BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1 TERMINOLOGI JUDUL
Judul proyek yang direncanakan adalah “Museum Sejarah Dan Seni Medan”.
Pengertian kata demi kata judul proyek ini adalah :
Museum : gedung yg digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut
mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat
menyimpan barang kuno
Sejarah : pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di
masa lampau; ilmu sejarah
Seni : karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, seperti tari, lukisan,
ukiran; seniman tari sering juga menciptakan -- susastra yang indah.
Medan : ibukota provinsi Sumatera Utara.
Jadi Museum Sejarah dan Seni Medan adalah suatu bangunan yang mewadahi
karya-karya di masa lampau baik dalam bentuk, suara, rupa (visual) yang memiliki nilai sejarah
yang tinggi agar masyarakat khususnya masyarakat Medan dapat berkunjung di museum ini.
2.2 TINJAUAN UMUM
2.2.1 Museum
Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia, Museum adalah institusi permanen dalam
hal melayani dan mengembangkan masyarakat, terbuka untuk umum yang mempelajari,
mengawetkan, melakukan penelitian, melakukan penyampaian kepada masyarakat dan
pameran untuk tujuan pembelajaran, pendidikan, rekreasi, dan memberikan tahukan asset-aset barang berharga yang nyata dan “tidak nyata” tentang lingkungannya kepada masyarakat.
Menurut Association of Museum (1998) definisi tentang museum adalah museum
membolehkan orang untuk melakukan penelitian untuk inspirasi, pembelajaran, dan
kesenangan. Museum adalah badan yang mengumpulkan, menyelamatkan dan menerima
artefak dan specimen dari orang yang dipercaya oleh badan museum.
Definisi yang terdahulu menurut Association of Museum “Museum merupakan sebuah
badan yang mengumpulkan, mendokumentasikan, melindungi, memamerkan dan
Secara Etimologi kata museum berasal dari bahasa latin yaitu “museum” (“musea”). Aslinya dari bahasa Yunani mouseion yang merupakan kuil yang dipersembahkan untuk
Muses (dewa seni dalam mitologi Yunani), dan merupakan bangunan tempat pendidikan
dan kesenian, khususnya institut untuk filosofi dan penelitian pada perpustakaan di
Alexandria yang didirikan oleh Ptolomy I Soter 280 SM.
Museum mengumpulkan dan merawat benda-benda ilmu pengetahuan alam,
bendabenda seni, dan benda-benda yang memiliki sejarah penting agar tampak bernilai dan
untuk dipamerkan kepada masyarakat umum melalui pameran permanen atau temporer.
Museum besar terletak di kota besar dan museum lokal berada di kota kecil.
Kebanyakan museum menawarkan program dan kegiatan yang menjangkau seluruh
pengunjung, termasuk orang dewasa, anak-anak, seluruh keluarga, dan tingkat profesi lainnya.
Program untuk umum terdiri dari perkuliahan atau pelatihan dengan staf pengajar,
orang-orang yang ahli, dengan film, musik atau pertunjukan tarian, dan demontrasi dengan
teknologi.
Museum memiliki berbagai tipe dilihat dari jenis koleksi yang dimilikinya.
Kategorinya meliputi barang-barang kesenian (seni lukis, patung) , arkeologi, antropologi,
etnologi, sejarah, sejarah militer,spesialisasi, virtual, numismatis, botani, zoology, prangko.
Juga ada museum dengan kategori khusus seperti museum seni modern, museum sejarah
lokal, museum penerbangan, pertanian, atau geologi.
Jenis-jenis museum berdasarkan jenis koleksi yang dimilikinya antara lain :
1. Museum Seni juga dikenal sebagai sebuah galeri seni , merupakan sebuah ruang
untuk pameran seni , biasanya merupakan seni visual , dan biasanya terdiri dari
lukisan , ilustrasi , dan patung . Koleksi dari lukisan dan dokumen lama biasanya tidak
dipamerkan didinding , akan tetapi diletakkan di ruang khusus .
2. Museum Sejarah merupakan museum yang memberikan edukasi terhadap sejarah
dan relevansinya terhadap msa sekarang dan masa lalu . Beberapa museum sejarah
menyimpan aspek kuratorial tertentu dari sejarah dari daerah lokal tertentu . Museum
jenis ini memiliki koleksi yang beragam termasuk dokumen , artefak , seni, benda
arkeologi .
3. Museum Maritim merupakan museum yang menspesialisasi terhadap objek yang
berhubungan dengan kapal , dan perjalanan di laut dan danau .
5. Museum sejarah alam merupakan museum yang memamerkan dunia alam yang
memiliki fokus di alam dan budaya . Pada umumnya memberi edukasi yang berfokus
pada dinosaurus , sejarah kuno , dan antropologi .
6. Museum Open Air merupakan museum yang mengkoleksi dan membangun kembali
bangunan tua di daerah terbuka luar . Biasanya bertujuan untuk menciptakan kembali
bangunan dan suasana lansekap masa lalu.
7. Science Museum merupakan museum yang membahas tentang seputar masalah
scientific , dan sejarahnya . Untuk menjelaskan penemuan-penemuan yang kompleks ,
pada umumnya digunakan media visual . Museum jenis ini memmungkinkan memiliki
studioIMAX yang merupakan studio visual tiga dimensi
8. Museum Spesialisasi merupakan museum yang menspesialisasikan pada topic
tertentu . Contoh museum ini adalah museum musik , museum anak , museum gelas,
dsb .Museum ini pada umumnya memberi edukasi dan pengalaman yang berbeda
dibandingkan museum lainnya .
9. Museum Virtual merupakan museum yang berada di dunia maya berupa internet
dimana tidak memiliki fisik museum dan isinya hanya berupa data .
Dalam kongres majelis umum ICOM (International Council of Museums) sebuah
organisasi internasional di bawah UNESCO, menetapkan definisi museum sebagai
berikut: “Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan
dalam melayani masyarakat, terbuka untuk umum, memperoleh, mengawetkan,
mengkomunikasikan dan memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungan untuk tujuan pendidikan, pengkajian dan hiburan.” Kedudukan museum di Indonesia sekarang di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2.2.2 Sejarah Permuseuman di Indonesia
Berdirinya suatu museum di Indonesia dimulai tahun 1778 dengan didirikannya
Museum Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Westenschappen di Batavia (sekarang
Jakarta). Karena mulai dilakukannya penelitian benda-benda warisan budaya di Indonesia
yang telah dikumpulkan. Pada tahun 1915 didirikannya Museum Sono Budoyo diYogyakarta.
Jumlah museum yang terdapat di Indonesia kurang lebih 30 buah sampai akhir Perang Dunia
II. Jumlah itu terus bertambah setelah kemerdekaan Indonesia dan tujuan pendiriannya
berubah dari tujuan untuk kepentingan pemerintah penjajah menjadi untuk kepentingan
Pada tahun 1964 urusan museum ditingkatkan menjadi Lembaga Museum-museum
Nasional, kemudian pada tahun 1966 Lembaga Museum-museum Nasional diganti menjadi
Direktorat Museum dalam lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan. Dalam rangka
pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia maka:
Pada tahun 1971 Direktorat Permuseuman mengelompokan museum-museummenurut
jenis koleksinya menjadi tiga jenis yaitu Museum Umum, Museum Khusus dan
Museum Lokal.
Pada tahun 1975 pengelompokan itu diubah menjadi Museum Umum, dan Museum
Khusus, dan Museum Pendidikan.
Pada tahun 1980 pengelompokan itu disederhanakan menjadi Museum Umum, dan Museum Khusus.
Berdasarkan tingkat kedudukan Direktorat Permuseuman mengelompokan Museum
Umum dan Museum Khusus menjadi Museum tingkat Nasional, Museum Regional(propinsi)
dan Museum tingkat Lokal (kodya/kabupaten). Menurut catatan, pada tahun 1981 di
Indonesia terdapat 135 buah museum.
Dalam era pembangunan program pengembangan permuseuman dilakukan melalui: PELITA I dengan proyek rehabilitasi dan perluasan museum pada museum pusat
(Museum Nasional) dan Museum Bali (Denpasar).
PELITA II sampai tahun kedua (1975/1976) program proyek dilanjutkan padasebelas
lokasi dan sampai tahun kelima mencapai 26 lokasi (propinsi).
Pada PELITA II proyek rehabilitasi dan perluasan diganti menjadi proyek
pengembangan permuseuman dengan tugas yang lebih luas yaitu selain membina dan
mengembangkan museum yang dikelola oleh swasta dan museum pemerintah daerah.
Pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia Khususnya museum
dilingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan meliputi bidang kolekasi, fisik
bangunan, ketenagaan, sarana penunjang, fungsionalisasi dan peranan museum sebagai
museum pembinan museum daerah dan swasta.
2.2.3 Garis Besar Kebijakan Permuseuman di Indonesia 1984-1989
Rencana induk permuseuman di Indonesia adalah perwujudan hasil pemikiran
dibidang pembinaan dan pengembemangan permuseuman secara garis besar sebagailandasan
dan pedoman pengembangan Museum nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus di
Rencana induk permuseuman ini mencakup kebijaksanaan program-program
pegembangan Museum Nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus dengan penekanan
pada REPELITA IV, dan dengan berpedoman kepada sasaran yang ingin dicapai pada akhir REPELITA V, yaitu kesiapan “tinggal landas”. Pengembangan permuseuman di Indonesia pada kurun waktu REPELITA IV pada dasarnya merupakan kelanjutan dan peningkatan
usaha penekanan pada pembinaan REPELITA sebelumnya dan memberi tekanan pada
pembinaan dan pengembangan suatu sistem permuseuman nasional yang dijiwai falsafah
Pancasila dan berdasarkan kepadaUndang-Undang Dasar 1945.
Kebijakan permuseuman mencakup kebijaksanaan pengembangan Museum Nasional,
Museum Umum, dan Museum Khusus dalam bidang-bidang koleksi, fisik,ketenagaan, sarana
penunjang, dan fungsionalisasi. Untuk Museum Nasional dan Museum Propinsi
dikembangkan pula peranannya sebagai museum pembina. Kebijakan pengembangan
permuseuman Indonesia juga berpegang kepada rumusan ICOM mengenai fungsi museum
yaitu:
Mengumpulkan dan pengamanan warisan alam dan budaya Dokumentasi dan penelitian ilmiah
Konservasi dan preservasi
Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum Pengenalan dan penghayatan kesenian
Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa Visualisasi warisan alam dan budaya
Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia
Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
Fungsi di atas menunjukan bahwa warisan sejarah budaya dan warisan sejarah alam perlu
dipelihara dan diselamatkan dengan demikian dapat dibina nilai-nilai budaya nasional yang
dapat memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggaan nasional serta
memperkokoh kesatuan nasional.
2.2.4 Landasan Kebijaksanaan
1. Landasan Idial
Landasan Idial permuseuman adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari landasan
idial pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional yaitu Landasan idial Pancasila,
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial….”
2. Landasan Konstitusional
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31:
(1). Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran
(2). Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional
yang diatur oleh undang-undang. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32: “Pemerintah
memajukan kebudayaan nasional Indonesia” hal ini mengandung arti seperti disebut dalam
penjelasan pasal tersebut.
3. Landasan Operasional
Sejalan dengan Garis-Garis Besar haluan Negara (Ketetapan MPR No.II/MPR/1983)
landasan operasional pembinaan dan pengembangan kebudayaan termasuk pembinaan
penghayatan Kepercayaan Terhadap Yang Maha Esa, antara lain menyebutkan.
• Nilai budaya Indonesia yang mencerminkan nilai tukar bangsa harus dibina dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengamalan pancasila,
memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebangsaan
nasional serta memperkokoh jiwa persatuan.
• Kebudayaan nasional terus dibina dan diarahkan pada penerapan nilai-nilai kepribadian bangsa yang berlandaskan pancasila.
• Dengan tumbuhnya kebudayaan yang berkeribadian nasional maka sekaligus dapat dicegah dengan nilai-nilai social budaya yang bersifat feudal dan kedaerahan yang
sempit serta ditanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negative sedang dilain
pihak ditimbulkan.
2.2.5 Luas Area Museum
Museum merupakan bangunan publik . Oleh karena itu luasan museum diukur dari
banyaknya penduduk lokal daerah tersebut . Walupun begitu , juga terdapat beberapa
museum yang luas di daerah dengan penduduk yang sedikit , begitu juga sebaliknya
Pendistribusian luas areal museum baru harus sesuai dengan pembagian yang merata,
pameran. Menurut Laurence Vail Coleman dalam Mueum Buildings Standar luasan
museum berdasarkan jumlah penduduk lokal adalah :
2.2.6 Perkembangan Seni di Indonesia
Perkembangan kesenian Indonesia mencakup berbagai bentuk, gerak,suara dan
rupa (visual). Menurut Hegel, perkembangan seni mengakibatkan tumbuhnya
bermacam-macam seni. Seni adalah cerminan jiwa yang menyatukan kehidupan cipta
yang dibatasi oleh ruang yang terwujud menjadi benda-benda kasat mata(Suwaji B.
1990:36).
A. Sifat – Sifat Umum Seni Rupa Indonesia
1. Bersifat tradisional/statis
Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk kesenian yang berpegang
pada suatu kaidah yang turun temurun
2. Bersifat Progresif
Dengan adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering dipengaruhi
kebudayaan luar yang kemudian di padukan dan dikembangkan sehingga menjadi
milik bangsa Indonesia sendiri
3. Bersifat Kebinekaan
Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan lingkungan dan alam yang
berbeda, sehingga melahirkan bentuk ungkapan seni yang beraneka ragam
4. Bersifat Seni Kerajinan
Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam – macam bahan
untuk membuat kerajinan
5. Bersifat Non Realis
Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada ungkapan seni yang
Populasi Luas area museum
10.000 jiwa 650m2 - 1300m2 25.000 jiwa 1115m2 - 2230m2 50.000 jiwa 1800m2 – 3600m2 50.000 jiwa 2700m2 – 5500m2 250.000 jiwa 4830m2 – 9800m2 500.000 jiwa 7600m2 – 15000m2 >1.000.000 jiwa 12000m2 – 23500m2
selalu bersifat perlambangan / simbolisme
B. Seni Rupa Prasejarah Indonesia
Jaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber – sumber
atau dokumen – dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang
kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa
Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme
yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat simbolisme) Jaman
prasejarah Indonesia terbagi atas: Jaman Batu dan Jaman Logam.
1. Seni Rupa Jaman Batu
Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman batu
menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum), kemudian berkembang
kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman megalithikum (Batu Besar)
Peninggalan – peninggalannya yaitu:
a. Seni Bangunan
Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup
mengembara (nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food gathering)
tanda – tanda adanya karya seni rupa dimulai dari jaman Mesolithikum. Mereka sudah
memiliki tempat tinggal di goa – goa. Seperti goa yang ditemukan di di Sulawesi
Selatan dan Irian Jaya. Juga berupa rumah – rumah panggung di tepi pantai, dengan
bukti – bukti seperti yang ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit – bukit
kerang (Klokkenmodinger) sebagai sisa – sisa sampah dapur para nelayan Kemudian
jaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanah dan berternak (food
producting) serta bertempat tinggal tinggal di rumah – rumah kayu / bambu. Pada
jaman megalithikum banyak menghasilkan bangunan – bangunan dari batu yang
berukuran besar untuk keperluan upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofaq,
meja batu, dll.
b. Seni Patung
Seni patung berkembang pada jaman Neolithikum, berupa patung – patung nenek
moyang dan patung penolak bala, bergaya non realistis, terbuat dari kayu atau batu.
Kemudian jaman megalithikum banyak itemukan patung – patung berukuran besar
bergaya statis monumental dan dinamis piktural
Dari jaman Mesolithikum ditemukan lukisan – lukisan yang dibuat pada dinding gua
seperti lukisan goa di Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Irian Jaya. Tujuan lukisan
untuk keperluan magis dan ritual, seperti adegang perburuan binatang lambing nenek
moyang dan cap jari. Kemudian pada jaman neolithikum dan megalithikum, lukisan
diterapkan pada bangunan – bangunan dan benda – benda kerajinan sebagai hiasan
ornamentik (motif geometris atau motif perlambang).
2. Seni Rupa Jaman Logam
Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu, Karena banyak ditemukan
benda – benda kerajinan dari bahan perunggu seperti ganderang, kapak, bejana, patung
dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan teknik mengecor (mencetak) yang
dikenal dengan 2 teknik mencetak:
o Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisaa di ualng berulang
o Acire Perdue, ialah teknim mengecor yang hany satu kali pakai (tidak bisa
diulang)
C. Seni Rupa Indonesia Hindu
Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar abad
pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik. Pusat
perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur (akulturasi)
dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan istana dan feodal). Prose akulturasi
kebudayan India dan Indonesia berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu yang
lama, yaitu dengan proses:
o Proses peniruan (imitasi)
o Proses Penyesuaian (adaptasi)
o Proses Penguasaan (kreasi)
1. Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu
a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja
(kultus Raja)
b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama
c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber
hukum agama (Silfasastra)
2. Karya Seni Rupa Indonesia Hindu
Bangunan Candi
Candi berasala dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian (Dugra). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk memuliakan
Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati. Bangunan pura
Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali.
Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh
dari candi penataran.
Bangunan Puri
Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat
keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat
kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb.
D. Seni Rupa Indonesia Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari
India, Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus memperkenalkan
kebudayaannya masing – masing, maka timbul akulturasi kebudayaan.Seni rupa Islam
juga dikembangkan oleh para empu di istana – istana sebagai media pengabdian
kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya dengan penyebaran
agama Islam, para walipun berperan dalam mengembangkan seni di masyarakat pedesaan, misalnya da’wah Islam disampaikan dengan media seni wayang.
1. Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam
a. Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian
kepada Raja / sultan
b. Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha)
c. Berperan
2. Karya Seni Rupa Indonesia Islam
A. Seni Bangunan
Mesjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas bersusun ganjil
(seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap mesjid Agung Demak dan
Istana
Istana / keraton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat pemerintahan. Pusat
kegiatan agama dan budaya. Komplek istana bisaanya didirikan di pusat kota yang
dikelilingi oleh dinding keliling dan parit pertahanan.
Makam
Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh dari tradisi
non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk makam seperti punden
berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada nisannya yang diberi hiasan motif
gunungan atau motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India yaitu pada
makam yang beratap sungkup.
B. Seni Kaligrafi
Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam
menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat – ayat suci Al –Qur’an. Berdasarkan fungsinya seni kaligrafi dibedakan menjadi, yaitu:
Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar
Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan seperti kaligrafi karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli
C. Seni Hias
Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis,
maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau diformasi
(disederhanakan) dengan bentuk tumbuh – tumbuhan.
E. Seni Rupa Indonesi Modern
Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan seni yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Dalam perkembangannya
sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan.
Aliran – Aliran Seni Lukis
Aliran seni lukis muncul di eropa pada abd ke 19 yang dipengaruhi oleh
kemudian dijadikan kaidah seni yang berlaku dalam ikatan kelompok pendukungnya,
maka lahirlah suatu aliran atau faham dalam seni:
1. Kalsisisme, cirinya: Objek lukisan seperti dibuat – buat dekoratif, berkesan indah dan
elok. Tokohnya: Watteau, Ringaud, Viee Lebrun, Fragnorad dan Marisot Boucher
2. Neoklasisisme, cirinya objek lukisan sekitar lingungan istana dan tokoh agama,
bersifat intelektual dan akademis. Semua bentuk dibatasi dengan garis nyata, berkesan
tenang dan agung. Pelopornya Louis Davis kemudian dilanjutkan oleh Ingres
3. Romantisme, cirinya: bertemakan tentang cerita yang dahsyat atau kegemilangan
sejarah dan peristiwa yang menggugah perasaan, emosional kaya dengan warna dan
kontras cahaya, kesan gerak lebih menonjol bahkan melebihi kejadian sebenarnya.
Tokohnya: Teodore Gericault, Delaxroix, Cemille Corot, Rouseau. Millet dll
4. Realisme, cirinya: mengungkapkan kejadian yang sebenarnya dengan objek lukisan
tentang rakyat jelata, kemiskinan atau kepahitan hidup, penderitaan dan kesibukan –
kesibukan, tokohnya Gustave Courbet dan George Hendrik Breitner
5. Naturalisme, cirinya: melukis objek alam / pemandangan secara visual (forografis)
tanpa ada penafsiran lain. Pelukisnya; Rudolf Bonnet, Le Mayeur, R. Locatelli dab
Albercth Durer
6. Improsionisme, cirinya: melukis kesan alam secara langsung dan cepat berdasarkan
kaidah hukum cahaya, garis kontur / blabar dan kaya dengan warna, pelukisnya :
Claude Monet, Degas, Pisarro dll
7. Pointilisme, cirinya: melukis dengan teknik bintik – bintik kecil untuk menampilkan
efek cahaya dan warna, pelukisnya Seurat
8. Ekspresionisme, cirinya : hasil ungkapan emosi dan perasaan objeknya menyimpang
dari bentuk alam, spontanitas dan kecepatan dalam melukis dana menggunakan warna
secara murni. Pelopornya ialah Vincent, Van Gogh dan para pengikutnya: Emil Nolde,
Karl Scmidt dan Mondesohn
9. Kubisme, ada dua jenis yaitu Kubisme Analitis cirinya objek lukisan menyerupai
susunan balok / kubus yang berkesan 3 dimensi, dan kubisme sintesis cirinya objek
lukisan menyerupai susunan bidang trasparan yang berkesan 2 dimensi. Pelukisnya
Pablo Picasso, George Braque, Jan Gris, dan Fernand Leger
10.Futurisme, cirinya: menampilkan kesan gerak pada objek dengan cara pengulangan
11.Abstrak, cirinya melukis hasil ungkapan batin yang tidak ada identifikasinya di dunia
nyata dengan mempergunakan kesatuan garis, bidang, warna dan unsur seni rupa
lainnya. Pelukisnya : Wassily Kadinsky, Piet Mondrin dan Malevich
12.Dadaisme, cirinya: lukisan seperti kekanak – kekanakan, nihilistic, naïf, lucu, menolak
hukum seni dan keindahan. Pelopornya Paul Klee
13.Surrealisme, cirinya: objek lukisan tampak aneh dan asing seolah – olah hanya
terdapat di alam impian , pelukisnya Salvador dali, Marc Ghagall Joan Miro dll.
14.Pop Art, cirinya: berkesan seolah – olah sindiran, karikatur, humor dan apa adanya
dari objek aa saja dapat ditampilkan walaupun tidak lajim dalam karya seni,
senimannya Tom Waselman, Cristo dan lain – lain
15.Optical Art, cirinya: termasuk seni non objektif dengan menampilkan bentuk – bentuk
geometris atau garis – garis yang diulang secara teratur rapih dan terperinci dengan
warna – warna cemerlang pelukisnya: Jackson Pollok, William de Kooning dan Andy
Warhol.
2.2.7 Pentingnya Sejarah dan Seni
“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” (Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno). Dari kutipan berikut jelas bahwa sejarah
adalah titik tolak ukur untuk menghadapi masa depan agar kita selalu menjadikan
masa lalu sebagai pengalaman yang berharga. Arsitektur terkait dengan seni baik
secara bentuk, structural dan rupa. Oleh karena itu, perlu sebuah tempat atau wadah
untuk menunjukkan sejarah dan seni Indonesia pada masyarakat dengan menyediakan
museum untuk dijadikan tempat berkunjung dan mencari pengetahuan.
2.3 TINJAUAN KASUS PROYEK
Museum sejarah pada umumnya berbeda dengan museum seni karena museum sejarah
lebih bersifat edukatif sedangkan museum seni lebih bersifat kreatif dan rekreatif. Tetpai
keduanya memiliki kesamaan yang paling mendasar yaitu sebagai tempat mengoleksi
benda-benda yang memiliki nilai sejarah dan seni yang cukup tinggi untuk dipamerkan
pada pengunjung.
Sebuah museum tidak hanya sebagai tempat untuk berkunjung melihat benda-benda,
tetapi juga sebagai sarana umum yang bersifat mendidik dan tempat untuk meneliti
orang dapat merasakan dan melihat benda-benda tersebut secara langsung.
Faktor keamanan merupakan faktor penting dalam museum agar dapat menjamin
keamanan benda-benda yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan
keamanan museum dengan membuat sistem kamera cctv dan penjagaan yang ketat.
2.4 TINJAUAN KELAYAKAN
2.4.1 Kelayakan Fungsional
Keberadaan museum saat ini sangat diperlukan di Medan dapat membawa
keuntungan besar bagi Pemerintahan Medan itu sendiri, tidak hanya itu, warga Kota
Medan juga sangat merasa senang dengan keberadaan museum itu sebab selain
menambah ilmu pengetahuan mereka juga dapat menikmati rekreatif dengan melihat
sejarah Negara kita terkhusus sejarah Kota Medan.
Minat warga untuk datang ke museum tidak terlalu tertarik dikarenakan unsur
tertentu misalnya, sarana museum yang kurang memadai, pusat pencarian data dan
penelitian tidak tersedia, fasilitas pendukung yang tidak tersedia, dan ruang luar yang
kurang baik. Hal ini yang membuat masyarakat lebih memilih browsing internet untuk
mencari data dari pada dating ke museum.
Kegiatan yang diharapkan terjadi di museum adalah:
- Dapat melihat secara langsung benda-benda dan karya-karya sejarah dan benilai seni.
- Pusat penelitian dan penyimpanan data yang kongkrit
- Menjadi salah satu tempat wisata yang bersifat edukatif
- Dapat menikmati ruang luar yang bisa digunakan untuk fasilitas lain
Pengelolaan Museum Sejarah dan Seni Medan ini sangat diharapkan kepada
pemerintah dan warga untuk saling menjaga sarana kita bersama untuk kepentingan
bersama.
2.4.2 Kelayakan Proyek
Sebagai salah satu daerah kunjungan wisata di Sumatera Utara, Medan memiliki
keunikan tersendiri karena merupakan daerah wisata yang didominasi oleh tujuan wisata
bisnis, sekaligus kota Medan juga merupakan pintu gerbang bagian barat daerah tujuan
wisata di Indonesia (termuat dalam Tap MPR No.11/MPR/1983). Dalam era globalisasi
memiliki sebuah sarana pendidikan yang berfungsi untuk menyediakan sarana umum
untuk tempat menyimpan barang-barang bersejarah dan karya-karya seni yang akan dapat
meningkatkan nilai jual pariwisata kota Medan.
Hal tersebut yang menjadi dasar dalam perencanaan Museum Sejarah dan Seni
Medan yang akan menampung benda-benda dan karya seni yang ada di Medan. Dengan
demikian sangat peting bagi warga dan pemerintah Medan terhadap perencanaan
museum ini.
Beberapa alas an untuk memperkuat perencanaan museum ini didirikan di Medan
adalah:
- Museum di Medan saat ini telah berkurang peminatnya
- Sarana dan prasarana di bidang edukatif di Medan ini masih belum memadai
- Pelaksanaan tujuan wisata ke daerah Sumatera Utara yang termuat dalam Tap MPR
No.11/MPR/1983.
-2.4.3 Kelayakan Lokasi
Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat penting dalam menempatkan sebuah
museum di mudan dikarenakan bangunan ini memerlukan lahan yang luas dan sebisa
mungkin mudah untuk dijangkau oleh semua warga di belahan kota Medan. Hal yang
dijadikan prinsip pemilihan lokasi antara lain :
- Berada di daerah yang sesuai dengan peruntukan site dan strategis baik dalam
pencapaian dan prasarana
- Berada di kawasan kota Medan yang sudah di pertimbangkan untuk pencapaian
- Dapat mengakomodasi kegiatan yag akan terjadi di dalam dan di luar museum
2.5 TINJAUAN LOKASI
Ada pun lokasi-lokasi yang diusulkan untuk menjadi site proyek adalah :
2.5.1. Usulan Lokasi 1 : Jln. A.H. Nasution
Data Site:
Luas Site : ± 7 Ha
Peruntukkan Lahan: Lahan Kosong Batas-batas:
- Utara : Jln. A.H. Nasution - Selatan : Pemukiman
- Timur : Asrama Haji Medan - Barat : Jln. Karya Budi Gambar 2.5.1 : Lokasi Jalan A.H Nasution
Sumber : CAD Medan 2008
Gambar 2.5.4 : Lokasi Jl. Perintis Kemerdekaan
Sumber : Cad Medan 2008 2.5.2. Usulan Lokasi 2 : Jalan Perintis Kemerdekaan
Batas- batas:
- Utara : Jalan Perintis Kemerdekaan
- Timur : Jalan Timor
- Selatan : Rumah Penduduk
- Barat : Jalan Gaharu
Luas Lahan : ± 5 Ha
Posisi terhadap Struktur Ruang Kota:
- Berada pada kecamatan Medan Timur
- Berdasarkan WPP E dengan fungsi permukiman,
pendidikan, perkantoran, perdagangan, konservasi,
rekreasi, lapangan golf dan hutan kota.
Gambar 2.5.5 : Batas Lokasi Jl. Perintis Kemerdekaan
Sumber : Google Earth 2009
Gambar 2.5.6 : Lokasi Jl. Gedung Arca Sumber : Cad Medan 2008
2.5.3. Usulan Lokasi 3 : Jalan Gedung Arca, Teladan
Batas- batas:
- Utara : Jalan H.M. Joni
- Timur : Pernukiman warga
- Selatan : Kampus ITM Medan
- Barat : Permukiman warga
Luas lahan : ± 2.5 Ha
Posisi terhadap Struktur Ruang Kota:
- Berada di kawasan Medan perjuangan
- Berdasarkan WPP C dengan fungsi perdagangan,
Karakteristik lokasi
Lokasi
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
Tata Guna Lahan - Permukiman, pendidikan,
Tingkatan Jalan Jalan Primer
(3)
Jalan Primer
(3)
Sub jalan / arteri jalan
(3)
Pencapaian Jalan A.H. Nasution
(3)
2.6 TINJAUAN PENGGUNA
2.6.1 Tinjauan Fungsi Pengguna dan Kegiatan
a. Pelaku Kegiatan
Pelaku dan pengguna museum sejarah dan seni ini adalah :
Pengunjung Pengelola Peneliti Service
b. Kegiatan
Kegiatan Utama adalah kegiatan yang mendasar yang dilakukan oleh pelaku
kegiatan. Beberapa kegiatan yang terjadi berdasarkan sifatnya adalah :
- Edukatif : bersifat lebih mendidik dan menambah pengetahuan. - Rekreatif : bersifat lebih menghibur (refreshing).
- Kreatif : bersifat menambah kemampuan otak leih aktif.
Kegiatan Pendukung adalah kegiatan yang menunjang kegiatan utama sebagai
fasilitas tambahan untuk mendukung kegiatan utama. Beberapa kegiatan
pendukung adalah :
- Pameran
- Souvenir dan Reatil
- Pusat data dan penelitian umum - Taman dan Ruang luar
2.6.2 Kebutuhan Ruang
Kebutuhan ruang yang ada timbul dari aktivitas yang berlangsung di dalam
bangunan. Dan aktivitas yang dilakukan dikelompokkan berdasarkan fungsi yang
tersedia. Fungsi yang terdapat pada bangunan ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu fasilitas
utama dan pendukung. Fasilitas utama melayani fungsi utama yang direncanakan akan
diakomodasi oleh manajemen museum ini sedangkan fasilitas pendukungnya melayani
fungsi utama dan fungsi lain yang diperhitungkan akan mampu menyokong keberhasilan
fungsi utama.
Kebutuhan ruang dari museum sejarah dan seni ini adalah :
Ruang untuk meletakkan benda-benda sejarah dan seni untuk dipamerkan.
Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :
- Ruang galeri - Ruang simpan
- Ruang pembersihan dan perawatan
2. Ruang Pengelola
Ruang pengelola adalah area tempat kerja buat pengawas, karyawan yang
bekerja di museum tersebut. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :
- Ruang Manager
- Ruang Sekretaris Manager - Ruang Karyawan
- Ruang Rapat - Ruang tunggu - Loker
- Ruang istirahat - Ruang ganti
3. Ruang Diskusi
Ruang untuk melakukan diskusi, workshop, dan pembahasan materi yang
didiskusikan. Ruang yang dibutuhkan adalah:
- Ruang diskusi - Ruang workshop - Ruang fotografi
- Ruang penyimpanan bahan materi - gudang
4. Ruang Penelitian Umun dan Pusat Data
Ruang penelitian umum untuk meneliti benda-benda yang berkaitan dengan
bahan materi ilmiah yang didiskusikan sehingga menjadi penelitian yang dapat
untuk dijadikan pusat pencarian data yang akurat. Beberapa ruang yang
dibutuhkan adalah :
- Ruang penyimpanan buku - Ruang pencarian (komputer) - Ruang penelitian
- Ruang ganti
- Ruang penyimpanan - Loker
5. Ruang Service
Ruang yang mendukung fasilitas utama dengan fasilitas tambahan dan
pelayanan yang dapat men-suport semua kegiatan di museum. Beberapa ruang
yang dibutuhkan adalah :
- Kamar mandi - Toilet
- Janitor
- Ruang Penyimpanan alat - Ruang Mesin
- Ruang alat - Ruang Genset
6. Ruang Keamanan
Ruang keamanan untuk membantu keamanan museum. Beberapa ruang yang
dibutuhkan adalah :
- Ruang kontrol - Ruang security - Ruang ganti - Ruang istirahat - Ruang cctv
Gambar 2.6.1: Skema Pengunjung Sumber : asumsi
Gambar 2.6.2: Skema Pengelola Sumber : asumsi
2.6.3 Skema Sirkulasi Pengguna
1. Pengunjung
2. Pengelola
Parkir
Souvenir Cafe Ticketing
Hall/Gallery Zone Entrance
Lobby Tangga
Toilet
Food court
Out
Entrance
Parkir
Kantor
Souvenir Cafe
Toilet R. Pertemuan
Restauran
Gambar l 2.7.1.1 : Museum Nasional Indonesia Sumber : Google.com
Gambar 2.6.3: Skema Service Sumber : asumsi
3. Service
2.7 STUDI BANDING PROYEK SEJENIS
Beberapa studi banding proyek sejenis adalah :
2.7.1. Museum Nasional Indonesia
Lokasi : Jl. Medan Merdeka Barat 12, Jakarta Pusat, DKI Jaya, Indonesia
Berdiri tanggal : 24 april 1778
Museum Nasional Republik Indonesia adalah salah satu wujud pengaruh Eropa,
terutama semangat Abad Pencerahan, yang muncul pada sekitar abad 18. Gedung ini
dibangun pada tahun 1862 oleh Pemerintah Belanda di bawah Gubernur-Jendral JCM
Radermacher sebagai respons adanya perhimpunan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen yang bertujuan menelaah riset-riset ilmiah di Hindia Belanda. Museum ini
diresmikan pada tahun 1868, tapi secara institusi cikal bakal Museum ini lahir tahun 1778,
tepatnya tanggal 24 April, pada saat pembentukan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen oleh pemerintah Belanda. Radermacher menyumbang sebuah gedung yang Entrance
Parkir
R. Panel
Ruang Alat
Gudang Side Lobby
Gambar l 2.7.1.2 : Museum Nasional Indonesia Sumber : Google.com
bertempat di Jalan Kalibesar beserta dengan koleksi buku dan benda-benda budaya sehingga
menjadi dasar untuk pendirian museum.
Di masa pemerintahan Inggris di bawah pimpinan Sir Thomas Stamford
Raffles (1811-1816), yang juga berlaku sebagai Direktur dari Bataviaasch Genootschap van
Kunsten en Wetenschappen memerintahkan pembangunan gedung baru yang terletak di Jalan
Majapahit No.3. Gedung ini digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary
Society (dahulu bernama "Societeit de Harmonie".) Gedung ini sekarang berada di kompleks
Sekretariat Negara.
Pada tahun 1862, setelah koleksi memenuhi museum di Jalan Majapahit, pemerintah
Hindia-Belanda mendirikan gedung baru yang berlokasi di Jalan Merdeka Barat No.12.
Gedung ini dibuka untuk umum pada tahun 1868.
Museum Nasional dikenal sebagai Museum Gajah sejak dihadiahkannya patung gajah
perunggu oleh Raja Chulalongkorn dari Thailand pada 1871. Tetapi pada 28 Mei 1979,
namanya resmi menjadi Museum Nasional Republik Indonesia. Kemudian pada 17
September 1962, Lembaga Kebudayaan Indonesia yang mengelolanya, menyerahkan
Museum kepada pemerintah Republik Indonesia. Sejak itu pengelolaan museum resmi
oleh Direktorat Jendral Sejarah dan Arkeologi, di bawah Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan. Tetapi mulai tahun 2005, Museum Nasional berada di bawah pengelolaan
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.
Gambar l 2.7.2.1 : Milwaukee Art Museum Sumber : Google.com
2.7.2. Milwaukee Art Museum
Judul Proyek : Milwaukee Art Museum
Lokasi : Milwaukee, USA
Arsitek : Santiago Calatrava
Fungsi : Museum Seni
Milwaukee Art Museum (MAM) berlokasi di dekat Danau Michigan, Wisconsin.
Dimulai sekitar 1872, ketika beberapa organisasi sepakat untuk menghadirkan sebuah
museum seni ke Milwaukee, pada saat kota tersebut mulai berkembang, namun tidak
memiliki satupun gallery seni. Pada tahun 1881, diadakan eksebisi seni di alun-alun
kota Milwaukee yang memang menjadi tempat utama dalam penyelenggaraan berbagai
event pada saat itu. Tak lama setelah itu, Alexander Mitchell mendonasikan seluruh
koleksinya untuk membangun sebuah museum seni permanen di kota tersebut.
Calatrava mengajukan desain di depan danau. Hal itu membentuk hubungan
antara kota Milwaukee dengan danau Michigan dan perluasan jalan Wisconsin hampir
ke danau. Perluasan bangunan Calatrava dengan memanfaatkan pencahayaan alami
dan terbuka sehingga dapat melihat view danau dari dalam gedung. Selasar
penghubung yang rendah dan transparan sehingga terjadi penghubung bangunan baru
Di dalam bangunan, pintu masuk hall sangat spektakuler. Permainan cahaya
yang melalui panel-panel kaca atapnya tidak membuat orang jenuh dan dari dalam kita
dapat memulai pandangan kita terhadap karya Calatrava sampai mendetail.
Interior bangunan menampilkan bentuk-bentuk yang sederhana, detail dan
finishingnya berulang-ulang. Bentuknya organik dan terus mengubah pandangan
orang yang berada di dalamnya. Berdiri di akhir pintu masuk, kita hampir merasakan
mengambang di atas danau.
Pintu masuk utama berbentuk parabolic, kaca yang menutupi aula dengan
langit-langit 90 kaki. The Burke Brise Soleil-nya dapat bergerak, sayap seperti Sun
Screen dengan kisi-kisi 72 baja, yang bertahan di atas kaca pada atap aula penerima
dan dapat mengendalikan cahaya pada bangunan. Kisi-kisi panjangnya dari 26 kaki
sampai 105 kaki, jika sayap brise soleil-nya melebar pada titik terlebar panjangnya
mencapai 217 kaki, dan beratnya 90 ton.
Desain Calatrava's sering terinspirasi oleh alam, yang menampilkan kombinasi
dari bentuk-bentuk organik dan inovasi teknologi. Milwaukee Art Museum ekspansi
menggabungkan beberapa elemen terinspirasi oleh lokasi danau Museum. Di antara
banyak unsur maritim dalam desain Calatrava adalah: kisi-kisi baja bergerak
terinspirasi oleh sayap burung.
Kesimpulan:
Berada di depan sebuah danau
Terbuka dan memanfaatkan cahaya matahari Selasar didesain rendah dan transparan
Berkesan organic dan berkombinasi teknologi Entrance berbentuk parabolic
Terinspirasi bentuk perahu layar dan burung
2.7.3. Aceh Tsunami Museum
Judul Proyek : Aceh Tsunami Museum
Lokasi : Indonesia
Arsitek : Ridwan Kamil
Gambar l 2.7.3.1 : Tsunami Aceh Museum Sumber : Google.com
Aceh Tsunami Museum berlokasi di kota Banda Aceh NAD yang didesain
sebagai simbol untuk memperingati bencana gempa dan tsunami di Samudera Hindia
tahun 2004, dan juga sebagai pusat pendidikan dan tempat perlindungan untuk
berjaga-jaga jika area tersebut terkena tsumani lagi di kemudian hari.
Museum Tsunami ini dirancang oleh arsitek Ridwan Kamil dengan luas 2.500
m2 dan memiliki ketinggian empat lantai, berbentuk dinding melengkung dihiasi relief
geometric. Di dalam museum dibuat koridor diantara dua dinding air untuk
melambangkan kepanikan dan bencana pada saat tsunami terjadi. Dinding dihiasi
gambar penari Saman tarian khas Aceh. Pada bagian atap berbentuk seperti ombak
lautan, sementara di lantai dasar menyerupai rumah tinggi tradisional Aceh. Secara
keseluruhan bangunan ini lebih menyerupai bentuk kapal, seolah menggambarkan
kapal yang terdampar di tengah daratan setelah terhantam tsunami.
Kesimpulan:
Beberntuk menyerupai pusaran air laut Dinding melengkung dengan relief geometric Terdapat koridor diantara dinding air
Dihiasi gambar penari Saman