• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN NIAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IX ASPEK PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN NIAS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

257

BAB IX

ASPEK PEMBIAYAAN

PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA

KARYA DI KABUPATEN NIAS

Sesuai PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah.

Arahan peraturan diatas merupakan pendelegasian pengalokasian anggaran untuk pembangunan di daerah yang berupa pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya. Alokasi anggaran APBN melalui Ditjen Cipta Karya merupakan stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah.

9.1. Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan

Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

(2)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

258

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah

Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah, Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD

6. Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres Nomor 13 Tahun 2010 dan Perpres Nomor 56 Tahun 2010)

Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011)

Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya. Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

(3)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

259

- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

- kerawanan sanitasi;

- cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang merupakan Kewenangan Pemerintah dan dilaksanakan Sendiri.

Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya meliputi:

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

9.2. Profil APBD Kabupaten Nias

Pendapatan daerah pada Tahun 2013 sebesar Rp 463.150.330.000, berasal dari pendapatan asli daerah sebesar Rp 44.726.140.000 ( 9,66%), dana perimbangan sebesar Rp415.008.230.000 (89,61 %), dan lain – lain pendapatan daerah yang sah sebesar Rp 3.415.950.000 (0,74 %). Sumber pendapatan daerah masih didominasi oleh dana perimbangan dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) serta Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan keuangan daerah Kabupaten Nias masih sangat rendah.

(4)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

260

Belanja daera pada Tahun 2013 mencapai sebesar Rp 476.487.660.000 yang terdiri dari belanja tidak langsung sebesar Rp172.853.400.000 ( 36,28 %) dan belanja langsung sebesar Rp 172.853,.400.000 (63,72 %). Proporsi belanja langsung lebih besar dibanding dengan belanja tidak langsung, hal ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah untuk mengutamakan program – program pro rakyat. Sementara belanja langsung sebesar Rp 172.853.400.000 , terdiri dari belanja pegawai sebesar Rp 29.758.600.000 belanja barang dan jasa sebesar Rp 100.446.360.000 dan belanja modal sebesar Rp173.429.3000.000.

Sementara penerimaan pembiayaan pada Tahun 2013 sebesar Rp 116.255,65 , dan pengeluaran pembiayaan sebesar Rp 2.965,00 yang diperuntukkan pada penyertaan modal.

Tabel 9.1. Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

(5)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

261

Tabel 9.3. Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

Gambar 9.1. Grafik Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja dalam APBD

9.3. Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Nias

9.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun Terakhir di Kabupaten Nias

Pembiayaan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya di Kabupaten Nias yang bersumber dari APBN dalam kurun waktu 2009 – 2013 yang disalurkan melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permen PU Nomor 14 Tahun 2011) belum teridentifikasi atau belum teralokasikan.

0,00 100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00 2009 2010 2011 2012 2013 Pendapatan 572,67 294,11 404,36 419,40 463 Belanja 535,10 306,52 406,40 404,09 476 Pembiayaan 90,28 129,40 108,99 100,95 113

(6)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

262 Tabel 9.4. Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten Nias

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

Pengembangan Air Minum Pengembangan PLP

Pengembangan Permukiman Belum Teridentifikasi di Kabupaten Nias

Penataan Bangunan & Lingkungan Total

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional. Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat.

Perkembangan alokasi besaran DAK Air Minum dan Sanitasi dari Tahun 2009-2013 mengalami peningkatan dari tahun – ke tahun dimulai dari Tahun 2010. Pada Tahun 2013 alokasi DAK Air minum sebesar Rp 1.364.420.000 dan DAK Sanitasi sebesar Rp 1.020.017.000.

Tabel 9.5. Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Nias dalam 5 Tahun Terakhir

(Rp.Juta)

Jenis DAK 2009 2010 2011 2012 2013

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

DAK Air Minum 2.446,00 717,40 872,80 784,36 1.364,42

DAK Sanitasi 650,00 1.038,80 1.089,00 894,97 1.020,17

Total 3.096,00 1.110,20 1.961,80 1.679,33 2.384.59

9.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD dalam 5 Tahun Terakhir

Pemerintah Kabupaten Nias memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerah yang merupakan bentuk dukungan pada program pemerintah terkait bidang cipta karya. Alokasi APBD Kabupaten Nias dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya selama kurun waktu 5Tahun terakhir menunjukkan trend peningkatan baik dari besaran alokasi anggaran maupun porsi anggaran bidang cipta karya terhadap total APB Kabupaten Nias. belanja daerah Kabupaten Nias dalam 5 tahun terakhir.

Pada Tahun 2013 alokasi APBD Kabupaten Nias pada pembangunan bidang cipta karya sebesar 27.385.720.000 yang diperuntukan untuk sektor pengembangan air minum sebesar Rp 3.703.040.000,-, sektor penyehatan lingkungan permukiman sebesar Rp

(7)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

263

8.652.190.000,- sektor pengembangan permukiman Rp 6.505.910.000,- dan sektor penataan bangunan dan lingkungan sebesar Rp 8.524.590.000,-

Proporsi alokasi belanja pada Cipta Karya terhadap total APBD berturut – turut Tahun 2009 sebesar 0,97 %, Tahun 2010 sebesar 7,45 %, Tahun 2011 sebesar 4,60 %, Tahun 2012 sebesar 4,55 % dan Tahun 2013 sebesar 5,75 %.

Tabel 9.6. Perkembangan Alokasi APBD Kabupaten Nias untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013

Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % Rp. Juta % [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] Pengembangan Air Minum 561,80 10,78 1.198,20 5,24 4.599,24 24,61 1.258,30 6,85 3.703,04 13,52 Pengembangan PPLP 0,00 0,00 1.064,22 4,66 4.315,35 23,09 5.828,71 31,72 8.652,19 31,59 Pengembangan Permukiman 0,00 0,00 1.537,69 6,73 5.280,26 28,25 4.385,83 23,87 6.505,91 23,76 Penataan Bangunan dan

Lingkungan 4.650,00 89,22 19.048,84 83,37 4.497,16 24,06 6.900,00 37,56 8.524,59 31,13

Total Belanja APBD

Bidang Cipta Karya 5.211,80 0,97 22.848,95 7,45 18.692,01 4,60 18.372,85 4,55 27.385,72 5,75

Total Belanja APBD 535.102,78 306.518,68 406.403,02 404.093,41 476.487,66

Sementara alokasi Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di daerah belum teralokasikan mengingat belum teralokasikannya dana APBN melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT).

Tabel 9.7. Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB Alokasi APBN DDUB [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [1] [2] [3] Pengembangan Air Minum

Pengemb. PPLP

Pengembangan Permukiman Data Belum Teridentifikasi

Penataan Bangunan dan Lingkungan

Total Belanja APBD

9.3.3. Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

Perusahaan daerah di Kabupaten Nias yang membidangi terkait dengan Cipta Karya adalah Perusahaan Air Minim Daerah Tirta Umbu yang dibentuk melalui Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 17 Tahun 1984 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Air Minum yang dinamakan PDAM Tirta Umbu. PDAM Tirta Umbu merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Nias, namun pelayanan PDAM Tirta Umbu sebagian besar melayani wilayah kota Gunungsitoli.

Dalam pengelolaannya pemerintah daerah Kabupaten NIas memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Namun mengingat kondisi keuangan PDAM Tirta Umbu masih sangat terbatas serta cakupan pelayanan air bersih masih rendah, maka sampai Tahun 2013 belum ada deviden yang didapatkan oleh Pemerintah Kabupaten Nias dari PDAM Tirta Umbu.

(8)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

264 9.3.4. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta

dalam 5 Tahun Terakhir

Investasi pembangunan bidang Cipta Karya yang bersumber dari swasta selama 5 Tahun terakhir, baik dalam bentuk skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) maupun kegiatan yang berpotensi costrecovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) masih belum ada.

9.4. Proyeksi dan Rencana Investasi Bidang Cipta Karya

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (2015 - 2019) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

9.4.1. Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

Proyeksi APBD kabupaten Nias dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis serta memperhitungkan potensi riil dan perkembangan kebijakan pemerintah pusat, mengingat tingkat ketergantungan pendapatan daerah lebih besar dari dana perimbangan.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) diproyeksikan tumbuh rata – rata sebesar 5 % pertahun sehingga PAD diperkirakan meningkat dari Rp 67.610.630.000 pada Tahun 2015 menjadi Rp 82.181.140.000 pada Tahun 2019. Total pendapatan daerah keseluruhan diproyeksikan tumbuh rata – rata sebesar 7,69 % per tahun sehingga pendapatan daerah meningkat dari Rp 596.287.340.000,- menjadi Rp 745.047.090.000,-

(9)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

265 9.4.2. Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah

Dikabupaten Nias terdapat beberapa BUMD yang telah terbentuk yang dimilki oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Nias, akan tetapi BUMD yang berorientasi pada pelayanan keciptakaryaan adalah Perusahaan Air Minum Daerah yang dibentuk melalui Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 17 Tahun 1984 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Air Minum yang dinamakan PDAM Tirta Umbu. Untuk mendukung upaya peningkatan cakupan pelayanan air minum oleh PDAM Tirta Umbu, Pemerintah Kabupaten Nias akan setelah mendapatkan persertujuan DPRD Kabupaten Nias merencanakan alokasi anggaran dalam bentuk penyertaan modal sebesar Rp 3.000.000.000,- Disamping itu diproyeksikan PDAM Tirta Umbu akan mengalokasikan investasi pengembangan unit produksi sebesar Rp 2.000.000.000,-

9.4.3. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya

Dalam perencanaan pembiayaan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dalam dokumen RPI2JM ini, belum dapat diproyeksikan skema kerjasama pemerintah dan swasta.

9.5. Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Berdasarkan analisis terhadap aspek pembiayaan sebagaimana telah diuraikan di atas maka hal ini menjadi dasar dalam menganalisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

9.5.1. Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Berdasarkan analisis terhadap aspek pembiayaan sebagaimana telah diuraikan di atas maka analisisterhadap tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) menggunakan pendekatan kebutuhan

daerah dengan mempertimbangkan potensi kemampuan keuangan daerah, jumlah penduduk miskin, daerah kepulauan, dan daerah rawan bencana. Pendekatan asumsi trend historis dalam proyeksi dana APBN (maksimal 10% dari tahun sebelumnya) tidak dapat dihitung mengingat sebelumnya Kabupaten Nias belum mendapatkan alokasi dana APBN yang disalurkan melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT).

b. Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) diproyeksikan mengalokasikan anggaran setiap tahunnya sebesar 7.5 % dari total APBD Kabupaten Nias.

c. Pembiayaan dari perusahaan daerah PDAM Tirta Umbu diproyeksikan akan melakukan investasi pada sektor air minum sebesar Rp 5.000.000.000,- yang bersumber dari tambahan penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Nias sebesar Rp 3.000.000.000,- dan modal investasi dari PDAM Tirta Umbu sebesar Rp 2.000.000.000,-

9.5.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percepatan pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Nias dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2-JM, maka strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur bidang Cipta karya adalah sebagai berikut :

(10)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

266

a. Strategi peningkatan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB)

Untuk memaksimalkan sumber pendanaan alokasi anggaran APBN dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang disalurkan melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) maka strategi yang dilaksanakan sebagai berikut :

1. Penyiapan dokumen perencanaan dan regulasi yang terkait dengan pengembangan bidang Cipta Karya meliputi sektor pengembangan air minum, penyehatan lingkungan permukiman (drainase, air limbah, dan persampahan), sektor permukiman dan sektor bangunan dan lingkungan)

2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur pelaksana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya.

3. Peningkatan kapasitas kelembagaan (SKPD/BUMD) pelaksana kegiatan

pembangunan bidang Cipta Karya.

4. Peningkatan kesiapan Pemerintah Daerah dalam penyediaan lahan yang dibutuhkan pada proses pembangunan fisik infrastruktur bidang Cipta karya.

5. Peningkatan kesiapan Satuan Kerja Pemerintah Daerah dalam mengelola dan memelihara infrastruktur yang telah selesai di bangun.

6. Peningkatan koordinasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya.

b. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran 1. Optimalisasi sumber – sumber pendapatan asli daerah (PAD)

2. Perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja.

3. Kebijakan perencanaan dan penganggaran terhadap program pro rakyat. 4. Peningakatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah

c. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah (PDAM Tirta Umbu) 1. Perbaikan manajemen

2. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan 3. Peningkatan fungsi pengawasan

4. Peningkatan kualitas SDM

5. Penyesuaian tarif retribusi air minum

6. Penambahan penyertaan modal pemerintah daerah 7. Studi sumber pembiayaan alternatif

d. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya

1. Penyelenggaraan sosialisasi kebijakan, program dan kegiatan bidang Cipta Karya kepada masyarakat dan seluruh stake holder

2. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan bidang Cipta Karya mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

3. Kemudahan pelayanan perizinan investasi swasta di bidang Cipta Karya

4. Peningkatan kerjasama dengan LSM/NGO yang bergerak dalam bidang Cipta karya khususnya sanitasi (Surf Aid dan WVI)

e. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman yang sudah ada

1. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan (O/P) bagi infrastruktur yang telah terbangun

2. Pembentukan badan pengelola prasarana dan sarana yang telah terbangun di tingkat perdesaan

3. Peninjauan kembali besaran tarif retribusi sebagai balas jasa atas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah

(11)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

267

f. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional

1. Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar pemerintah daerah di Kepulauan Nias untuk pengembangan infrastruktur bidang Cipta karya skala regional

2. Penyusunan rencana strategis pengembangan infrastruktur Cipta Karya berskala regional di Kepulauan Nias

3. Peningkatan unit produksi dan kapasitas keuangan PDAM Tirta Umbu sebagai embrio pengembangan infrastruktur berskala regional pada sektor air minum.

Gambar

Tabel 9.2. Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tabel 9.3. Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Tabel 9.4. Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten Nias
Tabel 9.6. Perkembangan Alokasi APBD Kabupaten Nias untuk Pembangunan   Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini semakin diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2014) dengan judul penelitian “ Self efficacy dan prokrastinasi pada mahasiswa

Bagi Universitas penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi dengan terus berinovasi ketika mengadakan kegiatan kemahasiswaan, khususnya LKMM, yang berguna untuk

Sepanjang kontrak kerja adalah „bebas‟, apa yang diperoleh pekerja tidak ditentukan oleh nilai sesungguhnya dari barang-barang yang dihasilkannya, tetapi oleh kebutuhan

Rerata motilitas spermatozoa pada kelompok KM2 dibandingkan dengan KM3 menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan (p=0,000) berarti pemberian ekstrak kulit manggis

Penelitian ini diharapkan mampu mendapatkan gambaran spatial dan temporal kasus DBD, mengidentifikasi faktor risiko perilaku, demografi, dan geografi terhadap penyebaran

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu karena penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan hasil belajar yang menerapkan

Hasil penelitian menunjukan secara umum terdapat perbedaan penguasaan konsep yang signifikan (p= 0,00) antara kelas eksperimen yang belajar dengan menerapkan model project

Sebelum mendapatkan polis yang berisi syarat-syarat umum dan khusus, calon pemegang polis akan memperoleh gambaran 12 Terdapat dalam polis Unit Link Syariah PT. AXA Financial