• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - Problematika pembagian harta bersama (studi di pengadilan agama kota palangka raya) - Digital Library IAIN Palangka Raya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS - Problematika pembagian harta bersama (studi di pengadilan agama kota palangka raya) - Digital Library IAIN Palangka Raya"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

A. Gambaran Umum Pengadilan Agama

a. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Kota Palangka Raya

Adapun sejarah Pengadilan Agama Kota Palangka Raya sebagai berikut:

Provinsi Kalimantan Tengah diresmikan pembentukannya oleh

Presiden Pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno pada tahun 1957 yang

terdiri dari 1 (satu) Kotamadya dan 5 (lima) kabupaten. Seiring dengan

pembentukan propinsi tersebut yang baru kota di Palangka Raya dengan

serta merta diperlukan lembaga penunjang yang akan menjalankan

pemerintahan yang baru dibentuk tersebut, maka secara bertahap

dibentuklah institusi kelembagaan baik yang ditingkat propinsi maupun

tingkat kabupaten. Sampai tahun 1967 Pengadilan Agama Palangka Raya

belum terbentuk, masyarakat muslim di Palangka Raya merasa perlu

memohon Pemerintah Pusat melalui tokoh- tokoh masyarakat untuk

membentuk Pengadilan Agama di Palangka Raya karena Pengadilan

Negri sudah terbentuk, Menyikapi keinginan dari masyarakat Palangka

Raya dalam rapat kerja Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat

Beragama Islam yang di adakan pada tanggal 2 s/d 4 April 1968 di

Banjarmasin dalam putusan hasil rapat tersebut antara lain menghendaki

agar segera dibentuk Pengadilan Agama/ Mahkamah Syari‟ah di

(2)

di jadikan pertimbangan oleh Menteri Agama dalam pembuatan surat

Keputusan Nomor 195 tahun 1968 yang menjadi dasar Pembentukan

Pengadilan Agama Palangka Raya. Walaupun Menteri Agama telah

mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan Pengadilan Agama

di Palangka Raya pada tahun 1968, namun baru ada realisasi berupa

penyediaan sarana dan prasarana fisik gedung kantor pada tahun

Anggaran 1974/1975 dari DIP Pemerintah Tingkat I Propinsi Kalimantan

Tengah.

Lokasi kantor terletak di Jln Kapten Piere Tendean No.2 Palangka

Raya dengan luas bangunan pertama kali seluas 200 m2. Adapun

Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Agama baru mengirim atau

menyediakan tenaga pegawainya pada tahun 1976, pada tahun itu untuk

pertama kali di kirim dari Jakarta dua orang Pegawai masing-masing Drs

Mohsoni dan Ustuhri BA. Drs Mohsoni berkedudukan sebagai Ketua

Pengadilan/Hakim dan Ustuhri BA sebagai Panitera. Dan secara bertahap

pada tahun 1977 di tambah satu orang pegawai yang bernama A. Shobur

Hasan BA, kemudian pada tahun 1978 ditambah satu orang pegawai yang

bernama Shaleh BA. Pada tahun – tahun berikutnya secara bertahap

walaupun tidak setiap tahun ada penambahan pegawai yang akhirnya pada

tahun 2010 ini pegawai tetapnya berjumlah 38 orang dan 7 orang tenaga

(3)

pada awal mula pembangunan tahun l974/1975 hanya seluas 200 m2

sekarang telah menjadi 1.113,03 m2 dan berlantai dua.27

b. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Palangka Raya

Adapun dasar hukum pembentukan Pengadilan Agama Palangka

Raya mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1957 tentang

Pembentukan Pengadilan Agama/Mahkamah Syari‟ah diluar Jawa dan

Madura. Dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah tersebut disebutkan :

“Ditempat-tempat yang ada Pengadilan Negeri ada sebuah Pengadilan

Agama/Mahkamah Syari‟ah, yang daerah hukumnya sama dengan daerah hukum Pengadilan Negeri”. Dalam pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1957 disebutkan juga bahwa ” Pelaksanaan dari Peraturan ini diatur oleh Menteri Agama”.

Sehubungan dengan Peraturan Pemerintah tersebut Menteri Agama

mengeluarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 195 tahun 1968 tentang

Penambahan Pembentukan Pengadilan Agama/Mahkamah Syari‟ah di

Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara dan Sumatra.

Dalam surat keputusan Menteri Agama tersebut disebutkan dalam poin

menetapkan : “Membentuk Pengadilan Agama/Mahkamah Syari‟ah di

daerah-daerah dan berkedudukan di kota-kota sebagai berikut :

1. Kotamadya Palangka Raya di Palangka Raya

2. Kabupaten Kotawaringin Barat di Pangkalan Bun

3. Kabupaten Barito di Buntok.”

27

(4)

Dalam poin ke enam Keputusan Menteri Agama tersebut

disebutkan “Keputusan ini mulai berlaku pada hari ditetapkan.”

Sedangkan keputusan tersebut di tetapkan di Jakarta pada tanggal 28

Agustus 1968.28

c. Wilayah Hukum Pengadilan Agama Kota Palangka Raya

Wilayah Hukum Pengadilan Agama Palangka Raya, mencakup

seluruh wilayah kota Palangka Raya yang meliputi 5 (lima) Kecamatan

dengan 29 Kelurahan.

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Gunung Mas

 Sebelah Timur Berbatasan dengan Kabupaten Kapuas

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pulang Pisau

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Katingan

a) Kecamatan Pahandut meliputi:

Kelurahan Langkai

 Kelurahan Pahandut

Kelurahan Pahandut Seberang

Kelurahan Tanjung Pinang

Kelurahan Panarung

28

(5)

b) Kecamatan Jekan Raya meliputi:

Kelurahan Palangka

Kelurahan Menteng

 Kelurahan Bukit Tunggal

 Kelurahan Bukit Ketimpun

c) Kecamatan Sebangau meliputi:

 Kelurahan Bereng Bengkel

 Kelurahan Kalampangan

 Kelurahan Kereng Bangkirai

 Kelurahan Kamelu Baru

 Kelurahan Danau Tundai

 Kelurahan Sebaru

d) Kecamatan Bukit Batu meliputi:

 Kelurahan Marang

 Kelurahan Tumbang Tahai

 Kelurahan Banturung

 Kelurahan Sei Gohong

 Kelurahan Tengkiling

 Kelurahan Kanarakan

(6)

e) Kecamatan Rakumpit meliputi:

 Kelurahan Petuk Bukit

 Kelurahan Panjehang

 Kelurahan Petuk Barunai

 Kelurahan Mangkubaru

 Kelurahan Pager

 Kelurahan Bukit Sua

 Kelurahan Gaum Baru

d. Visi dan Misi Pengadilan Agama Palangka Raya

a. Visi

Adapun visi Pengadilan Agama Palangka Raya adalah

”TERWUJUDNYA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA PALANGKA RAYA YANG ADIL DAN BERWIBAWA “.

Dalam mewujudkan visi tersebut, perlu adanya upaya atau

usaha-usaha perbaikan baik sarana maupun prasarana guna mewujudkan badan

peradilan Agama Indonesia yang Agung dan Pengadilan Agama Palangka

Raya secara khusus.

b. Misi

1) Memberikan pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan dengan

asas sederhana, cepat, dan biaya ringan.

2) Meningkatkan profesionalisme seluruh aparatur penyelenggara

(7)

3) Menjaga kemandirian hakim yang bebas dari segala bentuk campur

tangan dari suatu kekuasaan atau kekuatan sosial atau kekuatan politik

yang menggiring suatu majelis hakim pada arah tertentu.

4) Meningkatkan kredibilitas dan transparansi penyelenggaraan peradilan.

5) Menciptakan budaya taat hukum baik penyelenggara peradilan maupun

masyarakat pencari keadilan.29

e. Daftar Nama Majelis Hakim, Panitera, dan Juru Sita, Serta

Struktur Organisasi Pengadilan Agama Palangka Raya

No. Nama Jabatan

1 Drs. H. Mahbub A., M.HI Hakim Ketua

2 Drs. H. M. Gapuri, S.H, MH Wakil Hakim Ketua

3 Drs. Najamuddin, S.H, MH Hakim

4 H. Muhammad Rahmadi, S.H, M.H. Hakim

5 H. Ahmad Farhat, S.Ag, S.H, M.HI Hakim

6 Siti Fadiah, S.Ag Hakim Hakim

7 M. Mahin Ridlo Afifi, S.HI Hakim

8 Kamaluddin, S.Ag Panitera

9 Drs. Anas H Basri Wakil Panitera

10 Dyah Ayu Sekar Laila, S.Ag Panitera Muda Gugatan

11 H. M. Sidik, S.H Panitera Muda Hukum

29

(8)

12 Frislyasi, S.HI Panitera Muda Pemohon

13 Yusuf, BA Panitera Pengganti

14 Mahmudah, S.Ag, S.H Panitera Pengganti

15 Nurul Jamaliah, S.Ag

16 Hj. Siti Rumiah, S.HI Panitera Pengganti

17 Mardiana Indah. S.Ag Panitera Pengganti

18 Titie Noorasyiah, S.Ag Panitera Pengganti

19 Fatimah, S.H Panitera Pengganti

20 Drs. H. Raujan Panitera Pengganti

21 Muhammad Ikhwan, S.Ag, S.H,

MH

Panitera Pengganti

22 Dra. Hj. Jumantan Panitera Pengganti

23 Dra. ST. Murahmi, MH Panitera Pengganti

24 Dra. Hj. Hilaliyah Panitera Pengganti

25 H. Said Harli, S.Ag Panitera Pengganti

26 Hanifah Akhmad, S.HI Jurusita

27 Mahli Jurusita Pengganti

28 Nuridawati Jurusita Pengganti

29 Thoyib, S.HI Jurusita Pengganti

30 Salasiah, A. Md Jurusita Pengganti

31 Anni Sofia Tazkianti, S.H Jurusita Pengganti

(9)

f. Tugas dan Fungsi Pengadilan Agama Palangka Raya

Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus

dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antar orang yang beragama

Islam dalam bidang:

1) Perkawinan;

2) Waris, Wasiat dan Hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam;

3) Wakaf, Zakat, Infaq dan Shadaqah;

4) Ekonomi syariah (pasal 49 UU Nomor. 3 tahun 2006);

5) Tugas dan kewenangan lain yang diberikan oleh atau berdasarkan

undang-undang (Pasal 52 UU Nomor. 3 tahun 2006).30

Adapun mengenai pengertian dari tugas dan fungsi yang peneliti

paparkan di atas, sudah peneliti jelaskan pada bagian kewenangan

Pengadilan Agama.

g. Kewenangan Pengadilan Agama

Adapun Wewenang Pengadilan Agama berdasarkan penjelasan

pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama adalah :

1. Perkawinan

Dalam perkawinan, wewenang Pengadilan Agama diatur dalam

atau berdasarkan Undang-Undang mengenai perkawinan yang

berlaku yang dilakukan menurut syari‟ah, yaitu:

30

(10)

a. Ijin beristeri lebih dari seorang;

b. Ijin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia

21 tahun dalam hal orang tua, wali, atau keluarga dalam garis

lurus ada perbedaan pendapat;

c. Dispensasi kawin;

d. Pencegahan perkawinan;

e. Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;

f. Pembatalan perkawinan;

g. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami atau isteri;

h. Perceraian karena talak;

i. Gugatan perceraian;

j. Penyelesaian harta bersama;

k. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak

bilamana bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak

memenuhinya;

1. Penguasaan anak-anak;

m. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami

kepada bekas isteri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas

isteri;

n. Putusan tentang sah tidaknya seorang anak;

o. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;

(11)

q. Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal

kekuasaan seorang wali dicabut;

r. Penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum

cukup umur 18 (delapan belas) tahun yang ditinggal kedua

orang tuanya, padahal tidak ada penunjukan wali oleh orang

tuanya;

s. Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak

yang ada di bawah kekuasaannya;

t. Penetapan asal usul seorang anak dan penetapan pengangkatan

anak berdasarkan hukum Islam;

u. Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk

melakukan perkawinan campur; dan

v. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum

Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan

dijalankan menurut peraturan yang lain.31

2. Waris

Dalam perkara waris, yang menjadi tugas dan wewenang

Pengadilan Agama disebutkan berdasarkan penjelasan Pasal 49

huruf b Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama adalah:

a. Penentuan siapa-siapa yang menjadi ahli waris;

31

(12)

b. Penentuan mengenai harta peninggalan;

c. Penentuan bagian masing-masing ahli waris;

d. Melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut;

e. Penetapan Pengadilan atas permohonan seseorang tentang

penentuan siapa yang menjadi ahli waris, dan penentuan

bagian-bagiannya.32

Adapun dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 tentang Peradilan Agama terdapat kalimat yang

berbunyi: “Para pihak sebelum berperkara dapat

mempertimbangkan untuk memilih hukum apa yang dipergunakan

dalam pembagian warisan”. Sekarang, dengan adanya amandemen

terhadap Undang-Undang tersebut, kalimat itu dinyatakan dihapus.

Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama dijelaskan, bilamana pewarisan itu

dilakukan berdasarkan hukum Islam, maka penyelesaiannya

dilaksanakan oleh Pengadilan Agama. Selanjutnya dikemukakan

pula mengenai keseragaman kekuasaan Pengadilan Agama di

seluruh wilayah nusantara yang selama ini berbeda satu sama lain,

karena perbedaan dasar hukumnya.33

Selain itu, berdasarkan pasal 107 Undang-Undang Nomor 7

tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Pengadilan Agama juga

32Ibid. 33

(13)

diberi tugas dan wewenang untuk menyelesaikan permohonan

pembagian harta peninggalan di luar sengketa antara orang-orang

agama yang beragama Islam yang dilakukan berdasarkan hukum

Islam.

3. Wasiat

Mengenai wasiat, wewenang Pengadilan Agama diatur dalam

penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Peradilan Agama dijelaskan

bahwa definisi wasiat adalah: “Perbuatan seseorang memberikan

sesuatu kepada orang lain atau lembaga/badan hukum, yang

berlaku setelah yang memberi tersebut meninggal dunia.”34

Namun, Undang-Undang tersebut tidak mengatur lebih jauh

tentang wasiat. Ketentuan lebih detail diatur dalam Instruksi

Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

(KHI). Dalam KHI, wasiat ditempatkan pada bab V, dan diatur

melalui 16 pasal.

Ketentuan yang mendasar yang diatur di dalamnya adalah

tentang: syarat orang membuat wasiat, harta benda yang

diwasiatkan, kapan wasiat mulai berlaku, di mana wasiat

dilakukan, seberapa banyak maksimal wasiat dapat diberikan,

bagaimana kedudukan wasiat kepada ahli waris, dalam wasiat

34

(14)

harus disebut dengan jelas siapa yang akan menerima harta benda

wasiat, kapan wasiat batal, wasiat mengenai hasil investasi,

pencabutan wasiat, bagaimana jika harta wasiat menyusut, wasiat

melebihi sepertiga sedang ahli waris tidak setuju, di mana surat

wasiat disimpan, bagaimana jika wasiat dicabut, bagaimana jika

pewasiat meninggal dunia, wasiat dalam kondisi perang, wasiat

dalam perjalanan, kepada siapa tidak diperbolehkan wasiat, bagi

siapa wasiat tidak berlaku, wasiat wajibah bagi orang tua angkat

dan besarnya, dan wasiat wajibah bagi anak angkat serta

besarnya.35

4. Hibah

Mengenai hibah, dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2006 memberikan definisi tentang hibah sebagai:

“pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari

seseorang atau badan hukum kepada orang lain atau badan hukum

untuk dimiliki.”36

Hibah secara garis besar diatur dalam KHI, dengan menempati

bab VI, dan hanya diatur dalam lima pasal. Secara garis besar

(15)

waris, dan hibah yang dilakukan di luar wilayah Republik

Indonesia.

5. Wakaf

Wakaf dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006 dimaknai sebagai: “perbuatan seseorang atau sekelompok

orang (wakif) untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian

harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk

jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna

keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut

syari‟ah.”37

Tentang wakaf ini tidak dijelaskan secara rinci dalam

Undang-Undang ini.

Adapun ketentuan lebih luas tercantum dalam KHI, Buku

III, Bab I hingga Bab V, yang mencakup 14 pasal. Pasal-pasal

tersebut mengatur: Ketentuan umum, yaitu definisi wakaf, wakif,

ikrar, benda wakaf, nadzir, Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf;

fungsi wakaf; subjek hukum yang dapat mewakafkan harta

bendanya; syarat benda wakaf; prosedur mewakafkan;

syarat-syarat nadzir; kewajiban dan hak-hak nadzir; pendaftaran benda

wakaf; perubahan, penyelesaian dan pengawasan benda wakaf.

Khusus mengenai perwakafan tanah milik, KHI tidak

mengaturnya. Ia telah diregulasi empat tahun sebelumnya dalam

(16)

Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977, lembaran negara No. 38

tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.

6. Zakat

Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorag

Muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh orang Muslim sesuai

dengan ketentuan syari‟ah untuk diberikan kepada yang berhak

menerimanya. KHI tidak menyinggung pengaturan zakat.

Regulasi mengenai zakat telah diatur tersendiri dalam

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Lembaran Negara Nomor

164 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Secara garis besar, isi

Undang-Undang ini adalah: Pemerintah memandang perlu untuk

campur tangan dalam bidang zakat, yang mencakup: perlindungan,

pembinaan, dan pelayanan kepada muzakki, mustahiq dan amil

zakat; tujuan pengelolaan zakat; organisasi pengelolaan zakat;

pengumpulan zakat; pendayagunaan zakat; pengawasan

pengelolaan zakat; dan sanksi terhadap pelanggaran regulasi

pengelolaan zakat.

7. Infaq

Infaq dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006 diartikan dengan: “perbuatan seseorang memberikan sesuatu

kepada orang lain guna menutupi kebutuhan, baik berupa makanan,

(17)

menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlash,

dan karena Allah Subhanahu Wata‟ala.”

Adapun kewenangan Pengadilan Agama ini belum pernah

diatur secara tersendiri dalam bentuk peraturan

perundang-undangan, dan dalam Undang-Undang ini juga tak diatur lebih

lanjut.

8. Shadaqah

Mengenai shadaqah diartikan sebagai: “Perbuatan

seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain atau

lembaga/badan hukum secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi

oleh waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap ridha Allah dan

pahala semata.”

Sama seperti infaq, shadaqah juga tidak diatur dalam

regulasi khusus. Dan hingga kini belum ada peraturan

perundang-undangan yang mengaturnya.

9. Ekonomi Syari’ah

Ekonomi syari‟ah diartikan dengan: “Perbuatan atau

kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari‟ah.”

Kewenangan itu antara lain:

(18)

b. Lembaga Keuangan Mikro Syari‟ah; c. Asuransi Syari‟ah;

d. Reasuransi Syari‟ah; e. Reksadana Syari‟ah;

f. Obligasi Syari‟ah dan Surat Berharga Berjangka Menengah Syari‟ah;

g. Sekuritas Syari‟ah; h. Pembiayaan Syari‟ah; i. Pegadaian Syari‟ah;

j. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syari‟ah; dan k. Bisnis Syari‟ah.

Demikian kewenangan Pengadilan Agama yang peneliti

temukan dari berbagai sumber.

B. Isi Putusan Pengadilan Agama Kota Palangka Raya Nomor

171/Pdt.G/2014.PA.Plk

a. Posita (Duduk Perkara)

Posita atau duduk perkara dalam surat gugatan penggugat antara

SS dan Sw (initial), pada awalnya suami istri telah sah bercerai melalui

Putusan Pengadilan Agama, melalui putusan pada Tingkat Kasasi yakni

Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 688 K/AG/2013 tanggal 13

Desember 2013, seperti yang disebutkan dalam Akta Cerai Nomor

(19)

ini ialah masalah harta bersama yang belum dibagi setelah perceraian,

sehingga penggugat mengajukan gugatannya pada tanggal 05 Mei 2014

yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Kota Agama Palangka

Raya dengan Nomor: 107/Pdt.G/2014/PA Plk, dengan perubahan secara

tertulis pada tanggal 09 Juni 2014 dengan dalil-dalil sebagai berikut:

1. Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah asalnya suami istri dan

sah bercerai mulalui Putusan Pengadilan Agama dalam hal ini

putusan pada Tingkat Kasasi yaitu putusan Mahkamah Agung

RI Nomor 688 K/AG/2013 tanggal 13 Desember 2013,

sebagaimana tersebut dalam Akta Cerai Nomor

102/AC/2014/PA Plk;

2. Bahwa selama perkawinan Penggugat dan Tergugta atau

sebelum bercerai telah memperoleh harta bersama dan seelah

bercerai harta bersama tersebut belum dibagi;

3. Bahwa adapun harta bersama yang diperoleh selama

perkawinan Penggugat dan Tergugat sebelum terjadi

perceraian dan belum dibagi setelah perceraian Penggugat dan

Tergugat adalah:

3.1. Tanah terletak di pinggir Jalan Putri Junjung Buih dengan

luas 1.000 M2 (Meter Persegi) yang di atasnya berdiri

sebuah rumah permanen. Dengan ukuran Panjang 80

meter dan lebar bagian selatan 10 meter, dengan

(20)

- Utara dengan Jalan Putri Junjung Buih;

- Selatan dengan Jalan;

- Timur dengan Cece Limanto;

- Barat dengan parit pengaringan;

Nilai harta Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah).

Keterangan: Sertifikat Hak Milik Nomor 2296 atas nama

Sw, tertanggal 5 Juli 1993. Sertifikat ada pada Penggugat;

3.2. Tanah sebanyak 1 kapling terletak di Jalan G.Obos,

Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya, Kota

Palangka Raya, dengan ukuran keseluruhan Panjang 60

meter, dan lebar 30 meter, dengan batas-batas:

- Utara dengan Siti Solehah;

- Timur dengan Jalan;

- Selatan dengan Rencana Jalan;

- Barat dengan Abdul Kasim;

Nilai harta Rp. 70.000.000,- (tujuh puluh juta rupiah).

Keterangan: Surat Pernyataan Tanah atas nama Sw,

tertanggal 9 November 2012 yang diketahui oleh Ketua

RT. 07/RW. VI Ikhsanudin, SH dan diketahui juga oleh

Lurah Menteng Roly Irhamna, S.STP, teregister Nomor

100.594/995/KL-MTG/Pem, tertanggal 12 November

(21)

S.Pd., M.Si, teregister Nomor 594.138/338/Pem,

tertanggal 14 November 2012;

3.3. Tanah sebanyak 1 Kapling terletak di Jalan G.Obos,

Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya, Kota

Palangka Raya, dengan ukuran keseluruhan panjang 60

meter, lebar 30 meter, dengan batas-batas:

- Utara dengan Sudarwanto;

- Timur dengan Jalan;

- Selatan dengan Sudarwanto;

- Barat dengan Abdul Kasim;

Nilai harta Rp. 70.000.000,- (tujuh puluh juta rupiah).

Keterangan: Surat Penrnyataan Tanah atas nama SS,

tertanggal 9 November 2012 yang diketahui oleh Ketua

RT. 07/RW. VI Ikhsanudin, SH dan diketahui juga oleh

Lurah Menteng Roly Irhamna, S.STP, teregister Nomor

100.594/997/KL-MTG/Pem, tertanggal 12 November

2012 dan diketahui juga oleh Camat Jekan Raya Saiful,

S.Pd., M.Si, teregister Nomor 594.138/339/Pem,

tertanggal 14 November 2012;

3.5. Tanah terletak Jalan Adonis Samad atas nama M.

Suriansyah, dengan ukuran Panjang 50 meter, Lebar 40

meter, dibeli tanggal 24 Oktober 2012 oleh Sw dengan

(22)

40.000.000,- (empat puluh juta rupiah), sisa pembayaran

Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah);

3.6. Tanah terletak di Desa Cemoro Rejo RT. 02/RW. 05

Kujon Manis Tanjung Anom, Kabupaten Nganjuk Jawa

Timur, dibeli oleh SS dari Sumiran senilai Rp.

91.000.000,- (sembilan puluh satu juta rupiah);

Nilai harta Rp. 190.000.000,- (seratus sembilan puluh juta

rupiah);

3.7. Tanah terletak di Komplek Pepabri dengan ukuran

Panjang 40 meter dan Lebar 25 meter, Luas 995 meter

persegi dengan surat atas nama Surtini Bahen. Sertifikat

Hak Milik Nomor 1786, belum balik nama kepada

Penggugat atau Tergugat.

Nilai harta 80.000.000,- (delapan puluh juta rupiah).

Keterangan Sertifikat pada Tergugat;

3.8. Mobil Merk Nissan Tipe Terano Kingsroad warna hitam

silver Tahun 2004, Nomor Polisi L 2961 AC, sekarang

dipindahkan ke Palangka Raya, Nomor Polisi berubah

menjadi KH 999 SD;

3.9. Sebuah mobil jenis Truck Merk Mitsubisi Tahun 2006,

Nomor Polisi KH 9018 AC.

(23)

Keterangan: Mobil atas nama Sw, dan pengambilan mobil

ini sepengatahuan Wanto dan mobil telah dijual oleh

Penggugat dengan sepengatuan dan seijin Tergugat yang

uangnya Tergugat ketahui untuk keperluan hidup

sehari-hari Penggugat dan anaknya Ca (inisial), karena sejak

adanya gugatan cerai didaftarkan di Pengadilan Agama

Palangka Raya sampai adanya Putusan Mahkamah Agung

RI dan sampai keluar Akta Cerai untuk Tergugat tidak

pernah membiayai hidup atau memberi nafkah pada

Penggugat dan anaknya sampai sekarang ini;

3.10. Sebuah mobil jenis Truck Merk Colt Diesel Tahun 2010,

Nomor Polisi S 9808 UW.

Nilai harta Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta

rupiah).

Keterangan: Mobil Truck masih di tangan Penggugat;

4. Bahwa setelah bercerai Penggugat pernah dengan cara

kekeluargaan agar harta bersama yang diperoleh selama

perkawinan sebagaimana terrsebut dalam poit 3 posita gugatan

ini, agar dibagi sesuai aturan hukum yang berlaku, akan tetapi

Tergugat tidak menanggapinya;

5. Bahwa mengingat Penggugat merasa Tergugat tidak ada niat

baik untuk membagi secara kekeluargaan harta bersama yang

(24)

sementara secara hukum harta point 3 posita gugatan ini

diperoleh semasa perkawinan Penggugat dan Tergugat, dan

oleh karenanya baik itu hukum Ahama maupun hukum

Negara, dalam perkara ini Penggugat punya hak ats harta

bersama yang dipeoleh selama perkawinan tersebut, maka

kiranya tidak salah dan beralasan hukum dilamana Penggugat

mengajukan gugatan pembagian harta bersama tersebut sesuai

aturan hukum yang berlaku;

6. Bahwa mengingat Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam dan Pasal

Undang-UndangNomor 7 tahun 1989, maka beralasan hukum

Penggugat mengajukan gugatan pada Tergugat, yaitu gugatan

pembagian harta bersama yang bdiperoleh selama perkawinan

dan harta yang dibeli dari uang yang diperoleh selama

perkawinan, sebagaimana harta bersama tersebut pada point 3

posita gugatan ini, pada Pengadilan Agama Palangka Raya;

7. Bahwa mengingat Penggugat khawatir selama proses perkara

ini berjalan, Tergugat dapat memindahtangankan penguasaan

atas harta bersama kepada pihak Ketiga atau untuk jaminan

terjaganya keutuhan baik secara kualitas dan kuantitas harta

bersama sebgaimana point 3 posita gugatan ini, maka

beralasan hukum bilamana Pengadilan Agama Palangka Raya

(25)

agar meletakkan Sita Jaminan atas harta bersama tersebut point

3 posita gugatan ini;

8. Bahwa mengingat Penggugat mengajukan gugatan ini

berdasarkan alat-alat bukti yang kuat, maka beralasan hukum

manakala perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu walau

ada Verzet, Banding maupun Kasasi;38

b. Petitum (Permohonan)

Berdasarkan posita atau duduk perkara yang telah disebutkan di

atas, adapun permohonan Penggugat kepada Ketua Pengadilan Agama

Palangka Raya sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan harta bersama sebagaimana tersebut dan terurai

dalam point 3 posita gugatan Penggugat adalah harta bersama

yang diperoleh selama perkawinan Penggugat dan Tergugat

dan harta bersama tersebut belum dibagi dua atau terbagi

hingga sekarang ini;

3. Meletakkan Sita Jaminan atas harta bersama yang diperoleh

selama perkawinan Penggugat dan Tergugat atas harta benda

sebagaiman tersebut dan terurai pada point 3 posita gugatan

ini;

4. Menghukum Tergugat membagi harta bersama pada Penggugat

atas harta bersama yang belum terbagi sebagaiamana tersebut

38

(26)

pada point 3 posita gugatan di atas, yaitu membagi sesuai

aturan hukum yang berlaku kalau dihitung nilai harta bersama

secara keseluruhan adalah 2.980.000.000,- (dua milyar

sembilan ratus delapan puluh juta rupiah) : 2 = Rp.

1.490.000.000,- (satu milyar empat ratus sembilan puluh juta

rupiah);

5. Menghukum Tergugat membayar uang paksa Rp. 500.000,-

(lima ratus ribu rupiah) tiap harinya bilamana lalai atau tidak

membagi harta bersama pada Penggugta terhitung perkara ini

berkekuatan hukum tetap (BHT);

6. Menyatakan putusan ini bisa dijalankan walaupun ada Verzet,

Banding, maupun Kasasi;

Atau:

Bilamana Ketua Pengadilan Agama Palangka Raya melalui

Majelis Hakimnya berpendapat lain, mohon putusan yang

seadil-adilnya.39

c. Konvensi (Kesepakatan)

Berdasarkan dalil-dalil posita, maka Pengadilan Agama Palangka

Raya, dalam konvensinya:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi untuk sebagian;

39

(27)

2. Menyatakan harta bersama Penggugat Rekonvensi dengan

Tergugat Rekonvensi yang berada dalam penguasaan Tergugat

Rekonvensi adalah berupa:

2.1.Tanah terletak di pinggir Jalan Putri Junjung Buih dengan

luas 1.000 M2 (Meter Persegi) yang di atasnya berdiri

sebuah rumah permanen. Dengan ukuran Panjang 80

meter dan lebar bagian selatan 10 meter, dengan

batas-batas:

- Utara dengan Jalan Putri Junjung Buih;

- Selatan dengan Jalan;

- Timur dengan Cece Limanto;

- Barat dengan parit pengaringan;

Keterangan: Sertifikat Hak Milik Nomor 2296 atas nama

Wanto, tertanggal 5 Juli 1993. Sertifikat ada pada

Penggugat;

2.2.Tanah sebanyak 1 kapling terletak di Jalan G.Obos,

Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka

Raya, dengan ukuran keseluruhan Panjang 60 meter, dan

lebar 30 meter, dengan batas-batas:

- Utara dengan Siti Solehah;

- Timur dengan Jalan;

- Selatan dengan Rencana Jalan;

(28)

Keterangan: Surat Pernyataan Tanah atas nama Wanto,

tertanggal 9 November 2012 yang diketahui oleh Ketua RT.

07/RW. VI Ikhsanudin, SH dan diketahui juga oleh Lurah

Menteng Roly Irhamna, S.STP, teregister Nomor

100.594/995/KL-MTG/Pem, tertanggal 12 November 2012

dan diketahui juga oleh Camat Jekan Raya Saiful, S.Pd.,

M.Si, teregister Nomor 594.138/338/Pem, tertanggal 14

November 2012. Sertifikat tanah ada pada Penggugat;

2.3.Tanah sebanyak 1 Kapling terletak di Jalan G.Obos,

Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka

Raya, dengan ukuran keseluruhan panjang 60 meter, lebar

30 meter, dengan batas-batas:

- Utara dengan Sudarwanto;

- Timur dengan Jalan;

- Selatan dengan Sudarwanto;

- Barat dengan Abdul Kasim;

Keterangan: Surat Penrnyataan Tanah atas nama Solehah,

tertanggal 9 November 2012 yang diketahui oleh Ketua RT.

07/RW. VI Ikhsanudin, SH dan diketahui juga oleh Lurah

Menteng Roly Irhamna, S.STP, teregister Nomor

100.594/997/KL-MTG/Pem, tertanggal 12 November 2012

(29)

M.Si, teregister Nomor 594.138/339/Pem, tertanggal 14

November 2012. Surat-surat tanah ada pada Penggugat;

2.4.Satu kapling tanah di Jalan G.Obos, Keluraha Menteng,

Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya, dengan

ukuran Panjang 60 meter, lebar 30 meter, dengan

batas-batas:

- Utara dengan Sudarwanto;

- Timur dengan Jalan;

- Selatan dengan Sudarwanto;

- Barat dengan Abdul Kasim;

Keterangan: surat-surat tanah ada pada Penggugat

2.5.Tanah terletak di Desa Cemoro Rejo RT. 02/RW. 05 Kujon

Manis Tanjung Anom, Kabupaten Nganjuk Jawa Timur,

atas nama Solehah.

Keterangan: Sertifikat pada Tergugat;

2.6.Tanah terletak di Komplek Pepabri dengan ukuran Panjang

40 meter dan Lebar 25 meter, Luas 995 meter persegi

dengan surat atas nama Surtini Bahen.

Keterangan: Sertifikat pada Tergugat.

3. Menyatakan ½ (seperdua) dari harta sebagaimanatersebut pada

diktum angka 2 (dua) adalah menjadi bagian Penggugat dan ½

(30)

4. Menghukum Penggugat dan Tergugat untuk membagi dua

harta tersebut, yakni ½ (seperdua) untuk Penggugat dan ½

(seperdua) lainnya untuk Tergugat;

5. Menghukum Tergugat untuk menyerahkan kepada Penggugat

bagian Penggugat atas harta bersama tersebut, yakni ½

(seperdua) dari harta yang berada dalam penguasaan Tergugat,

yakni, seluruh tanah yang disebutkan di atas, dan satu unit

Mobil Merk Nissan Tipe Terano Kingroad

6. Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya.40

d. Rekonvensi

Berdasarkan dalil-dalil posita, maka Pengadilan Agama Palangka

Raya, dalam rekonvensinya:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi untuk sebagian;

2. Menyatakan harta bersama Penggugat Rekonvensi dengan

Tergugat Rekonvensi yang berada dalam penguasan Tergugat

Rekonvensi adalah berupa:

2.1. Satu unit Truck Merk Mitsubishi, pembuatan tahun 2006,

type FE349H, Nomor Rangka MHMFE349H6R017819,

Nomor Mesin 4D34D827506, BPKB Nomor H11012655,

Nomor Polisi KH 9018 AC perubahan menjadi KH 8338

AM yang telah dijual Tergugat Rekonvensi seharga Rp.

100.000.000,- (seratus juta rupiah);

40

(31)

2.2.Satu unit Mobil Truck Merk Mitsubishi Tahun pembuatan

2010, type FE745 4X2 MT, Nomor Rangka

MHMFE74P4AK039654, Nomor Mesin AD34TF57179,

BPKB Nomor H02665777, Nomor Polisi S 9808 UW an.

Ismail yang dibeli dengan cara leasing dari PT. Tri Hamas

dengan kewajiban angsuran perbulan sebesar Rp.

2.491.000,- (dua juta empat ratus sembilan puluh satu ribu

rupiah);

Keterangan: Mobil belum lunas. Mobil berada di tangan

Penggugat sejak tanggal 14 Maret 2014, dan angsurannya

dibayar oleh Tergugat;

e. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk menyerahkan

kepada Penggugat Rekonvensi bagian Penggugat

Rekonvensi atas harta bersama tersebut, yakni ½ (seperdua)

dari harta tersebut pada diktum 2.1 Rekonvensi = ½ x Rp.

100.000.000,- = Rp. 50.000.000,- (limat puluh juta rupiah)

ditambah ½ (seperdua) dari harta tersebut pada diktum 2.2

Rekonvensi (setelah dilunasi sisa angsuran pada PT. Tri

Hamas), ditambah angsuran leasing dari bulan April 2014

sampai dengan Desember 2014 sebesar Rp. 22.419.000,-

(32)

f. Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi untuk selain dan

selebihnya.41

C. Hasil Wawancara Bersama Hakim Pengadilan Agama Kota Palangka

Raya

mengenai proses pembagian harta bersama di Pengadilan Agama,

adapun jawaban beliau sebagai berikut:

a. Mengajukan surat gugatan perceraian terlebih dahulu (pasal

86 UU no. 7,8,9, pasal 187 KHI, pasal 157 KHI, pasal 97

Kemudian pada pertanyaan kedua, mengenai kesulitan Hakim

dalam pembagian harta bersama, beliau mengatakan bahwa pada

kenyataan di lapangan, sangat banyak kesulitan yang dihadapi

oleh para Hakim Pengadilan Agama, diantaranya, yakni:

a. Para pihak yang mengajukan gugatan status hukum harta

tidak jelas (dijual, harta tidak ada);

41

(33)

b. Ada ketidaksepakatan;

c. Diberikan ke orang lain;

d. Perkara gugatan tidak jelas.

Kemudian pada pertanyaan yang ketiga, peneliti menanyakan

mengenai caramengatasi kesulitan pembagian harta bersama,

beliau hanya memberi 2 jawaban untuk cara mengatasi kesulitan

tersebut, yakni:

Pertama, memberitahukan kepada para pihak terlebih dahulu agar tidak menjual barang/ harta yang diajukan dalam gugatan; kemudian yang kedua ,memberitahukan kepada anak-anak mereka agar tidak campur harta orang tua (misalkan diberi harta, berikan harta yang jelas, misalkan ikut bekerja, berikan upah yang pasti).

Adapun untuk pertanyaan terakhir yang peneliti tanyakan

yakni, mengenai rujukan Pengadilan Agama dalam pembagian

harta bersama, adapun beliau menjawab, Undang-Undang yang

berlaku di wilayah RI dan Hukum Syara‟ / Syar‟i (Islam).

2. Informan Kedua

Nama : AB

Umur : 48 tahun

Jabatan : Hakim

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Hakim AB,

mengenai proses pembagian harta bersama, adapun prosesnya

menurut beliau, yaitu:

a. Mengajukan surat gugatan. Bisa dibuat sendiri, atau minta

(34)

b. Pemanggilan Penggugat dan Tergugat;

Kemudian, pada pertanyaan kedua yang peneliti ajukan

mengenai kesulitan Hakim dalam pembagian harta bersama, seperti

halnya Hakim Nj, Hakim AB menyatakan bahwa pada kenyataan

nya di lapangan, banyak terjadi kesulitan yang ditemukan,

diantaranya:

a. Status hukum harta tidak jelas (dijual, harta tidak ada);

b. Tidak dapat mendatangka saksi;

c. Harta berkongsi dengan orang lain (tidak dapat diterima);

d. Tingkat pendidikan Penggugat dan Tergugat agak rendah,

sehingga sulit untuk diberi pemahaman atau pengertian;

e. Salah satu pihak ada yang bersifat tempramental atau

merasa mencari harta itu sendiri/ tidak bersama-sama;

f. Harta telah dijual terlebih dahulu;

g. Suami berpoligami/ istri selingkuh;

h. Salah satu pihak beranggapan bahwa yang berbuat salah

tidak berhak mendapatkan pembagian harta bersama;

i. Pengancaman (baik kepada Majelis Hakim atau pihak

Tergugat maupun Penggugat).

Kemudian selanjutnya, untuk cara mengatasi kesulitan dalam

pembagian harta bersama, adapun menurut Hakim AB, yakni:

a. Ketua Majelis harus mengatasi proses persidangan agar berjalan

dengan lancar;

b. Musyawarah dengan Hakim II dan III;

c. Apabila diperlukan, akan didatangkan saksi ahli, misalkan

(35)

Adapun mengenai rujukan Pengadilan Agama dalam pembagian harta

bersama, Hakim AB menjawab sama seperti Hakim Nj, yakni,

Undang-Undang yang berlaku di wilayah RI dan Hukum Syara‟ / Syar‟i (Islam).

Demikian hasil wawancara peneliti dengan para Hakim Pengadilan

Agama Kota Palangka Raya.

D. Analisis

1. Latar Belakang Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Pengadilan

Agama Palangka Raya Putusan Nomor 171/Pdt.G/2014/PA.Plk

Seorang hakim dalam mengadili suatu perkara lebih

mengutamakan fakta atau peristiwa, peraturan hukum hanyalah alat

sedangkan yang bersifat menentukan pada produk putusan hakim

adalah fakta konkret42 Fakta konkret berupa fakta hukum yang

menentukan pada putusan Nomor 171/Pdt.G/2014/PA Plk sesuai

dengan aspek hukum formil yang pada pokoknya mengabulkan gugatan

Penggugat tersebut sebagai berikut:

Konvensi:

 Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi untuk sebagian;

 Menyatakan harta bersama Penggugat Rekonvensi dengan

Tergugat Rekonvensi yang berada dalam penguasaan Tergugat

Rekonvensi adalah berupa:

- Tanah terletak di pinggir Jalan Putri Junjung Buih dengan luas

1.000 M2 (Meter Persegi) yang di atasnya berdiri sebuah

42

(36)

rumah permanen. Dengan ukuran Panjang 80 meter dan lebar

bagian selatan 10 meter, dengan batas-batas:

- Utara dengan Jalan Putri Junjung Buih;

- Selatan dengan Jalan;

- Timur dengan Cece Limanto;

- Barat dengan parit pengaringan;

Keterangan: Sertifikat Hak Milik Nomor 2296 atas nama

Wanto, tertanggal 5 Juli 1993. Sertifikat ada pada

Penggugat;

- Tanah sebanyak 1 kapling terletak di Jalan G.Obos,

Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya, Kota

Palangka Raya, dengan ukuran keseluruhan Panjang 60

meter, dan lebar 30 meter, dengan batas-batas:

- Utara dengan Siti Solehah;

- Timur dengan Jalan;

- Selatan dengan Rencana Jalan;

- Barat dengan Abdul Kasim;

Keterangan: Surat Pernyataan Tanah atas nama Wanto,

tertanggal 9 November 2012 yang diketahui oleh Ketua RT.

07/RW. VI Ikhsanudin, SH dan diketahui juga oleh Lurah

Menteng Roly Irhamna, S.STP, teregister Nomor

100.594/995/KL-MTG/Pem, tertanggal 12 November 2012

(37)

M.Si, teregister Nomor 594.138/338/Pem, tertanggal 14

November 2012. Sertifikat tanah ada pada Penggugat;

- Tanah sebanyak 1 Kapling terletak di Jalan G.Obos,

Kelurahan Menteng, Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka

Raya, dengan ukuran keseluruhan panjang 60 meter, lebar

30 meter, dengan batas-batas:

- Utara dengan Sudarwanto;

- Timur dengan Jalan;

- Selatan dengan Sudarwanto;

- Barat dengan Abdul Kasim;

Keterangan: Surat Penrnyataan Tanah atas nama Solehah,

tertanggal 9 November 2012 yang diketahui oleh Ketua RT.

07/RW. VI Ikhsanudin, SH dan diketahui juga oleh Lurah

Menteng Roly Irhamna, S.STP, teregister Nomor

100.594/997/KL-MTG/Pem, tertanggal 12 November 2012

dan diketahui juga oleh Camat Jekan Raya Saiful, S.Pd.,

M.Si, teregister Nomor 594.138/339/Pem, tertanggal 14

November 2012. Surat-surat tanah ada pada Penggugat;

- Satu kapling tanah di Jalan G.Obos, Keluraha Menteng,

Kecamatan Jekan Raya, Kota Palangka Raya, dengan

ukuran Panjang 60 meter, lebar 30 meter, dengan

batas-batas:

(38)

- Timur dengan Jalan;

- Selatan dengan Sudarwanto;

- Barat dengan Abdul Kasim;

Keterangan: surat-surat tanah ada pada Penggugat

- Tanah terletak di Desa Cemoro Rejo RT. 02/RW. 05

Kujon Manis Tanjung Anom, Kabupaten Nganjuk Jawa

Timur, atas nama Solehah.

Keterangan: Sertifikat pada Tergugat;

- Tanah terletak di Komplek Pepabri dengan ukuran

Panjang 40 meter dan Lebar 25 meter, Luas 995 meter

persegi dengan surat atas nama Surtini Bahen.

Keterangan: Sertifikat pada Tergugat.

 Menyatakan ½ (seperdua) dari harta sebagaimanatersebut pada

diktum angka 2 (dua) adalah menjadi bagian Penggugat dan ½

(seperdua) lainnya menjadi bagian Tergugat;

 Menghukum Penggugat dan Tergugat untuk membagi dua

harta tersebut, yakni ½ (seperdua) untuk Penggugat dan ½

(seperdua) lainnya untuk Tergugat;

 Menghukum Tergugat untuk menyerahkan kepada Penggugat

bagian Penggugat atas harta bersama tersebut, yakni ½

(seperdua) dari harta yang berada dalam penguasaan Tergugat,

yakni, seluruh tanah yang disebutkan di atas, dan satu unit

(39)

 Menolak gugatan Penggugat untuk selain dan selebihnya.

Rekonvensi:

 Mengabulkan gugatan Penggugat Rekonvensi untuk sebagian;

 Menyatakan harta bersama Penggugat Rekonvensi dengan

Tergugat Rekonvensi yang berada dalam penguasan Tergugat

Rekonvensi adalah berupa:

- Satu unit Truck Merk Mitsubishi, pembuatan tahun 2006,

type FE349H, Nomor Rangka MHMFE349H6R017819,

Nomor Mesin 4D34D827506, BPKB Nomor H11012655,

Nomor Polisi KH 9018 AC perubahan menjadi KH 8338

AM yang telah dijual Tergugat Rekonvensi seharga Rp.

100.000.000,- (seratus juta rupiah);

- Satu unit Mobil Truck Merk Mitsubishi Tahun pembuatan

2010, type FE745 4X2 MT, Nomor Rangka

MHMFE74P4AK039654, Nomor Mesin AD34TF57179,

BPKB Nomor H02665777, Nomor Polisi S 9808 UW an.

Ismail yang dibeli dengan cara leasing dari PT. Tri Hamas

dengan kewajiban angsuran perbulan sebesar Rp.

2.491.000,- (dua juta empat ratus sembilan puluh satu ribu

rupiah);

Keterangan: Mobil belum lunas. Mobil berada di tangan

Penggugat sejak tanggal 14 Maret 2014, dan angsurannya

(40)

 Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk menyerahkan

kepada Penggugat Rekonvensi bagian Penggugat

Rekonvensi atas harta bersama tersebut, yakni ½ (seperdua)

dari harta tersebut pada diktum 2.1 Rekonvensi = ½ x Rp.

100.000.000,- = Rp. 50.000.000,- (limat puluh juta rupiah)

ditambah ½ (seperdua) dari harta tersebut pada diktum 2.2

Rekonvensi (setelah dilunasi sisa angsuran pada PT. Tri

Hamas), ditambah angsuran leasing dari bulan April 2014

sampai dengan Desember 2014 sebesar Rp. 22.419.000,-

(dua puluh dua juta empat ratus sembilan belas rupiah);

 Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi untuk selain dan

selebihnya.

Berdasarkan fakta hukum di atas, dari pandangan penulis ada

beberapa hal yang menjadi pertimbangan hakim dalam putusan Nomor

171/Pdt.G/2014/PA.Plk, yaitu pertimbangan yuridis, dan pertimbangan

non yuridis (meta yuridis) lebih lanjut penulis uraikan sebagai berikut:

a. Pertimbangan Yuridis

Undang-undang hanya sebagai salah satu bagian dari unsur

peraturan perundang-undangan dan hukum substansi yang

mencakupi aturan-aturan hukum, baik yang tertulis maupun tidak

(41)

hukum (legal substantial) masih ada lagi unsur struktur hukum

(legal structur) dan unsur budaya hukum (legal cultural).43

Adapun pertimbangan yuridis yang memiliki keabsahan

hukum secara legal sebagaimana Sadiani mengutip pendapat

Soerjono Soekanto Purnadi Purbacaraka mengemukakan beberapa

pendapat seperti Hans Kelsen pernah berpendapat bahwa setiap

kaidah hukum harus berdasarkan kaidah yang lebih tinggi

tingkatannya. W. Zeverbergen menyatakan bahwa setiap kaidah

hukum harus memenuhi syarat-syarat pembentukannya. Dan

Logemann menjelaskan bahwa kaidah hukum itu mengkikat jika

menunjukkan hubungan keharusan (hubungan memaksa) antara

suatu kondisi dengan akibatnya.44

Kaitan keberlakuan hukum secara yuridis dalam

menetapkan putusan hukum yang terdapat pada putusan Nomor

171/Pdt.G/2014/PA Plk yaitu sebagai berikut:

1) Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 tahun 2008 setiap

perkara perdata yang diajukan ke Pengadilan, harus lebih dahulu

menempuh mediasi, namun karena Tergugat tidak pernah hadir di

persidangan, maka terhadap perkara ini tidak layak dilakukan

mediasi.

43

Lihat Teguh Prasetyo, dan Abdul Halim Barkatullah, Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum Pemikiran Menuju Masyarakat yang berkeadilan dan Bermartabat, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012, h. 342.

44

(42)

2) Pasal 49 ayat (1) huruf a dan Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 50

Tahun 2009, maka Pengadilan Agama Palangka Raya berwenang

menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan gugatan

Penggugat.

3) Pasal 154 R.Bg. dan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1

Tahun 2008 tentang Mediasi dalam perkara perdata harus

dilakukan mediasi, tetapi karena Tergugat tidak pernah hadir di

Persidangan, maka terhadap perkara ini tidak dilakukan mediasi,

namun Majelis Hakim tetap berusaha mendorong mendamaikan

dengan memberikan nasehat kepada Penggugat agar rukun kembali

sebagai suami istri, tetapi telah gagal, hal ini sesuai dengan

ketentuan Pasal 18.

(3) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 Jo. Pasal 65

dan 82 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan

Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Jo. Pasal 142 dan 143

Kompilasi Hukum Islam.

4) Pasal 22 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975,

dan telah memberikan keterangan di bawah sumpah, dengan

(43)

diajukan Penggugat adalah orang yang memenuhi syarat dan

ketentuan sebagai saksi sebagaimana dimaksud Pasal 22 ayat (1).

5) Pasal 49 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan

Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 dan segala ketentuan

hukum dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku serta

dalil-dalil syara‟ yang berkenaan dengan perkara ini.

Secara yuridis putusan Nomor 171/Pdt.G/2014/PA Plk

memiliki keabsahan adanya sumber hukum dalam menjalankan

putusan yang tertera dalam beberapa pasal yaitu pasal 62 ayat 1

Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua

atas Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan

Agama dan pasal 25 ayat 1 Tentang Undang-Undang Kekuasaan

Kehakiman yang tertulis sebagai berikut : Pasal 62 ayat 1, “segala

penetapan dan putusan Pengadilan, selain harus memuat

alasan-alasan dan dasar-dasarnya juga harus memuat pasal-pasal tertentu

dari peraturan-peraturan yang bersangkutan atau bersumber hukum

tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili. Pasal 25 ayat 1,

“segala putusan Pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar

(44)

perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak

tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.45

b. Pertimbangan Non-Yuridis

Berdasarkan pertimbangan Hakim secara yuridis, terdapat

kaitan dengan aspek lain, yakni psikologis, sosiologis, dan etika.

Secara psikologis, antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi

perceraian, di mana, akibat hukum dari perceraian tersebut yakni

pembagian harta bersama, yang mana pembagian harta bersama itu

tidak dapat didamaikan secara kekeluargaan. Hal ini merujuk pada

Al-Quran, surat An-Nisa ayat 128:

mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian

itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut

tabiatnya kikir. dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik

45

(45)

dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka

Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan.”46

Ayat di atas menerangkan tentang perdamaian yang diambil

oleh suami istri setelah mereka berselisih. Biasanya di dalam

perdamaian ini ada yang harus merelakan hak-haknya, pada ayat di

atas, istri merelakan hak-haknya kepada suami demi kerukunan

antar keduanya. Hal ini dikuatkan dengan sabda Rasulullah saw :

“Dari Amru’ bin Auf al Muzani dari bapaknya dari kakeknya

bahwa Rasulullah saw bersabda: “Perdamaian adalah boleh di

antara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang mengharamkan

yang halal dan perdamaian yang menghalalkan yang

haram”.(HR. Tirmidzi no.1370, Ahmad 2:366, dan Abu Dawud

no. 3594). Sehingga sarana terakhir yang mereka tempuh yakni

dengan mengajukan ke Pengadilan Agama.

Berdasarkan analisis penulis di atas, penulis mencermati

bahwa latar belakang pertimbangan hakim dalam putusan Nomor

171/Pdt.G/2014/PA Plk melingkupi beberapa pertimbangan yaitu

pertimbangan yuridis, dan pertimbangan memperhatikan aspek

psikologis, sosiologis, dan etika yang pokoknya mengacu pada

problematika pembagian harta bersama sebagai pertimbangan

hukum oleh hakim dalam memutuskan cerai gugat. Hal ini terlihat

46

(46)

dari cara hakim menggali dan menemukan hukum melalui

fakta-fakta yang ada dalam persidangan.

2. Analisis Terhadap Pertimbangan Hakim Majelis Hakim dalam

Putusan Nomor 171/Pdt.G/2014/PA Plk Oleh Hakim Pengadilan

Agama Palangka Raya

Pertimbangan hukum oleh Hakim dimaksudkan agar hakim dalam

menjalankan fungsi dan kewenangan mengadili dapat menjatuhkan

putusan yang mengandung rasa keadilan masyarakat, Hakim harus dapat

menangkap isyarat perubahan dan pertumbuhan kesadaran hukum

masyarakat. Hakim mesti dibebaskan dari keterikatan sebagai juru bicara

undang-undang (Hakim sebagai corong undang-undang). Berdasarkan

pemaparan penulis, melalui pendekatan kasus,47 terhadap putusan Nomor

171/Pdt.G/2014/PA.Plk, analisis penulis sebagai berikut:

a. Analisis Filosofis

Secara filosofis, putusan Nomor 171/Pdt.G/2014/PA.Plk,

melali pendekatan kasus, penulis berpandangan bahwa putusan

tersebut terfokus pada pembagian harta yang mana salah satu

harta tersebut telah dijual oleh Penggugat, dengan alasan untuk

biaya hidup Penggugat (mantan istri) dengan 1 anak mereka.

Adapun mengenai nafkah itu sendiri, Rasulullah saw bersabda:

47

(47)

ِفوُرْعَمْلاِب َّنُهُتَىْسِكَو َّنُهُقْزِر ْمُكْيَلَع َّنُهَلَو

Artinya: „‟Dan mereka (para istri) mempunyai hak diberi rizki dan pakaian (nafkah) yang diwajibkan

atas kamu sekalian (wahai para suami).‟‟ (HR.

Muslim 2137).48

Adapun yang menjadi perhatian penulis, fakta mengenai

putusan Hakim pada rekonvensi, bahwa:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

2. Menyatakan harta bersama yang diperoleh selama perkawinan

Penggugat dan Tergugat dan harta bersama tersebut belum dibagi dua atau terbagi hingga sekarang.

3. Meletakkan sita jaminan atas harta bersama yang diperoleh

selama perkawinan Penggugat dan Tergugat atas harta bernda sebagaimana tersebut dan terurai pada point posita gugatan di atas.

4. Menghukum Tergugat membagi harta bersama pada Penggugat

atas harta bersama yang belum terbagi sebagaimana tersebut pada point 3 posita gugagatan di atas, yaitu membagi sesuai aturan hukum yang berlaku yang kalau dihitung nilai harta bersama secara keseluruhan adalah Rp. 2.980.000.000,- (dua milyar sembilan ratus delapan puluh juta rupiah) : 2 = Rp. 1.490.000.000,- (satu milyar empat ratus sembilan puluh juta rupiah).

5. Menghukum Tergugat membayar uang paksa Rp. 500.000 (lima

ratus ribu rupiah) tiap harinya bilamana lalai atau tidak membagi harta bersama pada Penggugat terhitung perkara ini berkekuatan hukum tetap (BHT).

6. Menyatakan putusan ini bisa dijalankan walaupun ada Verzet,

Banding, maupun Kasasi.

Pada point 3, Hakim memutuskan meletakkan sita jaminan

pada harta yang disebutkan dalam surat gugatan, namun pada

surat gugatan tersebut, ada harta yang telah dijual mantan istri

dengan alasan bahwa mantan suami tidak memberikan nafkah

materi kepada mantan istri dan 1 orang anak mereka sejak

48

(48)

putusan cerai dari Pengadilan, sampai putusan pembagian harta

bersama, adapun yang penulis cermati, bahwa harusnya pihak

Pengadilan Agama menolak harta yang telah dijual dimasukan ke

dalam surat gugatan, karena pada dasarnya sita jaminan tersebut

bertujuan untuk pembekuan harta agar tidak berpindah ke tangan

orang ketiga.

Pelu, dalam bukunya Reaktualisasi Cita Hukum Dalam

Pembangunan Hukum:

Dua hal yang terpenting bagi manusia, dalam

mengembangkan pengetahuan dalam rangka mencapai status sebagai makhluk yang sempurna dan istimewa sebagai berikut:

1. Manusia mampu mengembangkan dan memiliki kemampuan

berbahasa untuk mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar belakangi informasi tersebut.

2. Manusia mampu berpikir menurut alur kerangka berpikir

tertentu. Cara berpikir yang sedemikian disebut dengan

penalaran (reasoning). Sehingga manusia sering disebut

makhluk yang berpikir (anima intelectual) yang dilengkapi

dengan berasa, bersikap dan bertindak. Untuk dasar sikap dan tindakan didasarkan kepada pengetahuan yang telah dimiliki

oleh setiap manusia.49

49

Ibnu Elmi AS Pelu,dkk, Reaktualisasi Cita Hukum Dalam Pembangunan Hukum,

(49)

Adapun mengenai pembagian yang sama, berdasarkan buku

Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa‟at, yang berjudul Teori Hans

Kelsen tentang Hukum, jika keadilan dimaknai sebagai

kebahagiaan sosial, maka kebahagian sosial tersebut akan tercapai

jika kebutuhan individu sosial terpenuhi. Tata aturan yang adil

adalah tata aturan yang dapat menjamin kebutuhan tersebut, namun

tidak dapat dihindarkan adanya fakta bahwa keinginan seseorang

atas kebahagiaan bertentangan dengan orang lain. Kriteria

keadilan, seperti hanya kriteria kebenaran, tidak tergantung pada

frekuensi dibuatnya pembenaran tersebut. Karena manusia terbagi

menjadi banyak bangsa, kelas, agama, profesi, dan sebagainya,

yang berbeda-beda, maka terdapat banyak ide keadilan yang

berbeda-beda pula.

Teori ini tidak menolak bahwa hukum harus baik dan

sesuai dengan moral. Yang ditolak adalah pandangan bahwa

hukum merupakan bagian dari moral dan semua hukum adalah arti

tertentu atau derajat tertentu dari moral. Menyatakan bahwa hukum

adalah wilayah tertentu dari moralitas sama halnya dengan

menyatakan bahwa hukum harus sesuai dengan moralitas.50

50Lihat Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa‟at, yang berjudul Teori Hans Kelsen tentang

(50)

b. Analisis Yuridis

Sebagaimana latar belakang pertimbangan hukum dalam

putusan Nomor 171/Pdt.G/PA.Plk, yang berfokus pada pembagian

harta bersama. Secara yuridis, tidak dapat tercapainya perdamaian,

dan tujuan pernikahan seperti yang termuat dalam Undang-Undang

Nomor 1 tahun 1974, rumah tangga yang bahagia dan kekal antara

Penggugat dan Tergugat.

Penulis mencermati, melalui pendekatan kasus (case

approach) lebih tepatnya pertimbangan yuridis dalam putusan

Pengadilan Agama Palangka Raya Nomor 171/Pdt.G/2014/PA Plk

mengenai keberadaan benda bergerak sesuai pasal 509, Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata tentang Kebendaan, kebendaan

bergerak karena sifatnya ialah kebendaan yang dapat berpindah

atau dipindahkan.51 Di mana menurut pandangan penulis, harta

yang telah dijual tersebut salah satu faktor sengketa yang menjadi

masalah dalam pembagian harta tersebut.

c. Analisis No-Yuridis

Hakim merupakan unsur utama dalam Pengadilan.

Demikian halnya, Keputusan Pengadilan diidentikkan dengan

Keputusan Hakim. Oleh karena itu, pencapaian penegakan hukum

dan keadilan terletak pada kemampuan dan kearifan Hakim dalam

memutuskan keputusan yang mencerminkan keadilan. Peran

51

(51)

seorang Hakim sangat kritis dalam mengadili suatu perkara,

sehingga ia harus menjalankan tugas untuk membedakan yang

mana yang salah, dan yang mana yang benar, adapun untuk

membuat suatu keputusan, Hakim harus mengevaluasi terlebih

dahulu tentang faktap-fakta dan bukti-bukti yang ada dalam

Persidangan.

Adapun konsekuensi yang dihadapi para Hakim Pengadilan,

masyarakat kecewa dengan putusan yang diberikan oleh Hakim,

Abdul Mananmengungkapkan bahwa konsekuensi yang harus

dihadapi kemudian adalah timbulnya masyarakat yang anarkis yang

tidak peduli lagi akan hukum sehingga akan sangat membahayakan

kehidupan sosial dalam masyarakat tersebut.

Pendapat Hans Kelsen yangdikutip oleh Muhammad Erwin

dan Firman Freaddy Busroh menyatakan bahwa dengan

memberikan pengertian atas suatu perbuatan ataupun rangkaian

perbuatan yang terjadi di tempat dan waktu tertentu sebagai

sesuatu di luar manifestasi dari sikap manusia, dan dengan

memberikan penafsiran hukum atas perbuatan yang telah terjadi

tersebut dan kemudian merumuskan tingkat hukuman atas dasar

perbuatan itu berdasarkan hukum yang berlaku.

Dapat dikatakan bahwa psikologi hukum inisebagai salah

satu dari ilmu tentang kenyataan yang menyoroti hukum sebagai

(52)

menurut penulis, putusan Pengadilan Agama Palangka Raya

Nomor 171/Pdt.G/2014/PA Plk dapat ditelaah dengan

memanfaatkan ilmu psikologi yaitu psikologi hukum dalam

konteks pendekatan kasus (case approach) sebagai berikut:

1. Neurosis, yakni sebagai gejala yang timbul karena

penggunaan mekanisme pertahanan secara berlebihan.

Pola-polanya nampak pada: a) Kekhawatiran (selalu

dalam keadaan tegang dan panik);b) Phobia (rasa takut

terhadap hal-hal yang dianggap mengancam);c) Depresi

(adanya rasa negatif terhadap diri sendiri);d) Obsesi (rasa

takut melakukan perbuatan yang tidak terkendalikan);e)

Neurastenia (kecapaian psikis karena kehidupan

dianggap sesuatu yang percuma dihadapi).

2. Psikhosis, yakni merupakan gejala dimana terjadi

penolakan terhadap bagian terbesar dari kenyataan. Pola

ini dapat terlihat pada: a) reaksi, „schizophrenic‟

(keadaan dimana seseorang sama sekalitidak

mengacuhkan lagi apa yang terjadi di sekitarnya); b)

Reaksi paranoid (keadaan dimana seseorang selalu

dibayangi oleh hal-hal yang seolah-olah mengancam

(53)

dahulu);c) Reaksi involutional (keadaan dimana

seseorang merasakan adanya depresi yang sangat kuat).52

Berdasarkan analisis penulis terhadap putusan Pengadilan Agama

Palangka Raya Nomor 171/Pdt.G/2014/PA Plk, dengan latar belakang

pertimbangan hukum oleh hakim adalah sengketa harta bersama yang

tidak dapat didamaikan secara kekeluargaan, namun analisis terhadap

pertimbangan filosofis, pertimbangan yuridis, dan pertimbangan non

yuridis (meta yuridis) mencakup aspek psikologis, sosiologis, dan etika,

sebab terjadinya sengketa harta bersama ini karena suami tidak memberi

nafkah materi yang cukup kepada manta istri, sehingga menuntut mantan

istri menjual salah satu harta yang dimiliki dengan status masih dalam

konteks harta bersama.

Adapun untuk melengkapi analisis penulis, dari hasil wawancara

yang telah penulis lakukan, bersama para Hakim di Pengadilan Agama

Kota Palangka Raya, adapun analisis penulis sebagai berikut:

 Dari hasil wawancara mengenai proses pembagian harta

tersebut, menurut peneliti, Hakim AB berpendapat sama

dengan Hakim Nj, karena pada prinsipnya proses pembagian

harta bersama dan proses perceraian di Pengadilan Agama

sama halnya dengan proses pemeriksaan perkara perdata lainya

yang dilakukan di depan Pengadilan umum, hanya saja, Hakim

AB tidak menyebutkan berdasarkan pasal berapa surat gugatan

52

(54)

mengenai harta bersama tersebut. Adapun proses yang

diterangkan oleh Hakim Nj dan Hakim AB menurut peneliti

sudah sesuai dengan prosedur dalam persidangan, namun

adapun menurut pendapat peneliti, seperti yang peneliti kutip

dari salah satu blog mengenai proses persidangan secara

lengkap, yakni: Pengajuan gugatan; Penetapan hari sidang dan

pemanggilan; Persidangan pertama; Pembacaan gugatan;

Jawaban tergugat; Rekonvensi; Replik dan duplik; Intervensi;

Pembuktian; Kesimpulan; Putusan Hakim53

 Pada pertanyaan kedua, Hakim Nj mengatakan kenyataan di

lapangan sangat banyak terjadi kesulitan, tetapi beliau hanya

menjawab 4 (empat) kesulitan, yang mana menurut

pemahaman peneliti bahwa ke 4 (empat) kesulitan itulah yang

sering terjadi di lapangan. Kemudian menurut Hakim AB,

bahwa kesulitan yang ditemui oleh para Hakim memang benar

banyak terjadi, bahkan menurut beliau, yang sulit itu jika

suami berpoligami, atau si istri selingkuh, akan lebih sulit lagi

pembagiannya, karena biasanya para pihak beranggapan, siapa

yang melakukan kesalahan, maka ia tidak berhak mendapatkan

bagian dari harta bersama tersebut. Adapun untuk jawaban

yang Hakim Nj sampaikan peneliti kurang begitu puas dengan

jawaban yang beliau berikan, adapun yang peneliti inginkan,

53

(55)

dari jawaban yang diberikan walau sedikit, tetapi dijelaskan

lagi secara spesifikasi, seperti misalnya, diberikan kepada

orang lain. Di maksudkan di berikan kepada orang lain tersebut

harta berupa tanah, atau benda bergerak lainnya, sehingga

keadaan harta tersebut menjadi tidak jelas, apakah diberikan

dengan cuma-cuma ataukah digadaikan, atau dijual seharga

nilai barang tersebut. Adapun menurut pandangan peneliti

sendiri menurut jawaban dari Hakim AB, bahwa semua yang

beliau paparkan segara kasat mata memang termasuk dalam

kesulitan yang dihadapi para Hakim, baik dari tingkat

pendidikan yang kurang atau rendah, bahkan adapula yang

melakukan tindakan tidak terpuji seperti pengancaman,

harusnya para pihak tersebut mengikuti proses persidangan

dengan tertib, agar memudahkan para Hakim Pengadilan

Agama dalam membantu menyelesaikan perkara pembagian

harta bersama itu sendiri, yang mana tidak dapat diselesaikan

secara kekeluargaan.

Adapun mengenai harta yang telah dijual atau telah

berpindah tangan, dari pihak Pengadilan melakukan putusan

sela54 dengan cara melakukan sita jaminan, dan harta yang

telah dijual tersebut, tetap di bagi dua antara pihak Penggugat

dan pihak Tergugat. Seperti yang dikatakan M. Yahya

54

Referensi

Dokumen terkait

Pada kegiatan D, yang menyebabkan benda yang digantung pada karet gelang bila ditarik. kebawah kembali keatas adalah karena

Berdasarkan ketidakkonsistenan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali “Pengaruh Profitabilitas

(aum khawarij adalah pengikut-pengikut Ali Ibnu Abi Tholib yang meninggalkan barisannya, karena tidak setuju dengan sikap Ali Ibnu Abi Tholib dalam menerima

Teknik analisis data yang digunakan oleh penelitian terdahulu yaitu menggunakan teknik analisis jalur (Path Analysis) dan juga dilakukan Uji Sobel untuk menguji kekuatan

Seperti halnya surat, panjang pendek ayat juga sangat beragam. Dalam beberapa surat, pada umumnya surat-surat panjang, ayat-ayat pun yang panjang dan menggugah. Sedangkan

Melihat eksistensi Panggung Indie Medan dan keprofesionalan pengelolaan serta gaya musik yang ditampilkan didominasi band beraliran metal, maka penulis tertarik untuk membuat

Tinjauan 7 Pernafasan/ Jantung, pembuluh darah dan sistem limfatik/ Pencernaan dan hepatobilier / Saraf dan perilaku / Endokrin dan Metabolisme/ Muskuloskeletal/ Ginjal dan

[r]