• Tidak ada hasil yang ditemukan

L P ASMA RUANG MELATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "L P ASMA RUANG MELATI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara lengkap dan bukan hanya sekedar tidak mengidap penyakit atau kelemahan.

( www.WHO.co.id ) Penyakit paru merupakan masalah kesehatan yang cukup penting, karena paru adalah salah satu organ utama dalam sistem pernafasan.

( Depkes RI, 1999 ) Asma merupakan penyakit jalan nafas yang tidak dapat pulih dan juga salah satu penyakit paru obstruksi menahun ( PPOM ) yang bisa menyebabkan kematian.

( Hudak dan Gallo, 1999 ) Asma merupakan penyakit paru yang di dalamnya terdapat obstruksi jalan nafas, inflamasi jalan nafas dan jalan nafas yang hiperresponsif atau spasme otot polos bronkhial. Pada umumnya faktor pencetus dari asma adalah allergen, infeksi, ( terutama saluran nafas bagian atas ), iritan, cuaca, kegiatan jasmani, reflek gastroesofagus dan psikis.

( Arif Mansjoer, 2001 ) Angka kejadian asma di berbagai dunia di laporkan meningkat pada tahun 2009. terdapat sekitar 201.543 jiwa meniggal setiap tahunnya. Data tersebut di dapat dari negara Eropa, Amerika, Australia, Afrika, dan Asia. Data tertinggi di kawasan Asia terdapat sekitar 123.000 meniggal tiap tahunnya. Terutama di kawasan tropis yang panas dan banyak debu.

( www.Asma.co.id ) Data Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional ( Bappenas ) yang baru di rilis menyebutkan, berbagai kasus infeksi saluran pernafasandan asma ikut meningkat karena pencemaran udara. Mulai dari polusi kendaraan, asap buangan pabrik, asap rokok, sampai kabut asap akibat pembakaran hutan di Sumatra dan Kalimantan. Beberapa waktu lalu, kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya mencatat angka pencemaran udara tertinggi akibat polusi asap kendaraan bermotor.

(2)

B. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari Kaya Tulis Ilmiah, yaitu : 1. Tujuan Umum

Mampu melakukan Asuhan Keperawatan secara komprehensif pada pasien dengan masalah Asma Bronkhiale.

2. Tujuan Khusus

1. Mampu mengidentifikasi dan menganalisa data klien Asma. 2. Mampu merumuskan masalah keperawatn pada klien Asma. 3. Mampu menentukan tujuan dan rencana keperawatan.

4. Mampu menerapkan rencana keperawatan yang sudah di susun dalam bentuk pelakasanaan tindakan.

(3)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu.

( Smeltzer, 2002 ) Istilah asma berasal dari bahasa Yunani yang artinya “terengah-engah” dan berarti serangan napas pendek. Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensivitas cabang-cabang trackheo bronkial terhadap berbagai jenis rangsangan. Keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-saluran napas secara periodik dan reversible akibat bronkospasme.

(Price, 1995 : 689). Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat obstruksi jalan napas dan gejala pernapasan (mengi dan seseg).

( Arif Mansjoer, 1999 ) Asma dikarakteristikkan oleh konstriksi yang dapat pulih dari obat halus bronkial, hipersekresi mukosa, dan inflamansi mukosa serta edema. Faktor pencetus termasuk allergen, masalah emosi, cuaca, dingin, latihan, obat kimia dan infeksi.

(Doenges, 1999 : 152) Asma adalah penyakit jalan nafas yang tidak dapat pulih yang terjadi karena spasme bronchus disebabkan oleh berbagai penyebab (misalnya : alergen infeksi, latihan dan latihan lain-lain).

(Hudak dan Gallo, 1997 : 565)

Asma dapat dibagi menjadi tiga kategori : a. Asma ekstrinsik atau alergik

Bentuk ini biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dengan riwayat keluarga yang mempunyai penyakit atopik.

b. Asma Instrinsik atau idiopatik

(4)

c. Asma campuran atau gabungan

Adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai

karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau non alergik (Price, 1995 : 690).

B. ETIOLOGI

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.

a. Faktor predisposisi

Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun, belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial. Jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensivitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan (Smeltzer, 2002 : 611).

b. Faktor Presipitasi

1) Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :

a) Inhalan yang masuk melalui saluran

pernapasan.

Ex : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.

b) Ingestan yang masuk melalui mulut.

Ex : makanan dan obat-obatan.

c) Kentraktan yang masuk kontak dengan kulit

Ex : perhiasan, logam dan jam tangan Perubahan cuaca

Perubahan tahanan : perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara dihubungkan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma (Ngastiyah, 1997 : 68).

2) Infeksi

Pilek dan infeksi virus lain, serangan seringkali dicetuskan oleh infeksi pada sinus atau cabang bronchus (Barbara C. Long : 509).

3) Stress

(5)

untuk menyelesaikan masalah pribadinya, karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

4) Kegiatan olahraga atau jasmani yang berat

Kegiatan jasmani berat misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus (Ngastiyah, 1997 : 68).

5) Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik absbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

C. PATOFISIOLOGI

Asma adalah obstruksi jalan nafas difus riversibel obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih dari yang berikut ini (1) konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronki, yang menyempitkan jalan nafas, (2) pembengkakan membran yang melapisi bronik, dan (3) pengisian dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkial dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiper inflasi dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini tidak diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem immunologis dan sistem saraf otonom.

( C. Long, 1996 ) Beberapa individu dengan asma mengalami respons imun yang buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel masa dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polis dan kelenjar jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mukus yang sangat banyak.

(6)

dibahas diatas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respons parasimpatis.

( C. Smeltzer, 2000 ) Selain itu reseptor  dan  adrenergik dari sistem saraf simpatis

terletak dalam bronki. Ketika reseptor  adrenergik dirangsang, terjadi

bronkokonstriksi; bronkodilatasi terjadi ketika reseptor  adrenergik yang

dirangsang. Keseimbangan antara reseptor  -  adrenergik dikendalikan

terutama oleh siklik adenosia monofosfat (c Amp).Stimulasi reseptor alfa mengakibatkan penurunan (c Amp), yang mengarah pada peningkatan mediator kimian, yang dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor-beta mengakibatkan peningkatan tingkat c Amp yang mengambat pelepasan mediator kimiawi dan menyebabkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa penyekatan  adrenergik terjadi pada

individu dengan asma. Akibatnya, asmatik rentan terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstruksi otot polos.

(7)

D. PATHWAYS

Menuju sel-sel mast dalam paru

(8)

D. MANIFESTASI KLINIS

Gejala-gejala asma berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Menurut Barbara C. Long 1996, gejala-gejala asma antara lain :

1. Serangan seering terjadi pada malam hari 2. Pasien terbangun dan merasa tercekik

3. Bronkospasme dan penyempitan jalan nafas menyebabkan wheezing saat ekshalasi Sedangkan menurut Arif Mansjoer 1999, gejala-gejala asma antara lain :

1. Bising mengi ( wheezing ) yang terdengar dengan cara tanpa stetoskop 2. Batuk produktif sering pada malam hari

3. Nafas atau dada seperti tertekan

4. Gejala bersifat paroksimal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari

Dan menurut Linda & Sawden 2002, gejala asma antara lain :

1. Bukti klinis obstruksi jalan nafas. Obstruksi dapat terjadi secara bertahap atau akut dan perkiraan keparahan eksaserbasi akut disebut ringan,sedang dan berat

2. Dispnea dengan ekspirasi memanjang 3. Mengi waktu ekspirasi

4. Pernapasan cuping hidung

5. Batuk

6. Memakai obat pernafasan tambahan

7. Ansietas, iritabilitas sampai penurunan tingkat kesadaran

8. Asianosis

9. Penurunan PCO2 pada awalnya, akibat hiperventilasi kemudian naiknya PCO2 saat

obstruksi menghebat

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG dan DIAGNOSTIK  Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh :

o Pemeriksaan darah tepi (secret hidung)

o Pemeriksaan IGE

o Pemeriksaan rontgen torak biasanya ujung depan kosta terangkat dan puncak dada lebar. Pemeriksaan tes alergi untuk menentukan jenis alergi pencetus asma.

o Pemeriksaan uji faal paru dengan spirometri akan membantu menemukan adanya obstruksi saluran pernafasan

o Pada saat serangan asma kadang-kadang dilakukan tindakan pemeriksaan gas darah.

 Diagnostik

Menurut Doengoes 2000, antara lain : 1. Sinar X dada

(9)

2. Tes fungsi paru

Digunakan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi. Untuk memperkirakan derajat difungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi. Misalnya : bromkodilator.

3. TLC ( kapasitas paru total )

Peningkatan pada luasnya bronchitis dan kadang-kadang pada asma; penurunan emfisema.

4. Kapasitas inspirasi Menurun pada emfisema 5. Volume residu

Meningkat pada emfisema, bronchitis kronis dan asma 6. FEV1/FVC

Rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas vital kuat. Menurun pada bronchitis dan asma

7. GDA ( gas darah arteri )

Memperkirakan progesi proses penyakit kronis. Misalnya : paling PaO2 menurun, dan PaO2 normal atau meningkat ( bronchitis kronis dan emfisema ). Tetapi sering menurun pada asma; PH normal atau asidotik, alkalosis respiratorik ringan sekunder terhadap hiperventilasi ( emfisema sedang atau asma ).

8. Bronkogram

Dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi; kolaps bronchial pada ekspirasi kuat ( emfisema ); pembesaran duktus mukosa yang terlihat pada bronkitis. 9. JDL dan differensial

Haemoglobin meningkat ( emfisema luas ), peningkatan eosinofil ( asma ). 10. Kimia darah

Alfa I-antitripsin dilakukan untuk meyakinkan defisiensi dan diagnosa emfisema primer. 11. Sputum

Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen; pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui keganasan atau gangguan alergi.

12. EKG

Deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P ( asma berat ); disritmia atrial ( bronchitis ), peninggian gelombang P pada lead I, III, AVF ( bronchitis, emfisema ); aksis vertical QRS (emfisema ).

13. EKG latihan, tes stress

Membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru, mengevaluasi keefektifan terapi bronkodilator, perencanaan / evaluasi program latihan.

(10)

Penatalaksanaan medis

1. Pencegahan terhadap pemajanan allergen

2. Pencegahan juga mencakup memantau ventilasi, terutama selama waktu-waktu puncak serangan asma. Misalnya musim dingin

3. Pemakaian obat-obat anti inflamasi pada permulaan serangan atau terapi steroid inhalasi untuk menghentikan rangkaian proses peradangan

4. Golongan metal-xantin juga menghilangkan spasme

5. Obat-obat antikolinergik dapat diberikan untuk mengurangi efek parasimpatis sehingga melemaskan otot polos bronkhiolus

6. Antihistamin diberikan untuk mengurangi peradangan

7. Intervensi farmakologis selama serangan akut, mencakup inhalasi obat-obat simpatis B2, melemaskan jalan nafas dan meningkatkan ventilasi

8. Intervensi perilaku, yang ditujukan untuk menenangkan pasien agar rangsangan parasimpatis ke jalan nafas berkurang

Penatalaksanaan keperawatan menurut C. Long 1996 antara lain : 1. Mempermudah pernafasan

a. Tempatkan pasien pada posisi high fowler b. Bantu pasien untuk membatukkan secret

Sumbatan mucus merupakan masalah yang lazim

- Obat pengencer

- Humudifikasi

- Cairan dengan bebas

2. Membantu kenyamanan dan ADL

a. Jangan meniggalkan pasien sendirian selama serangan asma, dia mungkin ketakutan dan perlu mendapat perhatian dan perlindungan terus-menerus

b. Pada akhir serangan

- Seka pasien dan berikan gosokan punggung

- Mengganti baju pasien dan sprei yang biasanya basah karena diaphoresis

- Menemani pasien sampai ia tidur 3. Konseling dan pendidikan

a. Pasien dengan asma immunologic

- Ajari pasien cara mempersiapkan lingkungan tempat tidur yang terkontrol

- Ajari pasien untuk menghindari allergen b. Penderita asma non immunologic

- Ajari pasien cara mencegah infeksi

(11)

G. ASUHAN KEPERAWATAN

 PENGKAJIAN FOKUS

Model konseptual

Dalam pembuatannya karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan model konseptual keperawatan menurut Virginia Henderson, yaitu :

a. Kebutuhan bernafas

Data pernafasan yang terjadi pada pasien dengan asma bronkhiale, antara lain : klien mengeluh merasa sesak nafas, batuk dengan atau sputum purulen, RR, suara nafas ( wheezing, ronkhi )

b. Kenutuhan nutrisi

Data nutrisi muncul pada pasien dengan asma bronkhiale, antara lain : klien mengeluh nafsu makan menurun, mual, muntah, terjadi penurunan berat badan.

c. Kebutuhan eliminasi

Data eliminasi yang dikaji pada pasien asma bronkhiale, antara lain : apakah terjadi perubahan pola berkemih ( pellium ), nukturia, apakah terdapat rasa nyeri atau terbakar, terjadi kesulitan saat berkemih, nyeri pada abdomen, terjadi diare.

d. Kebutuhan gerak dan keseimbangan tubuh.

Data aktivitas yang perlu di kaji pada pasien asma bronchiale, antara lain: apakah ada kelelahan, kelemahan, kesulitan bergerak/berjalan, apakah ada gangguan tidur/tidak. e. Kebutuhan istirahat dan tidur.

Data istirahat dan tidur yang dikaji pada pasien dengan asma bronchiale antara lain: Apakah terjadi gangguan tidur ( insomnia/somnolen), kebiasan tidur.

f. Kebutuhan berpakaian.

Mengkaji kebiasan pasien dalam berpakaian berapa kali pasien mengganti pakaian, jenis pakaian apakah yang dapat menyerap keringat, tebal atau tipis.

g. Mempertahankan temperature tubuh atau sirkulasi.

Data yang perlu di kaji antara lain: apakah klien mengeluh demam. h. Kebutuhan personal hygiene.

Data kebutuhan personal hygiene yang perlu di kaji pada pasien asma bronchiale antara lain: apakah klien dapat melakukan personal hyigiene, berapa kali mandi, gosok gigi. i. Kebutuhan rasa Aman dan nyaman.

Pasien dengan Asma bronchiale mengalami gangguan dalam kebutuhan rasa aman dan nyaman mengeluh sesak nafas, hidung tersumbat.

j. Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekpresikan emosi

Dengan mengkaji interaksi klien dengan orang lain, sikap klien saat ada rasa takut.

(12)

Pada kebutuhan spiritual pada pasien asma bronchiale, perlu di kaji kepercayaan, keyakinan dan agama klien, apakah penyakit berpengaruh pada kegiatan spiritual klien. l. Kebutuhan bekerja.

Pada kebutuhan bekerja pada pasien asma bronchiale perlu di kaji pola kerja klien, lama kerja, tempat kerja klien berat atau ringan.

m. Kebutuhan bermai dan rekreasi

Pada kebutuhan bermain dan rekreasi pada klien asma bronchiale, perlu di kaji bagaimana keinginan untuk bermain / di kaji keadaan penyakit klien apakah berpengaruh pada keinginan untuk bermain / di kaji bagaimana klien memenuhi kebutuhan rekreasianya.

n. Kebutuhan belajar

Pada kebutuhan belajar klien asma bronchiale perlu di kaji antara lain: kaji klien dalam hal asuhan penyembuhan dan peningkatan kesehatan klien serta mengikuti rencana-rencana yang di anjurkan.

 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1). Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental, penurunan energi atau kelemahan ditandai dengan :

a) Kesulitan bernafas tidak normal seperti mengi, ronchi, wheezing.

b) Batuk (menetap) dengan atau tanpa produksi sputum.

Kriteria hasil :

a) Jalan nafas baik RR 24 – 28 x/menit b) Bunyi nafas normal

Intervensi

a) Auskultasi bunyi nafas

Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat atau tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius.

b) Kaji frekuensi pernapasan

Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres atau adanya proses infeksi akut.

c) Catat adanya dispnea

Rasional : Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.

d) Beri posisi yang nyaman

Rasional : Untuk mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. e) Beri cairan yang sesuai toleransi jantung

(13)

2). Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay O2 (obstruksi jalan nafas

oleh sekresi bronkus, jebakan udara), kerusakan alveoli.

Kriteria hasil : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat. Intervensi :

a) Kaji frekuensi kedalaman pernapasan

Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan kronisnya proses penyakit.

b) Beri posisi semi fowler

Rasional : Untuk latihan nafas menurunkan kolaps jalan nafas dipsnea dan kerja napas.

c) Beri minum air hangat

Rasional : Untuk membantu pengeluaran sputum. d) Ajarkan teknik batuk efektif

Rasional : Meringankan sputum untuk mempermudah pengeluaran. e) Auskultasi bunyi napas

Rasional : Terdengar suara mengi mengidentifikasikan spasme bronkus. f) Pantau tingkat kesadaran dan awasi vital sign

Rasional : Dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung. 3). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya dipsnea,

kelemahan, efek samping, obat, produksi sputum, anoreksia mual atau muntah ditandai dengan :

a) Penurunan berat badan

b) Kehilangan massa otot, tonus otot buruk. c) Mengeluh gangguan sensasi mengecap.

Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat. Intervensi :

a) Hindari makanan yang panas atau dingin Rasional : Untuk mencegah terjadinya batuk. b) Auskultasi bunyi usus

Rasional : Biar tidak terjadi konstipasi yang berhubungan dengan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas.

c) Menimbang BB

Rasional : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori. d) Berikan makan porsi kecil tapi sering.

Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total. 4). Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas, kerusakan

jaringan peningkatan pemajanan pada lingkungan. Kriteria hasil :

(14)

b) Perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman. c) Awasi vital sign

Intervensi :

a) Awasi suhu

Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi dan atau dehidrasi.

b) Kaji pentingnya latihan nafas batuk efektif

Rasional : Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi paru.

c) Observasi warna, karakter bau sputum

Rasional : Sekret berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru. d) Dorong keseimbangan aktivitas dan istirahat

Rasional : Menurunkan konsumsi atau kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahankan pasien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.

e) Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat

Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi.

5). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan inadekuat oksigen untuk aktivitas. Kriteria evaluasi :

1. Memperagakan metode batuk, bernafas dan menghemat energi yang efektif 2. Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang realistis untuk dicapai atau di pertahankan intervensi :

1. Jelaskan aktivitas dan faktor yang meningkatkan kebutuhan O2

a. merokok

b. suhu yang ekstrem c. berat badan berlebihan

d. stress

Rasional : Merokok, suhu ekstrem dan stress menyebabkan vasokonstriksi yang meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan O2

2. Secara bertahap tingkatkan aktivitas harian pasien sesuai peningkatan toleransi

Rasional : Mempertahankan pernafasan lambat, sedang dari latihan yang di awasi. Memperbaiki kekuatan otot aksesori dan fungsi pernafasan

3. Ajarkan pasien tehnik nafas efektif, seperti pernafasan diafragma, pursed-lip

rasional : Pernafasan diafragma menghalangi pernafasan dangkal, cepat tak pernafasan pursed-lip. Memperlambat ekspirasi mempercepat alveoli mengembang lebih lama dan memberikan control terhadap dispnea 4. Siapkan pasien dengan ide-ide untuk penghematan energi

(15)

6. Membuat jarak aktifitas sepanjang hari 7. Menjadwalkan periode istirahat yang cukup

8. Selang-seling antara tugas yang mudah dan sulit sepanjang hari

Rasional : Pemakaian energi berlebih dapat dicegah dengan mengatur aktivitas 9. Pertahankan terapi O2 tambahan sesuai kebutuhan

Rasional : O2 tambahan meningkatkan kadar O2 yang bersirkulasi dan memperbaiki

toleransi aktivitas

10. Rencanakan waktu istirahat yang cukup sesuai jadwal harian pasien

Rasional : Periode istirahat memungkinkan periode penggunaan energi tubuh

pasien akan melaporkan kepuasan keseimbangan istirahat dan aktivitas intervensi :

1. Jelaskan sirkulasi tidur dan signifikasinya

a. tahap I, tidur transisional antara bangun dan tidur

b. tahap II, tidur tetapi mudah terbangun ( 50-55% dari tidur total )

c. tahap III, tidur lebih dalam, metabolisme dan otak lambat ( 10% dari tidur total )

d. tahap IV, tidur paling lama, metabolisme dan otak lambat ( 10% dari tidur total )

Rasional : Orang umumnya melewati lima kali siklus dalam tidur lengkap tiap malam. Bila orang terbangun sebelum siklus tidur, ia dapat merasa tidak segar ketika bangun pada pagi harinya

2. Rencanakan prosedur untuk membatasi gangguan tidur, biarkan pasien tidur sedikitnya 2 jam tanpa gangguan

Rasional : Secara umum orang harus menuntaskan siklus tidur ( 70-100 menit ). 4 sampai 5 kali semalam untuk merasa segar

3. Jelaskan mengapa hipnotik atau sedative harus di hindari

Rasional : Obat ini akan kehilangan efektivitasnya setelah seminggu. Peningkatan dosis membawa resiko ketertgantungan

4. Tinggikan kepala tempat tidur setinggi blok 25 cm atau gunakan penopang dengan bantal di bawah lengan

Rasional : Dapat meningkatkan relaksasi dan tidur dengan memberi ruang pada paru-paru lebih besar pengembangan melalui penurunan tekanan ke atas organ-organ abnormal

(16)

Rasional : Individu dapat rileks dan istirahat dengan mudah memerlukan sedikit tidur untuk merasa segar kembali, dengan pertumbuhan usia, waktu tidur total secara umum menurun, khususnya tidur tahap IV dan waktu tahap 2 meningkat

6. Tingkatkan relaksasi

a. Berikan lingkungan yang gelap dan tenang

b. Berikan kesempatan untuk memiliki penggunaan bantal, linen dan selimut c. Berikan ritual waktu tidur yang menyenangkan bila perlu

d. Berikan ventilasi ruangan baik dan tutup ruangan

Rasional : Tidur akan dicapai sampai tercapai relaksasi lingkungan rumah sakit dapat mengganggu relaksasi

7. Lakukan tindakan untuk mengontrol batuk

a. Hindari membersihkan pasien dengan cairan panas atau dingin pada waktu tidur

b. Konsultasi dokter untuk antitusy sesuai kebutuhan

Rasional : Tindakan ini membantu mencegah rangsang batuk dan gangguan tidur

8. Anjurkan pasien tindakan untuk meningkatkan tidur

a. Makan kudapan ( snack ) tinggi protein sebelum waktu tidur. Misalnya : keju, susu

b. Hindari kafein

c. Upayakan untuk tidur jika merasa ngantuk

d. Bila terjadi kesulitan tidur, tinggalkan ruang tidur ddan ikuti aktivitas kecil seperti membaca di ruang lain

e. Coba untuk mempertahankan kebiasaan tidur yang sama 7 hari seminggu rasional :

a. pencernaan protein menghasilkan triptofan yang mempunyai efek sedative b. kafein merangsang metabolisme dan menurunkan relaksasi

c. rasa frustasi akan meningkat bila memaksakan tidur dan tidak mengantuk atau tidak rileks

d. tempat tidur di khususkan terutama hanya untuk tidur

e. pola berbaring dan bangun yang tak teratur dapat mengganggu jam biologis, memperberat kesulitan tidur

( Carpenito, 1998 ) 7). Kurangnya perawatan diri ( mandi, hygiene, berpakaian, makan dan toileting )

kriteria evaluasi :

1. Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tunggak yang konsisten dengan kemampuan individual

2. Mendemonstrasikan perubahan tehnik atau gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

(17)

1. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri sebagaimana yang diperlukan

Rasional : Melengkapi aktivitas perawatan diri tanpa perubahan yang berarti dalam tanda-tanda vital dasar atau yang mengancam rasa aman

2. Bantu pasien dalam mengatur posisi yang tepat, membersihkan badan atau bagian tubuh yang lain

Rasional : Melakukan mandi dan hygiene yang tepat, membersihkan badan atau bagian tubuh yang lain

3. Bantu untuk melakukan aktivitas yang mana pasien tidak mudah untuk melakukan seorang diri, seperti menyikat gigi, menyisir rambut, kuku dan membersihkan bagian belakang atau tungkai atau kaki

Rasional : Membantu hygiene yang tepat

4. Siapkan pakaian dengan ukuran yang lebih besar

Rasional : memudahkan untuk melepaskan dan mengenakan pasien 5. Berikan alat Bantu khusus, seperti kom untuk mandi

Rasional : Untuk meningkatkan bergerak atau melakukan aktivitas yang aman 6. Mulailah melakukan program latihan secara bertahap pada tingkat yang dapat di

toleransi

rasional : Melakukan latihan dapat mengurangi perasaan letih

( Kim and Farlan and Mc langs, 1994 )

(18)

Carpenito, Lynda Juall, 1998, Diagnosa Keperawatan Aplikasi Praktek Klinis, Edisi 6, EGC, Penerbit Kedokteran, Jakarta

C. Long, Barbara, 1996, Perawatan Medical Bedah, Edisi 2, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.

C. Smeltzer, Suzanne, Medikal Surgical Nursing 9, Philadelphia, Newyork, 2000.

Depkes RI, Pedoman Perawatan Ruangan 2, Depkes RI, Jakarta, 1999.

Doengoes, Marylin E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Alih Bahasa, EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Hudak, Gallo, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Volume I Edisi 6, Alih Bahasa : Allenidekania, Betty Susanto, Yasmin EGC, Jakarta, 1997.

L. Betz, Cecily and A. Sowden, Linda, Buku Saku Keperawatan Pediatric Edisi 3, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000.

Mansyoer, Arif, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, FKUI, Jakarta.

Nettina, M. Sandra, 2002, Pedoman Praktek Keperawatan, EGC, Jakarta.

Price, Sylvia Anderson, dkk, Patofisiologi Konsep Klinik dan Proses Penyakit, Edisi 2, Alih Bahasa : Adjie Dharma, EGC, Jakarta, 1991.

Syaifullah, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Penerbit FKUI, Jakarta.

www.Asma.co.id

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pada penelitian ini terdapat beberapa tahapan yang dilalui (Gambar 1). Tahapan penelitian ini dimulai dari studi literatur mengenai sistem pendukung keputusan, Analytic

dalam penentuan suatu berat spesifik tanah itu sendiri yang nanti berhubungan dengan penggunaan tanah tersebut.. Dari suatu percobaan tertentu, harga-harga berat spesifik

Kemudian calon panelis dianjurkan untuk menekan-nekan tekstur pada set pertama dan set kedua serta menentukan sampel mana dari set kedua yang berhubungan dengan tiap

Ketiga, merupakan tujuan lain dari penelitian ini, penulis akan berusaha menggali informasi dan menjelaskan faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung

Adapun penelitian yang akan dilakukan merupakan bagian dari Psikologi Industri dan Organisasi yang berkaitan dengan persepsi anggota mengenai keahlian ketuanya dalam

Silakan mahasiswa menkan tombol , maka akan muncul dropdown box yang berisi jadwal-jadwal kelas untuk mata kuliah tersebut, pilih salah satu yang paling sesuai

Kicauan burung terdengar merdu Menandakan adanya hari yang baru Indahnya alam ini membuatku terpaku Seperti dunia hanya untuk diriku. Ku pejamkan