• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 TERMINOLOGI JUDUL - Museum Sejarah dan Seni Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 TERMINOLOGI JUDUL - Museum Sejarah dan Seni Medan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1 TERMINOLOGI JUDUL

Judul proyek yang direncanakan adalah “Museum Sejarah Dan Seni Medan”.

Pengertian kata demi kata judul proyek ini adalah :

Museum : gedung yg digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut

mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat

menyimpan barang kuno

Sejarah : pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di

masa lampau; ilmu sejarah

Seni : karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, seperti tari, lukisan,

ukiran; seniman tari sering juga menciptakan -- susastra yang indah.

Medan : ibukota provinsi Sumatera Utara.

Jadi Museum Sejarah dan Seni Medan adalah suatu bangunan yang mewadahi

karya-karya di masa lampau baik dalam bentuk, suara, rupa (visual) yang memiliki nilai sejarah

yang tinggi agar masyarakat khususnya masyarakat Medan dapat berkunjung di museum ini.

2.2 TINJAUAN UMUM

2.2.1 Museum

Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia, Museum adalah institusi permanen dalam

hal melayani dan mengembangkan masyarakat, terbuka untuk umum yang mempelajari,

mengawetkan, melakukan penelitian, melakukan penyampaian kepada masyarakat dan

pameran untuk tujuan pembelajaran, pendidikan, rekreasi, dan memberikan tahukan asset-aset barang berharga yang nyata dan “tidak nyata” tentang lingkungannya kepada masyarakat.

Menurut Association of Museum (1998) definisi tentang museum adalah museum

membolehkan orang untuk melakukan penelitian untuk inspirasi, pembelajaran, dan

kesenangan. Museum adalah badan yang mengumpulkan, menyelamatkan dan menerima

artefak dan specimen dari orang yang dipercaya oleh badan museum.

Definisi yang terdahulu menurut Association of Museum “Museum merupakan sebuah

badan yang mengumpulkan, mendokumentasikan, melindungi, memamerkan dan

(2)

Secara Etimologi kata museum berasal dari bahasa latin yaitu “museum” (“musea”). Aslinya dari bahasa Yunani mouseion yang merupakan kuil yang dipersembahkan untuk

Muses (dewa seni dalam mitologi Yunani), dan merupakan bangunan tempat pendidikan

dan kesenian, khususnya institut untuk filosofi dan penelitian pada perpustakaan di

Alexandria yang didirikan oleh Ptolomy I Soter 280 SM.

Museum mengumpulkan dan merawat benda-benda ilmu pengetahuan alam,

bendabenda seni, dan benda-benda yang memiliki sejarah penting agar tampak bernilai dan

untuk dipamerkan kepada masyarakat umum melalui pameran permanen atau temporer.

Museum besar terletak di kota besar dan museum lokal berada di kota kecil.

Kebanyakan museum menawarkan program dan kegiatan yang menjangkau seluruh

pengunjung, termasuk orang dewasa, anak-anak, seluruh keluarga, dan tingkat profesi lainnya.

Program untuk umum terdiri dari perkuliahan atau pelatihan dengan staf pengajar,

orang-orang yang ahli, dengan film, musik atau pertunjukan tarian, dan demontrasi dengan

teknologi.

Museum memiliki berbagai tipe dilihat dari jenis koleksi yang dimilikinya.

Kategorinya meliputi barang-barang kesenian (seni lukis, patung) , arkeologi, antropologi,

etnologi, sejarah, sejarah militer,spesialisasi, virtual, numismatis, botani, zoology, prangko.

Juga ada museum dengan kategori khusus seperti museum seni modern, museum sejarah

lokal, museum penerbangan, pertanian, atau geologi.

Jenis-jenis museum berdasarkan jenis koleksi yang dimilikinya antara lain :

1. Museum Seni juga dikenal sebagai sebuah galeri seni , merupakan sebuah ruang

untuk pameran seni , biasanya merupakan seni visual , dan biasanya terdiri dari

lukisan , ilustrasi , dan patung . Koleksi dari lukisan dan dokumen lama biasanya tidak

dipamerkan didinding , akan tetapi diletakkan di ruang khusus .

2. Museum Sejarah merupakan museum yang memberikan edukasi terhadap sejarah

dan relevansinya terhadap msa sekarang dan masa lalu . Beberapa museum sejarah

menyimpan aspek kuratorial tertentu dari sejarah dari daerah lokal tertentu . Museum

jenis ini memiliki koleksi yang beragam termasuk dokumen , artefak , seni, benda

arkeologi .

3. Museum Maritim merupakan museum yang menspesialisasi terhadap objek yang

berhubungan dengan kapal , dan perjalanan di laut dan danau .

(3)

5. Museum sejarah alam merupakan museum yang memamerkan dunia alam yang

memiliki fokus di alam dan budaya . Pada umumnya memberi edukasi yang berfokus

pada dinosaurus , sejarah kuno , dan antropologi .

6. Museum Open Air merupakan museum yang mengkoleksi dan membangun kembali

bangunan tua di daerah terbuka luar . Biasanya bertujuan untuk menciptakan kembali

bangunan dan suasana lansekap masa lalu.

7. Science Museum merupakan museum yang membahas tentang seputar masalah

scientific , dan sejarahnya . Untuk menjelaskan penemuan-penemuan yang kompleks ,

pada umumnya digunakan media visual . Museum jenis ini memmungkinkan memiliki

studioIMAX yang merupakan studio visual tiga dimensi

8. Museum Spesialisasi merupakan museum yang menspesialisasikan pada topic

tertentu . Contoh museum ini adalah museum musik , museum anak , museum gelas,

dsb .Museum ini pada umumnya memberi edukasi dan pengalaman yang berbeda

dibandingkan museum lainnya .

9. Museum Virtual merupakan museum yang berada di dunia maya berupa internet

dimana tidak memiliki fisik museum dan isinya hanya berupa data .

Dalam kongres majelis umum ICOM (International Council of Museums) sebuah

organisasi internasional di bawah UNESCO, menetapkan definisi museum sebagai

berikut: “Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan

dalam melayani masyarakat, terbuka untuk umum, memperoleh, mengawetkan,

mengkomunikasikan dan memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungan untuk tujuan pendidikan, pengkajian dan hiburan.” Kedudukan museum di Indonesia sekarang di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

2.2.2 Sejarah Permuseuman di Indonesia

Berdirinya suatu museum di Indonesia dimulai tahun 1778 dengan didirikannya

Museum Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Westenschappen di Batavia (sekarang

Jakarta). Karena mulai dilakukannya penelitian benda-benda warisan budaya di Indonesia

yang telah dikumpulkan. Pada tahun 1915 didirikannya Museum Sono Budoyo diYogyakarta.

Jumlah museum yang terdapat di Indonesia kurang lebih 30 buah sampai akhir Perang Dunia

II. Jumlah itu terus bertambah setelah kemerdekaan Indonesia dan tujuan pendiriannya

berubah dari tujuan untuk kepentingan pemerintah penjajah menjadi untuk kepentingan

(4)

Pada tahun 1964 urusan museum ditingkatkan menjadi Lembaga Museum-museum

Nasional, kemudian pada tahun 1966 Lembaga Museum-museum Nasional diganti menjadi

Direktorat Museum dalam lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan. Dalam rangka

pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia maka:

 Pada tahun 1971 Direktorat Permuseuman mengelompokan museum-museummenurut

jenis koleksinya menjadi tiga jenis yaitu Museum Umum, Museum Khusus dan

Museum Lokal.

 Pada tahun 1975 pengelompokan itu diubah menjadi Museum Umum, dan Museum

Khusus, dan Museum Pendidikan.

 Pada tahun 1980 pengelompokan itu disederhanakan menjadi Museum Umum, dan Museum Khusus.

Berdasarkan tingkat kedudukan Direktorat Permuseuman mengelompokan Museum

Umum dan Museum Khusus menjadi Museum tingkat Nasional, Museum Regional(propinsi)

dan Museum tingkat Lokal (kodya/kabupaten). Menurut catatan, pada tahun 1981 di

Indonesia terdapat 135 buah museum.

Dalam era pembangunan program pengembangan permuseuman dilakukan melalui:  PELITA I dengan proyek rehabilitasi dan perluasan museum pada museum pusat

(Museum Nasional) dan Museum Bali (Denpasar).

 PELITA II sampai tahun kedua (1975/1976) program proyek dilanjutkan padasebelas

lokasi dan sampai tahun kelima mencapai 26 lokasi (propinsi).

 Pada PELITA II proyek rehabilitasi dan perluasan diganti menjadi proyek

pengembangan permuseuman dengan tugas yang lebih luas yaitu selain membina dan

mengembangkan museum yang dikelola oleh swasta dan museum pemerintah daerah.

Pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia Khususnya museum

dilingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan meliputi bidang kolekasi, fisik

bangunan, ketenagaan, sarana penunjang, fungsionalisasi dan peranan museum sebagai

museum pembinan museum daerah dan swasta.

2.2.3 Garis Besar Kebijakan Permuseuman di Indonesia 1984-1989

Rencana induk permuseuman di Indonesia adalah perwujudan hasil pemikiran

dibidang pembinaan dan pengembemangan permuseuman secara garis besar sebagailandasan

dan pedoman pengembangan Museum nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus di

(5)

Rencana induk permuseuman ini mencakup kebijaksanaan program-program

pegembangan Museum Nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus dengan penekanan

pada REPELITA IV, dan dengan berpedoman kepada sasaran yang ingin dicapai pada akhir REPELITA V, yaitu kesiapan “tinggal landas”. Pengembangan permuseuman di Indonesia pada kurun waktu REPELITA IV pada dasarnya merupakan kelanjutan dan peningkatan

usaha penekanan pada pembinaan REPELITA sebelumnya dan memberi tekanan pada

pembinaan dan pengembangan suatu sistem permuseuman nasional yang dijiwai falsafah

Pancasila dan berdasarkan kepadaUndang-Undang Dasar 1945.

Kebijakan permuseuman mencakup kebijaksanaan pengembangan Museum Nasional,

Museum Umum, dan Museum Khusus dalam bidang-bidang koleksi, fisik,ketenagaan, sarana

penunjang, dan fungsionalisasi. Untuk Museum Nasional dan Museum Propinsi

dikembangkan pula peranannya sebagai museum pembina. Kebijakan pengembangan

permuseuman Indonesia juga berpegang kepada rumusan ICOM mengenai fungsi museum

yaitu:

 Mengumpulkan dan pengamanan warisan alam dan budaya  Dokumentasi dan penelitian ilmiah

 Konservasi dan preservasi

 Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum  Pengenalan dan penghayatan kesenian

 Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa  Visualisasi warisan alam dan budaya

 Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia

 Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

Fungsi di atas menunjukan bahwa warisan sejarah budaya dan warisan sejarah alam perlu

dipelihara dan diselamatkan dengan demikian dapat dibina nilai-nilai budaya nasional yang

dapat memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggaan nasional serta

memperkokoh kesatuan nasional.

2.2.4 Landasan Kebijaksanaan

1. Landasan Idial

Landasan Idial permuseuman adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari landasan

idial pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional yaitu Landasan idial Pancasila,

(6)

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial….”

2. Landasan Konstitusional

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31:

(1). Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran

(2). Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional

yang diatur oleh undang-undang. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32: “Pemerintah

memajukan kebudayaan nasional Indonesia” hal ini mengandung arti seperti disebut dalam

penjelasan pasal tersebut.

3. Landasan Operasional

Sejalan dengan Garis-Garis Besar haluan Negara (Ketetapan MPR No.II/MPR/1983)

landasan operasional pembinaan dan pengembangan kebudayaan termasuk pembinaan

penghayatan Kepercayaan Terhadap Yang Maha Esa, antara lain menyebutkan.

• Nilai budaya Indonesia yang mencerminkan nilai tukar bangsa harus dibina dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengamalan pancasila,

memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebangsaan

nasional serta memperkokoh jiwa persatuan.

• Kebudayaan nasional terus dibina dan diarahkan pada penerapan nilai-nilai kepribadian bangsa yang berlandaskan pancasila.

• Dengan tumbuhnya kebudayaan yang berkeribadian nasional maka sekaligus dapat dicegah dengan nilai-nilai social budaya yang bersifat feudal dan kedaerahan yang

sempit serta ditanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negative sedang dilain

pihak ditimbulkan.

2.2.5 Luas Area Museum

Museum merupakan bangunan publik . Oleh karena itu luasan museum diukur dari

banyaknya penduduk lokal daerah tersebut . Walupun begitu , juga terdapat beberapa

museum yang luas di daerah dengan penduduk yang sedikit , begitu juga sebaliknya

Pendistribusian luas areal museum baru harus sesuai dengan pembagian yang merata,

(7)

pameran. Menurut Laurence Vail Coleman dalam Mueum Buildings Standar luasan

museum berdasarkan jumlah penduduk lokal adalah :

2.2.6 Perkembangan Seni di Indonesia

Perkembangan kesenian Indonesia mencakup berbagai bentuk, gerak,suara dan

rupa (visual). Menurut Hegel, perkembangan seni mengakibatkan tumbuhnya

bermacam-macam seni. Seni adalah cerminan jiwa yang menyatukan kehidupan cipta

yang dibatasi oleh ruang yang terwujud menjadi benda-benda kasat mata(Suwaji B.

1990:36).

A. Sifat – Sifat Umum Seni Rupa Indonesia

1. Bersifat tradisional/statis

Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk kesenian yang berpegang

pada suatu kaidah yang turun temurun

2. Bersifat Progresif

Dengan adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering dipengaruhi

kebudayaan luar yang kemudian di padukan dan dikembangkan sehingga menjadi

milik bangsa Indonesia sendiri

3. Bersifat Kebinekaan

Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan lingkungan dan alam yang

berbeda, sehingga melahirkan bentuk ungkapan seni yang beraneka ragam

4. Bersifat Seni Kerajinan

Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam – macam bahan

untuk membuat kerajinan

5. Bersifat Non Realis

Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada ungkapan seni yang

Populasi Luas area museum

10.000 jiwa 650m2 - 1300m2 25.000 jiwa 1115m2 - 2230m2 50.000 jiwa 1800m2 – 3600m2 50.000 jiwa 2700m2 – 5500m2 250.000 jiwa 4830m2 – 9800m2 500.000 jiwa 7600m2 – 15000m2 >1.000.000 jiwa 12000m2 – 23500m2

(8)

selalu bersifat perlambangan / simbolisme

B. Seni Rupa Prasejarah Indonesia

Jaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber – sumber

atau dokumen – dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang

kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa

Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme

yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat simbolisme) Jaman

prasejarah Indonesia terbagi atas: Jaman Batu dan Jaman Logam.

1. Seni Rupa Jaman Batu

Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman batu

menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum), kemudian berkembang

kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman megalithikum (Batu Besar)

Peninggalan – peninggalannya yaitu:

a. Seni Bangunan

Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup

mengembara (nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food gathering)

tanda – tanda adanya karya seni rupa dimulai dari jaman Mesolithikum. Mereka sudah

memiliki tempat tinggal di goa – goa. Seperti goa yang ditemukan di di Sulawesi

Selatan dan Irian Jaya. Juga berupa rumah – rumah panggung di tepi pantai, dengan

bukti – bukti seperti yang ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit – bukit

kerang (Klokkenmodinger) sebagai sisa – sisa sampah dapur para nelayan Kemudian

jaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanah dan berternak (food

producting) serta bertempat tinggal tinggal di rumah – rumah kayu / bambu. Pada

jaman megalithikum banyak menghasilkan bangunan – bangunan dari batu yang

berukuran besar untuk keperluan upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofaq,

meja batu, dll.

b. Seni Patung

Seni patung berkembang pada jaman Neolithikum, berupa patung – patung nenek

moyang dan patung penolak bala, bergaya non realistis, terbuat dari kayu atau batu.

Kemudian jaman megalithikum banyak itemukan patung – patung berukuran besar

bergaya statis monumental dan dinamis piktural

(9)

Dari jaman Mesolithikum ditemukan lukisan – lukisan yang dibuat pada dinding gua

seperti lukisan goa di Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Irian Jaya. Tujuan lukisan

untuk keperluan magis dan ritual, seperti adegang perburuan binatang lambing nenek

moyang dan cap jari. Kemudian pada jaman neolithikum dan megalithikum, lukisan

diterapkan pada bangunan – bangunan dan benda – benda kerajinan sebagai hiasan

ornamentik (motif geometris atau motif perlambang).

2. Seni Rupa Jaman Logam

Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu, Karena banyak ditemukan

benda – benda kerajinan dari bahan perunggu seperti ganderang, kapak, bejana, patung

dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan teknik mengecor (mencetak) yang

dikenal dengan 2 teknik mencetak:

o Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisaa di ualng berulang

o Acire Perdue, ialah teknim mengecor yang hany satu kali pakai (tidak bisa

diulang)

C. Seni Rupa Indonesia Hindu

Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar abad

pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik. Pusat

perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur (akulturasi)

dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan istana dan feodal). Prose akulturasi

kebudayan India dan Indonesia berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu yang

lama, yaitu dengan proses:

o Proses peniruan (imitasi)

o Proses Penyesuaian (adaptasi)

o Proses Penguasaan (kreasi)

1. Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu

a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja

(kultus Raja)

b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama

c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber

hukum agama (Silfasastra)

(10)

2. Karya Seni Rupa Indonesia Hindu

 Bangunan Candi

Candi berasala dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Dugra). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk memuliakan

Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati.  Bangunan pura

Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali.

Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh

dari candi penataran.

 Bangunan Puri

Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat

keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat

kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb.

D. Seni Rupa Indonesia Islam

Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari

India, Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus memperkenalkan

kebudayaannya masing – masing, maka timbul akulturasi kebudayaan.Seni rupa Islam

juga dikembangkan oleh para empu di istana – istana sebagai media pengabdian

kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya dengan penyebaran

agama Islam, para walipun berperan dalam mengembangkan seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah Islam disampaikan dengan media seni wayang.

1. Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam

a. Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian

kepada Raja / sultan

b. Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha)

c. Berperan

2. Karya Seni Rupa Indonesia Islam

A. Seni Bangunan

 Mesjid

Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas bersusun ganjil

(seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap mesjid Agung Demak dan

(11)

 Istana

Istana / keraton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat pemerintahan. Pusat

kegiatan agama dan budaya. Komplek istana bisaanya didirikan di pusat kota yang

dikelilingi oleh dinding keliling dan parit pertahanan.

 Makam

Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh dari tradisi

non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk makam seperti punden

berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada nisannya yang diberi hiasan motif

gunungan atau motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India yaitu pada

makam yang beratap sungkup.

B. Seni Kaligrafi

Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam

menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat – ayat suci Al –Qur’an. Berdasarkan fungsinya seni kaligrafi dibedakan menjadi, yaitu:

 Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan  Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar

 Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan seperti kaligrafi karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli

C. Seni Hias

Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis,

maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau diformasi

(disederhanakan) dengan bentuk tumbuh – tumbuhan.

E. Seni Rupa Indonesi Modern

Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan seni yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Dalam perkembangannya

sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan.

 Aliran – Aliran Seni Lukis

Aliran seni lukis muncul di eropa pada abd ke 19 yang dipengaruhi oleh

(12)

kemudian dijadikan kaidah seni yang berlaku dalam ikatan kelompok pendukungnya,

maka lahirlah suatu aliran atau faham dalam seni:

1. Kalsisisme, cirinya: Objek lukisan seperti dibuat – buat dekoratif, berkesan indah dan

elok. Tokohnya: Watteau, Ringaud, Viee Lebrun, Fragnorad dan Marisot Boucher

2. Neoklasisisme, cirinya objek lukisan sekitar lingungan istana dan tokoh agama,

bersifat intelektual dan akademis. Semua bentuk dibatasi dengan garis nyata, berkesan

tenang dan agung. Pelopornya Louis Davis kemudian dilanjutkan oleh Ingres

3. Romantisme, cirinya: bertemakan tentang cerita yang dahsyat atau kegemilangan

sejarah dan peristiwa yang menggugah perasaan, emosional kaya dengan warna dan

kontras cahaya, kesan gerak lebih menonjol bahkan melebihi kejadian sebenarnya.

Tokohnya: Teodore Gericault, Delaxroix, Cemille Corot, Rouseau. Millet dll

4. Realisme, cirinya: mengungkapkan kejadian yang sebenarnya dengan objek lukisan

tentang rakyat jelata, kemiskinan atau kepahitan hidup, penderitaan dan kesibukan –

kesibukan, tokohnya Gustave Courbet dan George Hendrik Breitner

5. Naturalisme, cirinya: melukis objek alam / pemandangan secara visual (forografis)

tanpa ada penafsiran lain. Pelukisnya; Rudolf Bonnet, Le Mayeur, R. Locatelli dab

Albercth Durer

6. Improsionisme, cirinya: melukis kesan alam secara langsung dan cepat berdasarkan

kaidah hukum cahaya, garis kontur / blabar dan kaya dengan warna, pelukisnya :

Claude Monet, Degas, Pisarro dll

7. Pointilisme, cirinya: melukis dengan teknik bintik – bintik kecil untuk menampilkan

efek cahaya dan warna, pelukisnya Seurat

8. Ekspresionisme, cirinya : hasil ungkapan emosi dan perasaan objeknya menyimpang

dari bentuk alam, spontanitas dan kecepatan dalam melukis dana menggunakan warna

secara murni. Pelopornya ialah Vincent, Van Gogh dan para pengikutnya: Emil Nolde,

Karl Scmidt dan Mondesohn

9. Kubisme, ada dua jenis yaitu Kubisme Analitis cirinya objek lukisan menyerupai

susunan balok / kubus yang berkesan 3 dimensi, dan kubisme sintesis cirinya objek

lukisan menyerupai susunan bidang trasparan yang berkesan 2 dimensi. Pelukisnya

Pablo Picasso, George Braque, Jan Gris, dan Fernand Leger

10.Futurisme, cirinya: menampilkan kesan gerak pada objek dengan cara pengulangan

(13)

11.Abstrak, cirinya melukis hasil ungkapan batin yang tidak ada identifikasinya di dunia

nyata dengan mempergunakan kesatuan garis, bidang, warna dan unsur seni rupa

lainnya. Pelukisnya : Wassily Kadinsky, Piet Mondrin dan Malevich

12.Dadaisme, cirinya: lukisan seperti kekanak – kekanakan, nihilistic, naïf, lucu, menolak

hukum seni dan keindahan. Pelopornya Paul Klee

13.Surrealisme, cirinya: objek lukisan tampak aneh dan asing seolah – olah hanya

terdapat di alam impian , pelukisnya Salvador dali, Marc Ghagall Joan Miro dll.

14.Pop Art, cirinya: berkesan seolah – olah sindiran, karikatur, humor dan apa adanya

dari objek aa saja dapat ditampilkan walaupun tidak lajim dalam karya seni,

senimannya Tom Waselman, Cristo dan lain – lain

15.Optical Art, cirinya: termasuk seni non objektif dengan menampilkan bentuk – bentuk

geometris atau garis – garis yang diulang secara teratur rapih dan terperinci dengan

warna – warna cemerlang pelukisnya: Jackson Pollok, William de Kooning dan Andy

Warhol.

2.2.7 Pentingnya Sejarah dan Seni

“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” (Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno). Dari kutipan berikut jelas bahwa sejarah

adalah titik tolak ukur untuk menghadapi masa depan agar kita selalu menjadikan

masa lalu sebagai pengalaman yang berharga. Arsitektur terkait dengan seni baik

secara bentuk, structural dan rupa. Oleh karena itu, perlu sebuah tempat atau wadah

untuk menunjukkan sejarah dan seni Indonesia pada masyarakat dengan menyediakan

museum untuk dijadikan tempat berkunjung dan mencari pengetahuan.

2.3 TINJAUAN KASUS PROYEK

Museum sejarah pada umumnya berbeda dengan museum seni karena museum sejarah

lebih bersifat edukatif sedangkan museum seni lebih bersifat kreatif dan rekreatif. Tetpai

keduanya memiliki kesamaan yang paling mendasar yaitu sebagai tempat mengoleksi

benda-benda yang memiliki nilai sejarah dan seni yang cukup tinggi untuk dipamerkan

pada pengunjung.

Sebuah museum tidak hanya sebagai tempat untuk berkunjung melihat benda-benda,

tetapi juga sebagai sarana umum yang bersifat mendidik dan tempat untuk meneliti

(14)

orang dapat merasakan dan melihat benda-benda tersebut secara langsung.

Faktor keamanan merupakan faktor penting dalam museum agar dapat menjamin

keamanan benda-benda yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan

keamanan museum dengan membuat sistem kamera cctv dan penjagaan yang ketat.

2.4 TINJAUAN KELAYAKAN

2.4.1 Kelayakan Fungsional

Keberadaan museum saat ini sangat diperlukan di Medan dapat membawa

keuntungan besar bagi Pemerintahan Medan itu sendiri, tidak hanya itu, warga Kota

Medan juga sangat merasa senang dengan keberadaan museum itu sebab selain

menambah ilmu pengetahuan mereka juga dapat menikmati rekreatif dengan melihat

sejarah Negara kita terkhusus sejarah Kota Medan.

Minat warga untuk datang ke museum tidak terlalu tertarik dikarenakan unsur

tertentu misalnya, sarana museum yang kurang memadai, pusat pencarian data dan

penelitian tidak tersedia, fasilitas pendukung yang tidak tersedia, dan ruang luar yang

kurang baik. Hal ini yang membuat masyarakat lebih memilih browsing internet untuk

mencari data dari pada dating ke museum.

Kegiatan yang diharapkan terjadi di museum adalah:

- Dapat melihat secara langsung benda-benda dan karya-karya sejarah dan benilai seni.

- Pusat penelitian dan penyimpanan data yang kongkrit

- Menjadi salah satu tempat wisata yang bersifat edukatif

- Dapat menikmati ruang luar yang bisa digunakan untuk fasilitas lain

Pengelolaan Museum Sejarah dan Seni Medan ini sangat diharapkan kepada

pemerintah dan warga untuk saling menjaga sarana kita bersama untuk kepentingan

bersama.

2.4.2 Kelayakan Proyek

Sebagai salah satu daerah kunjungan wisata di Sumatera Utara, Medan memiliki

keunikan tersendiri karena merupakan daerah wisata yang didominasi oleh tujuan wisata

bisnis, sekaligus kota Medan juga merupakan pintu gerbang bagian barat daerah tujuan

wisata di Indonesia (termuat dalam Tap MPR No.11/MPR/1983). Dalam era globalisasi

(15)

memiliki sebuah sarana pendidikan yang berfungsi untuk menyediakan sarana umum

untuk tempat menyimpan barang-barang bersejarah dan karya-karya seni yang akan dapat

meningkatkan nilai jual pariwisata kota Medan.

Hal tersebut yang menjadi dasar dalam perencanaan Museum Sejarah dan Seni

Medan yang akan menampung benda-benda dan karya seni yang ada di Medan. Dengan

demikian sangat peting bagi warga dan pemerintah Medan terhadap perencanaan

museum ini.

Beberapa alas an untuk memperkuat perencanaan museum ini didirikan di Medan

adalah:

- Museum di Medan saat ini telah berkurang peminatnya

- Sarana dan prasarana di bidang edukatif di Medan ini masih belum memadai

- Pelaksanaan tujuan wisata ke daerah Sumatera Utara yang termuat dalam Tap MPR

No.11/MPR/1983.

-2.4.3 Kelayakan Lokasi

Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat penting dalam menempatkan sebuah

museum di mudan dikarenakan bangunan ini memerlukan lahan yang luas dan sebisa

mungkin mudah untuk dijangkau oleh semua warga di belahan kota Medan. Hal yang

dijadikan prinsip pemilihan lokasi antara lain :

- Berada di daerah yang sesuai dengan peruntukan site dan strategis baik dalam

pencapaian dan prasarana

- Berada di kawasan kota Medan yang sudah di pertimbangkan untuk pencapaian

- Dapat mengakomodasi kegiatan yag akan terjadi di dalam dan di luar museum

(16)

2.5 TINJAUAN LOKASI

Ada pun lokasi-lokasi yang diusulkan untuk menjadi site proyek adalah :

2.5.1. Usulan Lokasi 1 : Jln. A.H. Nasution

Data Site:

 Luas Site : ± 7 Ha

 Peruntukkan Lahan: Lahan Kosong  Batas-batas:

- Utara : Jln. A.H. Nasution - Selatan : Pemukiman

- Timur : Asrama Haji Medan - Barat : Jln. Karya Budi Gambar 2.5.1 : Lokasi Jalan A.H Nasution

Sumber : CAD Medan 2008

(17)

Gambar 2.5.4 : Lokasi Jl. Perintis Kemerdekaan

Sumber : Cad Medan 2008 2.5.2. Usulan Lokasi 2 : Jalan Perintis Kemerdekaan

Batas- batas:

- Utara : Jalan Perintis Kemerdekaan

- Timur : Jalan Timor

- Selatan : Rumah Penduduk

- Barat : Jalan Gaharu

Luas Lahan : ± 5 Ha

Posisi terhadap Struktur Ruang Kota:

- Berada pada kecamatan Medan Timur

- Berdasarkan WPP E dengan fungsi permukiman,

pendidikan, perkantoran, perdagangan, konservasi,

rekreasi, lapangan golf dan hutan kota.

(18)

Gambar 2.5.5 : Batas Lokasi Jl. Perintis Kemerdekaan

Sumber : Google Earth 2009

Gambar 2.5.6 : Lokasi Jl. Gedung Arca Sumber : Cad Medan 2008

2.5.3. Usulan Lokasi 3 : Jalan Gedung Arca, Teladan

Batas- batas:

- Utara : Jalan H.M. Joni

- Timur : Pernukiman warga

- Selatan : Kampus ITM Medan

- Barat : Permukiman warga

Luas lahan : ± 2.5 Ha

Posisi terhadap Struktur Ruang Kota:

- Berada di kawasan Medan perjuangan

- Berdasarkan WPP C dengan fungsi perdagangan,

(19)

Karakteristik lokasi

Lokasi

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Tata Guna Lahan - Permukiman, pendidikan,

Tingkatan Jalan Jalan Primer

(3)

Jalan Primer

(3)

Sub jalan / arteri jalan

(3)

Pencapaian Jalan A.H. Nasution

(3)

(20)

2.6 TINJAUAN PENGGUNA

2.6.1 Tinjauan Fungsi Pengguna dan Kegiatan

a. Pelaku Kegiatan

Pelaku dan pengguna museum sejarah dan seni ini adalah :

 Pengunjung  Pengelola  Peneliti  Service

b. Kegiatan

 Kegiatan Utama adalah kegiatan yang mendasar yang dilakukan oleh pelaku

kegiatan. Beberapa kegiatan yang terjadi berdasarkan sifatnya adalah :

- Edukatif : bersifat lebih mendidik dan menambah pengetahuan. - Rekreatif : bersifat lebih menghibur (refreshing).

- Kreatif : bersifat menambah kemampuan otak leih aktif.

 Kegiatan Pendukung adalah kegiatan yang menunjang kegiatan utama sebagai

fasilitas tambahan untuk mendukung kegiatan utama. Beberapa kegiatan

pendukung adalah :

- Pameran

- Souvenir dan Reatil

- Pusat data dan penelitian umum - Taman dan Ruang luar

2.6.2 Kebutuhan Ruang

Kebutuhan ruang yang ada timbul dari aktivitas yang berlangsung di dalam

bangunan. Dan aktivitas yang dilakukan dikelompokkan berdasarkan fungsi yang

tersedia. Fungsi yang terdapat pada bangunan ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu fasilitas

utama dan pendukung. Fasilitas utama melayani fungsi utama yang direncanakan akan

diakomodasi oleh manajemen museum ini sedangkan fasilitas pendukungnya melayani

fungsi utama dan fungsi lain yang diperhitungkan akan mampu menyokong keberhasilan

fungsi utama.

Kebutuhan ruang dari museum sejarah dan seni ini adalah :

(21)

Ruang untuk meletakkan benda-benda sejarah dan seni untuk dipamerkan.

Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :

- Ruang galeri - Ruang simpan

- Ruang pembersihan dan perawatan

2. Ruang Pengelola

Ruang pengelola adalah area tempat kerja buat pengawas, karyawan yang

bekerja di museum tersebut. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :

- Ruang Manager

- Ruang Sekretaris Manager - Ruang Karyawan

- Ruang Rapat - Ruang tunggu - Loker

- Ruang istirahat - Ruang ganti

3. Ruang Diskusi

Ruang untuk melakukan diskusi, workshop, dan pembahasan materi yang

didiskusikan. Ruang yang dibutuhkan adalah:

- Ruang diskusi - Ruang workshop - Ruang fotografi

- Ruang penyimpanan bahan materi - gudang

4. Ruang Penelitian Umun dan Pusat Data

Ruang penelitian umum untuk meneliti benda-benda yang berkaitan dengan

bahan materi ilmiah yang didiskusikan sehingga menjadi penelitian yang dapat

(22)

untuk dijadikan pusat pencarian data yang akurat. Beberapa ruang yang

dibutuhkan adalah :

- Ruang penyimpanan buku - Ruang pencarian (komputer) - Ruang penelitian

- Ruang ganti

- Ruang penyimpanan - Loker

5. Ruang Service

Ruang yang mendukung fasilitas utama dengan fasilitas tambahan dan

pelayanan yang dapat men-suport semua kegiatan di museum. Beberapa ruang

yang dibutuhkan adalah :

- Kamar mandi - Toilet

- Janitor

- Ruang Penyimpanan alat - Ruang Mesin

- Ruang alat - Ruang Genset

6. Ruang Keamanan

Ruang keamanan untuk membantu keamanan museum. Beberapa ruang yang

dibutuhkan adalah :

- Ruang kontrol - Ruang security - Ruang ganti - Ruang istirahat - Ruang cctv

(23)

Gambar 2.6.1: Skema Pengunjung Sumber : asumsi

Gambar 2.6.2: Skema Pengelola Sumber : asumsi

2.6.3 Skema Sirkulasi Pengguna

1. Pengunjung

2. Pengelola

Parkir

Souvenir Cafe Ticketing

Hall/Gallery Zone Entrance

Lobby Tangga

Toilet

Food court

Out

Entrance

Parkir

Kantor

Souvenir Cafe

Toilet R. Pertemuan

Restauran

(24)

Gambar l 2.7.1.1 : Museum Nasional Indonesia Sumber : Google.com

Gambar 2.6.3: Skema Service Sumber : asumsi

3. Service

2.7 STUDI BANDING PROYEK SEJENIS

Beberapa studi banding proyek sejenis adalah :

2.7.1. Museum Nasional Indonesia

 Lokasi : Jl. Medan Merdeka Barat 12, Jakarta Pusat, DKI Jaya, Indonesia

 Berdiri tanggal : 24 april 1778

Museum Nasional Republik Indonesia adalah salah satu wujud pengaruh Eropa,

terutama semangat Abad Pencerahan, yang muncul pada sekitar abad 18. Gedung ini

dibangun pada tahun 1862 oleh Pemerintah Belanda di bawah Gubernur-Jendral JCM

Radermacher sebagai respons adanya perhimpunan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en

Wetenschappen yang bertujuan menelaah riset-riset ilmiah di Hindia Belanda. Museum ini

diresmikan pada tahun 1868, tapi secara institusi cikal bakal Museum ini lahir tahun 1778,

tepatnya tanggal 24 April, pada saat pembentukan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en

Wetenschappen oleh pemerintah Belanda. Radermacher menyumbang sebuah gedung yang Entrance

Parkir

R. Panel

Ruang Alat

Gudang Side Lobby

(25)

Gambar l 2.7.1.2 : Museum Nasional Indonesia Sumber : Google.com

bertempat di Jalan Kalibesar beserta dengan koleksi buku dan benda-benda budaya sehingga

menjadi dasar untuk pendirian museum.

Di masa pemerintahan Inggris di bawah pimpinan Sir Thomas Stamford

Raffles (1811-1816), yang juga berlaku sebagai Direktur dari Bataviaasch Genootschap van

Kunsten en Wetenschappen memerintahkan pembangunan gedung baru yang terletak di Jalan

Majapahit No.3. Gedung ini digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary

Society (dahulu bernama "Societeit de Harmonie".) Gedung ini sekarang berada di kompleks

Sekretariat Negara.

Pada tahun 1862, setelah koleksi memenuhi museum di Jalan Majapahit, pemerintah

Hindia-Belanda mendirikan gedung baru yang berlokasi di Jalan Merdeka Barat No.12.

Gedung ini dibuka untuk umum pada tahun 1868.

Museum Nasional dikenal sebagai Museum Gajah sejak dihadiahkannya patung gajah

perunggu oleh Raja Chulalongkorn dari Thailand pada 1871. Tetapi pada 28 Mei 1979,

namanya resmi menjadi Museum Nasional Republik Indonesia. Kemudian pada 17

September 1962, Lembaga Kebudayaan Indonesia yang mengelolanya, menyerahkan

Museum kepada pemerintah Republik Indonesia. Sejak itu pengelolaan museum resmi

oleh Direktorat Jendral Sejarah dan Arkeologi, di bawah Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan. Tetapi mulai tahun 2005, Museum Nasional berada di bawah pengelolaan

Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.

(26)

Gambar l 2.7.2.1 : Milwaukee Art Museum Sumber : Google.com

2.7.2. Milwaukee Art Museum

Judul Proyek : Milwaukee Art Museum

Lokasi : Milwaukee, USA

Arsitek : Santiago Calatrava

Fungsi : Museum Seni

Milwaukee Art Museum (MAM) berlokasi di dekat Danau Michigan, Wisconsin.

Dimulai sekitar 1872, ketika beberapa organisasi sepakat untuk menghadirkan sebuah

museum seni ke Milwaukee, pada saat kota tersebut mulai berkembang, namun tidak

memiliki satupun gallery seni. Pada tahun 1881, diadakan eksebisi seni di alun-alun

kota Milwaukee yang memang menjadi tempat utama dalam penyelenggaraan berbagai

event pada saat itu. Tak lama setelah itu, Alexander Mitchell mendonasikan seluruh

koleksinya untuk membangun sebuah museum seni permanen di kota tersebut.

Calatrava mengajukan desain di depan danau. Hal itu membentuk hubungan

antara kota Milwaukee dengan danau Michigan dan perluasan jalan Wisconsin hampir

ke danau. Perluasan bangunan Calatrava dengan memanfaatkan pencahayaan alami

dan terbuka sehingga dapat melihat view danau dari dalam gedung. Selasar

penghubung yang rendah dan transparan sehingga terjadi penghubung bangunan baru

(27)

Di dalam bangunan, pintu masuk hall sangat spektakuler. Permainan cahaya

yang melalui panel-panel kaca atapnya tidak membuat orang jenuh dan dari dalam kita

dapat memulai pandangan kita terhadap karya Calatrava sampai mendetail.

Interior bangunan menampilkan bentuk-bentuk yang sederhana, detail dan

finishingnya berulang-ulang. Bentuknya organik dan terus mengubah pandangan

orang yang berada di dalamnya. Berdiri di akhir pintu masuk, kita hampir merasakan

mengambang di atas danau.

Pintu masuk utama berbentuk parabolic, kaca yang menutupi aula dengan

langit-langit 90 kaki. The Burke Brise Soleil-nya dapat bergerak, sayap seperti Sun

Screen dengan kisi-kisi 72 baja, yang bertahan di atas kaca pada atap aula penerima

dan dapat mengendalikan cahaya pada bangunan. Kisi-kisi panjangnya dari 26 kaki

sampai 105 kaki, jika sayap brise soleil-nya melebar pada titik terlebar panjangnya

mencapai 217 kaki, dan beratnya 90 ton.

Desain Calatrava's sering terinspirasi oleh alam, yang menampilkan kombinasi

dari bentuk-bentuk organik dan inovasi teknologi. Milwaukee Art Museum ekspansi

menggabungkan beberapa elemen terinspirasi oleh lokasi danau Museum. Di antara

banyak unsur maritim dalam desain Calatrava adalah: kisi-kisi baja bergerak

terinspirasi oleh sayap burung.

Kesimpulan:

 Berada di depan sebuah danau

 Terbuka dan memanfaatkan cahaya matahari  Selasar didesain rendah dan transparan

 Berkesan organic dan berkombinasi teknologi  Entrance berbentuk parabolic

 Terinspirasi bentuk perahu layar dan burung

2.7.3. Aceh Tsunami Museum

Judul Proyek : Aceh Tsunami Museum

Lokasi : Indonesia

Arsitek : Ridwan Kamil

(28)

Gambar l 2.7.3.1 : Tsunami Aceh Museum Sumber : Google.com

Aceh Tsunami Museum berlokasi di kota Banda Aceh NAD yang didesain

sebagai simbol untuk memperingati bencana gempa dan tsunami di Samudera Hindia

tahun 2004, dan juga sebagai pusat pendidikan dan tempat perlindungan untuk

berjaga-jaga jika area tersebut terkena tsumani lagi di kemudian hari.

Museum Tsunami ini dirancang oleh arsitek Ridwan Kamil dengan luas 2.500

m2 dan memiliki ketinggian empat lantai, berbentuk dinding melengkung dihiasi relief

geometric. Di dalam museum dibuat koridor diantara dua dinding air untuk

melambangkan kepanikan dan bencana pada saat tsunami terjadi. Dinding dihiasi

gambar penari Saman tarian khas Aceh. Pada bagian atap berbentuk seperti ombak

lautan, sementara di lantai dasar menyerupai rumah tinggi tradisional Aceh. Secara

keseluruhan bangunan ini lebih menyerupai bentuk kapal, seolah menggambarkan

kapal yang terdampar di tengah daratan setelah terhantam tsunami.

Kesimpulan:

 Beberntuk menyerupai pusaran air laut  Dinding melengkung dengan relief geometric  Terdapat koridor diantara dinding air

 Dihiasi gambar penari Saman

Gambar

Tabel 2.1 : tabel luas area museum
Gambar  2.5.1 : Lokasi Jalan A.H Nasution Sumber : CAD Medan 2008
Gambar  2.5.4 : Lokasi Jl. Perintis Kemerdekaan Sumber : Cad Medan 2008
Gambar 2.5.5 : Batas Lokasi Jl. Perintis
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

mengenai komunikasi perangkat dengan aplikasi yang tersedia di Bluemix. Komunikasi tersebut menggunakan Watson™ IoT platform API dan Watson™ IoT platform messaging

Model regresi penalized spline terbaik yang telah diperoleh digunakan untuk memprediksikan data out sample , yaitu data IHSG pada periode 1 Februari 2015 sampai

Mitos dan pemali dalam cerita rakyat Situ Gede dan Situ Cibeureum merefleksikan kearifan masyarakat dalam pelestarian alam, khususnya keseimbangan alam dalam hal pengelolaan sumber

NGLIMUT GONOHARJO BOJA KENDAL” ini akan dirancang papan petunjuk arah berupa sign system yang komunikatif, sehingga dapat membantu pengunjung untuk mencari

Elemen semantik merupakan elemen terkecil dalam sebuah teks wacana, namun tetap memiliki keterkaitan dan porsi yang sama dengan elemen lain (tematik dan skematik)

Pada pemeriksaan Hb TM I dan TM II ibu mengalami keadaan Hb yang tidak normal, menurut Rukiyah (2010) Hb >11 gr% adalah Hb normal pada ibu hamil, namun

Berdasarkan dari masalah yang diuraikan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui dengan meneliti tentang “ Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Mobilisasi Dini Post