• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN DAN BENTUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN DAN BENTUK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS METODE PENYULUHAN DAN BENTUK PESAN DALAM PENINGKATAN PEMAHAMAN SUT KONSERVASI PETANI

(Kasus Kelurahan Gerem Kota Cilegon Provinsi Banten) Yudi L.A Salampessy, Sahiral Yakub, Rusmana, Weksi Budiaji

ABSTRAK

Kecenderungan konversi lahan pertanian untuk berbagai macam tujuan di Indonesia dapat menimbulkan kerawanan pangan nasional, sehingga diperlukan upaya pencegahan peningkatannya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi metode penyuluhan dan desain pesan yang efektif untuk meningkatkan pemahaman SUT Konservasi petani. Penelitian dilakukan di Kelurahan Gerem Kecamatan Grogol, Kota Cilegon Provinsi Banten yang dirancang sebagai penelitian eksperimen yang bersifat eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Responden yang dilibatkan adalah petani pemilik lahan yang ditarik dengan simple random sampling.Data dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara, dan literatur. Data kualitatif dideskripsikan dan data kuantitatif dianalisis menggunakan Uji Beda Nilai Tengah terhadap skor pemahaman SUT Konservasi responden sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan. Responden dibagi dalam empat kelompok berdasarkan kombinasi perlakuan antara metode penyuluhan (Ceramah dan PRA) dan desain pesan (positif dan negatif) mengenai SUT Konservasi. Hasil analsis menunjukkan bahwa metode PRA dengan desain pesan negatif lebih efektif meningkatkan pemahaman SUT Konservasi responden dibandingkan kombinasi metode penyuluhan dan desain pesan lainnya yang dianalisis. Terdapat kecenderungan bahwa, kelompok responden yang mendapat penyuluhan menggunakan metode PRA dengan desain pesan negatif memiliki pemahaman SUT Konservasi yang lebih tinggi. Kata kunci: Metode Penyuluhan, Desain Pesan, Perlakuan, SUT Konservasi

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sektor pertanian menjadi penting karena menyediakan berbagai produk yang dibutuhkan seluruh penduduk dan menghasilkan komoditas yang dapat menambah pendapatan negara. Namun, masyarakat memandang sektor industri, perdagangan, pertambangan dan lain-lain lebih menjamin dan menguntungkan bagi mereka yang bekerja di dalamnya dan dibanding sektor pertanian. Usaha pertanian dianggap mengandung lebih banyak risiko kegagalan serta harga jual produknya relatif rendah.

(2)

pertanian (Adimiharja, 2006). Salah satu permasalahan yang dihadapi di sektor pertanian Provinsi Banten berdasarkan RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) 2007-2012 Provinsi Banten adalah konversi lahan.

Keputusan petani untuk mengkonversi atau tidak lahannya harus dicermati oleh berbagai pihak, terutama pemerintah daerah jika ingin melaksanakan pembangunan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Perluasan lahan pertanian dengan pembukaan lahan baru yang diikuti oleh tingginya konversi lahan pertanian tidak akan berhasil menciptakan ketahanan pangan yang diinginkan. Konversi lahan bagaimanapun tetap mengurangi daya dukung lahan usaha tani yang bermuara pada kondisi kerawanan pangan di suatu wilayah.

Hasil penelitian sebelumnya di Desa Gerem Kota Cilegon Provinsi Banten, menunjukkan bahwa keputusan petani dalam pemanfaatan lahan pertaniannya dipengaruhi oleh pemahaman mereka mengenai SUT Konservasi, dimana petani dengan pengetahuan SUT Konservasi cenderung tidak mengkonversi lahan dan melanjutkan usaha taninya. Dengan demikian dibutuhkan kegiatan penyuluhan pembangunan pertanian yang efektif untuk meningkatkan pemahaman SUT Konservasi petani yang pada akhirnya mampu mengurangi konversi lahan pertanian, membuka lapangan pekerjaan, serta mendorong ketahanan pangan di wilayah tersebut.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang coba dijawab dalam penelitian ini adalah metode penyuluhan dan desain pesan seperti apakah yang efektif untuk meningkatkan pemahaman SUT Konservasi petani di Kelurahan Gerem Kota Cilegon Provinsi Banten?

II. METODE PENELITIAN

1.1.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Kelurahan Gerem Kecamatan Grogol Kota Cilegon ditentuka secara purposif sesuai tujuan penelitian.

1.2.Desain Penelitian

(3)

keberlangsungan SUT dan ketahanan pangan wilayah. Variabel bebas kedua adalah metode penyuluhan dengan pendekatan yang lebih bersifat Top-Down dan pendekatan yang lebih bersifat Buttom-Up (PRA dan Ceramah). variabel terikat ialah penambahan pemahaman responden mengenai SUT Konservasi akibat perlakuan.

Tabel 1. Matrik Perlakuan

Faktor Bentuk Pesan

Positif (P) Negatif (N) Metode Penyuluhan PRA (B)

Ceramah (T)

Keterangan:

P + B : Perlakuan dengan kombinasi bentuk pesan positif dan metode penyuluhan PRA N + B : Perlakuan dengan kombinasi bentuk pesan negatif dan metode penyuluhan PRA P + C : Perlakuan dengan kombinasi bentuk pesan positif dan metode penyuluhan Ceramah N + C : Perlakuan dengan kombinasi bentuk pesan negatif dan metode penyuluhan Ceramah Perbedaan lain yang dianggap akan memengaruhi perlakuan seperti ukuran dan warna huruf pesan, peralatan penyuluhan, dan lainnya, akan disetarakan. Dengan demikian yang berbeda hanyalah bentuk pesan dan metode penyuluhan.

1.3.Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh petani di Kelurahan Gerem Kota Cilegon yang berjumlah 182 orang. Sampel ditarik secara simple random (acak sederhana) sebanyak 40% dan terseleksi menjadi 44 orang setelah dilakukan prosedur kontrol.

1.4.Sumber Data dan Instrumen Penelitian

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer berasal dari hasil survey ke petani dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data, sedangkan data sekunder berasal dari RTRW Kota Cilegon.

1.5.Analisis Data

Data dianalisis melalui uji statistik t-student untuk mengetahui Perbedaan parsial antar perlakuan dengan rumus sebagai berikut:

Thitung = x - 0 sx = x - 0

s/ n dengan derajat bebas n – 1, dimana:

x = rataan contoh i = rataan populasi

(4)

Hipotesis Uji dan Hipotesis Tandingannya diajukan untuk melihat perbedaan antar perlakuan di atas, yaitu:

Ho : 1 = 2 = 3 = 4 H1 : i ≠ j

III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Wilayah

Luas wilayah Kelurahan Gerem mencakup 1.033 Km2 yang berada di wilayah industri Kota Cilegon dengan kategori iklim kering bersuhu rata-rata 300 Celcius. Usaha pertanian yang ditekuni umumnya adalah padi gogo dan palawija (umbi-umbian dan kacang-kacangan) yang masing-masing ditanam satu kali dalam setahun.

3.2.Demografi

Jumlah penduduk Kelurahan Gerem tercatat sebanyak 11.250 jiwa dengan 3.183 kepala keluarga (KK) yang tersebar di 10 RW (Rukun Warga), 37 RT (Rukun Tetangga), dan 21 Kampung. Berdasarkan jenjang pendidikan, 65.5 % kepala keluarga (2.087 KK) berpendidikan SLTP ke bawah dan masih cukup banyak yang tidak bekerja secara tetap atau menganggur.

3.3. Karakteristik Responden

Responden yang terlibat dalam penelitian ini lebih banyak berjenis kelamin laki-laki (61.36%) dibandingkan perempuan (38.64%) dengan rataan umur 50 tahun dimana yang termuda berusia 24 tahun dan tertua 65 tahun. Tingkat pendidikan responden relatif rendah, hanya terdapat satu responden yang berpendidikan SLTP, SLTA, dan Diploma II, sedangkan responden lainnya hanya berpendidikan SD.

3.4. Pemahaman awal SUT Konservasi responden

(5)

Pretes dilakukan selama 120 menit di lokasi penelitian mengingat banyaknya responden yang kurang memiliki kemampuan baca tulis. Selanjutnya, median skor pretes responden digunakan sebagai baseline (dasar) perhitungan beda (selisih) dengan median skor postes responden.

Gambar 1 Median skor pemahaman SUT Konservasi responden berdasarkan perlakuan

Gambar di atas memperlihatkan median skor pemahaman SUT Konservasi responden sebelum dan sesudah diberikan perlakuan penyuluhan dengan metode yang berbeda. Sebelum diberikan perlakuan, median terbesar terdapat pada kelompok responden yang akan mendapatkan penyuluhan melalui metode PRA dengan bentuk pesan negatif, yaitu dengan median skor sebesar 39. Selain itu, kelompok responden yang memperoleh perlakuan penyuluhan SUT Konservasi dengan metode PRA mempunyai median skor pemahaman SUT Konservasi yang lebih besar dibandingkan responden yang memperoleh perlakuan penyuluhan dengan metode ceramah.

Setelah responden diberi perlakuan, pemahaman SUT Konservasi responden pada umumnya meningkat yang ditandai dengan semakin besarnya median skor pemahaman SUT Konservasi dari responden di setiap kelompok perlakuan. Peningkatan tertinggi terjadi di kelompok responden yang memperoleh penyuluhan pertanian melalui metode PRA dengan bentuk pesan negatif.

3.5. Peningkatan pemahaman SUT Konservasi responden

Peningkatan pemahaman SUT Konservasi dari responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perbedaan median (nilai tengah) dari skor pemahaman SUT Konservasi responden sebelum (pretes) dan sesudah (postes) menerima perlakuan dalam bentuk penyuluhan pertanian mengenai SUT Konservasi.

37

34

39

33

39 38

48

36

0 10 20 30 40 50 60

PRA (+) CERAMAH (+) PRA (-) CERAMAH (-)

Sebelum

(6)

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perlakuan terhadap pemahaman SUT Konservasi, perbandingan hasil pengukuran postes dan pretes pemahaman SUT Konservasi responden dianalisis. Median skor pretes pemahaman SUT Konservasi untuk perlakuan metode ceramah dengan bentuk pesan positif sebesar 34 sedangkan median skor postesnya sebesar 38 yang berarti ada selisih positif median skor sebesar 4 antara postes dan pretes.

Tabel 2. Selisih median skor pemahaman SUT Konservasi setelah perlakuan

Metode Penyuluhan Bentuk Pesan

Positif Negatif

Ceramah 4 3

PRA 2 9

Tabel di atas menunjukkan selisih median pretes dan postes di setiap kelompok perlakuan. Selisih median terbesar yaitu terdapat pada responden di kelompok yang mendapatkan penyuluhan pertanian menggunakan metode PRA dengan bentuk pesan negatif dengan selisih median sebesar 9, diikuti oleh responden di kelompok yang mendapatkan penyuluhan pertanian menggunakan metode Ceramah dengan bentuk pesan positif dan negatif. Sedangkan selisih median terkecil yaitu terdapat pada responden di kelompok yang mendapatkan penyuluhan pertanian menggunakan metode PRA dengan bentuk pesan positif dengan selisih median sebesar 2.

Kombinasi perlakuan antara metode penyuluhan dan bentuk pesan dianalisis secara bersama, sehingga hasil analisis yang diperoleh adalah analisis interaksi metode penyuluha dan bentuk pesan seperti yang disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3. Analisis interaksi metode penyuluhan dan bentuk pesan

Kombinasi Perlakuan Median Z H Db P

PRA dengan Pesan Positif 2 -0.98 11.66 1 0.009 Ceramah dengan Pesan Positif 4 -0.77

PRA dengan Pesan Negatif 9 3.36 Ceramah dengan Pesan Negatif 3 -1.76

(7)

Karena interaksi antara metode penyuluhan dan bentuk pesan berbeda, maka dilakukan uji lanjut untuk mengetahui pasangan interaksi mana yang berbeda nyata secara statistik.

Tabel 4. Uji Lanjut Pasangan Interaksi Metode Penyuluhan dan Bentuk Pesan

Kombinasi Perlakuan db Z H P

Ceramah Positif dan PRA Positif 1 0.91 0.82 0.365 PRA Negatif dan PRA Positif 1 1.68 2.81 0.094 Ceramah Negatif dan PRA Positif 1 0.09 0.01 0.928 Ceramah Positif dan PRA Negatif 1 3.22 10.35 0.001 Ceramah Positif dan Ceramah Negatif 1 0.89 0.79 0.375 Ceramah Negatif dan PRA Negatif 1 2.86 8.16 0.004

Uji beda nilai tengah menunjukkan tidak ada perbedaan nyata pemahaman SUT Konservasi antara responden yang memperoleh penyuluhan SUT Konservasi menggunakan metode PRA dengan bentuk pesan positif dan PRA dengan bentuk pesan negatif, metode PRA dengan bentuk pesan positif dan metode Ceramah dengan bentuk pesan positif, metode PRA dengan bentuk pesan positif dan metode Ceramah dengan bentuk pesan negatif, serta tidak ada perbedaan pemahaman SUT Konservasi antara responden yang memperoleh penyuluhan SUT Konservasi menggunakan metode Ceramah dengan bentuk pesan positif dan Ceramah dengan bentuk pesan negatif.

Akan tetapi, terdapat perbedaan sangat nyata pemahaman SUT responden yang memperoleh penyuluhan SUT Konservasi melalui metode PRA dengan bentuk pesan negatif dan yang memperoleh penyuluhan SUT Konservasi melalui metode Ceramah, baik dengan bentuk pesan positif maupun negatif. Terdapat kecenderungan bahwa pemahaman SUT Konservasi responden yang memperoleh penyuluhan SUT Konservasi melalui metode Ceramah dengan pesan positif akan lebih rendah daripada yang memperoleh penyuluhan SUT Konservasi melalui metode PRA dengan pesan negatif. Sedangkan responden yang memperoleh penyuluhan SUT Konservasi melalui metode PRA dengan pesan negatif cenderung memiliki pemahaman SUT Konservasi yang lebih tinggi dibandingkan yang memperoleh penyuluhan SUT Konservasi melalui metode Ceramah dengan bentuk pesan negatif.

(8)

BAB IV. SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:

1. PRA dengan bentuk pesan negatif merupakan metode penyuluhan pertanian yang lebih

efektif digunakan untuk meningkatkan pemahaman SUT Konservasi petani di Kelurahan

Gerem Kecamatan Grogol Kota Cilegon.

2. Dengan pemahaman SUT Konservasi yang memadai akibat diberikannya penyuluhan SUT

Konservasi melalui metode PRA dengan bentuk pesan negatif, petani cenderung

memutuskan tidak mengkonversi lahan pertanian dan menjalankan SUT Konservasi

4.2. Saran

Berdasarkan dua simpulan di atas, disarankan kepada semua pihak terkait terutama Pemerintah Daerah, Industri, dan Perguruan Tinggi untuk:

1. Menyelenggarakan Program Penyuluhan Pembangunan Pertanian yang bersifat spesifik

lokalit di Kelurahan Gerem,

2. Menggunakan metode PRA dengan bentuk pesan negatif untuk meningkatkan pemahaman

SUT Konservasi petani di Kelurahan Gerem

3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Kelurahan Gerem. Terutama

program pendampingan bagi petani untuk menerapkan SUT Konservasi

DAFTAR PUSTAKA

Adimiharja, Abdurachman. 2006. Strategi Mempertahankan Multifungsi Pertanian di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian Vol. 3 Tahun 2006 Hal: 99 – 105.

http://124.81.86.181.publikasi/p3253064.pdf [1 Maret 2008]

Departemen Pertanian. 2006. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 47/ Permentan/ OT.140/ 10/ 2006 Tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan. Jakarta: Departemen Pertanian.

Mattjik A.A dan Sumertajaya M. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor: IPB Press

Mardikato T. 1992. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Provinsi Banten 2002 – 2006. Renstra Provinsi Banten 2002 – 2006 http://www. dephut.go.id/Halaman/PDF/renstra02-06.pdf (28 Januari 2008)

Salampessy Y.L.A, Mirajiani, Budiaji W. 2009. Laporan Pemetaan Kultur Sosial dan Kelembagaan Ekonomi Kelurahan Gerem Kecamatan Grogol Provinsi Banten. Banten: Faperta Untirta. Banten.

Gambar

Tabel 1. Matrik Perlakuan
Gambar 1 Median skor pemahaman SUT Konservasi responden berdasarkan perlakuan
Tabel 2.  Selisih median skor pemahaman SUT Konservasi setelah perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Disampaikan bahwa Pokja Konstruksi ULP pada Pemerintah Kabupaten Muara Enim akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi Kegiatan APBDP Tahun Anggaran 2016

Berdasarkan penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa penambahan susu skim pada pembuatan yoghurt jagung manis berpengaruh nyata terhadap kadar protein, kadar

Komunikasi yang dilakukan oleh Ketua Dewan Mahasiswa kadang tidak sesuai dengan yang disampaikan bapak wakil pengasuh, karena ketua Dewan Mahasiswa adalah bagian dari pada

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa metode ekstraksi ciri statistik dan ciri morfologi mampu mengklasifikasikan jenis kategori inti sawit

Asas keturunan adalah pedoman kewarganegaraan berdasarkan pertalian darah atau keturunan. Jika suatu negara menganut asas ius sanguinis, maka seseorang yang lahir dari orang tua

Penelitian bertujuan mengetahui kemampuan delapan isolat bakteri dari limbah kulit udang asal Palembang dalam memproduksi enzim kitinolitik, serta menentukan suhu dan pH

Siklus dilakukan terus menerus sampai peneliti puas, masalah terselesaikan dan hasil belajar maksimum (Mulyasa, 2010). Menunjukkan bahwa dari hasil workshop siklus II tampak