A. Gambaran Umum Pengadilan Agama
a. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Kota Palangka Raya
Adapun sejarah Pengadilan Agama Kota Palangka Raya sebagai berikut:
Provinsi Kalimantan Tengah diresmikan pembentukannya oleh
Presiden Pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno pada tahun 1957 yang
terdiri dari 1 (satu) Kotamadya dan 5 (lima) kabupaten. Seiring dengan
pembentukan propinsi tersebut yang baru kota di Palangka Raya dengan
serta merta diperlukan lembaga penunjang yang akan menjalankan
pemerintahan yang baru dibentuk tersebut, maka secara bertahap
dibentuklah institusi kelembagaan baik yang ditingkat propinsi maupun
tingkat kabupaten. Sampai tahun 1967 Pengadilan Agama Palangka Raya
belum terbentuk, masyarakat muslim di Palangka Raya merasa perlu
memohon Pemerintah Pusat melalui tokoh- tokoh masyarakat untuk
membentuk Pengadilan Agama di Palangka Raya karena Pengadilan
Negri sudah terbentuk, Menyikapi keinginan dari masyarakat Palangka
Raya dalam rapat kerja Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Beragama Islam yang di adakan pada tanggal 2 s/d 4 April 1968 di
Banjarmasin dalam putusan hasil rapat tersebut antara lain menghendaki
agar segera dibentuk Pengadilan Agama/ Mahkamah Syari‟ah di
di jadikan pertimbangan oleh Menteri Agama dalam pembuatan surat
Keputusan Nomor 195 tahun 1968 yang menjadi dasar Pembentukan
Pengadilan Agama Palangka Raya. Walaupun Menteri Agama telah
mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan Pengadilan Agama
di Palangka Raya pada tahun 1968, namun baru ada realisasi berupa
penyediaan sarana dan prasarana fisik gedung kantor pada tahun
Anggaran 1974/1975 dari DIP Pemerintah Tingkat I Propinsi Kalimantan
Tengah.
Lokasi kantor terletak di Jln Kapten Piere Tendean No.2 Palangka
Raya dengan luas bangunan pertama kali seluas 200 m2. Adapun
Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Agama baru mengirim atau
menyediakan tenaga pegawainya pada tahun 1976, pada tahun itu untuk
pertama kali di kirim dari Jakarta dua orang Pegawai masing-masing Drs
Mohsoni dan Ustuhri BA. Drs Mohsoni berkedudukan sebagai Ketua
Pengadilan/Hakim dan Ustuhri BA sebagai Panitera. Dan secara bertahap
pada tahun 1977 di tambah satu orang pegawai yang bernama A. Shobur
Hasan BA, kemudian pada tahun 1978 ditambah satu orang pegawai yang
bernama Shaleh BA. Pada tahun – tahun berikutnya secara bertahap
walaupun tidak setiap tahun ada penambahan pegawai yang akhirnya pada
tahun 2010 ini pegawai tetapnya berjumlah 38 orang dan 7 orang tenaga
pada awal mula pembangunan tahun l974/1975 hanya seluas 200 m2
sekarang telah menjadi 1.113,03 m2 dan berlantai dua.27
b. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Palangka Raya
Adapun dasar hukum pembentukan Pengadilan Agama Palangka
Raya mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1957 tentang
Pembentukan Pengadilan Agama/Mahkamah Syari‟ah diluar Jawa dan
Madura. Dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah tersebut disebutkan :
“Ditempat-tempat yang ada Pengadilan Negeri ada sebuah Pengadilan
Agama/Mahkamah Syari‟ah, yang daerah hukumnya sama dengan daerah hukum Pengadilan Negeri”. Dalam pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1957 disebutkan juga bahwa ” Pelaksanaan dari Peraturan ini diatur oleh Menteri Agama”.
Sehubungan dengan Peraturan Pemerintah tersebut Menteri Agama
mengeluarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 195 tahun 1968 tentang
Penambahan Pembentukan Pengadilan Agama/Mahkamah Syari‟ah di
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara dan Sumatra.
Dalam surat keputusan Menteri Agama tersebut disebutkan dalam poin
menetapkan : “Membentuk Pengadilan Agama/Mahkamah Syari‟ah di
daerah-daerah dan berkedudukan di kota-kota sebagai berikut :
1. Kotamadya Palangka Raya di Palangka Raya
2. Kabupaten Kotawaringin Barat di Pangkalan Bun
3. Kabupaten Barito di Buntok.”
27
Dalam poin ke enam Keputusan Menteri Agama tersebut
disebutkan “Keputusan ini mulai berlaku pada hari ditetapkan.”
Sedangkan keputusan tersebut di tetapkan di Jakarta pada tanggal 28
Agustus 1968.28
c. Wilayah Hukum Pengadilan Agama Kota Palangka Raya
Wilayah Hukum Pengadilan Agama Palangka Raya, mencakup
seluruh wilayah kota Palangka Raya yang meliputi 5 (lima) Kecamatan
dengan 29 Kelurahan.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas
Sebelah Timur Berbatasan dengan Kabupaten Kapuas
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Katingan
a) Kecamatan Pahandut meliputi:
Kelurahan Langkai
Kelurahan Pahandut
Kelurahan Pahandut Seberang
Kelurahan Tanjung Pinang
Kelurahan Panarung
28
b) Kecamatan Jekan Raya meliputi:
Kelurahan Palangka
Kelurahan Menteng
Kelurahan Bukit Tunggal
Kelurahan Bukit Ketimpun
c) Kecamatan Sebangau meliputi:
Kelurahan Bereng Bengkel
Kelurahan Kalampangan
Kelurahan Kereng Bangkirai
Kelurahan Kamelu Baru
Kelurahan Danau Tundai
Kelurahan Sebaru
d) Kecamatan Bukit Batu meliputi:
Kelurahan Marang
Kelurahan Tumbang Tahai
Kelurahan Banturung
Kelurahan Sei Gohong
Kelurahan Tengkiling
Kelurahan Kanarakan
e) Kecamatan Rakumpit meliputi:
Kelurahan Petuk Bukit
Kelurahan Panjehang
Kelurahan Petuk Barunai
Kelurahan Mangkubaru
Kelurahan Pager
Kelurahan Bukit Sua
Kelurahan Gaum Baru
d. Visi dan Misi Pengadilan Agama Palangka Raya
a. Visi
Adapun visi Pengadilan Agama Palangka Raya adalah
”TERWUJUDNYA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA PALANGKA RAYA YANG ADIL DAN BERWIBAWA “.
Dalam mewujudkan visi tersebut, perlu adanya upaya atau
usaha-usaha perbaikan baik sarana maupun prasarana guna mewujudkan badan
peradilan Agama Indonesia yang Agung dan Pengadilan Agama Palangka
Raya secara khusus.
b. Misi
1) Memberikan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan dengan
asas sederhana, cepat, dan biaya ringan.
2) Meningkatkan profesionalisme seluruh aparatur penyelenggara
3) Menjaga kemandirian hakim yang bebas dari segala bentuk campur
tangan dari suatu kekuasaan atau kekuatan sosial atau kekuatan politik
yang menggiring suatu majelis hakim pada arah tertentu.
4) Meningkatkan kredibilitas dan transparansi penyelenggaraan peradilan.
5) Menciptakan budaya taat hukum baik penyelenggara peradilan maupun
masyarakat pencari keadilan.29
e. Daftar Nama Majelis Hakim, Panitera, dan Juru Sita, Serta
Struktur Organisasi Pengadilan Agama Palangka Raya
No. Nama Jabatan
1 Drs. H. Mahbub A., M.HI Hakim Ketua
2 Drs. H. M. Gapuri, S.H, MH Wakil Hakim Ketua
3 Drs. Najamuddin, S.H, MH Hakim
4 H. Muhammad Rahmadi, S.H, M.H. Hakim
5 H. Ahmad Farhat, S.Ag, S.H, M.HI Hakim
6 Siti Fadiah, S.Ag Hakim Hakim
7 M. Mahin Ridlo Afifi, S.HI Hakim
8 Kamaluddin, S.Ag Panitera
9 Drs. Anas H Basri Wakil Panitera
10 Dyah Ayu Sekar Laila, S.Ag Panitera Muda Gugatan
11 H. M. Sidik, S.H Panitera Muda Hukum
29
12 Frislyasi, S.HI Panitera Muda Pemohon
13 Yusuf, BA Panitera Pengganti
14 Mahmudah, S.Ag, S.H Panitera Pengganti
15 Nurul Jamaliah, S.Ag
16 Hj. Siti Rumiah, S.HI Panitera Pengganti
17 Mardiana Indah. S.Ag Panitera Pengganti
18 Titie Noorasyiah, S.Ag Panitera Pengganti
19 Fatimah, S.H Panitera Pengganti
20 Drs. H. Raujan Panitera Pengganti
21 Muhammad Ikhwan, S.Ag, S.H,
MH
Panitera Pengganti
22 Dra. Hj. Jumantan Panitera Pengganti
23 Dra. ST. Murahmi, MH Panitera Pengganti
24 Dra. Hj. Hilaliyah Panitera Pengganti
25 H. Said Harli, S.Ag Panitera Pengganti
26 Hanifah Akhmad, S.HI Jurusita
27 Mahli Jurusita Pengganti
28 Nuridawati Jurusita Pengganti
29 Thoyib, S.HI Jurusita Pengganti
30 Salasiah, A. Md Jurusita Pengganti
31 Anni Sofia Tazkianti, S.H Jurusita Pengganti
f. Tugas dan Fungsi Pengadilan Agama Palangka Raya
Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus
dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antar orang yang beragama
Islam dalam bidang:
1) Perkawinan;
2) Waris, Wasiat dan Hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam;
3) Wakaf, Zakat, Infaq dan Shadaqah;
4) Ekonomi syariah (pasal 49 UU Nomor. 3 tahun 2006);
5) Tugas dan kewenangan lain yang diberikan oleh atau berdasarkan
undang-undang (Pasal 52 UU Nomor. 3 tahun 2006).30
Adapun mengenai pengertian dari tugas dan fungsi yang peneliti
paparkan di atas, sudah peneliti jelaskan pada bagian kewenangan
Pengadilan Agama.
g. Kewenangan Pengadilan Agama
Adapun Wewenang Pengadilan Agama berdasarkan penjelasan
pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama adalah :
1. Perkawinan
Dalam perkawinan, wewenang Pengadilan Agama diatur dalam
atau berdasarkan Undang-Undang mengenai perkawinan yang
berlaku yang dilakukan menurut syari‟ah, yaitu:
30
a. Ijin beristeri lebih dari seorang;
b. Ijin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia
21 tahun dalam hal orang tua, wali, atau keluarga dalam garis
lurus ada perbedaan pendapat;
c. Dispensasi kawin;
d. Pencegahan perkawinan;
e. Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;
f. Pembatalan perkawinan;
g. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami atau isteri;
h. Perceraian karena talak;
i. Gugatan perceraian;
j. Penyelesaian harta bersama;
k. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak
bilamana bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak
memenuhinya;
1. Penguasaan anak-anak;
m. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami
kepada bekas isteri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas
isteri;
n. Putusan tentang sah tidaknya seorang anak;
o. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;
q. Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal
kekuasaan seorang wali dicabut;
r. Penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum
cukup umur 18 (delapan belas) tahun yang ditinggal kedua
orang tuanya, padahal tidak ada penunjukan wali oleh orang
tuanya;
s. Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak
yang ada di bawah kekuasaannya;
t. Penetapan asal usul seorang anak dan penetapan pengangkatan
anak berdasarkan hukum Islam;
u. Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk
melakukan perkawinan campur; dan
v. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum
Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan
dijalankan menurut peraturan yang lain.31
2. Waris
Dalam perkara waris, yang menjadi tugas dan wewenang
Pengadilan Agama disebutkan berdasarkan penjelasan Pasal 49
huruf b Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama adalah:
a. Penentuan siapa-siapa yang menjadi ahli waris;
31
b. Penentuan mengenai harta peninggalan;
c. Penentuan bagian masing-masing ahli waris;
d. Melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut;
e. Penetapan Pengadilan atas permohonan seseorang tentang
penentuan siapa yang menjadi ahli waris, dan penentuan
bagian-bagiannya.32
Adapun dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama terdapat kalimat yang
berbunyi: “Para pihak sebelum berperkara dapat
mempertimbangkan untuk memilih hukum apa yang dipergunakan
dalam pembagian warisan”. Sekarang, dengan adanya amandemen
terhadap Undang-Undang tersebut, kalimat itu dinyatakan dihapus.
Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama dijelaskan, bilamana pewarisan itu
dilakukan berdasarkan hukum Islam, maka penyelesaiannya
dilaksanakan oleh Pengadilan Agama. Selanjutnya dikemukakan
pula mengenai keseragaman kekuasaan Pengadilan Agama di
seluruh wilayah nusantara yang selama ini berbeda satu sama lain,
karena perbedaan dasar hukumnya.33
Selain itu, berdasarkan pasal 107 Undang-Undang Nomor 7
tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Pengadilan Agama juga
32Ibid. 33
diberi tugas dan wewenang untuk menyelesaikan permohonan
pembagian harta peninggalan di luar sengketa antara orang-orang
agama yang beragama Islam yang dilakukan berdasarkan hukum
Islam.
3. Wasiat
Mengenai wasiat, wewenang Pengadilan Agama diatur dalam
penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Peradilan Agama dijelaskan
bahwa definisi wasiat adalah: “Perbuatan seseorang memberikan
sesuatu kepada orang lain atau lembaga/badan hukum, yang
berlaku setelah yang memberi tersebut meninggal dunia.”34
Namun, Undang-Undang tersebut tidak mengatur lebih jauh
tentang wasiat. Ketentuan lebih detail diatur dalam Instruksi
Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam
(KHI). Dalam KHI, wasiat ditempatkan pada bab V, dan diatur
melalui 16 pasal.
Ketentuan yang mendasar yang diatur di dalamnya adalah
tentang: syarat orang membuat wasiat, harta benda yang
diwasiatkan, kapan wasiat mulai berlaku, di mana wasiat
dilakukan, seberapa banyak maksimal wasiat dapat diberikan,
bagaimana kedudukan wasiat kepada ahli waris, dalam wasiat
34
harus disebut dengan jelas siapa yang akan menerima harta benda
wasiat, kapan wasiat batal, wasiat mengenai hasil investasi,
pencabutan wasiat, bagaimana jika harta wasiat menyusut, wasiat
melebihi sepertiga sedang ahli waris tidak setuju, di mana surat
wasiat disimpan, bagaimana jika wasiat dicabut, bagaimana jika
pewasiat meninggal dunia, wasiat dalam kondisi perang, wasiat
dalam perjalanan, kepada siapa tidak diperbolehkan wasiat, bagi
siapa wasiat tidak berlaku, wasiat wajibah bagi orang tua angkat
dan besarnya, dan wasiat wajibah bagi anak angkat serta
besarnya.35
4. Hibah
Mengenai hibah, dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006 memberikan definisi tentang hibah sebagai:
“pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari
seseorang atau badan hukum kepada orang lain atau badan hukum
untuk dimiliki.”36
Hibah secara garis besar diatur dalam KHI, dengan menempati
bab VI, dan hanya diatur dalam lima pasal. Secara garis besar
waris, dan hibah yang dilakukan di luar wilayah Republik
Indonesia.
5. Wakaf
Wakaf dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006 dimaknai sebagai: “perbuatan seseorang atau sekelompok
orang (wakif) untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian
harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk
jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna
keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut
syari‟ah.”37
Tentang wakaf ini tidak dijelaskan secara rinci dalam
Undang-Undang ini.
Adapun ketentuan lebih luas tercantum dalam KHI, Buku
III, Bab I hingga Bab V, yang mencakup 14 pasal. Pasal-pasal
tersebut mengatur: Ketentuan umum, yaitu definisi wakaf, wakif,
ikrar, benda wakaf, nadzir, Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf;
fungsi wakaf; subjek hukum yang dapat mewakafkan harta
bendanya; syarat benda wakaf; prosedur mewakafkan;
syarat-syarat nadzir; kewajiban dan hak-hak nadzir; pendaftaran benda
wakaf; perubahan, penyelesaian dan pengawasan benda wakaf.
Khusus mengenai perwakafan tanah milik, KHI tidak
mengaturnya. Ia telah diregulasi empat tahun sebelumnya dalam
Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977, lembaran negara No. 38
tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.
6. Zakat
Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorag
Muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh orang Muslim sesuai
dengan ketentuan syari‟ah untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya. KHI tidak menyinggung pengaturan zakat.
Regulasi mengenai zakat telah diatur tersendiri dalam
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Lembaran Negara Nomor
164 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Secara garis besar, isi
Undang-Undang ini adalah: Pemerintah memandang perlu untuk
campur tangan dalam bidang zakat, yang mencakup: perlindungan,
pembinaan, dan pelayanan kepada muzakki, mustahiq dan amil
zakat; tujuan pengelolaan zakat; organisasi pengelolaan zakat;
pengumpulan zakat; pendayagunaan zakat; pengawasan
pengelolaan zakat; dan sanksi terhadap pelanggaran regulasi
pengelolaan zakat.
7. Infaq
Infaq dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006 diartikan dengan: “perbuatan seseorang memberikan sesuatu
kepada orang lain guna menutupi kebutuhan, baik berupa makanan,
menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlash,
dan karena Allah Subhanahu Wata‟ala.”
Adapun kewenangan Pengadilan Agama ini belum pernah
diatur secara tersendiri dalam bentuk peraturan
perundang-undangan, dan dalam Undang-Undang ini juga tak diatur lebih
lanjut.
8. Shadaqah
Mengenai shadaqah diartikan sebagai: “Perbuatan
seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain atau
lembaga/badan hukum secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi
oleh waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap ridha Allah dan
pahala semata.”
Sama seperti infaq, shadaqah juga tidak diatur dalam
regulasi khusus. Dan hingga kini belum ada peraturan
perundang-undangan yang mengaturnya.
9. Ekonomi Syari’ah
Ekonomi syari‟ah diartikan dengan: “Perbuatan atau
kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari‟ah.”
Kewenangan itu antara lain:
b. Lembaga Keuangan Mikro Syari‟ah; c. Asuransi Syari‟ah;
d. Reasuransi Syari‟ah; e. Reksadana Syari‟ah;
f. Obligasi Syari‟ah dan Surat Berharga Berjangka Menengah Syari‟ah;
g. Sekuritas Syari‟ah; h. Pembiayaan Syari‟ah; i. Pegadaian Syari‟ah;
j. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syari‟ah; dan k. Bisnis Syari‟ah.
Demikian kewenangan Pengadilan Agama yang peneliti
temukan dari berbagai sumber.
B. Isi Putusan Pengadilan Agama Kota Palangka Raya Nomor
171/Pdt.G/2014.PA.Plk
a. Posita (Duduk Perkara)
Posita atau duduk perkara dalam surat gugatan penggugat antara
SS dan Sw (initial), pada awalnya suami istri telah sah bercerai melalui
Putusan Pengadilan Agama, melalui putusan pada Tingkat Kasasi yakni
Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 688 K/AG/2013 tanggal 13
Desember 2013, seperti yang disebutkan dalam Akta Cerai Nomor
ini ialah masalah harta bersama yang belum dibagi setelah perceraian,
sehingga penggugat mengajukan gugatannya pada tanggal 05 Mei 2014
yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Kota Agama Palangka
Raya dengan Nomor: 107/Pdt.G/2014/PA Plk, dengan perubahan secara
tertulis pada tanggal 09 Juni 2014 dengan dalil-dalil sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah asalnya suami istri dan
sah bercerai mulalui Putusan Pengadilan Agama dalam hal ini
putusan pada Tingkat Kasasi yaitu putusan Mahkamah Agung
RI Nomor 688 K/AG/2013 tanggal 13 Desember 2013,
sebagaimana tersebut dalam Akta Cerai Nomor
102/AC/2014/PA Plk;
2. Bahwa selama perkawinan Penggugat dan Tergugta atau
sebelum bercerai telah memperoleh harta bersama dan seelah
bercerai harta bersama tersebut belum dibagi;
3. Bahwa adapun harta bersama yang diperoleh selama
perkawinan Penggugat dan Tergugat sebelum terjadi
perceraian dan belum dibagi setelah perceraian Penggugat dan
Tergugat adalah:
3.1. Tanah terletak di pinggir Jalan Putri Junjung Buih dengan
luas 1.000 M2 (Meter Persegi) yang di atasnya berdiri
sebuah rumah permanen. Dengan ukuran Panjang 80
meter dan lebar bagian selatan 10 meter, dengan
- Utara dengan Jalan Putri Junjung Buih;
- Selatan dengan Jalan;
- Timur dengan Cece Limanto;
- Barat dengan parit pengaringan;
Nilai harta Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah).
Keterangan: Sertifikat Hak Milik Nomor 2296 atas nama
Sw, tertanggal 5 Juli 1993. Sertifikat ada pada Penggugat;
3.2. Tanah sebanyak 1 kapling terletak di Jalan G.Obos,
Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya, Kota
Palangka Raya, dengan ukuran keseluruhan Panjang 60
meter, dan lebar 30 meter, dengan batas-batas:
- Utara dengan Siti Solehah;
- Timur dengan Jalan;
- Selatan dengan Rencana Jalan;
- Barat dengan Abdul Kasim;
Nilai harta Rp. 70.000.000,- (tujuh puluh juta rupiah).
Keterangan: Surat Pernyataan Tanah atas nama Sw,
tertanggal 9 November 2012 yang diketahui oleh Ketua
RT. 07/RW. VI Ikhsanudin, SH dan diketahui juga oleh
Lurah Menteng Roly Irhamna, S.STP, teregister Nomor
100.594/995/KL-MTG/Pem, tertanggal 12 November
S.Pd., M.Si, teregister Nomor 594.138/338/Pem,
tertanggal 14 November 2012;
3.3. Tanah sebanyak 1 Kapling terletak di Jalan G.Obos,
Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya, Kota
Palangka Raya, dengan ukuran keseluruhan panjang 60
meter, lebar 30 meter, dengan batas-batas:
- Utara dengan Sudarwanto;
- Timur dengan Jalan;
- Selatan dengan Sudarwanto;
- Barat dengan Abdul Kasim;
Nilai harta Rp. 70.000.000,- (tujuh puluh juta rupiah).
Keterangan: Surat Penrnyataan Tanah atas nama SS,
tertanggal 9 November 2012 yang diketahui oleh Ketua
RT. 07/RW. VI Ikhsanudin, SH dan diketahui juga oleh
Lurah Menteng Roly Irhamna, S.STP, teregister Nomor
100.594/997/KL-MTG/Pem, tertanggal 12 November
2012 dan diketahui juga oleh Camat Jekan Raya Saiful,
S.Pd., M.Si, teregister Nomor 594.138/339/Pem,
tertanggal 14 November 2012;
3.5. Tanah terletak Jalan Adonis Samad atas nama M.
Suriansyah, dengan ukuran Panjang 50 meter, Lebar 40
meter, dibeli tanggal 24 Oktober 2012 oleh Sw dengan
40.000.000,- (empat puluh juta rupiah), sisa pembayaran
Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah);
3.6. Tanah terletak di Desa Cemoro Rejo RT. 02/RW. 05
Kujon Manis Tanjung Anom, Kabupaten Nganjuk Jawa
Timur, dibeli oleh SS dari Sumiran senilai Rp.
91.000.000,- (sembilan puluh satu juta rupiah);
Nilai harta Rp. 190.000.000,- (seratus sembilan puluh juta
rupiah);
3.7. Tanah terletak di Komplek Pepabri dengan ukuran
Panjang 40 meter dan Lebar 25 meter, Luas 995 meter
persegi dengan surat atas nama Surtini Bahen. Sertifikat
Hak Milik Nomor 1786, belum balik nama kepada
Penggugat atau Tergugat.
Nilai harta 80.000.000,- (delapan puluh juta rupiah).
Keterangan Sertifikat pada Tergugat;
3.8. Mobil Merk Nissan Tipe Terano Kingsroad warna hitam
silver Tahun 2004, Nomor Polisi L 2961 AC, sekarang
dipindahkan ke Palangka Raya, Nomor Polisi berubah
menjadi KH 999 SD;
3.9. Sebuah mobil jenis Truck Merk Mitsubisi Tahun 2006,
Nomor Polisi KH 9018 AC.
Keterangan: Mobil atas nama Sw, dan pengambilan mobil
ini sepengatahuan Wanto dan mobil telah dijual oleh
Penggugat dengan sepengatuan dan seijin Tergugat yang
uangnya Tergugat ketahui untuk keperluan hidup
sehari-hari Penggugat dan anaknya Ca (inisial), karena sejak
adanya gugatan cerai didaftarkan di Pengadilan Agama
Palangka Raya sampai adanya Putusan Mahkamah Agung
RI dan sampai keluar Akta Cerai untuk Tergugat tidak
pernah membiayai hidup atau memberi nafkah pada
Penggugat dan anaknya sampai sekarang ini;
3.10. Sebuah mobil jenis Truck Merk Colt Diesel Tahun 2010,
Nomor Polisi S 9808 UW.
Nilai harta Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta
rupiah).
Keterangan: Mobil Truck masih di tangan Penggugat;
4. Bahwa setelah bercerai Penggugat pernah dengan cara
kekeluargaan agar harta bersama yang diperoleh selama
perkawinan sebagaimana terrsebut dalam poit 3 posita gugatan
ini, agar dibagi sesuai aturan hukum yang berlaku, akan tetapi
Tergugat tidak menanggapinya;
5. Bahwa mengingat Penggugat merasa Tergugat tidak ada niat
baik untuk membagi secara kekeluargaan harta bersama yang
sementara secara hukum harta point 3 posita gugatan ini
diperoleh semasa perkawinan Penggugat dan Tergugat, dan
oleh karenanya baik itu hukum Ahama maupun hukum
Negara, dalam perkara ini Penggugat punya hak ats harta
bersama yang dipeoleh selama perkawinan tersebut, maka
kiranya tidak salah dan beralasan hukum dilamana Penggugat
mengajukan gugatan pembagian harta bersama tersebut sesuai
aturan hukum yang berlaku;
6. Bahwa mengingat Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam dan Pasal
Undang-UndangNomor 7 tahun 1989, maka beralasan hukum
Penggugat mengajukan gugatan pada Tergugat, yaitu gugatan
pembagian harta bersama yang bdiperoleh selama perkawinan
dan harta yang dibeli dari uang yang diperoleh selama
perkawinan, sebagaimana harta bersama tersebut pada point 3
posita gugatan ini, pada Pengadilan Agama Palangka Raya;
7. Bahwa mengingat Penggugat khawatir selama proses perkara
ini berjalan, Tergugat dapat memindahtangankan penguasaan
atas harta bersama kepada pihak Ketiga atau untuk jaminan
terjaganya keutuhan baik secara kualitas dan kuantitas harta
bersama sebgaimana point 3 posita gugatan ini, maka
beralasan hukum bilamana Pengadilan Agama Palangka Raya
agar meletakkan Sita Jaminan atas harta bersama tersebut point
3 posita gugatan ini;
8. Bahwa mengingat Penggugat mengajukan gugatan ini
berdasarkan alat-alat bukti yang kuat, maka beralasan hukum
manakala perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu walau
ada Verzet, Banding maupun Kasasi;38
b. Petitum (Permohonan)
Berdasarkan posita atau duduk perkara yang telah disebutkan di
atas, adapun permohonan Penggugat kepada Ketua Pengadilan Agama
Palangka Raya sebagai berikut:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan harta bersama sebagaimana tersebut dan terurai
dalam point 3 posita gugatan Penggugat adalah harta bersama
yang diperoleh selama perkawinan Penggugat dan Tergugat
dan harta bersama tersebut belum dibagi dua atau terbagi
hingga sekarang ini;
3. Meletakkan Sita Jaminan atas harta bersama yang diperoleh
selama perkawinan Penggugat dan Tergugat atas harta benda
sebagaiman tersebut dan terurai pada point 3 posita gugatan
ini;
4. Menghukum Tergugat membagi harta bersama pada Penggugat
atas harta bersama yang belum terbagi sebagaiamana tersebut
38
pada point 3 posita gugatan di atas, yaitu membagi sesuai
aturan hukum yang berlaku kalau dihitung nilai harta bersama
secara keseluruhan adalah 2.980.000.000,- (dua milyar
sembilan ratus delapan puluh juta rupiah) : 2 = Rp.
1.490.000.000,- (satu milyar empat ratus sembilan puluh juta
rupiah);
5. Menghukum Tergugat membayar uang paksa Rp. 500.000,-
(lima ratus ribu rupiah) tiap harinya bilamana lalai atau tidak
membagi harta bersama pada Penggugta terhitung perkara ini
berkekuatan hukum tetap (BHT);
6. Menyatakan putusan ini bisa dijalankan walaupun ada Verzet,
Banding, maupun Kasasi;
Atau:
Bilamana Ketua Pengadilan Agama Palangka Raya melalui
Majelis Hakimnya berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya.39
c. Konvensi (Kesepakatan)
Berdasarkan dalil-dalil posita, maka Pengadilan Agama Palangka
Raya, dalam konvensinya:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi untuk sebagian;
39
2. Menyatakan harta bersama Penggugat Rekonvensi dengan
Tergugat Rekonvensi yang berada dalam penguasaan Tergugat
Rekonvensi adalah berupa:
2.1.Tanah terletak di pinggir Jalan Putri Junjung Buih dengan
luas 1.000 M2 (Meter Persegi) yang di atasnya berdiri
sebuah rumah permanen. Dengan ukuran Panjang 80
meter dan lebar bagian selatan 10 meter, dengan
batas-batas:
- Utara dengan Jalan Putri Junjung Buih;
- Selatan dengan Jalan;
- Timur dengan Cece Limanto;
- Barat dengan parit pengaringan;
Keterangan: Sertifikat Hak Milik Nomor 2296 atas nama
Wanto, tertanggal 5 Juli 1993. Sertifikat ada pada
Penggugat;
2.2.Tanah sebanyak 1 kapling terletak di Jalan G.Obos,
Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka
Raya, dengan ukuran keseluruhan Panjang 60 meter, dan
lebar 30 meter, dengan batas-batas:
- Utara dengan Siti Solehah;
- Timur dengan Jalan;
- Selatan dengan Rencana Jalan;
Keterangan: Surat Pernyataan Tanah atas nama Wanto,
tertanggal 9 November 2012 yang diketahui oleh Ketua RT.
07/RW. VI Ikhsanudin, SH dan diketahui juga oleh Lurah
Menteng Roly Irhamna, S.STP, teregister Nomor
100.594/995/KL-MTG/Pem, tertanggal 12 November 2012
dan diketahui juga oleh Camat Jekan Raya Saiful, S.Pd.,
M.Si, teregister Nomor 594.138/338/Pem, tertanggal 14
November 2012. Sertifikat tanah ada pada Penggugat;
2.3.Tanah sebanyak 1 Kapling terletak di Jalan G.Obos,
Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka
Raya, dengan ukuran keseluruhan panjang 60 meter, lebar
30 meter, dengan batas-batas:
- Utara dengan Sudarwanto;
- Timur dengan Jalan;
- Selatan dengan Sudarwanto;
- Barat dengan Abdul Kasim;
Keterangan: Surat Penrnyataan Tanah atas nama Solehah,
tertanggal 9 November 2012 yang diketahui oleh Ketua RT.
07/RW. VI Ikhsanudin, SH dan diketahui juga oleh Lurah
Menteng Roly Irhamna, S.STP, teregister Nomor
100.594/997/KL-MTG/Pem, tertanggal 12 November 2012
M.Si, teregister Nomor 594.138/339/Pem, tertanggal 14
November 2012. Surat-surat tanah ada pada Penggugat;
2.4.Satu kapling tanah di Jalan G.Obos, Keluraha Menteng,
Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya, dengan
ukuran Panjang 60 meter, lebar 30 meter, dengan
batas-batas:
- Utara dengan Sudarwanto;
- Timur dengan Jalan;
- Selatan dengan Sudarwanto;
- Barat dengan Abdul Kasim;
Keterangan: surat-surat tanah ada pada Penggugat
2.5.Tanah terletak di Desa Cemoro Rejo RT. 02/RW. 05 Kujon
Manis Tanjung Anom, Kabupaten Nganjuk Jawa Timur,
atas nama Solehah.
Keterangan: Sertifikat pada Tergugat;
2.6.Tanah terletak di Komplek Pepabri dengan ukuran Panjang
40 meter dan Lebar 25 meter, Luas 995 meter persegi
dengan surat atas nama Surtini Bahen.
Keterangan: Sertifikat pada Tergugat.
3. Menyatakan ½ (seperdua) dari harta sebagaimanatersebut pada
diktum angka 2 (dua) adalah menjadi bagian Penggugat dan ½
4. Menghukum Penggugat dan Tergugat untuk membagi dua
harta tersebut, yakni ½ (seperdua) untuk Penggugat dan ½
(seperdua) lainnya untuk Tergugat;
5. Menghukum Tergugat untuk menyerahkan kepada Penggugat
bagian Penggugat atas harta bersama tersebut, yakni ½
(seperdua) dari harta yang berada dalam penguasaan Tergugat,
yakni, seluruh tanah yang disebutkan di atas, dan satu unit
Mobil Merk Nissan Tipe Terano Kingroad
6. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya.40
d. Rekonvensi
Berdasarkan dalil-dalil posita, maka Pengadilan Agama Palangka
Raya, dalam rekonvensinya:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi untuk sebagian;
2. Menyatakan harta bersama Penggugat Rekonvensi dengan
Tergugat Rekonvensi yang berada dalam penguasan Tergugat
Rekonvensi adalah berupa:
2.1. Satu unit Truck Merk Mitsubishi, pembuatan tahun 2006,
type FE349H, Nomor Rangka MHMFE349H6R017819,
Nomor Mesin 4D34D827506, BPKB Nomor H11012655,
Nomor Polisi KH 9018 AC perubahan menjadi KH 8338
AM yang telah dijual Tergugat Rekonvensi seharga Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah);
40
2.2.Satu unit Mobil Truck Merk Mitsubishi Tahun pembuatan
2010, type FE745 4X2 MT, Nomor Rangka
MHMFE74P4AK039654, Nomor Mesin AD34TF57179,
BPKB Nomor H02665777, Nomor Polisi S 9808 UW an.
Ismail yang dibeli dengan cara leasing dari PT. Tri Hamas
dengan kewajiban angsuran perbulan sebesar Rp.
2.491.000,- (dua juta empat ratus sembilan puluh satu ribu
rupiah);
Keterangan: Mobil belum lunas. Mobil berada di tangan
Penggugat sejak tanggal 14 Maret 2014, dan angsurannya
dibayar oleh Tergugat;
e. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk menyerahkan
kepada Penggugat Rekonvensi bagian Penggugat
Rekonvensi atas harta bersama tersebut, yakni ½ (seperdua)
dari harta tersebut pada diktum 2.1 Rekonvensi = ½ x Rp.
100.000.000,- = Rp. 50.000.000,- (limat puluh juta rupiah)
ditambah ½ (seperdua) dari harta tersebut pada diktum 2.2
Rekonvensi (setelah dilunasi sisa angsuran pada PT. Tri
Hamas), ditambah angsuran leasing dari bulan April 2014
sampai dengan Desember 2014 sebesar Rp. 22.419.000,-
f. Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi untuk selain dan
selebihnya.41
C. Hasil Wawancara Bersama Hakim Pengadilan Agama Kota Palangka
Raya
mengenai proses pembagian harta bersama di Pengadilan Agama,
adapun jawaban beliau sebagai berikut:
a. Mengajukan surat gugatan perceraian terlebih dahulu (pasal
86 UU no. 7,8,9, pasal 187 KHI, pasal 157 KHI, pasal 97
Kemudian pada pertanyaan kedua, mengenai kesulitan Hakim
dalam pembagian harta bersama, beliau mengatakan bahwa pada
kenyataan di lapangan, sangat banyak kesulitan yang dihadapi
oleh para Hakim Pengadilan Agama, diantaranya, yakni:
a. Para pihak yang mengajukan gugatan status hukum harta
tidak jelas (dijual, harta tidak ada);
41
b. Ada ketidaksepakatan;
c. Diberikan ke orang lain;
d. Perkara gugatan tidak jelas.
Kemudian pada pertanyaan yang ketiga, peneliti menanyakan
mengenai caramengatasi kesulitan pembagian harta bersama,
beliau hanya memberi 2 jawaban untuk cara mengatasi kesulitan
tersebut, yakni:
Pertama, memberitahukan kepada para pihak terlebih dahulu agar tidak menjual barang/ harta yang diajukan dalam gugatan; kemudian yang kedua ,memberitahukan kepada anak-anak mereka agar tidak campur harta orang tua (misalkan diberi harta, berikan harta yang jelas, misalkan ikut bekerja, berikan upah yang pasti).
Adapun untuk pertanyaan terakhir yang peneliti tanyakan
yakni, mengenai rujukan Pengadilan Agama dalam pembagian
harta bersama, adapun beliau menjawab, Undang-Undang yang
berlaku di wilayah RI dan Hukum Syara‟ / Syar‟i (Islam).
2. Informan Kedua
Nama : AB
Umur : 48 tahun
Jabatan : Hakim
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Hakim AB,
mengenai proses pembagian harta bersama, adapun prosesnya
menurut beliau, yaitu:
a. Mengajukan surat gugatan. Bisa dibuat sendiri, atau minta
b. Pemanggilan Penggugat dan Tergugat;
Kemudian, pada pertanyaan kedua yang peneliti ajukan
mengenai kesulitan Hakim dalam pembagian harta bersama, seperti
halnya Hakim Nj, Hakim AB menyatakan bahwa pada kenyataan
nya di lapangan, banyak terjadi kesulitan yang ditemukan,
diantaranya:
a. Status hukum harta tidak jelas (dijual, harta tidak ada);
b. Tidak dapat mendatangka saksi;
c. Harta berkongsi dengan orang lain (tidak dapat diterima);
d. Tingkat pendidikan Penggugat dan Tergugat agak rendah,
sehingga sulit untuk diberi pemahaman atau pengertian;
e. Salah satu pihak ada yang bersifat tempramental atau
merasa mencari harta itu sendiri/ tidak bersama-sama;
f. Harta telah dijual terlebih dahulu;
g. Suami berpoligami/ istri selingkuh;
h. Salah satu pihak beranggapan bahwa yang berbuat salah
tidak berhak mendapatkan pembagian harta bersama;
i. Pengancaman (baik kepada Majelis Hakim atau pihak
Tergugat maupun Penggugat).
Kemudian selanjutnya, untuk cara mengatasi kesulitan dalam
pembagian harta bersama, adapun menurut Hakim AB, yakni:
a. Ketua Majelis harus mengatasi proses persidangan agar berjalan
dengan lancar;
b. Musyawarah dengan Hakim II dan III;
c. Apabila diperlukan, akan didatangkan saksi ahli, misalkan
Adapun mengenai rujukan Pengadilan Agama dalam pembagian harta
bersama, Hakim AB menjawab sama seperti Hakim Nj, yakni,
Undang-Undang yang berlaku di wilayah RI dan Hukum Syara‟ / Syar‟i (Islam).
Demikian hasil wawancara peneliti dengan para Hakim Pengadilan
Agama Kota Palangka Raya.
D. Analisis
1. Latar Belakang Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Pengadilan
Agama Palangka Raya Putusan Nomor 171/Pdt.G/2014/PA.Plk
Seorang hakim dalam mengadili suatu perkara lebih
mengutamakan fakta atau peristiwa, peraturan hukum hanyalah alat
sedangkan yang bersifat menentukan pada produk putusan hakim
adalah fakta konkret42 Fakta konkret berupa fakta hukum yang
menentukan pada putusan Nomor 171/Pdt.G/2014/PA Plk sesuai
dengan aspek hukum formil yang pada pokoknya mengabulkan gugatan
Penggugat tersebut sebagai berikut:
Konvensi:
Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi untuk sebagian;
Menyatakan harta bersama Penggugat Rekonvensi dengan
Tergugat Rekonvensi yang berada dalam penguasaan Tergugat
Rekonvensi adalah berupa:
- Tanah terletak di pinggir Jalan Putri Junjung Buih dengan luas
1.000 M2 (Meter Persegi) yang di atasnya berdiri sebuah
42
rumah permanen. Dengan ukuran Panjang 80 meter dan lebar
bagian selatan 10 meter, dengan batas-batas:
- Utara dengan Jalan Putri Junjung Buih;
- Selatan dengan Jalan;
- Timur dengan Cece Limanto;
- Barat dengan parit pengaringan;
Keterangan: Sertifikat Hak Milik Nomor 2296 atas nama
Wanto, tertanggal 5 Juli 1993. Sertifikat ada pada
Penggugat;
- Tanah sebanyak 1 kapling terletak di Jalan G.Obos,
Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya, Kota
Palangka Raya, dengan ukuran keseluruhan Panjang 60
meter, dan lebar 30 meter, dengan batas-batas:
- Utara dengan Siti Solehah;
- Timur dengan Jalan;
- Selatan dengan Rencana Jalan;
- Barat dengan Abdul Kasim;
Keterangan: Surat Pernyataan Tanah atas nama Wanto,
tertanggal 9 November 2012 yang diketahui oleh Ketua RT.
07/RW. VI Ikhsanudin, SH dan diketahui juga oleh Lurah
Menteng Roly Irhamna, S.STP, teregister Nomor
100.594/995/KL-MTG/Pem, tertanggal 12 November 2012
M.Si, teregister Nomor 594.138/338/Pem, tertanggal 14
November 2012. Sertifikat tanah ada pada Penggugat;
- Tanah sebanyak 1 Kapling terletak di Jalan G.Obos,
Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka
Raya, dengan ukuran keseluruhan panjang 60 meter, lebar
30 meter, dengan batas-batas:
- Utara dengan Sudarwanto;
- Timur dengan Jalan;
- Selatan dengan Sudarwanto;
- Barat dengan Abdul Kasim;
Keterangan: Surat Penrnyataan Tanah atas nama Solehah,
tertanggal 9 November 2012 yang diketahui oleh Ketua RT.
07/RW. VI Ikhsanudin, SH dan diketahui juga oleh Lurah
Menteng Roly Irhamna, S.STP, teregister Nomor
100.594/997/KL-MTG/Pem, tertanggal 12 November 2012
dan diketahui juga oleh Camat Jekan Raya Saiful, S.Pd.,
M.Si, teregister Nomor 594.138/339/Pem, tertanggal 14
November 2012. Surat-surat tanah ada pada Penggugat;
- Satu kapling tanah di Jalan G.Obos, Keluraha Menteng,
Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya, dengan
ukuran Panjang 60 meter, lebar 30 meter, dengan
batas-batas:
- Timur dengan Jalan;
- Selatan dengan Sudarwanto;
- Barat dengan Abdul Kasim;
Keterangan: surat-surat tanah ada pada Penggugat
- Tanah terletak di Desa Cemoro Rejo RT. 02/RW. 05
Kujon Manis Tanjung Anom, Kabupaten Nganjuk Jawa
Timur, atas nama Solehah.
Keterangan: Sertifikat pada Tergugat;
- Tanah terletak di Komplek Pepabri dengan ukuran
Panjang 40 meter dan Lebar 25 meter, Luas 995 meter
persegi dengan surat atas nama Surtini Bahen.
Keterangan: Sertifikat pada Tergugat.
Menyatakan ½ (seperdua) dari harta sebagaimanatersebut pada
diktum angka 2 (dua) adalah menjadi bagian Penggugat dan ½
(seperdua) lainnya menjadi bagian Tergugat;
Menghukum Penggugat dan Tergugat untuk membagi dua
harta tersebut, yakni ½ (seperdua) untuk Penggugat dan ½
(seperdua) lainnya untuk Tergugat;
Menghukum Tergugat untuk menyerahkan kepada Penggugat
bagian Penggugat atas harta bersama tersebut, yakni ½
(seperdua) dari harta yang berada dalam penguasaan Tergugat,
yakni, seluruh tanah yang disebutkan di atas, dan satu unit
Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya.
Rekonvensi:
Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi untuk sebagian;
Menyatakan harta bersama Penggugat Rekonvensi dengan
Tergugat Rekonvensi yang berada dalam penguasan Tergugat
Rekonvensi adalah berupa:
- Satu unit Truck Merk Mitsubishi, pembuatan tahun 2006,
type FE349H, Nomor Rangka MHMFE349H6R017819,
Nomor Mesin 4D34D827506, BPKB Nomor H11012655,
Nomor Polisi KH 9018 AC perubahan menjadi KH 8338
AM yang telah dijual Tergugat Rekonvensi seharga Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah);
- Satu unit Mobil Truck Merk Mitsubishi Tahun pembuatan
2010, type FE745 4X2 MT, Nomor Rangka
MHMFE74P4AK039654, Nomor Mesin AD34TF57179,
BPKB Nomor H02665777, Nomor Polisi S 9808 UW an.
Ismail yang dibeli dengan cara leasing dari PT. Tri Hamas
dengan kewajiban angsuran perbulan sebesar Rp.
2.491.000,- (dua juta empat ratus sembilan puluh satu ribu
rupiah);
Keterangan: Mobil belum lunas. Mobil berada di tangan
Penggugat sejak tanggal 14 Maret 2014, dan angsurannya
Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk menyerahkan
kepada Penggugat Rekonvensi bagian Penggugat
Rekonvensi atas harta bersama tersebut, yakni ½ (seperdua)
dari harta tersebut pada diktum 2.1 Rekonvensi = ½ x Rp.
100.000.000,- = Rp. 50.000.000,- (limat puluh juta rupiah)
ditambah ½ (seperdua) dari harta tersebut pada diktum 2.2
Rekonvensi (setelah dilunasi sisa angsuran pada PT. Tri
Hamas), ditambah angsuran leasing dari bulan April 2014
sampai dengan Desember 2014 sebesar Rp. 22.419.000,-
(dua puluh dua juta empat ratus sembilan belas rupiah);
Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi untuk selain dan
selebihnya.
Berdasarkan fakta hukum di atas, dari pandangan penulis ada
beberapa hal yang menjadi pertimbangan hakim dalam putusan Nomor
171/Pdt.G/2014/PA.Plk, yaitu pertimbangan yuridis, dan pertimbangan
non yuridis (meta yuridis) lebih lanjut penulis uraikan sebagai berikut:
a. Pertimbangan Yuridis
Undang-undang hanya sebagai salah satu bagian dari unsur
peraturan perundang-undangan dan hukum substansi yang
mencakupi aturan-aturan hukum, baik yang tertulis maupun tidak
hukum (legal substantial) masih ada lagi unsur struktur hukum
(legal structur) dan unsur budaya hukum (legal cultural).43
Adapun pertimbangan yuridis yang memiliki keabsahan
hukum secara legal sebagaimana Sadiani mengutip pendapat
Soerjono Soekanto Purnadi Purbacaraka mengemukakan beberapa
pendapat seperti Hans Kelsen pernah berpendapat bahwa setiap
kaidah hukum harus berdasarkan kaidah yang lebih tinggi
tingkatannya. W. Zeverbergen menyatakan bahwa setiap kaidah
hukum harus memenuhi syarat-syarat pembentukannya. Dan
Logemann menjelaskan bahwa kaidah hukum itu mengkikat jika
menunjukkan hubungan keharusan (hubungan memaksa) antara
suatu kondisi dengan akibatnya.44
Kaitan keberlakuan hukum secara yuridis dalam
menetapkan putusan hukum yang terdapat pada putusan Nomor
171/Pdt.G/2014/PA Plk yaitu sebagai berikut:
1) Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 tahun 2008 setiap
perkara perdata yang diajukan ke Pengadilan, harus lebih dahulu
menempuh mediasi, namun karena Tergugat tidak pernah hadir di
persidangan, maka terhadap perkara ini tidak layak dilakukan
mediasi.
43
Lihat Teguh Prasetyo, dan Abdul Halim Barkatullah, Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum Pemikiran Menuju Masyarakat yang berkeadilan dan Bermartabat, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012, h. 342.
44
2) Pasal 49 ayat (1) huruf a dan Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 50
Tahun 2009, maka Pengadilan Agama Palangka Raya berwenang
menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan gugatan
Penggugat.
3) Pasal 154 R.Bg. dan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1
Tahun 2008 tentang Mediasi dalam perkara perdata harus
dilakukan mediasi, tetapi karena Tergugat tidak pernah hadir di
Persidangan, maka terhadap perkara ini tidak dilakukan mediasi,
namun Majelis Hakim tetap berusaha mendorong mendamaikan
dengan memberikan nasehat kepada Penggugat agar rukun kembali
sebagai suami istri, tetapi telah gagal, hal ini sesuai dengan
ketentuan Pasal 18.
(3) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 Jo. Pasal 65
dan 82 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Jo. Pasal 142 dan 143
Kompilasi Hukum Islam.
4) Pasal 22 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975,
dan telah memberikan keterangan di bawah sumpah, dengan
diajukan Penggugat adalah orang yang memenuhi syarat dan
ketentuan sebagai saksi sebagaimana dimaksud Pasal 22 ayat (1).
5) Pasal 49 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 dan segala ketentuan
hukum dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku serta
dalil-dalil syara‟ yang berkenaan dengan perkara ini.
Secara yuridis putusan Nomor 171/Pdt.G/2014/PA Plk
memiliki keabsahan adanya sumber hukum dalam menjalankan
putusan yang tertera dalam beberapa pasal yaitu pasal 62 ayat 1
Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan
Agama dan pasal 25 ayat 1 Tentang Undang-Undang Kekuasaan
Kehakiman yang tertulis sebagai berikut : Pasal 62 ayat 1, “segala
penetapan dan putusan Pengadilan, selain harus memuat
alasan-alasan dan dasar-dasarnya juga harus memuat pasal-pasal tertentu
dari peraturan-peraturan yang bersangkutan atau bersumber hukum
tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili. Pasal 25 ayat 1,
“segala putusan Pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar
perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak
tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.45
b. Pertimbangan Non-Yuridis
Berdasarkan pertimbangan Hakim secara yuridis, terdapat
kaitan dengan aspek lain, yakni psikologis, sosiologis, dan etika.
Secara psikologis, antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi
perceraian, di mana, akibat hukum dari perceraian tersebut yakni
pembagian harta bersama, yang mana pembagian harta bersama itu
tidak dapat didamaikan secara kekeluargaan. Hal ini merujuk pada
Al-Quran, surat An-Nisa ayat 128:
mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian
itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut
tabiatnya kikir. dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik
45
dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”46
Ayat di atas menerangkan tentang perdamaian yang diambil
oleh suami istri setelah mereka berselisih. Biasanya di dalam
perdamaian ini ada yang harus merelakan hak-haknya, pada ayat di
atas, istri merelakan hak-haknya kepada suami demi kerukunan
antar keduanya. Hal ini dikuatkan dengan sabda Rasulullah saw :
“Dari Amru’ bin Auf al Muzani dari bapaknya dari kakeknya
bahwa Rasulullah saw bersabda: “Perdamaian adalah boleh di
antara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang mengharamkan
yang halal dan perdamaian yang menghalalkan yang
haram”.(HR. Tirmidzi no.1370, Ahmad 2:366, dan Abu Dawud
no. 3594). Sehingga sarana terakhir yang mereka tempuh yakni
dengan mengajukan ke Pengadilan Agama.
Berdasarkan analisis penulis di atas, penulis mencermati
bahwa latar belakang pertimbangan hakim dalam putusan Nomor
171/Pdt.G/2014/PA Plk melingkupi beberapa pertimbangan yaitu
pertimbangan yuridis, dan pertimbangan memperhatikan aspek
psikologis, sosiologis, dan etika yang pokoknya mengacu pada
problematika pembagian harta bersama sebagai pertimbangan
hukum oleh hakim dalam memutuskan cerai gugat. Hal ini terlihat
46
dari cara hakim menggali dan menemukan hukum melalui
fakta-fakta yang ada dalam persidangan.
2. Analisis Terhadap Pertimbangan Hakim Majelis Hakim dalam
Putusan Nomor 171/Pdt.G/2014/PA Plk Oleh Hakim Pengadilan
Agama Palangka Raya
Pertimbangan hukum oleh Hakim dimaksudkan agar hakim dalam
menjalankan fungsi dan kewenangan mengadili dapat menjatuhkan
putusan yang mengandung rasa keadilan masyarakat, Hakim harus dapat
menangkap isyarat perubahan dan pertumbuhan kesadaran hukum
masyarakat. Hakim mesti dibebaskan dari keterikatan sebagai juru bicara
undang-undang (Hakim sebagai corong undang-undang). Berdasarkan
pemaparan penulis, melalui pendekatan kasus,47 terhadap putusan Nomor
171/Pdt.G/2014/PA.Plk, analisis penulis sebagai berikut:
a. Analisis Filosofis
Secara filosofis, putusan Nomor 171/Pdt.G/2014/PA.Plk,
melali pendekatan kasus, penulis berpandangan bahwa putusan
tersebut terfokus pada pembagian harta yang mana salah satu
harta tersebut telah dijual oleh Penggugat, dengan alasan untuk
biaya hidup Penggugat (mantan istri) dengan 1 anak mereka.
Adapun mengenai nafkah itu sendiri, Rasulullah saw bersabda:
47
ِفوُرْعَمْلاِب َّنُهُتَىْسِكَو َّنُهُقْزِر ْمُكْيَلَع َّنُهَلَو
Artinya: „‟Dan mereka (para istri) mempunyai hak diberi rizki dan pakaian (nafkah) yang diwajibkan
atas kamu sekalian (wahai para suami).‟‟ (HR.
Muslim 2137).48
Adapun yang menjadi perhatian penulis, fakta mengenai
putusan Hakim pada rekonvensi, bahwa:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2. Menyatakan harta bersama yang diperoleh selama perkawinan
Penggugat dan Tergugat dan harta bersama tersebut belum dibagi dua atau terbagi hingga sekarang.
3. Meletakkan sita jaminan atas harta bersama yang diperoleh
selama perkawinan Penggugat dan Tergugat atas harta bernda sebagaimana tersebut dan terurai pada point posita gugatan di atas.
4. Menghukum Tergugat membagi harta bersama pada Penggugat
atas harta bersama yang belum terbagi sebagaimana tersebut pada point 3 posita gugagatan di atas, yaitu membagi sesuai aturan hukum yang berlaku yang kalau dihitung nilai harta bersama secara keseluruhan adalah Rp. 2.980.000.000,- (dua milyar sembilan ratus delapan puluh juta rupiah) : 2 = Rp. 1.490.000.000,- (satu milyar empat ratus sembilan puluh juta rupiah).
5. Menghukum Tergugat membayar uang paksa Rp. 500.000 (lima
ratus ribu rupiah) tiap harinya bilamana lalai atau tidak membagi harta bersama pada Penggugat terhitung perkara ini berkekuatan hukum tetap (BHT).
6. Menyatakan putusan ini bisa dijalankan walaupun ada Verzet,
Banding, maupun Kasasi.
Pada point 3, Hakim memutuskan meletakkan sita jaminan
pada harta yang disebutkan dalam surat gugatan, namun pada
surat gugatan tersebut, ada harta yang telah dijual mantan istri
dengan alasan bahwa mantan suami tidak memberikan nafkah
materi kepada mantan istri dan 1 orang anak mereka sejak
48
putusan cerai dari Pengadilan, sampai putusan pembagian harta
bersama, adapun yang penulis cermati, bahwa harusnya pihak
Pengadilan Agama menolak harta yang telah dijual dimasukan ke
dalam surat gugatan, karena pada dasarnya sita jaminan tersebut
bertujuan untuk pembekuan harta agar tidak berpindah ke tangan
orang ketiga.
Pelu, dalam bukunya Reaktualisasi Cita Hukum Dalam
Pembangunan Hukum:
Dua hal yang terpenting bagi manusia, dalam
mengembangkan pengetahuan dalam rangka mencapai status sebagai makhluk yang sempurna dan istimewa sebagai berikut:
1. Manusia mampu mengembangkan dan memiliki kemampuan
berbahasa untuk mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar belakangi informasi tersebut.
2. Manusia mampu berpikir menurut alur kerangka berpikir
tertentu. Cara berpikir yang sedemikian disebut dengan
penalaran (reasoning). Sehingga manusia sering disebut
makhluk yang berpikir (anima intelectual) yang dilengkapi
dengan berasa, bersikap dan bertindak. Untuk dasar sikap dan tindakan didasarkan kepada pengetahuan yang telah dimiliki
oleh setiap manusia.49
49
Ibnu Elmi AS Pelu,dkk, Reaktualisasi Cita Hukum Dalam Pembangunan Hukum,
Adapun mengenai pembagian yang sama, berdasarkan buku
Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa‟at, yang berjudul Teori Hans
Kelsen tentang Hukum, jika keadilan dimaknai sebagai
kebahagiaan sosial, maka kebahagian sosial tersebut akan tercapai
jika kebutuhan individu sosial terpenuhi. Tata aturan yang adil
adalah tata aturan yang dapat menjamin kebutuhan tersebut, namun
tidak dapat dihindarkan adanya fakta bahwa keinginan seseorang
atas kebahagiaan bertentangan dengan orang lain. Kriteria
keadilan, seperti hanya kriteria kebenaran, tidak tergantung pada
frekuensi dibuatnya pembenaran tersebut. Karena manusia terbagi
menjadi banyak bangsa, kelas, agama, profesi, dan sebagainya,
yang berbeda-beda, maka terdapat banyak ide keadilan yang
berbeda-beda pula.
Teori ini tidak menolak bahwa hukum harus baik dan
sesuai dengan moral. Yang ditolak adalah pandangan bahwa
hukum merupakan bagian dari moral dan semua hukum adalah arti
tertentu atau derajat tertentu dari moral. Menyatakan bahwa hukum
adalah wilayah tertentu dari moralitas sama halnya dengan
menyatakan bahwa hukum harus sesuai dengan moralitas.50
50Lihat Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa‟at, yang berjudul Teori Hans Kelsen tentang
b. Analisis Yuridis
Sebagaimana latar belakang pertimbangan hukum dalam
putusan Nomor 171/Pdt.G/PA.Plk, yang berfokus pada pembagian
harta bersama. Secara yuridis, tidak dapat tercapainya perdamaian,
dan tujuan pernikahan seperti yang termuat dalam Undang-Undang
Nomor 1 tahun 1974, rumah tangga yang bahagia dan kekal antara
Penggugat dan Tergugat.
Penulis mencermati, melalui pendekatan kasus (case
approach) lebih tepatnya pertimbangan yuridis dalam putusan
Pengadilan Agama Palangka Raya Nomor 171/Pdt.G/2014/PA Plk
mengenai keberadaan benda bergerak sesuai pasal 509, Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata tentang Kebendaan, kebendaan
bergerak karena sifatnya ialah kebendaan yang dapat berpindah
atau dipindahkan.51 Di mana menurut pandangan penulis, harta
yang telah dijual tersebut salah satu faktor sengketa yang menjadi
masalah dalam pembagian harta tersebut.
c. Analisis No-Yuridis
Hakim merupakan unsur utama dalam Pengadilan.
Demikian halnya, Keputusan Pengadilan diidentikkan dengan
Keputusan Hakim. Oleh karena itu, pencapaian penegakan hukum
dan keadilan terletak pada kemampuan dan kearifan Hakim dalam
memutuskan keputusan yang mencerminkan keadilan. Peran
51
seorang Hakim sangat kritis dalam mengadili suatu perkara,
sehingga ia harus menjalankan tugas untuk membedakan yang
mana yang salah, dan yang mana yang benar, adapun untuk
membuat suatu keputusan, Hakim harus mengevaluasi terlebih
dahulu tentang faktap-fakta dan bukti-bukti yang ada dalam
Persidangan.
Adapun konsekuensi yang dihadapi para Hakim Pengadilan,
masyarakat kecewa dengan putusan yang diberikan oleh Hakim,
Abdul Mananmengungkapkan bahwa konsekuensi yang harus
dihadapi kemudian adalah timbulnya masyarakat yang anarkis yang
tidak peduli lagi akan hukum sehingga akan sangat membahayakan
kehidupan sosial dalam masyarakat tersebut.
Pendapat Hans Kelsen yangdikutip oleh Muhammad Erwin
dan Firman Freaddy Busroh menyatakan bahwa dengan
memberikan pengertian atas suatu perbuatan ataupun rangkaian
perbuatan yang terjadi di tempat dan waktu tertentu sebagai
sesuatu di luar manifestasi dari sikap manusia, dan dengan
memberikan penafsiran hukum atas perbuatan yang telah terjadi
tersebut dan kemudian merumuskan tingkat hukuman atas dasar
perbuatan itu berdasarkan hukum yang berlaku.
Dapat dikatakan bahwa psikologi hukum inisebagai salah
satu dari ilmu tentang kenyataan yang menyoroti hukum sebagai
menurut penulis, putusan Pengadilan Agama Palangka Raya
Nomor 171/Pdt.G/2014/PA Plk dapat ditelaah dengan
memanfaatkan ilmu psikologi yaitu psikologi hukum dalam
konteks pendekatan kasus (case approach) sebagai berikut:
1. Neurosis, yakni sebagai gejala yang timbul karena
penggunaan mekanisme pertahanan secara berlebihan.
Pola-polanya nampak pada: a) Kekhawatiran (selalu
dalam keadaan tegang dan panik);b) Phobia (rasa takut
terhadap hal-hal yang dianggap mengancam);c) Depresi
(adanya rasa negatif terhadap diri sendiri);d) Obsesi (rasa
takut melakukan perbuatan yang tidak terkendalikan);e)
Neurastenia (kecapaian psikis karena kehidupan
dianggap sesuatu yang percuma dihadapi).
2. Psikhosis, yakni merupakan gejala dimana terjadi
penolakan terhadap bagian terbesar dari kenyataan. Pola
ini dapat terlihat pada: a) reaksi, „schizophrenic‟
(keadaan dimana seseorang sama sekalitidak
mengacuhkan lagi apa yang terjadi di sekitarnya); b)
Reaksi paranoid (keadaan dimana seseorang selalu
dibayangi oleh hal-hal yang seolah-olah mengancam
dahulu);c) Reaksi involutional (keadaan dimana
seseorang merasakan adanya depresi yang sangat kuat).52
Berdasarkan analisis penulis terhadap putusan Pengadilan Agama
Palangka Raya Nomor 171/Pdt.G/2014/PA Plk, dengan latar belakang
pertimbangan hukum oleh hakim adalah sengketa harta bersama yang
tidak dapat didamaikan secara kekeluargaan, namun analisis terhadap
pertimbangan filosofis, pertimbangan yuridis, dan pertimbangan non
yuridis (meta yuridis) mencakup aspek psikologis, sosiologis, dan etika,
sebab terjadinya sengketa harta bersama ini karena suami tidak memberi
nafkah materi yang cukup kepada manta istri, sehingga menuntut mantan
istri menjual salah satu harta yang dimiliki dengan status masih dalam
konteks harta bersama.
Adapun untuk melengkapi analisis penulis, dari hasil wawancara
yang telah penulis lakukan, bersama para Hakim di Pengadilan Agama
Kota Palangka Raya, adapun analisis penulis sebagai berikut:
Dari hasil wawancara mengenai proses pembagian harta
tersebut, menurut peneliti, Hakim AB berpendapat sama
dengan Hakim Nj, karena pada prinsipnya proses pembagian
harta bersama dan proses perceraian di Pengadilan Agama
sama halnya dengan proses pemeriksaan perkara perdata lainya
yang dilakukan di depan Pengadilan umum, hanya saja, Hakim
AB tidak menyebutkan berdasarkan pasal berapa surat gugatan
52
mengenai harta bersama tersebut. Adapun proses yang
diterangkan oleh Hakim Nj dan Hakim AB menurut peneliti
sudah sesuai dengan prosedur dalam persidangan, namun
adapun menurut pendapat peneliti, seperti yang peneliti kutip
dari salah satu blog mengenai proses persidangan secara
lengkap, yakni: Pengajuan gugatan; Penetapan hari sidang dan
pemanggilan; Persidangan pertama; Pembacaan gugatan;
Jawaban tergugat; Rekonvensi; Replik dan duplik; Intervensi;
Pembuktian; Kesimpulan; Putusan Hakim53
Pada pertanyaan kedua, Hakim Nj mengatakan kenyataan di
lapangan sangat banyak terjadi kesulitan, tetapi beliau hanya
menjawab 4 (empat) kesulitan, yang mana menurut
pemahaman peneliti bahwa ke 4 (empat) kesulitan itulah yang
sering terjadi di lapangan. Kemudian menurut Hakim AB,
bahwa kesulitan yang ditemui oleh para Hakim memang benar
banyak terjadi, bahkan menurut beliau, yang sulit itu jika
suami berpoligami, atau si istri selingkuh, akan lebih sulit lagi
pembagiannya, karena biasanya para pihak beranggapan, siapa
yang melakukan kesalahan, maka ia tidak berhak mendapatkan
bagian dari harta bersama tersebut. Adapun untuk jawaban
yang Hakim Nj sampaikan peneliti kurang begitu puas dengan
jawaban yang beliau berikan, adapun yang peneliti inginkan,
53
dari jawaban yang diberikan walau sedikit, tetapi dijelaskan
lagi secara spesifikasi, seperti misalnya, diberikan kepada
orang lain. Di maksudkan di berikan kepada orang lain tersebut
harta berupa tanah, atau benda bergerak lainnya, sehingga
keadaan harta tersebut menjadi tidak jelas, apakah diberikan
dengan cuma-cuma ataukah digadaikan, atau dijual seharga
nilai barang tersebut. Adapun menurut pandangan peneliti
sendiri menurut jawaban dari Hakim AB, bahwa semua yang
beliau paparkan segara kasat mata memang termasuk dalam
kesulitan yang dihadapi para Hakim, baik dari tingkat
pendidikan yang kurang atau rendah, bahkan adapula yang
melakukan tindakan tidak terpuji seperti pengancaman,
harusnya para pihak tersebut mengikuti proses persidangan
dengan tertib, agar memudahkan para Hakim Pengadilan
Agama dalam membantu menyelesaikan perkara pembagian
harta bersama itu sendiri, yang mana tidak dapat diselesaikan
secara kekeluargaan.
Adapun mengenai harta yang telah dijual atau telah
berpindah tangan, dari pihak Pengadilan melakukan putusan
sela54 dengan cara melakukan sita jaminan, dan harta yang
telah dijual tersebut, tetap di bagi dua antara pihak Penggugat
dan pihak Tergugat. Seperti yang dikatakan M. Yahya
54