• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bandung Raya Rawan Peredaran Uang Rupiah Palsu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bandung Raya Rawan Peredaran Uang Rupiah Palsu"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

―Uang bukan segalanya dalam hidup ini, namun tanpa uang kita tidak dapat

meraih segalanya‖ kalimat tersebut tidak asing terdengar, terlebih seiring berjalannya

waktu semakin majunya peradaban, semakin besar kebutuhan manusia akan barang

bernama uang.

Manusia merupakan makhluk yang terpilih menjadi pemimpin dunia

dikarenakan kelebihannya yang tak dimiliki makhluk lain yaitu akal fikiran, oleh

karena tersebut, menghadapi kemajuan zaman dan meningkatnya kebutuhan manusia

akan uang untuk memenuhi kehidupannya maka manusia mulai memainkan akal dan

kecerdasannya, diantaranya dihadirkanlah uang palsu dikalangan umum.

Maraknya kasus pemalsuan uang akhir – akhir ini meresahkan masyarakat.

Apalagi data menunjukan bahwa jumlah peredaran uang palsu dari waktu ke waktu selalu

mengalamai kenaikan. Peningkatan jumlah peredaran uang palsu bisa di

akibatkan oleh beberapa hal diantaranya adalah motif ekonomi.

(2)

B.

C.

Rumusan Masalah

Melihat fenomena yang terjadi saat ini penulis merumuskan masalah pokok

mengenai semaraknya peredaran uang palsu dikalangan masyarakat Indonesia, yaitu

1. Bagaimana masyarakat dapat mengenali dan membedakan uang palsu dan uang

asli?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A.

Definisi Uang

Uang dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai alat tukar atau

standar pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah, dikeluarkan oleh pemerintah

suatu negara baik berupa kertas, emas, perak atau pun logam yang dicetak dengan

bentuk dan gambar tertentu.

Adapun uang dalam ekonomi tradisional didefinisikan sebagai alat tukar yang

dapat diterima secara umum. Alat tersebut dapat berupa benda apapun dengan syarat

dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat dalam proses pertukaran barang dan

jasa.

Menurut ilmu ekonomi modern sebagiaman yang telah disampaikan oleh D.H

Robertson dalam bukunya yang berjudul ―Money‖, disebutkan bahwa uang adalah

sesuatu yang bisa diterima dalam pembayaran untuk mendapatkan barang-barang.

Menurut R.G Thomas dalam bukunya ―Our Modern Banking‖ menjelaskan

uang adalah sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran

bagi pembelian barang-barang dan jasa tertentu serta kekayaan berharga lainnya serta

untuk pembayaran hutang piutang.

Menurut A.C Pigou dalam bukunya ―The Veil Of Money‖, yang dimaksud

dengan uang adalah alat tukar

(4)

Keberadaan uang merupakan sebuah solusi agar transaksi dalam jual beli

semakin mudah dan efesien bila dibandingkan dengan proses barter, dan uang tersebut

sangat cocok untuk system ekonomi modern.

Pada awalnya di Indonesia, uang —dalam hal ini uang kartal— diterbitkan

oleh pemerintah Republik Indonesia. Namun sejak dikeluarkannya UU No. 13 tahun

1968 pasal 26 ayat 1, hak pemerintah untuk mencetak uang dicabut. Pemerintah

kemudian menetapkan Bank Sentral, Bank Indonesia, sebagai satu-satunya lembaga

yang berhak menciptakan uang kartal. Hak untuk menciptakan uang itu disebut

dengan hak oktroi..

B.

C.

Definisi Uang Palsu

Kata Palsu secara bahasa dapat diartikan tiruan, tidak sah, curang dan tidak

jujur. Sehingga dapat difahami bahwa definisi dari uang palsu adalah uang tiruan

yang dibuat oleh pihak yang tidak berwenang untuk diedarkan atau telah diedarkan,

seakan-akan sebagai alat pembayaran yang sah.

Faktor Beredarnya Uang Palsu

Dapat dipahami bahwa terdapat beberapa faktor yang memicu tersebarnya uang

palsu dikalangan masyarakat, diantaranya adalah :

1. Faktor Perekonomian

Faktor perekonomian ini merupakan titik awal pemicu tersebarnya uang palsu

dikalangan masyarakat.

(5)

Mengingat semakin berkembangnya zaman, semakin banyak pula masyarakata

yang hidup di bahwah garis kemisikinan, serta masyarakat yang berada pada

tingkat pendidikan yang sangat rendah. Hal tersebut menyebabkan masyarakat

tidak memiliki pemahaman yang cakap dan kuat tentang hukum, sehingga mereka

melakukan pemalsuan uang serta mengedarkan dikalangan masyarakat tanpa

mengetahui dan memikirkan sebab akibat dari hal tersebut.

Lonjakan-lonjakan harga dan biaya kehidupan sehari-hari dapat memicu pula

peredaran uang palsu di masyarakat untuk mencari keuntungan atau berbelanja

kehidupan sehari-hari.

2. Faktor Teknologi

Semakin maju dan canggihnya zaman yang dilalui manusia, maka hal tersebut

memudahkan manusia untuk melakukan pemalsuan-pemalsuan terhadap barang-

barang tertentu, diantaranya yaitu pemalsuan uang.

3. Faktor Lingkungan

faktor ini juga mempengaruhi setiap orang untuk melakukan upaya

mengedarkan uang palsu. Orang yang bergaul dengan penjahat, pasti akan terus

berbuat jahat. Sedangkan orang yang tidak jahat, namun hidup dilingkungan orang

jahat, pasti akan terikut jahat dan akan melakukan kejahatan, salah satunya

mengedarkan uang palsu yang sebagaimana diketahui bahwa tingkat peredaran

uang yang di keluarkan oleh Bank Indonesia sangat banyak dan sangat mudah

(6)

untuk dipalsukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Dan

pengaruh-pengaruh yang ada di factor lingkungan ini sangatlah tidak terkontrol

dengan benar, bahwa akan menimbulkan pengaruh negative bagi setiap orang

yang baru tinggal dilingkungan tersebut dan berupaya untuk bergaul dengan

sesamanya, yang sesamanya itu adalah orang-orang yang berada dalam

lingkungan yang jahat.

D.

Ciri-Ciri Uang Palsu

Untuk mengetahui apakah uang tersebut palsu atau asli, kita dapat

mengetehaui bahwa uang palsu memiliki karakteristik diantaranya :

1. Memiliki sindikat kerahasiaan yang sangat tingi agar tidak diketahiu oleh

pihak yang berwajib.

2. Memiliki modal yang besar dalam perencanaan, pembuatan s/d

pengedaranya.

3. Dinggunakan tenaga ahli dan peralatan berteknolagi caggih dalam pembuatan

uang palsu agar semirip mungkin dengan uang asli.

4.

5.

Dalam peredaranya wilayah dan wak tunya tidak dibatasi

Memiliki motif ekonomi yang dapat digunakan untuk tujuan politik dan

subversi.

6. Memanfaatkan suasana, situasi dan kondisi lingkungan serta kondisi psikologi

korban dalam pengedaranya.

(7)

Adapun kita memiliki 9 cara mudah agar kita dapat mengetahui uang palsu,

yaitu :

1. Tanda Air - Pada kertas uang terdapat tanda air berupa gambar yang dapat dilihat

bila diterawang ke arah cahaya.

2. Benang Pengaman - Ditanam pada ketebalan kertas sehingga tampak sebagai garis

melintang dari atas ke bawah, dapat dibuat tidak memendar maupun memendar

dibawah sinar ultra violet dengan satu warna ataupun beberapa warna.

3. Cetak Intaglio - Cetakan yang timbul dan akan tampak jika diraba.

4. Rectoverso - Pencetakan suatu ragam bentuk yang menghasilkan cetakan pada

bagian muka dan belakang beradu tepat (saling mengisi).

5. Optical Variable Ink - Hasil cetak mengkilap (glittering) yang berubah-ubah

warnanya bila dilihat dari sudut pandang berbeda.

6. Huruf Mikro - Pencetakan tulisan dalam ukuran mikro dan hanya dapat dilihat

dengan kaca pembesar.

7. Invisible Ink - Hasil cetak tidak kasat mata tetapi tampak lebih jelas memendar di

bawah sinar ultra violet.

8. Multilayer latent image/metal layer - Teknik cetak dimana dalam satu bidang

cetakan terlihat; lebih dari datu obyek gambar bila dilihat dari sudut pandang berbeda.

9. Color Window/Clear window - Pada uang kertas terdapa bagian yang terbuat dari

plastik transparan berwarna/tidak berwarna.

(8)

E.

Dampak Negatif Penggunaan Uang Palsu

Kejahatan peniruan dan pemalsuan mata uang dan uang kertas, yang kadang

disingkat dengan pemalsuan uang, adalah berupa penyerangan terhadap kepentingan

hukum atas kepercayaan terhadap uang sebagai alat pembayaran yang sah. Sebagai

alat pembayaran, kepercayaan terhadap uang harus dijamin. Kejahatan ini diadakan

(9)

berhubungan untuk melindungi masyarakat terhadap uang sebagai alat pembayaran

tersebut.

Dalam sistem hukum pidana kita, kejahatan terhadap mata uang dan uang

kertas adalah berupa kejahatan berat. Setidak-tidaknya ada 2 (dua) alasan yang

mendukung pernyataan itu, yakni:

1.

2.

Ancaman pidana maksimum pada kejahatan ini rata-rata berat. Ada 7 bentuk

rumusan kejahatan mata uang dan uang kertas dalam Bab X buku II KUHP,

dua diantaranya diancam dengan pidana penjara maksimum 15 tahun (Pasal

244 dan 245), dua dengan pidana penjara maksimum 12 tahun (Pasal 246 dan

247), satu dengan pidana penjara maksimum 6 tahun (Pasal 250). Selebihnya,

diancam dengan pidana penjara maksimum 1 (satu) tahun (Pasal 250bis) dan

maksimum pidana penjara 4 bulan dua minggu (Pasal 249).

Untuk kejahatan mengenai mata uang dan uang kertas berlaku asas

universaliteit, artinya hukum pidana Indonesia berlaku bagi setiap orang yang

melakukan kejahatan ini di luar wilayah Indonesia di manapun. (Pasal 4 sub 2

KUHP). Mengadakan kejahatan-kejahatan yang oleh Undang-undang

ditentukan berlaku asas universaliteit bukan saja berhubungan terhadap

kepentingan hukum masyarakat Indonesia dan kepentingan hukum negara RI,

juga bagi kepentingan hukum masyarakat internasional. Sebagai contoh

hukum pidana Indonesia dapat digunakan untuk menghukum seorang warga

negara asing yang memalsukan uang negaranya yang kemudian melarikan diri

ke Indonesia, di mana negara tersebut tidak mempunyai perjanjian mengenai

ekstradisi dengan Indonesia.

(10)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang tersebut dalam bab-bab diatas, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan dari pembahasan ini, yaitu :

1. Pemalsuan uang yang telah semarak dilakukan dikalangan masyarakat Indonesia

khususnya didasari atau dipicu faktor ekonomi,faktor teknologi, serta faktor lingkungan.

2. Hendaknya masyarakat mulai mendalami dan memahami ciri-ciri uang palsu,

sehingga dapat meminimalisir kejahatan uang palsu.

3. Dampak negatif dari beredarnya uang palsu dampak bagi masyarakat,

dimana hilang rasa aman pada setiap transaksi keuangan

yang terjadi sehari-hari.

B. Saran

1. Sebagai pemerintah yang bertanggung jawwab atas keamanan dan kenyamanan

bangsa Indonesia khususnya sebaiknya mulai memperhatikan dengan baik, dan

memberikan tindakan yang tegas terhadap tindak kriminal pemalsuan unag palsu

(11)

2. Masyarakat di harapkan mengetahui ciri – ciri uang palsu dan lebih teliti dalam menerima uang sehingga pada akhirnya di harapkan peredaran uang palsu semakin berkurang

C. Daftar Pustaka

Arief Barda Nawawi. 2005. Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan Dan

Pengembangan Hukum Pidana. Bandung: PT. CITRA ADITYA BAKTI.

Bosu .B. 1982. Sendi Sendi Kriminologi. Surabaya: USAHA NASIONAL.

Cazawai, Adamai. 2005. Kejahatan Mengenai Pemalsuan. Jakarta : PT.RajaGrafindo.

Dwiyatmi Sri Hartini. 2006. Pengantar Hukum Indonesia. Cet. Pertama. Bogor:Ghali

indonesia.

Hadikusuma, H. Hilman. 2010. Bahasa Hukum Indonesia. Cet. Keempat.Bandung:

Referensi

Dokumen terkait

Pengalaman langsung ( direct experience ) selama lebih dari 10 tahun di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) dalam melakukan kegiatan program konservasi tumbuhan obat

Dengan memperhatikan kondisi belajar di sekolah SMP Negeri 15 Medan tentang hasil belajar siswa di sekolah tersebut sehingga peneliti ingin memberikan solusikepada sekolah dan

Are the fringe benefit rates used to cost out timesheets within 1% of the source rates provided by System Administrators5. Are vendor invoices posted in a timely manner to the

Hasil positif pada medium litmus milk menunjukkan adanya bakteri asam laktat pada sampel, hasil positif pada medium sulfide agar menunjukkan adanya bakteri Gram

Proses eksekusi pada pembagian data secara horizontal yang dilakukan pada studi kasus ini memiliki performansi response time dan troughput yang kurang bagus

[r]

atau ubah data untuk mengubah data yang sudah diinput lalu diganti dengan data yang baru, tombol hapus untuk menghapus data yang sudah diinput, tombol view atau lihat data

Terdapat 3 cara pengumpulan data yang biasa digunakan dalam sebuah penelitian, yaitu dengan penelitian lapangan atau dengan cara menyebarkan kuisioner, selanjutnya