• Tidak ada hasil yang ditemukan

Otonomi Daerah Istimewa Yogyakarta docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Otonomi Daerah Istimewa Yogyakarta docx"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

GEOPOLITIK INDONESIA

Daerah Istimewa Yogyakarta

A. Pengertian Wawasan Nusantara dan Otonomi Daerah serta Kaitannya

Negara   Kesatuan   Republik   Indonesia   adalah   negara   kepulauan   yang   kaya dengan keragaman hayati dan nonhayati. Hal tersebut dikarenakan unsur geografis Indonesia yang merupakan lokasi strategis bagi berbagai negara lain di dunia. Nenek moyang bangsa Indonesia datang dari berbagai belahan dunia untuk berbagai tujuan, dan menetap di Indonesia sehingga melahirkan keturunan yang terdiri atas berbagai suku dan ras. Keragaman tersebut akhirnya menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Agar   keragaman   tersebut   menjadi   hal   yang   positif   dan   dapat   dibanggakan, diperlukan adanya semangat persatuan dan kesatuan dari segenap bangsa Indonesia. Tercermin   dari Bhineka Tunggal Ika, dimana keragaman budaya tidaklah menjadi halangan untuk menciptakan semangat persatuan, justru hal tersebut menjadi suatu kebanggan   dimana   bangsa   Indonesia   yang   kaya   budaya   bersatu   dalam   semangat nasionalisme.

Persatuan tersebut diwujudkan dengan penerapan cara pandang atau wawasan bangsa indonesia yang menjadi landasan visional bangsa, yaitu Wawasan Nusantara.

Berdasarkan   Tap MPR  1993 dan 1998 tentang GBHN, Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lilngkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan   kehidupan   bermasyarakat,   berbangsa   dan   bernegara   untuk mencapai tujuan nasional.

Segenap  bangsa  Indonesia  meyakini  kebenaran  Wawasan  Nusantara  dengan maksud menghindari penyimpangan dalam rangka pencapaian tujuan nasional, seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi:

(2)

kehidupan   bangsa,   dan   ikut   melaksanakan   ketertiban   dunia   yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.

Segenap   bangsa   Indonesia   bersama   pemerintah   pusat   bekerja   sama   untuk perwujudan   tujuan   tersebut.   Pemerintah   menetapkan   segala   peraturan   untuk mewujudkan kesejahteraan bangsa serta terciptanya keadilan dalam setiap bidang kehidupan, yang diimplementasikan dengan sistem perundang­undangan.

Undang­Undang mengatur kehidupan segenap bangsa. Secara umum, yaitu seluruh bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang dengan keragaman budayanya   menjadi   satu   kesatuan   yang   utuh.   Sedangkan   secara   khusus,   bangsa Indonesia yang memiliki budaya berbeda­beda hidup dalam wilayah yang berbeda pula. 

Wilayah dan budaya yang berbeda antar daerah di Indonesia, akhirnya akan menimbulkan kepentingan yang berbeda pula. Misalnya, permasalahan yang terjadi di daerah A, belum tentu terjadi di daerah B. Begitu juga potensi daerah yang ada di daerah A, belum tentu sama dengan potensi yang dimiliki daerah B. Pemerintah pusat tidak bisa secara menyeluruh dengan cara yang serupa, menangani kasus yang berbeda di tiap daerah. Pemerintah juga tidak dapat menyamaratakan peraturan pada tiap­tiap daerah yang berbeda kepentingan.

Wawasan Nusantara pada dasarnya merupakan cerminan atas persatuan dan kesatuan dari keragaman budaya bangsa Indonesia. Kesatuan tersebut melingkupi berbagai   bidang   kehidupan,   seperti   sistem   politik,   ekonomi,   sosial,   budaya, pertahanan dan keamanan. 

Namun, semangat persatuan itu diharapkan agar tidak sampai menimbulkan negara   kekuasaan,   dimana   negara   (pemerintah   pusat)   menguasai   segala   aspek kehidupan bermasyarakat yang ada di tiap daerah di Indonesia.

(3)

pemerintah   daerah.   Hal   tersebut   diwujudkan   dengan   disahkannya   UU   otonomi daerah.

Undang­Undang   No.   32   Tahun   2004   menyatakan   bahwa   Otonomi   Daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat   setempat   menurut   prakarsa   sendiri   berdasarkan   aspirasi   masyarakat sesuai   dengan   peraturan   perundang­undangan.   Sedangkan   Daerah   Otonom   itu sendiri   ,(berdasarkan   Undang­Undang   No.   33   Tahun   2004   tentang   Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah), merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan   mengurus   kepentingan   masyarakat   setempat   menurut   prakarsa   sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan   ditetapkannya   UU   Otonomi   Daerah,   kekuasaan   dan   kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah menjadi terbagi. Daerah akhirnya memiliki hak otonomi   untuk   menyelenggarakan   kekuasaan.   Secara   terperinci,   pembagian wewenang   dan   kekuasaan   antara   pemerintah   pusat   dan   daerah   terdapat   pada Peraturan   Pemerintah   Republik   Indonesia   Nomor   25   Tahun   2000.   Menurut Ahira(2013:1),   pembagian  kewenangan  pemerintah  pusat   dan  pemerintah  daerah pasca ditetapkannya Undang­Undang Otonomi Daerah ialah:

Kewenangan pemerintah pusat

1. Merumuskan kebijakan perencanaan nasional

2. Mengendalikan dan mengawasi pembangunan nasional

3. Mengalokasikan   dan   mendistribusikan   sumber   daya   strategis   yang   meliputi pendanaan, SDM, dan teknologi.

4. Hal   yang   diatur   pemerintah   pusat   meliputi   polltik   luar   negeri,   Hankam, peradilan dan moneter.

Kewenangan pemerintah daerah otonom (Provinsi)

1. Mengatur dan mengurus kewenangan lintas kabupaten/kota

2. Menyelenggarakan   kewenangan   pemerintah   pusat   yang   dilimpahkan   dalam rangka dekonsentrasi

Kewengangan pemerintah daerah otonom (Kota/Kabupaten) 1. Mengurus rumah tangga daerah

(4)

4. Mengembangkan sumber daya daerah

5. Menumbuhkan dan memperkuat kemampuan ekonomi daerah.

B.  Daerah Istimewa  Yogyakarta

1. Keistimewaan DI Yogyakarta

Di Indonesia terdapat beberapa daerah yang diatur dengan otonomi khusus atau bersifat sebagai daerah istimewa. Karena kedudukannya yang khusus, daerah­ daerah   tersebut   diatur   dalam   Undang­Undang   tersendiri.   Seperti   Aceh,   Papua, Jakarta,   dan   Yogyakarta.   Namun   pasca   perubahan   UUD   1945,   Undang­Undang tersebut hanya tersedia untuk daerah Aceh, Papua, dan DKI Jakarta. Belum ada Undang­Undang khusus yang mengatur tentang keistimewaan Yogyakarta, sehingga harus tunduk pada Undang­Undang Pasal 225 UU 32/2004 yang berisi mengenai ketentuan khusus untuk daerah­daerah yang memiliki status istimewa dan diberikan otonomi khusus.

Namun,   setelah   ditetapkannya   Undang­Undang   Nomor   13   Tahun   2012, Yogyakarta   secara   sah   diakui   sebagai   Daerah   Istimewa.   Proses   penetapan   UU tersebut telah memakan waktu yang lama, yaitu sejak tahun 2007 s.d 2012.

Keistimewaan tersebut didasarkan pada sejarah dan hak asal­usul Yogyakarta. Kewenangan   Istimewa   merupakan   wewenang   tambahan   tertentu   yang   dimiliki   DI Yogyakarta selain wewenang yang telah ditentukan dalam UU tentang pemerintahan daerah.

Kewenangan istimewa yang dimiliki DI Yogyakarta meliputi:

1. Tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur

2. Kelembagaan Pemerintah Daerah DI Yogyakarta

3. Kebudayaan

4. Pertanahahn

(5)

Yogyakarta   memiliki   kewenangan   dalam   mengatur   urusan   keistimewaannya dengan   Peraturan   Daerah   Istimewa.   Kewenangan   istimewa   merupakan   wewenang tambahan   bagi   DIY   selain   wewenangnya   sebagaimana   ditentukan   dalam   Undang­ Undang tentang pemerintahan daerah. 

Provinsi   ini,   selanjutnya   disebut   Daerah   Istimewa   Yogyakarta. Keistimewaannya terletak pada kedudukan hukum yang dimiliki oleh DI Yogyakarta berdasarkan   sejarah   dan   hak   asal­usul.   Dalam   bidang   tata   cara   pengisian   jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur antara lain syarat khusus bagi calon gubernur DI Yogyakarta yaitu Sultan Hamengku Buwono yang bertahta, dan wakilnya ialah Adipati Paku Alam yang bertahta.

Kelembagaan dalam bidang kelembagaan Pemerintah Daerah DI Yogyakarta yakni   penataan   dan   penetapan   kelembagaan,   dengan   Perdais,   dalam   rangka pencapaian   efektivitas   dan   efisiensi   penyelenggaraan   pemerintahan   dan   pelayanan masyarakat   berdasarkan   prinsip   responsibilitas,   akuntabilitas,   transparansi,   dan partisipasi dengan memperhatikan bentuk dan susunan pemerintahan asli.

Dalam   bidang   kebudayaan,   yaitu   keistimewaan   dalam   memelihara   dan mengembangkan   hak   cipta,   rasa,   karsa,   dan   karya   yang   terdiri   atas   nilai­nilai, pengetahuan,   norma,   adat   istiadat,   benda,   seni,   dan   tradisi   luhur   yang   mengakar dalam masyarakat DI Yogyakarta, yang diatur dengan perdais.

Dalam bidang pertahanan yakni Kasultanan dan Kadipaten yang berwenang mengelola serta memanfaatkan tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten ditunjukkan untuk pengembangan kebudayaan, kepentingan sosial, serta kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan dalam bidang tata ruang, keistimewaan DI Yogyakarta yaitu terletak pada kewenangan Kasultanan dan Kadipaten dalam tata ruang pada pengelolaan dan pemanfaatan tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten.

2. Pelaksanaan Otonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta

(6)

keuangan daerah, peningkatan kemampuan lembaga dan ormas, serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah.

Batas   tiap   wilayah   dan   daerah   di   DI   Yogyakarta   ditata   kembali   dengan melakukan pemekaran dan penyesuaian status daerah tertentu, dimaksudkan untuk peningkaggtan pelaksanaan pembangunan dan administrasi pemerintah di daerah.

Dalam   rangka   mencapai   sasaran   pertumbuhan   ekonomi   secara berkesinambungan,   pemerintah   membuat   kebijaksanaan   pembangunan   ekonomi dalam Repelita VI yang diarahkan untuk meningkatkan produktivitas sektor­sektor unggulan   seperti   industri,   pertanian,   dan   sektor­sektor   lainnya.   Upaya­upaya dilakukan dengan pemanfaatan terhadap potensi SDA dan SDM. 

Dari segi pertambangan, pemerintah DI Yogyakarta mengembangkan berbagai sumber   daya   galian   sekaligus   mendorong   proses   pengolahan     lanjutannya   untuk meningkatkan nilai tambah.

Potensi   dari   segi   usaha   kecil   dan   menengah   di   DI   Yogyakarta   ditingkatkan melalui pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung, serta kemudahan dari segi pembiayaan modal, investasi, akses pasar, pendidikan dan   keterampilan, dan teknologi.   Upaya   tersebut   dilakukan   secara   optimal   sampai   kepada   daerah­daerah tertinggal.

Pengembangan SDM di DI Yogyakarta diarahkan dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas dan bermoral. Dilakukan dengan cara pengelolaan sistem pendidikan yang baik.

Dari segi kependudukan, pemerintah mengendalikan pertumbuhan penduduk, terutama di daerah yang kepadatan dan laju pertumbuhan penduduknya tinggi, serta mengarahkan   persebaran   penduduk   secara   merata.   Upaya   yang   dilakukan   ialah dengan peningkatan keluarga berencana mandiri, program transmigrasi umum dan swakarsa mandiri, serta peningkatan mobilitas ketenagakerjaan.

(7)

dilakukan   dengan   pengarahan   IDT   (Inpres   Desa   Tertinggal)   pada   pengembangan kegiatan sosial ekonomi agar terwujunya kemandirian masyarakat.

Pengembangan   sarana   dan   prasarana   ekonomi,   terutama   dalam   bidang transportasi   juga   ditingkatkan.   Tercermin   dari   Repelita   VI,   sistem   transportasi dikembangkan secara lebih luas dan terpadu terutama dengan mengembangkan sistem transportasi  yang  efisien  dan  dapat  menjangkau  daerah  terisolasi dan  terbelakang. Selain bidang transportasi, pengembangan tersebut dilakukan juga pada sektor lain seperti listrik, jasa telekomunikasi, dan pengairan.

Sumber   Daya   Alam   dan   lingkungan   hidup   dikelola   dengan   tetap memperhatikan   kelestariannya   agar   dapat   digunakan   secara   berkelanjutan.   Untuk mewujudkan   hal   tersebut,   upaya   yang   dilakukan   ialah   dengan   menumbuhkan kesadaran masyarakat.

Langkah   yang   juga   dilakukan   dalam   pelaksanaan   otonomi   daerah   di   DI Yogyakarta   ialah dengan pengembangan berbagai kawasan yang menjadi andalan, diwujudkan secara terpadu dan terencana dengan memperhatikan unsur­unsur yang berkenaan. Seperti tata ruang daerah, keterkaitannya dengan daerah penyangganya, pertumbuhan  penduduk,   dll.  Bagi  daerah   perkotaan,  ditingkatkan  penyediaan  dan perluasan   jangkauan   pelayanan   saranga   dan   prasarana   perkotaan,   termasuk peningkatan pengelolaannya.

3. Kelebihan Otonomi di Daerah Istimewa Yogyakarta

DI Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki banyak keunggulan. Kekayaan budaya, keindahan alam, tata ruang yang baik serta kehidupan sosial masyarakat nya berjalan dengan  harmonis dan menjadi daya tarik tersendiri dari daerah  istimewa ini. 

Adanya wacana seperti rencana menjadikan DI Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia   beberapa   tahun   yang   lalu   cukup   mencerminkan   bahwa   DI   Yogyakarta termasuk daerah yang dinilai cukup baik  di Indonesia, baik dari segi kehidupan sosial dan pemerintahannya.

(8)

yang unggul dalam banyak bidang. Tidak hanya keunikannya dari segi budaya dan pariwisata,   kota   ini   juga   kaya   akan   sejarah   perjuangan   dan     menjunjung   tinggi pendidikan demi menciptakan SDM yang berkualitas.

Kota Yogyakarta memiliki lokasi yang sangat strategis karena terletak di jalur­ jalur utama, yaitu Jalan Lintas selatan yang menghubungkan Yogyakarta, Bandung, Surakarta, Surabaya, dan kota­kota di selatan Jawa, serta jalur Yogyakarta – Semarang, yang   menghubungkan   Yogyakarta,   Magelang,   Semarang,   dan   kota­kota   di   lintas tengah Pulau Jawa. Karena itulah angkutan di Yogyakarta terbilang cukup memadai sehingga memudahkan mobilitas antar kota tersebut. Kota ini mudah dicapai baik dengan transportasi darat maupun udara. Namun karena lokasinya yang cukup jauh dari laut (27 – 30 KM), kota ini tidak memiliki transportasi air.

Kota Yogyakarta jarang mengalami banjir karena memiliki sistem drainase yang tertata   rapi,   dibangun   oleh   pemerintah   kolonial,   ditambah   dengan   giatnya penambahan saluran air yang dikerjakan oleh Pemkot Yogyakarta.

Gelar sebagai kota pelajar dikarenakan hampir 20% penduduk yang berusia produktifnya adalah pelajar. Terdapat 137 perguruan tinggi, serta diwarnai dinamika pelajar dan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah lain di Indonesia.

Kondisi   perekonomian   di   DI   Yogyakarta   terus   meningkat   setiap   tahunnya. Perekonomian   Daerah   Istimewa   Yogyakarta   antara   lain   meliputi   sektor   Investasi; Perindustrian,   Perdagangan,   Koperasi   dan   UKM;   Pertanian;   Ketahanan   Pangan; Kehutanan   dan   Perkebunan;   Perikanan   dan   Kelautan;   Energi   dan   Sumber   Daya Mineral; serta Pariwisata.   Didukung juga oleh sektor properti yang tengah   melejit akibat   pembangunan     hotel   dan   perumahan,   sehingga   banyak   investor   turut menanamkan   investasinya   di   bidang   ini.   Disamping   itu,   peningkatan     kinerja perbankan yang bagus juga berperan dalam  perwujudan kondisi perekonomian itu. 

DIY memiliki beragam potensi budaya, baik fisik maupun   nonfisik. Potensi budaya fisik dapat berupa kawasan cagar budaya dan benda cagar budaya, sedangkan potensi budaya nonfisik seperti gagasan, sistem nilai atau  norma, karya seni, sistem sosial atau  perilaku sosial yang ada dalam  masyarakat. Bahkan, DI Yogyakarta adalah tujuan wisata kedua setelah Bali.

(9)

diupayakan dengan pengembangan beberapa pusat pelayanan seperti Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dll. Berbagai upaya pembangunan berupa   tata   ruang   diupayakan   terutama   dalam   rangka   mitigasi   bencana   di   DI Yogyakarta.

4. Kekurangan Otonomi Daerah pada Daerah Istimewa Yogyakarta

Dalam bidang transportasi darat, sistem transportasi di DI Yogyakarta terbilang cukup baik. Namun dalam hal angkutan kereta api, permasalahannya adalah masih banyaknya perlintasan yang tidak dijaga sehingga mengancam keselamatan lalu lintas. Namun pemprov DIY sedang mengupayakan solusinya berupa pengembangan Bus Trans Jogja yang menjadi layanan layanan angkutan massal di masa datang.

Selain hal tersebut, keadaan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor (rata­ rata   tumbuh   13%   per   tahun)   dengan   jalan   yang   terbatas,   telah   mengakibatkan terjadinya kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas dan peningkatan jumlah kasus kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya. 

Secara geologis, DI Yogyakarta adalah salah satu wilayah di Indonesia yang rawan terhadap bencana alam. Seperti dikabarkan  id.wikipedia.org, potensi bencana alam yang berkaitan dengan bahaya geologi di DI Yogyakarta meliputi:

1. Bahaya alam Gunung Merapi, mengancam wilayah Kabupaten Sleman bagian utara dan wilayah­wilayah sekitar sungai yang berhulu di puncak Merapi;

2. Bahaya   gerakan   tanah/batuan   dan  erosi,   berpotensi   terjadi   pada   lereng Pegunungan Kulon Progo yang mengancam di wilayah Kulon Progo bagian utara dan barat, serta pada lereng Pengunungan Selatan (Baturagung) yang mengancam wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian utara dan bagian timur wilayah Kabupaten Bantul.

3. Bahaya  banjir,   terutama   berpotensi   mengancam   daerah   pantai   selatan Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul;

(10)

5. Bahaya tsunami, berpotensi terjadi di daerah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo,  Kabupaten   Bantul,   dan   Kabupaten   Gunungkidul,   khususnya   pada pantai dengan elevasi (ketinggian) kurang dari 30m dari permukaan air laut.

6. Bahaya   alam   akibat  angin  berpotensi   terjadi   di   wilayah   pantai   selatan Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan daerah­daerah Kabupaten Sleman bagian utara, serta wilayah perkotaan Yogyakarta;

(11)

Sumber Informasi

 http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta

 http://politik.kompasiana.com/2010/11/29/aceh­papua­dki­diakomodir­ kenapa­jogja­ditelantarkan­bagian­ii­321922.html

 http://www.anneahira.com/otonomi­daerah.htm

 http://danzblogerz.blogspot.com/2012/04/wawasan­nusantara­dan­otonomi­ daerah.html

 http://gudeg.net/id/directory/55/119/Pemerintah­Daerah­Propinsi­DIY.html %20%2810#.UchuAthvL_Q

 http://des­otda.blogspot.com/2011/02/uu­nomor­32­tahun­2004­dan­ keistimewaan.html

 http://nonapurple­iniaqu.blogspot.com/2010/12/makalah­keistimewaan­ yogyakarta.html

 http://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_istimewa

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan, motivasi dan kondisi kerja dalam meningkatkan produktifitas tenaga kerja pada UD.. Untuk menambah

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan juga bahwa dukungan sosial kelembagaan sosial merupakan implementasi tingkah laku terhadap suatu individu atau

Penelitian ini menguji pengaruh dividend yield, leverage, profitabilitas dan risiko terhadap IOS pada masing-masing tahapan siklus kehidupan perusahaan yang meliputi tahap

Pada tugas akhir ini dibuat aplikasi Robot Soccer dengan Pengendalian Melalui Gelombang Radio Frekuensi berbasis mikrokontroler yang merupakan salah satu bentuk aplikasi

Even though Dart is young, it already has tools such as Dartboard (which lets you write and run Dart code in your browser) and Dart Editor (which lets you create, modify, and

Konsep penggunaan tanah pada Kawasan Kotagedeselain mengikuti arahan dalam struktur tata ruang kota dan juga arahan dari Penyusunan Pedoman Penataan Bangunan Kawasan Kotagede

Berdasarkan analisis terhadap aspek pembiayaan sebagaimana telah diuraikan di atas maka hal ini menjadi dasar dalam menganalisis tingkat ketersediaan dana yang