BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Sejarah Singkat Labuhan Batu24
1.1. Sebelum Zaman Penjajahan Belanda
Sistem Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Labuhan Batu
sebelum penjajahan Belanda adalah bersifat Monarki. Kepala pemerintahan disebut
Sultan dan Raja yang dibantu oleh seorang yang bergelar Bendahara Paduka Sri
Maharaja dan bertugas sebagai Kepala Pemerintahan sehari-hari (semacam Perdana
Menteri). Selanjutnya di bawah Bendahara Sri Paduka Maharaja ada Tumenggung
yang menjadi Jaksa Merangkap Kepala Polisi. Kemudian ada Laksamana yaitu
Panglima Angkatan Laut/Panglima Perang. Di bawah Laksamana ada Hulu
Balang atau Panglima Angkatan Darat. Kemudian ada pula Bentara kanan
bertugas sebagai ajudan Sultan dan Bentara kiri yang menjadi Penghulu Para
Bangsawan.
Kesultanan/kerajaan yang terdapat di wilayah Kabupaten Labuhan Batu
pada waktu itu terdiri 4 kesultanan yaitu:
1. Kesultanan Kota Pinang berkedudukan di Kota Pinang.
2. Kesultanan Kualuh berkedudukan di Tanjung Pasir.
3. Kesultanan Bilah berkedudukan di Negeri Lama.
4. Kesultanan Panai berkedudukan di Labuhan Bilik.
24
1.2. Zaman Penjajahan Belanda
Secara pasti tidak diketahui kapan Belanda masuk ke Labuhan Batu,
dari berbagai keterangan yang dihimpun, diperoleh keterangan bahwa Belanda
masuk ke Labuhan Batu berkisar tahun 1825. Namun ada pula keterangan
yang mengatakan bahwa kedatangan Belanda ke Labuhan Batu setelah selesai
Perang Paderi (berkisar tahun 1831).
Pada tahun 1862 kesatuan angkatan Laut Belanda dibawah Pimpinan
Bevel Hevee datang ke Kampung Labuhan Batu (di Hulu Kota Labuhan Bilik
sekarang) melalui Sungai Barumun. Di Kampung Labuhan Batu tersebut
Belanda membuat tempat pendaratan dari batu beton. Lama kelamaan tempat
pendaratan tersebut berkembang menjadi tempat pendaratan/persinggahan
kapal-kapal yang kemudian menjadi sebuah Kampung (Desa) yang lebih besar,
namanya menjadi “Pelabuhan Batu”, akhirnya nama Pelabuhan Batu ini
dipersingkat sebutannya menjadi “Labuhan Batu”. Kemudian nama itu melekat dan
ditetapkan menjadi nama wilayah Labuhan Batu.
Dalam perkembangan selanjutnya Pemerintahan Kolonial Belanda
secara Juridis Formal menetapkan Gouverment Bisluit Nomor 2 tahun 1867
tertanggal 30 September 1867 tentang pembentukan Afdeling Asahan yang meliputi
3 Onder Afdeling yaitu:
1. Onder Afdeling batu Bara dengan Ibu Kota Labuhan Ruku.
3. Onder Afdeling Labuhan Batu dengan Ibu Kota Kampung Labuhan Batu.
Dengan demikian secara administratif pada mulanya Pemerintahan Wilayah
Labuhan Batu adalah merupakan bagian dari wilayah Afdeling Asahan. Pada masa
itu Afdeling dipimpin oleh seorang Asisten Residen (Bupati), sedangkan Onder
Afdeling dipimpin oleh seorang Controleur (Wedana).
Controleur Labuhan Batu pertama kali berkedudukan di Kampung
Labuhan Batu. Kemudian pada tahun 1895 dipindahkan ke Labuhan Bilik.
Tahun 1924 dipindahkan ke Merbau. Tahun 1928 dipindahkan ke Aek Kota Batu
dan pada tahun 1932 dipindahkan ke Rantau Prapat sampai Indonesia
memproklamirkan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus 1945 kedudukan
Controleur tetap di Rantau Prapat.
1.3. Zaman Penjajahan Jepang
Pada tahun 1942 bala tentara Dai Nippon (Jepang) menduduki seluruh
wilayah Indonesia. Selanjutnya pada tanggal 3 Maret 1942 tentara Jepang mendarat
di Perupuk (Tanjung Tiram). Dari Perupuk sebagian tentara Jepang tersebut
melanjutkan gerakan Pasukan untuk merebut Kota Tebing Tinggi dan selanjutnya
Kota Medan. Dan sebagian lagi ke Wilayah Tanjung Balai yang pada saat itu
sebagai Pusat Pemerintahan Afdeling Asahan. Dari Asahan (Tanjung Balai)
selanjutnya ke wilayah Labuhan Batu untuk merebut Kota Rantau Prapat.
Pada masa penjajahan Jepang, sistem Pemerintahan Hindia Belanda
Sultan/Raja berlangsung. Untuk memonitoring kegiatan Pemerintahan yang
dilaksanakan oleh Sultan/Raja, Pemerintahan Jepang membentuk Fuku Bunsyuco.
Di samping itu istilah-istilah Pimpinan Tingkatan Pemerintahan Hindia
Belanda diganti dari Bahasa Belanda ke Bahasa Jepang, antara lain:
1. Keresidenan diganti dengna Syuu dan Kepalanya disebut dengnan
Syuucookan.
2. Regenschap (Kabupaten) diganti dengan Ken dan Kepalanay disebut
Ken-coo.
3. Stadgementhe (Pemerintahan Kota) diganti dengan Si dan Kepalanya
disebut Si-coo.
4. Kampung/Desa disebut dengan Ku dan Kepalanya disebut Ku-coo.
1.4. Setelah Proklamasi
Kekalahan Jepang pada Perang Asia Timur Raya, yaitu Jepang menyerah
pada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945 telah memberikan kesempatan kepada
Bangsa Indonesia untuk merdeka sebagai bangsa yang berdaulat. Kemudian dalam
Sidangnya tnaggal 19 Agustus 1945 oleh PPKI dicapai kesepakatan pembagian
wilayah Republik Indonesia dalam 8 Propinsi masing-masing Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Sunda Kecil dan Maluku.
Propinsi dibagi dalam Keresidenan yang dikepalai oleh Residen, Gubernur dan
Residen dibantu oleh Komite Nasional Daerah, sedangkan kedudukan kota
Pada tanggal 2 Oktober 1945, Mr. Teuku Muhammad Hasan diangkat
menjadi Gubernur Sumatera, kemudian pada tanggal 3 Oktober 1945
Gubernur Sumatera mengabarkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
yang pada saat itu dihadiri oleh utusan/wakil-wakil daerah. Sesampainya didaerah
masing-masing utusan daerah tersebut mengadakan pertemuan dengan
Pemuka-Pemuka Masyarakat untuk membentuk Komite Nasional Daerah (KND).
Pada tanggal 16 malam 17 Oktober 1945 bertempat di rumah dinas kepala
PLN Rantauprapat diadakan rapat dan secara resmi tanggal 17 Oktober 1945
dibentuk Komite Nasional Daerah (KND) Labuhan batu dengan susunan pengurus
sebagai berikut :
Penasehat : ABDUL HAMIT
Wakil penasehat : Dr. HIDAYAT
Ketua : ABDUL RAHMAN
Wakil Ketua : ABU TOHIR HRP
Anggota :
1. MARDAN
2. AMINURRASYID
3. M. SARIJAN
5. SUTAN KADIAMAN HTG
6. A. MANAN MALIK
7. M. SIRAIT
8. R. SIHOMBING
9. DJALALUDDIN HATTA
10. M. HASAH
11. MUHAMMAD DIN
Dalam rapat tersebut juga ditetapkan bahwa Ketua (Abdul Rahman)
sekaligus sebagai Kepala Pemerintahan. Setelah terbentuknya Komite Nasional
Daerah Labuhanbatu, maka Pemerintahan Swapraja di Labuhanbatu yang ada pada
waktu itu menjadi berakhir. Tugas dan tanggung jawab Pemerintah diambil alih dan
dikuasai oleh Komite Nasional Daerah Labuhanbatu. Adapun tugas pertama Komite
Daerah Labuhanbatu ialah membentuk Team Penerangan untuk memberikan
penerangan dan penyuluhan kepada masyarakat di kampong-kampung bahwa
kemerdekaan Negara Republik Indonesia telah diproklamirkan pada tanggal 17
Agustus 1945.
Dalam perkembangan berikutnya jalannya pemerintahan di Kabupaten
Labuhanbatu yang dilaksanakan oleh Komite Nasional Daerah sampai dengan awal
Tahun 1946 kurang dapat berfungsi dengan baik. Hal ini akibat fokus pemikiran
pada waktu itu lebih ditujukan untuk mempersiapkan perlawanan fisik kepada
Indonesia yang telah merdeka dan berdaulat sejak tanggal 17 agustus 1945.
Pada bulan maret 1946 terjadi Peristiwa Revolusi Sosial di Sumatera Timur
(termasuk Labuhanbatu) yang mengakibatkan tergangggunya roda pemerintahan,
keamanan dan ketertiban di wilayah Labuhan Batu. Kemudian pada tanggal 19
Juni 1946, Komite Nasional Daerah Keresidenan Sumatera Timur mengadakan
sidang pleno bertempat di Jalan Suka Mulia No.13 Medan, yang antara lain
menetapkan :
1. Komite Nasional Daerah berubah menjadi Dewan (Legislatif)
2. Menetapkan Sumatera Timur menjadi 6 Kabupaten masing-masing:
Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Karo,
Kabupaten Simalungun, Kabupaten Asahan dan Kabupaten Labuhan Batu.
Karena situasi yang semakin gawat pada waktu itu (menjelang Agresi
Mililter I) Ibu Kota Keresidenan Sumatera Timur pindah dari Medan ke Tebing
Tinggi. Selajutnya pada tanggal 26 Juni 1946 Dewan (Legislatif) Keresidenan
Sumatera Timur yang bersidang di Pabatu menetapkan antara lain : Mengangkat 6
orang Bupati untuk 6 Kabupaten di Keresidenan Sumatera Timur yang baru
dibentuk sekaligus pengangkatan para Wedana di Wilayah Kabupaten tersebut,
salah seorang di antara Bupati yang diangkat tersebut adalah GAUSE
GAUTAMA, Pimpinan Taman Siswa Kisaran diangkat menjadi Labuhan Batu.
Ketetapan dari Dewan Legislatif Keresidenan Sumatera Timur dimaksud
26 Juni 1946 dan malam itu juga dibawa dan ditandatangani di Pematang Siantar
dan berlaku terhitung mulai tanggal 1 Juli 1946. Dengan demikian istilah Bupati
mulai digunakan adalah sejak tanggal 1 Juli 1946 di 6 Kabupaten di Sumatera
Timur termasuk Labuhanbatu, sedangkan Sekretaris pada waktu itu disebut
dengan istilah Komisi Redaktur diangkat Tagor Esra.
Antara tanggal 28 sampai 30 Juni 1946 dibentuk Dewan (Legislatif)
Kabupaten Labuhanbatu dengan susunan sebagai berikut :
Ketua : Abdul Manan Malik
Wakil Ketua : Sordang Siregar
Anggota :
1. Abd. Rahim Ja’far
2. Rusli Sihombing
3. Mardan
4. Abd. Mursyid Ja’far
5. Yakub Daulay
6. H. Solehudin
7. Abd. Wahid
8. Abd. Hakim Yunus
Selanjutnya dalam suatu upacara sederhana dihadapan Dewan Kabupaten
Labuhanbatu dan undangan tanggal 2 Juli 1946 bertempat di rumah dinas Bupati
Labuhanbatu yang sekarang, Gause Gautama dilantik menjadi Bupati
Labuhanbatu. Kemudian pada Wedana (yang telah di SK Gubernur Sumatera)
untuk 4 Kewedanaan yang baru dibentuk, yaitu :
1. M. Sarijan untuk Kewedanaan Kualuh Leidong
2. Dahlan Ganifiah untuk Kewedanaan Kota Pinang
3. M. Samin Pakpahan untuk Kewedanaan Pilah
4. Usman Effendi untuk Kewedanaan Panai.
Dengan ketetapan Surat Keputusan Residen Sumatera Timur Nomor : 674
tanggal 12 September 1946 terhitung mulai 1 Juli 1946 mengangkat para Asisten
Wedana (Camat) di Labuhanbatu, sebagai berikut :
1. M. Sono Asisten Wedana Kualuh Hulu di Aek Kanopan
2. Amir Bakti Asisten Wedana Kualuh Hilir di Kaampung Mesjid
3. Zainuddin Zein Asisten Wedana Aek Natas di Bandar Durian
4. Abdul Hamid Asisten Wedana Leidong di Leidong
5. Syarif Nasution Asisten Wedana Bilah Hulu di Rantauprarapat
6. H. Hosein Asisten Wedana Bilah Hilir di Negeri Lama
7. Sanusi Siregar Asisten Wedana Marbau di Marbau
8. Iskandar Asisten Wedana Na IX-X di Aek Kota Batu
10.Ramli Asisten Wedana Sei Kanan di Langga Payung
11.Ahmad Saleh Asisten Wedana Tanjung Medan di Tolan
12.Syah Jauhari Asisten Wedana Panai Tengah di Labuhan Bilik
13.Abdul Majid Asisten Wedana Panai Hilir di Sei Berombang
Pada tanggal 10 Desember 1984 Pembentukan Kabupaten di Labuhanbatu
disahkan dengan Keputusan Komisariat Kepemerintahan Pusat (KOPEMSUS)
Nomor : 89/KOM/U yang wilayahnya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
Sidang Pleno Komite Nasional Daerah Keresidenan Sumatera Utara Tanggal 19
Juni 1946.
Adapun nama-nama Bupati Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu sejak
tanggal 17 Oktober 1945 sampai dengan sekarang sebagai berikut :
1.ABDUL RAHMAN ( Ketua KND/ Kepala Pemerintahan) (17 Oktober
1945- 30 Juni 1946)
2.GAUSE GAUTAMA (1946-1947)
3.SYAHBUDDIN SIREGAR (Pj) (1947-1948)
4.DJAMALUDDIN TAMBUNAN (1948-1951)
5.ABDUL WAHID ER (1951-1954)
6.IBNU SADAAN (1954-1956)
7.T. BADJA PURBA (1956-1958)
8.FACHRUDDIN NASUTION (1958-1959)
10.H. IDRIS HASIBUAN (1961-1966)
11.H. IWAN MAKSUM (1966-1974)
12.H. ASROL ADAM (1974-1979)
13.H. DJALALUDDIN PANE (1979-1984)
14.ABDUL MANAN (1984-1989)
15.H. ALI HANAFIAH (1989-1994)
16.Drs. H.B. ISPENSYAH RAMBE (1994-1999)
17.Drs. HR. HADISIWOYO Al Haj (1999-2000)
18.H.T. MILWAN (2000-2005)
19.SYAPARUDDIN, SH (2005)
20.H.T. MILWAN (2005-2010)
21.Dr.H. Tigor Panusunan Siregar, Sp.PD (2010- sekarang)
2. PEMEKARAN LABUHANBATU
Pada tahun 2008 kabupaten Labuhanbatu mengalami pemekaran wilayah
menjadi 3 kabupaten yaitu Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu
Selatan dan Kabupaten Labuhanbatu Utara.
Setelah pemekaran wilayah tersebut, Kabupaten Labuhanbatu hanya terdiri
dari 9 Kecamatan yaitu:
1. Bilah Hulu
2. Pangkatan
4. Bilah Hilir
5. Panai Hulur
6. Panai Tengah
7. Panai Hilir
8. Rantau Selatan
9. Rantau Utara
3. Letak dan Geografis Labuhan Batu
Kabupaten Labuhan Batu merupakan salah satu daerah yang berada di
kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis, kabupaten Labuhan Batu
berada pada 1º26'-2º11' Lintang Utara, 91º07' Bujur Timur dengan ketinggian
0-2.151 m di atas permukaan Laut.
Kabupaten Labuhan Batu menempati area seluas 922.318 Ha yang terdiri
dari 22 Kecamatan dan 242 Desa/Kelurahan Definitif. Area Kabupaten Labuhan
batu di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, di sebelah Selatan
berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan, di sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Tapanuli Utara dan Asahan, dan di sebelah Timur berbatasan dengan
Propinsi Riau.
Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan
Sumatera Utara, Kabupaten Labuhana Batu termasuk daerah yang beriklim
hujan dan volume curah hujan pada bulan terajadinya musim. Selama tahun
2006, rata-rata hari hujan di Kabupaten Labuhan Batu sebanyak 12.75 hari
perbulan dengan rata-rata curah hujan 301.67 MM.
4. Populasi Penduduk
Tabel 125
Persentase Penduduk Menurut Suku Bangsa per Kecamatan
Kecamatan Suku Bangsa Lainnya
Melayu Batak Minang Jawa Aceh
Tabel 2
Persentase Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Labuhanbatu26
Kecamatan Penduduk Rasio
Jenis
Kelamin
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Bilah Hulu 29277 29031 58308 100,85
Pangkatan 16422 16065 32487 102,22
Bilah Barat 17884 17308 35192 103,33
Bilah Hilir 26047 24939 50986 104,44
Panai Hulu 17541 17002 34543 103,17
Panai tengah 17894 17130 35024 104,46
Panai Hilir 18650 17911 36561 104,13
Rantau
Selatan
31008 30484 61492 101,72
Rantau Utara 42858 43267 86125 99,05
Tabel 3
Persentase Penduduk Menurut Agama yang Dianut per Kecamatan27
Kecamatan Agama Lainnya
Islam Protestan Khatolik Budha Hindu
Bilah Hulu 83,19 12,37 3,13 0,98 0,26 0,07
Pangkatan 70,86 23,69 4,95 0,18 0,02 0,30
Bilah Barat 95,45 3,05 1,38 0,08 0,03 0,01
Bilah Hilir 75,49 20,06 4,10 0,06 0,03 0,26
Panai Hulu 95,28 3,39 1,15 0,17 0,01 -
Panai tengah 83,23 13,70 2,61 0,45 - 0,01
Panai Hilir 81,34 11,10 2,88 4,53 0,15 -
Rantau
Selatan
90,33 8,37 0,65 0,55 0,07 0,03
Rantau Utara 79,99 11,82 1,64 6,38 0,13 0,04
Jumlah 83,91 11,95 2,49 1,49 0,08 0,08
27
5. Gambaran Umum DPRD Tingkat II Kabupaten Labuhanbatu28 5.1Dinamika DPRD Tingkat II Kabupaten Labuhanbatu
Pada pemilu tahun 2014 yang menggunakan sistim Dapil, partai politik
yang menjadi peserta pemilu di Kabupaten Labuhanbatu sebanyak 12 partai
politik. Seluruh partai politik tersebut memperoleh kursi di DPRD Kabupaten
Labuhanbatu. Pada pemilu kali ini, Partai PDI Perjuangan memperoleh kursi
terbanyak dari pada partai politik lainnya, yaitu sebanyak 6 kursi, kemudian
disusul Partai Demokrat yang juga mendapatkan 6 kursi, Partai Golkar, Partai
Hanura, dan PPP yang juga sama-sama memperoleh 5 kursi, Partai Gerinda
sebanyak 4 kursi, Partai Nasdem, PKB, dan PAN sebanyak 3 kursi, PBB dan
PKPI sebanyak 2 kursi, PKS sebanyak 1 kursi.
5.2 Fraksi-Fraksi
Fraksi merupakan pengelompokan Anggota DPRD berdasarkan kekuatan
Partai Politik yang mencerminkan Partai Politik peserta pemilu yang bukan
merupakan Alat Kelengkapan Dewan. Fraksi memiliki tugas menentukan dan
mengatur segala sesuatu yang menyangkut urusan Fraksi, meningkatkan kualitas,
kemampuan, efisiensi dan efektifitas kerja anggota.
Delapan Fraksi DPRD Kabupaten Labuhanbatu ditetapkan, dalam Rapat
Paripurna pada masa persidangan pertama, di gedung dewan setempat, Rabu 22
gabungan. Berikut ini adalah kedelapan fraksi yang ada di DPRD TK II
Kabupaten Labuhanbatu:
1. Fraksi PDI-Perjuangan yaitu; Penasehat : Dahlan Bukhari, Ketua :
Aminuddin Manurung, Wakil ketua : Abdul Rahman Haiky, Wakil
Ketua : Akhmad Saipul Sirait, Sekretaris : Parsono, Wakil Sekretaris :
Suparjie, Bendahara : Mara Munthe dan anggota : Mara Abidin
Hasibuan.
2. Fraksi Demokrat, yaitu; Penasehat : Suriana, Ketua : Irham, Wakil
Ketua : Hj T Meliana, Sekretaris : Eka Purnama Sari, Wakil Sekretaris :
Akhyar P Simbolon, dan Bendahara : Kamaluddin Rambe.
3. Fraksi Golkar, yaitu; Penasehat : Hj Meika Riyanti Siregar, Ketua : Hj
Ellya Rosa Siregar, Wakil Ketua : Hj Nurmaya Shopa Tanjung,
Sekretaris : Trully Simanjuntak dan Bendahara : David Siregar.
4. Fraksi Hanura, yaitu; Penasehat : Gunawan Hutabarat, Ketua : Hj
Juraidah Harahap, Wakil Ketua : H Burhanuddin Harahap, Sekretaris :
Saurina R Pangaribuan, dan Bendahara : Nurjannah Ritonga.
5. Fraksi PPP, yaitu; Ketua : Muniruddin, Wakil Ketua : H Ilham Pohan,
Sekretaris : Hj Siti Rohaiyah dan dua anggota masing-masing Azmain
6. Fraksi Gerindra, yaitu; Ketua : Abdul Karim Hasibuan, Wakil Ketua :
Dipa Topan, Sekretaris : Budiono dan anggota : H Abdul Roni Harahap.
7. Fraksi Perubahan terdiri dari gabungan NasDem, PKB dan PKPI, Ketua
: Ilham Pohan, Wakil Ketua : Osman Naibaho, Sekretaris : Sri Indra
Jaya dan empat anggota di antaranya, Marisi Ulises Hasibuan, HM
Arsyad Rangkuti, Ema Wibasari Pasaribu, Arjan Priadi dan Daniel SP
Tambunan.
8. Fraksi gabungan dari PAN dan PKS diberi nama Fraksi Amanat
Keadilan dengan komposisi Ketua : Manor Ritonga, Wakil Ketua :
Ahmad Zais Rambe, Sekretaris : Herlina Hasibuan serta anggota :
Zulham Irianto.
5.3 Alat Kelengkapan DPRD
Alat kelengkapan DPRD terdiri atas Pimpinan DPRD, Badan
Musyawarah, Komisi, Badan LegislasI, Badan Anggaran, Badan Kehormatan dan
Alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh Rapat Paripurna,
Susunan Alat Kelangkapan DPRD ditetapkan oleh DPRD dalam rapat Paripurna
atas usul Fraksi-fraksi dan di umumkan dalam Rapat Paripurna. Alat kelengkapan
5.4 Pimpinan DPRD
Pimpinan DPRD Kabupaten Labuhanbatu bersifat kolektif terdiri dari
seorang Ketua dan tiga orang Wakil Ketua yang mencerminkan Fraksi-fraksi.
Masa jabatan Pimpinan DPRD dipilih dari dan oleh Anggota DPRD dalam Rapat
Paripurna. Adapun susunan Pimpinan DPRD Kabupaten Labuhanbatu sebagai
berikut :
Ketua : Dahlan Bukhari (PDI-P)
Wakil Ketua I : Suriana (Demokrat)
Wakil Ketua II : Hj Meika Riyanti Siregar (Golkar)
Wakil Ketua III : Gunawan Hutabarat (Hanura).
Pimpinan DPRD tersebut mempunyai tugas:
Memimpin sidang-sidang dan menyimpulkan hasil sidang untuk
mengambil keputusan;
Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja Ketua dan
Wakil Ketua;
Menjadi juru bicara DPRD;
Melaksanakan dan memasyarakatkan putusan DPRD;
Mengadakan konsultasi dengan Kepala Daerah dan Instansi Pemerintah
lainnya sesuai dengan putusan DPRD;
Melaksanakan putusan DPRD berkenaan dengan penetapan sanksi atau
rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;
Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya dalam Rapat Paripurna
DPRD;
5.5 Komisi-Komisi
Komisi merupakan Alat Kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan
dibentuk oleh DPRD pada permulaan masa keanggotan DPRD. Setiap anggota
DPRD di wajibkan menjadi anggota dari salah satu Komisi yang ada di DPRD
atas usul dari fraksi masing-masing kecuali Pimpinan DPRD. Sementara untuk
Anggoota DPRD Pengganti Antar Waktu menduduki tempat anggota yang di
gantikannya. Komisi mempunyai tugas sebagai berikut;
Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan
Negara kesatuan Republik Indonesia dan Daerah;
Melakukan pembahasan terhadap rancangan Peraturan Daerah, dan
rancangan keputusan DPRD;
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan,
pemerintahan, dan kemasyarakatan sesuai dengan bidang komisi
masing-masing;
Menerima, menampung dan membahas serta menindak lanjuti aspirasi
masyarakat;
Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah;
Melakukan kunjungan kerja Komisi yang bersangkutan atas persetujuan
Pimpinan DPRD;
Mengadakan rapat kerja dan dengar pendapat;
Mengajukan usul kepada Pimpinan DPRD yang termasuk dalam ruang
lingkup bidang masing-masing komisi;
Memberikan laporan tertulis kepada Pimpinan DPRD tentang hasil
pelaksanaan tugas komisi.
Jumlah serta bidang tugas masing-masing Komisi pada DPRD
Labuhanbatu terdiri 4 (empat) Komisi yang di tetapkan.
1. Komisi A (Bidang Pemerintahan)
Meliputi Pemerintahan,Ketertiban,Penerangan/Pers,
Hukum/Perundangan-Undangan, Kepegawaian/Aparatur, Perizinan, Sosial Politik, Organisasi
Masyarakat dan Pertanahan.
Ketua : HM Arsyad Rangkuti, wakil ketua : Muniruddin SAg, sekretaris :
Nurjannah Ritonga, anggota : Ilham Pohan, Irham Nasution, Parsono dan
2. Komisi B (Bidang Perekonomian dan Keuangan)
Meliputi ; Perdagangan, Perindustrian, Pertanian, Perikanan, Peternakan,
Perkebunan, Kehutanan, Pengadaan Pangan, Logistik, Koperasi,
Pariwisata, Keuangan Daerah, Perpajakan, Retribusi, Perbankan,
Perusahaan Daerah, Perusahaan Patungan, Dunia Usaha dan Penanaman
Modal.
Ketua : H Burhanuddin Harahap, wakil ketua : Mara Munte, sekretaris :
Emma Wibasari Pasaribu, anggota : Arjan Priyadi, Ajmain, Mara Abidin
Hasibuan, Hj. Ellya Rosa Siregar, dan Eka Purnama Sari.
3. Komisi C (Bidang Pembangunan)
Meliputi : Pekerjaan umum, Tata Kota, Pertamanan, Kebersihan,
Perhubungan, Pertambangan dan Energi, Perumbahan Rakyat dan
Lingkungan Hidup.
Ketua : Hj Siti Rohaya, wakil ketua : Osman Naibaho MSi, sekretaris :
Abdurahman Haiky, anggota : Marisi Ulises Hasibuan SH, Hj Siti Raudoh,
Ahyar P Simbolon, Trully Simanjuntak, Hj T Meliana dan Hj Juraidah
Harahap.
4. Komisi D (Bidang Kesejahteraan Rakyat)
Meliputi : Ketangakerjaan, Agama, Kebudayaan, Sosial, Kesehatan,
Kependudukan dan Keluarga Berencana, Transmigrasi, Pendidikan, Ilmu
Ketua : Suparji, wakil ketua : Kamaluddin Rambe, sekretaris : H Ilham,
anggota : Daniel Saut P Tambunan, Sri Indrajaya, Hj. Nurmaya Sofa
Tanjung, H Irham, Saurina R Pangaribuan dan Ahmad Saipul Sirait.
5.6 Badan-Badan
Jumlah Badan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok
Barat sebanyak 4 ( empat ) buah terdiri dari :
1. Badan Musyawarah
Badan musyawarah (Banmus) merupakan Alat Kelangkapan DPRD yang
bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada permulaan masa keanggotaan DPRD.
Anggota Badan Musyawarah ditetapkan setelah terbentuknya Pimpinan DPRD,
Komisi-komisi, Panitia Anggaran dan Fraksi. Anggota Badan Musyawarah terdiri
dari unsur fraksi berdasarkan perimbangan jumlah anggota dan
sebanyak-banyaknya tidak lebih dari setengah anggota DPRD. Badan Musyawarah
mempunyai tugas yaitu;
Memberikan pertimbangan tentang penetapan program kerja DPRD baik
diminta atau tidak.
Menetapkan kegiatan dan jadwal acara rapat DPRD
Memutuskan pilihan mengenai isi risalah rapat apabila timbul perbedaan
pendapat
Merekomendasikan pembentukan panitia khusus
Sesuai dengan Tata Tertib DPRD Kabupaten Labuhanbatu Ketua dan
Wakil Ketua DPRD karena jabatannya adalah Pimpinan Badan Musyawarah
sedangkan Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Badan
Musyawarah bukan anggota. Dengan demikian susunan Pimpinan dan
Keanggotaan Badan Musyawarah adalah sebagai berikut : Ketua : Dahlan
Bukhari, sekretaris : Agus Salim Siregar, anggota : Emma Wibasari Pasaribu, Sri
Indra Jaya, Marisi Ulises Hasibuan SH, H Ilham, Hj Siti Raudoh, Hj Juraidah
Harahap, Nurjannah Ritonga, Ahyar P Simbolon, Hj T Meliana, Parsono,
Abdurahman Haiky dan Mara Munte.
2. Badan Anggaran
Badan anggaran (Banggar) merupakan alat kelengkapan DPRD yang
bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan
DPRD. Badan Anggaran terdiri dari Pimpinan DPRD, satu wakil dari setiap
komisi dan utusan fraksi berdasarkan pertimbangan jumlah Anggota. Masa
keanggotaan Badan Anggaran dapat dirubah setiap tahun. Badan Anggaran
mempunyai tugas yaitu;
Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala Daerah dalam
selambatlambatnya lima bulan sebelum ditetapkannya anggaran
pendapatan dan belanja daerah berupa poko-pokok pikiran DPRD.
Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala Daerah dalam
mempersiapkan penetapan, perubahan dan perhitungan APBD sebelum
ditetapkan dalam rapart paripurna.
Memberikan saran dan pendapat kepada DPRD mengenai para rancangan
APBD, rancangan APBD baik penetapan, perubahan dan perhitungan
APBD yang telah disampaikan Kepala Daerah
Memberikan saran dan pendapat terhadap rancangan perhitungan anggaran
yang oleh Kepala Daerah kepada DPRD
Menyusun anggaran belanja DPRD dan memberikan saran terhadap
penyusunan anggaran belanja sekretariat DPRD
Sesuai dengan Tata Tertib DPRD Kabupaten Lombok Barat Ketua dan
Wakil Ketua DPRD karena jabatannya adalah Pimpinan Badan Anggaran
sedangkan Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Badan Anggaran
bukan anggota. Dengan demikian susunan Pimpinan dan Keanggotaan Badan
Anggaran adalah sebagai Berikut : Ketua : Dahlan Bukhari, sekretaris : Agus
Salim Siregar, anggota : Ilham Pohan, Osman Naibaho, HM Arsyad Rangkuti,
Muniruddin, Hj Siti Rohaiya, Burhanuddin Harahap, Saurina R Pangaribuan,
Irham Nasution, Kamaluddin Rambe, Aminuddin Manurung, Suparji dan Ahmad
3. Badan Legislasi
Badan Legislasi (Baleg) dibentuk oleh DPRD pada permulaan masa
keanggotaan DPRD dan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap.
Jumlah anggotanya ditetapkan dalam rapat paripurna menurut perimbangan dan
pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. Pimpinan Badan Legislasi terdiri dari
l (satu) orang Ketua dan paling banyak 3 (tiga) dan dipilih dalam rapat Badan
Legislasi yang dipimpin oleh Pimpinan DPRD Kabupaten setelah susunan dan
keanggotaan Badan Legislasi ditetapkan.
Badan Legislasi dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada
Pimpinan DPRD. Tugas Badan Legislasi adalah memberikan pertimbangan dan
menyelesaikan rancangan Peraturan Daerah yang disusun antara DPRD dan
Eksekutif berdasarkan program prioritas melalui koordinasi dengan komisi
dan/atau panitia khusus. Badan Legislasi (Baleg) dipimpin oleh Eka Purnamasari
dan anggotanya adalah Daniel SP Tambunan, Arjan Priyadi, Mara Abidin
Hasibuan, Ajmain, Hj Juraidah Harahap, Parsono dan Marisi Ulises Hasibuan SH.
4. Badan Kehormatan
Badan Kehormatan (BK) merupakan alat kelengkapan DPRD yang
bersifat tetap dan ditetapkan dengan keputusan DPRD. Anggotanya Badan
Kehormatan dipilih dari dan oleh anggota DPRD dengan jumlah lima (lima) 5
Tugas Badan Kehormatan adalah mengamati, mengevaluasi, disiplin, etika
dan moral para anggota DPRD dalam rangka menjaga martabat, kehormatan
sesuai dengan kode etik DPRD. Dalam melaksanakan tugasnya Badan
Kehormatan dapat menyampaikan rekomendasi kepada Pimpinan DPRD berupa
rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti adanya pelanggaran yang dilakukan
anggota DPRD. Badan Kehormatan (BK) diketuai Mara Abidin Hasibuan,
anggota Ilham Pohan, Saurina R Pangaribuan, Irham Nasution dan Hj Siti
Raudoh.
5.7 Panitia-Panitia
Pimpinan DPRD dapat membentuk alat kelengkapan lain apabila
diperlukan yang bersifat tidak tetap berupa Panitia Khusus dengan Keputusan
DPRD. Anggota Panitia Khusus terdiri atas anggota komisi terkait yang mewakili
semua unsur fraksi. Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Panitia Khusus dipilih dari
dan oleh anggota. Dalam melaksanakan tugas Panitia Khusus bertanggungjawab
kepada Pimpinan DPRD. Masa kerja Panitia Khusus ditetntukan oleh Pimpinan
DPRD.
5.8 Kegiatan Komisi-Komisi
Pada tiap masa sidang, komisi-komisi DPRD telah melakukan beberapa
kegiatan seperti diskusi dan rapat kerja dengan masing-masing mitra kerja komisi,
hearing, monitoring, dan kunjungan kerja dalam daerah serta melaksanakan