HOSPITALITY TOURISM
PROGRAM PASCA SARJANA KAJIAN PARIWISATA (DDIP) UNIVERSITAS UDAYANA
2012
PUTU RATIH PERTIWI
PEMBANGUNAN PARIWISATA BUDAYA YANG KOMPREHENSIVE
1. Latar Belakang
Dewasa ini pariwisata telah dirasakan sebagai suatu kebutuhan sehingga permintaan akan perjalanan wisata semakin meningkat yang tentunya akan berimplikasi pada peningkatan pendapatan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu Negara di Asia Tenggara yang mempunyai kekayaan budaya, alam dan seni adalah salah satu tujuan wisatawan. Hal ini telah menyebabkan tumbuhnya usaha-usaha dibidang pariwisata untuk memenuhi kebutuhan pariwisata dalam menunjang perkembangan pariwisata tersebut.
Tidak terkecuali di Bali, pembangunan pariwisata di Bali yang kini sedemikinan berkembang patut mendapat perhatian yang lebih jauh dari kalangan akademisi dan juga dari para pelaku parwisata. Agar dapat memberikan manfaat yang semaksimal mungkin bagi kemakmuran rakyat tanpa mengorbankan nilai-nilai luhur kebudayaan Bali yang dewasa ini memiliki peranan besar sebagai modal pengembangan pariwisata di Bali.
Semua pihak menyadari bahwa pembangunan pariwisata di Bali banyak memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakatnya. Tetapi di disamping itu juga memberikan dampak negative, jika investor dan pengembang pariwisata bali hanya berorientasi pada profit saja dan mengeksploitasi kebudayaan bali secara besar – besaran yang jika tidak ditangani lebih jauh nantinya akan menghancurkan kebudayaan Bali itu sendiri.
pengembangan secara internal dan eksternal. Dalam hal ini perkembangan pariwisata budaya di Bali akan dijadikan contoh.
2. Pembahasan
2.1 Pariwisata Budaya
Pengertian pariwisata budaya sesuai dengan rumusan seminar Pariwisata Budaya Daerah Propinsi Bali, tanggal 15-17 Oktober 1971 (Geriya, 1983:3) adalah pariwisata budaya adalah kegiatan pariwisata yang menitik beratkan pada perkembangan segi – segi budaya.
Masyarakat dan Pemerintah Daerah Bali telah menetapkan bahwa pariwisata yang dikembangkan di daerah Bali adalah Pariwisata Budaya, yang secara tegas diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Bali, No.3 tahun 1991, tanggal 1 Februari 1991 yang disahkan oleh Kepmendagri No. 556.61.-573, tanggal 24 Juni 1991, yang secara tegas (dalam Ketentuan Umum, Bab I, Pasal 1, butir j) merumuskan pengertian Pariwisata Budaya, sebagai berikut:
"Pariwisata Budaya adalah jenis kepariwisataan yang dalam perkembangan dan pengembangannya menggunakan kebudayaan daerah Bali yang dijiwai oleh agama Hindu yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional sebagai potensi dasar yang paling dominan, yang di dalamnya tersirat satu cita-cita akan adanya hubungan timbal balik antara pariwisata dengan kebudayaan, sehingga keduanya meningkat secara serasi, selaras dan seimbang".
Lebih jauh tentang azas dan tujuan Pariwisata Budaya, diatur dalam Bab II , pasal 2 dan 3 sebagai berikut:
"Penyelenggaraan pariwisata budaya dilaksanakan berdasarkan azas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, percaya pada diri sendiri dan perikehidupan keseimbangan, keserasian serta keselarasan, yang berpedoman kepada falsafah Tri Hita Karana"
Penyelenggaraan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pasal 2 (di atas) bertujuan untuk:
b. Memupuk rasa cita tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa. c. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja.
d. Meningkatkan pendapatan daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
e. Mendorong pendayagunaan produksi daerah dalam rangka peningkatan produksi daerah dalam rangka peningkatan produksi nasional.
f. Mempertahankan norma-norma dan nilai-nilai kebudayaan, agama dan keindahan alam Bali yang berwawasan lingkungan hidup.
g. Mencegah dan meniadakan pengaruh-pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan kepariwisataan.
2.2 Dampak Pariwisata Budaya
Dengan berkembangnya pariwisata sebagai suatu industri di daerah yang banyak
dikunjungi wisatawan akan berdampak pada sosial budaya atau adat istiadat masyarakat lokal itu
sendiri. Adat istiadat suatu masyarakat di suatu daerah beserta dengan kebudayaan sosial
maupun keseniannya merupak potensi yang besar sebagai daya tarik wisata. Tetapi nantinya
akan berakibat menimbulkan pergeseran adat istiadat akibat arus kedatangan wisatawan tersebut
yang mana fenomena ini biasa disebut “akulturasi budaya” yang menimbulkan dampak “culture
shock”.
Selain akan kehilangan tata cara dan tradisi dari masyarakat lokal itu sendiri, jika tidak
dijaga dengan baik tanpa disadari masyarakat lokal dan daerah tersebut pun akan terancam
kehilang warisan budaya dalam bentuk kesenian secara perlahan - lahan. Misalnya tari – tarian,
tempat – tempat bersejarah, tempat - tempat suci dan benda – benda warisan nenek moyang.
pariwisata budaya terhadap budaya masyarakat lokal adalah munculnya kreativitas dan inovasi budaya, alkulturasi dan revitalisasi budaya.
Sedangkan dampak negatif yang yang harus dikhawatirkan terhadap budaya masyarakat lokal antara lain konerrmodifikasi, peniruan dan profanisasi. Seperti yang dinyatakan oleh Graburn (2000:339) bahwa Dampak pariwisata terhadap budaya masyarakat lokal akan terjadi karena dilandasi tiga hal yaitu:
a. Masyarakat lokal ingin memberikan hasil karya seni ataupun kerajinan yang bermutu tinggi kepada wisatawan sebagai pembeli.
b. Untuk menjaga citra sekaligus menunjukkan indentitas budaya lokal kepada dunia luar.
c. Masyarakat ingin memperoleh uang akibat meningkatnya komersialisasi.
2.3 Upaya - Upaya Dalam Mempertahankan Kebudayaan Bali
Saat pariwisata kini terlihat sebagai sumber daya pembangunan ekonomi, aktivitas pariwisata menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan juga mengancam hilangnya warisan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu daerah secara perlahan – lahan. Untuk menjawab semua keresahan ini adalah pendekatan pariwisata berkelanjutan
Partisipasi masyarakat sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional, bahwa pembangunan nasional diselenggarakan oleh masyarakat bersama pemerintah. Dalam hubungan ini pemerintah berkewajiban untuk memberi pengarahan dan bimbingan, serta menciptakan iklim yang mendorong peran serta aktif masyarakat dalam pembangunan. Tampaknya partisipasi masyarakat dalam pembangunan di Bali tidak perlu diragukan lagi untuk menunjang keberhasilan pembangunan.
Adapun peranan desa adat di Bali tidak dapat dipungkiri dalam mempertahankan keberlanjutannya kebudayaan di Bali. Tri Budhi Satrio yang menyatakan:
"Daya tarik Bali, sebagai komponen tidak terpisahkan dalam Konsep Pengembangan Pariwisata Budaya Bali, perlu ditingkatkan melalui pengembangan pariwisata budaya yang dijiwai agama Hindu serta upaya pemeliharaan kebudayaan daerah yang mencerminkan ketinggian budaya dan kebesaran bangsa, serta didukung dengan promosi yang memadai" (199: 72).
3. Simpulan
Pembangunan dan pengembangan kepariwisataan di Propinsi Bali telah menunjukkan keberhasilan dalam menunjang berbagai bidang kehidupan sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan lima tahunan daerahann. Tetapi dalam pengembangannya ada beberapa dampak positif juga negative bagi kebudayaan masyarakat Bali setempat akibat dari pengembangan pariwsata budaya tersebut.
Dampak negatif adalah terjadinya komersialisasi, komodifikasi dan profanisasi yang mengarah pada penggerusan; sedang dampak postif adalah terpacunya kreativitas seni budaya penduduk lokal untuk memenuhi kepentingan pariwisata (Ruastiti 2005; Ardika 2004). Dalam konteks seni pertunjukan tradisional pengaruh positif dan negatif juga terjadi. Munculnya kreativitas nyata sekali terlihat pada berkembang pesatnya berbagai jenis seni pertunjukan di Bali termasuk meningkatnya jumlah penggiat kesenian, namun pada saat yang sama beberapa tarian sakral termasuk elemen prosesi ritual mengalami profanisasi karena mulai dipertunjukkan kepada wisatawan.
Bagaimanapun juga, aktivitas pariwisata menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Dilain pihak, pariwisata sebenarnya memiliki potensi untuk menciptakan dampak positif bagi
lingkungan dengan berkontribusi dalam kegiatan perlindungi lingkungan dan kegiatan
konservasi . Saat ini dengan bertambahnya kasus – kasus lingkungan di dunia memperlihatkan
bahwa managemen dan perencanaan pariwisata sudah harus melakukan pendekatan pariwisata
Pembangunan pariwisata berkelanjutan yang baik dapat dilihat jika pembangunan dan
pengembangan kawasan pariwasata selalu berbasis keseimbangan lingkungan hidup dan
melibatkan masyarakat dan komunitas lokal. Seluruh daerah tujuan wisata di dunia, sudah
seharusnya mengadopsi pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai acuan dalam kegiatan
pembangunan dan pengembangan pariwisatanya.
Sudah diakui oleh masyarakat luas bahwa pembangunan pariwisata memberi
keuntungan, tetapi juga berpotensi merusak keseimbangan ekologi dan budaya di lingkungan dan
masyarakat setempat. Maka dari itu, strategi pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah kunci
utama untuk membawa industri pariwisata di Indonesia agar senantiasa berjalan sukses bahkan
sampai pada generasi – generasi berikutnya.
Daftar Pustaka
Satrio. Tri Budhi. International Seminar on "Sustainable Tourism: Balinese Perspective
Pariwisata Budaya, Sebuah Konsep Omong Kosong, Denpasar, 1999.
Parisada hindu Dharma Indonesia: