• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL - DOCRPIJM 4c68fd53c9 BAB VIII10. B 8 Aspek Lingkungan dan Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VIII ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL - DOCRPIJM 4c68fd53c9 BAB VIII10. B 8 Aspek Lingkungan dan Sosial"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 1

BAB VIII

ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

8.1 Aspek Lingkungan

8.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah proses sistematis untuk mengevaluasi pengaruh lingkungan hidup dari dan menjamin diintegrasikannya

prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengambilan keputusan yang bersifat strategis. KLHS

berfungsi untuk menelaah efek dan/atau dampak lingkungan dari suatu kebijakan, rencana

atau program pembangunan. KLHS menekankan pada aspek keberlanjutan pembangunan

dan pengelolaan sumberdaya. Karena itu KLHS merupakan suatu bentuk tindakan strategik

dalam menuntun, mengarahkan, dan menjamin tidak tidak terjadinya efek negatif terhadap

lingkungan dan keberlanjutan dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana

dan program.

Menurut UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup. Pembuatan KLHS ditujukan untuk memastikan penerapan prinsip pembangunan

berkelanjutan dalam pembangunan suatu wilayah, serta penyusunan kebijakan dan

program pemerintah. Menurut undang-undang tentang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup, KLHS harus dilakukan dalam penyusunan dan evaluasi rencana tata

ruang wilayah, rencana pembangunan jangka menengah dan panjang, kebijakan dan

program yang berpotensi menimbulkan dampak dan atau risiko terhadap lingkungan hidup.

Mekanisme pelaksanaan KLHS meliputi pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan

program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah, perumusan alternatif

penyempurnaan kebijakan dan program serta rekomendasi perbaikan untuk pengambilan

keputusan kebijakan dan program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan

berkelanjutan. KLHS sendiri menurut ketentuan harus memuat kajian mengenai kapasitas

daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan; perkiraan

(2)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 2

Tahapan Pelaksanaan KLHS

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam

RPI2JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim,

(2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan

intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran

hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan

alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau

terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan

risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria

apakah rencana program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak

terhadap isu-isu tersebut.

Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari berbagai kegiatan utama, yakni: pentapisan

awal sub proyek sesuai dengan kriteria persyaratan safeguard, evaluasi dampak

lingkungan; pengklasifikasian/kategorisasi dampak lingkungan dari sub proyek yang

diusulkan (lihat Tabel 8.1.), perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL), pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan.

Tabel 8.1 Kategori Pendugaan Dampak Lingkungan

Kategori Dampak Persyaratan Pemerintah

A

Sub proyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang buruk, berkaitan dengan kepekaan dan keragaman dampak yang ditimbulkan, upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan

ANDAL dan RKL/RPL*

B

Sub proyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi upaya pemulihannya sangat mungkin dilakukan

UKL/UPL

C Sub proyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak

mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air. Tidak ada

Catatan:

ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan UKL : Upaya Pengelolaan Lingkunga UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan

(3)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 3 Prinsi-prinsip dasar pengamanan (safeguard) adalah sebagai berikut ini:

1. Semua pihak terkait RPI2JM wajib memahami, menyepakati dan melaksanakan

dengan baik dan konsisten kerangka pengamanan lingkungan dan sosial.

2. Perkuatan kapasitas lembaga pelaksana diperlukan agar pelaksanaan kerangka

pengamanan dapat dilakukan secara lebih efektif.

3. Kerangka safeguard harus dirancang sesederhana mungkin, mudah dimengerti, jelas

kaitannnya dengan tahap-tahap investasi, dan dapat dijalankan sesuai prinsip dalam

kerangka proyek.

4. Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin program investasi infrastruktur tidak

mengakibatkan dampak negatif yang serius. Bila terjadi dampak negatif maka perlu

dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut,

baik pada tahap perencanaan persiapan maupun tahapan pelaksanaannya.

5. Diharapkan RPI2JM tidak membiayai kegiatan investasi yang karena kondisi lokal

tertentu tidak memungkinkan terjadinya konsultasi safeguard dengan warga yang

secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau (PAP-Potentially Affected

People) warga terasing dan rentan (IVP-Isolated and Vlnerable People) atau warga

yang terkena dampak pemindahan (DP-Displaced People), secara memadai.

6. Untuk memastikan bahwa safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, maka

diperlukan tahap-tahap sebagai berikut:

7. Setiap keputusan, laporan dan draft perencanaan final yang berkaitan denga kerangka

safeguard harus dikonsultasikan dan didiseminasikan secara luas terutama kepada

warga yang berpotensi terkena dampak, harus mendapatkan kesempatan untuk ikut

mengambil keputusan dan menyampaikan aspirasi dan/atau keberatannya atas

rencana investasi yang berpotensi dapat menimbulkan dampak negatif tau tidak

diinginkan bagi mereka.

Selain ketentuan terkait dengan penyediaan tanah/lahan, ketentuan/peraturan lain yang

menjadi persyaratan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah adanya perlindungan/

pelestarian terhadap dampak lingkungan. Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan

lingkungan adalah :

(4)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 4

2). Usulan tersebut harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang (RTDR),

3). Usulan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan, dilengkapi dengan perencanaan pengelolaan dampak.

Ukuran dan standar keluarannya adalah : Ada/tidaknya kegiatan yang dibangun atau bahan bangunan yang digunakan tidak termasuk dalam Daftar/List Negatif yang telah

ditetapkan; Ada/tidaknya Dampak negatif terhadap Lingkungan dari bangunan yang

dibangun; Tersedia atau tidaknya tindakan antisipasi/pengamanan dampak negatif sosial

dan lingkungan sesuai dengan prosedur dan ketentuan perundang-undangan.;

Prinsip dasar yang melandasi pengendalian dampak lingkungan dalam program ini adalah

meminimumkan efek negatif dan memaksimumkan dampak positif dari setiap kegiatan

konstruksi (termasuk dampak negatif atas pembebasan lahan). Oleh sebab itu, maka

pendekatan penanganan pengamaman dampak (safeguards) kegiatan, akan dilakukan

melalui : a). Desain perencanaan teknis bangunan yang mengacu pada kriteria

desain/standar teknis pembangunan infrastruktur yang telah ditetapkan instansi teknis

seperti Departemen Pekerjaan Umum; dan b). Pemeriksaan terhadap dampak lingkungan

kegiatan skala kecil/sederhana melalui prosedur khusus atau prosedur operasi standar/POS

untuk setiap kegiatan infrastruktur yang diusulkan, yaitu Daftar Periksa/Uji Identifikasi

Dampak Lingkungan.

Safeguard pada Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum memiliki program dan

kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat hidup sehat dan sejahtera

dalam lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah permukiman. Air limbah yang

dimaksud adalah air limbah permukiman (municipial wastewater) yang terdiri dari atas air

limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja

manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak

mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah permukiman ini perlu

dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air permukaan dan air tanah,

disamping sangat beresiko menimbulkan penyakit seperti diare, thypus, kolera dan

(5)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 5

8.1.2 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH

Seluruh program investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya yang diusulkan oleh

Kabupaten/Kota harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut ini.

1. Penilaian lingkungan (environtment assesment) dan rencana mitigasi dampak

sub-proyek, dirumuskan dalam bentuk:

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Analisis Dampak

Lingkungan (ANDAL) dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan

(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan

(UPL).

Standar Operasi Baku (SOP)

Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.

2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL

atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi,

sosial, kelembagaan dan keuangan sub-proyek.

3. Sejauh mungkin, subproyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negatif

terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk

dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin. Sub proyek yang

diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang besar terhadap lingkungan,

dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi

sedemikian rupa harus dilengkapidengan AMDAL.

4. Usulan program investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya tidak dapat dipergunakan

mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat

alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi, alur laut internasional

atau kawasan sengketa. Disamping itu dari usulan RPI2JM juga tidak membiayai

pembelian, produksi atau penggunaan:

Bahan-bahan perusak ozon

Bahan-bahan mengandung asbes.

Bahan-bahan mengandung B3

Pestisida, herbisida, dan insektisida.

Pembangunan bendungan.

Perusakan kekuayaan budaya.

(6)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 6 Penjelasan UKL-UPL, Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH), Dokumen

Pemantauan Lingkungan Hidup (DPLH), Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan

Lingkungan Hidup (DPPLH), Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup (SPPLH),

yang disampaikan oleh Tim Teknis AMDAL.

Kegiatan yang diprogramkan dapat menimbulkan dampak atau tidak, sebagai rujukan

didasarkan pada Lampiran Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah

Nomor : 17/KPTS/M/2003 Tanggal : 3 Februari 2003 seperti terlihat pada Tabel 8.2. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur sebagaimana yang diperlihatkan seperti pada

tabel 8.2 tersebut, klasifikasi kegiatan yang dapat menjadi potensi dampak serta upaya

penanggulangan/mitigasi dapat dilakukan dapat diperlihatkan seperti pada Tabel 8.3.

8.2 Aspek Sosial

Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terkait dengan kebutuhan

masyarakat agar dapat tumbuh dan berkembang kerarah yang lebih baik dalam lingkungan

yang sehat, berjatidiri dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, masyarakat dipandang

sebagai objek, karena itu yang menjadi titik tekan penyediaan infrastruktur adalah

kebutuhan mereka. Namun seingkali dalam penyediaannya dapat berimplikasi cukup luas.

Karena itu dalam aspek sosial ini perlu dipertimbangkan berbagai dampak negatif dari

investasi program infrastruktur agar tidak mengakibatkan dampak negatif yang serius yang

tidak dapat diperbaiki/dipulihkan. Apabila diduga terjadi dampak negative maka, perlu

dipastikan adanya upaya mitigasi yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut, baik

pada tahap perencanaan, persipan maupun tahap pelaksanaan serta pengoperasian dan

pemeliharaan, guna mendukung pembangunan infrastruktur. Untuk kepentingan tersebut,

terdapat beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati sebagai berikut:

1. Menempatkan masyarakat sebagai pelaku (ujung tombak) dalam upaya meningkatkan

pertumbuhan ekonomi (termasuk dalam penyediaan infrastruktur).

2. Memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan,

pelaksanaan dan pemelihataan (Pemerintah sebagai fasilitator dan hormati hak

masyarakat, serta kearifan lokal/keberagaman budayanya).

3. Mendorong agar stakeholder mampu bertindak secara transparan, akuntabel, dan

professional dalam perencanaan dan pelaksanaan.

4. Mendorong perkuatan kelembagaan yang mewadahi berbagai aspirasi dari berbagai

(7)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 7

Tabel 8.2

Ketentuan Pelaksanaan Amdal (Lampiran Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 17/KPTS/M/2003)

NO JENIS USAHA/KEGIATAN SKALA

(BESARAN) DASAR PERTIMBANGAN ALASAN ILMIAH KHUSUS

1.

BENDUNGAN/WADUK

a. Pembangunan Bendungan/waduk

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan dan eksploitasi sumber daya alam, penggunaan teknologi yang mempengaruhi lingkungan (aspek keamanan bendungan)

Penurunan cadangan quarry, perubahan ekosistem di hulu dan hilir waduk, penggenangan lahan, property milik masyarakat, ketidak puasan atas kompensasi lahan

Tinggi 6m-< 15m

Atau Luas genangan 50 Ha-< 200 Ha

Atau daya tampung 100.000-500.000 M3

b. Rehabilitasi Bendungan/waduk

Proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial dan budaya, penggunaan teknologi yang

mempengaruhi lingkungan,

Gangguan pasokan air selama waduk dikeringkan, peningkatan keamanan bendungan

Tinggi > 15m

Atau Luas genangan > 200 Ha

Atau daya tampung > 500.000 M3

2.

DAERAH IRIGASI

a. Pembangunan Daerah Irigasi (Luas areal) 500 Ha s/d < 2000 Ha

Perubahan bentang alam, bentuk lahan. eksploitasi sumber daya air, pemanfaatan SD-Air menimbul-kan pemborosan maupun kemerosotan sumber daya air serta mempengaruhi lingkungan sosial budaya

Perubahan ekosistem kawasan peningkatan pencemaran pestisida, peningkatan potensi erosi dan sedimentasi, peningkatan kebutuhan air irigasi, penurunan cadangan air baku irigasi

b. Rehabilitasi dan Peningkatan daerah irigasi Eksploitasi sumber daya air, pemanfaatannya menimbulkan pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam serta mempengaruhi lingkungan sosial budaya

Penurunan pasokan air, konflik pemakaian air, perubahan pola tanam dll

Luas areal >1000 Ha

Atau tambahan luas areal 500 Ha s/d < 1000 Ha

c. Pencetakan sawah (luas per

kelompok/blok) 200 Ha s/d < 500 Ha

Pengaruhnya terhadap lingkungan sosial budaya maupun lingkungan alami

Perubahan pola tanam, konflik pemakaian air irigasi, peningkatan beban kerja P3A

3.

PENGEMBANGAN RAWA

Reklamasi Rawa Pasang Surut (luas areal) 500 Ha s/d <1000 Ha

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam atau pelindungan cagar budaya

Perubahan ekosistem kawasan yang mempengaruhi sekitarnya

Reklamasi Rawa Non Pasang Surut/lebak

(luas areal) 500 Ha s/d <1000 Ha

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan. pengaruhnya terhadap pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam atau perlindungan cagar budaya serta sosial ekonomi budaya

Perubahan system tata air, peningkatan frekuensi banjir dihilir

(8)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 8

a. Sejajar Pantai - tembok/sea

wall/revetment (Panjang) > 1 Km

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, pengaruhnya terhadap lingkungan sosial budaya

Penurunan stabilitas pantai bagian kiri dan kanan, perubahan estetika, penurunan asset budaya

b. Tegak Lurus - Groin, breakwater

(Panjang) 10m s/d < 500 m

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, pengaruhnya terhadap lingkungan sosial budaya

Perubahan keseimbangan pantai yang cenderung merusak sekitamya, perubahan estetika pantai, penurunan nilai asset budaya

5.

NORMALISASI SUNGAI

a. Kota Besar/Metropolitan (panjang atau luas)

1 Km s/d < 5 Km

1 Ha s/d 5 Ha Perubahan bentang alam dan bentuk lahan,

pengaruhnya terhadap lingkungan sosial ekonomi dan budaya. pengaruh penerapan teknologi pada

lingkungan

Perubahan keseimbangan alur sungai, perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lahannya terpotong proyek

b. Kota Sedang (panjang sungai) 3 Km s/d < 10 Km c. Perdesaan (panjang sungai) 5 Km s/d<15Km

Sodetan Semua Besaran

6.

KANALISASI / KANAL BANJIR

a. Kota Besar/Metropolitan 1 Km s/d < 5 Km

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, pengaruhnya terhadap lingkungan sosial ekonomi dan budaya

Perubahan keseimbangan alur sungai, kestabilan dasar dan tebing sungai, perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang lahannya terpotong kanal

Panjang kanal 2 Ha s/d 5 Ha

Atau luas pembebasan lahan 2 Ha s/d 5 Ha

b. Kota Sedang (panjang kanal) 3 Km s/d < 10 Km c. Perdesaan (panjang kanal) 5 Km s/d < 15 Km

7

JALAN TOL/LAYANG (FLYOVER)

a. Pembangunan jalan layang dan sub way

(panjang) < 2 Km

Perubahan bentang a!am dan bentuk lahan, pengamhnya terhadap lingkungan fisik-kimia dan biologi serta sosial ekonomi budaya

Bangkitan LHR, kemacetan lalu lintas, kebisingan, getaran, emisi gas buang, gangguan visual, ketidak puasan atas nilai kompensasi lahan

b. Peningkatan jalan tol dengan pembebasan

lahan (panjang) Semua Besaran

c. Peningkatan Jalan tol tanpa pembebasan

lahan (panjang) >5 Km

8.

JALAN RAYA

a. Bangunan/peningkatan jalan dengan pelebaran diluar DAMIJA

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, pengaruhnya terhadap lingkungan fisik-kimia dan biologi serta sosial ekonomi budaya

Bangkitan LHR, kebisingan, getaran, emisi gas buang, gangguan visual, gangguan lalu lintas setempat, perubahan system aliran permukaan.

a-1. Kota Besar/Metropolitan

- Panjang 1 Km s/d <5 Km

- Atau luas 2 Ha s/d < 5 Ha

a-2. Kota Sedang

- Panjang 3 Km s/d <10 Km

(9)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 9

a-3. Perdesaan -inter urban (panjang) 5 Km s/d <30 Km b. Peningkatan dengan pelebaran didalam DAMIJA

b-1. Kota Besar/Metropolitan -Arteri/

kolektor (panjang) > = 10 Km

9.

JEMBATAN (Pembangunan Baru)

Kota Besar (panjang) > = 20 m

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan. pengaruhnya terhadap lingkungan fisik-kimiawi-biologi dan sosial ekonomi

Gangguan terhadap pengaliran sungai, Bangkitan LHR, kemacetan lalu lintas, kebisingan, getaran, emisi gas buang, gangguan visual, ketidak puasan atas nilai

atau Sanitary landfill Perubahan bentang alam dan bentuk lahan. pengaruh

penggunaan teknologinya terhadap lingkungan fisik-kimia dan sosial ekonomi budaya, introduksi jenis hewan

Gangguan kesehatan, estetika, bau, asap pembakaran, emisi bio gas (H2S, NOx. SOx.COx, dioxin), pencemaran air tanah maupun air permukaan oleh

Luas < 10 Ha

Kapasitas < 10.000 ton

b. TPA didaerah pasang surut

- Luas < 5 Ha

kedalam proses pembusukan, kecuali untuk lokasi yang berada di bantaran sungai

Tidak dibangun di sekitar sungai / berbatasan langsung dengan sungai

leachate (air lindi), gangguan cacing), gangguan lalat, keluhan penduduk sekitar terhadap keberadaan tempat pembuangan sampah disekitar dll

- Kapasitas < 5.000 ton

b. Pembangunan Transfer Station (kapsitas

operasionai) < 1000 ton/hari

c. Pembangunan Incenerator Semua Ukuran

d. Bangunan Komposting dan daur ulang (kapasitas sampah baku)

> 4 ton/hari > 500 m2

11.

PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

a. Kota Metropolitan (luas) 2 Ha s/d < 25 Ha

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, eksploitasi dan pemanfaatan sumber daya alam. yang

menimbulkan pemborosan & kemerosotan, pengaruhnya terhadap lingkungan fisik-kimiawi, biologi, sosial ekonomi dan budaya

Perubahan tata guna lahan skala kawasan, pembahan daya dukung dan tingkat pelayanan kota, bangkitan LHR, bangkitan sampah dan limbah, pembahan tingkat konsumsi air bersih, pembahan koeffisien KDB & KLB, pembahan volume run-off, perubahan kawasan resapan air, kesenjangan sosial dengan masyarakat sekitar

b. Kota Besar (luas) 2 Ha s/d < 50 Ha

c. Kota Sedang, kecil (luas) 2 Ha s/d < 100 Ha

12.

PEREMAJAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

a. Kota Metropolitan & Besar > = 1 Ha

Perubahan bentuk lahan. pengaruhnya terhadap lingkungan sosial, ekonomi dan budaya dan pelestarian cagar budaya

Pembahan kepadatan penduduk. perubahan tingkat pelayanan prasarana & sarana kota. perubahan kondisi sosial ekonomi dan budaya, kehilangan bangunan bersejarah atau peningkatan nilai asset bangunan bersejarah

b. Kota Sedang > = 2Ha

c. Revitalisasi kawasan (memfungsikan

(10)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 10 13.

PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT) DAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

IPLT < 2 Ha Perubahan bentuk lahan, pengaruh proses teknologi

terhadap Iingkungan fisik, kimiawi, biologi, sosial, ekonomi dan budaya

Gangguan kesehatan, estetika, bau, pembahan kualitas air tanah maupun air permukaan sekitar PILT/IPAL, pembahan pola mata pencaharian masyarakat sekitar

IPAL < 3 Ha

14.

PEMBANGUNAN SISTEM PERPIPAAN AIR LIMBAH (SEWERAGE)

Kota Besar/ Metropolitan (luas Layanan) < 500 Ha

Penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungsn fisik-kimiawi, proses dan hasil kegiatannya memperngaruhi lingkungan

Gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan sarana umum.ketidak puasan atas nilai kompensasi

15.

DRAINASE PERMUKIMAN PERKOTAAN

a. Pembangunan saluran di Kota Besar & Metropolitan

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik-kimiawi. proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi dan budaya

Gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan sarana umum. ketidak puasan atas nilai kompensasi kerusakan property atau kompensasi pembebasan lahan, perubahan kualitas air di bagian hilir saluran.

*) Pembangunan drainase sekunder dan tertier di kota sedang kemungkinan melewati pemukiman padat

- Drainase Utama (panjang) < 5 Km

- Drainase Sekunder dan Tertier (panjang) 1 Km-5 Km b. Pembangunan Saluran di Kota Sedang

Drainase Utama (panjang) < 10 Km

Drainase Sekunder dan Tertier (panjang) 2 Km -10 Km *) c. Pembangunan Saluran di Kota Kecil

(panjang) > 5 Km

16.

PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG Meliputi apartemen / perkantoran dan Rumah Sakit Kelas

A, B, C

(luas lantai) < 10.000 m2

Perubahan bentuk lahan. proses teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik-kimia, hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial, ekonomi, budaya, flora fauna, penubahan intensitas bangunan gedung terhadap lingkungan

Gangguan lalu lintas, kebisingan. kesehatan, getaran, gangguan genangan local (dewatering). gangguan cahaya, kebakaran. bangkitan LHR, Air limbah, Sampan, peningkatan kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (air bersih, air limbah, jalan akses, drainase, area parkir), perubahan KDB, KLB, peningkatan kaki lima (PKL), peningkatan emisi gas, bahan yang bersifat ozon

17

AIR BERSIH PERKOTAAN

a. Pembangunan jaringan distribusi (luas

layanan) 100 Ha s/d <500 Ha Penerapan teknotoginya mempengaruhi lingkungan fisik-kimiawi. proses dan hasilnya mempengafuhl lingkungan sosial budaya, eksploitasi Sumber Daya Air yang pemanfaatannya berpotensi menimbulkan pemborosan maupun kerusakan sumber daya alam, ekologi waduk

Gangguan lalu lintas, kecemburuan sosial antar konsumen air bersih, konflik pemakaian sumber daya air, perubahan pasokan air, penurunan muka tanah (land subsident) akibat penyedotan air tanah yang berlebihan, intrusi air asin, perubahan kualitas air di badan penerima limbah hasil proses pengolahan air

b. Pembangunan Jaringan pipa transmisi

(panjang) 2 Km s/d <10 Km

c. Pengambilan airbaku dan sungai, danau

(11)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 11

d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air

dengan pengolahan lengkap (debit) >50 l/dt

*) Skala Besaran wajib UKL/UPL untuk pengambilan dari mata air > 5 l/dt s/d < 50 l/dt (khususnya di P. Jawa dan pulau-pulau kecil lainnya)

*) Sepanjang belum diatur oleh Instansi yang berwenang e. Pengambilan air tanah dalam (debit) > 5 l/dt dan < 50 l/dt

18.

PEMBANGUNAN KAWASAN TERPADU

Pembangunan meliputi Permukim an, Perkantoran, pendidikan, Olah Raga, Kesehatan, Tempat Ibadah, Pusat Perdagangan & Perbelanjaan

Luas lahan 5 Ha

Perubahan bentuk lahan. penerapan teknologinya mempergaruhi lingkungan fisik-kimia, biologi, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial. ekonomi dan budaya

Gangguan lalu lintas, kebisingan, getaran, genangan local, bangkitan LHR, sampah, air limbah, peningkatan kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (air bersih, sanitasi, sampah, drainase, areal parker), perubahan KLB, KDB, peningkatan PKL

Atau luas lantai bangunan < 10.000 m2

19.

PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN UNTUK PEMINDAHAN PENDUDUK DAN ATAU PERMUKIMAN KEMBALI

a.Jumlah penduduk yang dipindahkan 50KK - 200KK

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, eksploitasi sumber daya alam, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial ekonomi, budaya, penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik-kimia-biologi, mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam

Perubahan tata guna lahan kawasan, ketidak puasan atas pemberian kompensasi penggantian dan bangunan, adaptasi dengan penduduk sekitar. perubahan ekosistem kawasan, perubahan daya dukung kawasan (lahan, sumber daya air, pertanian, kehutanan, perkebunan dll), perubahan koefisien run off, perubahan KDB, KLB

Catatan:

*)Kedalam kegiatan ini termasuk kawasan yang dipersiapkan untuk menampung pengungsi dan memukimkan kembali, penduduk yang dipindahkan akibat pembangunan proyek misalnya waduk, jalan, bencana alam dan bencana sosial, dll.

(12)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 12

Tabel 8.3

Pengelolaan Dampak Kegiatan

No POTENSI/SUMBER

DAMPAK NEGATIF ALTERNATIF UPAYA PENANGGULANGAN/MITIGASI

PRASARANA JALAN, JEMBATAN, GORONG-GORONG, TAMBATAN PERAHU

1

Resiko Longsor akibat Kegiatan Galian/Timbunan Tanah diarea lereng/tebing

Pemindahan trase/jalur jalan atau bangunan ke tempat lain yang lebih aman

Batasi pemindahan tanah hanya pada musin kering/panas Dibangun tanggul atau turap penahan

Tampingan diperlandai

Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan

Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/pantai 2 Jembatan mengganggu lalu

lintas perahu Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan

3 Jembatan/T.Perahu merubah arah/aliran sungai

Tata letak dipindahkan untuk menghindari masalah Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan

Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/pantai

4 Meningkatnya erosi pada tebing Tampingan diperlandai

Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan

5 Meningkatnya erosi pada saluran pinggir/samping

Dasar saluran diperlandai

Dipasang penahan pelindung tebing saluran

Dipasang gorong2 bantu untuk mengurangi debit (sub drainase) Perkerasan khusus pada badan jalan disekitar saluran, seperti beton, aspal, dll.

6 Jalan tanah meningkatkan debu

Permukaan jalan dipadatkan

Permukaan jalan diberikan perkerasan dari bahan berbutir kasar (kerikil/sirtu)

Jalan menutup/memotong

aliran air alamiah/drainase Dipasang gorong2 sesuai aliran alamiah/drainase

8

Saluran samping/drainase terjadi pendangkalan/ sedimentasi

Drainase dibuat dari bahan pasangan batu/bata atau beton Drainase dibuat mengikuti kemiringan alamiah

Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan atau saluran kota yang ada (terintegrasi)

9 Jalan baru akan menebang

banyak pohon-pohon Pemindahan trase/jalur jalan ke tempat lain yang lebih aman

10

Tidak ada pembuangan akhir /ada genangan air dari drainase/Gorong-gorong

Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem Drainase kota;

1 Bangunan tidak nyaman/aman

Dibuat pagar pengaman pada Tikungan Jalan yang tajam

Dibuat penahan longsor diderah tebing/lereng atau badan jalan Dibuat pagar pengaman pada jembatan dan di pintu masuk/ keluar jembatan (kiri+kanan)

(13)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 13

No POTENSI/SUMBER

DAMPAK NEGATIF ALTERNATIF UPAYA PENANGGULANGAN/MITIGASI

PRASARANA IRIGASI

1

Resiko Longsor akibat Kegiatan Galian/Timbunan Tanah di area lereng/tebing

Pemindahan jalur Saluran atau bangunan ke tempat lain yang lebih aman

Batasi pemindahan tanah hanya pada musin kering/panas Dibangun tanggul atau turap penahan

Tampingan diperlandai

Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan

Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/pantai

2 Meningkatnya erosi pada tebing atau dinding saluran tanah

Tampingan diperlandai

Penanaman Vegetasi/jerami di daerah kemiringan Dipasang penahan pelindung tebing saluran 3 Konsentrasi air tidak terkendali

disaluran/sawah akibat erosi dari dinding sal. Tanah/Tebing

Dasar saluran diperlandai

Saluran dibuat dari bahan pasangan batu atau beton Saluran dibuat mengikuti kemiringan alamiah

Saluran pembuangan dibuat sampai ketempat pembuangan Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan

PRASARANA AIR BERSIH

1 Galian Sumur (sumur dangkal) longsor

Dibuat turap penahan tanah

Dinding Sumur menggunakan Cincin Beton

2

Galian sumur dalam/bor bisa memunculkan bahan2 tambang yang bisa berbahaya, seperti minyak,gas

Koordinasi dengan dinas pertambangan & geologi/ instansi terkait sebelum kegiatan dimulai;

3

Kualitas air sumur bercampur mineral/bahan2 berbahaya bagi kesehatan

Dilakukan Pengujian kualitas air sebelum dimanfaatkan

4 Sumur Gali (sumur dangkal)

longsor Dinding Sumur dibuat menggunakan Cincin Beton 5 Sumur terlalu dekat dengan

MCK/WC Lokasi Sumur dan Septicktank/Resapan minimal 11 meter 6 Air Sumur tercampur air

permukaan/Air Rembesan

Dibuat bibir sumur yang cukup tinggi

Lokasi Sumur dicari tempat yang tidak sering banjir 7 Mata Air tercampur air

permukaan

Dibuat Pelindung disekitar mata air untuk mencegah air masuk Daerah sekitar mata air diberi pelindung jalur hijau

8 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan

PRASARANA MCK, JAMBAN, SALURAN LIMBAH RUMAHTANGGA

1

Tidak ada saluran pembungan limbah cair domestik (MCK, Jamban, Air Cucian Dapur,dsb)

Dibuat saluran pembuangan sampai ketempat pembuangan atau drainase yang ada

Dibuat Septictank dan Resapan untuk MCK/Jamban

2

Pipa sanitasi dipermukaan tanah yang sangat rawan thd sinar matahari, terinjak, dan kenakalan manusia

Tanam pipa sanitasi dari kakus keseptictank

Buat Lubang Kontrol dan Pipa Udara untuk septicktank

3

Bangunan MCK, Jamban, Drainase air limbah, tidak sesuai standar teknis

Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan ketentuan standar teknis bangunan

4 Septicktank/Resapan MCK/WC terlalu dekat dengan Sumur.

Jarak lokasi Septicktank/Resapan dengan Sumur minimal 11 meter

5 Jenis bangunan Septicktank tidak sesuai jenis tanah

(14)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 14

No POTENSI/SUMBER

DAMPAK NEGATIF ALTERNATIF UPAYA PENANGGULANGAN/MITIGASI

6

Tidak ada pembuangan akhir dari saluran MCK, WC, Saluran Limbah Rumah Tangga/ada genangan air

Dibuat Drainase sampai ketempat pembuangan akhir (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem Drainase kota;

7 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada rencana kegiatan pemeliharaan

PRASARANA DRAINASE PERMUKIMAN

1.

Resiko Longsor akibat Kegiatan Galian/Timbunan Tanah diarea lereng/tebing

Pemindahan jalur atau bangunan ke tempat lain yang lebih aman Batasi pemindahan tanah hanya pada musin kering/panas Dibangun tanggul atau turap penahan

Tampingan diperlandai

Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan Dipasang penahan pelindung tebing saluran

2 Meningkatnya erosi pada tebing

Tampingan diperlandai

Penanaman Vegetasi/jerami di daerah kemiringan Dipasang penahan pelindung tebing saluran

3

Saluran dibuat dari bahan pasangan batu atau beton Saluran dibuat mengikuti kemiringan alamiah

Saluran pembuangan dibuat sampai ketempat pembuangan

4 Tidak ada pembuangan akhir drainase/ada genangan air

Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir (seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem Drainase kota; 5 Bangunan Drainase Tiidak

sesuai standar teknis

Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan ketentuan standar teknis bangunan

6 Belum terjamin O&P kegiatan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan

PRASARANA PERSAMPAHAN

1 Bangunan Sampah Tiidak sesuai standar teknis

Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan ketentuan standar teknis bangunan

2 Tidak ada Pembuangan Sampah

dari TPS TPS dibuat terintegrasi dengan Sistem persampahan kota; 3 Belum terjamin O&P kegiatan

Persampahan Dibentuk O&P kegiatan dan ada kegiatan pemeliharaan Sumber : pedoman pelakanaan pnpm mandiri perkotaan

Prinsip-prinsip dasar tersebut dimaksudkan agar masyarakat sebagai subjek dan juga objek

pembangunan, dapat turutserta dalam menentukan nasibnya. Artinya, setiap tahapan

penyelenggaraan pembangunan, membutuhkan peranserta masyarakat. Keterlibatan

masyarakat dapat diidentifikasi sebagai berikut:

Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk

(15)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 15 Peran masyarakat dapat berupa:

a. pengawasan sosial;

b. pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau

c. penyampaian informasi dan/atau laporan.

Peran masyarakat dilakukan untuk :

a. meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

b. meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan;

c. menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;

d. menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan

pengawasan sosial;

e. mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian

lingkungan hidup.

Secara substansial, aspek sosial yang akan dikaji dalam konteks peranserta masyarakat

dalam penyediaan infrastruktur Bidang Cipta Karya ini adalah:

Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Aspek Sosial Pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

8.2.1 Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu bahwa, penyediaan infrastruktur akan terkait

dengan kebutuhan masyarakat dalam meningkatkan tarap hidup yang lebih baik dalam

lingkungan yang sehat, berjatidiri dan berkelanjutan. Dalam konteks tersebut, terdapat

beberapa komponen sosial yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan program, yaitu:

“berupaya untuk melakukan pencegahan terhadap dampak sosial di satu pihak, dan di lain pihak, melakukan penanganan dan sekaligus solusi terhadap dampak sosial yang terjadi”.

Beberapa kemungkinan dampak sosial dan tindakan yang perlu dilakukan adalah:

1. Setiap kegiatan masing-masing sektor harus didasarkan pada Rencana Induk/Master

Plan

Dokumen yang dimaksud diperlukan sebagai dasar konsepsional dan menjadi rujukan

perencanaan selanjutnya. Dokumen ini perlu disosialisasikan kepada pihak-pihak

terkait secara berjenjang sesuai dengan level/tingkatan yang menjadi lingkup tugasnya

(16)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 16 Sejauh ini, dokumen-dokumen sektoral tersebut masih belum dimiliki oleh Pemerintah

Kabupaten Seluma. Untuk itu perlu didorong agar terjadi peningkatan kapasitas

institusional pemerintah, swasta dan masyarakat.

2. Setiap Dokumen Perencanaan dan usulan pembangunan perlu dilakukan Konsultasi

Tingkat Daerah

Tahapan ini perlu dilakukan sebagai upaya kanalisasi aspirasi berbagai pihak terkait,

terutama masyarakat, agar dapat meyalurkan aspirasinya dan mengungkapkan

kebutuhan yang harus dipenuhi oleh kegiatan pembangunan didaerahnya. Pelaksanaan

ini sebagai wujud pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan yang baik (good

governance), yang dilakukan dalam rangka :

Masyarakat bisa menyalurkan keinginan dan tuntutannya kepada pemerintah .

Terlibat aktif dalam proses pembuatan keputusan

Pelaksana utama kebijakan

3. Setiap usulan kegiatan perlu dilengkapi jastifikasi teksnis

4. Perlu dilakukan Pelembagaan (institusionalization)

Pelembagaan ini perlu dilakukan dalam rangka pelaksanaan prinsip-prinsip

keberlajutan dalam proses partisipasi dengan semangat dialogis yang sesuai dengan

kebutuhan, potensi dan peruntukannya suatu program pembangunan dirancang. Selain

dari itu, pelembagaan ini juga dapat dijadikan indikator kinerja.

8.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi

berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan

masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi antara

lain:

1. prasarana harus dapat dipastikan bahwa tapak (site) yang akan dipergunakan telah

memiliki status lahan yang jelas. Terkait dengan hal ini, pengadaan lahan dan

pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan telah dilakukan satu tahun sebelum

pelaksanaan fisik kegiatan dilakukan. Demikianjuga halnya apabila terdapat dengan

pemindahan penduduk (resettlement) harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga

penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal

ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugian, serta bantuan dalam

(17)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 8- 17 2. Setiap kegiatan yang akan dibangun perlu tersosialisasikan sebelum pelaksanaan

dilakukan. Apabila dimungkinkan, dilakukan proses dialogis dalam rangka mencari

umpan balik (padback) yang sesuai dengan kebutuhan dan peruntukan program.

3. Sebelum pelaksanaan kegiatan, pihak pelaksana melakukan pengecekan kepada pihak

terkait mengenai kebenaran kepemilikan dan status lahan.

8.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi

masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan

secara sederhana dapat terukur. Dalam kaitan ini, peranserta masyarakat yang dapat

dilakukan Pasca Pembangunan antara lain adalah:

1. Membangun mitra lokal dalam rangka pengendalian dan pengelolaan atas asset

properti bangunan dan lingkungan agar dapat berjalan sebagaimana yang telah

ditetapkan secara terkendali dan menerus. Mitra lokal ini sebagai katalisator

pembangunan yang dapat menjembatani kepentingan antar stakeholders, yang secara

kelembagaan dapat diintegrasikan dengan aspek pelembagaan (institusionalization)

pada tapan perencanaan.

2. Pengembangan institusional mitra lokal, dimaksudkan agar mitra lokal mempunyai

kompetensi berupa; partisipasi dan ketrampilan teknis dalam melakukan fasilitasi

Gambar

Tabel 8.1  Kategori Pendugaan Dampak Lingkungan
Tabel 8.3 Pengelolaan Dampak Kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan penelitian ini menyatakan bahwa kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan hal ini dapat dikatakan bahwa hasil dari pelaksanaan aktivitas

Komitmen perusahaan untuk memenuhi perjanjian perlindungan asuransi syariah kepada peserta yang diasuransikan dan/atau pemegang polis telah menjadi filosofi perusahaan

Walaupun banyak faktor-faktor lain yang akan mempengaruhi kecerdasan emosional, tetapi dalam penelitian ini yang akan diteliti hanyalah faktor verbal abuse

Strategi penentuan harga sangat signifikan dalam memberikan nilai kepada konsumen dan mempengaruhi citra produk, serta keputusan konsumen untuk membeli. Penentuan

Dengan demikian perayaan hari besar keagamaan Islam dan Khong Hu.. Chu telah ditentukan atau dinyatakan dalam kitab suci, atau

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari

Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) ditinjau dari Self- Confidence terhadap pemahaman konsep

Kedua, terdapat perbedaan antara peserta didik yang memiliki kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis dan interpersonal terhadap kemampuan komunikasi