• Tidak ada hasil yang ditemukan

perilaku dan penyesuaian sosial dan tingkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "perilaku dan penyesuaian sosial dan tingkat "

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan kasih karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

ini.Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah

Ilmu Sosial Budaya Dasar ” .

Membaca sebuah buku, kita seolah-olah bagaikan berhadapan dengan sebuah jendela lebar sepanjang garis cakrawala. Dihadapan kita laksana terbentang dunia yang luas, mendorong lahirnya inspirasi maupun semangat untuk menelusuri lebih jauh sebuah potret sasaran pandangan,bagaimana bentuk rupa dan makna penilaian kita terhadapnya.

Didalam penyusunan makalah ini, kami membuatnya berdasarkan format yang telah diberikan. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Akhir kata,tak ada gading yang tak retak. Maka kami sebagai penyusun menyadari keterbatasan yang kami miliki sehingga makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga dalam penyusunan makalah selanjutnyakami bisa lebih baik lagi.Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dan terutama bagi diri kami sendiri.

Sekian dan terima kasih.

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang………... 3

Rumusan Masalah……….. 4

Tujuan Penulisan……… 4

Manfaat Penulisan……….. 4

2 PEMBAHASAN Perilaku dan Penyesuaian……… 5

Tipe-Tipe Perilaku Sosial……… 7

Kontak Social dan Jarak Social……….. 8

Elite dan Massa……… 19

Pelapisan Social……… 26

3

PENUTUP

Kesimpulan ……… 33

Saran………... 33

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

(3)

A. Latar Belakang

Pada dasarnya kita hidup sebagai manusia dituntut untuk hidup bersosialisasi karena manusia pada kodratnya merupakan mahluk sosial,yang dimana tidak dapat hidup sendiri melainkan saling membutuhkan satu sama lain. Sebagai Contoh dalam sebuah tempat kerja atau boleh kita sebut sebagai kantor. Dimana terdapat banyak aspek sosial yang terjadi didalamnya,entah itu hubungan antara atasan dengan bawahan,ataupun teman satu pekerjaan.Di sebuah kantor ini masing-masing individu memiliki bagiannya sendiri dalam mengerjakan pekerjaannya dan setiap individu tersebut saling membantu serta saling membutuhkan satu sama lainnya. Sebagaimana seorang atasan atau bos membutuhkan tenaga kerja,atau seorang bawahan untuk dipekerjakan dan membantu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan agar dapat menghasilkan sesuatu yang menguntungkan bagi keduanya. Begitupula sebaliknya,seorang bawahan membutuhkan pekerjaan sehingga akhirnya bisa mendapatkan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.Itulah sebagian contoh kecil bagaimana seorang manusia hidup bersosialisasi di dalam atmosfer dunia pekerjaan. Namun, kehidupan bersosialisasi yang sesungguhnya terdapat dan terbentuk di dalam kehidupan sebuah keluarga yang dimana terdapat ayah,ibu,kakak maupun adik.Pada dasarnya setiap individu pastinya memiliki sebuah keluarga untuk bergantung.Di dalam sebuah keluarga inilah terbentuk karakter dari masing-masing individu.Karena,pada dasarnya hubungan di dalam sebuah keluarga lebih erat dibanding dengan hubungan di sebuah pekerjaan maupun hubungan lainnya.

(4)

makhluk social, karena manusia tidak akan bisa hidup sebagi manusia jika tidak hidup di tengah-tengah manusia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dari perilaku dan penyesuaian? 2. Apa saja tipe-tipe dari perilaku sosial?

3. Apa yang dimaksud kontak sosial dan jarak sosial? 4. Apa yang dimaksud dengan elite dan massa? 5. Apa yang dimaksud dengan pelapisan sosial?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui maksud dan hubungan dari perilaku dan penyesuaian manusia.

2. Untuk mengetahui tipe-tipe dari perilaku sosial.

3. Untuk mengetahui pengertian dari kontak sosial dan jarak sosial. 4. Untuk mengetahui pengertian elite dan massa.

5. Untuk mengetahui hal-hal tentang pelapisan sosial.

D. Manfaat Penulisan

Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan manusia dan aspek sosial. Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya makalah ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi banyak pihak dalam mengembangkan sikap manusiawinya yang direalisasikan pada kehidupan sosial.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perilaku dan Penyesuaian

(5)

dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial.

Apabila seseorang menghadiri suatu undangan pesta, kemudian orang-orang yang menghadirinya kurang dikenal karena berasal dari kelas sosial yang lain pula, maka orang yang merasa bingung kerena mereka berada dalam situasi pertemuan yang serba asing. Sama halnya bila seseorang berada di negara lain yang adat dan budayanya serba asing baginya, keadaanya seperti ini sering disertai perasaan malu.

Perasaan malu adalah salah satu dari gejala ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri. Akibatnya karena tidak tahu bagaimana seharusnya bertingkah laku atau menyesuaikan diri. Untuk mengatasi hal tersebut, kita harus berperilaku sesuai dengan keberadaan yang baru. Penyesuaian diri merupakan proses elementer yang menjadi dasar dari semua aktivitas. Dalam mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapi, ada banyak cara yang harus ditempuh. Seperti penyesuaian terhadap alam, penyesuaian diri terhadap psiko-sosidi dengan tanggapan-tanggapan yang bervariasi.

(6)

diri (adjustment) sebagai usaha individu dalam mengatasi kebutuhan, ketegangan, frustrasi serta konflik dan tercapainya keharmonisan antara tuntutan diri dan lingkungan dengan melibatkan proses mental dan perilaku. Jadi dalam penyesuaian diri (adjustment) terdapat dua bentuk proses, yaitu proses mental/psikologis dan perilaku. Penyesuaian diri bersifat relatif, karena tidak ada orang yang mampu menyesuaikan diri secara sempurna. Alasan pertama penyesuaian diri bersifat relatif adalah melibatkan kapasitas seseorang dalam mengatasi tuntutan dari dalam dan dari lingkungan. Kapasitas ini bervariasi antara setiap orang, karena berkaitan dengan kepribadian dan tingkat perkembangan seseorang. Kedua adalah karena kualitas penyesuaian diri bervariasi antara satu masyarakat atau budaya dengan masyarakat atau budaya lainnya. Dan terakhir adalah karena adanya perbedaan-perbedaan pada setiap individu, setiap orang mengalami masa naik dan turun dalam penyesuaian diri.

Pola-pola perilaku dan penyesuaian diri diperoleh dari masyarakat. Dalam perjalanan hidupnya manusia mengubah pola perilaku yang semula dianutnya, perubahan itu mungkin berdasarkan pikirannya sendiri atau berdasarkan dengan kepentingan orang lain.

Kalau binatang mengadakan penyesuaian diri dengan nalurinya, sedangkan manusia disamping nalurinya juga mampu membentuk pola baru. Kemampuan manusia diperolehnya melalui transmisi sosial budaya yang terpisah dari warisan biologisnya. Warisan biologis memerlukan jangka waku yang cukup panjang, sedangkan transmisi sosial budaya mempercepat waktunya.

(7)

B. Tipe-Tipe Perilaku Sosial

1. Sikap dan Keinginan

Menurut sosiolog dari Amerika mengemukakan ada 4 keinginan manusia sebagai makhluk sosial yang sangat bervariasi, antara lain: a. Kehendak untuk mempunyai pengalaman baru

Pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan pengejaran, melarikan diri, tertangkap, lolos dari kematian, dan lainnya merupakan pengalaman yang menegangkan. Ini merupakan ciri awal dari kehidupan manusia. Dalam hal ini terjadi transformasi dari taraf yang asli ke taraf yang lebih rumit, biasa disebut pola mengejar kepentingan.

b. Kehendak akan keamanan

Manusia sering dihantui rasa takut, cemas atau perasaan malu dan keinginan untuk melarikan diri. Manusia yang dikuasai oleh kehendak akan keamanan biasanya berhati-hati dan konservatif.

c. Kehendak untuk dihargai

Kehendak ini muncul atas dorongan keinginan mencintai dan dicintai serta penghargaan. Perwujudan, misalnya kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Orang yang berprestasi ingin memperoleh penghargaan. Untuk mencapai itu semua, seseorang harus menjaga diri dari perbuatan tercela dan meningkatkan prestasinya sesuai bakat masing-masing.

d. Kehendak ingin memperoleh pengakuan

Kehendak ini terwujud dalam perjuangan untuk memperoleh kedudukan dan berpengaruh dalam kelompok. Misalnya seorang politikus yang mengejar kedudukan politik tinggi.

2. Pemenuhan Kepentingan

Ada dua kepentingan yang perlu dibahas, yaitu:

(8)

b. Kepentingan dalam arti psikologis, mempunyai implikasi kepentingan terhadap diri sendiri. Misalnya, seseorang ingin mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya di bidang kekuasaan, hal itu akan mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan yang terarah dengan tujuan yang telah direncanakan.

C. Kontak Sosial dan Jarak Sosial

Kini kita memusatkan perhatian terhadap proses-proses sosial yang mendasar, yang serta merta mempegaruhi perkembangannya. Kita akan membahas proses sosial yang mendasar itu, namun demikian pentingnya sehingga tak ada kehidupan individual dan kehidupan sosial yaang dapat dijelaskan dengan sempurna tanpa pengetahuan yang mendasar itu. Proses yang dimaksud, sebagai contohnya ialah kontak sosial, dan jarak sosial.

1. Kontak Primer Daan Kontak Sekunder

(9)

Jelas kiranya bahwa kawasan tempat berlangsungnya kontak sekunder yang sebenarnya adalah dalam kehidupan kekotaan. Revolusi industri yang melahirkan kota-kota dan yang memecah kehidupan sosial seperti kehidupan masyarakat desa menjadi unit-unit kecil, merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan sebagian besar antar hubungan yang bersifat abstrak dan impersonal. Kontak sekunder, dengan demikian mendorong terciptanya sikap-sikap yang abstrak. Kontak sekunder ini juga memungkinkan kita untuk membandingkan kepentingan jangka panjang dan yang penuh perhitungan, karena kecenderungan-kecenderungan dapat diperkirakan dan disusun, demikian pula sistem kontrol yang baru terhadap publik dapat diperbuat dan dipergunakan dengan menekankan kepada segi-segi perbedaan peranan yang dimainkan mereka seperti membedakan mereka selaku pembayaran pajak atau selaku buruh atau majikan. Situasi hubungan tatap muka, yang menandai kontak primer, dewasa inipun telah mengalami perubahan.

2. Kontak Berdasarkan Simpati Dan Berdasarkan Kategoris

(10)
(11)

penilaian diri sendiri. Kesadaran diri sendiri penduduk kota besar tidak stabil dan tidak kaku. Sedangkan dalam kehidupan masyarakat desa, prestise atau gengsi didasarkan atas siapa orang tua kita, dari keluarga mana kita berasal, daan dimana posisi kita dalam komunitas desa itu. Dalam kehidupan kota besar, prestise sebagian besar didasarkan atas hasil usaha (achievement) personal. Sebagai akibatnya penduduk kota besar selalu lebih mengisolasi dirinya dan penilaian terhadap dirinya sendiri di-internalisasikan.

Akibat dari kenyataan serupa ialah fleksibelitas, tetapi juga ketidak-stabilan, ketidak-sungguhan, dan skeptisme yang terdapat dalam watak penduduk kota besar. Selanjutnya individu yang relatif anonim sifatnya dalam kehidupan kota besar, memperluas lingkungan kehidupan sehingga memungkinka kita untuk memindahkan sebagian tanggungjawab kita kepada orang lain atau kepada institusi lain. Sebagai akibatnya, orang kian lama kian menjadi penonton saja terhadap situasi yang ada.

(12)

Tempat pengalaman yang paling awal dari kesatuan sosial dan identifikasi, terdapat pada kelompok primer atau kelompok tatap muka seperti keluarga, kelompok teman sepermainan, hubungan tetangga, klub, masyarakat faternal atau sekolah. Perasaan cinta, kepahlawanan dan keberanian, begitu juga mabisi, kesombongan dan dendam kesumat, kesemuanya dibentuk di dalam kelompok primer. Menurut C.H. Cooley, perasaan cinta kemerdekaan dan keadilan yang merupakan cita-cita primer yang mendasari ajaran kristen demokrasi dan sosialisme, ketiganya didasarkan atas ide-ide dari kelompok primer.

Kontak di dalam dan di luar kehidupan kelompok, telah dianalisa oleh sosiolog seperti Sumner, Cooley, dan Burgess. Menurut mereka, hubungan simpati internal yang egotisme kelompok menghasilkan dua standar perasaan yang berbeda. Di satu pihak, kemauan baik, kerjasama, dan saling percaya di antara sesama anggota kelompok sendiri. Di lain pihak, perasaan bermusuhan dan kecurigaan terhadapanggota kelompok lain. Hubungan persaudaraan di kalangan anggota kelompok sendiri dan perasaan bermusuhan terhadap anggota kelompok lain atau terhadap ‘out-group’ adalah dua hal yang saling berhubungan. Perlawanan dan permusuhan yang gawat terhadap orang asing atau terhadap kelompok lain, memperkuat solidaritas di kalangan sesama anggota kelompok sendiri sehingga perselisihan yang terjadi di kalangan internal kelompok sendiri, tidak dapat melemahkan permusuhan itu.

(13)

diekspresikan dengan memakai kata-kata yang menghina, dengan menyebut dan menandai kelompok lain itu sebagai ‘pemakan babi’, ‘tak bersunat’, pemakan lembu’, daan sebagainya. Apa yang mendasari penilaian demikian itu, mungkin dapat kita sebut dengan istilah ‘moralitas kafir’. Atas dasar mengkafirkan kelompok lain nasionalisme, juga didasarkan atas sikap prasangka dan moralitas kafir demikian itu.

3. Jarak Sosial

Jarak sosial (society space) bukan jarak secara fisik, namun yang penting adalah hubungan bathin yang mengikat anggota masyarakat. Jadi yang dimaksud dengan space adalah jarak psikis bukan jarak fisik, yaitu jarak kebathinan atau rohaniah dan bukanlah jarak tubuh kasar. Misalnya dua orang bertunangan walaupun jarak fisiknya sangat berjauhan, namun jarak psikisnya sangat dekat, bahkan seolah-olah merasa hidupnya berdampingan.

(14)

pada jarak 5 meter dari saya misalnya, adalah suatu pengalaman tentang ruang; tetapi jika saya mengatakan bahwa seseorang mempunyai jarak sosial dari saya, maka ini berarti bahwa saya mempunyai status sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah dari orang yang bersangkutan. Ada persamaan tertentu antara kedua jenis jarak ini meskipun keduanya tidaklah identik. Ahli sosiologi berbicara tentang penciptaan jarak buatan. Lalu apa gerangan yang dimaksudkannya? Jarak mengenai ruang, yang dapat diukur dengan mudah dalam arti pisik adalah dapat diubah melalui suatu tindakan dengan sengaja oleh manusia, menjadi barang sesuatu yang dapat disebut jarak mental. Pengurangan identifikasi termasuk ke dalam penciptaan jarak mental ini. Bergerak dari tindakan-tindakan yang intim dan simpatik menuju pengasingan diri tanpa perlu menerapkan tingkah laku yang menggolong-golongkan atau yang bersifat menyerang.

(15)

membuat tingkatan sosial diantara mereka melalui pertarungan. Anak ayam yang lari pertama kali, akan menjadi taklukan untuk selama-lamanya. Dengan demikian, suatu urutan lengkap dapat disusun menurut hasil pertarungan itu dan terlihat pula bahwa hierarki ini dipertahankan dengan keras oleh ayam itu. Penelitian ini juga menemukan bahwa tingkatan yang teratur ini tidak mengikuti dengan keras perbedaan dalam segi kekuatan fisik tetapi mengikuti apa yang disebut superioritas psikolgi, di mana aspek keberanian sangat besar peranannya. Tetapi adalah suatu kenyataan pula bahwa ketakutan selalu memainkan peranan pula.

(16)

maka tingkahlakunya lebih penuh kebajikan dibandingkan dengan tingkahlakunya ketika berada pada posisi sebagai jagoan kelompok besar. Ujung dari penelitian ini melihat kemungkinan besar bahwa tingkahlaku ayam itu lebih banyak tergabung kepada posisi sosialnya dibandingkan dengan karakter bawaannya.

Ebbe kemudian mencoba pula meneliti keteraturan jarak sosial dan tingkahlaku sosial di kalangan anak sekolah. Peneliti menemukan bahwa dalam suatu hierarki tertentu yang kesemuanya tak serupa dengan penilaian gurunya tetapi merupakan hasil ciptaan kehidupan kelompo anak sekolah itu.

Jika pimpinan dari satu kelompok dimasukkan ke dalam kelompok lain dimana ia menjadi anggota kelas menengah disana, maka tingkahlakunya berubah. Dengan demikian di antara anak sekolah itu juga supaya tingkah lakunya tergantung kepada sosialnya secara individual dan juga kepada apa yang disebut: karakter, yang untuk sebagian besar merupakan hasil dari berbagai situasi sosial.

(17)

jarak ketakutan. Revesz, seorang peneliti di bidang sosiologi binatanng lainnya meneliti tingkah laku kera yang dikandangkan. Dikandang yang diamatinya itu terdapat seekor kera yang unggul, empat ekor yang lemah, dan seekor anak kera. Ketika makanan yang dibawa ke kandangnya, yang terjadi mula-mula ialah perebutan makanan menurut dorongan hati (impulse) masing-masing kera itu. Tetapi tingkah laku demikian segera membuka jalan bagi situasi di mana kera yang terkuat mampu memuaskan dirinya sendiri tanpa rintangan, sebagai kera utama. Kera lain yang rebut makanan yang ada ditepi tiba-tiba rupanya menyadari dan mengingat hasil pertarungan dan gigitan kera yang terkuat yang terjadi sebelumnya, sehingga kemudian mereka menghindar ke arah yang berlawanan dan mengakhiri perebutan makanan itu. Segera setelah hal ini terjadi, anak kera maju ke depan dan menempatkan dirinya berdekatan dengan kera yang terkuat, mulai memakan pisang yang tersedia dengan tenang tanpa digigit oleh sang jagoan. Sepanjang anak kera ini tidak mencampuri persaingan kera yang lain itu, maka ia menjadi seekor kera yang mendapat bagian dalam kompetisi, maka ia segera ditaklukkan dan akan sama nasibnya dengan kera lain yang berkompetisi. Jelas kiranya bahwa dalam setiap situasi yang khas, suatu jarak tertentu terus-menerus tercipta dengan sendirinya di kalangan kehidupan binatang itu. Di sini jarak ruang pada waktu bersamaan mengandung jarak ketakutan dan rasa hormat. Jarak obyektif cenderung dihubungkan dengan kualitas jarak mental.

(18)

masyarakat yang ketat. Jarak yang berlebih ini, yang dapat dipertentangkan dengan keadaan berkurangnya jarak menggambarkan keintiman. Keintiman yang berhubungan erta dengan keakraban dan kontak pisik yang terjadi antara individu dalam kelompok, sekali lagi menunjukkan kenyataan bahwa jarak obyektif cenderung berhubungan erat dengan kualitas jarak mental.

Selama berlangsungnya proses diferensiasi, tipe-tipe jarak yang lebih kompleks muncul dari jarak ketakutan; sebagai contohnya adalah jarak kekuasaan. Jarak konvensional yang telah berkembang dengan cepat dalam suatu masyarakat sebagai tanggapan terhadap keperluan akan keamanan pribadi telah berkembang dengan cepat dalam suatu masyarakat senagai tanggapan terhadap keperluan akan keamanan pribadi telah berkembng dalam berbagai masyarakat menjadi suatu simbol antar hungan kekuasaan dan berpengaruh nyata terhadaap hiraarki sosial.

Kita dapat membedakan tiga jenis jarak. Pertama, jarak yang menjamin terpeliharanya tata sosial dan hirarki sosial tertentu. Kedua, jarak eksistensial. Ketiga, jarak diri sendiri, yakni jarak yang diciptakan di dalam diri seseorang individu tertentu.

D. Elite dan Massa

1. Pengertian

Dalam pengertian yang umum elite menunjuk pada sekelompok orang orang yang ada dalam masyarakat dan menempati kedudukan tinggi. Dalam pengertian khusus dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang terkemuka di bidang-bidang tertentu dan khususnya golongan minoritas yang memegang kekuasaan.

(19)

kemiliteran, politik, agama, pengajaran, dan pekerjaan-pekerjaan dinas”.

Dalam studi sosial golongan minoritas yang berada pada posisi atas yang secara fungsional dapat berkuasa dan menentukan dikenal dengan elit. Elite adalah suatu minoritas pribadi-pribadi yang diangkat untuk melayani suatu kolektivitas dengan cara yang bernilai sosial.

Di dalam suatu lapisan masyarakat tentu ada sekelompok kecil yang mempunyai posisi kunci atau mereka yang memiliki pengaruh yang besar dalam mengambil berbagai kebijaksanaan. Mereka itu mungkin para pejabat tugas utama guru, petani kaya, pedagang kaya, pensiunan dan lainnya lagi para pemuka pendapat (opinion leadaer) inilah pada umumnya memegang strategi kunci dan memiliki status tersendiri yang akhirnya merupakan elite masyarakat.

2. Elite dan Fungsi Strategis

Di dalam suatu kehidupan sosial yang teratur, baik dalam konteks luas maupun yang lebih sempit, dalam kelompok heterogen maupun homogen selalu ada kecenderungan untuk menyisihkan satu golongan tersendiri sebagai satu golongan yang penting, memiliki kekuasaan dan mendapatkan massa. Penentuan golongan minoritas ini didasarkan pada penghargaan masyarakat terhadap peranan yang dilancarkan dalam kehidupan masa kini serta andilnya dalam meletakkan dasar-dasar kehidupan pada masa-masa yang akan datang. Golongan minoritas yang berada pada posisi atas yang secara fungsional dapat berkuasa dan menentukan dalam studi sosial yang dikenal elite. Elite adalah suatu minoritas pribadi-pribadi yang diangkat untuk melayani suatu kolektivitas dengan cara yang bernilai sosial. (Ahmadi, 1991).

(20)

kecenderungan yang digunakan untuk menetukan elite dalam masyarakat.

Pertama, menitikberatkan pada fungsi sosial dan yang kedua, pertimbangan-pertimbangan yang bersifat moral. Kedua, kecenderungan penilaian ini menilai menurut Parson melahirkan dua macam elite. Yaitu: elite internal dan elite eksternal. Elite internal menyangkut integrasi moral serta solidaritas sosial yang berhubungan dengan perasaan tertentu pada saat tertentu, sopan santun dan keadaan jiwa. Sedangkan elite eksternal adalah meliputi pencapaian tujuan dan adaptasi, berhubungan dengan problema-problema yang memperlihatkan sifat yang keras, masyarakat lain atau masa depan yang tak tentu.

(Ahmadi, 1991) menyebutkan bahwa golongan elite sebagai minoritas sering ditampakkan dengan beberapa bentuk penampilan antara lain :

a. Elite menduduki posisi yang penting dan cenderung merupakan poros kehidupan masyarakat secara keseluruhan.

b. Faktor utama yang menentukan kedudukan mereka adalah keunggulan dan keberhasilan yang dilandasi oleh kemampuan baik yang bersifat fisik maupun psikis, material maupun immaterial, merupakan heriditier maupun pencapaian.

c. Dalam hal tanggung jawab, mereka memiliki tanggung jawab yang lebih besar jika dibandingkan dengan masyarakat lain. d. Ciri-ciri lain yang merupakan konsekuensi logis dari ketiga hal di

atas adalah imbalan yang lebih besar yang diperoleh atas pekerjaan dan usahanya.

(21)

masyarakat. Kelompok inti sosial itu mungkin para pendeta, atau pemuka agama lainnya, mungkin para pemegang kekuasaan, militer dll yang dapat dijadikan perantara bagi kesejahteraan masyarakat.

Dalam hal ini kita dapat membedakan elite pemegang strategi secara garis besar sebagai berikut :

a. Elite politik (elite yang berkuasa dalam mencapai tujuan.

b. Elite ekonomi, militer, diplomatic, dan cendikiawan, (mereka yang berkuasa atau mempunyai pengaruh dalam bidang itu). c. Elite agama, filsuf, pendidik, dan pemuka masyarakat.

d. Elite yang dapat memberikan kebutuhan psikologis, seperti : artis, penulis, tokoh film, olahragawan, dan tokoh hiburan dan sebagainya.

Elite dari segala elite dapatlah menjalankan fungsinya dengan mengajak para elite pemegang startegi ditiap bidangnya untuk bekeja sebaik-baiknya. Kecuali itu dimanapun juga elite pemegang strategi tersebut memiliki prinsip yang sama dalam menjalankan fungsi pokok mupun fungsi yang lain, seperti memberikan cotoh tingkah laku yang baik bagi masyarakatnya, mengkoordinir serta menciptakan yang harmonis dalam berbagai kegiatan, fungsi pertahanan dan keamanan; meredakan konflik sosial maupun fisik dan dapat melindungi masyarakatya terhadap bahaya dari luar.

Adanya perbedaan- perbedaan dalam masyarakat bagaimanapun juga menjadi tanggung jawab mereka untuk dapat bekerja sama lain di dalm tiap lembaga kehidupan masyarakat. Mungkin di dalam suatu masyarakat biasaya tindak tanduk elite merupakan contoh, dan sangant mungki seorang elite diharaan dapat melakukan segala fungsi multidimensi walaupun kadang-kadang hal itu sulit dilaksanakan. 3. Massa

(22)

dalam beberapa hal menyerupai crowd, tapi yanag secara fundamental berbeda dengannya dalam hal-hal yang lain.

Massa diwakili oleh orang-orang yang berperan serta dalam perilaku massal sepertinya mereka yang terbangkitkan minatnya oleh beberapa peristiwa nasional, mereka yang menyebar di berbagai tempat, mereka yang tertarik pada suatu peristiwa pembunuhan sebagai diberitakan dalam pers, atau mereka yang berperanserta dalam suatu migrasi dalam arti luas.

Massa (mass) atau crowd adalah suatu bentuk kumpulan (collection) individu-individu, dalam kumpulan tersebut tidak terdapat interaksi dan dalam kumpulan tersebut tidak terdapat adanya struktur dan pada umumnya massa berjumlah orang banyak dan berlangsung lama.

Massa menurut Gustave Le Bon (yang dapat dipandang sebagai pelopor dari psikologi massa) bahwa massa itu merupakan suatu kumpulan orang banyak, berjumlah ratusan atau ribuan, yang berkumpul dan mengadakan hubungan untuk sementara waktu, karena minat dan kepentingan yang sementara pula. Misal orang yang melihat pertandingan sepak bola, orang melihat bioskop dan lain sebagainya (Lih, Gerungan 1900).

Massa menurut Mennicke (1948) mempunyai pendapat dan pandangan yang lain shingga ia membedakan antara massa abstrak dan massa konkrit. Massa abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang didorong oleh adanya pesamaan minat, persamaan perhatian, persamaan kepentingan, persamaan tujuan, tidak adanya struktur yang jelas, tidak terorganisir. Sedangkan yang dimaksud dengan massa konkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri:

a. Adanya ikatan batin, ini dikarenakan adanya persamaan kehendak, persamaan tujuan, persamaan ide, dan sebagainya. b. Adanya persamaan norma, ini dikarenakan mereka memiliki

(23)

c. Mempunyai struktur yang jelas, di dalamnya telah ada pimpinan tertentu. Antara massa absrak dan massa konkrit kadang-kadang memiliki hubungan dalam arti bahwa massa abstrak dapat berkembang atau berubah menjadi konkrit, dan sebaliknya massa konkrit bisa berubah ke massa abstrak. Tetapi ada kalangan massa abstrak bubar tanpa adanya bekas. Apa yang dikemukakan oleh Gustave Le Bon dengan massa dapat disamakan dengan massa abstrak yang dikemukakan oleh Mennicke, massa seperti ini sifatnya temporer, dalam arti bahwa massa itu dalam waktu yang singkat akan bubar.

Massa menurut Park dan Burgess (Lih. Lindzey, 1959) membedakan antara massa aktif dan massa pasif, massa aktif disebut mob, sedangkan massa pasif disebut audience. Dalam mob telah ada tindakan-tindakan nyata misalnya dimontrasi, perkelahian massal dan sebagianya. Sedangkan pada tindakan yang nyata, misal orang-orang yang berkumpul untuk menjadi mob, sebaliknya mob dapat berubah menjadi audience.

Ciri-ciri massa terhadap beberapa hal yang penting sebagian ciri-ciri yang membedakan di dalam massa :

a. Keanggotaannya berasal dari semua lapisan masyarakat atau strata sosial, meliputi orang-orang dari berbagai posisi kelas yang berbeda, dari jabatan kecakapan, tingkat kemakamuran atau kebudayaan yang berbeda-beda. Orang bisa mengenali mereka sebagai massa misalnya orang-orang yang sedang mengikuti suatu proses peradilan tentang pembunuhan misalnya melalui pers.

b. Massa merupakan kelompok yang anonim, atau lebih tepat, tersusun dari individu-individu yang anonim.

c. Sedikit sekali interaksi atau bertukar pengalaman antara anggota-anggotanya.

(24)

Dari karakterisasi yang singkat dapat dilihat bahwa massa merupakan gambaran kosong dari suatu masyarakat. Ia tidak mempunyai organisasi sosial, tidak ada lembaga kebiasaan dan tradisi, tidak memiliki serangkaian aturan atau ritual, ridak terdapat sentiment kelompok yang terorganisir, tida ada struktur status peraan, serta tidak mempunyai kepemimipinan yang mantap. Ia semata-mata yterdiri dari suatu himpunan individu yang terpisah sepanjang perilaku massa dilibatkan. Oleh karena itu, ia tidak diciptakan melalui aturan preestabilishet, ia merupakan sesuatu yang spontan, orisinil dan elementer. Dalam hal ini massa banyak kemiripannya dengan crowd.

Perbedaan yang penting, massa tidak menggerombol seperti yang dilakukan crowd melainkan terpisah dan tidak kenal satu sama lain. Ia cenderung bertindak merespon objek yang menarik perhatian atas dasar impuls-impuls yang dibangkitkan olehnya daripada merespon sugesti yang ditibulkan berdasarkan hubungan yang erat.

Kita mengenal adanya kelompok penentu seperti golongan elite yang berasal dari kondidi sejarah masa lampau. Kelompok ini, tidak mendasarkan diri pada fungsi sosial tetapi lebih bersifat kepentingan birokrat. Kita dapat menjumpai kelompok ini pada berbagai himpunan yang bersifat khusus, pada kelompok yang berfungsi sebagai pembuat kebijakan maupun pelaksana dan elite pemerintahan. Peran kelompok elite penentu dalam fungsi sosial sebagai berikut : a. Elite penentu bertindak sebagai lembaga ynag berwenag yang

mengambil penentu keputusan akhir, pendukung kekuatan moral bahkan dapat menjadi prototype Mdari masyarakatnya.

b. Memajukan kehidupan masyarakat ddengan memberikan kerangka pemikiran konsepsional sehingga massa dapat menanggapi permasalah yang dihadapi.

(25)

dengan pola pemikirab filosofis yang sama dan kerangka pendekatan yang sama pula.

Elite penentu lainnya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pemuasan hedonik atau intrisik lainnya bagi manusia khususnya terhadap reaksi emosional. Atau disebut degan peranan ekspresif. Kelompok ini bekerja dengan pertimbangan-pertimbangan nilai etis esetetis. Disinilah kehadiran para seminan, sastrawan, komponis, biduan dan lain-lain. Karya mereka berusaha mengumandangkan nilai yang terdapat dalam ketiga fungsi terdahulu dengan pendekatan esetis. Di samping itu, dapat pula berfungsi sebagai kontrol sosial yang independen yag hanya berpegang pada nilai universal dan lebih bersifat simbolik.

E. Pelapisan Sosial

1. Pengertian

Pengaruh pelapisan sosial merupakan gejala umum yang dapat ditemukan di setiap masyarakat pada segala zaman. Betapapun sederhananya suatu masyarakat gejala ini pasti dijumpai. Pada sekitar 2000 tahun yang lalu, Aristoteles menyatakan bahwa di dalam setiap negara selalu terdapat tiga unsur yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat dan mereka yang ada di tengah-tengah. Adam Smith membagi masyarakat ke dalam tiga kategori yaitu orang-orang yang hidup dari penyewaan tanah, orang-orang-orang-orang yang hidup dari upah kerja, dari keuntungan perdagangan. Sedangkan Thorstein Veblen membagi masyarakat ke dalam dua golongan yang pekerja, berjuang untuk mempertahankan hidup dan golongan yang banyak mempunyai

waktu luang karena kekayaannya.

(26)

Sedangkan pelapisan sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau para warga masyarakat ke dalam kelas secara hierarkis (bertingkat). Perwujudan adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah di dalam masyarakat.

Di dalam masyarakat terdapat pelapisan sosial yang akan selalu ditemukan dalam masyarakat selama di dalam masyarakat tersebut terdapat sesuatu yang dihargai demikian menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam bukunya “Setangkai Bunga Sosiologi”, sesuatu yang dihargai itu adalah uang atau benda-benda yang lain yang bernilai ekonomis, politis, agamis, sosial maupun kultural.

Adanya kelas yang tinggi dan kelas yang rendah itu disebabkan karena di dalam masyarakat terdapat ketidakseimbangan atau ketimpangan (inequality) dalam pembagian sesuatu yang dihargai yang kemudian menjadi hak dan kewajiban yang dipikul dari warga masyarakat ada segolongan orang yang mendapatkan pembagian lebih besar dan ada pula mendapatkan pembagian lebih kecil, sedangkan yang mendapatkan lebih besar mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi, yang mendapatkan lebih kecil menduduki pelapisan yang lebih rendah. Pelapisan mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama atau organisasi sosial.

Pelapisan sosial merupakan hasil dari kebiasaan manusia berhubungan antara satu dengan yang lain secara teratur dan tersusun biak secara perorangan maupun kelompok, setiap orang akan mempunyai situasi sosial (yang mendorong untuk mengambil posisi sosial tertentu. (Drs. Taufik Rahman Dhohir, 2000)

Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification)

adalah pembedaan atau pengelompokan para

(27)

lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap lapisan tersebut disebut strata sosial. P.J. Boumanmenggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan. Istilah stand juga dipakai oleh Max Weber.

2. Perbedaan Sistem Pelapisan dalam Masyarakat

Masyarakat terbentuk dari individu-individu. Individu-individu yang terdiri dari berbagai latar belakang tentu akan membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri dari kelompok-kelompok social. Masyarakat dan individu adalah komplementer dapat dilihat dalam kenyataan bahwa:

a. Manusia dipengaruhi oleh masyarakat demi pembentukan pribadinya

b. Individu mempengaruhi masyarakat dan bahkan menyebabkan perubahan.

Ada beberapa pendapat menurut para ahli mengenai strafukasi sosial diantaranya menurut Pitirin A. Sorikin bahwa “pelapisan masyarakat adalah perbedaan penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat”.

Theodorson dkk berpendapat bahwa “pelapisan masyarakat adalah jenjang status dan peranan yang relative permanen yang terdapat dalam system social didalam hal perbedaan hak,pengaruh dan kekuasaan”.

Masyarakat yang berstatifikasi sering dilukiskan sebagai suatu kerucut atau piramida, dimana lapiasan bawah adalah paling lebar dan lapisan ini menyempit keatas.

3. Pelapisan Sosial Ciri Tetap Kelompok Sosial

(28)

masyarakat kuno. Didalam organisasi masyarakat primitifpun dimana belum mengenai tulisan. Pelapisan masyarakat itu sudah ada. Hal itu terwujud berbagai bentuk sebagai berikut:

a. Adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan pembedaan-pembedaan hak dan kewajiban

b. Adanya kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan memiliki hak-hak istimewa

c. Adanya pemimpin yang saling berpengaruh

d. Adanya orang-orang yang dikecilkan diluar kasta dan orang yang diluar perlindungan hokum

e. Adanya pembagian kerja di dalam suku itu sendiri

f. Adanya pembedaan standar ekonomi dan didalam ketidaksamaan ekonomi itu secara umum

Pendapat tradisional tentang masyarakat primitif sebagai masyarakat yang komunistis yang tanpa hak milik pribadi dan perdagangan adalah tidak benar. Ekonomi primitive bukanlah ekonomi dari individu-individu yang terisolir produktif kolektif.

4. Terjadinya Pelapisan Sosial

Terjadinya Pelapisan Sosial terbagi menjadi 2, yaitu: a. Terjadi dengan Sendirinya

Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena itu sifat yang tanpa disengaja inilah yang membentuk lapisan dan dasar dari pada pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat dimana sistem itu berlaku.

(29)

Sistem pelapisan ini dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Dalam sistem ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya kewenangan dan kekuasaan yang

diberikan kepada seseorang.

Didalam sistem organisasi yang disusun dengan cara sengaja, mengandung 2 sistem, yaitu:

1) Sistem Fungsional, merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat.

2) Sistem Skalar, merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas ( Vertikal ).

5. Sistem Pelapisan Menurut Sifatnya

Menurut sifatnya, maka sistem pelapisan dala masyarakat dapat dibedakan menjadi :

a. Sistem Pelapisan Masyarakat yang Tertutup

Sebagaimana yang kita ketahui masyarakat terbagi menjadi :

1) Kasta Brahmana : kasta-kastanya golongan pendeta dan merupakan kasta tertinggi.

2) Kasta Ksatria : kasta dari golongan bangsawan dan tentara yang dipandang sebagai lapisan kedua.

3) Kasta Waisya : kasta dari golongan pedagang yang dipandang sebagai lapisan menengah ketiga

4) Kasta Sudra : kasta dari rakyat jelata

5) Pria : golongan mereka yang tidak mempunyai kasta. Misalnya gelandangan

b. Sistem Pelapisan Masyarakat yang Terbuka

(30)

6. Kesamaan Derajat

Kesamaan derajat terjadi karena adanya perbedaan kemampuan yang terjadi dalam bermasyarakat. Oleh sebabitu munculah lapisan-lapisan yang dapat menyatukan hal yang awalnya berbeda kemudian menjadi satu, hal tersebut tercantum dalam Undang-Undang 1945 tentang hak asasi manusia.

Sebagai warga negara Indonesia, tidak dipungkiri adanaya kesamaan derajat antar rakyaknya, hal itu sudah tercantum jelas dalam UUD 1945 dalam pasal.

a. Pasal 27 ayat 1, berisi mengenai kewajiban dasar dan hak asasi yang dimiliki warga negara yaitu menjunjung tinggi hukum dan pemenrintahan

ayat 2, berisi mengenai hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

b. Pasal 28, ditetapkan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, menyampaikan pikiran lisan dan tulisan.

c. Pasal 29 ayat 2, kebebasan memeluk agama bagi penduduk yang dijamin oleh Negara

d. Pasal 31 ayat 1 dan 2, yang mengatur hak asasi mengenai pengajaran.

7. Beberapa Teori Tentang Pelapisan Sosial

Bentuk konkrit daripada pelapisan masyarakat ada beberapa macam. Ada yang meninjau bentuk pelapisan masyarakat hanya berdasarkan salah satu aspek saja misalnya aspek ekonomi atau aspek politik saja, tetapi ada pula yang melihatnya melalui berbagai ukuran secara komprehensif.

Selanjutnya ada yang membagi pelapisan masyarakat kedalam jumlah yang lebih sederhana (misalnya membagi hanya menjadi dua

atau lebih).

(31)

terdiri dari tiga kelas ialah kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class), kelas bawah (lower calss).

Pada umumnya orang yang menduduki kelas bawah jumlah orangnya lebih banyak daripada kelas menengah, begitu seterusnya semakin tinggi golongannya semakin sedikit orangnya. Orang yang dapat menduduki lapisan tertentu disebabkan oleh beberapa faktor, seperti : keturunan, kecakapan, pengaruh, kekuatan, dan lain-lain.

Beberapa teori tentang pelapisan masyarakat dicantumkan di sini :

a. Aristoteles mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap Negara terdapat tiga unsure, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat sekali, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya.

b. Prof. Dr. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH. MA. menyatakan bahwa selama di dalam masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargai.

c. Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu yaitu golongan Elite dan golongan Non Elite. Menurut dia pangkal dari pada perbedaan itu karena ada orang-orang yang memiliki kecakapan, watak, keahlian dan kapasitas yang berbeda-beda.

d. Gaotano Mosoa dalam “The Ruling Class” menyatakan bahwa di dalam seluruh masyarakat dari masyarakat yang kurang berkembang, sampai kepada masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas pertama (jumlahnya selalu sedikit) dan kelas kedua (jumlahnya lebih banyak).

(32)
(33)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Manusia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melatih diri dengan menggunakan bantuan orang lain terutama orang tuanya. Pola-pola perilaku dan penyesuaian diri diperoleh dari masyarakat. Dalam perjalanan hidupnya manusia mengubah pola perilaku yang semula dianutnya, perubahan itu mungkin berdasarkan pikirannya sendiri atau berdasarkan dengan kepentingan orang lain.

2. Pelapisan sosial atau yang sering disebut dengan stratifikasi sosial terbentuk dari individu-individu. Individu dari berbagai latar belakang dan golongan akan menciptakan keberagaman atau masyarkat yang heterogen. Masyarakat merupakan satu kesatuan kelompok individu dari berbagai golongan dan kelas sosial yang berbeda. Individu dan masyarakat merupakan pelengkap masing-masing, tanpa individu tidak mungkin ada masyarakat, dan sebaliknya.

B. Saran

1. Perlunya penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial apabila seseorang masih cenderung tidak percaya diri dengan keadaan di lingkungan sekitar.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Makassar : Anugrah Mandiri http://naslaardhy.blogspot.com/2013/06/perilaku-sosial.html

(di akses pada 27 oktober 2014 : 03:30 PM)

http://strafaelyudistira.wordpress.com/2012/11/21/pelapisan-sosial/

(di akses pada 27 oktober 2014 : 03:30 PM)

http://anwarabdi.wordpress.com/2013/05/04/pelapisan-sosial-dan-kesamaan-derajat/

(di akses pada 27 oktober 2014 : 03:30 PM)

http://arifsubarkah.wordpress.com/2010/01/02/elite-dan-massa/

(di akses pada 27 oktober 2014 : 03:30 PM)

http://spt-zaelani.blogspot.com/2013/11/elite-massa.html

(di akses pada 27 oktober 2014 : 03:30 PM)

http://asbarsalim009.blogspot.com/2014/04/kontak-sosial-dan-jarak-sosial.html

(di akses pada 27 oktober 2014 : 03:30 PM)

http://faisalagung17.blogspot.com/2012/11/manusia-sebagai-makhluk-sosial.html

(di akses pada 27 oktober 2014 : 03:30 PM)

http://anwarabdi.wordpress.com/2013/05/04/pelapisan-sosial-dan-kesamaan-derajat/

(di akses pada 27 oktober 2014 : 03:30 PM)

http://strafaelyudistira.wordpress.com/2012/11/21/pelapisan-sosial/

(di akses pada 27 oktober 2014 : 03:30 PM)

http://perubahansosialbdy.blogspot.com/2013/10/b-tipe-tipe-perilaku-masyarakat.html

Referensi

Dokumen terkait

Orang yang tidak memiliki pertimbangan dan kemampuan untuk mengambil keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah ataupun kemampuan dalam

Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa hama yang menyerang pada 13 galur dan empat varietas gandum di dataran rendah adalah jangkrik (Orthoptera:

Dari data diatas didapatkan hasil uji statistic Willcoxon bahwa pada kelompok perlakuan hasil pre dan post menunjukkan bahwa p value (0,005) < α (0.05), sehingga

Ditinjau dari perkembangan kontribusi PDRB ADHB, struktur perekonomian Kota Cilegon dalam kurun waktu tahun 2008-2011 masih didominasi oleh sektor industri pengolahan serta

Lebih dari itu di beberapa Rohis juga ada kajian pekanan yang mengundang ustad yang berlimpah wawasannya. Topik yang

Telah tertulis di sekitar 'arasy (terhitung) 4000 tahun sebelum dunia tercipta bahwa seseungguhnya Aku ini adalah Pengampun orang yang bertaubat dan beriman

Jika hal itu terjadi, baik pengrusakan maupun teror, itu bukan karena agamanya yang mengajarkan demikian, akan tetapi itu adalah murni kesalahan person yang kebetulan memeluk salah

Berdasarkan program kerja kesiswaan dan OSIS SMA Negeri 1 Sagaranten Kabupaten Sukabumi tahun 2009-2010, dengan ini kami akan mengadakan kegiatan Pekan Kreativitas Siswa,