• Tidak ada hasil yang ditemukan

Epidemiologi Penyakit Menular Kolera. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Epidemiologi Penyakit Menular Kolera. pdf"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

UNT

yang dibina oleh

1. 2. 3.

PROGR

PENYAKIT KOLERA

MAKALAH

TUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Epidemiologi Penyakit Menular

h drg. Rara Warih Gayatri, M.PH, dan dr. Anin

Oleh :

Bimo Eka Kristanto (13061260786 Fauzia Rafidah (13061260784 Gebby Dwi Puspitarini (13061260788

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN GRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYA

FEBRUARI 2015

H

indya Hapsari

866) 842) 881)

(2)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Spesies Vibrio dan lokasi kuman menyebabkan infeksi 5 Tabel 2.2 Klasifikasi dehidrasi dan defisit cairan berdasar temuan klinis

(Lesmana, 2006) 12

(3)

DAFTAR ISI

2.2 Epidemiologi Penyakit Kolera ... 8

2.2.1 Epidemiologi Vibrio Cholerae O1 ... 8

2.2.2 Epidemiologi Vibrio Cholerae O139 ... 9

2.3 Penularan Bakteri Vibrio Cholerae ... 9

2.3.1 Penularan Bakteri Vibrio Cholerae O1 ... 9

2.3.2 Penularan Bakteri Vibrio Cholerae O139 ... 10

2.4 Gejala-Gejala Penyakit Kolera ... 11

2.4.1 Gejala Penyakit Kolera Disebabkan Bakteri Vibrio Cholerae O1 ... 11

2.4.2 Gejala Penyakit Kolera Disebabkan Bakteri Vibrio Cholerae O139 ... 12

2.5 Perjalanan Penyakit Kolera... 13

2.6 Pengobatan Penyakit Kolera ... 14

2.6.1 Pengobatan Penyakit Kolera Disebabkan Bakteri Vibrio Cholerae O1 ... 14

1. Terapi cairan dan elektrolit ... 14

2. Terapi antibiotika ... 16

2.6.2 Pengobatan Penyakit Kolera Disebabkan Bakteri Vibrio Cholerae O139 ... 17

2.7 Pencegahan Penyakit Kolera ... 17

BAB III PENUTUP ... 21

3.1 Kesimpulan ... 21

Daftar Rujukan ... 22

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1.3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare. Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun (Widoyono, 2011).

Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Laporan Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit diare merupakan penyebab kematian nomer satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13,2%) (Supriyantoro dkk, 2013).

Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi (Widoyono, 2011) : 1. Virus : Rotavirus (40-60%), Adenovirus.

2. Bakteri : Escherichia coli ( 20-30%), Shigella sp. (1-2%), Vibrio cholerae, dan lain-lain.

3. Parasit : Entamoeba histolytica (<1%), Giardia lamblia, Cryptosporidium

(4-11%).

4. Keracunan makanan.

5. Malabsorpsi: karbohidrat, lemak, dan protein. 6. Alergi : makanan, susu sapi.

7. Immunodefisiensi : AIDS

(5)

kematian sehingga jumlah kematian berkisar sekitar 120.000 kasus pertahun (Lesmana, 2006)

Di Indonesia sendiri, kasus penyakit kolera terjadi pada bulan Januari tahun 1961 yang merupakan pandemi ke tujuh di dunia dan pandemi pertama di Indonesia yang terjadi di kota Makassar dan Sulawesi. Penyakit kolera ini disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae yang sangat berbahaya dan jika terinfeksi menyebabkan diare serta muntah sehingga penderita dapat kehilangan nyawa jika tidak ditangani dengan secepat mungkin. Maka dari itu, diperlukan suatu kajian tentang bakteri Vibrio cholerae, epidemiologinya, penularan bakteri, gejala-gejala jika terinfeksi, pengobatan serta pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah terinfeksi bakteri ini.

1.2Rumusan Masalah

1. Apa penyebab penyakit kolera ?

2. Bagaimana epidemiologi penyakit kolera ? 3. Bagaimana penularan bakteri kolera ? 4. Bagaimana perjalanan penyakit kolera ?

5. Apa saja gejala-gejala yang muncul ketika terinfeksi bakteri Vibrio

cholerae ?

6. Bagaimana pengobatan terhadap penderita penyakit kolera ?

7. Bagaimana pencegahan terhadap terinfeksi bakteri Vibrio cholerae ?

1.3Tujuan

1. Untuk mengetahui penyebab penyakit kolera.

2. Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi penyakit kolera. 3. Untuk mengetahui bagaimana penularan bakteri kolera. 4. Untuk mengetahui bagaimana perjalanan penyakit kolera.

(6)

6. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan terhadap penderita penyakit kolera.

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bakteri Vibrio Cholerae

Kolera adalah suatu infeksi usus kecil karena bakteri Vibrio cholerae. Bakteri kolera menghasilkan racun yang menyebabkan usus halus melepaskan sejumlah besar cairan yang banyak mengandung garam dan mineral. Karena bakteri sensitif terhadap asam lambung, maka penderita kekurangan asam lambung cenderung menderita penyakit ini. Kolera menyebar melalui air yang diminum, makanan laut atau makanan lainnya yang tercemar oleh kotoran orang yang terinfeksi. Kolera ditemukan di Asia, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin. Di daerah-daerah tersebut, wabah biasanya terjadi selama musim panas dan banyak menyerang anak-anak. di daerah lain, wabah terjadi pada musim apapun dan semua usia bisa terkena (Irianto, 2013).

Kolera adalah salah satu penyakit infeksi akut yang menyerang usus halus. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Vibrio cholera, yang ditandai dengan berak-berak dan muntah. Tanpa penanganan yang cepat dan tepat, orang yang terserang kolera dalam waktu 24 jam akan sangat banyak kehilangan cairan, dehidrasi, yang dapat beresiko fatal. Namun, dengan penanganan yang segera pasien dapat diselamatkan (Cahyono, 2009).

2.1.1 Bakteri Famili Vibrio

Famili Vibrionacea dikemukakan untuk pertama kalinya oleh Veron pada tahun 1965 meliputi sejumlah bakteria negatif-Gram yang secara morfologik dan fenotipik serupa dan hidup di habitat akuatik. Deskripsi dari organisme yang menyerupai Vibrio dan menjadi etiologi dari penyakit diare untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Pacini pada tahun 1854 dan kuman ini dinamai Vibrio Cholerae (Lesmana, 2006).

(8)

tidak berspora, hidup secara aerob atau fakultatif anaerob, dan bergerak melalui flagel yang monotorik atau lofotorik. Semua spesies, kecuali satu (V. Metschnikovii), adalah positif oksidase. Mereka bersifat kemo-organotropik dan peka terhadap 2,4-diamino-6,7-diisopropylpteridine (O/129). Persen molekuler guanine-cytosine dari DNA-nya adalah 38-51 (Lesmana, 2006).

Beberapa Vibrio hidup secara halofilik dan dapat pula menyebabkan penyakit pada manusia. Berbagai jenis spesies Vibrio yang patogenik untuk manusia serta dari bagian tubuh mana kuman-kuman ini dapat diisolasi, disajikan pada tabel 2.1 (Lesmana, 2006):

Tabel 2.1 Spesies Vibrio dan lokasi kuman menyebabkan infeksi

Spesies Lokasi infeksi pada tubuh manusia

Intestinal Ekstra intestinal Jenis infeksi

(9)

2.1.2 Habitat Bakteri Vibrio

Spesies Vibrio patogenik dijumpai sebagai bagian dari komunitas mikrobial yang hidup baik dilingkungan air tawar maupun air laut di daerah-daerah beriklim dingin atau tropis di seluruh dunia. Insidens dan kepadatan Vibrio patogenik berkurang secara nyata bila suhu air turun dibawah 20̊ C. Vibrio spp. Dapat ditemukan hidup bersama di dalam air maupun di sedimen permukaan. Juga dilaporkan mengenai adanya V. Cholareae yang hidup menempelkan diri pada zooplankton dan phytoplankton di dalam alam bebas. Penyakit-penyakit pada manusia terjadi sebagai akibat konsumsi air yang mengandung Vibrio spp., konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi dengan kuman Vibrio, atau karena luka yang terkena air (air laut) dimana Vibrio spp. hidup (Lesmana, 2006).

2.1.3 Bakteri Vibrio Cholerae

Menurut Lesmana (2006), baketri Vibrio cholerae terbagi menjadi 3 spesies yaitu: 1. Vibrio cholerae O1

2. Vibrio cholerae non-O1 3. Vibrio cholerae O139

A. Vibrio cholerae O1

Berdasarkan antigen O-nya, V. cholerae dibedakan atas V. cholerae O1 yang memberikan reaksi aglutinasi dengan antiserum O1 dan V. cholerae non-O1 yang

tidak memberi reaksi aglutinasi dengan antiserum O1. Ada lebih dari 139 antigen O spesifik dari V. cholerae yang telah berhasil dikarakteristik. Baik V. cholerae O1 maupun non-O1 (O2 sampai dengan O139) memiliki kesamaan karakteristik biokimiawi, morfologis dan genetis (Lesmana, 2006) .

(10)

Struktur Antigen, Serotipe, Dan Biotipe

Vibrio cholerae O1 memiliki 2 jenis antigen (Lesmana, 2006): a. Antigen somatik (antigen O)

b. Antigen flagela (antigen H)

Antigen O bersifat termosibel, terdiri dari dari polisakarida sedangkan antigen H yang terutama terdiri dari protein sifatnya termolabil. Selanjutnya, Vibrio cholerae O1 diuji menurut serotipe atau subtipe-nya (Lesmana, 2006).

Ada 3 serotipe Vibrio cholerae O1, yaitu:

a. Serotipe Ogawa, yang mempunyai antigen O faktor A dan B, b. Serotipe Inaba dengan antigen O faktor A dan C,

c. Dan serotipe Hikojima dengan antigen O faktor A, B, C.

Serotipe Hikojima jarang dijumpai dan tidak stabil dan pada umumnya diabaikan, sehingga hanya Ogawa dan Inaba saja yang sering dilaporkan serta dianggap signifikan. Identifikasi serotipe penting karena merupakan tes konfirmasi serologik yang definitif terhadap biakan atau isolat yang positif. Dengan reaksi biologis V. cholerae O1 dibedakan atas (Lesmana, 2006):

a. Biotipe Klasik b. Biotipe El Tor

Pembedaan biotipe ini tidak penting secara klinis (yaitu untuk penanganan dan pengobatan penderita) atau untuk pengendalan wabah, tetapi secara epidemiologis penentuan biotipe ini penting karena dapat digunakan untuk menentukan sumber

infeksi atau sumber wabah (Lesmana, 2006).

(11)

B. Vibrio cholerae O139

Galur koleragenik yang menjadi penyebab wabah kolera, kini tidak saja terbatas pada V. cholerae O1 biotipe Klasik tetapi juga meliputi biotipe El Tor dan V. cholerae O139 yang termasuk dalam serogrup non-O1. Sebelumnya, V.

cholerae non-O1 dianggap tidak potensial untuk menyebabkan epidemi,

melainkan hanya galur yang menyebabkan diare sporadik. Anggapan ini kemudian berubah dengan adanya wabah yang disebabkan oleh salah satu anggota grup non-O1 yaitu O139 (Lesmana, 2006).

2.2 Epidemiologi Penyakit Kolera

2.2.1 Epidemiologi Vibrio Cholerae O1

Ada dua perangai epidemiologik yang khas dari kolera, yaitu (Lesmana, 2006) : a. Kecenderungannya untuk menimbulkan wabah secara eksplosif, acapkali

pada beberapa daerah secara bersamaan.

b. Kemampuannya untuk menjadi pandemik yang secara progresif mengenai banyak tempat di dunia.

Di dalam sejarah kolera ada 7 pandemi yang melanda dunia. Organisme penyebab dari empat pandemi yang pertama belum dikenali pada saat itu, tetapi dua pandemi yang berikutnya disebabkan oleh Vibrio cholerae serogrup O1 biotipe Klasik. Pandemi yang ketujuh terjadi pada bulan Januari tahun 1961, berasal dari kota makassar, sulawesi dan merupakan pandemi pertama yang

disebabkan oleh V. cholerae O1 biotipe El Tor. Saat pandemi ketujuh ini meluas, V. cholerae O1 biotipe El Tor mendesak sama sekali niotipe Klasik yang menjadi penyebab pandemi sebelumnya dan kini El Tor merupakan biotipe yang dominan dijumpai di seluruh dunia (Lesmana, 2006).

(12)

2.2.2 Epidemiologi Vibrio Cholerae O139

Vibrio cholerae O139 yang merupakan salah satu serogrup non-O1,

dilaporkan menyebabkan wabah besar di India dan Bangladesh pada tahun 1992-1993. Berawal dari sebuah kota pelabuhan di teluk Bengal di India Selatan, yaitu Madras, wabah ini kemudian dengan cepat menjalar ke negara-negara tetangga di Asia dan negara lain yang jauh seperti Amerika dan Eropa. Berbeda dari wabah karena El Tor, O139 lebih banyak menyerang orang-orang dewasa dan anak-anak. Ini menunjukkan bahwa banyak orang yang terserang belum mempunyai kekebalan terhadap kausa dari wabah dan kemudian memang penyebabnya adalah V. cholerae galur baru. Kerentanan dari populasi dewasa terhadap O139 pada daerah dimana V. cholerae O1 endemik telah didapat terhadap serogrup O1, tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi oleh O139 (Lesmana, 2006).

Meskipun wabah O139 telah melanda hampir seluruh dunia, galur ini tidak dijumpai di Indonesia, namun demikian, upaya-upaya tetap dilakukan untuk mendeteksi secara dini kemungkinan masuknya galur ini ke Indonesia (Lesmana, 2006).

2.3 Penularan Bakteri Vibrio Cholerae

2.3.1 Penularan Bakteri Vibrio Cholerae O1

Apa yang dulu diyakini, yaitu bahwa manusia adalah satu-satunya reservoir

V. cholerae O1, kini telah berubah. Vibrio cholerae O1 dapat hidup di alam bebas dan memiliki reservoir alamiah. Telah diketahui bahwa penyebaran kolera secara primer adalah melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, tetapi penelitian wabah akhir-akhir ini menunjukkan bahwa binatang laut seperti kerang, tiram dan remis, serta udang dan kepiting, dapat pula menjadi perantara dalam penyebaran infeksi Vibrio (Lesmana, 2006).

Penyebaran terjadi lewat saluran pencernaan yang terisi makanan dan minuman yang terkontaminasi V. Cholerae. Jika muncul banyak kasus dalam serempak (wabah), maka sumber airnya sudah tercemari V. Cholerae. Penyebaran dari manusia ke manusia secara langsung jarang sekali terjadi (Kelly, 2009).

(13)

minggu pertama 70% pasien bisa sembuh. Diakhir minggu ketiga, 98% pasien bisa sembuh. Kadang-kadang, kondisi kesembuhan tidak berjalan lancar, sehingga ada sejumlah kecil bakteri yang masih mengendap dalam perut. Namun jika sistem kekebalan tubuh menguat, infeksi tersebut bisa segera diatasi sendiri oleh tubuh pasien (Kelly, 2009).

Di banyak daerah endemis, kolera menunjukkan suatu pola musiman (seasonality) di mana pada bulan-bulan tertentu insidennya tinggi dan pada bulan lain insidennya rendah. Pada saat musim kolera mulai, penyakit ini muncul secara bersamaan di banyak tempat yang secara geografis terpisah satu sama lain (Lesmana, 2006).

Pola musiman ini juga terlihat di Indonesia. Di bagian barat Indonesia pola dari musim kolera sangat berbeda dengan di bagian timur. Mirip dengan keadaan Bangladesh, kolera sporadik ataupun epidemik di bagian barat Indonesia berkaitan dengan periode curah hujan yang subnormal, yaitu pada bulan September dan Oktober, sedangkan di Indonesia bagian timur kasus-kasus kolera mencapai puncaknya justru pada musim hujan, yaitu Februari dan April (Lesmana, 2006).

Faktor pejamu yang memegang peranan penting dalam resiko terjadinya infeksi kolera adalah (Lesmana, 2006) :

a. Golongan darah, yaitu grup O b. Keadaan hipoklorhidria, dan

c. Faktor imunitas yang rendah (imunodefisiensi).

Dari pengamatan klinis dilaporkan bahwa faktor-faktor di atas memudahkan terjadinya infeksi kolera pada individu yang termasuk di dalam kelompok tersebut. Disamping itu, kolera dilaporkan banyak menyerang anak-anak berusia antara 4-8 tahun (Lesmana, 2006).

2.3.2 Penularan Bakteri Vibrio Cholerae O139

Transmisi dapat terjadi secara (Lesmana, 2006): a. Orang ke orang

b. Melalui air

(14)

pemeriksaan air permukaan (sungai) V. cholerae O139 dapat diisolasi dari 10% sampel air yang dikoleksi (Lesmana, 2006).

2.4 Gejala-Gejala Penyakit Kolera

2.4.1 Gejala Penyakit Kolera Disebabkan Bakteri Vibrio Cholerae O1

Gejala yang paling menonjol dari kolera adalah cairan yang dikeluarkan melalui tinja itu jumlahnya besar sekali sehingga tidak diganti dengan cepat akan terjadi dehidrasi. Tinja pada kolera tidak mengandung lekosit atau eritrosit dan hampir tidak ada protein. Ini menggambarkan karakter infeksi kolera pada lumen usus yang sifatnya non-invansif dan non-inflamatorik (Lesmana, 2006).

Gejala yang tampak adalah (Lesmana, 2006) :

a. Diare mendadak, berupa air yang rupanya seperti air bekas cucian beras (rice water stool)

b. Mual

c. Muntah, biasanya mengikuti diare d. Tidak ada demam

e. Meskipun beberapa penderita mengeluh adanya sakit perut, tetapi pada umumnya nyeri perut tidak menyertai kolera. Bila terjadi nyeri perut, ini biasanya karena distensi abdominal akibat pengumpalan cairan di usus atau berhubungan dengan kejang otot umum yang timbul karena gangguan metabolisme kalsium.

f. Dehidrasi, terjadi bila penggantian cairan yang keluar (lewat tinja dan muntahan) terlambat. Pada dehidrasi yang berat, tampak tanda-tanda :

1) Penderita merasa haus 2) Turgor kulit menurun

3) Selaput lendir dan kulit tampak kering 4) Tangan keriput seperti tangan tukang cuci 5) Mata cekung

6) Denyut nadi kecil dan cepat 7) Urine berkurang

(15)

Untuk membantu tata laksana penderita kolera, dehidrasi dibagi atas dasar gejala dan tanda klinis, menjadi (Lesmana, 2006):

a. Dehidrasi ringan-penderita hanya merasa haus saja;tidak ada gejala lainnya. b. Dehidrasi sedang-dijumpai tanda dehidrasi tetapi tidak ada

tanda-tanda klinis menurunnya atau berkurangnya curah jantung (cardiac output). c. Dehidrasi berat-dijumpai semua gejala dehidrasi, ditambah dengan adanya

tanda-tanda menurunnya curah jantung.

Tabel 2.2 Klasifikasi dehidrasi dan defisit cairan berdasar temuan klinis

(Lesmana, 2006).

Parameter Derajat dehidrasi

Ringan Sedang Berat

Keadaan mental Baik (alert) Gelisah Letargik, Stupor,

Koma

Rasa haus Ada Ada Sangat haus

Denyut nadi radial Normal Normal Cepat dan

lemah/tak teraba

Pernapasan Normal Tachypnoe Tachypnoe dan

sesak

Elastisitas kulit Normal Menurun Sangat menurun

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Urine Normal Berkurang Sangat

berkurang/anuria

2.4.2 Gejala Penyakit Kolera Disebabkan Bakteri Vibrio Cholerae O139

Gambaran klinis penyakit diare dan pola wabah dari V. cholerae O139 tidak berbeda dengan yang disebabkan oleh serogrup O1 yaitu diare sekretorik dengan sifat-sifat serangan diare yang mendadak, muntah dan dehidrasi dalam berbagai derajat tanpa diikuti demam (Lesmana, 2006).

(16)

mempunyai potensi untuk menimbulkan invasi ke pembuluh darah (Lesmana, 2006).

2.5 Perjalanan Penyakit Kolera

Riwayat alamiah penyakit (natural history of diseases) merupakan proses perkembangan suatu penyakit tanpa adanya intervensi yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan terencana. Dibagi menjadi beberapa tahap (Irianto, 2013):

1. Tahap pre patogenesis (stage of susceptibility)

Tahapan dimana terjadi interaksi antara host, bibit penyakit dan lingkungan. Interaksi di luar tubuh manusia. Pada tahap ini penyakit belum ditemukan, daya tahan tubuh host masih kuat, walaupun sudah terancam akibat interaksi tersebut. Pada tahap ini kondisi masih sehat.

2. Tahap inkubasi (stage of presymtomatic diseases)

Tahapan dimana bibit penyakit sudah masuk kedalam tubuh host, namun gejala penyakit belum nampak. Pada tahap ini, infeksi V. cholerae O1 terjadi karena masuknya kuman ini ke dalam saluran cerna melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi atau tercemar oleh V. cholerae O1. Tergantung dari jumlah inokulun dan kerentanan dari individu yang bersangkutan, masa inkubasi infeksi V. cholerae O1 umumnya antara 12 sampai 72 jam (Lesmana, 2006).

3. Tahap penyakit dini (stage of clinical diseases)

Pada tahap ini, V. cholerae O1 yang melewati lambung dan bertahan hidup dari pengaruh asam lambung, kuman-kuman akan mencapai bagian proksimal usus halus di mana terjadi interaksi antara bakteri dan pejamu. Seperti pada semua kuman-kuman penyebab diare, V. cholerae O1 juga harus mempunyai kemampuan untuk melekatkan diri pada mukosa usus (Lesmana, 2006).

(17)

luar biasa sehingga terjadi diare yang hebat yang sifatnya isotonik (Lesmana, 2006).

4. Tahap penyakit lanjut

Pada tahap ini penyakit makin bertambah hebat, penderita tidak dapat melakukan pekerjaan dan jika berobat umumnya telah memerlukan perawatan.

5. Tahap akhir penyakit

Pada tahap ini, perjalanan penyakit akan berhenti dengan beberapa keadaan yaitu :

a. Sembuh sempurna : kondisi host baik bentuk dan fungsi tubuh kembali semula seperti keadaan sebelum sakit.

b. Meninggal dunia : terbentuknya perjalanan penyakit dan pejamu meninggal dunia. Tahapan ini merupakan keadaan yang tidak diharapkan.

2.6 Pengobatan Penyakit Kolera

2.6.1 Pengobatan Penyakit Kolera Disebabkan Bakteri Vibrio Cholerae O1

Penderita kolera umumnya harus dikarantina atau diisolasi, dan diinfus dengan kadar yang sudah ditetapkan rumah sakit agar mengurangi dehidrasi tubuh. Biasanya ini untuk serang kolera yang ringan sampai sedang. Tapi untuk serangan berat, pasien harus segera di-UGD-kan untuk segera mengeluarkan kolera lewat cairan infus dan obat yang memicu dengan cepat keluarnya feses

bersama V. Cholerae (Kelly, 2009). 1. Terapi cairan dan elektrolit

(18)

Pengobatan untuk kolera biasanya melibatkan proses rehidrasi, yaitu dengan (Medkes, 2014) :

1. Solusi rehidrasi melalui oral (oralit)

2. Solusi rehidrasi dengan intravena (infus) untuk kasus kolera berat.

Tabel 2.3 Rehidrasi yang Direkomendasikan WHO

Kondisi

Pasien

Pengoba

tan Pedoman; Usia dan Berat Badan

Non

dehidrasi Oralit

Anak-anak < 2 tahun: 50 mL-100mL, hingga 500 mL/hari

Anak-anak 1-2 tahun (8 kg-10,9 kg) : 600-800 mL

Anak-anak 2-4 tahun (11 kg-15,9 kg): 800-1.200 mL

Anak-anak 5-14 tahun (16 kg-29,9 kg): 1.200-2.200 mL

Pasien>14 tahun (30 kg atau lebih): 2.200-4.000 mL dalam satu jam*, kemudian 70 mL/kg selama 5 jam

(19)

uraian diatas

*Ulangi sekali lagi jika nadi masih sangat lemah atau tidak terdeteksi 3. pantau terus keadaan pasien selama satu sampai dua jam dan terus lakukan rehidrasi. Jika dnegan rehidrasi kondisi tidak membaik, berikan infus. 200 mL/kg atau lebih mungkin akan dibutuhkan dalam 24 jam pertama.

4. setelah enam jam (bayi) atau tiga jam (pasien yang lebih tua), lakukan observasi penuh. Beralih ke oralit jika rehidrasi berhasil dan pasien dapat minum.

2. Terapi antibiotika

Pengobatan antibiotika merupakan upaya yang penting di samping terapi cairan

(Lesmana, 2006). :

a. pemberian antibiotika dapat mengurangi waktu ekskresi kuman V. cholerae O1 di tinja di samping mengurnagi gejal-gejala penyakit.

b. Pemberian antibiotika dapat memperpendek lamanya diare.

c. Pemberian antibiotika dapat mengurangi jumlah cairan intravena maupun oral yang diperlukan untuk rehidrasi penderita.

Meskipun dilaporkan dari beberapa negara seperti India, Thailand dan beberapa negara di Afrika, adanya kuman-kuman V. cholerae O1 yang telah resisten terhadap tetrasiklin, yaitu antibiotika yang merupakan obat pilihan untuk kolera namun di banyak tempat termasuk Indonesia, V. cholerae O1 masih sensitif terhadap tetrasiklin (Lesmana, 2006).

Jenis- jenis antibiotika yang efektif untuk kolera adalah (Lesmana, 2006) : a. Tetrasiklin

b. Doksisiklin

(20)

2.6.2 Pengobatan Penyakit Kolera Disebabkan Bakteri Vibrio Cholerae O139

Kepekaan antibiotika dari V. cholerae O139 diperlihatkan terhadap ampisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, siprofloksasin dan asam nalidiksat. Tetapi kuman ini resisten terhadap trimetoprim-sulfametokzasol (ko-trimoksazol) dan streptomisum (Lesmana, 2006).

Pengobatan cairan dan pemberian antibiotika pada kasus-kasus infeksi Vibrio cholerae O139 sama seperti pada infeksi yang disebabkan oleh V. cholerae O1. Obat pilihan untuk infeksi O139 adalah tetrasiklin, tetapi dapat pula digunakan antibiotika lain seperti asam nalidiksat atau siprofloksasin (Lesmana,2006).

Usaha prevensi seperti perbaikan kesehatan perorangan dan lingkungan adalah strategi yang penting seperti halnya di dalam pencegahan penyakit diare umumnya. Dari kasus-kasus pada wabah Bangladesh dan India dapat disimpulkan bahwa imunisasi dengan O1 tidak memberikan perlindungan silang terhadap O139. Oleh karena itu, pengembangan vaksin kolera di masa yang akan datang, untuk daerah-daerah endemis kolera (O1 dan O139) perlu mempertimbangkam penggunaan vaksin bivalen yang dapat melindungi seseorang baik terhadap infeksi V. cholerae O1 maupun terhadap O139 (Lesmana,2006).

2.7 Pencegahan Penyakit Kolera

Di dalam kondisi di mana persediaan air bersih tidak memadai dan sanitasi umum buruk, transmisi dari semua jenis infeksi enterik, termasuk kolera, sangat

(21)

Vaksin Kolera

Vaksin kolera berisi V. Cholerae 01 yang sudah dilemahkan lewat serotip inaba dan ogawa untuk melawan panas tubuh yang muncul akibat serangan kolera. Dia bisa melindungi sampai 50% selama 3-6 bulan. Bagi orang-orang berprofesi pergi ketampat lain atau sekedar liburan, vaksin ini selalu direkomendasika. Tapi nasihat paling bijak tetap saja berhati-hati memilih makanan dan minuman yang hendak disantap. Bagaimanapun imunisasi hanya mencegah, tapi kalau gaya hidup tidak dijaga, kolera tetap bisa menyerang (Kelly, 2009).

Vaksin kolera ada 2 macam, yakni vaksin yang telah dimatikan dan vaksin hidup yang dilemahkan. Vaksin kolera-CSL (suspensi Vibrio cholera klasik serotype O1 Inaba dan Ogawa) berasal dari bakteri yang telah dimatikan dengan

penambahan fenol 0,5% sebagai pengawet. Vaksin ini memberikan efek selama beberapa bulan (3-6 bulan). Namun, vaksin ini tidak efektif untuk Vibrio cholera O139 vaksin hidup yang dilemahkan diberikan satu kali suntikan dan efektif

selama 3 Tahun. Vaksin kolera hidup dalam bentuk oral sedang dalam pengembangan. Vaksin kolera diberikan satu kali melalui suntikan ke dalam otot. Dosis orang dewasa 0,5 ml; anak (5 – 9 kali tahun) 0,3 ml; dan bayi 0,1 ml. Agar perlindungan menjadi lebih optimal, vaksinasi ulangan dapat diberikan 7-28 hari sesudah suntikan pertama (Cahyono, 2010).

Pada saat ini ada 3 jenis vaksin kolera yang terdaftar dan dapat diperoleh di

berbagai negara. Vaksin tersebut adalah :

a. Vaksin lama dari sel yang dimatikan, diberikan secara parenteral (killed whole-cell parenteral vaccine)

b. Vaksin dari subunit B dari sel yang dimatikan (BS/WCV), diberikan secara oral

(22)

Keuntungan dari vaksin BS/WCV adalah karena sangat aman, tetapi kerugiannya adalah karena vaksin ini perlu diberikan dari 2-3 dosis untuk mencapai ambang proteksi yang memadai (Lesmana, 2006).

Vaksin oral CVD 103-HgR juga aman dan memberikan imunogenisitas yang tinggi dengan hanya satu dosis tunggal. Vaksin ini memberikan proteksi terhadap penyakit kolera baik yang ringan maupun yang berat yang disebabkan oleh semua biotipe dan serotipe V. cholerae O1 (Lesmana, 2006).

Efek samping yang dapat ditemui sesudah vaksinasi antara lain: pembengkakan pada tempat bekas suntikan, sedangakan demam, lemah tubuh, dan reaksi serius jarang terjadi. Vaksin sebaikanya jangan diberikan kepada orang-orang yang hipersensitif pada dosis sebelumnya, anak-anak yang mudah sakit, bayi berusia < 6 bulan, dan ibu hamil (Cahyono, 2010).

Tabel 2.4 Penjelasan Penggunaan Vaksin Kolera (Cahyono, 2010)

Nama Vaksinasi Kolera

Sasaran imunisasi Semua usia, bayi usia > 6 bulan.

Macam Vaksin Vaksin kolera yang dimatikan dan

vaksin kolera yang dilemahkan..

Dosis Dosis tunggal

Jadwal Pemberian Satu kali suntik, booster interval 7-28

hari setelah suntikan pertama.

Cara Pemberian Suntik Kedalam Otot

Efektivitas 85%

Kontra Indikasi Orang-orang yang diketahui

hipersensitif pada dosis sebelumnya, anak-anak yang mudah sakit, bayi berusia > 6 bula, dan Ibu hamil

Efek Samping Pembengkakan pada tempat bekas

suntikan, sedangkan lemah berak tubuh dan reaksi serius jarang terjadi

(23)

Selain vaksin kolera, dapat juga dilakukan langkah-langkah berikut untuk mencegah masuknya bakteri Vibrio cholerae ke dalam saluran pencernaan (Irianto, 2013) :

1. Hanya minum air matang

2. Gunakan air bersih untuk memasak, mencuci piring, sikat gigi, mandi, mencuci baju.

3. Hati-hati jika mencampur minuman dengan es batu jangan menggunakan es batu dari air mentah.

4. Jangan makan daging mentah atau makanan laut yang kurang matang seperti kerang.

5. Kupas buah atau sayuran saan akan memakannya. 6. Selalu cuci tangan sebelum dan sesudah makan.

(24)

BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

1. Penyakit kolera merupakan salah satu infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae O1 atau Vibrio cholerae O139. 2. Penyakit kolera menimbulkan wabah secara eksplosif serta menjadi suatu

penyakit pandemik, sehingga pada awalnya penyakit ini menyebar ke seluruh dunia. Diantaranya negara yang banyak terkena adalah negara di benua Afrika, Asia dan Amerika Latin. Penyakit ini menyerang semua usia dan banyak menyebabkan kematian.

3. Penularan kolera terjadi melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi dengan bakteri Vibrio cholerae.

4. Perjalanan penyakit kolera di awali dengan interaksi bakteri Vibrio cholera di luar tubuh manusia atau bakteri belum masuk ke dalam tubuh. Kemudian, tahap inkubasi yaitu tahap bakteri Vibrio cholerae masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dan masa inkubasi terjadi selama 12-72 jam. Selanjutnya, tahap penyakit dini yaitu bakteri V. cholerae menginfeksi usus halus setelah lolos dari pengaruh asam lambung. Dan selanjutnya tahap penyakit lanjut, yaitu penyakit bertambah hebat dan penderita tidak dapat melakukan pekerjaan. Tahap terkahir yaitu akhir penyakit, pasien penderita penyakit kolera sembuh total atau meninggal dunia

jika terlambat di berikan pertolongan.

5. Gejala-gejala penyakit kolera yaitu diare mendadak berupa air seperti air bekas cucian beras, mual, muntah, dan dehidrasi.

6. Pengobatan dilakukan dua terapi yaitu pemberian cairan dan elektrolit kepada penderita kolera serta pemberian obat antibiotika untuk menghilangkan bakteri Vibrio cholerae.

(25)

Daftar Rujukan

Cahyono, J.B. Suharjo dkk. 2010. Vaksinasi: Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Kanisius

Irianto, Koes. 2013. Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular Panduan Klinis. Bandung. Penerbit Alfabeta Bandung

Kelly, Heath dkk. 2009. 73 Penyakit Yang Penting Diketahui: Pengenalan, Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit-penyakit Yang Disebabkan oleh

Bakteri dan Virus. Yogyakarta: PALMALL Yogyakarta.

Lesmana, Murad, Dr. 2006. Vibrio & Campylobacter. Jakarta. Penerbit Universitas Trisakti

Medkes. 2014. Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Kolera. (Online)

(

http://www.medkes.com/2014/07/gejala-penyebab-dan-pengobatan-kolera.html) diakses tanggal 28 januari 2015-01-28

Supriyantoro, dr. Sp.p, MARS. dkk. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Widoyono, dr. MPH. 2011. PENYAKIT TROPIS Epidemiologi, Penularan,

Pencegahan,& Pemberantasannya Edisi Kedua. Semarang. Penerbit

(26)

LAPORAN DISKUSI

MATAKULIAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

MATERI : PENYAKIT KOLERA

A.Waktu Pelaksanaan

Hari, tanggal : Senin, 2 Februari 2015

Pukul : 07.00 - 8.45 WIB

Tempat : Gedung T5-202/FIK 2

B.Tujuan

1. Untuk mengetahui penyebab penyakit kolera.

2. Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi penyakit kolera. 3. Untuk mengetahui bagaimana penularan bakteri kolera. 4. Untuk mengetahui bagaimana perjalanan penyakit kolera.

5. Untuk mengetahui gejala-gejala yang muncul ketika terinfeksi bakteri Vibrio cholerae.

6. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan terhadap penderita penyakit kolera.

7. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan terhadap terinfeksi bakteri

Vibrio cholerae.

C. Penyampaian Materi

Materi disampaiakan oleh kelompok 2 yang dimulai pada pukul 07.00 – 8.45 WIB. Penyampaian materi dipimpin oleh moderator yang membagi diskusi hanya 3 sesi. Diantaranya: sesi penyampaian materi, sesi penambahan materi oleh audience dan sesi tanya-jawab.

Penyampaian materi dilakukan oleh 6 anggota kelompok yang disampaikan secara bergantian. Tiga anggota tersebut diantaranya:

1. Bimo Eka Kristanto 13 061 260 786 6/2013

2. Fauzia Rafidah 13 061 260 784 2/2013

(27)

D. Tambahan Materi

1. Aisyah Rachmawati / 130612607828

Bakteri kolera dapat menyebabkan infeksi pada orang sehat jika bakteri berjumlah 100.000.000. Bakteri kolera mudah menginfeksi seseorang yang memiliki golongan darah O serta anak-anak ataupun balita. Kemudian, pada penderita kolera yang tekanan darahnya telah menurun maka harus diberikan cairan lewat infus (intravena).

2. Lutfi Sovyalatufa/ 130612607890

Pada perjalanan penyakit tahap akhir penyakit, selain sembuh total atau meninggal dunia. Penderita kolera juga menjadi carier atau pembawa bakteri melaui fesesnya.

E. Tanya Jawab

1. Bima Pramana Jati/ 130612607828

Bagaimana mekanisme bakteri Vibrio cholerae dapat lolos dari asam lambung ?

Jawab :

Fauzia Rafidah 13 061 260 784 2/2013

Untuk mekanisme lolosnya bakteri kolera dari asam lambung masih belum diketahui penyebabnya. Namun, ada 3 penyebab seseorang yang memiliki resiko besar terinfeksi bakteri kolera yaitu :

1. Pejamu yang memiliki golongan darah O

2. Pejamu yang mengalami hipoklorhidria 3. Pejamu yang sistem imunnya menurun

(28)

2. Bima Indragani Purnomo / 130612607880

Bagaimana perbedaan bakteri Vibrio cholerae O1 dan Vibrio cholerae O139 ? lalu kenapa diare pada penderita kolera berwarna putih ?

Jawab :

Bimo Eka Kristanto 13 061 260 786 6/2013

Vibrio cholerae O1 memberikan reaksi aglutinasi ketika diberi antiserum O1 sedangkan Vibrio cholerae O139 tidak memberikan reaksi aglutinasi ketika diberi antiserum O1. Sehingga, dari perbedaan antigen menyebabkan timbulnya perbedaan penyakit pula, yaitu Vibrio cholerae O1 dapat menyebabkan kolera sedangkan Vibrio cholerae O139 menyebabkan gastroenteritis.

Kemudian, diare yang berwarna putih disebabkan oleh bakteri yang lolos dari asam lambung selanjutnya menempel di mukosa usus halus dan berkembang biak sambil memproduksi toksin (cholera toxin). Cholera toxin (tidak tahan panas dan tidak tahan asam) merangsang epitel usus, meningkatkan aktivitas enzim adenyl cyclase di usus yang selanjutnya menyebabkan peningkatan cyclic adenosine 3,5-monophosate (cAMP) intraseluler. cAMP ini menyebabkan sekresi cairan intestinal yang luar biasa sehingga terjadi diare yang hebat yang sifatnya isotonik.

3. Nirmala Tri Kartika / 130612607886

Bagaimana tahap lanjutan bertambah parah kemudian pada tahap akhir penyakit sembuh total ?

Jawab:

Gebby Dwi Puspitarini 13 061 260 788 1/2013

Gambar

Tabel 2.1 Spesies Vibrio dan lokasi kuman menyebabkan infeksi
Tabel 2.2 Klasifikasi dehidrasi dan defisit cairan berdasar temuan klinis
Tabel 2.4 Penjelasan Penggunaan Vaksin Kolera (Cahyono, 2010)

Referensi

Dokumen terkait

Manakala yang lain beranggapan bahwa hubungan seksual sesame jenis(homoseksual) tidak dapat menularkan pelbagai virus serta bakteri yan berbahaya ini. Hal ini mungkin disebabkan

Rencana Terapi B, jika penderita mengalami dehidrasi ringan – sedang yaitu diare yang terjadi dan melibatkan dua atau lebih tanda. di bawah ini yaitu: Gelisah dan rewel,

Terinfeksi secara latent adalah kondisi dimana didalam tubuh penderita terdapat bakteri TB yang bersifat dormant(tidur), tidak menimbulkan penyakit TB dalam tubuh penderita,

Selain infeksi saluran pernafasan akut, anak-anak juga menderita sakit seperti diare, muntah, menolak makan, dan infeksi kulit (Sikolia, 2002). b) Bukan pneumonia: jika anak

Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak