• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan pendidikan Landasan Landasan Pendidikan Filsafat Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Landasan pendidikan Landasan Landasan Pendidikan Filsafat Pe"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN PENDIDIKAN

PENGERTIAN DAN LANDASAN PENDIDIKAN

Dosen

Dra . Olga D Pandeirot, M.Pd

Kelompok 4

Inggrid Asyifa Ramadya NIM 1402617080

Muhamad Zainul Mafakhir

NIM 1402617075

Noor Muhammad Rieziq

NIM 1402617019

Vira Fitriani

NIM 1402617052

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, dengan segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, akhirnya makalah Landasan Pendidikan mengenai “Pengertian dan Landasan Pendidikan “ ini dapat diselesaikan dengan baik, tak lupa salawat dan salam ditujukan kepada nabi yang mulia, Rasulullah Muhammad SAW yang telah mengajarkan kepada kita salah satunya untuk menuntut ilmu yang bermanfaat untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat.

Penulisan makalah ini merupakan syarat untuk memenuhi mata kuliah Landasan Pendidikan. Penulis menyadari pembuatan makalah ini belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan baik dalam hal kedalaman materi maupun dari segi tata bahasa akademik. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan guna perbaikan dan menyempurnakan pembuatan makalah ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa dalam memberikan pengajaran, bantuan, pengarahan, informasi dan sebagainya hingga selesainya pembuatan makalah ini. Ucapan terima kasih penulis tujukan antara lain kepada yang terhormat:

 Dra . Olga D Pandeirot, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Landasan Pendidikan.

 Teman – teman Mahasiswa mata kuliah Landasan Pendidikan.

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...ii

Daftar Isi ...iii

BAB I PENDAHULUAN

1.Latar belakang...1 1.1 Rumusan Masalah...1 1.2 Tujuan Penelitian...

BAB II PEMBAHASAN

2. Pengertian dan Landasan Pendidikan

2.1 Landasan Pendidikan

2.1.1 Landasan Filosofis... 2.1.2 Landasan Sosiologis... 2.1.3 Landasan Kultural... 2.1.4 Landasan Psikologi...

3. Konsepsi Mengajar, Mendidik dan Belajar...

4. Pendidikan Seumur Hidup (Long life education)...

5. Tugas dan Latihan...

BAB III PENUTUP

3. Kesimpulan...

3.1 Saran...

Daftar Pustaka...

(4)

BAB I suatu bangsa tertentu. Untuk Indonesia, pendidikan diharapkan mengusahakan pembentukan manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri, dan pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia. (Undang – Undang, 1992: 24). Landasan – landasan pendidikan tersebut akan memberikan pijakan dan arah terhadap pembentukan manusia Indonesia, dan serentak dengan itu, mendukung perkembangan masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan asas – asas pokok pendidikan akan memberi corak khusus dalam penyelenggarakan pendidikan itu, dan pada gilirannya, memberi corak pada hasil – hasil pendidikan itu yakni manusia dan masyarakat Indonesia.

Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian berbagai landasan pendidikan itu akan dapat membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Dengan wawasan pendidikan yang tepat, serta dengan menerapkan asas – asas pendidikan yang tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan menyelanggarakan program pendidikan yang tepat wawasan itu akan memberikan perspektif yang lebih luas terhadap pendidikan, baik dalam aspek konseptual maupun operasional.

1.1 Rumusan Masalah

a. Jelaskan pengertian pendidikan secara elektrik menurut kelompok anda?

b. Diskusikan pelaksanaan dari berbagai landasan pendidikan berdasarkan pengalaman pendidikan anda di sekolah. Tulis bukti – bukti yang anda temukan pada setiap landasan?

c. Diskusikan perbedaan antara mendidik, mengajar dan belajar?

d. Diskusikan kapan pendidikan dimulai dan kapan selesai ; dan bagaimana dengan konsep pendidikan seumur hidup?

(5)

1.2 Tujuan Penelitian

a. Menjelaskan pengertian dan landasan pendidikan

b. Memahami berbagai landasan pendidikan, utamanya landasan filosofis, landasan sosiologis, landasan kultural, landasan psikologis

c. Menyebutkan konsepsi mengajar, mendidik dan belajar

(6)
(7)
(8)

BAB II

PEMBAHASAN

2. Pengertian dan Landasan Pendidikan

Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus dari generasi ke generasi di mana pun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial – kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Batasan tentang arti “pendidikan” yang dibuat oleh para ahli sangat beragam. Perbedaan tersebut pada umumnya karena perbedaan dalam orientasi filsafat, konsep dasar dan penekanannya. Berikut ini ditinjau beberapa batasan arti pendidikan :

a. UU. No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatanspritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, Bangsa dan Negara.

b. Prof. Dr. N. Drijakara

Pendidikan diartikan sebagai suatu upaya dalam memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf yang insani.

c. Ki Hajar Dewantara

Pendidikan adalah suatu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya ialah bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan senantiasa mandiri dan bertanggung jawab secara susila. Pendidikan juga diartikan sebagai usaha untuk mencapai penentuan diri dan tanggung jawab.

e. Francis John Dewey

(9)

harus diintegrasikan sepenuhnya kedalam kehidupan mereka dalam bermasyarakat dan dunia nyata.

f. Francis J. Brown

Pendidikan adalah proses kontrol yang memperhatikan perubahan perilaku yang dihasilkan seseorang dan seseorang dalam kelompok.

g. Arthur K. Ellis, John J. Cogan dan Kenneth R. Howey

Pendidikan adalah jumlah total dari pengalaman belajar seseorang selama hidupnya, bukan hanya dalam pengalaman pendidikan formal. Ini adalah proses dimana seseorang mendapatkan, mengerti dirinya sendiri seperti mengerti lingkungannya.

h. GBHN ( Garis Besar Haluan Negara ) 1998

GBHN 1998 memberikan batasan tentang pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa dan bedasarkan pancasila dan UUD 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas bangsa.

Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasanpun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Dibawah ini dikemukakan beberapa batasan tentang pendidikan yang bebeda berdasarkan fungsinya :

a. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya

Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari suatu generasi ke generasi lainnya. Nilai-nilai kebudayaan tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada 3 bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggungjawab dan lain-lain, yang kurang cocok diperbaiki misalnya tata cara perkawinan, dan tidak cocok diganti misalnya pendidikan seks yang dahulu ditabukan diganti dengan pendidikan seks melalui pendidikan formal.

(10)

Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai sutu kegiatan yang sistematis dan sitemik dan terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi dapat dilakukan melalui komunikasi antara orang dewasa dan anak.

c. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja

Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memilki bekal dasar untuk bekerja.

2.1 Landasan Pendidikan

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa

.

2.1.1

Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah – masalah pokok seperti : apakan pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat. Filsafat pendidikan berupaya menjawab secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan kelompok sekitar pendidikan. kejelasan berbagai hal itu sangat perlu untuk menjadi landasan berbagai keputusan dan tindakan yang dilakukan dalam pendidikan. hal itu sangat penting karena hasil pendidikan tidak segera tampak, sehingga setiap keputusan dan tindakan itu harus diyakinkan kebenaran dan ketepatannya meskipun hasilnya belum dapat dipastikan. Ketepatan setiap keputusan dan tindakan, serta diikuti dengan upaya pemantauan dan penyesuaian yang menerus, sangat penting karena koreksi setelah diperoleh hasilnya sangat sulit dan sudah terlambat.

Kajian – kajian yang dilakukan oleh berbagai cabang filsafat akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan karena prinsip – prinsip dan kebenaran – kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan. Peranan filsafat dalam bidang pendidikan tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara lain tentang :

1).Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makhluk di dunia ini seperti yang disimpulkan sebagai zoon politicon, homo sapiens, animal educandum.

2).Masyarakat dan kebudayaannya.

(11)

3).Keterbatasan manusia sebagai makhluk hidup yang banyak menghadapi tantangan ;

4).Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat pendidikan. ( Wayan Ardhana,1986:Modul 1 /9 ).

Hasil – hasil kajian filsafat tersebut utamanya tentang konsepsi manusia dan dunianya, sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan. berbagai pandangan filosofis tentang manusia dan aliran dunianya yang dikemukakan oleh berbagai aliran dalam filsafat sangat bervariasi. Secara historis terdapat dua aliran yang saling bertentangan yakni idealisme dan naturalisme ( positivisme), dengan segala variasinya masing - masing. Wayan Ardhana, dkk ( 1986:Modul 1/12-18) mengemukakan bahwa aliran – aliran filsafat itu bukan hanya mempengaruhi pendidikan, tetapi juga melahirkan aliran filsafat pendidikan seperti :

1). Idealisme

Menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide sebagi kebenaran spiritual atau mental. Ide sebagai gagasan kejiwaan itulah sebagai kebenaran atau nilai sejati yang absolut dan abadi. Namun pada umumnya aliran ini menekankan bahwa pendidikan merupakan kegiatan intelektual untuk membangkitkan ide – ide yang masih laten. Oleh karena itu sebagai lembaga pendidikan, sekolah berfungsi untuk membantu siswa mencari dan menemukan kebenaran, keindahan dan kehidupan yang konstan atau perenial. Prinsip pendidikan antara lain :

a. Konsep pendidikan itu bersifat abadai karena hakekat manusia yang tidak pernah berubah.

b. Inti pendidikan harus mengembangkan kekhususan manusia yang unik yaitu kemampuan berfikir.

c. Tujuan belajar adalah mengenal kebenaran abadi dan universal.

(12)

4). Esensialisme

Filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip Idealisme dan Realisme secara ekletis. Esensialisme mulai lebih dominan di Eropa sejak adanya semacam pertentangan antara para pendidik, sehingga mulai timbul pemisah antara pelajaran teoritik ( Liberal arts ) yang memerdekakan akal dengan pelajaran praktek.

5). Pragmatisme dan progresivisme

Sedangkan Waini Rasyidin (dalam Redja Mudyahardjo et.al., 1992. 140-150) membedakan antara filsafat dan mazhab filsafat pendidikan, yakni aliran filsafat yang besar pengaruhnya terhadap pendidikan adalah idealisme, realisme (positivisme, materialisme), :Neothomisme, dan pragmaisme ; sedangkan mazhab filsafat pendidikan ialah esensialisme, perenialisme, progresivisme dan rekonstruksionisme. Baik sebagai aliran filsafat maupun sebagai mazhab filsafat pendidikan, pandangan – pandangannya tentang manusia dan dunianya pada umumnya ikut mempengaruhi konsepsi dan atau penyelenggaran penelitian.

2.1.2 Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis pendidikan adalah acuan atau asumsi dalam penerapan pendidikan yang bertolak pada interaksi antar individu sebagai mahluk sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu (pendidik dan anak didik). Oleh karena itu kegiatan pendidik dapat berlangsung baik dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Kajian sosiologis tentang pendidikan mencakup semua jalur pendidikan tersebut; pendidikan keluarga sangat penting, karena keluarga merupakan lembaga sosial yang pertama bagi tiap manusia. Oleh karena itu proses sosialisasi dimulai dari keluarga dimana anak mulai mengembangkan diri. Dalam keluarga dimulai ditanamkan nilai – nilai dan sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Nilai – nilai agama, nilai – nilai moral, budaya, dan keterampilan perlu dikembangkan dalam pendidikan keluarga.

Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat dibentuk oleh masyarakat dengan perencanaan dan pelaksanaan yang mantap. Selain sekolah dan keluarga, proses pendidikan juga dipengaruhi oleh berbagai kelompok kecil dalam masyarakat

seperti kelompok keagamaan, organisasi kemasyarakatan.

2.1.3 Landasan Kultural

(13)

Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedangkan setiap manusia menjadi anggota masyarakat dan pendukung budaya. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik. Sebagai makhluk kebudayaan manusia hidup dalam suatu sistem yang mengatur bagaimana manusia itu harus hidup dan bertindak baik dalam kehidupannya secara perorangan atau sebagai anggota masyarakat. pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.

Seorang anak dapat mengembangkan potensinya dengan maksimal bila mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitarnya. Pendidik atau orang tua harus memiliki pengetahuan dalam membimbing dan mendukung anak tersebut. Orang tua memiliki peran yang sangat penting dan utama dalam perkembangan personal anak (Grolnick, 1995; Santrock, 2009, Eggen, 2004).

Oleh karena itu, hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam pendidikan terutama yang berkaitan dengan :

1. Perbedaan Individu, tiap individu mempunyai bakat, kemampuan, minat, kekuatan serta tempo dan irama perkembangan yang berbeda – beda. Sebagai implikasinya pendidik tidak boleh memperlakukan sama pada setiap peserta didik.

2. Kurikulum perlu disusun berdasarkan pengalaman belajar anak.

3. Guru perlu memahami perkembangan kepribadian anak agar dapat dimanfaatkan dalam pendidikan, terutama dalam memahami setiap peserta didik mengembangkan kepribadiannya.

4. Pendidikan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan anak.

5. Perlu diciptakan kondisi lingkungan yang membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi, kecerdasan, emosi dan keterampilan dalam pendidikan.

3. Konsepsi Mengajar, Mendidik dan Belajar

(14)

Mendidik adalah penggunaan proses mengajar sebagai sarana untuk mencapai hasil yang maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan. Hasil mendidik tidak dapat dilihat dalam waktu yang instan. Contoh seorang guru matematika mengajarkan kepada anak pintar menghitung, tapi anak tersebut tidak penuh perhitungan dalam segala tindakannya, maka kegiatan guru tersebut baru sebatas mengajar belum mendidik.

Tidak setiap guru mampu mendidik walaupun ia pandai mengajar, untuk menjadi pendidik guru tidak cukup menguasai materi dan keterampilan mengajar saja, tetapi perlu memahami dasar-dasar agama dan norma-norma dalam masyarakat, sehingga guru dalam pembelajaran mampu menghubungkan materi yang disampaikannya dengan sikap dan keperibadiaan yang harus tumbuh sesuai dengan ajaran agama dan norma-norma dalam masyarakat.

Belajar adalah usaha anak didik untuk meningkatkan kemampuan Kognitif, Afektif dan Psykomotorik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Agar anak didik dapat mengikuti perubahan dalam pola kehidupan, serta dalam menjalain kerjasama, maka anak didik harus dapat :

a. Belajar untuk mengenal (learning to know) cara dan sarana untuk memahami pengetahuan lebih lanjut.

b. Belajar berkarya (learning to do) untuk meningkatkan kreativitas, produktivitas dan profesionalisme.

c. Belajar membentuk jati diri (learning to be) dengan mengembangkan semua potensi yang ia miliki.

d. Belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together) dengan mengembangkan pemahaman atas sejarah, tradisi dan nilai-nilai warga lain yang didasarkan atas pengakuan saling ketergantungan dalam menghadapi pendidik. Gejala ini nampak kira – kira pada usia 3,5 tahun dan jelas kelihata pada usia 5 tahun. Menurut Langeveld masa sebelumnya merupakan masa pendidikan pendahuluan dimana anak hanya menuruti, meniru orang tua dalam perilaku tertentu, dan tidak langsung dikaitkan dengan tujuan pembentukkan pribadi dewasa susila. Selanjutnya dikatakan oleh Langeveld, bahwa seseoraang telah menyelesaikan pendidikannya bilamana telah mencapai probadi dewasa susila. Sejak bayi sampai terbentuknya pribadi susila anak didik tetap mendapat bantuan dan bimbingan dan pendidik, dan setelah

(15)

menyelesaikan pendidikannya tak ada lagi ikatan pedagosis antara pendidik dan anak didik. Anak didik itu sendiri akan terus menyempurnakan hidupnya namun pada saat – saat tertentu dapat saja memperoleh pendidikan untuk menyempurnakan kepribadiannya,. Oleh karena itu pendidikan bisa berlangsung seumur hidup.

4. Pendidikan Seumur Hidup (Life Long Education)

Life Long Education cenderung melihat pendidikan sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat dalam mencapai perwujudan manusia secara penuh yang berjalan terus menerus seolah – olah tidak ada batasnya. Ini berarti bahwa pendidikan itu tidak hanya penting bagi anak – anak, tetapi juga penting untuk orang dewasa maupun orang tua dalam rangka pencapaian perkembangan manusia yang penuh. Hanya dengan pendidikan manusia dapat mempertahankan kehidupannya dalam perkembangan yang telah dicapainya. Menurut Carl Rogers, pendidikan bukanlah proses pembentukan

5. Jawaban tugas dan latihan

a. Jelaskan pengertian pendidikan secara elektrik menurut kelompok anda? Jawab :

Pendidikan secara elektrik atau disebut juga dengan E-Learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Materi e-Learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-Learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat di mana dia berada.

b. Diskusikan pelaksanaan dari berbagai landasan pendidikan berdasarkan pengalaman pendidikan anda di sekolah. Tulis bukti – bukti yang anda temukan pada setiap landasan?

Jawab :

Pelaksanaan landasan pendidikan terbagi menjadi 4 landasan. Berdasarkan pengalaman pendidikan di sekolah yaitu seperti dalam :

a). Landasan filosofis dalam pendidikan, dalam sekolah membahas pendidikan dengan sudut pandang filsafat, karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu.

(16)

c).Landasan kultural yang mempunyai hubungan timbal balik yang berakar pada kebudayaan indonesia berdasarkan pancasila seperti pendidikan perlu mengembangkan nilai budaya bangsa sendiri.

d).Landasan psikologis, pemahaman peserta didik menjadi kunci keberhasilan pendidikan dengan implikasinya pendidik tidak memperlakukan sama pada setiap peserta didik karena setiap anak memiliki kemampuan dan minat yang berbeda.

c. Diskusikan perbedaan antara mendidik, mengajar dan belajar? Jawab :

Mengajar adalah perbuatan yang dilakukan oleh seorang pendidik (Guru) kepada Siswa, sehingga terjadi proses belajar. Ciri-ciri hasil pengajaran yang baik adalah hasil belajar tahan lama, dan hasil belajar merupakan pengetahuan yang asli dan otentik.

Mendidik adalah penggunaan proses mengajar sebagai sarana untuk mencapai hasil yang maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan. Hasil mendidik tidak dapat dilihat dalam waktu yang instan. Contoh seorang guru matematika mengajarkan kepada anak pintar menghitung, tapi anak tersebut tidak penuh perhitungan dalam segala tindakannya, maka kegiatan guru tersebut baru sebatas mengajar belum mendidik.

Belajar adalah usaha anak didik untuk meningkatkan kemampuan Kognitif, Afektif dan Psykomotorik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

d. Diskusikan kapan pendidikan dimulai dan kapan pendidikan selesai; dan bagaimana konsep pendidikan seumur hidup?

Jawab :

Pendidikan dimulai pada sejak bayi sampai akhir hayat. Pendidikan menurut Langeveld, batas bawah atau saat siap memperoleh pendidikan ialah pada saat anak sudah sanggup menerima dan mengakui kewibawaan pendidik. Gejala ini nampak pada usia kira – kira 3,5 tahun dan terlihat pada usia 5 tahun.

(17)

BAB III

PENUTUP

3. Kesimpulan

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan manusia guna menumbuhkembangkan potensi dasar yang ada pada diri manusia. Pada dasarnya pendidikan tidak mengenal batasan waktu, usia, dan tempat, namun mengenai batas-batas pendidikan maka yang dimaksudkan adalah pembatas-batasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu. Batas awal pendidikan dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke arah pendidikan nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan yang sesungguhnya baru terjadi kemudian. Adapun batas terakhir pendidikan yaitu sampai akhir hayat.

3.1 Saran

(18)
(19)

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen MKDK UNJ, 2013. Landasan Ilmu Pendidikan. Jakarta : Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ.

(20)

LAMPIRAN

TOKOH LANDASAN PENDIDIKAN

1. Prof. Dr. Nicolaus Driyarkara S.J

Prof. Dr. Nicolaus Driyarkara SJ (lahir di Kedunggubah, Kaligesing, Purworejo, 13 Juni 1913 – meninggal di Girisonta, Ungaran, Jawa Tengah, 11 Februari 1967 pada umur 53 tahun). Ajaran pokok Driyarkara yaitu "manusia adalah kawan bagi sesama". Manusia adalah rekan atau teman bagi sesamanya di dunia sosialitas ini (homo homini socius). Pikiran homo homini socius ini ditaruh untuk mengkritik, mengoreksi, dan memperbaiki sosialitas preman; sosialitas yang saling mengerkah, memangsa, dan saling membenci dalam homo homini lupus (manusia adalah serigala bagi sesamanya). Pada tahun 1952 ia mendapat gelar doctor bidang filsafat di universitas Greogoriana dengan disertasi mengenai Nicolas Malebrance. Pada tahun 1941 – 1942 ia sudah mengajar sebagai dosen di Girisonta. Pada taun 1943 – 1946 beliau menjadi pengajar filsafat di Seminari tinggi Yogyakarta. Pada tahun 1952 – 1958 setelah PhD, N Driyakarya menjadi dosen filsafat di Yogyakarta. Pada tahun 1960 – 1967 beliau menjadi guru besar, Luar Biasa di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Pada tahun 1961 – 1967 menjadi anggota MPRS. Pada tahun 1963 – 1964 menjadi dosen tamu di St. Louis University, amerika serikat. Pada tahun 1965 – 1967 menjadi anggota DPA.

Pada tanggal 2 Februari 1969 (tepat 2 tahun setelah Driyarkara meninggal), di sebuah ruang tamu di Susteran Theresia Jalan H Agus Salim, Jakarta, jejak perintisan Sekolah Tinggi Filsafat bernama Driyarkara dimulai.

Proses pembidanan sebuah sekolah filsafat dilakukan bersama oleh rekan-rekan almarhum, yaitu Prof. Dr. Fuad Hassan, Prof. Dr. Slamet Iman Santosa yang mendambakan didirikannya sebuah institut filsafat di Indonesia yang terbuka untuk umum, berdiri sendiri, dan merupakan pusat yang mampu menarik dosen untuk lebih

(21)

memantapkan usaha pengembangan filsafat di Jakarta. Inilah dies natalis pertama Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara pada tahun 1969

2.

Prof. Dr. Martinus Jan Langeveld

Prof. Dr. Martinus Jan Langeveld belajar sejarah dan Bahasa Inggris di Universitas Utrecht, tapi gelar PhD diperoleh dari Linguistic tahun 1994. Berkat dorongan dari gurunya Philip Kohntamm, Lavengeld berhasil memperoleh gelar professor dibidang Pedalogi dari Universitas Utrecht dari 1931-1971. Bersama Buytendijk, Rumke en Pompe, Lavengeld mendirikan program studi IVLOS sekarang bernama ilmu sosial.

(22)

Ki Hajar Dewantara lebih dikenal sebagai bapak pendidikan suryaningrat. Beliau merupakan keturunan dari Keraton Yogyakarta. Pada umur 40 tahun, beliau merubah namanya menjadi Ki Hajar Dewantara bersekolah di ELS yang dulu merupakan sekolah dasar Belanda. Selanjutnya beliau juga melanjutkan sekolah di Stovia yang merupakan sekolah dokter untuk bumi putera, tetapi selama seolah di Stovia beliau tidak tamat karena sakit. Beliau juga pernah bekerja menjadi wartawan diberbagai media cetak seperti Mideem Java, Sedyotomo, De Express, Kaoem Moeda, Poesara, Poetoesan Hindia, dan Tjahaya Timur. Tulisan beliau sangat komukatif dan juga kritis sehingga dapat meningkatkan semangat rakyat pada sat itu.ada banyak sekali hal yang harus kita banggakan terhadap beliau. Pada tahun 1908 beliau aktif sebagai pengurus di organisasi Boedi Toemoe. Selanjutnya beliau juga membuat organisasi sendiri bersama Dowes Dekeer atau lebih dikenal dengan Dr. Danudirja Setia Budi dan dr. Cipto Mangunkusumo mendirikan sebuah organisasi bernama Indische Partij pada tanggal 25 desember tahun 1912. Organisasi ini merupakan partai politik pertama di Indonesia dan beralira nasionalisme. Ketika ingin mendaftarkan partai ini, mereka ditolak oleh Belanda karena dianggap menumbuhkan nasionalisme pada rakyat

Dengan ditolaknya partai tersebut, mereka akhirnya membuat komite boemi poetra yang digunakan untuk membuat kritikan ke pemerintahan belanda. Mereka menulis berbagai kritikan dan ditulis disurat kabar De Express.

4. Francis John Dewey

John Dewey adalah seorang filsuf Amerika psikologi dan pembaharu pendidikan. Ia diakui sebagai pencetus sekolah filsafat pragmatisme, pelopor dalam psikologi fungsional dan seorang pengembang gerakan pendidikan.

Menurut Dewey tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata bagi kehidupan oleh karena itu fislafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-pemikiran metafisik belaka filsafat harus berpijak pada pengalaman, dan menyelidiki serta mengolah data tersebut secara kritis. Dewey juga dianggap oleh aliran

(23)

fungsionalisme sebagai seorang pemikir bergaya praktis dan pragmatis sehingga dalam ilmu pendidikan ia menganjurkan teori dan metode learning by doing.

Dewey dilahirkan di Burlington, Vermont Amerika Serikat pada 20 oktober pada 1259. Setelah menyelesaikan studinya ia menjadi guru besar dalam bidang filsafat dan bidang pendidikan. Dewey juga menghasilkan 40 buku dan lebih dari 700an artikel. Dewey meninggal pada 1 Juni 1952 di New York City, Amerika Serikat.

5. Francis J. Brown

Menurut Mr. Brown, Pendidikan adalah proses kontrol yang memperhatikan perubahan perilaku yang dihasilkan seseorang dan seseorang dalam kelompok.

(24)

Menurut Arthur K. Ellis, pendidikan adalah jumlah total dari pengalaman belajar seseorang selama hidupnya, bukan hanya dalam pendidikan formal. Ini adalah proses seseorang mendapatkan, mengerti dirinya sendiri seperti mengerti lingkungannya.

Referensi

Dokumen terkait

Variabel kepemilikan manajerial mempunyai nilai odds ratio 0,763 maka perusahaan yang mempunyai kepemilikan manajerial, lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan

Selain itu, pengaturan penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagai layanan publik yang diatur di dalam UUSPN dan UU Pendidikan Tinggi dari perspektif GATS dapat

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Organizing adalah suatu aktivitas penagturan dalam sumber daya manusia dan sumber daya fisik yang lainnya yang dimiliki oleh perusahaan untuk bisa melaksanakan

Priyatno Duwi, Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS, (Yogyakarta: Gava media, 2010).. Jika sig < 0,05 maka hubungan antara dua variabel

Berdasarkan penelitian tentang Uji Coba Kartu Pemantauan Minum Tablet Tambah Darah (Fe) Ter - hadap Kepatuhan Konsumsi Ibu Hamil, diperoleh simpulan sebagai berikut:

Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain

Dengan demikian penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian jus nanas dan pepaya sebagai pendamping ARV efektif meningkatkan ka- dar CD 4 pada penderita HIV; Rerata selisih kadar CD