• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN HKI dan jurnal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN HKI dan jurnal "

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

A. JUDUL

PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PENINGKATAN RANGKA DAYA SAING UMKM (Usaha Mikro

Kecil dan Menengah)

(Studi Di Kota Mataram)

B. LATAR BELAKANG

UMKM (Usaha Mikro kecil dan Menengah) merupakan pelaku ekonomi nasional yang mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian. Karena kegiatan usahanya mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat. UMKM sebagai salah satu pilar utama ekonomi nasional memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi mendominasi lebih dari 95% struktur perekonomian Nasional. Di tengah tuntutan kemampuan bersaing di dalam negeri yang masih dilindungi proteksi Pemerintah, UMKM perlu memperoleh kesempatan, dukungan perlindungan, hukum dan pengembangan usaha seluas luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada baik secara sosial ekonomi rakyat. UMKM memiliki fungsi yang sangat strategis baik secara sosial ekonomi maupun sosial politik1 :

1. Fungsi sosial ekonomi, sektor ini antara lain menyediakan barang dan jasa bagi konsumen berdaya beli rendah sampai sedang, menyumbangkan lebih dari sebagian pertumbuhan ekonomi serta kontribusi perolehan devisi Negara.

(2)

2. Fungsi sosial politik, sector ini juga sangat penting terutama dalam penyerapan tenaga kerja serta upaya pengatasan kemiskinan, karena sifat sebarannya dan keterkaitannya yang erat dengan sektor pertanian juga sangat potensial untuk kemajuan ekonomi pedesaan.2

Keberadaan UMKM tidak terlepas dari keterkaitannya dengan KI (Kekayaan Intelektual). Dimulai dari produk yang dihasilkan dari kegiatan usaha UMKM, seperti teknologi yang digunakan, desain dari setiap produk yang dihasilkan, maupun penggunaan merek dagang ataupun merek jasa untuk kepentingan pemasaran. Sebagai contoh untuk UMKM yang bergerak dalam bidang industri sepatu, potensi KI yang ada diantaranya adalah Hak Cipta Gambar untuk gambar-gambar dari desain sepatu-sepatu, perlindungan Desain industri untuk desain sepatu tersebut, perlindungan merek dagang untuk merek yang digunakan pada produk sepatu tersebut. Bahkan paten apabila dalam produksinya menggunakan teknologi dan alat-alat baru yang tidak pernah dipergunakan oleh industri lainnya. Tentunya perlindungan KI ini tidak selalu sama untuk setiap kegiatan usaha UMKM3.

Dalam kondisi ini kendati peluang pasar menjadi lebih terbuka, liberalisme perdagangan tidaklah otomatis dapat membantu bahkan menjadi ancaman bagi UMKM. Banyak pelaku usaha besar yang secara tidak langsung memonopoli kegiatan usaha berdagang, sehingga semakin menyulitkan para

2 Ibid

(3)

pelaku UMKM untuk mendapatkan tempat memasarkan barang produksinya. Untuk mengantisipasi ancaman tersebut UMKM dituntut kreatif dan inovatif berani mengambil langkah dengan menghasilkan produk barang yang dari segi kualitasnya tidak kalah dengan produk dari perusahaan besar.

Namun menurut fakta dilapangan (Kota Mataram) belum banyak pelaku usaha khususnya UMKM yang bergerak dalam bidang industri ini yang mendaftarkan hak merek, logo maupun hak patennya, ini dikarenakan kesenjangan para pelaku UMKM terhadap ilmu tentang KI atas produk-produknya masih belum memadai serta cara pendaftaran yang begitu rumit dan biaya pendaftaran yang tinggi untuk para pelaku usaha.

Menurut undang-undang yang mengatur UMKM, UMKM adalah usaha kerakyatan yang saat ini mendapat perhatian dan keistimewaan yang diamanatkan oleh undang-undang, antara lain bantuan kredit usaha dengan bunga rendah, kemudahan persyaratan izin usaha, bantuan pengembangan usaha dari lembaga pemerintah, serta beberapa kemudahan lainnya. Penjelasan ini tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

(4)

Rangka Peningkatan Daya Saing UMKM (Usahan Mikro Kecil dan Menengah)

(studi di Kota Mataram)”.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah peran KI dalam mendorong peningkatan UMKM di Kota Mataram ?

2. Apa upaya Kota Mataram untuk memaksimalkan peran KI bagi peningkatan UMKM ?

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian ;

Tujuan penelitian ini sesuai dengan permasalahan yang di kemukakan adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam rangka perlindungan dan pemanfaatan KI pada UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah)

b. Untuk mengetahui manfaat dari pendaftaran KI dalam rangka peningkatan daya saing pada Pelaku Usaha Kecil dan Menengah

(5)

a. Secara Akademis

Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Strata Satu (S-1) pada Fakultas Hukum Universitas Mataram.

b. Secara Teoritis

Dengan penelitian ini dapat memperoleh suatu pengetahuan mengenai hokum bisnis serta dapat memperdalam konsep-konsep prinsip KI dalam rangka daya saing UMKM.

c. Secara Praktik

Dengan adanya hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan acuan pedoman bagi pihak pihak yang berkompetensi dalam usaha mikro kecil dan menengah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penyusun dengan ini memberikan batasan/ruang lingkup penelitian dengan tujuan untuk menghindari agar pembahasan tidak menyimpang dari permasalahan yang di angkat, yaitu mengenai bagaimanakah peran pemerintah dalam rangka perlindungan KI pada Usaha Mikro Kecil Menengah dan apakah kendala dan manfaat pendaftaraan KI dalam rangka peningkatan daya saing pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

(6)

1. Tinjauan Umum Tentang Kekayaan Intelektual

KI (Kekayaan Intelektual) adalah hak eksklusif yang diberikan negara kepada seseorang, sekelompok orang, maupun lembaga untuk memegang kuasa dalam menggunakan dan mendapatkan manfaat dari kekayaan intelektual yang dimiliki atau diciptakan, KI merupakan terjemahan dari Intellectual Property Right (IPR)4. Istilah Intellectual Property Rights merupakan istilah umum dalam bahasa Inggris yang di Indonesia diterjemahkan ke dalam beberapa istilah. Di Indonesia penggunaan istilah yang dianggap padanan kata Intellectual Property Rights di dalam perkembangan tata hukumnya maupun yag digunakan oleh beberapa penulis pada awalnya digunakan istilah Hak Milik Kekayaan Intelektual (HMKI) kemudian Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) dan yang terakhir yang digunakan adalah istilah Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Dalam kepustakaan hukum Anglo Saxon ada dikenal dengan sebutan Intellectual Property Rights (IPR). Kata ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi dua macam istilah hukum yaitu Hak Milik Intelektual dan Hak Kekayaan Intelektual. Perbedaan terjemahan terletak pada kata property. Kata tersebut memang dapat diartikan sebagai kekayaan, dapat juga sebagai milik, padahal tidak semua HKI itu merupakan hak milik dalam arti yang sesungguhnya5.

4 Andasia Alaggan, “Hak Kekayaan Intelektual”,

https://andasiallagan92.wordpress.com/2014/04/15/hak-atas-kekayaan-intelektual-haki/, 5 Oktober 2017

(7)

HKI atau bisa juga disebut Kekayaan Intelektual pada awalnya merupakan Hak yang berasal dari hasil kreasi suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta menunjang bagi kehidupan manusia, juga mempunyai nilai ekonomi. Bentuk nyata dari kemampuan karya intelektual manusia bisa berbentuk teknologi, ilmu pengetahuan, maupun seni dan sastra6.

Adapun pengertian Kekayaan Intelektual menurut para ahli:7

a. Menurut Budi Susanto, Kekayaan Intelektual pada dasarnya merupakan suatu hak yang timbul sebagai hasil kemampuan intelektual manusia dalam berbagai bidang yang menghasilkan suatu proses atau produk bermanfaat bagi umat manusia.8

b. Menurut Abdulkadir Muhammad, jika ditelusuri lebih mendalam konsep Kekayaan Intelektual meliputi:9

1. Hak milik hasil pemikiran (intelektual), melekat pada pemiliknya, bersifat tetap dan eksklusif

2. Hak yang diperoleh pihak lain atas ijin dari pemilik dan bersifat sementara.

c. Menurut pendapat Bambang Kesowo, Kekayaan Intelektual adalah hak atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.

6 Djumhana Muhammad, perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, PT. Citra Aditya Bkti, 2006, Hlm. 16

7 Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, Hlm. 1

8 Budi Santoso, Pengantar Hak Kekayaan Intelektual, Pustaka Magister, Semarang, Hlm. 3

(8)

d. Menurut Ismail Saleh, pengertian Kekayaan Intelektual adalah pengakuan dan penghargaan pada seseorang atau badan hukum atas penemuan atau penciptaan karya intelektual mereka dengan memberikan khusus bagi mereka, baik yng bersifat sosial maupun ekonomis.

e. Selanjutnya menurut Adrian Sutedi, Kekayaan Intelektual adalah hak atau wewenang atau kekuasaan untuk berbuat sesuatu atas kekayaan intelektual tersebut dan hak tersebut diatur oleh norma-norma atau hukum-hukum yang berlaku. Kekayaan intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, sastra, seni, karya tulis, karikatur, pengarang lagu dan seterusnya.

(9)

phonogram dan hasil siaran, seperti yang diatur dalam International convention for the protection of performers, producer of phonogram and broadcasting Organization

(Rome convention 1961), Treaty On Intellectual property in respect of Integrated Circuit (Washington Treaty 1989) memberikan perlindungan atas tampilan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (DTLST). Melalui konfrensi internasional tahun 1967 di Stockholm dibentuk World Intellectual Property Organization-WIPO. Pada tahun 1970 WIPO menjadi badan khusus (specialized Agencies) PBB.10

Perlindungan hukum terhadap HKI mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam tatanan internasional dan bahkan menjadi salah satu isu pada era globalisasi skrng ini. Kususnya sejak disepakatinya perjanjian internasional tentang aspek-aspek hak kekayaan intelektual dalam perdagangan (trade related aspects of intellectual property rights) yang merupakan menjadi bagian tidak terpisahkan dari perjanjian tentang pendirian World Trade Organization (WTO) yang telah diratifikasi oleh 150 lebih Negara di dunia. Perjanjian ini mengukuhkan penegakan hukum (law enforcement) yang lebih ketat dan memperluas ruang lingkup perlindungan HKI dari perjanjian internasional sebelumnya yang diprakarsai oleh World Intellectual Property Organization (WIPO), seperti Bern Convention, Paris convention, Roma Convention dan Washington treaty.11

Prinsip-prinsip Umum Hak Kekayaan Intelektual:

10 Kholis Rosiah, Konsep Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Setara Press, Malang, 2015. Hlm.2-3.

(10)

a. Prinsip HKI sebagai hak eksklusif intelektual pada hari yang sama, pihak yang mendaftar terlebuh dahululah yang diprioritaskan untuk diproses.

2. First To Use System, berdasarkan pada penggunaan pertam, artinya pemilik kekayaan intelektual yang akan didaftar adalah orang yang pertama menggunakan kekayaan intelektual tersebut. 3. Prinsip perlindungan KI bersifat terbatas, meskipun ada cabang KI

(merk) yang dapat diperpanjang jangka waktu perlindungannya, secara umum jangka waktu perlindungan KI tidak selamanya atau bersifat terbatas. Tujuan pembatasan perlindungan ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengakses kekayaan intelektual tersebut secara optimal melalui usaha-usaha pengembangan lebih lanjut dan sekaligus mencegah monopoli atas kekayaan intelektual tersebut.

4. Prinsip KI yang berakhir jangka waktu perlindungannya berubah menjadi Public Domain, KI yang telah berakhir jangka waktu perlindungannya akan menjadi milik umum (public domain). Ini

(11)

artinya semua orang berhak untuk mengakses KI yang telah berakhir jangka waktu perlindungannya.

5. Prinsip ekonomi Prinsip ekonomi, yakni hak intelektual berasal dari kegiatan kreatif suatu kemauan daya pikir manusia yang diekspresikan dalam berbagai bentuk yang akan memeberikan keuntungan kepada pemilik yang bersangkutan.

6. Prinsip Keadilan. Prinsip keadilan, yakni di dalam menciptakan sebuah karya atau orang yang bekerja membuahkan suatu hasil dari kemampuan intelektual dalam ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang akan mendapat perlindungan dalam pemiliknya. Prinsip Kebudayaan. Prinsip kebudayaan, yakni perkembangan ilmu pengetahuan, sastra, dan seni untuk meningkatkan kehidupan manusia

7. Prinsip Sosial. Prinsip sosial ( mengatur kepentingan manusia sebagai warga Negara ), artinya hak yang diakui oleh hukum dan telah diberikan kepada individu merupakan satu kesatuan sehingga perlindungan diberikan berdasarkan keseimbangan kepentingan individu dan masyarakat.

(12)

pasal 1 Konvensi Paris mengenai perlindungan Hak Kekayaan Industri Tahun 1883 yang telah di amandemen pada tanggal 2 Oktober 1979, meliputi :

1. Paten

2. Merek

3. Varietas tanaman

4. Rahasia dagang

5. Desain industry

6. Desain tata letak sirkuit terpadu

Dasar hukum Hak Kekayaan Intelektual :

1. UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

(13)

3. UU Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI Tahun 1987 Nomor 42)

4. UU Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 7 Tahun 1987 (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 29)

5. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta.

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya. Termasuk ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta: Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sejarah Perkembangan Perlindungan Kekayaan Intelektual (KI) Di

Indonesia

(14)

memperkenalkan undang-undang pertama mengenai perlindungan HKI pada tahun 1844. Selanjutnya, Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek (1885), UU Paten (1910), dan UU Hak Cipta (1912). Indonesia yang pada waktu itu masih bernama Netherlands East-Indies telah menjadi anggota Paris Convention for the Protection of Industrial Property sejak tahun 1888 dan anggota Berne Convention for the Protection of Literary and Aristic Works sejak tahun 1914. Pada jaman pendudukan Jepang yaitu tahun 1942 s.d. 1945, semua peraturan perundang-undangan di bidang HKI tersebut tetap berlaku.13

Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD 1945, seluruh peraturan perundang-undangan peninggalan kolonial Belanda tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan UUD 1945. UU Hak Cipta dan UU peningggalan Belanda tetap berlaku, namun tidak demikian halnya dengan UU Paten yang dianggap bertentangan dengan pemerintah Indonesia. Sebagaimana ditetapkan dalam UU Paten peninggalan Belanda, permohonan paten dapat diajukan di kantor paten yang berada di Batavia (sekarang Jakarta), namun pemeriksaan atas permohonan paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad yang berada di Belanda.

Pada tahun 1953 Menteri Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman yang merupakan perangkat peraturan nasional pertama yang mengatur tentang paten, yaitu Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.S. 5/41/4, yang mengatur tentang

(15)

pengajuan semetara permintaan paten dalam negeri, dan Pengumuman Menteri Kehakiman No. J.G. 1/2/17 yang mengatur tentang pengajuan sementara permintaan paten luar negeri.

Pada tanggal 11 Oktober 1961 pemerintah RI mengundangkan UU No. 21 tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan (UU Merek 1961) untuk menggantikan UU Merek kolonial Belanda. UU Merek 1961 yang merupakan undang-undang Indonesia pertama di bidang HKI. Berdasarkan pasal 24, UU No. 21 Th. 1961, yang berbunyi "Undang-undang ini dapat disebut Undang-undang Merek 1961 dan mulai berlaku satu bulan setelah undang-undang ini diundangkan". Undang-undang tersebut mulai berlaku tanggal 11 November 1961. Penetapan UU Merek 1961 dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari barang-barang tiruan/bajakan. Saat ini, setiap tanggal 11 November yang merupakan tanggal berlakunya UU No. 21 tahun 1961 juga telah ditetapkan sebagai Hari KI Nasional.14

Pada tanggal 10 Mei1979 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris [Paris Convention for the Protection of Industrial Property (Stockholm Revision 1967)] berdasarkan Keputusan Presiden No. 24 Tahun 1979. Partisipasi Indonesia dalam Konvensi Paris saat itu belum penuh karena Indonesia membuat pengecualian (reservasi) terhadap sejumlah ketentuan,yaitu Pasal 1 s.d. 12, dan Pasal 28 ayat (1).

(16)

Pada tanggal 12 April 1982 Pemerintah mengesahkan UU No.6 tahun 1982 tentang Hak Cipta ( UU Hak Cipta 1982) untuk menggantikan UU Hak Cipta peninggalan Belanda. Pengesahan UU Hak Cipta 1982 dimaksudkan untuk mendorong dan melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu, seni dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa.

Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era modern sistem HKI di tanah air. Pada tanggal 23 Juli 1986 Presiden RI membentuk sebuah tim khusus di bidang HKI melalui Keputusan No. 34/1986 (Tim ini lebih dikenal dengan sebutan Tim Keppres 34). Tugas utama Tim Keppres 34 adalah mencangkup penyusunan kebijakan nasional di bidang HKI, perancangan peraturan perundang-undangan di bidang HKI dan sosialisasi sistem HKI di kalangan instansi pemerintah terkait, aparat penegak hukum dan masyarakat luas. Tim Keppres 34 selanjutnya membuat sejumlah terobosan, antara lain dengan mengambil inisiatif baru dalam menangani perdebatan nasional tentang perlunya sistem paten di tanah air. Setelah Tim Keppres 34 merevisi kembali RUU Paten yang telah diselesaikan pada tahun 1982, akhirnya pada tahun 1989 Pemerintah mengesahkan UU Paten.15

Pada tanggal 19 September 1987 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 7 tahun 1987 sebagai perubahan atas UU No. 12 tahun 1982 tentang Hak Cipta. Dalam penjelasan UU No. 7 tahun 1987 secara jelas dinyatakan bahwa perubahan atas UU

(17)

No. 12 tahun 1982 dilakukan karena semakin meningkatnya pelanggaran hak cipta yang dapat membahayakan kehidupan sosial dan menghancurkan kreativitas masyarakat.

Menyusuli pengesahan UU No. 7 tahun 1987 Pemerintah Indonesia menandatangani sejumlah kesepakatan bilateral di bidang hak cipta sebagai pelaksanaan dari UU tersebut. Pada tahun 1988 berdasarkan Keputusan Presiden No. 32 di tetapkan pembentukan Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten dan Merek (DJ HCPM) untuk mengambil alih fungsi dan tugas Direktorat Paten dan Hak Cipta yang merupakan salah satu unit eselon II di lingkungan Direktorat Jendral Hukum dan Perundang-undangan, Departemen Kehakiman.

(18)

1989 juga dimaksudkan untuk menarik investasi asing dan mempermudah masuknya teknologi ke dalam negeri. Namun demikian, ditegaskan pula bahwa upaya untuk mengembangkan sistem KI, termasuk paten, di Indonesia tidaklah semata-mata karena tekanan dunia internasional, namun juga karena kebutuhan nasional untuk menciptakan suatu sistem perlindungan HKI yang efektif.

Pada tanggal 28 Agustus 1992 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 19 tahun 1992 tentang Merek (UU Merek 1992), yang mulai berlaku tanggal 1 April 1993. UU Merek 1992 menggantikan UU Merek 1961. Pada tanggal 15 April 1994 Pemerintah RI menandatangani Final Act Embodying the Result of the Uruguay Round of Multilateral Trade Negotiations, yang mencakup Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPS).16

Tiga tahun kemudian, pada tahun 1997 Pemerintah RI merevisi perangkat peraturan perundang-undangan di bidang KI, yaitu UU Hak Cipta 1987 jo. UU No. 6 tahun 1982, UU Paten 1989, dan UU Merek 1992. Di penghujung tahun 2000, disahkan tiga UU baru di bidang KI, yaitu UU No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri dan UU No 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

Dalam upaya untuk menyelaraskan semua peraturan perundang-undangan di bidang KI dengan Persetujuan TRIPS, pada tahun 2001 Pemerintah Indonesia

(19)

mengesahkan UU No. 14 tahun 2001 tentang Paten, dan UU No. 15 tahun 2001 tentang Merek. Kedua UU ini menggantikan UU yang lama di bidang terkait. Pada pertengahan tahun 2002 tentang Hak Cipta yang menggantikan UU yang lama dan berlaku efektif satu tahun sejak diundangkannya.

3. Pengertian perlindungan hukum

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perlindungan berasal dari kata lindung yang memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan membentengi. Sedangkan perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan, penjagaan, asilun, dan bunker.beberapa unsur kata perlindungan yaitu:

a. Melindungi: menutupi supaya tidak terlihat/tampak, menjaga, memelihara, merawat, menyelamatkan.

b. Perlindungan: proses, cara, perbuatan tempat berlindung, hal (perbuatan) memperlindungi (menjadikan atau menyebabkan berlindung)

c. Pelindung: orang yang melindungi, alat untuk melindungi d. Terlindung: terhadap oleh sesuatu sehingga tidak kelihatan e. Lindungan: yang dilindungi, tempat berlindung, cak perbuatan. f. Memperlindungi menjadikan atau menyebabkan berlindung g. Melindungkan: membuat diri terlindungi.

(20)

terhadap pelaku usaha yang terpenting adalah perlindungan yang diberikan oleh hukum, sebab hukum dapat mengakomodir berbagai kepentingan pelaku usaha sebagai subjek hukum, selain itu hukum memiliki daya paksa sehingga bersifat permanen karena sifatnya yang konstitusional yang diakui dan ditaati keberlakuannya dalam kehidupan bermasyarakat.

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap subjek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain perlindungan ukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.

Pengertian di atas mengundang beberapa ahli untuk mengungkapkan pendapatnya mengenai pengertian dari perlindunganhukum diantaranya :

1. Menurut Satjipto Raharjo mendefinisikan Perlindungan Hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.

2. Menurut Philipus M. Hadjon berpendapat bahwa Perlindungan Hukum adalah

(21)

manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan.

3. Menurut CST Kansil Perlindungan Hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.

4. Menurut Philipus M. Hadjon Perlindungan Hukum adalah sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak-hak-hak tersebut.

4. Konstruksi Hukum Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Di dalam hukum posisif Indonesia, pengaturan terkait UMKM tersebar ke dalam beberapa peraturan, antara lain:

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

(22)

Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

3. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 06/PER/M.KUKM/ V /2017 Tahun 2017 Tentang Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi Koperasi yang Melakukan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam.

4. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 01/PER/M.KUKM/I/2017 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Dan Anggaran Dekonsentrasi Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Tahun 2017.

5. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 02/PER/M.KUKM/II/2017 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah NomOR 15/PER/M.KUKM/IX/2015 Tentang Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi.

(23)

7. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 03/PER/M.KUKM/IV/2017 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 16/PER/M.KUKM/XII/2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Revitalisasi Pasar Rakyat Melalui Dana Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2017.

8. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 05/PER/M.KUKM/IV/2017 Tahun 2017 Tentang Kelas Jabatan di Lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

9. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 17/PER/M.KUKM/XII/2016 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pelaksanaan Penataan Kawasan Pedagang Kaki Lima Melalui Dana Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2017.

10. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 16/PER/M.KUKM/XII/2016 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pelaksanaan Revitalisasi Pasar Rakyat Melalui Dana Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2017.

(24)

Pejabat Struktural Di Lingkungan Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah.

12. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 26/PER/M.KUKM/XII/2015 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pelaksaanan Kegiatan Dan Anggaran Dekonsentrasi Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah Tahun 2016.

13. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 18./PER/M.KUKM/XII/2016 Tahun 2016 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Bantuan Pemerintah pada Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

14. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 14/PER/M.KUKM/XI/2016 Tahun 2016 Tentang Pedoman Koperasi Penyalur Kredit Usaha Rakyat.

15. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 13/PER/M.KUKM/X/2016 Tahun 2016 Tentang Pedoman Nomenklatur Perangkat Daerah Bidang Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah.

(25)

Urusan Pemerintahan Daerah Di Bidang Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah.

17. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 10/PER/M.KUKM/VI/2016 Tahun 2016 Tentang Pendataan Koperasi Usaha Kecil Dan Menengah.

18. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 05/PER/M.KUMKM/II/2016 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pelaksanaan Revitalisasi Pasar Rakyat Melalui Dana Tugas Pembantuan.

19. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 7/PER/M.KUKM/III/2016 Tahun 2016 Tentang Kelas Jabatan Di Lingkungan Kementerian Koperasi Dan Usagha Kecil Dan Menengah.

5. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yang dimaksud usaha mikro adalah:17

“usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi criteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini”.

(26)

Kriteria Usaha Mikro, Kecil Menengah berdasarkan pasal 6 Ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yakni:

a. Kriteria usaha Mikro adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 b. Usaha kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1) Kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00

c. Usaha menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1) Kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 sampai dengan paling

banyak Rp. 10..000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00.

Daftar Pustaka

(27)

Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Kekayaan Intelektual,Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2001.

Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, 2002.

Amiruddin & Zaenal AsiHKIn H, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.

Budi Santoso, Pengantar Hak Kekayaan Intelektual, Pustaka Magister, Semarang, 2007.

Djumhana Muhammad, perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, PT. Citra Aditya Bkti, 2006.

Kesowo Bambang, Polis dan Arti Penting HKI dalam perdagangan Internasional, Jakarta, 2007.

Kholis Rosiah, Konsep Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Setara Press, Malang, 2015,

Nazir,Moh. Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta. 2003.

Sentosa Sembiring, Prosedur dan Tata Cara Memperoleh Hak Kekayaan Intelektual di Bidang Hak Cipta, Paten, dan Merek, Bandung, 2002.

Perundang-undangan

Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Referensi

Dokumen terkait

Tingginya nilai dampak lingkungan untuk pencemaran air dan tanah yang dihasilkan oleh proses produksi Mizone disebabkan oleh banyaknya penggunaan air sebagai bahan

Suku Bugis yang telah bergelar Hajji di Desa ini kini telah mengalami perubahan pada penampilan dimana dulu mereka sering memakai cipo’ dan mispa di dalam pesta,

Berikan contoh ilmu Fardhu Ain dan Ilmu Fardhu Kifayah yang terdapat di dalam peta di atasi. (2

Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini penting dilaksanakan guna membahas reputasi pemerintah dalam pemberitaan Ujian Nasional Berbasis Komputer berdasarkan

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua khususnya pada penyusun yang telah diberikan nikmat kesehatan serta

Bagi pelamar yang berusia Iebih dan 35 (tiga puluh lima) tahun dan setinggi-tingginya 40 (empat puluh) tahun pada tanggal 1 Januari 2010 tahun yang bekerja pada pelayanan

Berdasarkan analisis penulis, maka dapat disimpulkan bahwa upaya mengatasi hambatan pelaksanaan pemungutan retribusi pengujian bahan jalan dan beton oleh Kepala

Based on the finding and discussion of the research, the researcher suggested that Outdoor Learning Strategy was able to improve the students’ writing skill of the second