Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 1
BAB VIII
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
8.1 Aspek Lingkungan
8.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah proses sistematis untuk mengevaluasi pengaruh lingkungan hidup dari dan menjamin diintegrasikannya
prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengambilan keputusan yang bersifat strategis. KLHS
berfungsi untuk menelaah efek dan/atau dampak lingkungan dari suatu kebijakan, rencana
atau program pembangunan. KLHS menekankan pada aspek keberlanjutan pembangunan
dan pengelolaan sumberdaya. Karena itu KLHS merupakan suatu bentuk tindakan strategik
dalam menuntun, mengarahkan, dan menjamin tidak tidak terjadinya efek negatif terhadap
lingkungan dan keberlanjutan dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana
dan program.
Menurut UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Pembuatan KLHS ditujukan untuk memastikan penerapan prinsip pembangunan
berkelanjutan dalam pembangunan suatu wilayah, serta penyusunan kebijakan dan
program pemerintah. Menurut undang-undang tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, KLHS harus dilakukan dalam penyusunan dan evaluasi rencana tata
ruang wilayah, rencana pembangunan jangka menengah dan panjang, kebijakan dan
program yang berpotensi menimbulkan dampak dan atau risiko terhadap lingkungan hidup.
Mekanisme pelaksanaan KLHS meliputi pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan
program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah, perumusan alternatif
penyempurnaan kebijakan dan program serta rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan kebijakan dan program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan. KLHS sendiri menurut ketentuan harus memuat kajian mengenai kapasitas
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan; perkiraan
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 2
Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam
RPI2JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim,
(2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan
intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran
hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan
alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau
terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan
risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria
apakah rencana program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak
terhadap isu-isu tersebut.
Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari berbagai kegiatan utama, yakni: pentapisan
awal sub proyek sesuai dengan kriteria persyaratan safeguard, evaluasi dampak
lingkungan; pengklasifikasian/kategorisasi dampak lingkungan dari sub proyek yang
diusulkan (lihat Tabel 8.1.), perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL), pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan.
Tabel 8.1 Kategori Pendugaan Dampak Lingkungan
Kategori Dampak Persyaratan Pemerintah
A
Sub proyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang buruk, berkaitan dengan kepekaan dan keragaman dampak yang ditimbulkan, upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan
ANDAL dan RKL/RPL*
B
Sub proyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi upaya pemulihannya sangat mungkin dilakukan
UKL/UPL
C Sub proyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak
mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air. Tidak ada
Catatan:
ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan UKL : Upaya Pengelolaan Lingkunga UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 3 Prinsi-prinsip dasar pengamanan (safeguard) adalah sebagai berikut ini:
1. Semua pihak terkait RPI2JM wajib memahami, menyepakati dan melaksanakan
dengan baik dan konsisten kerangka pengamanan lingkungan dan sosial.
2. Perkuatan kapasitas lembaga pelaksana diperlukan agar pelaksanaan kerangka
pengamanan dapat dilakukan secara lebih efektif.
3. Kerangka safeguard harus dirancang sesederhana mungkin, mudah dimengerti, jelas
kaitannnya dengan tahap-tahap investasi, dan dapat dijalankan sesuai prinsip dalam
kerangka proyek.
4. Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin program investasi infrastruktur tidak
mengakibatkan dampak negatif yang serius. Bila terjadi dampak negatif maka perlu
dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut,
baik pada tahap perencanaan persiapan maupun tahapan pelaksanaannya.
5. Diharapkan RPI2JM tidak membiayai kegiatan investasi yang karena kondisi lokal
tertentu tidak memungkinkan terjadinya konsultasi safeguard dengan warga yang
secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau (PAP-Potentially Affected
People) warga terasing dan rentan (IVP-Isolated and Vlnerable People) atau warga
yang terkena dampak pemindahan (DP-Displaced People), secara memadai.
6. Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka
diperlukan tahap-tahap sebagai berikut:
7. Setiap keputusan, laporan dan draft perencanaan final yang berkaitan denga kerangka
safeguard harus dikonsultasikan dan didiseminasikan secara luas terutama kepada
warga yang berpotensi terkena dampak, harus mendapatkan kesempatan untuk ikut
mengambil keputusan dan menyampaikan aspirasi dan/atau keberatannya atas
rencana investasi yang berpotensi dapat menimbulkan dampak negatif tau tidak
diinginkan bagi mereka.
Selain ketentuan terkait dengan penyediaan tanah/lahan, ketentuan/peraturan lain yang
menjadi persyaratan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah adanya perlindungan/
pelestarian terhadap dampak lingkungan. Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan
lingkungan adalah :
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 4
2). Usulan tersebut harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang (RTDR),
3). Usulan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan, dilengkapi dengan perencanaan pengelolaan dampak.
Ukuran dan standar keluarannya adalah : Ada/tidaknya kegiatan yang dibangun atau bahan bangunan yang digunakan tidak termasuk dalam Daftar/List Negatif yang telah
ditetapkan; Ada/tidaknya Dampak negatif terhadap Lingkungan dari bangunan yang
dibangun; Tersedia atau tidaknya tindakan antisipasi/pengamanan dampak negatif sosial
dan lingkungan sesuai dengan prosedur dan ketentuan perundang-undangan.;
Prinsip dasar yang melandasi pengendalian dampak lingkungan dalam program ini adalah
meminimumkan efek negatif dan memaksimumkan dampak positif dari setiap kegiatan
konstruksi (termasuk dampak negatif atas pembebasan lahan). Oleh sebab itu, maka
pendekatan penanganan pengamaman dampak (safeguards) kegiatan, akan dilakukan
melalui : a). Desain perencanaan teknis bangunan yang mengacu pada kriteria
desain/standar teknis pembangunan infrastruktur yang telah ditetapkan instansi teknis
seperti Departemen Pekerjaan Umum; dan b). Pemeriksaan terhadap dampak lingkungan
kegiatan skala kecil/sederhana melalui prosedur khusus atau prosedur operasi standar/POS
untuk setiap kegiatan infrastruktur yang diusulkan, yaitu Daftar Periksa/Uji Identifikasi
Dampak Lingkungan.
Safeguard pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan
kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera
dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang
dimaksud adalah air limbah permukiman (municipial wastewater) yang terdiri dari atas air
limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja
manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak
mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu
dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah,
disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 5
8.1.2 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH
Seluruh program investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya yang diusulkan oleh
Kabupaten/Kota harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut ini.
1. Penilaian lingkungan (environtment assesment) dan rencana mitigasi dampak
sub-proyek, dirumuskan dalam bentuk:
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Analisis Dampak
Lingkungan (ANDAL) dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL).
Standar Operasi Baku (SOP)
Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.
2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL
atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi,
sosial, kelembagaan dan keuangan sub-proyek.
3. Sejauh mungkin, subproyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk
dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Sub proyek yang
diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang besar terhadap lingkungan,
dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi
sedemikian rupa harus dilengkapidengan AMDAL.
4. Usulan program investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya tidak dapat dipergunakan
mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat
alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut internasional
atau kawasan sengketa. Disamping itu dari usulan RPI2JM juga tidak membiayai
pembelian, produksi atau penggunaan:
Bahan-bahan perusak ozon
Bahan-bahan mengandung asbes.
Bahan-bahan mengandung B3
Pestisida, herbisida, dan insektisida.
Pembangunan bendungan.
Perusakan kekuayaan budaya.
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 6 Penjelasan UKL-UPL, Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH), Dokumen
Pemantauan Lingkungan Hidup (DPLH), Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup (DPPLH), Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup (SPPLH),
yang disampaikan oleh Tim Teknis AMDAL.
Kegiatan yang diprogramkan dapat menimbulkan dampak atau tidak, sebagai rujukan
didasarkan pada Lampiran Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
Nomor : 17/KPTS/M/2003 Tanggal : 3 Februari 2003 seperti terlihat pada Tabel 8.2. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur sebagaimana yang diperlihatkan seperti pada
tabel 8.2 tersebut, klasifikasi kegiatan yang dapat menjadi potensi dampak serta upaya
penanggulangan/mitigasi dapat dilakukan dapat diperlihatkan seperti pada Tabel 8.3.
8.2 Aspek Sosial
Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terkait dengan kebutuhan
masyarakat agar dapat tumbuh dan berkembang kerarah yang lebih baik dalam lingkungan
yang sehat, berjatidiri dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, masyarakat dipandang
sebagai objek, karena itu yang menjadi titik tekan penyediaan infrastruktur adalah
kebutuhan mereka. Namun seingkali dalam penyediaannya dapat berimplikasi cukup luas.
Karena itu dalam aspek sosial ini perlu dipertimbangkan berbagai dampak negatif dari
investasi program infrastruktur agar tidak mengakibatkan dampak negatif yang serius yang
tidak dapat diperbaiki/dipulihkan. Apabila diduga terjadi dampak negative maka, perlu
dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut, baik
pada tahap perencanaan, persipan maupun tahap pelaksanaan serta pengoperasian dan
pemeliharaan, guna mendukung pembangunan infrastruktur. Untuk kepentingan tersebut,
terdapat beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati sebagai berikut:
1. Menempatkan masyarakat sebagai pelaku (ujung tombak) dalam upaya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi (termasuk dalam penyediaan infrastruktur).
2. Memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan,
pelaksanaan dan pemelihataan (Pemerintah sebagai fasilitator dan hormati hak
masyarakat, serta kearifan lokal/keberagaman budayanya).
3. Mendorong agar stakeholder mampu bertindak secara transparan, akuntabel, dan
professional dalam perencanaan dan pelaksanaan.
4. Mendorong perkuatan kelembagaan yang mewadahi berbagai aspirasi dari berbagai
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 7
Tabel 8.2
Ketentuan Pelaksanaan Amdal (Lampiran Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 17/KPTS/M/2003)
NO JENIS USAHA/KEGIATAN SKALA
(BESARAN) DASAR PERTIMBANGAN ALASAN ILMIAH KHUSUS
1.
BENDUNGAN/WADUK
a. Pembangunan Bendungan/waduk
Perubahan bentang alam dan bentuk lahan dan eksploitasi sumber daya alam, penggunaan teknologi yang mempengaruhi lingkungan (aspek keamanan bendungan)
Penurunan cadangan quarry, perubahan ekosistem di hulu dan hilir waduk, penggenangan lahan, property milik masyarakat, ketidak puasan atas kompensasi lahan
Tinggi 6m-< 15m
Atau Luas genangan 50 Ha-< 200 Ha
Atau daya tampung 100.000-500.000 M3
b. Rehabilitasi Bendungan/waduk
Proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial dan budaya, penggunaan teknologi yang
mempengaruhi lingkungan,
Gangguan pasokan air selama waduk dikeringkan, peningkatan keamanan bendungan
Tinggi > 15m
Atau Luas genangan > 200 Ha
Atau daya tampung > 500.000 M3
2.
DAERAH IRIGASI
a. Pembangunan Daerah Irigasi (Luas areal) 500 Ha s/d < 2000 Ha
Perubahan bentang alam, bentuk lahan. eksploitasi sumber daya air, pemanfaatan SD-Air menimbul-kan pemborosan maupun kemerosotan sumber daya air serta mempengaruhi lingkungan sosial budaya
Perubahan ekosistem kawasan peningkatan pencemaran pestisida, peningkatan potensi erosi dan sedimentasi, peningkatan kebutuhan air irigasi, penurunan cadangan air baku irigasi
b. Rehabilitasi dan Peningkatan daerah irigasi Eksploitasi sumber daya air, pemanfaatannya menimbulkan pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam serta mempengaruhi lingkungan sosial budaya
Penurunan pasokan air, konflik pemakaian air, perubahan pola tanam dll
Luas areal >1000 Ha
Atau tambahan luas areal 500 Ha s/d < 1000 Ha
c. Pencetakan sawah (luas per
kelompok/blok) 200 Ha s/d < 500 Ha
Pengaruhnya terhadap lingkungan sosial budaya maupun lingkungan alami
Perubahan pola tanam, konflik pemakaian air irigasi, peningkatan beban kerja P3A
3.
PENGEMBANGAN RAWA
Reklamasi Rawa Pasang Surut (luas areal) 500 Ha s/d <1000 Ha
Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam atau pelindungan cagar budaya
Perubahan ekosistem kawasan yang mempengaruhi sekitarnya
Reklamasi Rawa Non Pasang Surut/lebak
(luas areal) 500 Ha s/d <1000 Ha
Perubahan bentang alam dan bentuk lahan. pengaruhnya terhadap pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam atau perlindungan cagar budaya serta sosial ekonomi budaya
Perubahan system tata air, peningkatan frekuensi banjir dihilir
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 8
a. Sejajar Pantai - tembok/sea
wall/revetment (Panjang) > 1 Km
Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, pengaruhnya terhadap lingkungan sosial budaya
Penurunan stabilitas pantai bagian kiri dan kanan, perubahan estetika, penurunan asset budaya
b. Tegak Lurus - Groin, breakwater
(Panjang) 10m s/d < 500 m
Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, pengaruhnya terhadap lingkungan sosial budaya
Perubahan keseimbangan pantai yang cenderung merusak sekitamya, perubahan estetika pantai, penurunan nilai asset budaya
5.
NORMALISASI SUNGAI
a. Kota Besar/Metropolitan (panjang atau luas)
1 Km s/d < 5 Km
1 Ha s/d 5 Ha Perubahan bentang alam dan bentuk lahan,
pengaruhnya terhadap lingkungan sosial ekonomi dan budaya. pengaruh penerapan teknologi pada
lingkungan
Perubahan keseimbangan alur sungai, perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lahannya terpotong proyek
b. Kota Sedang (panjang sungai) 3 Km s/d < 10 Km c. Perdesaan (panjang sungai) 5 Km s/d<15Km
Sodetan Semua Besaran
6.
KANALISASI / KANAL BANJIR
a. Kota Besar/Metropolitan 1 Km s/d < 5 Km
Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, pengaruhnya terhadap lingkungan sosial ekonomi dan budaya
Perubahan keseimbangan alur sungai, kestabilan dasar dan tebing sungai, perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lahannya terpotong kanal
Panjang kanal 2 Ha s/d 5 Ha
Atau luas pembebasan lahan 2 Ha s/d 5 Ha
b. Kota Sedang (panjang kanal) 3 Km s/d < 10 Km c. Perdesaan (panjang kanal) 5 Km s/d < 15 Km
7
JALAN TOL/LAYANG (FLYOVER)
a. Pembangunan jalan layang dan sub way
(panjang) < 2 Km
Perubahan bentang a!am dan bentuk lahan, pengamhnya terhadap lingkungan fisik-kimia dan biologi serta sosial ekonomi budaya
Bangkitan LHR, kemacetan lalu lintas, kebisingan, getaran, emisi gas buang, gangguan visual, ketidak puasan atas nilai kompensasi lahan
b. Peningkatan jalan tol dengan pembebasan
lahan (panjang) Semua Besaran
c. Peningkatan Jalan tol tanpa pembebasan
lahan (panjang) >5 Km
8.
JALAN RAYA
a. Bangunan/peningkatan jalan dengan pelebaran diluar DAMIJA
Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, pengaruhnya terhadap lingkungan fisik-kimia dan biologi serta sosial ekonomi budaya
Bangkitan LHR, kebisingan, getaran, emisi gas buang, gangguan visual, gangguan lalu lintas setempat, perubahan system aliran permukaan.
a-1. Kota Besar/Metropolitan
- Panjang 1 Km s/d <5 Km
- Atau luas 2 Ha s/d < 5 Ha
a-2. Kota Sedang
- Panjang 3 Km s/d <10 Km
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 9
a-3. Perdesaan -inter urban (panjang) 5 Km s/d <30 Km b. Peningkatan dengan pelebaran didalam DAMIJA
b-1. Kota Besar/Metropolitan -Arteri/
kolektor (panjang) > = 10 Km
9.
JEMBATAN (Pembangunan Baru)
Kota Besar (panjang) > = 20 m
Perubahan bentang alam dan bentuk lahan. pengaruhnya terhadap lingkungan fisik-kimiawi-biologi dan sosial ekonomi
Gangguan terhadap pengaliran sungai, Bangkitan LHR, kemacetan lalu lintas, kebisingan, getaran, emisi gas buang, gangguan visual, ketidak puasan atas nilai
atau Sanitary landfill Perubahan bentang alam dan bentuk lahan. pengaruh
penggunaan teknologinya terhadap lingkungan fisik-kimia dan sosial ekonomi budaya, introduksi jenis hewan
Gangguan kesehatan, estetika, bau, asap pembakaran, emisi bio gas (H2S, NOx. SOx.COx, dioxin), pencemaran air tanah maupun air permukaan oleh
Luas < 10 Ha
Kapasitas < 10.000 ton
b. TPA didaerah pasang surut
- Luas < 5 Ha
kedalam proses pembusukan, kecuali untuk lokasi yang berada di bantaran sungai
Tidak dibangun di sekitar sungai / berbatasan langsung dengan sungai
leachate (air lindi), gangguan cacing), gangguan lalat, keluhan penduduk sekitar terhadap keberadaan tempat pembuangan sampah disekitar dll
- Kapasitas < 5.000 ton
b. Pembangunan Transfer Station (kapsitas
operasionai) < 1000 ton/hari
c. Pembangunan Incenerator Semua Ukuran
d. Bangunan Komposting dan daur ulang (kapasitas sampah baku)
> 4 ton/hari > 500 m2
11.
PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
a. Kota Metropolitan (luas) 2 Ha s/d < 25 Ha
Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya alam. yang
menimbulkan pemborosan & kemerosotan, pengaruhnya terhadap lingkungan fisik-kimiawi, biologi, sosial ekonomi dan budaya
Perubahan tata guna lahan skala kawasan, pembahan daya dukung dan tingkat pelayanan kota, bangkitan LHR, bangkitan sampah dan limbah, pembahan tingkat konsumsi air bersih, pembahan koeffisien KDB & KLB, pembahan volume run-off, perubahan kawasan resapan air, kesenjangan sosial dengan masyarakat sekitar
b. Kota Besar (luas) 2 Ha s/d < 50 Ha
c. Kota Sedang, kecil (luas) 2 Ha s/d < 100 Ha
12.
PEREMAJAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
a. Kota Metropolitan & Besar > = 1 Ha
Perubahan bentuk lahan. pengaruhnya terhadap lingkungan sosial, ekonomi dan budaya dan pelestarian cagar budaya
Pembahan kepadatan penduduk. perubahan tingkat pelayanan prasarana & sarana kota. perubahan kondisi sosial ekonomi dan budaya, kehilangan bangunan bersejarah atau peningkatan nilai asset bangunan bersejarah
b. Kota Sedang > = 2Ha
c. Revitalisasi kawasan (memfungsikan
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 10 13.
PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT) DAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)
IPLT < 2 Ha Perubahan bentuk lahan, pengaruh proses teknologi
terhadap Iingkungan fisik, kimiawi, biologi, sosial, ekonomi dan budaya
Gangguan kesehatan, estetika, bau, pembahan kualitas air tanah maupun air permukaan sekitar PILT/IPAL, pembahan pola mata pencaharian masyarakat sekitar
IPAL < 3 Ha
14.
PEMBANGUNAN SISTEM PERPIPAAN AIR LIMBAH (SEWERAGE)
Kota Besar/ Metropolitan (luas Layanan) < 500 Ha
Penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungsn fisik-kimiawi, proses dan hasil kegiatannya memperngaruhi lingkungan
Gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan sarana umum.ketidak puasan atas nilai kompensasi
15.
DRAINASE PERMUKIMAN PERKOTAAN
a. Pembangunan saluran di Kota Besar & Metropolitan
Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik-kimiawi. proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi dan budaya
Gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan sarana umum. ketidak puasan atas nilai kompensasi kerusakan property atau kompensasi pembebasan lahan, perubahan kualitas air di bagian hilir saluran.
*) Pembangunan drainase sekunder dan tertier di kota sedang kemungkinan melewati pemukiman padat
- Drainase Utama (panjang) < 5 Km
- Drainase Sekunder dan Tertier (panjang) 1 Km-5 Km b. Pembangunan Saluran di Kota Sedang
Drainase Utama (panjang) < 10 Km
Drainase Sekunder dan Tertier (panjang) 2 Km -10 Km *) c. Pembangunan Saluran di Kota Kecil
(panjang) > 5 Km
16.
PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG Meliputi apartemen / perkantoran dan Rumah Sakit Kelas
A, B, C
(luas lantai) < 10.000 m2
Perubahan bentuk lahan. proses teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik-kimia, hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi, budaya, flora fauna, penubahan intensitas bangunan gedung terhadap lingkungan
Gangguan lalu lintas, kebisingan. kesehatan, getaran, gangguan genangan local (dewatering). gangguan cahaya, kebakaran. bangkitan LHR, Air limbah, Sampan, peningkatan kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (air bersih, air limbah, jalan akses, drainase, area parkir), perubahan KDB, KLB, peningkatan kaki lima (PKL), peningkatan emisi gas, bahan yang bersifat ozon
17
AIR BERSIH PERKOTAAN
a. Pembangunan jaringan distribusi (luas
layanan) 100 Ha s/d <500 Ha Penerapan teknotoginya mempengaruhi lingkungan fisik-kimiawi. proses dan hasilnya mempengafuhl lingkungan sosial budaya, eksploitasi Sumber Daya Air yang pemanfaatannya berpotensi menimbulkan pemborosan maupun kerusakan sumber daya alam, ekologi waduk
Gangguan lalu lintas, kecemburuan sosial antar konsumen air bersih, konflik pemakaian sumber daya air, perubahan pasokan air, penurunan muka tanah (land subsident) akibat penyedotan air tanah yang berlebihan, intrusi air asin, perubahan kualitas air di badan penerima limbah hasil proses pengolahan air
b. Pembangunan Jaringan pipa transmisi
(panjang) 2 Km s/d <10 Km
c. Pengambilan airbaku dan sungai, danau
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 11
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air
dengan pengolahan lengkap (debit) >50 l/dt
*) Skala Besaran wajib UKL/UPL untuk pengambilan dari mata air > 5 l/dt s/d < 50 l/dt (khususnya di P. Jawa dan pulau-pulau kecil lainnya)
*) Sepanjang belum diatur oleh Instansi yang berwenang e. Pengambilan air tanah dalam (debit) > 5 l/dt dan < 50 l/dt
18.
PEMBANGUNAN KAWASAN TERPADU
Pembangunan meliputi Permukim an, Perkantoran, pendidikan, Olah Raga, Kesehatan, Tempat Ibadah, Pusat Perdagangan & Perbelanjaan
Luas lahan 5 Ha
Perubahan bentuk lahan. penerapan teknologinya mempergaruhi lingkungan fisik-kimia, biologi, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial. ekonomi dan budaya
Gangguan lalu lintas, kebisingan, getaran, genangan local, bangkitan LHR, sampah, air limbah, peningkatan kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (air bersih, sanitasi, sampah, drainase, areal parker), perubahan KLB, KDB, peningkatan PKL
Atau luas lantai bangunan < 10.000 m2
19.
PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN UNTUK PEMINDAHAN PENDUDUK DAN ATAU PERMUKIMAN KEMBALI
a.Jumlah penduduk yang dipindahkan 50KK - 200KK
Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, eksploitasi sumber daya alam, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial ekonomi, budaya, penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik-kimia-biologi, mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam
Perubahan tata guna lahan kawasan, ketidak puasan atas pemberian kompensasi penggantian dan bangunan, adaptasi dengan penduduk sekitar. perubahan ekosistem kawasan, perubahan daya dukung kawasan (lahan, sumber daya air, pertanian, kehutanan, perkebunan dll), perubahan koefisien run off, perubahan KDB, KLB
Catatan:
*)Kedalam kegiatan ini termasuk kawasan yang dipersiapkan untuk menampung pengungsi dan memukimkan kembali, penduduk yang dipindahkan akibat pembangunan proyek misalnya waduk, jalan, bencana alam dan bencana sosial, dll.
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 12
Tabel 8.3
Pengelolaan Dampak Kegiatan
No POTENSI/SUMBER
DAMPAK NEGATIF ALTERNATIF UPAYA PENANGGULANGAN/MITIGASI
PRASARANA JALAN, JEMBATAN, GORONG-GORONG, TAMBATAN PERAHU
1
Resiko Longsor akibat Kegiatan Galian/Timbunan Tanah diarea lereng/tebing
Pemindahan trase/jalur jalan atau bangunan ke tempat lain yang lebih aman
Batasi pemindahan tanah hanya pada musin kering/panas Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/pantai 2 Jembatan mengganggu lalu
lintas perahu Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan
3 Jembatan/T.Perahu merubah arah/aliran sungai
Tata letak dipindahkan untuk menghindari masalah Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/pantai
4 Meningkatnya erosi pada tebing Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
5 Meningkatnya erosi pada saluran pinggir/samping
Dasar saluran diperlandai
Dipasang penahan pelindung tebing saluran
Dipasang gorong2 bantu untuk mengurangi debit (sub drainase) Perkerasan khusus pada badan jalan disekitar saluran, seperti beton, aspal, dll.
6 Jalan tanah meningkatkan debu
Permukaan jalan dipadatkan
Permukaan jalan diberikan perkerasan dari bahan berbutir kasar (kerikil/sirtu)
Jalan menutup/memotong
aliran air alamiah/drainase Dipasang gorong2 sesuai aliran alamiah/drainase
8
Saluran samping/drainase terjadi pendangkalan/ sedimentasi
Drainase dibuat dari bahan pasangan batu/bata atau beton Drainase dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan atau saluran kota yang ada (terintegrasi)
9 Jalan baru akan menebang
banyak pohon-pohon Pemindahan trase/jalur jalan ke tempat lain yang lebih aman
10
Tidak ada pembuangan akhir /ada genangan air dari drainase/Gorong-gorong
Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem Drainase kota;
1 Bangunan tidak nyaman/aman
Dibuat pagar pengaman pada Tikungan Jalan yang tajam
Dibuat penahan longsor diderah tebing/lereng atau badan jalan Dibuat pagar pengaman pada jembatan dan di pintu masuk/ keluar jembatan (kiri+kanan)
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 13
No POTENSI/SUMBER
DAMPAK NEGATIF ALTERNATIF UPAYA PENANGGULANGAN/MITIGASI
PRASARANA IRIGASI
1
Resiko Longsor akibat Kegiatan Galian/Timbunan Tanah di area lereng/tebing
Pemindahan jalur Saluran atau bangunan ke tempat lain yang lebih aman
Batasi pemindahan tanah hanya pada musin kering/panas Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/pantai
2 Meningkatnya erosi pada tebing atau dinding saluran tanah
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami di daerah kemiringan Dipasang penahan pelindung tebing saluran 3 Konsentrasi air tidak terkendali
disaluran/sawah akibat erosi dari dinding sal. Tanah/Tebing
Dasar saluran diperlandai
Saluran dibuat dari bahan pasangan batu atau beton Saluran dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Saluran pembuangan dibuat sampai ketempat pembuangan Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan
PRASARANA AIR BERSIH
1 Galian Sumur (sumur dangkal) longsor
Dibuat turap penahan tanah
Dinding Sumur menggunakan Cincin Beton
2
Galian sumur dalam/bor bisa memunculkan bahan2 tambang yang bisa berbahaya, seperti minyak,gas
Koordinasi dengan dinas pertambangan & geologi/ instansi terkait sebelum kegiatan dimulai;
3
Kualitas air sumur bercampur mineral/bahan2 berbahaya bagi kesehatan
Dilakukan Pengujian kualitas air sebelum dimanfaatkan
4 Sumur Gali (sumur dangkal)
longsor Dinding Sumur dibuat menggunakan Cincin Beton 5 Sumur terlalu dekat dengan
MCK/WC Lokasi Sumur dan Septicktank/Resapan minimal 11 meter 6 Air Sumur tercampur air
permukaan/Air Rembesan
Dibuat bibir sumur yang cukup tinggi
Lokasi Sumur dicari tempat yang tidak sering banjir 7 Mata Air tercampur air
permukaan
Dibuat Pelindung disekitar mata air untuk mencegah air masuk Daerah sekitar mata air diberi pelindung jalur hijau
8 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan
PRASARANA MCK, JAMBAN, SALURAN LIMBAH RUMAHTANGGA
1
Tidak ada saluran pembungan limbah cair domestik (MCK, Jamban, Air Cucian Dapur,dsb)
Dibuat saluran pembuangan sampai ketempat pembuangan atau drainase yang ada
Dibuat Septictank dan Resapan untuk MCK/Jamban
2
Pipa sanitasi dipermukaan tanah yang sangat rawan thd sinar matahari, terinjak, dan kenakalan manusia
Tanam pipa sanitasi dari kakus keseptictank
Buat Lubang Kontrol dan Pipa Udara untuk septicktank
3
Bangunan MCK, Jamban, Drainase air limbah, tidak sesuai standar teknis
Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan ketentuan standar teknis bangunan
4 Septicktank/Resapan MCK/WC terlalu dekat dengan Sumur.
Jarak lokasi Septicktank/Resapan dengan Sumur minimal 11 meter
5 Jenis bangunan Septicktank tidak sesuai jenis tanah
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 14
No POTENSI/SUMBER
DAMPAK NEGATIF ALTERNATIF UPAYA PENANGGULANGAN/MITIGASI
6
Tidak ada pembuangan akhir dari saluran MCK, WC, Saluran Limbah Rumah Tangga/ada genangan air
Dibuat Drainase sampai ketempat pembuangan akhir (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem Drainase kota;
7 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada rencana kegiatan pemeliharaan
PRASARANA DRAINASE PERMUKIMAN
1.
Resiko Longsor akibat Kegiatan Galian/Timbunan Tanah diarea lereng/tebing
Pemindahan jalur atau bangunan ke tempat lain yang lebih aman Batasi pemindahan tanah hanya pada musin kering/panas Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan Dipasang penahan pelindung tebing saluran
2 Meningkatnya erosi pada tebing
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami di daerah kemiringan Dipasang penahan pelindung tebing saluran
3
Saluran dibuat dari bahan pasangan batu atau beton Saluran dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Saluran pembuangan dibuat sampai ketempat pembuangan
4 Tidak ada pembuangan akhir drainase/ada genangan air
Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem Drainase kota; 5 Bangunan Drainase Tiidak
sesuai standar teknis
Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan ketentuan standar teknis bangunan
6 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan
PRASARANA PERSAMPAHAN
1 Bangunan Sampah Tiidak sesuai standar teknis
Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan ketentuan standar teknis bangunan
2 Tidak ada Pembuangan Sampah
dari TPS TPS dibuat terintegrasi dengan Sistem persampahan kota; 3 Belum terjamin O&P kegiatan
Persampahan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan Sumber : pedoman pelakanaan pnpm mandiri perkotaan
Prinsip-prinsip dasar tersebut dimaksudkan agar masyarakat sebagai subjek dan juga objek
pembangunan, dapat turutserta dalam menentukan nasibnya. Artinya, setiap tahapan
penyelenggaraan pembangunan, membutuhkan peranserta masyarakat. Keterlibatan
masyarakat dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 15 Peran masyarakat dapat berupa:
a. pengawasan sosial;
b. pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau
c. penyampaian informasi dan/atau laporan.
Peran masyarakat dilakukan untuk :
a. meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
b. meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan;
c. menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;
d. menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan
pengawasan sosial;
e. mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian
lingkungan hidup.
Secara substansial, aspek sosial yang akan dikaji dalam konteks peranserta masyarakat
dalam penyediaan infrastruktur Bidang Cipta Karya ini adalah:
Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Aspek Sosial Pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
8.2.1 Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu bahwa, penyediaan infrastruktur akan terkait
dengan kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan tarap hidup yang lebih baik dalam
lingkungan yang sehat, berjatidiri dan berkelanjutan. Dalam konteks tersebut, terdapat
beberapa komponen sosial yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan program, yaitu:
“berupaya untuk melakukan pencegahan terhadap dampak sosial di satu pihak, dan di lain pihak, melakukan penanganan dan sekaligus solusi terhadap dampak sosial yang terjadi”.
Beberapa kemungkinan dampak sosial dan tindakan yang perlu dilakukan adalah:
1. Setiap kegiatan masing-masing sektor harus didasarkan pada Rencana Induk/Master
Plan
Dokumen yang dimaksud diperlukan sebagai dasar konsepsional dan menjadi rujukan
perencanaan selanjutnya. Dokumen ini perlu disosialisasikan kepada pihak-pihak
terkait secara berjenjang sesuai dengan level/tingkatan yang menjadi lingkup tugasnya
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 16 Sejauh ini, dokumen-dokumen sektoral tersebut masih belum dimiliki oleh Pemerintah
Kabupaten Seluma. Untuk itu perlu didorong agar terjadi peningkatan kapasitas
institusional pemerintah, swasta dan masyarakat.
2. Setiap Dokumen Perencanaan dan usulan pembangunan perlu dilakukan Konsultasi
Tingkat Daerah
Tahapan ini perlu dilakukan sebagai upaya kanalisasi aspirasi berbagai pihak terkait,
terutama masyarakat, agar dapat meyalurkan aspirasinya dan mengungkapkan
kebutuhan yang harus dipenuhi oleh kegiatan pembangunan didaerahnya. Pelaksanaan
ini sebagai wujud pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan yang baik (good
governance), yang dilakukan dalam rangka :
Masyarakat bisa menyalurkan keinginan dan tuntutannya kepada pemerintah .
Terlibat aktif dalam proses pembuatan keputusan
Pelaksana utama kebijakan
3. Setiap usulan kegiatan perlu dilengkapi jastifikasi teksnis
4. Perlu dilakukan Pelembagaan (institusionalization)
Pelembagaan ini perlu dilakukan dalam rangka pelaksanaan prinsip-prinsip
keberlajutan dalam proses partisipasi dengan semangat dialogis yang sesuai dengan
kebutuhan, potensi dan peruntukannya suatu program pembangunan dirancang. Selain
dari itu, pelembagaan ini juga dapat dijadikan indikator kinerja.
8.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi
berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan
masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi antara
lain:
1. prasarana harus dapat dipastikan bahwa tapak (site) yang akan dipergunakan telah
memiliki status lahan yang jelas. Terkait dengan hal ini, pengadaan lahan dan
pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan telah dilakukan satu tahun sebelum
pelaksanaan fisik kegiatan dilakukan. Demikianjuga halnya apabila terdapat dengan
pemindahan penduduk (resettlement) harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal
ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugian, serta bantuan dalam
Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 17 2. Setiap kegiatan yang akan dibangun perlu tersosialisasikan sebelum pelaksanaan
dilakukan. Apabila dimungkinkan, dilakukan proses dialogis dalam rangka mencari
umpan balik (padback) yang sesuai dengan kebutuhan dan peruntukan program.
3. Sebelum pelaksanaan kegiatan, pihak pelaksana melakukan pengecekan kepada pihak
terkait mengenai kebenaran kepemilikan dan status lahan.
8.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi
masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan
secara sederhana dapat terukur. Dalam kaitan ini, peranserta masyarakat yang dapat
dilakukan Pasca Pembangunan antara lain adalah:
1. Membangun mitra lokal dalam rangka pengendalian dan pengelolaan atas asset
properti bangunan dan lingkungan agar dapat berjalan sebagaimana yang telah
ditetapkan secara terkendali dan menerus. Mitra lokal ini sebagai katalisator
pembangunan yang dapat menjembatani kepentingan antar stakeholders, yang secara
kelembagaan dapat diintegrasikan dengan aspek pelembagaan (institusionalization)
pada tapan perencanaan.
2. Pengembangan institusional mitra lokal, dimaksudkan agar mitra lokal mempunyai
kompetensi berupa; partisipasi dan ketrampilan teknis dalam melakukan fasilitasi