• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Disleksia - Implementasi Speech Recognition Pada Aplikasi Pembelajaran Yang Ditujukan Untuk Membantu Anak-Anak Penderita Disleksia Dengan Metode Hidden Markov Model Dan Metode Multisensori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Disleksia - Implementasi Speech Recognition Pada Aplikasi Pembelajaran Yang Ditujukan Untuk Membantu Anak-Anak Penderita Disleksia Dengan Metode Hidden Markov Model Dan Metode Multisensori"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1Disleksia

Disleksia adalah ketidakmampuan bahasa, yang berpengaruh dalam hal membaca,

menulis, berbicara dan mendengarkan. Ini adalah disfungsi atau gangguan dalam

penggunaan kata-kata. Akibatnya, hubungan dengan orang lain dan kinerja dalam

setiap mata pelajaran di sekolah dapat dipengaruhi oleh disleksia (Bolhasan, 2009).

Masalah-masalah membaca dalam anak-anak disleksia dinyatakan dalam kesulitan

ekstrim dalam memperoleh subskill dasar membaca seperti identifikasi kata dan

decode fonologi (surat suara). Kesulitan seperti ini telah diperkirakan terjadi pada

sekitar 10% sampai 15% dari usia anak sekolah dan cenderung disertai dengan

kekurangan tertentu dalam kemampuan kognitif yang berkaitan dengan membaca dan

keterampilan keaksaraan lainnya. Pola Gejala ini sering disebut disleksia, atau

sebaliknya, ketidakmampuan membaca tertentu (Vellutino et al, 2004).

Anak-anak disleksia membutuhkan seorang guru yang mengerti bagaimana

frustasi dari anak-anak yang pintar, yang tidak mampu melakukan apa yang

murid-murid lain lakukan dengan mudah yaitu membaca dan menghafal. Mereka

membutuhkan seseorang yang guru yang memahami bahwa kesulitan ini adalah

karena perbedaan otak, bukan karena kemalasan, kurangnya kecerdasan, ataupun

kurangnya motivasi. Mereka membutuhkan seorang guru yang tidak akan menyerah

pada mereka. Guru yang bersedia untuk belajar bagaimana mengajar semua

kelemahan mereka. Mereka juga membutuhkan guru yang tahu bahwa mereka

menderita dari kecemasan yang ekstrim. Lebih dari apa pun, siswa ini takut bahwa

guru mereka akan membuat mereka terlihat bodoh di depan teman-teman mereka

(Borton, 2003). Sejarah penelitian tentang perkembangan disleksia telah didominasi

oleh teori visual. Secara historis, teori pengembangan dalam membaca juga

diasumsikan bahwa pemrosesan visual adalah inti untuk perbedaan individu dalam

(2)

2.1.1 Bentuk Kesulitan Membaca Anak-Anak Disleksia

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional pada

tahun 2007, kesulitan membaca anak-anak disleksia adalah :

a. Penambahan (Addition)

Menambah huruf pada suku kata.

Contoh : suruh -> disuruh, buku -> bukuku

b. Penghilangan (Omission)

Menghilangkan huruf pada suku kata.

Contoh : kelapa -> lapa, kelas -> kela

c. Pembalikan kiri-kanan (Inversion)

Membalikkan bentuk huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik

kirikanan.

Contoh : buku -> duku, palu -> lupa

d. Pembalikan atas-bawah (ReversalI)

Membalikkan bentuk huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik

atasbawah.

Contoh : m -> w, u -> n, 6 -> 9

e. Penggantian (Substitusi)

Mengganti huruf atau angka.

Contoh : mega -> meja, nanas -> mamas, 3 -> 8

2.1.2 Ciri-ciri Anak-anak Penderita Disleksia

Masalah disleksia dirujuk kepada beberapa ciri (Ramasami, 2008) yaitu:

a. Sukar dalam berbahasa.

b. Ketidakseimbangan dengan kebolehan intelektual.

c. Tidak lancar ketika membaca sesuatu.

d. Tidak dapat menulis dengan lancar dan tepat (sukar dalam meniru tulisan).

e. Mata mudah menjadi penat setelah beberapa menit jika perhatian

menumpu kepada tulisan

(3)

2.2Metode Multisensori

Pendekatan ini dikenal juga sebagai pendekatan system

fonik-visual-auditory-kinestetik. Pendekatan ini dikembangkan oleh Gillingham dan Stillman (Gearheart,

1976:93). Pada dasarnya pendekatan ini sangat baik digunakan dalam belajar

membaca, khususnya membaca permulaan. Akan tetapi pendekatan ini dapat juga

digunakan dalam meningkatkan pemahaman akan bahasa baik yang didengar maupun

yang diucapkan oleh orang lain sebelumnya (Supriyanto, 2007). Pendekatan

multisensori mendasarkan pada asumsi bahwa anak akan belajar lebih baik jika materi

pelajaran disajikan dalam berbagai modalitas. Modalitas yang sering dilibatkan adalah

visual (penglihatan), auditory (pendengaran), kinesthetic (gerakan), dan tactile

(perabaan). Metode ini merupakan salah satu program remedial membaca untuk anak

disleksia, namun dirasakan bahwa beberapa prinsip dalam metode ini dapat

diterapkan, dan diharapkan mampu mengatasi beberapa kendala penerapan metode

membaca dalam pembelajaran. Penggunaan berbagai alat bantu sebagai media

pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa

pengaruh-pengaruh psikologis pada siswa. Media akan dapat menarik minat anak dan akhirnya

berkonsentrasi untuk belajar dan memahami pelajaran (Poppyariana, 2011).

Pendekatan multisensori ini dilakukan berdasarkan prinsip pengamatan

terhadap berbagai indera-indera secara terpadu yang dimiliki oleh seseorang.

Multisensori artinya memfungsikan seluruh indera sensori (indera penangkap) dalam

memperoleh kesan-kesan melalui perabaan, visual, perasaan, kinestetis, dan

pendengaran. Dengan mengembangkan berbagai kemampuan pengamatan yang

dimiliki oleh seseorang, guru memberikan rangsangan melalui berbagai modalitas

sensori yang dimilikinya (Supriyanto, 2007). Metode multisensori ini baik digunakan

untuk anak-anak disleksia. Sementara jika melihat prinsip dari metode multisensori ini

didalam penerapannya memiliki beberapa kelebihan dalam memperbaiki dan

(4)

2.3Speech Recognition

Speech Recognition yang dikenal sebagai Automatic Speech Recognition (ASR), atau

komputer pengenalan suara merupakan proses mengkonversi sinyal suara ke urutan

kata-kata, melalui sebuah algoritma diimplementasikan sebagai komputer Program.

(Anusuya & Katti, 2009)

Speech Recognition juga merupakan pengenalan pola, dimana ada dua fase dalam

pengenalan pola diawasi, yaitu, pelatihan dan pengujian. Proses ekstraksi fitur yang

relevan untuk klasifikasi umum di kedua fase. Selama fase traning, parameter dari

model klasifikasi yang diperkirakan dengan menggunakan sejumlah besar contoh

kelas (data training). Selama fase pengujian atau fase pengenalan, fitur pola uji (data

speech test) dicocokan dengan model yang dilatih dari masing-masing dan setiap

kelas. Pola tes itu kemudian dinyatakan ke dalam model yang memiliki pola tes

terbaik (Gaikwad et al, 2010).

2.3.1 Teknik-Teknik dalam Speech Recognition

Ada 4 teknik yang dapat dilihat dalam Speech Recognition (Gaikwad, Gawali &

Yannawar, 2010) yaitu :

a. Speech Analysis Technique

Speech data mengandung berbagai jenis informasi yang menunjukkan

identitas pembicara. Tahapan speech analysis berkaitan dengan ukuran

frame yang cocok untuk segmentasi sinyal suara dalam analisa dan

ekstraksi yang lebih lanjut.

b. Feature Extraction Technique

Ekstraksi fitur speech dalam kategorisasi masalah adalah tentang

mengurangi dimensi dari vektor input ketika mempertahankan

membedakan kekuatan sinyal. Seperti kita ketahui dari pembentukan dasar

speaker identification dan sistem verifikasi, bahwa jumlah pelatihan dan

vektor uji diperlukan untuk masalah klasifikasi yang tumbuh dengan

dimensi masukan yang diberikan sehingga kita membutuhkan fitur

(5)

c. Modeling Technique

Tujuan dari modeling technique adalah untuk menghasilkan speaker

models yang menggunakan fitur vektor pembicara khusus. Speaker

modeling technique dibagi menjadi dua klasifikasi yaiut speaker

recognition dan speaker identification. Speaker identification technique

secara otomatis mengidentifikasi siapa yang berbicara berdasarkan

informasi individual yang terintegrasi dalam sinyal suara. Speaker

recognation juga dibagi menjadi dua bagian yaitu speaker dependant dan

speaker independent. Dalam modus speaker independent dari speech

recognation, komputer harus mengabaikan karakteristik khusus pembicara

dari sinyal suara dan mengekstrak pesan yang dimaksudkan.

Disisi lain dalam kasus speaker recognation machine harus

mengekstrak karakteristik pembicara dalam sinyal akustik. Tujuan utama

dari speaker identification adalah membandingkan sinyal pidato dari

pembicara tak dikenal ke database pembicara yang sudah dikenal. Sistem

ini dapat mengenali pembicara, yang telah dilatih dengan sejumlah

pembicara. Speaker recognition juga dapat dibagi menjadi dua metode, text

dependent and text independent. Dalam metode text dependent pembicara

mengatakan kata kunci atau kalimat yang memiliki teks yang sama untuk

menguji pelatihan dan pengenalan. Sedangkan text independent tidak

bergantung pada teks tertentu yang diucapkan.

d. Matching Techniques

Mesin speech recognition mencocokkan sebuah kata yang terdeteksi

dengan kata yang sudah diketahui salah satu dari teknik-teknik berikut :

1. Whole Word Matching

Mesin membandingkan sinyal digital-audio yang datang terhadap

template rekaman kata. Teknik ini membutuhkan waktu lebih

sedikit pengolahan dari pencocokan sub-kata, tetapi mensyaratkan

(6)

dikenali, kadang-kadang beberapa ratus ribu kata. Template seluruh

kata juga membutuhkan memori penyimpanan yang besar (antara

50 dan 512 byte per kata) dan hanya praktis jika pengenalan

kosakata tersebut sudah dikenal ketika aplikasi dikembangkan.

2. Sub Word Matching

Mesin mencari sub-kata, biasanya fonem dan kemudian melakukan

pengenalan pola lanjut. Teknik ini membutuhkan lebih banyak

pemrosesan dari pencocokan seluruh kata, tetapi membutuhkan

penyimpanan lebih sedikit (antara 5 dan 20 byte per kata). Selain

itu, pengucapan kata dapat ditebak dari teks bahasa Inggris tanpa

mengharuskan pengguna untuk berbicara kata yang sebelumnya.

2.3.2 Jenis-Jenis dari Speech Recognition

Sistem pengenalan suara dapat dipisahkan dalam beberapa kelas yang berbeda dengan

mendeskripsikan jenis ucapan-ucapan mereka (Anusuya & Katti, 2009) yaitu :

a. Isolated Words

Isolated word recognizers biasanya memerlukan setiap ucapan harus

tenang (karena kurangnya sinyal audio) pada kedua sisi sampel. Ia

menerima satu kata atau ucapan tunggal pada satu waktu. Sistem ini

memiliki pernyataan "Dengar / Tidak-Dengar", di mana mereka

membutuhkan pembicara untuk menunggu dalam mengucapkan kata demi

kata (biasanya melakukan pengolahan selama jeda).

b. Connected Words

Sistem connected words (atau lebih tepatnya 'ucapan yang terhubung')

hampir serupa dengan isolated words, namun memungkinkan ucapan jeda

minimal antara mereka.

c. Continuous Speech

Continuous speech recognizers memungkinkan pengguna untuk berbicara

(7)

Pengenalan dengan kemampuan Continuous speech adalah beberapa dari

yang paling sulit karena mereka menggunakan metode khusus untuk

menentukan batas ucapan.

d. Spontaneous Speech

Pada tingkat dasar, itu dapat dianggap sebagai pidato yang terdengar secara

alami. Sebuah sistem speech recognition dengan kemampuan spontaneous

speech harus mampu menangani berbagai variasi dari fitur-fitur speech

alami seperti kata-kata yang dijalankan bersama-sama, "ums" dan "ahs",

dan bahkan sedikit gagap.

2.3.3 Tipe-Tipe Speech Recogniton

Ada 2 tipe Speech Recognition, dilihat dari ketergantungan pembicara yaitu (Sukarso

dan Syarif, 2007) :

a. Independent Speech Recognition

Independent Speech Recognition yaitu sistem pengenal ucapan tanpa

terpengaruh dengan siapa yang berbicara, tetapi mempunyai keterbatasan

dalam jumlah kosakata. Model ini akan mencocokan setaip ucapan dengan

kata yang dikenali dan memilih yang ”sepertinya” cocok. Untuk

mendapatkan kecocokan kata yang diucapkan maka digunakan model

statistic yang dikenal dengan nama Hidden Markov Model (HMM)

b. Dependent Speech Recognition

Dependent Speech Recognition yaitu sistem pengenal ucapan yang

memerlukan pelatihan khusus dari pembicara, dimana hasil pelatihan dari

masing-masing pembicara akan disimpan dalam sebuah profil. Profil inilah

yang nantinya digunakan untuk berinteraksi dengan sistem pengenal

ucapan dan sistem akan bergantung siapa yang berbicara. Sistem ini

biasanya lebih mudah untuk dikembangkan, dimana contoh suara sudah

dibuat sebelumnya dan disimpan dalam database (basis data) dan jumlah

(8)

recognition. Proses pengenalan ucapan dengan cara membandingkan

ucapan pembicara dengan contoh suara yang ada.

Dalam penelitian ini kita menggunakan tipe Independent Speech Recognition karena

kita menggunakan metode Hidden Markov Model.

2.4Hidden Markov Model (HMM)

Fondasi Hidden Markov Model (HMM) modern yang berbasis teknologi continuous

speech recognition ditetapkan pada tahun 1970-an oleh kelompok-kelompok di

Carnegie-Mellon dan IBM yang memperkenalkan penggunaan HMM dan kemudian

di Bell Labs dimana HMM diperkenalkan. Hidden Markov Model (HMM)

menyediakan kerangka kerja yang sederhana dan efektif untuk pemodelan variasi

waktu dalam urutan spektral vektor. Sebagai konsekuensinya, hampir semua sekarang

ini kosakata yang besar dalam sistem continuous speech recognition didasarkan pada

HMM. Penerapan praktis dari HMMs dalam sistem modern melibatkan kecanggihan

yang cukup dalam menyajikan arsitektur inti sistem continuous speech recognition

berbasis HMM. HMMs terletak hampir di semua sistem pengenalan suara yang

modern dan meskipun kerangka dasar tidak berubah secara signifikan dalam dekade

terakhir atau lebih, teknik pemodelan rinci dikembangkan dalam kerangka ini telah

berevolusi ke keadaan kecanggihan yang cukup. Hasilnya telah stabil dan signifikan

(Gales & Young, 2008).

HMM dimungkinkan untuk digunakan setiap model speech. Bahkan jika unit

speech buruk yang dipilih, HMM memiliki kemampuan untuk menyerap karakteristik

suboptimal dalam model parameter, hal ini tentu saja membatasi kinerja sistem.

Kata-kata tampaknya menjadi unit yang paling alami untuk dijadikan model, karena apa

yang ingin dikenali dan model dalam bahasa juga menggunakan kata-kata sebagai unit

dasar. Memang, recognizers yang menggunakan model level-kata tampil cukup baik.

Bagian dari keberhasilan ini adalah karena fakta bahwa mereka mampu menangkap

(9)

semakin besar unit, akan semakin baik recognizer. Namun, karena ada banyak

kata-kata unik, data training yang dibutuhkan untuk setiap kata-kata ini, membuat sistem

semacam ini tidak mudah diperluas. Jadi untuk kosakata besar speech recognition

yang alami, unit kata tidak benar-benar pilihan. Tapi untuk kosakata yang kecil yang

terdefinisi dengan baik, misalnya seperangkat perintah, mereka sangat cocok.

Biasanya model topologi kiri ke kanan digunakan yang dimana jumlah keadaan

tergantung pada jumlah fonem dalam kata. Salah satu bagian per fonem adalah aturan

praktis yang baik (Wiggers, 2003).

Komponen-komponen utama dari kosakata continuous speech recogniser yang

besar diilustrasikan pada gambar 2.1. Input gelombang audio dari mikrofon diubah

menjadi urutan ukuran tetap vektor akustik Y 1: T = y1,. . . , yT dalam proses yang

disebut feature extraction. Decoder kemudian mencoba untuk menemukan urutan

kata-kata w1: L = w1, ..., wL yang kemungkinan besar telah menghasilkan Y.

Namun, karena persamaan ini tidak dapat dihitung secara langsung karena jumlah

urutan observasi yang mungkin tak pernah habis, maka aturan 1 Bayes digunakan

untuk mengubah (2.1) ke dalam :

Keterangan :

 Y adalah Sinyal suara sebagai sumber observasi.

 w adalah urutan kata yang memiliki probabilitas tertinggi yang diucapkan.

 P(w) adalah probabilitas bahwa string kata w akan diucapkan. Disebut

juga model bahasa.

 P(Y|w) adalah probabilitas bahwa ketika string kata w diucapkan, akustik

(10)

Kemungkinan p (Y|w) ditentukan oleh model akustik dan P(w) sebelumnya

ditentukan oleh model bahasa. Unit dasar dari suara ditunjukkan oleh model akustik

telepon Gales & Young, 2008). Akibatnya, sebuah speech recognizer terdiri dari tiga

komponen yaitu bagian preprocessing yang menerjemahkan sinyal suara menjadi

urutan simbol observasi, model bahasa yang memberitahu kita seberapa besar

kemungkinan string kata tertentu terjadi dan model akustik yang memberitahu kita

bagaimana kata string kemungkinan akan diucapkan. Pada bagian berikutnya tiga

subsistem akan dijelaskan (Wiggers, 2003).

Gambar 2.1 Arsitektur dari Hidden Markov Model

2.5Microsoft SAPI

Speech Application Programming Interface (SAPI) adalah sebuah API yang

dikembangkan oleh Microsoft yang digunakan sebagai pengenal suara didalam

lingkungan pemrograman aplikasi Windows. Sampai saat ini SAPI dikemas baik

berupa SDK (System Development Kit) maupun disertakan dalam sistem operasi

Windows itu sendiri. Aplikasi yang telah menggunakan SAPI antara lain Microsoft

Office, dan Windows Vista, 7 dan 8. Secara arsitektur pemrograman SAPI dapat dilihat

sebagai sebuah middleware yang terletak antara aplikasi dan speech engine (Sukarso

(11)

Komponen utama di dalam SAPI adalah sebagai berikut (Sukarso dan Syarif, 2007) :

a. Voice Command

Sebuah obyek level tinggi untuk perintah dan kontrol menggunakan

pengenalan suara.

b. Voice Dictation

Sebuah obyek level tinggi untuk continous dictation speech recognition.

c. Voice Talk

Sebuah obyek level tinggi untuk speech synthesis.

d. Voice Telephony

Sebuah obyek untuk menulis aplikasi telepon berbasiskan pengenalan

suara.

e. Direct Speech Recognition

Sebuah obyek sebagai mesin untuk mengontrol pengenalan suara (direct

control of recognition engine)

f. Direct Text to Speech

Sebuah obyek sebagai mesin yang mengontrol synthesis.

g. Audio Object

Gambar

Gambar 2.1 Arsitektur dari Hidden Markov Model

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan ukuran codebook besar iterasi dan jumlah database pada dasarnya akan membuat persen akurasi dari sistem semakin tinggi, namun pada tabel 4.25 dan 4.26

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Laporan Skripsi saya yang berjudul “ Penerapan Speech Recognition Pada Aplikasi Android Penentuan

Penelitian ini menghasilkan piranti lunak berupa aplikasi yaitu Sistem Pakar Diagnosis Penyakit ISPA Berbasis android dengan Speech Recognition Menggunakan Metode

Bagaimana membuat suatu sistem Speech Recognition pada Android dalam membuat pesan dan memasukkan nama kontak telepon untuk pengiriman SMS sehingga dapat mengenali suara

1) Tidak terdapat perubahan level membaca yang terjadi pada analisis data antarkondisi pada tahap baseline-1 dengan tahap intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa

Data yang digunakan untuk membangun language model pada tugas akhir ini menggunakan kosa kata bahasa inggris sesuai dengan kamus yang ada pada pocketsphinx tersebut.

Model bahasa ( Language Model ) digunakan untuk membatasi proses pencarian pada pengenalan ucapan ( speech recognition ) , yaitu menuntun pencarian urutan kata yang benar

Pada penelitian yang dilakukan oleh Todorovic, dkk, (2008) mengatakan dalam penelitian Named Entity Recognition (NER) menggunakan hidden markov model pada