• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MEWUJUDKAN INDONESIA BEBAS DARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH MEWUJUDKAN INDONESIA BEBAS DARI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MEWUJUDKAN

INDONESIA YANG BEBAS DARI NARKOBA

(Gerakan Pemberantasan Dimulai Dari Desa)

Oleh :

Yandi Novia

KETUA BIDANG PELAJAR DAN MAHASISWA DPD KNPI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

DALAM KEGIATAN:

STUDI PEMBANGUNAN NASIONAL (SPN) KEPEMUDAAN TAHUN 2015

(2)

MEWUJUDKAN

INDONESIA YANG BEBAS DARI NARKOBA

(Gerakan Pemberantasan Dimulai Dari Desa)

I. Pendahuluan

Istilah narkoba saat ini telah menjadi istilah yang sangat akrab ditelinga

dan lidah. Jika dulu istilah ini hanya dikenal melalui media cetak dan

elektronik, dan hanya diketahui oleh kalangan medis saja, maka kini narkoba

bukan menjadi sebuah rahasia lagi, bahkan ada diantara mereka yang telah

mengkonsumsi narkoba. Narkoba bukan lagi hal baru, walapun baru mencuat

di masyarakat tahun 1998, hal ini karena dilatarbelakangi oleh banyaknya

peristiwa penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan obat-obatan

adiktif yang terjadi.

Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

psikotropika dan bahan adiktif lainnya non tembakau dan alkohol) baik di

tingkat global, regional dan nasional, sejak lama telah menjadi kejahatan luar

biasa (extra ordinary crimes) yang terus mengancam dan telah merusak

sendi-sendi kehidupan manusia, berbangsa dan bernegara. Berbagai upaya

telah dilakukan secara bersama-sama dalam menanggulangi masalah tersebut,

namun demikian fenomena tersebut masih terus menyita fokus perhatian dari

pemerintah untuk dikurangi penurunannya hingga ke titik nol.

Narkoba diidentikkan dengan konotasi negatif. Narkoba lebih dikenal

sebagai obat terlarang berbahaya dan merusak, padahal zat ini tidak terlalu

(3)

akhirnya digolongkan jenis narkotika dan psikotropika telah digunakan

sebagai bahan penahan rasa sakit pada pengobatan luka, terutama pada saat

perang. Misalnya morphin, sejak abad ke-19 selalu menjadi bekal para tentara

yang berangkat ke medan perang di Eropa dan Amerika guna menghilangkan

nyeri apabila mereka terluka.

Di dunia medis narkotika sangat diperlukan karena keampuhannya

menghilangkan rasa nyeri. Disamping memberikan manfaat besar bagi

kehidupan manusia, zat ini ternyata juga memiliki efek besar bagi kehidupan

manusia, zat ini ternyata juga memiliki efek samping yang berbahaya, yaitu

menimbulkan ketagihan dan ketergantungan terhadap pemakai, penggunaan

narkotika mudah menimbulkan ketagihan karena dalam keadaan kurang

menentu dan depresi pemakai ingin mengalami euphoria lagi. Oleh sebab itu,

penggunanya harus di bawah pengawasan dokter.

Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang

biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan

untuk penyakit tertentu. Namun kini pemanfaatannya disalah gunakan

diantaranya dengan pemakaian yang telah diluar batas dosis/ over dossis.

Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam

tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga

jika disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan

fungsi sosial. Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-undang (UU)

untuk penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang

(4)

Dewasa ini penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi

fenomena di masyarakat, tanpa mengenal usia dan golongan sosial, masalah

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah muncul sebagai momok

yang mengerikan, tidak saja bagi pemerintah Indonesia, tetapi juga bagi dunia

Internasional.

Dalam menanggulangi semakin maraknya kasus-kasus Narkoba,

pemerintah membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional (1999) dengan

tugas melakukan koordinasi baik tingkat pusat maupun daerah tentang

masalah Narkoba. Kemudian pada tahun 2002 pemerintah mengganti BKNN

menjadi Badan Narkotika Nasional dengan tugas selain koordinasi juga

operasionalisasi satuan tugas dan penegakan hukum.

II. Bagaimana dengan Indonesia?

Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan bahkan prediksi 2015 diperkirakan jumlah pengguna

narkoba di Indonesia akan mencapai 5,8 juta jiwa. Hal ini karena jumlah

pengguna narkotika untuk saat ini telah mencapi 4 juta jiwa.

Bahkan menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN) di dunia

berdasarkan data dari UNODC ada 315 juta orang usia produktif atau

berumur 15 sampai 65 tahun yang menjadi pengguna narkoba. Selain itu ada

200 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya akibat narkoba. Dalam kurun

waktu empat tahun terakhir, telah terungkap 108.107 kasus kejahatan narkoba

(5)

pencucian uang sebanyak 40 kasus dngan nilai aset yang disita sebesar

Rp163,1 miliar.

Upaya pencegahan telah dilakukan upaya peningkatan ekstensifikasi

dan intensifikasi komunikasi, informasi dan edukasi mulai dari kalangan usia

dini sampai dewasa di seluruh pelosok Indonesia. Pencegahan itu dilakukan

dengan memanfaatkan sarana media cetak, online, ekeltronik maupun tatap

muka secara langsung kepada masyarakat. Di sisi lain telah dibagun pula

kesadaran, kepedulian, dan kemandirian masyarakat dalam menjaga diri,

keluarga, dan lingkungannya dari bahaya narkoba.

Dalam hal upaya rehabilitasi selama kurun waktu 2010 sampai 2014

telah direhabilitasi sebanyak 34.467 residen baik melalui layanan rehabilitasi

medis maupun sosial di tempat rehabilitasi pemerintah maupun msyarakat.

Namun yang menjadi kendala dalam upaya memerangi narkoba, yaitu,

pertama, sampai saat ini pelayanan rehabilitasi medis maupun sosial di

Indonesia masih sangat terbatas. Sementara pengguna narkona sangat besar.

Masalah kedua adalah peredaran gelap narkoba. Dalam kurun waktu

empat tahun, telah terungkap kasus kejahatan narkoba dengan jumlah

tersangka dan barang bukti yang cukup besar, dan hasil ini masih relatif kecil

dibandingkan dengan jumlah narkoba illegal yang beredar di masyarakat.

Masalah lainnya yang tidak kalah penting adalah adanya stigma negatif

masyarakat terhadap pengguna narkoba. "Mereka dianggap penjahat dan

(6)

lingkungannya bahkan keluarganya sendiri, seharusnya mereka diselamatkan

dan dibimbing agar pulih dan mempunyai masa depan yang lebih baik.

III. Gambaran di Kalimantan Tengah

Kalimantan Tengah untuk tahun 2014 berada di 10 besar terbanyak di

Indonesia dengan menempati urutan ke-9. Sebagaimana yang disampaikan

oleh Ketua Umum Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kalteng Ir. H.

Achmad Diran pada sosialisasi bahaya narkoba di Aula Jayang Tingang 29

Januari 2015 yang lalu. Untuk kasus pengguna narkoba tercatat 34.543 orang,

sedangkan pengedar yang berhasil ditangkap sebanyak 239 orang.

Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah.

Mengingat hampir seluruh masyarakat dapat dengan mudah mendapat

narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Sehingga sudah

tidak asing terdengar peredaran narkoba juga terjadi di sel-sel penjara

dilakukan oleh oknum polisi, dan peredaran besar juga dilakukan di

rehabilitasi para pengguna narkoba.

Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih

sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja

maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang

terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk

mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan

keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya

(7)

Tahun 2014, Pelajar SMA tertinggi angka dalam penggunaan narkoba.

Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus

narkoba (khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak, penyebaran HIV/

AIDS semakin meningkat dan mengancam. Penyebaran narkoba menjadi

makin mudah karena anak SD juga sudah mulai mencoba-coba mengisap

rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba menyusup zat-zat adiktif (zat

yang menimbulkan efek kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya.

Hal ini menegaskan bahwa saat ini perlindungan anak dari bahaya

narkoba masih belum cukup efektif. Walaupun pemerintah dalam UU

Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 dalam pasal 20 sudah menyatakan

bahwa Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua

berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan

anak (lihat lebih lengkap di UU Perlindungan Anak). Namun perlindungan

anak dari narkoba masih jauh dari harapan.

Tentunya kita masih ingat pada dua tahun yang lalu, tepatnya tanggal

17 Juni 2013 pemuda Kalimantan Tengah melakukan Deklarasi Menyatakan

Perang Terhadap Narkoba dan menyongsong 2015 Kalteng bebas Narkoba,

diikuti oleh seluruh pelajar dan perwakilan mahasiswa se Kota Palangkaraya

di tribun Sanaman Mantikei.

Di waktu yang sama BNN Provinsi Kalimantan Tengah juga

mengadakan nonton bareng sebuah film dengan judul “Crossroad” sebuah

(8)

diproduksi oleh CV. Ant Republic dengan para kru dan aktor lokal Palangka

Raya.

Narkoba adalah isu yang kritis dan rumit yang tidak bisa diselesaikan

oleh hanya satu pihak saja. Karena narkoba bukan hanya masalah individu

namun masalah semua orang. Mencari solusi yang tepat merupakan sebuah

pekerjaan besar yang melibatkan dan memobilisasi semua pihak baik

pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas lokal.

Adalah sangat penting untuk bekerja bersama dalam rangka melindungi anak

dari bahaya narkoba dan memberikan alternatif aktivitas yang bermanfaat

seiring dengan menjelaskan kepada anak-anak tentang bahaya narkoba dan

konsekuensi negatif yang akan mereka terima.

IV. Dari Mana Harus Memulai?

Pemberantasan penyalahgunaan narkoba, seharusnya dimulai dari

daerah pedesaan. Karena daerah pedesaan/ pelosok sangat jarang bahkan

hampir tidak pernah dilakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba, terutama

bagi para pemudanya. Pemuda desa sering kali menggunakan obat jenis

Zenith, Dextral, dan obat lainnya yang dioplos dengan berbagai macam

bahan/ zat adektif lainnya. Sebagai contoh yang sering dilakukan pemuda

daerah pedesaan, mengoplos obat Zenith dicampur obat Antimo, bahkan

menambahkan Autan, sehingga bisa dibayangkan tingkat bahaya yang akan

ditimbulkan dari reaksi obat-obat tersebut.

Hal ini baru awal, yang menjadi dasar mereka mengetahui dan

(9)

terlarang tersebut mudah untuk mereka dapati, bahkan sebagian menjual

layaknya berjualan sembako. Apalah daya masyarakat setempat untuk

menghentikan peredaran obat-obatan terlarang kalau oknum aparat

kepolisian, pemerintah desa, pemerintah kecamatan memilih untuk diam dan

bersikap acuh akan hal ini. Seakan-akan mereka membiarkan dengan terbuka

oknum masyarakat menjual obat-obatan terlarang ini.

BNN sama sekali tidak pernah melakukan penyuluhan Narkoba dari

desa ke desa, mereka lebih fokus pada penanggulangan ditingkat Kabupaten

semata, sehingga slogan Menuju Indonesia Bebas Narkoba hanya sebuah

mimpi panjang yang tidak akan pernah menjadi kenyataan.

Bandar Barkoba tidak hanya mengincar masyarakat perkotaan, bahkan

masyarakat buruh sawitpun kena imbasnya. Tidak jarang banyak buruh yang

dipecat, karena kedapatan mengkonsumsi obat-obatan terlarang ini. Hal ini

bukan menjadi rahasia lagi, namun hal ini tetap menjadi rahasia dikalangan

publik dan media, luput menjadi sorotan, karena pergerakan penanggulangan

Narkoba lebih fokus pada masyarakat perkotaan semata.

V. Kenapa Harus dimulai dari Desa?

Sebagai contoh, di Provinsi Kalimantan Tengah terutama daerah

pedesaan hanya berkisar antara 20% pelajar Sekolah Menangah Atas yang

meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi. Hal ini disebabkan berbagai

faktor, diantaranya ketidakmampuan dalam hal pembiayaan, faktor kemauan

(10)

Pertanyaan selanjutnya, apa yang bisa mereka pahami tentang bahaya

Narkoba dengan keadaan yang tidak pernah sama sekali mendapatkan

pendidikan tentang bahaya Narkoba itu sendiri? Apa yang mereka lihat dan

dengar di media televisi, itu yang akan mereka ikuti, karena anggapan mereka

merokok, minum-minuman keras, konsumsi obat-obatan terlarang, adalah

wujud dari dunia modern yang harus diikuti.

VI. Solusi

Berbicara BNN dengan seperangkat program kerjanya, lagi-lagi akan

bersentuhan dengan anggaran dan keterbatasan kemampuan dalam mereka

menjangkau area pencegahan dan pemberantasan narkoba. Maka dengan ini,

ada beberapa solusi yang coba penulis tawarkan, yakni :

1. Membentuk gerakan masyarakat sadar bahaya narkoba, terutama di

daerah pedesaan, dengan memberikan bimbingan, pelatihan, dan

pendidikan. Diutamakan bagi para pemuda-pemudinya, pelajar SD, SMP,

hingga SMA.

2. Memberikan bimbingan dan penjelasan serta meningkatkan kerjasama

kepada pihak Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, dan Aparat

Kepolisian agar tidak bersikap acuh akan kenakalan pemuda yang

membudayakan konsumsi obat-obatan terlarang.

3. Merangkul LSM, Organisasi Mahasiswa, dan Organisasi Kepemudaan

agar turut andil dalam sosialisasi tentang bahaya penyalahgunaan

(11)

4. Menggalakkan kembali Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) di

Referensi

Dokumen terkait

4.3 Data hasil simulasi sebelum dan sesudah pemasangan penggabungan Single-Tuned Passive Filter dan Double-Tuned Passive

Bila akuntan Indonesia tidak siap menghadapi AEC 2015, maka akuntan dari negara lain akan berdatangan ke Indonesia. “Jumlah akuntan profesional di kita lebih kecil

Mereka menegaskan bahwa individu menikmati hak-hak internasional –khususnya HAM– dan hak-hak tersebut harus dipertahankan tidak hanya oleh negara tetapi juga oleh organ-organ

4.1.1 Pada peringkat akhir pemerintahan Bani Umaiyah, golongan mawali (orang Islam bukan Arab seperti Parsi dan Barbar) merasa didiskriminasikan (tidak dapat jawatan dan

Iklan Baris Iklan Baris BODETABEK Serba Serbi SILAT RUPA-RUPA SEKOLAH Rumah Dijual Rumah Dikontrakan JAKARTA SELATAN JAKARTA TIMUR TANAH DIJUAL TANAH DICARI.. ADA JUAL Tanah Luas

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kabupaten Paser (Lembaran Daerah

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, JSPs memungkinkan untuk dilihat sebagai HTML atau XML dokumen dengan berdasar pada Script JSP. Scripting JSP element

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian tugas akhir ini adalah menerapkan metode AHP kedalam sistem pendukung keputusan untuk pemilihan calon