• Tidak ada hasil yang ditemukan

asuhan keperawatan typus abdominalis.doc (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "asuhan keperawatan typus abdominalis.doc (1)"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan Taufik, Hidayah dan Inayah-Nya kepada kita, sehingga kita masih dapat menghirup nafas keIslaman sampai sekarang ini. Shalawat dan salam semoga tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah berjuang dengan semangatnya yang begitu mulia yang telah membawa kita dari jaman Jahilliyah kepada jaman Islamiyah.

Dengan mengucap Alhamdulillah kami dapat menyusun makalah yang berjudul “ASKEP THYPUS ABDOMINALIS”. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing dalam setiap materi, tidak lupa teman-teman yang senantiasa saya banggakan yang semoga kita selalu dalam lindungan Allah serta dapat berjuang dijalan Allah SWT.

Kami menyadari tentunya makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu saya mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun tentunya. Akhirnya saya mengucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila dalam penulisan masih terdapat kalimat-kalimat yang kurang dapat dipahami agar menjadi maklum. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Parepare, 1 November 2014

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...1

DAFTAR ISI...2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang...3

B. Tujuan penulisan...5

C. Manfaat Pemulisan...5

BAB II PEMBAHASAN...6

BAB III TINJAUAN KASUS...25

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan...68

B. Saran...68

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Typhus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran.

Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem atau masalah yang serius bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang berkembang seperti halnya Indonesia yang memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi salah satuhnya Typhus Abdominalis yang di temukan sepanjang tahun. Typhus abdominalis di sebabkan oleh salmonella tyhpi . Bila salmonella tyhpi berjalan bersama makanan atau terkontaminasi, ia berserang dijaringan limfoid pada dinding usus. Aliran limfe membawa organ ini kedalam hati dan empedu.

Gejala demam tipoid atau Typhus abdominalis adalah suhu tubuh meningkat hingga 40c dengan frekuensi nadi relative lambat. Sering ada nyeri tekan di perut.

(4)

Penyebabnya adalah kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C, selain demam enterik kuman ini dapat juga menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan septikemia (tidak menyerang usus). Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak tertutup kemungkinan untuk orang muda/dewasa. Kuman ini terdapat didalam kotoran, urine manusia, dan juga pada makanan dan minuman yang tercemar kuman yang dibawa oleh lalat. Dalam masyarakat penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka, dan menyebabkan perdarahan, serta bisa pula terjadi kebocoran usus.

Di Indonesia, diperkirakan insiden demam enterik adalah 300 – 810 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Menurut hasil SKRT tahun 1986 bahwa 3 % dari seluruh kematian (50.000 kematian) disebabkan oleh demam enterik. Penyakit ini meskipun sudah dinyatakan sembuh, namun penderita belum dikatakan sembuh total karena mereka masih dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain (bersifat carrier). Pada perempuan kemungkinan untuk menjadi carrier 3 kali lebih besar dibandingkan pada laki-laki. Sumber penularan utama ialah penderita demam enterik itu sendiri dan carrier, yang mana mereka dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman Salmonella typhi dalam tinja dan tinja inilah yang merupakan sumber pencemaran.

Kuman tersebut masuk melalui saluran pencernaan, setelah berkembang biak kemudian menembus dinding usus menuju saluran limfa, masuk ke dalam pembuluh darah dalam waktu 24-72 jam. Kemudian dapat terjadi pembiakan di sistem retikuloendothelial dan menyebar kembali ke pembuluh darah yang kemudian menimbulkan berbagai gejala klinis.

(5)

B. Tujuan

Penulisan dalam makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pencegahan dan pengobatan penyakit Thypus tersebut. Serta dapat mengetahui apa- apa saja yang menjadi dasar dari penyebab penyakit Thypus ini.

C. Manfaat

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN TYPHOID ABDOMINALIS

1. Pengertian

a. Demam tyfoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifatdifus, pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus peyer di distal ileum (Soegeng Soegijanto, 2002).

b. Typus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi, kadang-kadang pembesaran hati/limpa/atau keduanya.

c. Typoid adalah suatu penyakitpada usus yang menimbulkan gejal-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typosa, salmonellatype A,B,C penularan terjadi secara pecal, oral, melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief. M, 2009). (http://pend.amanah-unik_blogspot.com/2007/08/typus abdominalis.html)

2. Etiologi

Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasive yang ditandai oleh demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi, diare. Etiologi tipoid dan paratyphoid adalah S.typhi, S. Paratyhpi A, S. Paratyhpi B, S. Paratyhpi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 2007), yaitu :

a. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu : Antigen O (somatic, terdiri dari zat komplek liopolisakarida), Antigen H (flagella), Antigen V1 dan protein membrane hialin.

(7)

c. Faces dan urine dari penderita thypus (Rahmat Juwono, 2006)

(http://pend.amanah-unik_blogspot.com/2007/08/typus abdominalis.html) 3. Patologi

Pada dasarnya tyipus abdominalis merupakan penyakit system retikuloendotelial yang menunjukkan diri terutama pada jaringan limfusus, limpa, hati, dan sum-sum tulang. Di usus, jaringan limf terletak antemesenterian pada dindingnya, dan dinamai plakat Peyer*.

Usus yang terserang tifus umumnya ileum terminale, tetapi kadang bagian lain ussu halus dan kolon proksimal juga dihinggapi. Pada permulaan plakat peyer penuh dengan fagosit, membesar, menonjol, dan tampak seperti infiltrate atau hyperplasia di mukosa usus. Pada akhir minggu pertama infeksi terjadi nekrosis dan tukak. Tukak ini lebih besar di ileum daripada di kolon sesuai dengan ukuran plakat Peyer yang ada disana. Kebanyakan tukaknya dangkal, tapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan pendarahan. Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa. Setelah penderita sembuh biasanya ulkus membaik tanpa menimbulkan jaringan parut dan fibrosis.

(8)

Otot jantung membengkak dan menjadi melunak serta memberikan gambaran miokarditis. Biasanya tekanan darah turun dengan nadi lambat (bradikardia relative) akibat miokarditis tersebut. Vena sering mengalami thrombosis terutama v.femoralis, v.safena, dan sinus di otak. Otot lurik dapat mengalami degenerasi Zenker* berupa hilangnya striae transversals disertai pembengkakan otot. Otot yang sering terserang adalah otot diafragma, m.rektus abdomis, dan otot paha. Ini yang mendasari kelemahan otot pada penderita.toksin di otot dapat juga menyebabkan rupture spontan disertai pendarahan local. Infeksi sekunder kemudian menyebabkan abses di otot bersangkutan.

Tulang dapat menunjukkan lesi supuratif berupa abses. Osteomielitis itu dapat berlangsung sampai bertahun-tahun. Yang paling sering terkena adalah tibia, sternum, iga, dan ruas tulang belakang. Pada demam tifoid sering didapat gambaran piogenik disertai adanya basil tifus yang hidup darah. Ifeksi disumsum tulang dapat ditunjukkan dengan gambaran leokopenia disertai dihilangnya sel polimorfonuklear dan eosinofil, dan bertambahnya sel mononuclear.

(9)

4. Patofisiologi

Penyakit typhoid disebabkan oleh basil Salmonella typhosa. Penularan dapat terjadi melalui mulut lewat makanan yang tercemar kemudian kuman mengadakanpenetrasi ke usu halus dan jaringan limfoid dan berkembang biak.

Selanjutnya kuman masuk ke aliran darah dan mencapai retikuloendoteal pada hati dan limpa, sehingga organ-organ tersebut membesar disertai rasa nyeri pada perabaan.

Proses ini terjadi pada masa tunas 10-14 hari dan berakhir saat sel-sel retikuloendoteal melepaskan kuman ke dalam darah. Kuman-kuman selanjutnya ke dalam beberapa organ-organ tubuhterutama kelenjar lymphoid usus halus dan menimbulkan tukak yang berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak pejeri. Tukak dapat menyebabkan terjadinya pendarahan dan perforasi usus.

5. Manifestasi Klinik

Gejala klinik yang pertama timbul disebabkan oleh bakteremia yang mengakibatkan gejala toksis umum seperti letargi, sakit kepala, demam, dan beradikardia.

Selanjutnya gejala disebabkan oleh gangguan sistem retikulo endothelial, umpanya kelainan hematologi, gangguan faal hati dan nyeri diperut. Kelompok gejala lainnya disebabkan oleh komplikasi seperti ulserasi di usus dengan penyakitnya.

Masa tunas biasanya 5 sampai 14 hari, tetapi dapat sampai 5 minggu. Pada kasus ringan dan sedang, penyakit biasanya berlangsung 4 minggu. Timbulnya berangsur, mulai dengan tanda malaise, anoreksia, nyeri kepala, nyeri seluruh badang, letargi, dan demam. Demam ini tidak selalu khas, kadang mirip dengan demam pada influenza .

(10)

tidak enak atau nyeri diperut. Konstifasi sering ada, tetapi diare juga sering ditemukan.

Kelainan maskulopapural berupa roseola berdiameter 2-5 mm terdapat pada kulit perut bagian atas dan dada bagian bawah. Kelainan yang berjumlah kurang lebih 20 buah ini hanya tampak selama 2-4 hari pada minggu pertama.

Pada minggu kedua demam umumnya menetap tinggi (demam kontinu) dan penderita tampak sakit berat. Perut tampak distensi dan terdapat gangguan sistem pencernaan. Diare dapat mulai, kadang disertai perdarahan saluran cerna. Keadaan berat ini berlangsung sampai dengan minggu ketiga. Selain alergi penderita mengallami delirium bahkan sampai koma akibat endotoksemia. Pada minggu ketiga ini tampak gejala fisik lain berupa bradikardia relatif dengan limpa membesar lunak.

Perbaikan dapat mulai terjadi pada akhir minggu ketiga dengan suhu badan menurun dan keadaan umum tampak baik.

Tifus abdominalis dapat kambuh satu sampai dua minggu setelah demam hilang. Kambuhan ini dapat ringan saja, tetapi dapat berat, dan mungkin terjadi dua atau tiga kali.

Gambaran klinik yang biasa ditemukan adalah: a. Demam

Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat remiten dan suhu tinggi sekali selama minggu pertama, suhu badan berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore hari dan malam hari. Dalam minggu kedua pasienterus berada dalam keadaan demam,pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normalkembali.

b. Gangguan pada saluran pencernaan

(11)

nyeri palpasi. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.

c. Gangguan kesadaran umum

Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berada dalam kondisi apatis, sampa samnolen jarang terjadi stupor, koma, atau gelisah (kecualipenyakit berat dan terlambat mendapat pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit, yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula bradikardi dan epistaksis (mimisan) pada anak besar.

6. Komplikasi

Dapat terjadi pada:

a. Usus halus,umumnya jarang terjadi akan tetapi sering total yaitu:

1) Pendarahan usus, bila pendarahan hanya sedikit ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin.jika pendarahan banyak terjadi melena, dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan. 2) Perporasi usus, timbil biasanya pada minggu ketigaatau setelah itu

terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertaiperitonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum. Yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara di antara hati dan diafragma pada foto abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

3) Peritonitis, biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitunyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang dan nyeri tekan.

(12)

7. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan darah tepi:dapat ditemukan leukopenia, limfositosis relatif, aneosinofilia, trombositopenia, anemia.

b. Biakan empedu: basil salmonella typhi ditemukan dalam darah penderita biasanya dalam minggu pertama sakit.

c. Uji widal: adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan thypoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu:

 Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).

 Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).

 Aglutini Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

d. Pemeriksaan SGOPT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

8. Penatalaksanaan

Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu: a. Pemberian antibiotik ; untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran

(13)

a) Kloramfenikol ; dosis hari pertama 4X250 mg, hari kedua 4X500 mg, diberikan selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4X250 mg selama 5 hari kemudian. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk. Di RSUP Persahabatan), penggunaan klomfenikol msih memperlihatkan hasil penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat-obat terbaru dari jenis kuinolon.

b) Ampisilin/amoksisilin ; dosis 50-150 mg/kg/BB, diberikan selama 2 minggu.

c) Kotrimoksazol ; 2X2 tablet (1 tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol-80 mg trimetoprim, diberikan selama dua minggu pula.

d) Sefalosporin generasi II dan III dapat berhasil mengatsi demam dengan baik. Demam pada umumnya mereda pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4. Regimen yang dipakai adalah:

- Seftriakson 4 g/hari selama 3 hari.

- Norfloksasin 2 X 400 mg/hari selama 14 hari. - Siprofloksasin 2 X 500 mg/hari selama 6 hari. - Ofloksasin 600 mg/hari selama 7 hari.

- Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari. - Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari. b. Istirahat dan perawatan professional

(14)

c. Diet dan terapi penunjang (simtomatis dan suporatif).

Pertama pasien diberi diet bubur saring, kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan pasien. Namun bebrapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayur dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman. Juga diperlukan pemberian vitamin dan mineral yang cukup untuk mendukung keadaan umum pasien. Diharapkan dengan menjaga keseimbangan dan hemoestasis, sistem imun akan tetap berfungsi dengan optimal.

Pada kasus perforasi intestinal dan renjatan septik diperlukan perawatan intensif dengan nutrisi parenteral total. Spektrum antibiotik maupun kombinasi bebrapa obat yang bekerja secara sinergis dapat dipertimbangkan. Kortikosteroid selalu perlu diberikan pada renjatan septik. Prognosis tidak begitu baik pada kedua keadaan di atas.

Namun berbeda dengan pengobatan pada penderita demam tifoid yaitu untuk wanita hamil. Tidak semua antibiotik dapat diberikan. Kloramfenikol tidak boleh diberikan pada trimister ketiga kehamilan, karena dapat menyebabkan partus prematur, kematian fetus intrauterin, dan sindrom Gray pada neonatus. Demikian pula dengan tiamfenikol yang mempunyai efek teratogenik terhadap fetus. Namun pada kehamilan lebih lanjut tiamfenikol dapat diberikan. Selain itu, kotrimoksazol dan fluorokuinolon juga tidak boleh diberikan.

Antibiotik yang aman bagi kehamilan adaah golongan penisil (ampisin, amoksisilin), dan sefalosporin generasi ketiga, kecuali pasien yang hipersensitif terhadap obat tersebut.

9. Konsep Asuhan Keperawatan: 1) Pengkajian:

(15)

Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no.registrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal MR.

b. Keluhan Utama

Pada pasien typhoid biasanya mengeluh perut mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas, dan demam.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada umumnya penyakit pada pasien Typhoid adalah demam, anoreksia, mual, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemia), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.

d. Riwayat Kesehatan dahulu

Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit dan dirawat dengan yang sama, atau apakah menderita penyakit lainnya.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita yang sama atau sakit yang lainnya.

f. Riwayat Psikososial

Intrapersonal: perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih). Interpersonal: hubungan dengan orang lain.

g. Pola fungsi kesehatan

 Pola nutrisi dan metabolism

Biasanya nafsu makan klien berkurang, adanya mua, muntah selama sakit, lidah kotor, dan terasa pahit waktu makan sehingga dapat memepengaruhi status nutrisi berubah karena terjadi gangguan pada usus halus.

 Pola istirahat dan tidur

(16)

 Pola persepsi dan tatalaksana kesehatan

Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.

 Pola aktifitas dan latihan

Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.

 Pola eliminasi

Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi referensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan tidak sesuai dengan kebutuhan.

 Pola reproduksi dan seksual

Mengalami perubahan pada pasien yang telah menikah.

 Pola persepsi dan pengetahuan

Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan memengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.

 Pola persepsi dan konsep diri

Di dalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.

 Pola penanggulangan stress

Stress timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.

 Pola hubungan interpersonal

Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap berhubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.

 Pola tata nilai dan kepercayaan

(17)

h. Pemeriksaan Fisik

 Kesadaran dan keadaan umum pasien

Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar (composmentis - coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.

 Tanda - tanda vital dan keadaan umum

TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien. Disamping itu juga

penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat

dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan. Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.

 Kepala dan leher

Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

 Dada dan abdomen

Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.

 Sistem respirasi

Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.

 Sistem kardiovaskuler

Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.

(18)

Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.

 Sistem eliminasi

Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.

 Sistem muskuloskoletal

Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.

 Sistem endokrin

Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar tiroid dan tonsil.

 Sistem persyarafan

Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.

2) Diagnosa Keperawatan

 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhii

 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,

 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik.

 Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (mual/muntah).

 Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pencernaan.

(19)

 Resiko integritas kulit berhubungan dengan program terapi bedrest total.

 Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi.

3) Intervensi

Diagnosa Keperawatan 1 : Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi salmonella thypi.

Tujuan : Suhu tubuh normal Intervensi :

• Observasi suhu tubuh klien

R/ mengetahui perubahan suhu tubuh.

• Beri kompres dengan air hangat pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas

R/ melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.

• Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat seperti katun

R/ menjaga kebersihan badan, agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh

• Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh.

R/ klien dan keluarga mengetahui sebab dari peningkatan suhu dan membantu mengurangi kecemasan yang timbul.

• Observasi TTV tiap 4 jam sekali.

R/ tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.

• Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum.

R/ peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak (2,5 liter / 24 jam).

(20)

R/ menurunkan panas dengan obat.

Diagnosa Keperawatan 2. : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,

Tujuan : Nutrisi kebutuhan tubuh terpenuhi. Kriteria hasil :

- Nafsu makan meningkat

- Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan

Intervensi :

• Kaji pola nutrisi klien

R/ mengetahui pola makan, kebiasaan makan, keteraturan waktu makan. • Kaji makan yang di sukai dan tidak disukai

R/ meningkatkan status makanan yang disukai dan menghindari pemberian makan yang tidak disukai.

• Anjurkan tirah baring / pembatasan aktivitas selama fase akut R/ penghematan tenaga, mengurangi kerja tubuh.

• Timbang berat badan tiap hari

R/ mengetahui adanya penurunan atau kenaikan berat badan. • Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.

R/ mengurangi kerja usus, menghindari kebosanan makan. • Hindari pemberian laksatif.

R/ penggunaannya berakibat buruk karena digunakan sebagai pembersih makanan/kalori tubuh oleh pasien.

• Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi. R/ untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat.

• Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat, tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat masih hangat.

(21)

• Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan nutrisi parenteral.

R/ antasida mengurangi rasa mual dan muntah. Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi per oral sangat kurang.

• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet

R/ mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan makanan yang tidak boleh dikonsumsi.

Diagnosa keperawatan 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik.

Tujuan : Pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) optimal.

Intervensi :

• Beri motivasi pada pasien dan keluarga untuk melakukan mobilisasi sebatas kemampuan (mis : Miring kanan, miring kiri).

R/ pasien dan keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi pasien yang bedrest.

• Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas (makan, minum). R/ untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi. • Dekatkan keperluan pasien dalam jangkauannya.

R/ untuk mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas.

• Berikan latihan mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang. R/ untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah adanya dekubitus.

Diagnosa Keperawatan 4 : Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan (mual/muntah).

Tujuan : Kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi.

(22)

• Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga.

R/ untuk mempermudah pemberian cairan (minum) pada pasien. • Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan.

R/ untuk mengetahui keseimbangan cairan, 2,5 liter / 24 jam. • Anjurkan pasien untuk banyak minum.

R/ untuk pemenuhan kebutuhan cairan.

• Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretik.

R/ membantu pasien menerima perasaan bahwa akibat muntah dan/atau penggunaan laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan lanjut.

• Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral / parenteral).

R/ untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi (secara parenteral).

Diagnosa Keperawatan 5 : Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pencernaan.

Tujuan : Nyeri tidak dirasakan.

Kriteria hasil : Individu akan menyampaikan kepuasan setelah tindakan pereda nyeri diberikan.

Intervensi :

• Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0 – 10). R/ membantu diagnosa keluhan nyeri.

• Kaji faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri. R/ membantu menegakkan diagnosa dan kebutuhan terapi. • Kolaborasi dalam pemberian obat yang diresepkan (analgesik) R/ menghilangkan nyeri.

Diagnosa Keperawatan 6 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun.

(23)

Kriteria hasil : Individu dapat menyebutkan faktor resiko yang berkaitan dengan infeksi dan kewaspadaan yang dibutuhkan.

Intervensi :

• Kaji adanya faktor prediktif.

R/ Faktor prediktif adalah factor terkontrol yang sudah teridentifikasi mampu meningkatkan resiko infeksi dan menurunkan pertahanan hospes. • Kaji adanya faktor penyulit.

R/ faktor penyulit dapat memperbesar resiko infeksi. • Kurangi masuknya kuman ke dalam tubuh.

R/ mengurangi kontaminasi resiko infeksi silang.

Diagnosa Keperawatan 7 : Resiko integritas kulit berhubungan dengan program terapi bedrest total.

Tujuan : Mencegah terjadinya gangguan integritas kulit.

Kriteria hasil : Individu dapat mempertahankan kebersihan kulit ( personal hygiene)

Intervensi :

• Kaji faktor penyebab.

R/ menetapkan terapi yang dapat dilakukan.

• Beri kesempatan klien beradaptasi dalam aktivitas perawatan diri. R/ Meningkatkan kemampuan klien dalam aktivitas perawatan diri. • Observasi tanda-tanda gangguan integritas kulit.

R/ Melindungi klien dari resiko integritas kulit.

• Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk mempertahankan aktivitas.

R/ Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dan mencegah tekanan lama pada jaringan.

Diagnosa Keperawatan 8 : Kurangnya pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi

(24)

Intervensi :

• Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya R/ Mengetahui apa yang diketahui pasien tentang penyakitnya. • Beri pendidikan kesehatan tentang penyakit dan perawatan pasien

R/ pasien tahu tata laksana penyakit, perawatan dan pencegahan penyakit typhoid.

• Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada yang belum dimengerti

R/ Mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga pasien setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya.

• Beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat

(25)

BAB III

TINJAUN KASUS

A. PENGKAJIAN a. Identitas klien

Nama : TN “A”

Umur : 59 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia Status perkawinan : Kawin

Pendidikan : D III

Pekerjaan : Guru

Alamat : Ujung Lero Pinrang

b. Identitas Penanggung

Nama : NY “N”

Umur : 50 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

(26)

Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia Status perkawinan : Kawin

Pendidikan : SMU

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Ujung Lero Pinrang

Hubungan dengan klien : istri

2. Keluhan Utama Demam

- Riwayat keluhan utama :

klien mengalami demam sejak 2 minggu yang lalu. Klien minum obat penurun demam tapi tidak ada perubahan. Akhirnya keluarga membawanya ke rumah sakit dan dokter memutuskan untuk di opname.

- Sifat keluhan : terus menerus

- Lokasi dan penyebarannya : Seluruh tubuh. - Hal-hal yang meringankan : Pada saat istirahat. - Hal-hal yang memberatkan pada saat beraktivitas.

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

(27)

untuk mendapatkan perawatan dan perawatan yang intensif, kondisi klien saat dikaji klien demam, kadang mual dan muntah.

P (Provokasi) : Demam disebabkan infeksi pada usus halus Q (Qualitatif) : Remitten

R (Regio) : Seluruh tubuh S (Skala) : Suhu tubuh 48 oC

T (Time) : Demam , sejak 22 Juni 2006

b. Riwayat Kesehatan lalu klien

- Tidak pernah menderita penyakit yang sama

- Klien tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya - Tidak ada riwayat alegi dan trasfusi

(28)

c. Riwayat kesehatan keluarga Genogram

GI

GII

GIII

GIV

Keterangan :

: Laki – laki : Perempuan : Klien : Meninggal : Garis keturunan --- : Tinggal serumah

GI : Meninggal karena usia lanjut GII : Meninggal karena faktor ketuaan

GIII : Meninggal karena penyakit yang tidak diketahui

GIV : 1,2,3,4, meninggal karena prematur, penyakit paru – paru dan kecelakaan

35

50 65

67 5

9

29 3

(29)

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : KU nampak lemah b.Kesadaran : Composmentis c.Tanda-tanda vital:

T: 120/60 mmHg N : 84 x/menit S : 40 °C P : 20 x/menit d. Kepala

Inspeksi : - keadaan kulit kepala : bersih,tidak ada ketombe - Penyebaran rambut merata

- Warna Putih - Tidak ada alopesia Palpasi : - tidak teraba adanya massa

-. Nyeri tekan tidak ada e. Muka

Inspeksi : - Bentuk wajah Lonjong

-. Wajah simetris kiri dan kanan - tidak ada pergerakan abnormal - ekspresi wajah meringis - wajah Nampak merah Palpasi : - tidak teraba adanya massa

-Nyeri tekan tidak ada f. Mata

Inspeksi : - Matasimetris kiri dan kanan - Palpedra tidak Oedema - Konjuntiva tidak pucat - Sklera tidak ictrus - Pupil isokor

(30)

g. Hidung

Inspeksi : - Lubang hidung simetris kiri dan kanan - Tidak nampaknya adanya pembesaran polip - Sekret tidak ada

Palpasi : - Tidak teraba adanya massa -. Nyeri tekan tidak ada h. Telinga

Inspeksi : - Aurikula simetris kiri dan kanan

- Meatus akustikus ekstermus nampak bersih - tidak ada serumen

- Tidak memakai bantu pendengar Palpasi : - Tidak teraba adanya massa

- Nyeri tekan tidak ada i. Rongga Mulut

Inspeksi :

a. Gigi : - Gigi nampak bersih - Tidak ada caries gigi - Jumlah gigi lengkap

b. Gusi : - Gusi nampak merah mudah

- Tidak nampak tanda-tanda perdarahan dan peradangan c. Lidah : - Lidah nampak kotor

- Tidak nampak tanda-tanda perdarahan dan peradangan d. Mulut : - Mukosa mulut kering

- Tidak ada sianosis j. Leher

Inspeksi : - Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar tiroid - Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar limfa - Tidak nampak adanya pelebaran vena jugularis Palpasi : - Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid

(31)

- Tidak ada nyeri tekan k. Toraks dan pernapasan

Inspeksi : - Bentuk dada normal chest - Frekuensi nafas 20 x/ mnt - Irama teratur

Palpasi : - Tidak ada nyeri tekan - Tidak teraba adanya massa

- Vokal premitus teraba dikedua paru Perkusi : - sonor pada semua lapang paru

Auskultasi : - Terdengar vesikuler di semua lapang paru - Tidak terdengar adanya bunyi tambahan l. Jantung

Inspeksi : - Ictus kordis tidak nampak

- Tidak nampak adanya pembesaran jantung Palpasi : - Tidak ada nyeri tekan

- Tidak ada pembesaran jantung

Auskultasi : - Bunyi jantung I : LUB pada ics 4 dan 5

- Bunyi jantung II : DUB pada ics 2 kiri dan kanan - Tidak ada bunyi tambahan

m. Abdomen

Inspeksi : - Tidak tampak adanya luka bekas operasi - Tidak tampak adanya distensi abdomen - Perut tampak datar, umbilikus tidak menonjol Palpasi : - Nyeri tekan pada kuadran kanan

- Tidak teraba adanya pembesaran hepar - Tidak teraba adanya massa

Perkusi : - Suara perkusi tympani

Auskultasi : - Peristaltik usus 3 kali /menit

- Tidak terdengar adanya bising aorta n. Genetalia dan anus

(32)

o. Ekstremitas

Atas : - Kedua lengan simetris kiri dan kanan - Kekuatan otot kiri dan kanan nilai 4

- Terpasang infus di lengan kanan dengan RL 20 tts/ mnt Bawah : - Kedua tungkai simetris kiri dan kanan

- Kekuatan otot kiri dan kanan nilai 4 p. Status Neurologi

1. Nervus I ( Olfaktorius ) : mampu mebedakan bau-bauan 2. Nervus II ( Optikus ) : lapang pandang 90’C

3. Nervus III ( Okulomotoris ) : IV (Troklearis) VI (Abdusens) : pupil isikor, refleks kornea baik, gerakan bola mata kesegala arah

4. Nervus V (Trigeminus) : Pergerakan otot messeter saat mengunyahbaik, dapat merasakan goresan kapas

5. Nervus VII (fasialis) : mampu tersenyum, mengangkat alis, mengerutkan dahi, mengembangkan pipih

6. Nervus VII (Auditorius) : fungsi pendengaran baik 7. Nervus IX (Glassofarineus) : fungsi pengecapan baik 8. Nervus X (Vagus) : refleks menelan baik

9. Nervus XI (Assesorius) : dapat menahan tekanan saat disuruh menoleh, dan dapat menahan bahu

10. Nervus XII (Hypogiosus) : gerakan lidah baik 5. Pola Kegiatan Sehari-hari

a. Nutrisi N

O KEBIASAAN SBELUM SAKIT SELAMA SAKIT

1

Nasi, lauk, sayur dan buah

3 x sehari porsi Tidak dihabiskan Kurang

(33)

b. Cairan N

O KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT

1

O KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT

1

O KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT

1

d. Istirahat Tidur NO

(34)

1. e. Personal Hygiene

NO

. KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT

1.

2 kali sehari 2 kali sehari 2 kali seminggu

2 kali sehari

1 x sehari (diwaslap) 1 x sehari

-1 x sehari

f. Olahraga dan Rekreasi

Sebelum sakit : Klien kadang jalan – jalan pagi dan berkunjung kerumah keluarga dihari libur

Selama sakit : pasien bedrest.

6. Riwayat Psikososial a. Interaksi sosial

1. Klien berinteraksi dengan baik terhadap keluarga, perawat dan tim kesehatan lainnya

2. Orang terdekat dengan klien adalah istrinya b. Riwayat spiritual

1. Klien menganut agama islam dan percaya kepada Allah SWT 2. Klien menganggap penyakitnya adalah cobaan dari Allah SWT 3. Klien kadang mengikuti pengajian di daerahnya

4. Selama sakit klien selalu berdoa c. Riwayat psikologi

(35)

2. Pola kognitif : klien dapat berinteraksi dengan baik, klien mampu mengenal perawat, dokter dan tim kesehatan lainnnya.

3. Pola koping : bila ada masalah klien membicarakan dengan istrinya 4. Pola interaksi : hubungan dengan keluarga, perawat, dan tim kesehatan

lainnya baik.

7. Pemeriksaan Diangnostik Laboraturium

HB : 12,1 Lg/dl (12,0 – 18,0) LED : 70 mm/jam (< 15 mm/jam) SGOT : 42 mg/dl ( < 37 (37oC) SGPT : 34 mg/dl (< 40 (37oC) UMUM : 62,0 mg/dl (10 – 50 ) KREATININ : 1,4 mg/dl (0,6 – 1,1)

Wdal

- Titer O : -- Titer H : 1/80 - Titer AH : 1/60 - Titer BH : -8. Perawatan dan Pengobatan

a. Perawatan 1. Isolasi 2. Bedrest

3. Observasi TTV

4. Diet bubur sering TKPT b. Pengobatan

(36)

5. Propiretik 3 x 1 6. Dulcolax supposituria B. DATA FOKUS ( CP.IA )

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

- Klien mengatakan badannya panas

- Klien mengeluh lemah - Klien mengeluh nyeri pada

bagian perut

- Klien mengeluh kurang nafsu makan

- Klien mengatakan kadang mual dan muntah

- Klien mengatakan susah untuk BAB

- Klien mengatakan belum pernah BAB, sejak 3 hari yang lalu

- Klien mengatakan aktivitasnya dibantu oleh keluarga

- KU lemah

- Badan klien teraba panas - Mukosa bibir kering - Lidah kotor

- Klien nampak pucat

- Porsi makan tidak dihabiskan - Peristaltik usus 3 x/menit - Nyeri tekan pada abdomen

kuadran kanan

- Ekspresi wajah meringis - Kebutuhan nampak dilayani

di tempat tidur - Tonus otot nilai 4 - Tanda – tanda vital

TD : 160/80 mmHg N : 84 x/menit P : 20 x/menit S : 40oC

(37)

C. ANALISA DATA (CP.I.B)

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 - Klien mengeluh

sakit kepala - Klien mengeluh

lemah

DO :

- Badannya klien teraba panas - Mukosa bibir

kering - Lidah kotor - TTV : S : 40 o C

DS :

- klien mengeluh kurang nafsu makan - klien mengatakan

Intoksin salmonella thyposa ↓

Masuk ke dalam usus ↓

Masuk ke dalam aliran darah ↓

Bakteri melepas endotoksin ↓

Peradangan di usus halus ↓

Masuk ke dalam darah dan menuju ke otak

Mengeluarkan zat pirogen ↓

Suhu badan meningkat ↓

Hipertermi ↓

Peningkatan suhu tubuh

Peradangan di usus halus ↓

(38)

3

4

kadang mual dan muntah

- klien mengatakan S.U.H

DO:

- klien Nampak lemah

- porsi makan tidak dihabiskan

- lidah kotor - mukosa bibir kering

DS :

-Klien mengeluh nyeri pada bagian perut.

DO : - KU lemah

- Nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan

- Ekspresi wajah meringis

-klien tempak pucat -TTV

TD :200/60 mmHg N :42x/mnt

DS:

-Klien mengatakan

Merangsang nervus vagus ↓

Sekresi asam lambung meningkat

↓ Intake kurang

Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

Peradangan di usus halus ↓

Kerusakan mukosa usus halus ↓

Sistem saraf Pusat ↓

Persepsi nyeri ↓

Gangguan rasa nyaman nyeri

Infeksi pada usus halus

Gangguan Rasa nyaman Nyeri

(39)

5

susah untuk BAB sejak 3 hari yang

-klien mengeluh lemah

-Klien mengatakan aktifitasnya hanya di bantu

DO:

KU Lemah -klien nampak bedres

-Kebutuhan nampak dilayani ditempat tidur

-Tonus otot nilai 4

Suhu tubuh meningkat ↓

Peningkatan reabsorbsi cairan di usus menurun

Molitik usus menurun ↓

Masuk kedalam darah ↓

Mempengaruh kerja organ tubuh

Metabolisme glukosa terganggu

Pemberian ATP dan ADP Terganggu

Energi berkurang /penurunan tonus otot

BAB

(40)

6 DS :

Klien mengatakan kadang mual dan muntah

DO

-Mukosa bibir TTV

Suhu 40Oc

-Klien nampak pucat -Klien mual dan muntah

Kelemahan ↓

Intolerancy avtivity

Infeksi usus halus ↓

Merangang nerfus fagus ↓

Sekresi asam lambung meningkat

Mual dan muntah ↓

Anorexia ↓ Intake kurang

Resiko kekurangan cairan

(41)

D.DATA KEPERAWATAN (CP.II) N

O

MASALAH DIAGNOSA TGL DITEMUKAN TGL TERATASI

1

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi pada usus halus

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

Gangguan rasa nyeri

berhubungan dengan mukosa usus halus

Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan peradangan pada usus halus Intoleran activity

berhubungan dengan kelemahan fisik

03 Juli 2006

03 Juli 2006

03 Juli 2006

03 Juli 2006

03 Juli 2006

03 Juli 2006

07 Juli 2006

06 Juli 2006

06 Juli 2006

07 Juli 2006

07 Juli 2006

(42)

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (CP.III)

NO DIAGNOSA/DATA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi di usus halus, ditandai dengan : DS :

- Klien mengatakan badannya panas - Klien mengeluh sakit

kepala

- Klien mengeluh lemah DO :

- Badan klien teraba panas - Mukosa bibir kering - Lidah kotor

- TTV : S= 40`C

Suhu tubuh dalam batas normal dengan criteria :

- Bibir lembab - Lidah bersih - Klien tidak

mengeluh sakit kepala

- KU baik

1. Observasi TTV terutama suhu tubuh setiap 2 jam

2. Kompres air hangat di dahi dan axial

3. Beri asupan minum yang adekuat

4. Anjurkan klien untuk bedrest

1. Suhu tubuh dapat menunjukkan proses infeksi berat atau ringan dalam pola demam sehingga menjadi indikatorperkembangan penyakit dan dapat menentukan intervensi selanjutnya

2. Kompres air hangat dapat membantu menurunkan demam 3. Peningkatan suhu tubuh

menimbulkan penguapan yang bangak sehingga membantu menurunkan panas

(43)

2 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah, ditandai dengan :

DS :

Klien mengatakan kadang mual dan muntah

DO :

- mukosa bibir kering - klien nampak pucat

Kekurangan volume cairan tidak terjadi, dengan kriteria : -TTV :

S : 36°C -37°C T : 120/60 x/mnt N : 80 x/mnt -Bibir lembab -Klien tidak pucat -Klien tidak mual

5. Ganti baju klien dengan pakaian tipis dan menyerap keringat 6. Penatalaksanaan

pemberian : -Antipiretik -Antibiotic -Cairan parental

1. Pantau intake dan output klien

2. Observasi TTV : Tensi,nadi suhu

3. Berikan kompres air hangat pada dahi dan axilla

5. Agar tidak menahan pengeluaran panas secara konveksi

6. Untuk membantu : -menurunkan suhu tubuh -mencegah infeksi

-mengganti cairan secara cepat akibat evaporasi

1. Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan pedoman untuk penggantian cairan

2. Hypotensi,tahikardi,dea=mam dapat menunjukan respon tubuh atau efek

(44)

3

- TTV : S : 40°C

T : 130/90 mmHg

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan

kerusakan mukosa usus halus ditandai dengan :

DS :

Klien mengeluh nyeri pada bagian perut

DO :

- KU lemah

- Nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan

- Klien tampak pucat - Ekspresi wajah meringis

dan muntah

Gangguan rasa nyaman nyeri teratasi dengan criteria :

- Klien melaporkan nyeri hilang - Ekspresi wajah

rileks - TTV: T, N

dalam batas normal

4. Anjurkan klien untuk banyak minum 5. Penatalaksanaan

pemberian cairan intravena

1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan intensitas

2. Kaji ulang factor yang memperkuat nyeri

3. Ajarkan teknik relaksasi

4. Mengganti cairan yang keluar melalui evaporasi

5. Mempertahankan keadekutan volume cairan dengan cepat

1. Untuk mengetahui sejauh mana nyeri yang dirasakan sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya

2. Dapat menunjukkan dengan tepat pencetus/factor yang memperberat dan mengidentifikasi hasil

terjadinya komplikasi

(45)

4

- TTV :

T= 130/90 mmHg N= 88x/mt

Pemenuhan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan : DS :

- Klien mengeluh kurang nafsu makan

- Klien mengatakan kadang mual dan muntah

DO :

- KU lemah

Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan criteria :

4. Beri tindakan kenyamanan untuk mengurangi nyeri, mis : massage punggung dan rubah posisi

5. Penatalaksanaan pemberian analgetik

1. Kaji pola makan klien

2. Beri bubur saring TKTP

3. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering

4. Meningkatkan relaksasi dan memfokuskan kembali perhatian

5. Analgetik dapat mengurangi nyeri

1. untuk mengetahui kebiasaan makan klien sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya 2. untuk memenuhi nutrisi tubuh dan

menghindari komplikasi pendarahan

(46)

5

- Porsi makan tidak dihabiskan

- Lidah kotor

- Mukosa bibir kering

Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan peradangan pada usus halus ditandai dengan :

DS :

- Klien mengeluh lemas - Klien mengetakan susah

Kebutuhan eliminasi terpenuhi dengan criteria :

- Klien melaporkan sudah BAB - Peristaltic usus

4. Anjurkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan 5. Jelaskan tentang

pentingnya makanan untuk proses

penyembuhan

6. Pentalaksanaan pemberian suplemen vitamin

1. Kaji pola eliminasi BAB klien

2. Auskultasi peristaltic usus setiap 6 jam 3. Anjurkan makan

makanan yang berserat

4. Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan

5. Agar klien dan keluarga mengetahui bahwa makanan penting untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi serta membantu penyembuhan

6. Suplemen vitamin untuk memenuhi kebutuhan dan menambah nafsu makan

1. Dengan mengetahui kebiasaan eliminasi BAB sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya 2. Peristaltic yang kuat menunjukkan

rangsangan

(47)

6

untuk BAB

- Klien mengeluh tidak pernah BAB sejak 3 hari yang lalu

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan :

DS :

- Klien mengeluh lemas - Klien mengatakan

aktivitasnya dibantu DO :

- KU lemah

- Klien nampak bedrest - Kebutuhan klien

nampak dilayani di

dalam keadaan normal 5-35x/mt - KU baik

Kebutuhan aktifitas terpenuhi dengan criteria :

- KU baik - Klien dapat

melakukan aktifitas secara mandiri

- Tonus otot 5

4. Anjurkan untuk mobilisasi secara bertahap sesuai indikasi

5. Penatalaksanaan pemberian laktasil

1. Kaji kemampuan pola klien beraktivitas

2. Libatkan keluarga dan pasien dalam

merencanakan

pemenuhan kebutuhan klien

3. Dekatkan barang dan alat kebutuhan klien di tempat yang mudah

4. Agar ada pergerakan sehingga ada relaksasi otot

5. Laktasil sebagai perangsang keluarnya feces

1. Untuk mengetahui kemampuan aktivitas yang dimiliki sehingga dapat menentukan intervensi selanjutnya

2. Agar keluarga dank lien dapat bekerja sama dengan baik untuk tujuan yang direncanakan

(48)

tempat tidur - Tonus otot nilai 4

dijangkau.

4. Bantu klien libatkan keluarga dalam personal hygiene 5. Anjurkan pada klien

untuk tidak melakukan aktivitas yang

berlebihan.

4. Agar kebutuhan klien terpenuhi dan klien merasa diperhatikan..

(49)

F. CATATAN TINDAKAN (CP.IV)

HARI/TGL NO.D

X JAM TINDAKAN KEPERAWATAN

PEMBERI

1. Mengobservasi TTV terutama suhu tubuh tiap 2 jam

Hasil : S : 40°C

2. Memberikan kompres hangat pada dahi dan axilla

3. Memberikan asupan minum yang adekuat

Hasil : klien minum air putih 1 x ¼ gelas

4. Menganjurkan klien untuk bedrest

Hasil : klien istirahat di tempat tidur

5. Menganjurkan klien memakai pakaian tipis dan menyerap keringat

Hasil : klien memakai baju yang berbahan katun

6. Penatalaksanaan pemberian antiperetik dan cairan parenteral

Hasil :

- paracetamol 3x1

- IVFD RL 20 tetes/menit

(50)

III

11. 40

11. 50

11. 55

12. 00

10.10

12.00

10.15

10.20

Hasil : input : 1500 cc Output : 1200 cc 2. Observasi TTV

Hasil : S : 40 oC

3. Memberikan kompres air hangat pada dahi dan axilla 4. Menganjurkan klien banyak

minum

5. Penatalaksanaan pemberian cairan intravena

Hasil : infus RL 20 tetes/menit

1. Mengkaji tingkat nyeri, lokasi, dan intensitas nyeri.

Hasil : nyeri skala 2 (nyeri sedang, pada abdomen, nyeri hilang timbul

2. Mengkaji faktor yang memperberat nyeri.

Hasil : makanan yang keras 3. Mengajarkan teknik relaksasi

Hasil: klien menarik nafas yang panjang dan

menghembuskan secara perlahan-lahan melalui mulut 4. Memberikan tindakan

kenyamanan

(51)

IV

1. Mengkaji pola makan klien Hasil : porsi makan tidak dihabiskan

2. Memberi bubur saring TKTP 3. Menganjurkan klien untuk

makan sedikit tapi sering 4. Menganjurkan keluarga untuk

menyediakan makanan dalam ventilasi yang baik dan lingkungan yang menyenangkan

1. Mengkaji pola eliminasi klien Hasil : klien belum pernah BAB

2. Mengauskultasi peristaltik usus setiap jam

Hasil : peristaltik usus 3 x/mnt 3. Mengajukan pada klien makan

makanan yang berserat

4. Mengajukan untuk mobilisasi secara bertahap sesuai indikasi 5. Penatalaksanaan pemberian

laksatil

Hasil : Dulcolax supposutoria

1. Mengkaji kemampuan pola aktivitas klien

(52)

Selasa,

4-7-2. Melibatkan klien dan keluarga dalam merencanakan

pemenuhan kebutuhan klien 3. Mendekatkan barang-barang

dan alat-alat kebutuhan klien di tempat yang mudah dijangkau

4. Membantu dan melibatkan keluarga dalam personal hygiene

5. Menganjurkan kepada klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebihan

1. Mengobservasi vital sign terutama suhu badan tiap 2 jam

2. Kompres air hangat di dahi dan axilla

3. Memberikan asupan minum yang adekuat

Hasil : klien minum air putih 4 – 5 gelas/hari

4. Menganjurkan klien untuk bedrest

Hasil : klien istirahat di tempat tidur

5. Penatalaksanaan pemberian antipiretik, antibiotik, dan cairan parental.

(53)

II

kloromfenikol 3 x 1, infus RL 20 tetes/menit

1. Memantau intake dan output klien

2. Mengobservasi TTV Hasil : S : 37,7 oC 3. memberikan kompres air hangat

4. menganjurkan klien untuk banyak minum

5. penatalaksanaan pemberian cairan parental

1. Mengkaji tingkat nyeri, lokasi dan intensitas nyeri.

Hasil : Nyeri skala 2 (nyeri sedang), pada daerah abdomen 2. Mengkaji ulang faktor yang

memperberat nyeri

Hasil : makan makanan yang keras seperti nasi

3. Menganjurkan teknik relaksasi Hasil : klien melakukan teknik relaksasi dengan tarik nafas panjang

4. Memberi tindakan kenyamanan

Hasil : merubah posisi klien 5. Penatalaksanaan pemberian

(54)

IV

V

12. 00

08. 35

08. 40

08. 45

08. 00

08. 10

08. 15

08. 20

08. 25

Hasil : propiretik 3 x 1

1. Mengkaji pola makan klien Hasil : bubur saring TKTP 3 x 1, porsi tidak dihabiskan 2. Menganjurkan klien makan

sedikit tapi sering 3. Menyediakan makanan

selingan dalam ventilasi yang baik dan lingkungan

menyenangkan 4. Menjelaskan tentang

pentingnya makanan untuk proses penyembuhan

5. Penatalaksanaan pemberian suplemen vitamin

Hasil : Neurodex 1 x 1

1. Mengkaji pola eliminasi BAB Hasil : klien mengatakan belum BAB

2. Mengauskultasi peristaltik usus tiap 6 jam

Hasil : peristaltik usus 4 x/menit

3. Menganjurkan makan makanan yang berserat Hasil : klien makan buah pepaya

(55)

Rabu,

5-7-Hasil : klien miring kiri dan kanan

1. Mengkaji pola kemampuan aktivitas klien

Hasil : klien masih dibantu dalam melakukan aktivitas 2. Melibatkan keluarga dalam

merencanakan pemenuhan kebutuhan klien

3. Membantu dan melibatkan keluarga dalam personal hygiene

4. Menganjurkan kepada klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebihan

1. mengobservasi TTV, terutama suhu tubuh tiap 2 jam,

Hasil : S : 38 o C

2. memberi kompres air hangat pada dahi dan axilla

3. memberi asupan minum yang adekuat

4. menganjurkan klien untuk bedrest

5. penatalaksanaan pemberian antipiretik, antibiotik, dan cairan parental

(56)

II

1. Memantau intake dan output klien

2. Mengobservasi TTV Hasil : S : 37,5 oC

3. Memberikan kompres air hangat pada dahi dan axilla 4. Menganjurkan klien untuk

banyak minum

5. Penatalaksanaan pemberian cairan intravena

Hasil : infus RL 20 tts/menit

1. Mengkaji tingkat nyeri, lokasi dan intensitas nyeri

Hasil : Nyeri skala 2 (nyeri sedang)

2. Mengkaji teknik relaksasi 3. Memberikan tindakan kenyamanan

1. mengkaji pola makan klien Hasil : porsi makan tidak dihabiskan

2. Berikan bubur saring TKTP 3. Menganjurkan klien makan

sedikit tapi sering 4. Menjelaskan tentang

(57)

Kamis,

6-7-5. Penatalaksanaan pemberian suplemen vitamin

Hasil : Neurodex 1 x 1

1. Mengkaji pola eliminasi BAB Hasil : klien sudah BAB 1x 2. Mengauskultasi peristaltik

usus

Hasil : peristaltik usus 7 x/menit

1. Menganjurkan untuk mobilisasi secara bertahap 2. Mengkaji kemampuan

aktivitas klien

Hasil : aktivitas klien terbatas 3. Melibatkan keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan klien 4. Menganjurkan kepada klien

untuk tidak melakukan aktivitas

1. Mengobservasi TTV terutama suhu tubuh

2. Menganjurkan klien untuk bedres

(58)

II

1. Membantu intake atau output klie

Hasil : intake : 1500 cc Output : 3000 cc 2. Mengobservasi TTV

Hasil : S : 36, 7 oC

3. Penatalaksanaan pemberian intravena

Hasil : infus RL 20 tts/ menit

1. Mengkaji tingkat nyeri Hasil : Nyeri ringan (1) 2. Menganjurkan melakukan

tehnik relaksasi

3. Penatalaksanaan pemberian analgetik

Hasil : propetik 3x1

1. Mengkaji pola makan klien 2. Memberikan bubur saring

TKTP

3. Menganjurkan klien ; makan sedikit tapi sering

4. Penatalaksanaan pemberian suplemen vitamin

1. Mengkaji pola eliminasi BAB Hasil : klien sudah BAB 2. Mengaustatik peristatik usus

(59)

Jumat,

7-7-3. Menganjurkan untuk makan makanan berserat

4. Menganjurkan untuk mobilisasi secara bertahap sesuai indikasi

1. Mengkaji pola kemampuan aktivitas klien

Hasil : klien mengatakan pola aktivitasnya masi dibantu 2. Melibatkan kleuarga dalam

pemenuhan kebutuhan klien 3. Membantu dan melibatkan

keluarga dalam personal hygine

4. Menganjurkan kepada klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebihan

1. Mengobservasi TTV, terutama suhu tubuh

2. Menganjurkan klien untuk bedres

3. Penatalaksanaan pemberian antibiotik dan cairan parental Hasil : kloromfenikol 3x1 Infus RL 20 tts/menit

(60)

III

IV

10.15

12.05

12.00 12.15

10.00

09.00

11.00

11.20

2. Penatalaksanaan pemberian analgetik

1. Mengkaji pola makan klien Hasil : porsi makan

dihabiskan

2. Berikan bubur saring TKTP 3. Menganjurkan klien untuk

makan tapi sering

4. Penatalaksanaan pemberian suplemen vitamin

Hasil : Neurodex 1x1

1. Mengkaji semua aktivitas klien

Hasil : klien melakukan aktivitasnya sendiri

2. Melibatkn keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien 3. Menganjurkan kepada klien

(61)

G. CATATAN PERKEMBANGAN (CP.V)

HARI/TGL NO DX JAM EVALUASI/SOAP

Senin, 3-7-2006

I

II

III

IV

12.00

13.30

12.30

12.15

S : - klien mengatakan badannya masih panas

O : - Ku lemah

-Suhu tubuh 40 oC A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S :

-O : - Mukosa bibir kering - Klien nampak pucat - TTV

TD : 120/60 S : 40 oC N : 84 x/menit

S : Klien masih mengeluh nyeri pada perut O : - Expresi wajah meringis

- KU lemah

- Nyeri tekan pada abdomen A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S : - Klien mengatakan kurang nafsu makan

- Klien mengatakan sedang mual O : - Porsi makan tidak dihabiskan

(62)

Selasa, 4-7-2006

V

VI

I

II

III

12.45

13.00

12.00

13.15

12.30

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S : Klien mengatakan belum BAB O : Peristaltik usus 3x/menit A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S : Klien mengeluh lemah O : - KU lemah

- Kebutuhan nampak dilayani ditempat tidur

- Aktivitas klien terbatas A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S : - Klien mengatakan badannya masih panas

- Klien mengeluh sakit kepala O : - Mukosa bibir kering

- Suhu tubu 38 oC A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S :

-O : -Suhu tubuh 38,7°C -Mukosa bibir kering A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

(63)

Rabu, 5-7-2006

IV

V

VI

I

12.15

12.45

13.30

12.30

- KU lemah

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S : Klien mengeluh nafsu makan kurang O : - Lidah kotor, porsi makan tidak dihabiskan

- Mukosa bibir kering A : Masalah belum teratasi

S : Klien mengatakan sudah BAB O : -Peristaltik usus 6x/mnt -KU lemah

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan dengan pertahanan intervensi 1,2,3,4

S : Klien mengeluh lemah O : -Tonus nilai 4

-Kebutuhan Nampak dilayani ditempat tidur

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S : Klien masih mengeluh sakit kepala O : -Mukosa bibir kering

-Suhu tubuh 38,5°C -KU lemah

A : Masalah belum teratasi

(64)

II

III

IV

V

VI

13.00

12.45

13.15

13.30

S : Klien mengatakan tidak mual dan muntah

O : -Suhu tubuh 37,5°C -Mukosa bibir kering A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang

O : -KU lemah

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4

S : Klien mengatakan nafsu makan berkurang

O : -KU lemah -Lidah kotor

-Porsi makan tidak dihabiskan A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 5

S : Klien mengatakan sudah BAB O : - KU lemah

-Peristaltik usus 7x/mnt A : Masalah teratsi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4

S : Klien masih mengeluh lemah O : -aktivitas klien terbatas -KU lemah

(65)

Kamis, 6-7-2006

I

II

III

IV 12.00

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3, dan 4

S : -Klien tidak mengeluh sakit kepala -Klien mengatakan badannya tidak panas

O : -KU lemah

-Suhu tubuh 36,8°C -Bibir kering

A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi 1,2 dan 3

S : klien mengatakan nyeri berkurang O : -KU baik

-TTV

TD : 120/80 mmHg N : 80x/mnt

A : masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4

S : Klien mengatakan nafsu makan membaik

O : -KU baik -Bibir lembab

-Porsi makan belum dihabiskan sebagian

A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4

S : Klien sudah mengatakan sudah BAB O : -KU baik

(66)

Jumat, 7-7-2006

V

I

II

III

13.00

13.30

12.00

12.00

A : Masalah teratasi P :

-S : Klien dapat melakukan aktivitasnya sendiri

O : -KU baik -Tonus otot 5

A : Masalah teratasi sebagian P :

-S : - Klien mengatakan badannya tidak panas

O : - KU baik

- suhu tubuh 36,5°C -Bibir lembab A : Masalah teratasi P :

-S : klien mengatakan nyeri berkurang O : -KU baik

-TTV

TD : 120/80 mmHg N : 80x/mnt

A : masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4

S : Klien mengatakan nafsu makan baik O : - KU baik

-Bibir lembab

(67)

IV 13.00

P :

-S : Klien dapat melakukan aktivitasnya sendiri

(68)

-BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari makalah di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian penyakit Typhus adalah penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun orang dewasa. Tetapi demam tifoid lebih sering menyerang anak. Walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan daripada orang dewasa

Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod merupakan problem atau masalah yang serius bagi kesehatan masyarakat di Negara-negara yang berkembang seperti halnya Indonesia yang memiliki iklim tropis banyak di temukan penyakit infeksi salah satuhnya Typhus Abdominalis yang di temukan sepanjang tahun. Typhus abdominalis di sebabkan oleh salmonella tyhpi.

B. Saran

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Gupte, S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Alih bahasa Julius ES. Binarupa Aksara. Edisi III.

Simanjuntak, C H. 1990. Masalah Demam Tifoid di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran No.60

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI, “Mikrobiologi Kedokteran”, P.T. Binarupa Aksara, Jakarta, 1993.

Staf pengajar FKUNDIP. 1996. Pengendalian Demam Tifoid. Jen. I.

Sudibjo, HR, “Jurnal Kedokteran YARSI”, Vol.4 No. 1 Jakarta, 1996, Januari. Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol.1. Jakarta : EGC.

Soepaman, Sarwono Waspadji. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Jevuska. 2008. Demam Tifoid (Typhoid Fever),

<http://www.jevuska.com/2008/05/10-/demam-tifoidtyphoid- fever, tanggal akses: 26 September 2009>.

http://www.mediastore.co.id/kesehatan/news/0602/08/095423.htm

Referensi

Dokumen terkait

PCP (phencyclidine) adalah obat disosiasi yang sebenarnya digunakan untuk anestesi, menghasilkan efek halusinogen dan neurotoksik.. Obat ini umumnya dikenal dengan nama Angel Dust,

Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Kota Semarang selaku nazhir telah melakukan 3 (tiga) kali penukaran Tanah wakaf Masjid Agung Semarang. Tiga kali penukaran tanah wakaf Masjid

Disamping karena ketidak percayaan terhadap lembaga pendidikan formal, para orang tua lebih melihat homeschooling memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pendidikan

[r]

CPMK7 Mahasiwa mampu menghitung busur lingkaran dan busur peralihan serta menggambar(S4,S12,KU1,KU2,KK1,KK2,KK3,KK5, P1,P2) Diskripsi Singkat MK Pada mata kuliah ini

In t his paper, t here is lit t le inf ormat ion in regarding t he smect it e minerals in soil and underlying mat erial t hat presence in Java soils.. Many problems may appear

Pemerintah perlu mengidentifikasi perubahan-perubahan beserta dampak yang akan ditimbulkan oleh kehadiran teknologi tersebut untuk kemudian menuangkannya dalam bentuk

In conclusion, the number of spermatozoa recovered and motility was influenced by the time after mating and the site of the reproductive tract of ewes. Fertilization, early