• Tidak ada hasil yang ditemukan

247228939 Ptk Pemasaran Barang Jasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "247228939 Ptk Pemasaran Barang Jasa"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BEALAJAR EMPIRIKAL-ADUKATIF PADA MATERI PEMASARAN BARANG DAN JASA

DI KELAS X SEMESTER 1 SMK NEGERI 1 TAKENGON TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh : Idawarni

Guru Bidang Studi : Pemasaran Program Keahlian Bisnis Dan Manajemen

Smk Negeri 1 Takengon

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 TAKENGON Jl. Lebe Kader Lr. Sejahtera No. 13 Takengon

(2)

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TENGAH DINAS PENDIDIKAN

Jl. Takengon Isaq Kung Pegasing No. Telp (0643) 21852 PENGESAHAN

NO.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tengah menerangkan bahwa :

Nama : Dra. Idawarni

NIP : 19650429 199501 2007 Pangkat/Golongan : Pembina IV/a

Jabatan : Guru Pembina/Guru SMK Negeri 1 Takengon

Adalah benar telah melakukan penelitian dengan judul :

1. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar Empirikal-Adukatif Pada Materi Pemasaran Barang Dan Jasa Dan Menganalisis Kebutuhan Konsumen

Dan kami sahkan sebagai karya ilmiah dalam rangka ususlan kenaikan pangkat guru pada unsur pengembangan profesi sesuai dengan aturan berlaku.

Demikianlah pengesahan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Takengon, November 2014 Kepala SMK Negeri 1 Takengon

ANWAR SYUKRI.S.Pd NIP: 19580605 198503 1

(3)

Pengesahan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Penerapan Model Pembelajaran Siklus

Belajar Empirikal-Adukatif Pada Materi Pemasaran Barang Dan Jasa Dan Menganalisis Kebutuhan Konsumen

Telah disahkan oleh :

Kepala Perpustakaan Guru Bidang Studi

Dra. Idawarni

NIP. Nip. 19650429 199501 2 001

Mengetahui

Kepala SMK N 1 Takengon

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengembangan pendidikan di Indonesia menuntut peningkatan profesionalisme guru sebagai salah satu pelaku utama dalam proses belaajr mengajar. Untuk itu, guru diisyaratkan memiliki kompetensi yang memadai sehingga dapat berinteraksi secara edukatif, “yaitu : proses interaksi yang disengaja untuk mengantarkan anak didik ke tingkat kedewasaannya”, Sadirman A.M.(2003).

Namun dalam pelaksanaannya banyak terdapat permasalahanpermasalahan yang dihadapi. Salah satu permasalahan yang terjadi di dalam pembelajaran ialah kesulitan yang dialami siswa saat memahami konsep fisik materi pelajaran yang secara langsung oleh guru di papan tulis.

Dari observasi yang secara langsung dilakukan peneliti di sekolah tempat peneliti mengajar diperoleh nilai hasil ulangan harian dan ujian semester di sekolah SMK Negeri 1 Takengon, khususnya di kelas X semester I, diperoleh nilai rata-rata ulangan harian adalah 65 dan ujian semester adalah 67. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa masih dapat dikatakan cukup rendah, karena siswa tidak dapat mencapai nilai 75 sebagai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) khususnya pada mata pelajaran Pemasaran barang dan jasa.

Selain itu, dalam proses belajar guru kurang melakukan variasi, terlalu banyaknya latihan yang di berikan, kurangnya motivasi dan penguatan kepada siswa, dan umpan balik berdasarkan koreksi guru jarang diterapkan. Semua itu disebabkan oleh karena belum terbiasanya guru dalam mendekatkan siswa pada konteks yang dialami dan dirasakannya dalam kehidupan sehari-hari.

(5)

psikomotor dan afektif sebagai bagian dari penilaian terhadap siswa. Sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pemasaran Barang Dan Jasa.

Agar suasana belajar yang dialami siswa menjadi lebih menyenangkan. Maka seorang guru harus dapat menggunakan pendekatan-pendekatan atau metode yang tepat dalam mengajarkan suatu materi pelajaran. Selain itu guru harus dapat mengguakan pendekatan atau metode yang tepat dalam mengajarkan suatu materi pelajaran. Selain itu, guru harus dapat memperhatikan minat siswa dalam belajar. Menurut Gestalt (dalam Slameto, 2003;10) “Belajar akan lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa”. Hal itu terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Hilgart (dalam Slameto, 2003;57) “minat adalah kecendrungan yang tepat untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Sementara bakat adalah “the capacity to learn” yaitu kemampuan untuk belajar, dimana akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata setelah belajar atau berlatih”.

Sehingga secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif, perspektif, dan proaktif didalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa di dalam proses pembelajaran.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi, terutama untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa, maka peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran Siklus Belajar. Karena salah satu strategi untuk membangkitkan kognitif dalam penguasaan konsep pemasaran barang dan jasa pada siswa adalah melalui penggunaan model Siklus Belajar.

Model pembelajaran Siklus Belajar dimaksudkan menjadikan kebiasaan guru yang bersifat otoriter menjadi fasilitator, mengubah kegiatan pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif serta dapat : 1. Membangkitkan minat siswa untuk belajar menemukan sendiri

(6)

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini perlu di lakukan karena model pembelajaran siklus belajar sangat memungkinkan untuk direapkan di sekolah dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti selaku guru bidang studi pemasaran barang dan jasa mengadakan pengamatan langsung dan melakukan refleksi bersama untuk mengidetifikasikan dan menganalisis permasalahan, sehingga dapat merumuskan akar permasalahan sekaligus menemukan beberapa alternatif pemecahaannya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan langsung dan refleksi yang dilakukan bersama dengan guru bidang stud ditemukan beberapa masalah yaitu :

1. Rendahnya hasil belajar pemasaran barang dan jasa siswa karena pembelajaran masih didomonasi oleh aktivitas guru.

2. Guru dapada umumnya masih menggunakan cara koncesional dalam mengajar.

3. Sistem penilaian guru tidak memotivasi siswa untuk belajar dan bekerja.

1.3 Batasan Masalah’

Berdasarkan keterbatasan yang dihadapi peneliti, khususnya dari segi kemampuan, waktu dan biaya, serta memperjelas arah dan ruang lingkup masalah dalam penelitian ini, maka peneliti membuat batasan masalah yaitu : 1. Model pembelajaran yang diterapkan selama KBM adalah model

pembelajaran siklus belajar

2. Subjek penelitian adalah siswa-siswi SMK Negeri 1 Takengon kelas X semester I tahun pembelajaran 2014/2015

3. Materi yang diajarkan adalah materi pokok kurikulum yang digunakan adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan

4. Penelitian menggunakan alur penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus dimana tiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan.

(7)

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini ialah : 1. Bagaimana aktivitas belajar siswa pada materi pokok pemasaran barang

dan jasa serta analisis kebutuhan konsumen dikelas X semester I SMK Negeri 1 Takengon T.P. 2014/2015 selama pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran siklus belajar?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran siklus belajar pada maeri pokok pemasaran barang dan jasa serta analisis kebutuhan konsumen dikelas X semester I SMK Negeri 1 Takengon T.P. 2014/2015

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut :

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok pemasaran barang dan jasa serta analisis kebutuhan konsumen dikelas X semester I SMK Negeri 1 Takengon T.P. 2014/2015

2. Meningkatkan hasil belajar pada materi pokok pemasaran barang dan jasa serta analisis kebutuhan konsumen dikelas X semester I SMK Negeri 1 Takengon T.P. 2014/2015

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini ialah :

1. Sebagai bahan masukan bagi guru di SMK Negeri 1 Takengon dalam memperbaiki mutu pembelajarannya, karena penelitian dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru.

2. Meningkatkan profesionalisme penelitia dalam merencanakan, melakukan dan mengevaluasi siswa pada akhir pembelajaran dengan baik.

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1 Hakekat belajar mengajar

(9)

Didalamnya semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam satu proses. Didalamnya berlangsung berbagai kegiatan baik yang dilakukan oleh siswa, maupun guru. Kegiatan belajar mengajar memiliki tujuan, yaitu sasaran atau cita-cita yang hendak dicapai dalam kehiatan belajar mengajar. Sasaran atau cita-cita tersebut ialah pembentukan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang berbeda. Belajar adalah kegiatan untuk mempelajari sesuatu (bahan ajaran) yang dilakukan oleh anak didik, sedangkan mengajar ialah kegiatan penyampaian pelajaran, yang dilakukan oleh guru. Walaupun belajar dan mengajar adalah kegiatan yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama dalam pembelajaran.

2.1.2 Pengertian Belajar

Secara psikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkat laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Menurut Slameto (1995:2) : “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingakt laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”, sebagaimana di nyatakan oleh Djamarah, B.A. (2006:10) yaitu : “belajar ialah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan “. Artinya tujuan kegiatan adlah perubahan tingkat laku, baik yang menyangkur oengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan melliputi segenap aspek, organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi kesimpulannya ialah perubahan.

Perubahan yang terjadi pada diri seseorang, baik sifat maupun jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan arti belajar. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan perkembangan anak tidak termasuk ke dalam perubahan dalam arti belajar.

2.1.3 Pengertian Mengajar

(10)

merupakan usaha mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran, sehingga terjadi proses belajar mengajar.

“Mengajar pada hakekatnya ialah suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melaukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan, bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar mengajar”, menurut Nana Sudjana (dalam Djamarah, 2006:39).

Diungkapkan oleh Dequeliy dan Gajali (dalam Slameto, 1995:30) : “mengajar adalah menanam pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat”.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan menolong dan membantu sesorang agar dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya. Mengajar bukan hanya kegiatan penyampaian materi pelajaran dari guru kepada siswa, namun bagaimana menciptakan, mengatur serta menyeimbangkan lingkungan agar memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang kondusif, efektif dan efisien.

2.1.4 Keberhasilan Belajar Mengajar

Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan falsafatnya. Namun, untuk menyamakan persepsi sebaknya kita berpedoman kepada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain “suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksional khusus (TIK)-nya dapat tercapai”.

Hasil ebalajr merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan siswa dlam belajar. Hasil belajar adlah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melaluui kegiatan belajar, sedangkan belajar adalah proses seseorang yang berusaha untuk memperoleh bentuk perilaku yang relatif menetap sebagai hasil belajar.

(11)

itulah, proses belajar dikatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan intruksial khusus dari bahan tersebut.

2.1.5 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain, menurut Joyce (dalam Trianto, 2007:5). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran menarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Menurut Soekamto, dkk (dalam Trianto, 2007:5) makdus dari mdoel pembelajaran ialah : “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas bbelajar mengajar”. Hal ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh Eggen dan Kauchak bahwa mdel pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.

Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus, yaitu :

1. Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau para pengembangnya;

2. Landasar pemikiran tentang paa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); kemukakan oleh Karplus dan Their (dalam Zuhdan, K.P, 2004) dengan membeirkan istilah fase-fase dalam siklus belajar adala “dian oleh Lawson (dalam Zuhdan, K.P, 2004), fase tersebut di beri nama exploration, term introduction dan concept application. Di Indonesia fase tersebut di sebut juga dengan fase eksplorasi, pengenalan istilah, dan aplikasi konsep.

2.1.5.1.1 Fase Eksplorasi

(12)

Mereka menemukan bahan-bahan dan ide-ide baru dengan bimbingan minimal. Pengalaman baru dapat menumbuhkan pertanyyaan atau masalah yang tidak dapat mereka pecahkan dengan cara berfikir yang biasa mereka pergunakan. Eksplorasi memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyampaukan perbedaan-perbedaan mendasar, atau paling tidak menyampaikan ketidakpuasan yang berhbungan dengan ide mereka, hal ini dapat menghangatkan debat dan analisis ide mereka.

Kemudian analisis akan membawa kepada suatu diskusi yang merupakan cara untuk memeriksa gagasan-gagasan melalui penurutan prediksi mereka. Kumpulan dan analisis hasil dpat membawa pada suatu penolakan ide dan ingatan siklus lain dari kepercayaan diri. Eksplorasi berguna untuk menguji dengan cermat langkah-langlah yang digunakan dalam proses siklus ini juga mengidentifikasi pila yang basa terjadi dalam suatu gejala (misalnya logam memuai jika dipanaskan).

2.1.5.1.2 Pengenalan Istilah

Pengenalan istilah, dimulai dengan pengenalan suatu istilah baru yang istilah-istilah tersebut menjadi acuan/rujukan bagi pola-pola yang ditemukan selama eksplorasi. Sebagai contoh, istilah-istilah baru dapat dikenalkan melalui guru, buku, film atau media lain.

2.1.5.1.3 Aplikasi Konsep

Dalam fase siklus belajar, aplikasi konsep, siswa mempergunakan istilah baru atau pila pikir untuk memperkaya contoh-contoh. Aplikasi konsep diperlukan beberapa siswa untuk memperluas batas berlakunya konsep-konsep baru. Tanpa keanekaragaman penerapan, arti suatu konsep bisa tetap tidak berguna bafi contoh yang diguanakn pada saat mula-mula didefenisiskan dan didiskusikan. Beberapa siswa bisa gagal pula untuk mengabtraksikan contoh konkritnya atau gagal menggenerilisasikan konsep pada situasi lain.

(13)

Term Introduction

Concept aplication Exploration

Term Introduction

Concept Application Exploration

Term Introduction

Concept Application Exploration

untuk memperkenalkan istilah dan memberikan kesempatan siswa untuk memadukan pola dan istilah yang kemudian membentuk konsep. Akhirnya apliaksi konsep membawa siswa untuk menemukan penerapan (dan yang tidak dapat diterapkan) suatu konsep dalam konteks yang baru.

(14)

Gambar 2.1 Sifat Spiral Siklus Belajr (Zuhdan, K.P, 2004) 2.1.6 Macam-Macam Siklus Belajar

2.1.6.1 Siklus Belajar Deskriptif

Pada siklus belajar deskriptif, siswa menemukan dan mendeskripsikan pila empirik dalam konteks yang khas (eksplorasi). Guru menamakannya (pengenalan istilah), dan polanya diidentifikasi dalam konteks lanjutan (aplikasi konsep). Siklus belajar macam ini disebut deskriptif sebab kita dan siswa mendeskripsikan apa yang mereka observasi tanpa berusaha menjelaskannya. Siklus belajar deskriptif menjawab pertanyaan, apa? Bukan muncul dari pertanyaan sebab susabab, mengapa?

Contoh silkus belajar deskriptif, misalnya guru menyuruh siswa mengobservasi sebagian kecil gejala disekitar kita, misalnya kelereng yang dijatuhkan vertikal diatas lantai, kemudian siswa diminta menanamnya, menemukan polanya dan mencari pola-pola lain. Dalam hal ini hampir seluruh sswa tidak memiliki keinginan untuk mencari sesuatu diluar yang kita minta.

Berikut langkah-langkah dalam menyiapkan dan menerapkan suklus balajar deskriptif :

1. Guru mengidentifikasikan konsep atau konsep-konsep yang akan di ajarkan

2. Mengidektifikasikan gejala-gejala yang melibatkan pola yang gejala-gejala itu mendasari pola

3. Fase eksplorasi: siswa menggali gejala dan berusaha menemukan dan mendeskripsikan pola

4. Fase pengenalan istilah : siswa melaporakan datanya dan mereka atau kita mendeskripsikan pola; kemudian mengenalkan istilah dan istilah-istilah untuk merujuk pada pola

5. Fase penerapan konsep : gejala tambahan yang melibatkan konsep yang sama didiskusikan atau digali lebih lanjut.

2.1.6.2 Siklus Belajar Empirikal-Abduktif

(15)

istilah-istilah dan konsep-konsep yang di pelajari dalam konteks lain untuk kontek yang baru (pengenalan istilah). Istilah-istilah dapat di kenalkan oleh siswa, guru atau keduanya. Memulai bimbingan guru sioswa kemudan menyelidiki melalui data yang dikumpulkan selama fase eksplorasi untuk melihat sebab-sebab yang dihipotesiskan sesuai dengan data tersebut dan gejala yang telah diketahuinya (aplikasi konsep). Dengan kata lain, observasi-observasi disusun dalam model deskriptif, meskipun siklus belajar macam ini memberikan kesempatan lebih jauh untuk menciptakan (melalui abduksi) dan awalnya menguji sebab-sebab, sehingga bernama empirikal-abduktif.

Siklus belajar disebut empirikal-abduktif karena ditunjukkan dengan jelas bahwa siklus belajar dimulai dengan memperhatikan hal-hal yang bersidat empirit disekitar siswa. Sebagai contoh, ketika siswa mengamati jam dinding yang berbandul, ia menduga keterlambatan waktu yang ditunjukkan jam tersebut dapat dieliminir dengan memperpendek panjang bandulnya sehingga bandul berayun semakin cepat, tetapi ide siswa tersebut kemungkinan muncul dari pengalaman sebelumnya dari pada hipotesis yang dikemukakan siswa tentang ayunan bandul matematis.

Jadi dalam kasus diatas siswa dapat mengemukakan hipotesis dalam dirinya sendiri, meskipun tidak dirancang dengan rumusan yang baik karena ia memperoleh pemecahan masalah dari pengalaman sebelumnya.

Menurut Lawson (dalam Zuhdan, K.P. 2004) mendeskripsikan tiga tipe belajar yaitu : Deskriptif, Empiris-Induktif, dan Hipotesis-Deduktif. Siklus belajar empiris-induktif berfokus pada peristiwa alam, berhubungan atau prinsip yang melibatkan beberapa konsep. Model ini menuntut siswa untuk menjelaskan fenomena, seperti mengeksperimenkan beberapa miskonsepsi dan memberikan kesempatan untuk dialog dan debat.

Dalam strategi pembelajaran siklus belajar empiris-induktif, pembelajarannya melalui fase-fase antara lain fase eksplorasi, fase pengenalan konsep dan fase aplikasi konsep. Agar model pembelajaran ini dapat diterapkan langsung oleh guru, perlu diadakan modifikasi model pembelajaran yang lebih aplikatif, sehingga guru sebagai orang yang terlibat langsung dengan siswa selama pembelajaran dapat menggunakan untuk memperbaiki cara mengajarnya.

(16)

Gambar 2.2 Tahap pembelajaran model belajar empiris induktif

Berdasarkan gambar tersebut, pembelajaran Pemasaran Barang dan Jasa dapat dimulai pada fase eksplorasi yaitu kegiatan tanya jawab secara lisan/tulisan, atau melalui percobaan. Hal ini bertujuan menggali konsepsi awal siswa, kemudian guru menghimpun jawaban siswa tetapi tidak membenarkan atau menyalahkan. Selanjutnya memasuki fase pengenalan konsep, masing-masing kelompok mengemukakan hasil pengamatannya. Kemudian guru menjealskan beberapa konsep ilmiah tentang konsep yang sedang diajarkan. Ini bertujuan untuk mengenalkan atau menjelaskan konsep yang berkaitan dengan konsep awal yang telah digali dalam fase eksplorasi, dan fase aplikasi konsep, guru mengarahkan siswa untuk mencetuskan ide konsepnya kedalam contoh kejadian yang lain, atau melakukan kegiatan yang baru serta mendemostrasikan percobaab yang lain, tetapi masih berhubungan dengan konsep yang sedang diajarkan. Sehinga pengetahuan siswa bertambah dan berkembang. Ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana konsep yang telah diajarkan dapat diaplikasikan oleh siswa.

Berikut ini beberapa langkah menyiapkan dan menerapkan siklus belajar empirikal-abdukatif :

1. Guru mengidentifikasikan konsep atau gejala-gejala yang akan diajarkan

2. Mengidentifikasikan gejala-gejala yang melibatkan pola yang gejala-gejala itu mendasari konsep

3. Fase eksplorasi :guru atau siswa mengemukakan suatu pertanyaan deskriptif dan sebab musabab

4. Siswa mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan deskriptif 5. Data untuk menjawab pertanyaan deskriptif ditampilkan dipapan

tulis

(17)

7. Hipotesis lain dikemukakan untuk menjawab pertanyaan sebab akibat dab data yang telah dikumpulkan diuji untuk memberikan tes awal dari berbagai kemungkinan

8. Fase pengenalan istilah: istilah-istilah yang berhubungan dengan gejala-gejala yang digali dan paling mirip dengan hipotesis yang telah dijelaskan dikenalkan

9. Fase aplikasi konsep : gejala tambahan didiskusikan atau di gali dengan melibatkan konsep-konsep yang sama.

2.1.6.3 Siklus Belajar Hipotetikal-Deduktif

Siklus belajar selanjutnya ialah siklus belajar hipotetikal-deduktif, yang melibatkan pertanyaan sebab-musabab yang dikemukakan para siswa untuk menimbulkan aneka ragam penjelasan. Kesempatan siswa kemudian dicurahkan untuk mengurangi konsekuensi logis pernyataan tersebut dan secara jelas mendisain dan mengadakan percobaan untuk mengujinya (eksplorasi). Hasil analisis ekspreimen memungkinktan beberapa kipotesis ditolak, diterima dan untuk istilah-istilah dikenalkan (pengenalan istilah). Akhirnya konsep yang relevan dan cara berfikir yang sesuai yang terlibat dan didiskusikan mingkin dapat diterapkan apda kesempanan lain (aplikasi konsep). Siklus seperti ini memerlukan karya yang tegas dan pengujian hipotesis lain melalui perbandingan pengambilan kesimpulan yang logis dengan hasil empirik, sehingga disebut hipotetikal-deduktif.

Beberapa langkah dalam menyiapkan dan menerapkan siklus belajar hipotetikal-deduktif :

1. Guru mengidentifikasi konsep atau gejala-gejala yang akan diajarkan

2. Kita mengidentifikasikan gejala-gejala yang melibatkan pola yang gejala-gejala itu mendasari konsep

3. Fase eksplorasi : siswa mengemukakan gejala-gejala yang menimbulkan pertanyaan sebab musabab, atau guru, yang mengajukan pertanyaan sepintas

(18)

6. Fase pengenalan istilah : data dibandingkan dan dianalisis, istilah-istilah dikenalkan dan kesimpulan disusun.

7. Fase penerapan konsep : gejala tambahan yang melibatkan konsep-konsep sama didiskusikan atau dicari.

Tiga macam siklus belajar menempatkan perbedaan tuntutan pada inisiatif, pengetahuan dan keterampilan berfikir siswa. Dalam istilah berfikir siswa, siklus belajar deskriptif sering hanya memerlukan pola empirikal-induktif, misalnya ; klasifikasi dan konservasi. Sedangkan siklus belajar hipotetikal-deduktif memerlukan penggunaan urutan pola yang lebih tinggi, misal : kontrol variabel, korelasi pikiran, dan berfikir jipotetikal deduktif. Perbedaan penting diantara ketiganya hanya pada tingkat usaha siswa untuk mendeskripsikan sifat-sifat atau mengeneralisasikan secara eksplisit dan menguji hipotesis alternatif.

2.1.7 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)\

PTK (Classroom Action Research) yaitu peelitian yang dilakukan oleh gutu dikelasnya (sekolah) tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran.

Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relecansi, meningkatkan efisiensi pengolahan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru. Juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas.

PTK dimulai dengan adanya masalah yang dirasakan sendiri oleh guru di dalam pembelajaran. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan proses dan hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru atau hal-hal lain yang berkaitan dengan perilaku mengajar guru dan perilaku belajar siswa. Lengkah menemukan masalah dilanjutkan dengan menganalisis dan merumuskan masalah, kemudian merencanakan PTK dalam bentuk tindakan perbaikan, mengamati dan melakukan refleksi. Keempat langkah utama PTK yaitu :

(19)

dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilaksanakan

b. Tajap 2 : pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan didalam kancah, yaitu melakukan tindakan didalam kelas.

c. Tahap 3 : pengamatan , yaitu melaksanakan pengamatan oleh pengamat

d. Tahap 4 : refleksi atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah terjadi. Secara keseluruhan keempat tahap dalam PTK ini membentu suatu siklus yang kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara berkesinambungan seperti sebuah spiral (Rustam, 2004).

Beberapa hal penting yang berhubungan dengan PTK :

1. PTK penting untuk guru dengan alasan yaitu :

1. PTK sangat kondusif untuk memebuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran dikelasnya

2. PTK dpat meningkatkan kinerja guru

3. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kejadian yang dalam terhadap apa yng terjadi dikelasnya

2. Karakteristik PTK yatu seperti berikut ini :

1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran 2. Adanya kolaborasi didalam pelaksaaannya

3. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi

4. Bertujuan memperbaiki atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran

5. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus 6. Pihak yang melakukan tindakan guru itu sendiri, sedangkan yang

melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan 3. Menurut Hopskin (dalam Aqib. Z., 2006:17) ada 6 prinsip dalam PTK

yaitu :

1. Pekerjaan utama guru adalah mengajar, dan apapun metode PTK yang diterapkan semestinya tidan mengganggu komitmen sebagai pengajar

2. Metode pengumpulan data yang dipergunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga berpeluang mengganggu proses pembelajaran

(20)

diterapkan pada situasi kelasnya, serta memperolah data yang dapat di gunakan untuk menjawab hipoteis yang dikemukakan 4. Masalah program yang diusahakan oleh guru seharusnya

merupakan amsalah yang cukup merisaukan, dan bertolah dari tanggung jawab profesional.

5. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaannya.

6. Dalam pelaksanaan PTK sejauh mungkin harus digunakan classroom excerding perspentive, dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan atau mata pelajaran tertentu, melainkan perspektif misi sekolah secara keseluruhan.

2.1.8 Pemasaran Barang dan Jasa 2.1.9 Analisis Kebutuhan Konsumen

2.2 Kerangka Konseptual

Salah satu hasil belajar yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar adalah penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Guru sebagai perancang pengajaran perlu mengadakan pola pendekatan yang tepat, agar konsep-konsep pemasaran barang dan jasa dapat dengan mudah dipahami oleh siswa dan bukan merupakan hafalan saja seperti yang dilakukan oleh beberapa orang siswa. Berdasarman pada hasil temuan peneliti yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, salah satu permasalahan yang sangat mendasar dan harus dipecahkan untuk meningkatkan hasil belajar pemasaran barang dan jasa ialah ketidaksesuaian model pembelajaran yang digunakan oleh guru terhadap materi pelajaran yang akan disajikan. Masalah ini timbul karena model pembelajaran yang selama ini diterapkan menitik beratkan guru sebagai sumber informasi dalam kapasitas yang cukup besar. Hal ini lah yang menyebabkan siswa kurang bersemangat mengikuti pembelajaran.

(21)

apliaksi konsep dimana siswa dapat menemukan penerapan-penerapan suatu konsep pada pelajaran dengan konteks yang baru. Sehingga apabila model pembelajaran yang diterapkan didalam pembelajaran disekolah telah seuai dengan materi pelajaran yang akan disajikan, atau model pembelajaran yan digunakan telah tepat, maka siswa akan lebih siap mengikuti pembelajaran dan akan merasa bersemangat untuk mempelajari materi pemasaran barang dan jasa.

Dengan penerapan konsep Model Pembelajaran Siklus Belajar disekolah diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berfikir, memecahkan masalah dan keterampilan intelektual sebagai upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Takengon. Waktu penelitian dilakukan pada semester I tahun ajaran 2014/2015.

3.2 Subjek dan Objek 3.2.1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X pemasaran

SMK Negeri 1 Takengon tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 40 siswa pada materi pokok pemasaran barang dan jasa.

3.2.2. Objek Penelitian

Objek penelitan ini adalah :

1. Hasil belajar siswa dengan Model Pembelajaran Siklus Belajar 2. Aktivitas belajar siswa dengan Model Pembelajaran Siklus Belajar 3. Psikomotorik siswa dalam pembelajaran dengan Model Pembelajaran

Siklus Belajar

3.3 Instrumen Penelitian

3.3.1. Instrumen 1 Tentang Tes Hasil Belajar

(22)

instrumen 1 berupa tes tertulis. Tes hasil belajar tersebut terbentuk tes objektif dengan jumlah 25 soal dengan 4 option (a,b,c dan d).

Sebelum tes diujikan pada kelas sampel, tes telah diujikan terlebih dahulu, validitasnya oleh guru-guru pemasaran barang dan jasa. Jadi, validitas yang digunakan adalah valiiditas isi. Setelah diperiksa selanjutnya soal tersebut diperbaiki dan dilanjutkan ke penelitian.

Untuk mengetahui kisi-kisi tes pada materi pokok pemasaran barang dan jasa dapa dilihat pada tabel berikut ini :

No Sub Pokok Bahasan Klasifikasi / kategori Jumlah soal C1 C2 C3 C4 C5 C6

C1 = pengetahuan / ingatan C4 = Aplikasi

C2 = Pemahaman C5 = Sintesis

C3 = Analisis C6 = Evaluasi

Tabel 3.1 Kisi-kisi tes hasil belajar pemasaran barang dan jasa materi pokok pemasaran barang dan jasa

3.3.2. Instrumen 2 Tentang Aktivitas Siswa

(23)

Perencanaan

Refleksi Aksi

Observasi

Perencanaan Ulang

Refleksi

Observasi

Aksi

Identifikasi masalah

belajar mengajar. Observasi yang dilakukan bersifat langsung dan dilakukan dengan bantuan pengamat yang dilengkapi dengan pedoman observasi aktivitas belajar siswa.

3.4 Jenis dan Desain Penelitan

Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Action Research Classroom). Ciri-ciri penelitian tindakan kelas adalah adanya siklus-siklus yang merupakan suatu proses pemecahan masalah menuju praktek pembelajaran yang lebih baik.

Menurut Kurt Lewin tiap langkah siklus terdiri dari : rencana (planning), tindakan (action), refleksi (reflection). Keempat langkah tersebut dapat dilihat seperti desain oleh Hopkins (Zainal Aqib, 2006:31).

Gambar 3.1 Desain PTK Model Hopkins (Aqib, Z., 2006:31) Keterangan :

(24)

Siklus yang akan dilaksanakan pada penelitian ini, seperti digambarkan di bawah ini :

Gambar 3.2 Alur dalam penelitian tindakan kelas (Aqib.Z., 2006:36) 3.5 Prosedur Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pemberian pre-tes untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai

3.6 Kegiatan Penelitan

(25)

setiap akhir pembelajaran dilakukan evaluasi. Adapun langkh-langkah dalam setiap siklus Penelitian Tindakan Kelas adalah :

1. Rencana (planning)

Pada tahap ini, peneliti bersama guru bidang studi Akutansi membahas teknis pelaksanaan penelitian tindakan kelas serta membahas tes hasil belajar, rencana pembelajaran dan metode pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini.

2. Tindakan (action)

Pada tahap ini, sebelum pembelajaran dengan menggunakan model siklus belajar dilakukan, terlebih dahulu diberikan pre-tes kepada siswa untuk melihat sejauh mana pengetahuan awal siswa tentang pemasaran barang dan jasa. Setelah penerapan model ini selesai, diadakan evaluasi untuk melihat tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa.

3. Pengamatan (observasi)

Selama penerapan model pembelajaran ini berlangsung, peneliti melakukan observasu bantu dengan guru sebagai rekan kolaborasi dalam kelas. Hal yang menjadi perhatian peneliti ialah aktivitas belajar siswa dan hal-hal yang terjadi selama proses belajar

(26)

Penyusunan indikator pembelajaran Kegiatan 1.4

Penyusunan tes kemampuan siswa tentang analisis kebutuhan konsumen Output 2:

Inventarisasi dan identifikasi awal siswa terhadap analisis kebutuhan konsumen

Kegiatan 1.5

Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran siklus belajar

Output 3:

Persepsi siswa terhadap analisis kebutuhan konsumen

Kegiatan 1.6

Penggalian persepsi siswa terhadap belajar analisis kebutuhan konsumen

Output 4:

Tindakan untuk pengembangan Model pembelajaran Siklus Belajar Empiris-Induktif

Kegiatan 1.7

Menginterprestasikan hasil belajar siswa

Pemberian materi pembelajaran dengan metode ceramah,

(27)

Output 7 :

Refleksi terhadap hasil tindakan Tahap I

Kegiatan 1.9

Merekleksikan hasil temuan penelitian siklus I untuk dijadikan dasar tindakan siklus berikutnya Kegiatan 2.0

Menentukan kegiatan Tahap II berdasarkan hasil tindakan Tahap I

Rumusan hasil refleksi

Rumusan gambaran kegiatan Siklus II

Tabel 3.2. kegiatan penelitian siklus I

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi tes hasil belajar pemasaran barang dan jasa materi pokokpemasaran barang dan jasa
Gambar 3.1 Desain PTK Model Hopkins (Aqib, Z., 2006:31)
Gambar 3.2 Alur dalam penelitian tindakan kelas (Aqib.Z., 2006:36)
Tabel 3.2. kegiatan penelitian siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data pada TabeI 1 diketahui bahwa seIuruh sampeI pada minggu pertama dan minggu kedua beIum mengaIami proses pengomposan, pada minggu ini seIuruh sampeI

Maka wajib bagi kita tidak memberi uang imbalan apapun bagi orang yang minta disuap karena dirinya telah mengambil gaji dari baitul mal dan dia harus amanah didalam menjalankan tugas

Setelah penulis melaksanakan penelitian di Dusun Turen RT 5 RW 2, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yakni teknik

Perbandingan hasil penilaian petugas dan pasien dapat disimpulkan peneliti bahwa petugas pada panjang loket tidak sesuai panjang loket lebih pendek dari panjang

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, serta dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada pada peneliti,

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan smartphone terhadap aktivitas belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 3 Palu, maka dalam

Media Smart Board pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas D2-C di SLB-C Negeri Pembina Provinsi Kalimantan Selatan” (Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Keguruan dan Ilmu