BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Store Atmosphere
2.1.1 Pengertian Store Atmosphere
Store Atmosphere merupakan penciptaan suasana toko melalui visual, penataan, cahaya, musik dan aroma yang dapat menciptakan lingkungan
pembelian yang nyaman sehingga dapat mempengaruhi persepsi dan emosi
konsumen untuk melakukan pembelian (Levy, 2001: 576). Keseluruhan
rancangan yang diciptakan bertujuan untuk membangun citra toko dan
membangun karakteristik toko yang mempengaruhi keadaan emosional calon
konsumen untuk melakukan keputusan pembelian.
Menurut Lamb et al (2001: 105) “Store atmosphere (suasana toko) yaitu
suatu keseluruhan yang disampaikan oleh tata letak fisik, dekorasi dan lingkungan
sekitarnya”. Sutisna (2001: 164) mengatakan store atmosphere adalah “penataan
ruang dalam (instore) dan ruang luar (outstore) yang dapat menciptakan
kenyamanan bagi pelanggan”. Keseluruhan tata letak fisik toko dilakukan untuk
menciptakan kenyamanan bagi pelanggan.
2.1.2 Faktor-faktor dan tujuan store atmosphere
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam menciptakan suasana toko
1. Jenis karyawan, Karakteristik umum karyawan, sebagai contoh : rapi,
ramah, berwawasan luas, atau berorientasi pada pelayanan.
2. Jenis barang dagangan dan kepadatan, Jenis barang dagangan yang dijual
bagaimana barang tersebut dipajang menentukan suasana yang ingin
diciptakan oleh pengecer.
3. Jenis perlengkapan tetap (fixture) dan kepadatan, Perlengkapan tetap bisa
elegan (terbuat dari kayu jati), trendi (dari logam dan kaca tidak tembus
pandang). Perlengkapan tetap harus konsisten dengan suasana umum
yang ingin diciptakan.
4. Bunyi suara, Bunyi suara bisa menyenangkan atau menjengkelkan bagi
seorang pelanggan. Musik juga bisa membuat konsumen tinggal lebih
lama di toko. Musik dapat mengontrol lain lintas di toko, menciptakan
suasana citra, dan menarik atau mengarahkan perhatian pembelinya.
5. Aroma, Bau bisa merangsang maupun mengganggu penjualan. Penelitian
menyatakan bahwa orang-orang menilai barang dagangan secara lebih
positif, menghabiskan waktu yang lebih untuk berbelanja. dan umumnya
bersuasana hati lebih baik bila ada aroma yang dapat disetujui. Para
pengecer menggunakan wangi antara lain sebagai perluasan dan strategi
eceran.
6. Faktor visual, Warna dapat menciptakan suasana hati atau memfokuskan
perhatian, warna merah kuning atau oranges dianggap sebagai warna
yang hangat dan kedekatan yang diinginkan. Warna-warna yang
menyejukkan seperti hijau, dan violet digunakan untuk membuka tempat
Pencahayaan juga dapat mempunyai pengaruh penting pada suasana
toko. Konsumen takut untuk berbelanja pada malam hari di daerah
tertentu dan lebih merasa senang bila tempat itu memiliki pencahayaan
yang kuat untuk alasan keselamatan. Tampak luar .suatu toko juga
mempunyai pengaruh pada suasana yang diinginkan dan hendaknya tidak
menerbitkan kesan pertama yang mengkhawatirkan bagi pembelanja.
Store atmosphere mempunyai tujuan tertentu. Menurut Lamb et al (2001: 105-109), dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penampilan eceran toko membantu menentukan citra toko, dan
memposisikan eceran toko dalam benak konsumen.
2. Tata letak yang efektif tidak hanya akan menjamin kenyamanan dan
kemudahan melainkan juga mempunyai pengaruh yang besar pada pola
lalu lintas pelanggan dan perilaku belanja.
2.1.3 Cakupan Store Atmosphere
Menurut Levi dan Weitz (2001: 118), Store atmosphere terdiri dari dua hal, yaitu Instore atmosphere dan Outstore atmosphere:
1. Instore Atmosphere
Instore Atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di dalam ruangan yang menyangkut:
a. Internal Layout merupakan pengaturan dari berbagai fasilitas dalam ruangan yang terdiri dari tata letak meja kursi pengunjung, tata letak
b. Suara merupakan keseluruhan alunan suara yang dihadirkan dalam
ruangan untuk menciptakan kesan rileks yang terdiri dari live music yang disajikan restoran dan alunan suara musik dari sound system.
c. Bau merupakan aroma-aroma yang dihadirkan dalam ruangan untuk
meniptakan selera makan yang timbul dari aroma makanan dan
minuman dan aroma yang ditimbulkan oleh pewangi ruangan.
d. Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahan bahan yang digunakan
untuk meja dan kursi dalam ruangan dan dinding ruangan.
e. Desain interior bangunan adalah penataan ruang-ruang dalam
restoran kesesuaian meliputi kesesuaian luas ruang pengunjung
dengan ruas jalan yang memberikan kenyamanan, desain bar counter, penataan meja, penataan lukisan-lukisan, dan sistem pencahayaan dalam ruangan.
2. Outstore atmosphere
Outstore atmosphere adalah pengaturan-pengaturan di luar ruangan yang menyangkut:
a. External Layout yaitu pengaturan tata letak berbagai fasilitas restoran diluar ruangan yang meliputi tata letak parker pengunjung,
tata letak papan nama, dan lokasi yang strategis.
b. Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahanbahan yang digunakan
bangunan maupun fasilitas diluar ruangan yang meliputi tekstur
dinding bangunan luar ruangan dan tekstur papan nama luar ruangan.
c. Desain eksterior bangunan merupakan penataan ruangan-ruangan
pintu masuk, bentuk bangunan dilihat dari luar, dan sistem
pencahayaan luar ruangan.
2.1.4 Elemen Store Atmosphere
Menurut Barry dan Evans (2004: 455), “Atmosphere can be divided into
several elements: exterior, general interior, store layout, and displays.” Elemen Store atmosphere ini meliputi : bagian luar toko, bagian dalam toko, tata letak ruangan, dan pajangan (interior point of interest display), akan dijelaskan lebih
lanjut dibawah ini:
1. Exterior (bagian luar toko)
Karakteristik exterior mempunyai pangaruh yang kuat pada citra toko tersebut, sehingga harus direncanakan dengan sebaik mungkin. Kombinasi
dari exterior ini dapat membuat bagian luar toko menjadi terlihat unik, menarik, menonjol dan mengundang orang untuk masuk kedalam toko.
Element-elemen exterior ini terdiri dari sub elemen-sub elemen sebagai
berikut:
a. Storefront (Bagian Muka Toko)
Bagian muka atau depan toko meliputi kombinasi papan nama, pintu
masuk, dan konstruksi bangunan. Storefront harus mencerminkan keunikan, kemantapan, kekokohan atau hal-hal lain yang sesuai dengan
citra toko tersebut. Khususnya konsumen yang baru sering menilai toko
dari penampilan luarnya terlebih dahulu sehingga merupakan exterior merupakan faktor penting untuk mempengaruhi konsumen untuk
b. Marquee (Simbol)
Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk memejang nama atau
logo suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik pewarnaan, penulisan huruf, atau penggunaan lampu neon. Marquee dapat terdiri dari
nama atau logo saja, atau dikombinasikan dengan slogan dan informasi
lainya. Supaya efektif, marquee harus diletakan diluar, terlihat berbeda, dan lebih menarik atau mencolok daripada toko lain disekitarnya.
c. Entrance (Pintu Masuk)
Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin, sehingga dapat
mengundang konsumen untuk masuk melihat ke dalam toko dan juga
mengurangi kemacetan lalu lintas keluar masuk konsumen.
d. Display Window (Tampilan Jendela)
Tujuan dari display window adalah untuk mengidentifikasikan suatu toko
dengan memajang barang-barang yang mencerminkan keunikan toko
tersebut sehingga dapat menarik konsumen masuk. Dalam membuat
jendela pajangan yang baik harus dipertimbangkan ukuran jendela,
jumlah barang yang dipajang, warna, bentuk,dan frekuensi
penggantiannya.
e. Height and Size Building (Tinggi dan Ukuran Gedung)
Dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadap toko tersebut. Misalnya,
tinggi langit-langit toko dapat membuat ruangan seolah-olah lebih luas.
f. Uniqueness (Keunikan)
Keunikan suatu toko bisa dihasilkan dari desain bangunan toko yang lain
g. Surrounding Area (Lingkungan Sekitar)
Keadaan lingkungan masyarakat dimana suatu toko berada, dapat
mempengaruhi citra toko. Jika toko lain yang berdekatan memiliki citra
yang kurang baik, maka toko yang lain pun akan terpengaruh dengan
citra tersebut.
h. Parking (Tempat Parkir)
Tempat parkir merupakan hal yang penting bagi konsumen. Jika tempat
parkir luas, aman, dan mempunyai jarak yang dekat dengan toko akan
menciptakan Atmosphere yang positif bagi toko tersebut.
2. General Interior (bagian dalam toko)
Yang paling utama yaneg dapat membuat penjualan setelah pembeli berada di
toko adalah display. Desain interior dari suatu toko harus dirancang untuk memaksimalkan visual merchandising. Display yang baik yaitu yang dapat menarik perhatian pengunjung dan membantu mereka agar mudah
mengamati, memeriksa dan memilih barang dan akhirnya melakukan
pembelian. Ada banyak hal yang akan mempengaruhi persepsi konsumen
pada toko tersebut. Elemen-elemen general interior terdiri dari:
a. Flooring (Lantai)
Penentuan jenis lantai, ukuran, desain dan warna lantai sangat penting,
karena konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan
apa yang mereka lihat.
b. Color and Lightening (Warna dan Pencahayaan)
Setiap toko harus mempunyai pencahayaan yang cukup untuk
toko. Konsumen yang berkunjung akan tertarik pada sesuatu yang paling
terang yang berada dalam pandangan mereka. Tata cahaya yang baik
mempunyai kualitas dan warna yang dapat membuat suasana yang
ditawarkan terlihat lebih menarik, terlihat berbeda bila dibandingkan
dengan keadaan yang sebenarnya.
c. Scent and Sound ( Aroma dan Musik)
Tidak semua toko memberikan pelayanan ini, tetapi jika layanan ini
dilakukan akan memberikan suasana yang lebih santai pada konsumen,
khusunya konsumen yang ingin menikmati suasana yang santai dengan
menghilangkan kejenuhan, kebosanan, maupun stres sambil menikmati
makanan.
d. Fixture (Penempatan)
Memilih peralatan penunjang dan cara penempatan meja harus dilakukan
dengan baik agar didapat hasil yang sesuai dengan keinginan. Karena
penempatan meja yang sesuai dan nyaman dapat menciptakan image yang berbeda pula.
e. Wall Texture (Tekstur Tembok)
Tekstur dinding dapat menimbulkan kesan tertentu pada konsumen dan
dapat membuat dinding terlihat lebih menarik.
f. Temperature (Suhu Udara)
Pengelola toko harus mengatur suhu udara, agar udara dalam ruangan
jangan terlalu panas atau dingin.
Jarak antara meja dan kursi harus diatur sedemikian rupa agar konsumen
merasa nyaman dan betah berada di toko.
h. Dead Area
Dead Area merupakan ruang di dalam toko dimana display yang normal tidak bisa diterapkan karena akan terasa janggal. Misal : pintu masuk,
toilet, dan sudut ruangan.
i. Personel (Pramusaji)
Pramusaji yang sopan, ramah, berpenampilan menarik, cepat, dan
tanggap akan menciptakan citra perusahaan dan loyalitas konsumen.
j. Service Level
Macam-macam tingkat pelayanan menurut Kotler yang dialih bahasakan
oleh Teguh,Rusli, dan Molan (2000) adalah self service, self selection, limited service, dan full service.
k. Price (Harga)
Pemberian harga bisa dicantumkan pada daftar menu yang diberikan agar
konsumen dapat mengetahui harga dari makanan tersebut.
l. Cash Refister (Kasir)
Pengelola toko harus memutuskan penempatan lokasi kasir yang mudah
dijangkau oleh konsumen.
m. Technology Modernization (Teknologi)
Pengelola toko harus dapat melayani konsumen secanggih mungkin.
cepat, baik pembayaran secara tunai atau menggunakan pembayaran cara
lain, seperti kartu kredit atau debet.
n. Cleanliness (Kebersihan)
Kebersihan dapat menjadi pertimbangan utama bagi konsumen untuk
makan di tempat tersebut.
3. Layout Ruangan (Tata Letak Toko)
Pengelola toko harus mempunyai rencana dalam penentuan lokasi dan
fasilitas toko. Pengelola toko juga harus memanfaatkan ruangan toko yang
ada seefektif mungkin. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang
layout adalah sebagai berikut:
a. Allocation of floor space for selling, personnel, and customers. Dalam suatu toko, ruangan yang ada harus dialokasikan untuk:
1) Selling Space (Ruangan Penjualan)
Ruangan untuk menempatkan dan tempat berinteraksi antara
konsumen dan pramusaji.
2) Personnel Space (Ruangan Pegawai)
Ruangan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan pramusaji
seperti tempat beristirahat atau makan.
3) Customers Space (Ruangan Pelanggan)
Ruangan yang disediakan untuk meningkatkan kenyamanan konsumen
seperti toilet, ruang tunggu.
Macam-macam penentuan arus lalu lintas toko, yaitu:
1) Grid Layout (Pola Lurus)
Penempatan fixture dalam satu lorong utama yang panjang.
2) Loop/Racetrack Layout (Pola Memutar)
Terdiri dari gang utama yang dimulai dari pintu masuk, mengelilingi
seluruh ruangan, dan biasanya berbentuk lingkaran atau persegi,
kemudian kembali ke pintu masuk.
3) Spine Layout (Pola Berlawanan Arah)
Pada spine layout gang utama terbentang dari depan sampai belakang
toko, membawa pengunjung dalam dua arah.
4) Free-flow Layout (Pola Arus Bebas)
Pola yang paling sederhana dimana fixture dan barang-barang diletakan dengan bebas.
4. Interior Point of Interest Display (Dekorasi Pemikat Dalam Toko)
Interior point of interest display mempunyai dua tujuan, yaitu memberikan informasi kepada konsumen dan menambah store atmosphere, hal ini dapat meningkatkan penjualan dan laba toko. Interior point of interest display terdiri dari :
a. Theme Setting Display (Dekorasi Sesuai Tema)
Dalam suatu musim tertentu retailer dapat mendesain dekorasi toko atau
meminta pramusaji berpakaian sesuai tema tertentu.
Dekorasi ruangan pada tembok bisa merupakan kombinasi dari gambar
atau poster yang ditempel, warna tembok, dan sebagainya yang dapat
meningkatkan suasana toko.
2.2Keputusan Pembelian Konsumen
2.2.1 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007: 285) yaitu, “Keputusan pembelian
konsumen adalah seleksi terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan perkataan lain,
pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan”.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Kotler dan Armstrong (2003: 224) yaitu
“keputusan pembelian adalah saat konsumen membeli suatu produk dalam waktu
tertentu”.
2.2.2 Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Kotler (2002: 184) menjelaskan secara umum tentang proses keputusan pembelian
dalam model 5 tahap.
Gambar 2.1 Model Lima Tahap Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Evaluasi alternatif Pengenalan masalah
Sumber : Philips Kotler (2002 : 185)
Model ini merupakan proses psikologis dasar yang memainkan peranan penting
dalam memahami keputusan pembelian. Tahapan dalam model ini adalah:
1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari suatu masalah atau
kebutuhan yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal. Dengan
rangsangan internal, salah satu dari kebutuhan normal seseorang (rasa
lapar, haus, seks) naik ke tingkat maksimum dan menjadi dorongan; atau
kebutuhan bisa timbul akibat rangsangan eksternal, sehingga memicu
pemikiran untk melakukan pembelian.
2. Pencarian Informasi
Pada tingkat ini seseorang menjadi lebih perseptif terhadap informasi
tentang sebuah produk. Secara umum konsumen menerima informasi
terpenting tentang sebuah produk komersial, dimana informasi tersebut
didominasi pemasar. Beberapa sumber informasi utama konsumen adalah
pribadi yang meliputi keluarga, teman, tetangga, dan rekan. Komersial
yang meliputi iklan, situs web penyalur, kemasan, tampilan. Publik yang
meliputi media massa, organisasi dan eksperimental yang meliputi
penanganan, pemeriksaan dan penggunaan produk. Sumber sumber
informasi tersebut melaksanakan fungsi yang berbeda dalam
3. Evaluasi Alternatif
Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut akan menjadi
bahan pertimbangan bagi konsumen untuk mengambil keputusan.
Konsumen akan mempertimbangkan manfaat termasuk keterpercayaan
merk dan biaya atau resiko yang akan diperoleh jika membeli suatu
produk. Berbagai resiko seperti resiko waktu, tenaga, biaya, resiko
psikologis dan sosial akan dipertimbangkan oleh konsumen.
4. Keputusan Pembelian
Konsumen membentuk preferensi antar merek dalam kumpulan pilihan.
Konsumen juga membentuk maksud untuk membeli merek yang paling
disukai. Keputusan pembelian ini sendiri dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu
sikap orang lain dan uang akan mengurangi alternatif pilihan seseorang
akan tergantung pada dua hal yaitu intensitas sikap orang lain terhadap
pilihan konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang
lain. Faktor yang lain adalah faktor situasi yang tidak dapat diantisipasi.
Hal ini terjadi ketika konsumen mengambil keputusan pembelian terhadap
suatu produk ada faktor keadaan yang tidak terduga sehingga konsumen
merubah tujuan pembelian tersebut dengan menunda atau menghindari
keputusan yang sangat dipengaruhi oleh resiko yang diperkirakan.
5. Perilaku Pasca Pembelian
Setelah melakukan pembelian konsumen mungkin akan mengalami
konflik karena melihat beberapa hal tertentu yang dikhawatirkan atau
mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain dan waspada
pembelian ini ada beberapa hal yang akan terjadi seperti kepuasan pasca
pembelian yang merupakan fungsi kedekatan antara harapan dan kinerja
anggapan produk. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja,
maka semakin besarlah ketidakpuasan yang terjadi. Tindakan pasca
pembelian, tindakan ini muncul dari puas tidak konsumen dalam
melakukan konsumsi produk. Apabila konsumen puas, konsumen akan
cenderung mengatakan hal-hal yang baik tentang merek kepada orang lain.
Bila konsumen tidak puas maka akan terjadi hal yang sebaliknya ataupun
konsumen tersebut akan mengabaikan merek yang tidak dapat memuaskan
kebutuhannya tersebut. Hal yang terakhir adalah penggunaan dan
penyingkiran pasca pembelian, semakin cepat pembeli mengkonsumsi
produk maka akan semakin cepat pembeli tersebut kembali ke pasar.
Artinya, semakin tinggi tingkat penggunaan produk maka akan semakin
cepat produk tersebut disingkirkan karna masa pakainya.
Menurut Kotler (2002: 202), pengambilan keputusan konsumen adalah
seleksi yang dilakukan konsumen terhadap dua pilihan alternatif produk atau
lebih. Terdapat 5 peran yang yang dimainkan konsumen dalam pengambilan
keputusan pembelian, antara lain :
1. Pencetus (initiator), yaitu seseorang yang pertama kali mengusulkan
gagasan untuk membeli suatu barang/jasa.
2. Pembawa pengaruh (influencer), yaitu orang yang memiliki
pandangan atau nasihat yang mempengaruhi keputusan pembelian.
3. Pengambil keputusan (decider), yaitu seseorang yang mengambil
4. Pembelian (buyer), yaitu orang yang melakukan pembelian secara
nyata.
5. Pemakai (user), yaitu orang yang mengkonsumsi dan menggunakan
barang/jasa yang dibeli.
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen
Faktor-faktor yang mempengarui keputusan pembelian konsumen terdiri
dari faktor internal dan eksternal. Menurut Hawkins et al (Supranto,2007: 3) ,
faktor internal meliputi: persepsi, pembelajaran, memori, motivasi, kepribadian,
emosi, sikap, sedangkan faktor eksternal meliputi: budaya, sub budaya,
demografis, status sosial, kelompok rujukan, keluarga.
1. Faktor-faktor internal
Faktor internal merupakan faktor dari dalam individu yang memiliki
pengaruh yang sangat penting terterhadap keputusan individu. Pengaruh
yang dimaksud adalah berkaitan dengan penilaian individu terhadap
suatu alternatif produk yang ada yang mengarahkan seseorang untuk
mengambil keputusan membeli suatu produk yang meliputi :
a. Persepsi
Persepsi adalah proses yang digunakan individu untuk memilih,
mengorganisasi dan mengartikan masukan informasi guna
menciptakan suatu gambaran yang berarti dari lingkungan sekitarnya
(Kotler, 2005: 216).
Pembelajaran merupakan istilah yang dipergunakan untuk
menguraikan proses dengan mana memori dan perilaku diubah
sebagai suatu hasil dari proses informasi secara sadar dan tak sadar
(Supranto,2007: 115).
c. Memori
Memori merupakan seluruh akumulasi pembelajaran pengalaman
sebelumnya. Terdiri dari dua komponen, yaitu memori jangka
pendek dan panjang. Memori jangka pendek merupakan porsi/
bagian dari seluruh memori yang pada saat terkirim (currently)
diaktifkan atau dipergunakan (Supranto,2007: 129).
d. Motivasi
Motivasi merupakan kekuatan yang enejik yang menggerakkan
perilaku dan memberikan tujuan dan arah pada perilaku. Suatu motif
(motive) merupakan kostruk (construct) mewakili kekuatan dalam
(inner force) yang tidak terlihat dan memaksa suatu respon perilaku
dan memberikan pengarahan khusus terhadap respon (Supranto,
2007: 93)
e. Kepribadian
Kepribadian (personality) merupakan suatu karakteristik individu
mengenai kecendrungan merespon lintas situasi yang mirip.
yang dipilih untuk mencapai tujuandalam situasi yang berbeda
(Supranto, 2007: 104).
f. Emosi
Emosi adalah perasaan yang secara relatif tidak terkontrol yang
mempengaruhi perilaku secara kuat (Supranto, 2007: 108).
g. Sikap
Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek
apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan
kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan dan manfaat
dari objek tersebut (Sumarwan, 2004: 136).
3. Faktor-faktor eksternal
a. Budaya
Budaya (culture) adalah keseluruhan yang kompleks (complex
whole) meliputi pengetahuan, kepercayaan, snei, hukum, moral, kebiasaan, dan setiap kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh oleh
setiap orang sebagai anggota masyarakat (Supranto, 2007: 21)
b. Sub Budaya
Sub budaya merupakan segmen atau bagian dari masyarakat, sub
budaya dan kelas sosial merupakan kelompok sosial dimana
anggota-anggotanya sama memiliki makna budaya yang sama, akan
jadi akan didipengaruhi oleh budaya secara keseluruhan (Supranto,
2007: 47).
c. Demografis
Demografis merupakan suatu akibat dan suatu sebab dari nilai
budaya dan kultural (Supranto, 2007: ).
d. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah pembagian masyarakat ke dalam kelas-kelas
yang berbeda atau strata yang berbeda. Perbedaan kelas atau strata
akan akan menggambarkan perbedaan pendidikan, pendapatan,
pemilikan harta benda, gaya hidup, nilai-nilai yang dianut
(Sumarwan, 2002: 219).
e. Kelompok Rujukan/ Acuan
Kelompok Rujukan/Acuan adalah seorang individu atau sekelompok
orang yang secara nyata mempengaruhi perilaku seseorang.
Kelompok rujukan/ atau acuan digunakan oleh seseorang sebagai
dasar untuk perbandingan atau sebuah referensi dalam membentuk
respons afektif dan kognitif dan perilaku (Sumarwan,2002: 250).
f. Keluarga
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang terikat oleh perkawinan, darah (keturunan: anakatau
cucu), dan adopsi (Sumarwan, 2002: 227).
2.3Kerangka Konseptual
Store Atmosphere (X)
2.4Penelitian Terdahulu
Untuk menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan 4 refrensi
jurnal dan skripsi yaitu sebagai berikut :
1. Syafik (2011) sebelumnya telah melakukan penelitian dengan topik
yang berkaitan dengan topik diatas dalam skripsi yang berjudul
“Pengaruh Store Atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen si Eva Bakery Gresik”. Hipotesis yang penulis rumuskan dalam
penelitian ini adalah bahwa Store Atmosphere yang terdiri dari: exterior, general interior, store layout dan display interior berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen di Eva
Bakery Gresik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang ada di Eva Bakery Gresik, dengan menggunakan 100 sampel konsumen. Alat analisis yang digunakan adalah dengan regresi linier
berganda dengan bantuan SPSS versi 10 for windows. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dengan tingkat signifikan 2,5% dan
uji F dengan tingkat signifikan 5%. Hasil persamaan regresi yang
diperoleh adalah Y = 1,833 + 0,274 X1 + 0,317 X2 + 0,36 X3 + 0,100
X4 Kesimpulannya yaitu, Store Atmosphere yang terdiri dari: exterior, general interior, store layout dan display interior berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan Pembelian Konsumen di Eva Bakery
2. Helga Megawati (2008) sebelumnya telah melakukan penelitian dengan
judul yang sama yaitu “Pengaruh Store Atmosphere terhadap Keputusan Pembelian Kosumen Pada Butik Rumah Cinta”. Penelitian ini
menggunakan analisis koefisien rank spearman. Hasil analisi menunjukkan tanggapan konsumen terhadap pelaksanaan store
atmosphere yang dilakukan oleh “Rumah Cinta” adalah setuju bahwa
store atmosphere telah dilaksanakan dengan baik, begitu pula dengan analisa tanggapan konsumen bahwa mereka setuju dengan melakukan
pembelian di “Rumah Cinta”. Hasil penelitian menggunakan korelasi
Rank Spearman (Rs) menunjukkan hubungan yang searah dan positif antara store atmosphere dengan keputusan pembelian konsumen. Hasil
pengujian hipotesis dengan menggunakan tabel t juga menunjukkan
bahwa H0 ditolak, dan Ha diterima, yaitu menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang berarti antara store atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan hasil penelitian, penulis memiliki
kesimpulan bahwa store atmosphere dapat berpengaruh positif terhadap
keputusan pembelian apabila pelaksanaan store atmosphere tersebut dilaksanakan dengan baik, begitupun sebaliknya.
3. Adityas Agung Wicaksono (2012) yang dalam penelitiannya yang
berjudul “Pengaruh store atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen Rumahku Art Cafe di Magelang” menyimpulkan hasil dari
penelitiannya yang menunjukkan bahwa store atmosphere kurang memiliki pengaruh pada pembelian pertama. Penyebabnya mungkin
konsumen telah berada dalam sebuah kafe. sehingga pada keputusan
pembelian, terutama pembelian pertama akan lebih dipengaruhi oleh hal
lain. Pada penelitian ini ditemukan beberapa hal hal yang
mempengaruhi pembelian seperti media komunikasi atau promosi dan
faktor sosial.
4. Rianti Pratiwi (2010) telah melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Store Atmosphere terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Blind Cafe Bandung”. Hasil analisis pernyataan responden
terhadap store atmosphere di Blind Cafe Bandung diperoleh nilai
rata-rata keseluruhan sebesar 4,01 yang berarti bahwa konsumen
menganggap pelaksanaan store atmosphere pada Blind Cafe Bandung telah dilaksanakan dengan baik karena berada pada interval 3,40-4,19.
Hasil penelitian yang dilakukan dengan pengujian koefisien korelasi
Rank Spearman diperoleh nilai sebesar 0.960 yang menunjukkan hubungan yang sangat kuat serta nilai positif yang menunjukkan searah
antara store atmosphere dengan keputusan pembelian konsumen. Sedangkan besarnya pengaruh (Kd) store atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen pada Blind Cafe Bandung sebesar
92,16% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak
diukur dalam penelitian ini sebesar 7,84%. Berdasarkan analisis uji
hipotesis , didapat thitung sebesar 23,75 dan ttabel sebesar 1,679 dengan
tingkat kekeliruan 5%. Ini menunjukkan bahwa thitung lebih besar
darpada ttabel, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara