• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 3 SD Negeri Gendongan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 3 SD Negeri Gendongan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Gendongan 02 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga pada kelas 3 yang berjumlah 40 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. Hasil penelitian akan diuraikan dalam uraian berikut.

4.1.1 Kondisi Sebelum Tindakan

Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 dengan jumlah 40 siswa pada mata pelajaran matematika belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian pada mata pelajaran Matematika yang telah dilaksanakan sebelumnya. Bahwa hasil ulangan masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥70. Sehingga diperoleh data hasil pembelajaran yang telah dilakukan yang selanjutnya disederhanakan pada tabel 4.1 yang telah disajikan. Menurut Sugiyono (2014: 36-37), data dapat disederhanakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kelas interval = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 40 = 1 + 5,2

= 6,2 (dibulatkan menjadi 6 kelas) Range = Max – Min

= 100-30 = 70

(2)

=

= 11,7

Dibawah ini merupakan data hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan yang sudah disederhanakan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1

Ditribusi Frekuensi Hasil Ulangan Harian Matematika Kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Sebelum Tindakan

No. Interval Frekuensi Persentase (%)

1. 95 – 100 2 5,00

2. 82 – 94 1 2,50

3. 69 – 81 9 22,50

4 56 –68 8 20,00

5. 43 – 55 6 15,00

6. 30 – 42 14 35,00

Jumlah 40 100

(3)

Gambar 4.1 Diagram

am Hasil Ulangan Harian Matematika Siswa Kel egeri Gendongan 02 Salatiga Sebelum Tindakan

roleh hasil frekuensi hasil ulangan harian sisw lajar hasil belajar siswa. Berikut ini merupak sebelum dilakukan tindakan yang sudah dised

usi ketuntasan belajar.

Tabel 4.2

Distribusi Ketuntasan Belajar

emester I SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Seb

Jumlah P n belajar (KKM ≥ 70) adalah sebanyak 12 sisw mencapai batas ketuntasan belajar sebanyak ggi adalah 100 sedangakn nilai terendah adalah

(4)

Untuk lebih

ih jelasnya data nilai ketuntasan hasil belaja pada tabel 4.2 dapat ditunjukan dengan dia i berikut:

iagram Ketuntasan Belajar siswa Kelas 3 Semest Gendongan 02 Salatiga sebelum Tindakan.

telusuri lebih lanjut ternyata terdapat 28 siswa an dalam pemahaman materi yang diberikan

guru masih menggunakan pembelajaran dengan njadi bosan pada saat proses pembelajaran berla ih menekankan pada materi mata pelajar

a menjadi kurang antusias terhadap pro elas 3 ini masih dalam tahap operasional konk

jika ada berbantuan dengan media atau benda n 12 siswa yang lainnya yang telah mencap guru menggunakan pembelajaran konvensional aktor luar seperti siswa mengikuti bimbinga

hal yang yang mempengaruhi proses pem de maupun model. Jika pembelajaran tid e dan model pembelajaran yang menarik bagi i bosan sehingga berdampak pada hasil pembela

(5)

Berdasarkan data hasil belajar siswa setelah dipaparkan terlihat hasil belajar siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) seseuai dengan rancangan penelitian yang akan diuraikan pada bab sebelumnya. Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK ) yang akan dilakukan, peneliti menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 dengan menggunakan dua siklus.

4.1.2 Deskripsi Siklus 1

Praktek pembelajaran yang dilakukan pada siklus 1 menggunakan Standar Kompetensi 2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah dan Kompetensi Dasar 2.1 Memilih alat ukur sesuai dengan fungsinya. Penelitian siklus 1 ini dilakukan dalam 3 kali pertemuan., pertemuan pertama padahari Selasa tanggal 8 November 2016 dan pertemuan kedua pada hari Rabu tanggal 9 November 2016. Tahap-tahap yang akan dilaksanakan pada siklus 1 adalah sebagai berikut.

4.1.2.1 Perencanaan

Perencanaan dimulai dengan meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setelah mendapatkan izin dari kepala sekolah, dilanjutkan dengan meminta izin kepada guru kelas 3 dimana subjek penelitian merupakan siswa kelas 3 untuk dilakukan penelitian pada mata pelajaran Matematika dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas.

(6)

digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setelah mendapatkan materi pembelajaran peneliti melajutkkan tahap selanjutnya dengan melakukan observasi terhadap proses pembelajaran berlangsung. Selain melakukan observasi peneliti juga megumpulkan informasi mengenai kendala-kendala yang dialami pada saat proses pembelajaran dan minta hasil ulangan harian pada materi sebelumnya.

Berdasarkan permasalahan yang dijumpai pada saat observasi dan wawancara peneliti menyiapkan model pembelajaran untuk memperbaiki hasil belajar Matematika pada siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga. Persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah dengan pihak yang bersangkutan untuk mencari pemecahan masalah yang terjadi pada proses pembelajaran sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan.

2. Penyusuanan rencana pelaksanaan pembelajaran beserta media, alat dan bahanyang dibutuhkan untuk perbaikan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika.

3. Penyusunan instrument observasi yang digunakan sebagai penduan peneliti dalam mengamati pencapaian pengajar dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunaakan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika.

4. Penyusunan alat penilaian untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa yang berupa tes dan lembar kerja siswa.

Sebelum dilakuakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peniliti melakukan konsultasi mengenai rencana pelasanakana pembelajaran dengan model pembelajaran

(7)

Gendongan 03 Salatiga. Uji instrumen ini dilakukan untuk mengetahui soal yang digunakan layak dipakai atau tidak, sedangkan reliabel digunakan untuk mengukur keajegan soal jika digunakan secara berulang-ulang.

4.1.2.2 Pelaksanaan dan Observasi

Tahap pelaksanaan dan observasi siklus 2dilakukan pada setiap pertemuan, dimanasetiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada hari Selasa tanggal November 2016 dengan alokasi waktu 70 menit dengan materi pembelajaran matematika tentang memilih alat ukur sesuai dengan fungsinya. Dalam melakukan penelitian peneliti berperan sebagai guru mata pelajaran matematika sedangkan guru kelas 3 berperan sebagai obsever. Tahap observasi dilakukan pada pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk mengetahui sintak pada pembelajaran yang digunakan denga menggunakan model Problem Based Learning

(PBL) observasi dilakukan dengan menggunakan panduan lembar observasi yang digunakn untuk mengamati kegiatan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran.

Kegiatan pendahuluan mempunyai alokasi waktu kurang lebih 15 menir diawali dengan guru memberikan salam, guru dan siswa berdoa bersama-sama guru melakukan absensi, guru melakukan apersepsi berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, guru menyampaikan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari, kemudian guru meminta siswa untuk mengerjakan soal pretest.

(8)

Tahap yang kedua adalah tahap elaborasi. Pada tahap ini guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang. Kemudian guru membagi siswa lembar kerja kelompok yang akan didiskusikan oleh setiap siswa dengan kelompoknya masing-masing untuk memecahkan masalah yang terdapat pada lembar kerja tersebut. Kemudian guru mendorong siswa untuk mencarai informasi yang sesuai dengan pemecahan masalah tersebut, dalam hal ini siswa diberikan kesempatan untuk bertanya atau mencari buku sebagai referensi dalam memecahkan permasalahan yang terdapat pada lembar kerja. Selain mememotivasi siswa untuk mencari informasi guru juga membimbing siswa untuk melakukan eksperimen. Setelah melakukan eksperimen guru membimbing siswa untuk mencari penjelasan dan pemecahan masalah yang dilakukan.

Pada tahap ketiga adalah konfirmasi, guru membing siswa untuk menarik kesimpulan dan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum diketahui siswa dalam memecahkan masalah pada lembar kerja yang dilakukan secara berkelompok.

Kegiatan penutup dilakukan dengan alokasi waktu kurang lebih 10 menit. Pada kegiatan penutup ini guru bersama siswa berdoa menurut agamanya masing-masing kemudin guru menutup pembelajaran dengan salam penutup.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 November2016 dengan alokasi waktu selama 70 menit dengan materi yang sama pada pertemuan yang lalu. Pada pertemuan ini tindakan dilakukan pada 3 tahap yang pertama eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.Kegiatan pendahuluan dilakukan dalam alokasi waktu kurang lebih 15 menit diawali dengan guru memberikan salam, guru bersama siswa berdoa bersama-sama, guru melakukan absensi.

(9)

pertemuan yang lalu, kemudian siswa melakukan penyusunan laporan hasil kerja yang telah dilakukan pada pertemuan yang lalu. Dalam kegiatan ini guru membimbing siswa untuk melakukan laporan kerja kelompok. Setelah itu guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok didepan kelas. Pada tahap konfirmasi guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap hasil kerja kelopok yang telah dilakukan selain melakukan refeksi pada kerja keompok guru juga melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

Kegiatan penutup dilakukan dalam alokasi waktu 15 menit. Pada kegiatan penutup guru meminta siswa untuk mengerjakan soal posttest untuk mengetahui kemampuan siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Kemudian guru bersama siswa berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

Pada siklus 1 pertemuan 1, 2 dan 3 hasil observasi guru dan siswa dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaaan sintaks yang terdiri dari beberapa kegiatan guru dan siswa, peneliti mengamati proses pembelajaran dengan sintaks dapat terlaksana dengan baik atau tidak. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh disajikan pada lampiran.

4.1.2.3 Hasil Belajar Peserta Didik

Pada siklus 1 sebelum mendapatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), peneliti menguji kemampuan awal siswa dengan memberikan soal pretest

sebelum melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Setelah melakukan pengujian dengan

pretest, kemudian peneliti menguji kemampuan siswa dengan memberikan posttest

(10)

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika siswa kelas 3 semester 1 tahun pelajaran 2016/2017. Kemudian hasil evaluasi yang diperoleh selanjutnya dianalisa lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus 1 materi memilih alat ukur sesuai dengan fungsinya dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) ≥70.

Hasil belajar yang telah dianalis masih ada beberapa siswa kelas 3 yang belum mencapai KKM yang sudah ditentukan sehingga hasilnya kurang memuaskan.

Kemampuan awal setelah mengerjakan soal pretest siswa kelas 3 pada mata pelajara Matematika dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Hasil Pretest

Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 1

No Interval Frekuensi Persentase (%)

1 65 – 70 6 15,00

2 56 – 64 5 12,50

3 47 – 55 18 45,00

4 38 – 46 5 12,50

5 29 – 37 3 7,50

6 20 – 28 3 7,50

Jumlah 40 100

(11)

Gambar 4.3 Diargam Frekuensi Hasil Pretest Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 1

Sedangkan hasil belajar dari soal posttest yang telah dikerjakan oleh siswa kelas 3 pada mata pelajaran Matematika dapat dilihat pada tabel yang disajikan berikut ini:

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Hasil Posttest

Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 1

No Interval Frekuensi Presentase (%)

1 ≥ 85 2 5,00

(12)

2 data distribusi frekuensi hasil pretest dapat ditunjukkan dengan diagram seperti pada gambar 4.3

Gambar 4.4 Diargam Frekuensi Hasil Posttest Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 1

Selain diperoleh hasil frekuensi hasil posttest siswa didapatkan juga data ketuntasan belajar hasil belajar siswa. Berikut ini merupakan data ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan yang sudah disederhanakan kedalam sebuah tabel distribusi ketuntasan belajar.

Tabel 4.5

Distribusi Ketuntasan Belajar pada Posttest

Siswa Kelas 3 Semester I SD Negeri Gendongan 02 Salatiga

(13)

Berdasarkan tabel 4.5 terdapat perbandingan siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar (KKM ≥ 70) adalah sebanyak 20 siswa (50%) sedangkan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan belajar sebanyak 20 siswa (50%). Dengan nilai tertinggi adalah 85 sedangkan nilai terendah adalah 40.

Untuk lebih jelasnya data nilai ketuntasan belajar pada posttest siswa siklus 1 pada tabel 4.5 dapat ditunjukan dengan diagram seperti pada gambar 4.5 berikut ini:

Gambar 4.5 Diagram Ketuntasan Belajar siswa Kelas 3 Semester I SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 1

4.1.2.4 Refleksi

Tahap refleksi ini digunakan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat yang terapat pda siklus 1, agar nantinya tidak terulang kembali pada siklus 2. Beberapa permasalahan ynag ada pada siklus 1 adalah :

1. Siswa masih cenderung bermain dan mengobrol hal-hal diluar materi pembelajaran maupun kegiatan pembelajaran daripada berdiskusi untuk mengerjakan tugas kelompok.

2. Siswa hanya fokus terhadap satu hal saja sehingga tidak membuat siswa tidak mendengarkan instruksi guru.

3. Beberapa siswa masih pasif dalam kegiatan diskusi.

20, 50% 20, 50%

Posttest

Siklus I

(14)

Berdasarkan beberapa permasalahan yang ada pada siklusi 1 dapat dilihat bahwa siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga terdapat beberapa permasalahan dalam kegiatan belajar yang sedang berlangsung. Sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa siklus 1 yang masih belum memenuhi KKM yang telah ditentukan. Berdasarkan evaluasi hasil belajar secara keseluruhan dimana terdapat 20 siswa dari 40 siswa masih berada di bawah KKM , sedangkan 20 siswa lainnya telah mencapai KKM telah dinyatakan tuntas. Berdasarkan refleksi ini perlu adanya tindakan lebih lanjut terhadap permasalahan yang dialami pada siklus 1 sehingga tidak terulangi pada siklus 2 agar hasil belajar pada mata pelajaran Matematika siswa kelas 3 dapat meningkat lebih baik.

4.1.3 Deskripsi Siklus 2

Pelaksanaan Siklus 2 sama dengan pelaksanaan siklus 2 dilakukan selama dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15 November 2016 dan pertemuan kedua pada hari Rabu tanggal 16 November 2016. Praktek mengajar pada siklus 2 ini dilaksanakan dengan Standar Kompetensi 2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah dan Kompetensi Dasar 6.3 Menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah. Tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus 2 sebagai berikut.

4.1.3.1. Perencanaan

Perencanaan pada siklus 2 ini dimulai dengan memperhatikan kekurangan atau permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1, sehingga pada siklus 2 ini kekurangan-kekurangan tersebut dapat menjadi dasar untuk pelaksanaan siklus 2 agar menjadi lebik baik.

(15)

1. Mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah pada siklus 1 berdasarkan hasil rencana mencari pemecahan masalah yang terjadi pada proses pembelajaran siklus 1 sehingga pada siklus 2 mendapatkan hasil yang memuaskan.

2. Penyusuanan rencana pelaksanaan pembelajaran beserta media, alat dan bahan yang dibutuhkan untuk perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika.

3. Penyususnan instrument observasi yang digunakan sebagai panduan peneliti dalam mengamati pencapaian pengajar dan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika.

4. Penyusunan alat penilaian untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa yang berupa tes dan lembar kerja siswa.

5. Peneliti melakukan pertemuan dengan guru mata pelajaran Matematika untuk mendiskusikan tentang kegiatan yang akan dilakukan antara peneliti dan guru saat melakukan penelitian tindakan kelas. Tetapi sebelum penelitian tindakan dilakukan peneliti mendiskusikan permasalahan permasalahan pada siklus 1 untuk diperbaiki dan diberi masukan pada siklus 2 sehingga tidak terulang kembali. Kemudian peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus 2 ini ada lebih baik dari siklus 1.

4.1.3.2 Pelaksanaan dan Observasi

(16)

Learning (PBL) observasi dilakukan dengan menggunakan panduan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran.

Kegiatan pendahuluan mempunyai alokasi waktu kurang lebih 15 menit diawali dengan guru memberikan salam, guru dan siswa berdoa bersama-sama guru emlakukan absensi, guru melakukan apersepsi berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, guru menyampaikan manfaat pembelajaran yang akan dipelajari, kemudian guru meminta siswa untuk mengerjakan soal pretest.

Kegiatan inti dilakukan dilakukan dalam alokasi waktu kurang lebih 50 menit yang terdiri dari tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tahap pertama adalah eksplorasi dimana pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan berkaitan dengan pemecahan masalah dengan kompetensi dasar 2.2 yaitu menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah, kemudian dilanjutkan dengan guru menjelaskan alat dan bahan yang diperluhkan sesuai denga materi, setelah itu itu guru memberikan motivasi kepasa siswa untuk terlibat dalam pembelajaran. Setelah itu guru guru membantu siswa dalam mengorganisasikan dan mengembangkan tugas-tugas pembelajaran agar relevan dengan dengan pemecahan masalah berkaitan dengan memilih alat ukur sesuai fungsinya.

(17)

untuk menarik kesimpulan dan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum diketahui siswa dalam memecahkan masalah pada lembar kerja yang dilakukan secara berkelompok.

Kegiatan penutup dilakukan dengan alokasi waktu kurang lebih 10 menit. Pada kegiatan penutup ini guru bersama siswa berdoa menurut agamanya masing-masing kemudian guru menutup pembelajaran dengan salam penutup.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 16 November 2016 dengan alokasi waktu selama 70 menit dengan materi yang sama pada pertmuan yang lalu. Pada pertemuan ini tindakan dilakukan pada 3 tahap yang pertama eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Kegiatan pendahuluan dilakukan dalam alokasi waktu kurang lebih 15 menit diawali dengan guru memberikan salam, guru bersama siswa berdoa bersama-asama, guru melakukan absensi.

Kegiatan inti dilakukan dalam alokasi waktu 45 menit, pada kegiatan inti ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tahap eksplorasi guru bertanya kepada siswa tentang pembelajaran yang telah dilakukan pada pertemuan pertama yang lalu. Kemudian pada tahap yaag kedua yaitu elaborasi guru meminta siswa kembali kedalam kelompok yang sudah dibentuk pada pertemuan yang lalu, kemudian siswa melakukan penyusunan laporan hasil kerja yang telah dilakukan pada pertemuan yang lalu. Dalam kegiatan ini guru membimbing siswa untuk melakukan laporan kerja kelompok. Setelah itu guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok didepan kelas. Pada tahap konfirmasi guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap hasil kerja kelompok yang telah dilakukan selain melakukan refleksi pada kerja keompok guru juga melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

(18)

4.1.3.3 Hasil Belajar Peserta Didik Siklus 2

Pada siklus 2 ini sebelum mendapatkan hasil belajar setelah menguji kemampuan siswa berupa posttest, peneliti sebelumnya menguji kemampuan awal siswa dengan melakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Setelah melakukan kegiatan kegiatan proses pembelajaran, guru memberikan posttest kepada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siklus 2. Hasil posttest digunakan untuk mengetahui hasil pencapaian belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) kelas 3 SD Negeri Gendongan 02. Hasil evaluasi yang berupa

posttest kemudian dianalisa untuk mengetahui tingkat keberhasilan sisswa setelah mengikuti pembelajaran dengan mneggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥70.

Hasil belajar siswa setelah dianalisa oleh peneliti menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar mencapai hasil yang memuaskan karena semua siswa kelas 3 telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan.

(19)

4

Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 2

No. Interval Frekuensi Presentase (%)

1 ≥ 85 4 10,00

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diurakan bahwa hasil pretest siswa kelas 3 pada mata pelajaran Matematika diperoleh 2 siswa berada pada interval ≤ 48 (10,00%), 7 siswa berada pada interval 49 - 57 (15,00%), 6 siswa berada pada interval 58 - 75 (15,00%), 14 siswa berada pada interval 67 - 75 (35,00%), 7 siswa berada pada interval 76 – 84 (17,5%),dan 4 siswa berada pada interval ≥85 (10,00%). Dengan nilai yang tertinggi adalah 90 dan nilai yang terendah adalah 40. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui data distribusi frekuensi nilai pretest dapat ditunjukkan dengan diagram seperti pada gambar berikut ini:

(20)

10

Sedangkan hasil belajar dari soal posttest yang telah dikerjakan siswa kelas 3 pada mata pelajaran Matematika dapat di lihat pada tabel yang disajikan berikut ini:

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Hasil Posttest

Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 2

No. Interval Frekuensi Presentase (%)

1 88 – 95 10 25,00

(21)

Gambar 4.7 Diagram Frekuensi Hasil Posttest Kelas 3 SD Gendongan 02 Salatiga Siklus 2

Selain didapatkan frekuensi hasil posttest siklus 2 kelas 3 SD Gendongan 02 Salatiga didapatkan data ketuntasan belajar dari siswa yang disederhanakan dalam tabel distribusi ketuntasan belajar sebagai berikut:

Tabel 4.8

Distribusi Ketuntasan Belajar pada Posttest Siswa Kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga

Siklus 2

No Ketuntasan Jumlah Presentase

1 Tuntas ( ≥ KKM 70) 34 85%

2 Belum Tuntas ( ≤ KKM 70) 6 15%

Rata – rata 82,12

Skor Maksimal 95

Skor Minimum 60

Std. Deviation 17.702

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa semua siswa kelas 4 mata pelajaran matematika kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga dengan jumlah siswa 40 siswa telah mencapai batas criteria ketuntasan minimal dengan skor tertinggi adalah 95 dan skor terendah 60.

Untuk lebih jelasnya data nilai ketuntasan belajar yang diperoleh melalui

(22)

Gambar 4.8 Diagram Ketuntasan Belajar pada Posttest Siswa Kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 2

4.1.3.4 Refleksi

Pada siklus 2 ini pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sudah meningkat secara keseluruhan sudah baik karena dalam prose pembelajaran guru mampu menguasai pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL)sehingga hasil belajar siswa meningkat pada siklus 2 dibandingkan siklus 1. Karena dapat dilihat dari siklus 2 bahwa 34 siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 telah mencapai ketuntasan belajar yang sudah ditentukan yaitu KKM ≥70. Sedangkan 6 siswa belum mencapai ketuntasan belajar yang sudah ditentukan. Tetapi pada siklus 2 ini mengalami kenaikan. Walaupun pelaksanaan pada silkus kedua sudah baik tetapi masih beberapa masalah yang mengganggu beberapa siswa kurang fokus terhadap pembelajaran yang cendeung bermain dengan siswa yang lain. Tetapi permasalahan tersebut diatasi dengan cara menegur dan menasehatinya.

4.2 Rekaptulasi Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2

Hasil belajar siswa siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat dilihat dari kondisi awal, siklus 1dan siklus 2 dapat dilihat bahwa siswa mengalami perubahan

85% 15%

Hasil

Posttest

Siklus 2

(23)

yang signifikan. Hasil belajar siswa pada kondisi awal siswa menunjukkan menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Pada kondisi awal 28 dari 40 siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)≥70 yang ditentukan, tetapi pada siklus 2 hasil belajar siswa mengalami kenaikan dari siklus sebelumnya yang berjumlah 33 siswa mampu mencapai batas kriteria ketuntasan minimal (KKM)≥70. Berikut ini merupakan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pada kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2 yang disajikan pada tabel 4.9.

Tabel 4.9

Perbandingan Rekaptulasi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Kondisi awal, Posttest siklus 1, dan Posttest Siklus 2.

No Nilai

Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

F Persen

(%)

Posttest Posttest

F Persen

(%) f

Persen (%)

1 Tuntas 12 30% 20 50% 34 85%

2 Belum Tuntas 28 70% 20 50% 6 15%

Jumlah 40 100% 40 100% 40 100%

Berdasarkan tabel perbandingan rekaptulasi ketuntasan hasil belajar matematika dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan jumlah siswa yang tuntas dari jumlah sebanyak 40 siswa pada mata pelajaran Matematika. Peningkatan siswa yang tuntas tersebut terbukti dengan kondisi awal masih banyak siswa yang belum tuntas setelah dilakukan tindakan di siklus 1 jumlah siswa yang meningkat adalah adalah sebanyak 20 siswa yang terlihat dari hasil posttest siklus 1. Kemudian pada siklus 2 juga terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebanyak 34 siswa dari 40 siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)≥70. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(24)

pemecahan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Gambar 4.9 Rekaptulasi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Kondisi Awal,

Posttest Siklus 1, Posttest Siklus 2

Berdasarkan diagram rekaptulasi ketuntasan hasil belajar Matematika kondisi awal, posttest siklus 1, dan posttest siklus 2. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal setelah dilakukan tindakan mengalami peningkatan dari 30 % menjadi 50%, kemudian dari siklus 1 terjadi peningkatan pada siklus 2 yaitu 50% menjadi 85%.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dilaksanakan terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga pada mata pelajaran Matematika. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

12

30%

20

50%

34

85% 28

70%

20 50%

6

15%

(%) (%)

(%) F Persen F Persen

F Persen Posttest Posttest

Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

Komparasi Ketuntasan Belajar Siswa dalam

pembelajaran Matematika Menggunakan model

PBL

(25)

(PBL) didapatkan peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal terdapat 28 siswa yang belum tuntas dan 12 siswa yang telah mencapai batas ketuntasan minimal (KKM) ≥ 70 pada mata pelajaran Matematika meningkat setelah diberikan tindakan dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) pada siklus I pada mata pelajaran Matematika dengan kompetensi dasar memilih alat ukur sesuai fungsinya meningkat menjadi 20 siswa yang tuntas tuntas sedangkan siswa yang belum tuntas berjumlah 20 siswa. Karena belum memenuhi target pencapaian hasil belajar siswa yaitu 80% maka dilanjutkan penelitian dengan siklus II, dimana pada siklus II ini siswa yang tuntas meningkat menjadi 34 siswa sedangkan siswa yang belum tuntas adalah 6 siswa.

Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model Problem Based Learning

(PBL) siklus I dan siklus II selain didapatkan hasil belajar siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga pada mata pelajaran Matematika terjadi perubahan cara belajar siswa. Siswa menjadi lebih memahami materi pelajaran Matematika karena siswa dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya menjadi lebih bermakna, selain itu siswa menjadi lebih aktif sedangkan yang guru menjadi fasilitator. Hasil belajar siswa juga meningkat dari 20 siswa dari 40 siswa yang tuntas pada siklus II menjadi 34 siswa yang tuntas (85%) pada siklus II mencapai batas ketantusan minimal KKM ≥ 70.

(26)

Temuan keefektifan modelpembelajaran Problem Based Learning (PBL)

dapat meningkatkan hasil belajar merupakan kontribusi sintak pembelajaran Problem Based Learning (PBL).Langkah orientasi siswapada masalah. Pada langkah ini siswa dihadapakan pada masalah matematika yang akan dipecahkan, artinya siswa siswa belajar memahami masalh yang berkaitan dengan materi pelajaran.

Selanjutnya mengorganisasi siswa untuk belajar. Pada tahap ini siswa menjelaskan dan mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan pemecahan masalah yang dberikan.

Kontribusi sintak berikutnya adalah mendukung penyelidikan kelompok atau individu. Pada tahap ini siswa secara berkelompok mencari informasi untuk memecahkan masalah matematika yang diberikan.

Langkah pembelajaran berikutnya adalah mengembangkan dan menyajikan artefak dan memamerkannya. Pada tahap ini siswa mengembangkan hasil dalam bentuk dari diskusi tentang pemecahan masalah matematika kemudian mempresentasikan hasilnya terhadap kelompok yang lain.

Langkah terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses peyelesaian masalah. Pada tahap terakhir ini siswa merefleksi hasil kerja kelompok dan proses pembelajaran.

Sinergi langkah model pembelajaran Problem Based Learning menjadi satu kesatuan yang dapat mengantarkan siswa memahami materi tentang menggunakan alat ukur panjang, berat dan waktu dapat mengerjakan tes secara baik. Dalam hal ini akan terjadi peningkatan hasil belajar. Temuan ini berarti sejalan dengan pandangan Muhammad Jauhar memilki kelebihan, yaitu siswa lebih memahami konsep yang diajarkan, siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri sehingga lebih bermakna, dan siswa lebih aktif.

Temuan keberhasilan model PBL ini selain sejalan dengan teori tentang kelebihan model tersebut juga mendukung berbagai penelitian terdahulu seperti :

(27)

Wonosegoro pada mata pelajaran matematika mengalami peningkatan dengan kondisi awal 36,6% meningkat pada siklus 1 presentase peningkatan hasil belajar meningkat menjadi 36,6%, siklus 2 menjadi 63,63% dan pada siklus meningkat menjadi 77,27%.

Penelitian oleh Sri Giarti (2014) dengan menggunakna model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 6 SD Negeri 2 Bengke Wonosegoro pada mata pelajaran Matematika, meningkat dari kondisi awal presentase pencapaian KKM mencapai 30,77 %, meningkat pada siklus 1 menjadi 58, 84% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 84,61 %.

Penelitian Ahmad Subbanarrijal (2015) dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dapat menunjukkan hasil belajar siswa 4 SD N 01 Bojongsari Tahu pelajaran 2015/2016 pada mata pelajaran Matematika, mengalami peningkatan pada siklus 1 mencapai 77,37% siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 85,17 dan pada siklus 3 meningkat menjadi 91,10% telah memenuhi target ketuntasan yaitu 85%.

Penelitian oleh Taurinda Mahardiyanti (2014) menggunakan Problem Based Learning (PBL) menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Bander 01 Tahun pelajaran 2015/2016 mata pelajaran Matematika dari siklus 1 menjadi 56,67%, pada siklus 2 menjadi 70% pada siklus 3 meningkat 90%.

Penelitian oleh Gunantara (2014) menggunakan Problem Based Learning

(PBL) menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas 5 pada siklus 1 70,00% meningkat pada siklus 2 menjadi 84,42%. Penelitian Putu Diantari (2014) menggunakan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD pada mata pelajaran Matematika.

Penelitian oleh Putu Diantari (2014) menggunakan Problem Based Learning

(PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Oleh karena itu, pemebelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning

Gambar

Tabel 4.1 Ditribusi Frekuensi Hasil Ulangan Harian Matematika
Gambar 4.2 Diagiagram Ketuntasan Belajar siswa Kelas 3 SemestGendongan 02 Salatiga sebelum Tindakan.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil
Gambar 4.3 Diargam Frekuensi Hasil Pretest Siswa Kelas 3 Semester 1 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga Siklus 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Marketing Public Relations sebagai suatu proses perencanaan, pelakasanaan dan pengevaluasian program-program yang memungkinkan terjadinya pembelian dan pemuasan konsumen melalui

Harga tetapan kalorimeter diperoleh dengan membagi jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter dengan perubahan temperatur .Dengan demikiantetapan kalorimeter(kapasitas panas

Faktor kompetensi karyawan merupakan manfaat utama yang diharapkan nasabah usaha kecil ketika mendapatkan layanan kredit dalam jangka waktu tertentu, diwujudkan dalam

Diterimanya Islam oleh orang-orang Mindanao, Sulu, Manilad dan sepanjang pesisir pantai kepulauan Filipina tidak terlepas dari ajaran Islam yang dibawa oleh para

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harasbitara (2007) dengan judul Hubungan status gizi remaja putri dengan usia terjadinya menarche pada

(1994) dinamika Cladocera dan Diptera pada sawah di Filipina dipengaruhi oleh pemberian pupuk nitrogen dan pestisida Selain itu indeks keanekaragaman (Tabel 2) juga tergolong

Dari hasil anlaisis tanah pada akhir percobaan menunjukkan bahwa kandungan bahan organik tanah (asam humik dan asam fulvik) masih tinggi, untuk itu disarankan untuk

In this research, thermal stability of abaca fibre reinforced HIPS composites had correlated with weight loss transition, interpretation of maximum decomposition