telah mendapat kunjungan rumah oleh
- Berapa banyak kelompok masyarakat yang sudah digarap Puskesmas denagn
pengorganisasian masyarakat.
d. Indikator Dampak
Indikator dampak mengacu pada tujuan dilaksanakannya promosi kesehatan
Puskesmas, yaitu terciptanya PHBS di masyarakat. Oleh sebab itu, kondisi ini
sebaiknya dinilai setelah promosi kesehatan Puskesmas berjalan beberapa lama,
yaitu melalui upaya evaluasi. Tatanan yang dianggap mewakili untuk di evaluasi
adalah tatanan rumah tangga. Jadi indikator dampaknya adalah berupa : persentase
keluarga atau rumah tangga yang telah memperaktekkan PHBS. PHBS itu sendiri
merupakan komposit dari sejumlah indikator perilaku. PHBS terdiri dari
beratus-ratus tindakan atau perilaku. Karena ketrbatasan sumber daya untuk
mengevaluasi, maka perlu ditetapkan beberapa perilaku yang sangat sensitiv
untuk indikator yang akan dikompositkan.
2.3 Puskesmas
2.3.1 Difinisi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan mayarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Puskesmas juga suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai
pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu
wilayah tertentu (Azwar, 2010).
Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu jenis fasilitas kesehatan
masyarakat tingkat pertama yang memiliki peranan penting dalam sistem
kesehatan nasional khususnya subsistem upaya kesehatan, guna untuk
meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2014).
2.3.2 Pelaksanaan Manajemen Puskesmas
Sesuai dengan Petunjuk Teknis BOK Model yang digunanakan dalam
manajemen Puskesmas adalah Model Manajemen P1-P2-P3 (Kemenkes, 2012).
Manajemen Puskemas terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan dan
Pelaksanaan) dan P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian).
1. P1 (Perencanaan) Puskesmas : Microplanning Puskesmas
Microplanning puskesmas adalah penyusunan rencana lima tahunan dengan tahapan tiap-tiap tahun ditingkat puskesmas untuk mengembangkan dan membina
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) KB Kesehatan di wilayah kerjanya,
berdasarkan masalah yang dihadapi dan kemampuan yang dimiliki dalam rangka
meningkatkan fungsi Puskesmas. Tujuan umum microplanning puskesmas adalah meningkatkan cakupan pelayanan program prioritas yang mempunyai daya ungkit
terbesar terhadap penurunan angka kematian bayi, anak balita dan fertilitas dalam
wilayah kerjanya yang pada gilirannya dapat meningkatkan fungsi puskesmas.
a. Mengembangkan dan membina pos-pos pelayanan terpadu KB Kesehatan di
desa-desa wilayah kerja Puskemas, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
dan masalah yang dihadapi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif dan
efesien.
b. Meningkatkan peran serta mayarakat dalam pelayanan kesehatan.
c. Meningkatkan kemampuan staf puskesmas dalam berfikir secara analitik dan
mendorong untuk berinisiatif untuk mengembangkan ,kreasi dan motivasi
(Depkes, 1986).
Ruang lingkup microplanning adalah kegiatan pokok Puskesmas meliputi 18 kegiatan pokok. Namun demikian, mengingat dalam pelita IV perioritas diberikan
pada penurunan angka kematian bagi bayi dan anak balita serta angka fertilitas,
maka perencanaan yang dimaksud baru diarahkan pada lima program terpadu
KB-kesehatan, imunisasi dan penanggulangan diare. Kelima program tersebut
mempunyai daya ungkit terbesar terhadap upaya penurunan angka kematian bayi,
anak balita dan anak fertilitas (Sulaeman, 2014).
2. P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan)
Lokakarya Mini Puskesmas adalah Upaya untuk menggalang kerjasama tim
untuk penggerakan dan pelaksanaan upaya kesehatan Puskesmas sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun dari tiap-tiap upaya kesehatan pokok Puskesmas,
sehingga dapat dihindarkan terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan
kegiatannya. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tenaga
puskesmas bekerjasama dalam tim dan membina kerjasama lintas program dan
Pedoman Lokakarya mini Puskesmas merupakan pedoman untuk P2 (
Penggerakan dan Pelaksanaan) yang didalamnya terdiri dari 4 komponen sebagai
berikut :
a. Penggalangan kerjasama dalam tim
Yaitu lokakarya yang dilaksanakan setahun sekali didalam lingkungan
Puskesmas sendiri, dalam rangka meningkatkan kerjasama antar petugas
Puskesmas untuk meningkatkan fungsi Puskesmas.
b. Raker Bulanan Puskesmas
Sebagai tindak lanjut rapat penggalangan kerjasama dalam tim, setiap akhir
bulan diadakan pertemuan antar tenaga Puskesmas untuk membandingkan
rencana kerja bulan yang lalu dengan hasil kegiatannya, bilamana dijumpai
masalah dibahas bersama untuk dipecahkan bersama dan kemudian menyususn
rencana kerja bulan berikutnya bagi setiap tenaga,
c. Penggalangan kerjasama Lintas Sektoral
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan
sektor-sektor yang bersangkutan diperlukan penggalangan kerjasama lintas sektor-sektoral,
serta dilaksanakan dalam satu pertemuan lintas sektoral setahun sekali. Untuk itu
perlu dijelaskan manfaat bersama dari pembinaan upaya peran serta masyarakat
dalam bidang kesehatan bagi sektor-sektor yang bersangkutan. Sebagai hasil
pertemuan adalah kesepakatan rencana kerja sama lintas sektoral dalam membina
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan termasuk keterpaduan KB
d. Raker Tribulan Lintas sektor
Rapat kerja tribulanan lintas sektor, sebagai tindak lanjut pertemuan
penggalangan kerja sama lintas sektor untuk mengkaji hasil kegiatan kerja sama
dan memecahkan masalah yang dihadapi.
Adapun Tujuan penggerakan dan pelaksanaan puskesmas adalah
meningkatkan fungsi puskesmas melalui peningkatan kemampuan tenaga
puskesmas untuk bekerja sama dalam tim dan membina kerja sama lintas program
dan lintas sektor (Depkes, 1989).
3. P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian) : Stratifikasi Puskesmas
Stratifikasi adalah Suatu kegiatan untuk menentukan tingkat perkembangan
fungsi puskesmas, dalam rangka peningkatan upaya kesehatan kepada masyarakat
dengan menggunakan suatu pola strategi pengelompokan Puskesmas kedalam tiga
strata yaitu strata I, strata II dan srata III. Ketiga strata tersebut digunakan dalam
evaluasi terhadap tingkat perkembanagan fungsi Puskesmas, sehingga dengan
demikian pembinaan dalam rangka peningkatan fungsi Puskesmas dapat
dilaksanakan lebih terarah agar dapat menimbulkan semangat rasa tanggungjawab
dan kreatifitas yang dinamis, maka falsafah mawas diri perlu dipupuk dan
dikembangkan (Depkes, 1984).
Aspek yang dinilai dalam stratifikasi Puskemas meliputi hasil kegiatan pokok
Puskesmas, proses manajemen, termasuk berbagai lingkungan wilayah kerja
Puskesmas yang dapat berpengaruh terhadap penampilan kerja Puskesmas. Dalam
stratifikasi Puskesmaas ada tiga area yang perlu dibina, yaitu : Puskesmas sebagai
program-program sektor kesehatan maupun lintas sektoral yang secara langsung maupun
tidak langsung menjadi tanggungjawab Puskesmas dalam pelaksanaannya
maupun penunjangnya, dan peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat dan produktif (Sulaeman, 2014).
2.3.3 Perencanaan Tingkat Puskesmas
Sesuai dengan pedoman perencanaan tingkat puskesmas (Depkes, 2006)
penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas dilakukan melalui 4 (empat) tahap
sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini staf puskesmas yang terlibat dalam proses penyusunan
Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan dan
pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan.
2. Tahap Analisis Situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan
permasalahan yang dihadapi puskesmas melalui proses analisis terhadap data
yang dikumpulkan.
3. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dilaksanakan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Menyusun RUK bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai
pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang bermasalah.
b. Menyusun rencana kegiatan yang baru yang disesuaikan kondisi kesehatan
Penyusunan RUK terdiri dari 2 langkah yaitu Analisa Masalah dan
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan.
1. Analisa Masalah
Analisa masalah dapat dilakukan melalui kesepakatan kelompok tim penyusun
perencanaan tingkat puskesmas dan konsil kesehatan kecamatan/ badan penyantun
puskesmas melalui tahapan :
a. Identifikasi Masalah
b. Menetapkan Urutan Prioritas Masalah
c. Merumuskan Masalah
d. Mencari Akar Penyebab Masalah
e. Menetapkan Pemecahan Masalah
2. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK) meliputi upaya kesehatan
esensial, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan pengembangan dan
upaya kesehatan penunjang.
a. RUK Upaya Kesehatan Esensial
Upaya kesehatan esensial meliputi pelayanan promosi kesehatan, pelayanan
kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana,
pelayanan gizi dan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
b. RUK Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat
yang kegiatannya memerlukan upaya yang bersifat inovatif dan yang bersifat
kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumberdaya yang tersedia di
masing-masing Puskesmas.
4. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Tahap penyusunan RPK baik upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan, upaya kesehatan penunjang maupun upaya inovasi dilaksanakan
secara bersama-sama, terpadu dan terintegrasi. Hal ini sesuai dengan azas
penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan.
2.3.4 Sumber Pendanaan Puskesmas
Pendanaan di Puskesmas bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan
sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Pengelolaan dana di Puskesmas tersebut
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, memperlihatkan bahwa sebagian besar urusan
Pemerintahan telah diserahkan kepada Daerah termasuk Bidang Kesehatan.
Konsekuensi logis dari penyerahan ini adalah segala sesuatu yang menyangkut
perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Pemerintah Daerah (Adisaswito, 2014).
2.3.5 Pengertian Standar Pelayanan Minamal (SPM) Bidang Kesehatan
SPM bidang kesehatan pada hakikatnya merupakan bentuk-bentuk pelayanan
kesehatan yang selama ini telah dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota.
dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan
wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang
mencakup jenis pelayanan, indikator dan nilai. Puskesmas sebagai Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung
tombak pembangunan kesehatan di Indonesia sehingga mempunyai tugas dan
tanggungjawab untuk melaksanakan SPM bidang kesehatan (Sulaeman, 2014).
2.4 Kerangka Pikir
1. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah untuk percepatan pencapaian target prioritas nasional
khususnya MDGs bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja
Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes/Polindes, Posyandu dan UKBM
lainnya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan
preventif
2. Dana BOK dimanfaatkan sepenuhnya secara langsung oleh Puskesmas untuk
pelayanan kesehatan masyarakat dan tidak dijadikan sumber pendapatan daerah
sehingga tidak boleh disetorkan ke kas daerah. Pemanfaatan dana BOK harus Dana Bantuan
Operasional Kesehatan
- Kegiatan Promotif
- Kegiatan Preventif
berdasarkan hasil perencanaan yang disepakati dalam Lokakarya Mini Puskesmas
yang diselenggarakan secara rutin (periodik bulanan/triwulanan). Satuan biaya
setiap jenis kegiatan pelayanan kesehatan yang dibiayai BOK mengacu pada
ketentuan Peraturan Daerah (Perda). Jika belum terdapat Perda yang mengatur hal
itu, maka satuan biaya tersebut ditetapkan melalui Peraturan Bupati/Walikota atas
usulan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota. Pelaksanaan kegiatan di Puskesmas
berpedoman pada prinsip keterpaduan, kewilayahan, efisien, dan efektif.
3. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat
promosi kesehatan. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan
terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.
4. Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah suatu standar dengan batas-batas
tertentu untuk mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang
berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif dengan menggunakan desain penelitian
Kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh dan
lengkap tentang Pemanfaatan Analisis Dana Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) Dalam Program Promotif Dan Perventif Puskesmas Marike Kecamatan
Kutambaru Kabupaten langkat Tahun 2015.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Marike Kecamatan Kutambaru
Kabupaten langkat. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan ingin
menganalisis pemanfaatan dana BOK dalam program promotif dan preventif.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2015.
3.3 Informan Penelitian
Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penanggung jawab dari
program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) pada puskesmas yaitu Kepala
Puskesmas, Pengelola/Bendahara Puskesmas dan juga beberapa penanggung
jawab dari kegiatan pelaksanaan program yang dananya bersumber dari Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas
3.4 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini peneliti memilih
jenis penelitian kualitatif maka data yang harus diperoleh haruslah mendalam,
jelas dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh Sumantri (2013) bahwa
pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dokumen dan
fokus group discussion (FGD).
1. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan
dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab
sambil bertatapan muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai. Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan
pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan yang
multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building report, ulang
kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif dan kontrol emosi
negatif.
2. Observasi
Observasi merupakan informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan pada
ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu,
dan perasaan, untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk
evaluasi melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu serta melakukan umpan
balik terhadap pengukuran tersebut. Sesuai dengan objek penelitian maka peneliti
memilih obervasi partisipan. Observasi partisipan yaitu suatu teknik pengamatan
dimana peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang
diselidiki. Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat langsung
terhadap objek penelitian, yaitu dengan mengamati kegiatan-kegiatan promotif
dan preventif yang ada di Puskesmas Marike.
3.5 Metode Analisis Data
Data pada penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis data
kualitatif sesuai dengan konsep Spradley. Menurut Moleong (2012) yang
mengutip pendapat Miles dan Huberman (1986) bahwa aktifitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh.
Aktifitas analisis data yang dilakukan adalah data reduction, data display dan conclusion drawing/verification.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisa domain yang
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Puskesmas Marike
4.1.1 Sejarah Singkat Puskesmas Marike
Puskesmas Marike merupakan puskesmas rawat inap yang berdiri pada tahun
21 Mei 1992. Puskesmas Marike berada di wilayah Kecamatan Kutambaru
Kabupaten Langkat. Kecamatan Kutambaru secara geografis terletak pada posisi
koordinat 13°13´48” - 03°26´15 LU-11°LU dan 98°12´45” - 98°12´45” -
98°21´29” BT . Jarak kecamatan ini dengan ibukota Kabupaten Langkat (Stabat)
adalah 90 km. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Kutambaru ini adalah :
- Sebelah Utara Kecamatan Bahorok dengan Kecamatan salapian
- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Karo
- Sebelah Barat dengan Kecamatann Bahorok
- Sebelah Timur dengan Kecamatan Salapian
4.1.2 Wilayah Kerja Puskesmas Marike
Wilayah kerja puskesmas marike berdasarkan administrasi dibagi menjadi 8
Desa dan 57 Dusun. Dalam melaksanakan pembangunan kesehatan Puskesmas
Marike terdapat wilayah pembangunan, yaitu 7 puskesmas pembantu, 8 poskesdes
dan 0 polindes.Adapun desa yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Marike yaitu:
1. Desa Kutambaru
2. Desa Perkebunan Marike
3. Desa Namotongan
5. Desa Namoteras
6. Desa Rampah
7. Desa Kaperas
8. Desa Sulkam
Wilayah kerja Puskesmas Marike memiliki jumlah penduduk sebanyak
13.203 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 6119 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan sebanyak 7184 .jiwa.
Tabel 4.1 Jumlah penduduk berdasarkan desa
No Desa Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Kutambaru 1264 1393 2657
2 Perkebunan Marike 540 675 1215
3 Namotongan 1126 1255 2281
4 Kuta Gajah 1529 1655 3184
5 Namoteras 674 808 1482
6 Rampah 559 694 1253
7 Kaperas 243 381 624
8 Sulkam 184 323 507
Jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Marike sebanyak 49 orang dengan
rincian sebagai berikut :
Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Marike
No Jenis
Tenaga
Pendidikan Jumlah Jenis Kelamin Status
Kepegawaian
puskesmas, pengelola bok puskesmas, bendahara bok dinas kesehatan, sekretaris
tim teknis bok dan pemengang program promosi kesehatan.
Tabel 4.3 Distribusi informan berdasarkan karakteristik
Informan Jabatan Pendidikan Umur (Tahun) Jenis