• Tidak ada hasil yang ditemukan

askep anak dan dengan diare

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "askep anak dan dengan diare"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Gastroenteritis

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml/jam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defeksi yang meningkat. (Monsjoer, Arif, 1999) Selain itu penertian diare menurut (WHO, 1980) menjelaskan bahwa buang air besar encer atau air lebih dari tiga kali sehari.

Menurut (Sowden, 1996) menjelaskan bahwa gastroenteritis (GE) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang meberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah. Gastroenteritis diartikan sebagai seperti buang air besar yang tidak normalatau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. (FKUI, 1965)

Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam, virus, dan parasit, yang patogan. (Whaley dan Wong’s, 1995) Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi, alergi, atau keracunan zat makanan. (Marlena Mayers, 1995)

Jadi dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang membarikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit yang patogen.

2.2 Etiologi Gastroenteritis

(2)

2.3 Patofisiologi dan WOC Gastroenteritis 2.3.1 Patofisiologi Gastroenteritis

Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus, bakteri atau toksin, perasit. Beberapa mikroorganisme petogen ini menyebankan infeksi pada sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.

Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksik di dinding usus, sehingga sekresi air dan elekrolit meningkat kemudian menjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.

Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) yang mengekibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia). Gangguan gizi (itake kurang, output berlebihan), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

2.3.2 WOC Gasroenteritis WOC terlampir

2.4 Tanda dan Gejala Gastroenteritis

Tanda dan gejala pada gastroenteritis dapat timbul sebagai berikut diantaranya yaitu sebagai berikut :

1) Diare

(3)

7) Tidak napsu makan 8) Badan terasa lemah 9) Turgor kulit kurang

2.5 Komplikasi Gastroenteritis

Komplikasi yang dapat ditimbulkan pada gastroenteritis yaitu diantaranya sebgai berikut :

1) Dehidrasi

2) Renjatan hipovolemik 3) Kejang

4) Bakterimia 5) Malnutrisi 6) Hipoglikemia

7) Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

2.6 Tingkat Dehidrasi Gastroenteritis

Tingkat dehidrasi dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu dehidrasi ringan, sedang dan berat. Dari ketiga tingkatan tersebut dapat dijelaskan diantaranya sebagai berikut yaitu :

2.6.1 Dehidrasi Ringan

Kehilangan cairan 2-5% dari berat badan dengan gambaran klinis turgor kulit kurang elestis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok. 2.6.2 Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5-8% darri berat badan dengan gambaran klinis turgor kulit jelek, suara serak, presyok dengan tanda nadi cepat dan dalam.

2.6.3 Dehidrasi Barat

(4)

2.7 Pemeriksaan Penunjang Pada Gastroenteritis 2.7.1 Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan feces

2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan penentukan Ph keseimbangan gas darah atau astrup bila memungkinkan.

3) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fugsi ginjal. 2.7.2 Pemeriksaan Elektrolit Intubasi Duodenum

Pemeriksaan untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

2.8 Penatalaksanaan Gastroenteritis 2.8.1 Pemberian Cairan

Pemberian cairan pada klien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum, yaitu :

1) Cairan per-oral

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl, Na, HCO, K dan Glukosa, untuk diare akut di atas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan dan sedang kadar natrium 50-60 Meg/l dapat di buat sendiri (mengandung larutan garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut di atas adalah untuk pengobatan yang di rumah sebelum di bawah ke rumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.

2) Cairan parenteral

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya :

a. Dehidrasi ringan

(5)

Untuk anak umur 1 bulan - 2 tahun dengan berat badan 3-10 kg. - 1 jam pertama : 40 ml/kg BB/jam = 10 tetes/kg BB/menit (infus

set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes/kg BB/menit).

- 7 jam berikutnya 12 ml/kg BB/jam = 3 tetes/kg BB/menit (infus set 1 ml = 20 tetes).

- 16 jam berikutnya 125 ml/kg BB oralit per oral bila anak mau minum teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes/kg BB/menit atau 3 tetes/kg BB/menit.

Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg.

- 1 jam pertama 30 ml/kg BB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit (infus set 1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/kg BB/menit (1 ml = 20 tetes). - 7 jam kemudian 127 ml/kg BB oralit per oral, bila anak tidak

mau minum dapt diterukan dengan 2A intra vena 2 tetes/kg BB/ menit atau 3 tetes/kg BB/manit.

Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan barat badan 15-25 kg. - 1 jam pertama 20 ml/kg BB/jam atau 5 tetes/kg BB/menit (infus

set 1 ml = 20 tetes).

- 16 jam berikutnya 105 ml/kg BB oralit per oral. 2.8.2 Diatetik

Pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan menyembuhkan dan menjaga kesehatan ada pun hal perlu diperhatikan yaitu :

1) Pemberian ASI

2) Memberikan bahan makanan yang mengadung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

(6)

2.9 Asuhan Keperawatan Secara Teori Pada Masalah Gastoenteritis

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data, penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik.

2.9.1 Pengkajian 1) Identitas Klien

Identitas klien dapat meliputi diantaranya nama klien, tempat/tanggal lahir, umur, tanggal masuk sakit, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, alamat, kultur, agama, pendidikan dan diagnosa medis.

2) Riwayat Keperawatan

- Awalnya serangan : awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.

- Keluhan utama : faces semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak cairan dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun, pada bayi ubun-ubun beras cekung, tonus dan turgor kulit kurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali sehari dengan konsistensi air.

3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi. 4) Riwayat Psikososial Keluarga

Hospitalisasi akan menjadi stresor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anaknya, setelah menyadari panyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.

5) Kebutuhan Dasar

- Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB berlebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.

- Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan penurunan berat badan pada pasien.

(7)

adanya distensi abdomen. 6) Pemeriksaan Fisik

- Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran kompos mentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.

- Pemeriksaan sistemik :

a) Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar cekung, selaput lendir mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan. b) Perkusi : adanya distensi abdomen, hipertimpani.

c) Palpasi : turgor kulit jelek, kurang elastis. d) Auskultasi : bising usus meningkat. - Pemeriksaan tumbuh kembang

Pada anak akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi, sehingga berat badan menurun.

- Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yang untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.

2.9.2 Diagnosis Keperawatan

1) Defisit volume cairan dan elekrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebih.

2) Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.

(8)

2.9.3 Intervensi Keperawatan

DX : Defisit volume cairan dan elekrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebih.

Tujuan : Defisit cairan dan elekrolit teratasi. Kriteria Hasil :

1) Tanda-tanda dehidrasi tidak ada 2) Mukosa bibir lembab

3) Balance cairan seimbang

Intervensi Keperawatan :

1) Monitor BAB (voluma, warna, frekuensi, konsistensi) ada lendir, pus atau darah.

R/ Indikator berat ringannya penyakit dan menentukan intervensi selanjutnya.

2) Observasi tetesan infus

R/ Tetesan cairan infus yang tidak lancar mengakibatkan cairan penganti atau elektrolit yang masuk ke dalam tubuh klien terlambat.

3) Observasi tanda-tanda vital

R/ Mengetahui kondisi umum secara menyeluruh dan mempermudah tindakan keperawatan.

4) Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak pada klien ± 600 – 700 cc/hari.

R/ Untuk menyeimbangkan nilai input dan output.

(9)

berhubungan dengan mual dan muntah.

Tujuan : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi. Kriteria Hasil :

1) Intake nutrisi klien meningkat 2) Diet habis 1 porsi yang disediakan 3) Mual dan muntah tidak ada

Intervensi Keperawatan :

1) Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.

R/ untuk menentukan berapa besar asupan nutrisi yang dibutuhkan pasien dan menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.

2) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ± 10-12 jam siang dan malam. R/ istirahat yang banyak menghindari peningkatan kejra lambung. 3) Anjurkan untuk memberi makanan yang hangat.

R/ makanan hangat dapat meningkatkan napsu makan pasien dan mencegah rasa seba di perut.

4) Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering ± 6 kali per hari.

R/ pemberian makan sedikit tapai sering dapat mengurangi perasaan tegang pada lambung.

(10)

DX : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekuensi BAB yang berlebih.

Tujuan : Gangguan integritas kulit teratasi Kriteria Hasil :

1) Integritas kulit kembali normal 2) Iritasi tidak ada

3) Tanda-tanda infeksi tidak ada

Intervensi Keperawatan :

1) Anjurkan pada keluarga untuk selalu menganti popok anak jika basah, terutama jika anak BAB

R/ Popok yang basah dapat mengakibatkan iritasi pada daerah anus perineum.

2) Jaga kebersihan perineum

R/ Daerah perineum merupakan daerah yang gelap dan rentan iritasi. 3) Observasi bokong dan perineum dari infeksi

R/ Untuk mencegah terjadinya infeksi yang lebih lanjut. 4) Berikan lotion atau cream yang mengandung zinc dapat

Referensi

Dokumen terkait

Keterkaitanyya dengan konteks penelitian ini ialah dimana nantinya tingkat kepemimpinan Mayor Siriphong akan dilihat berdasarkan pada teori Managerial Grid, sehingga

50 Yati Bau kaporit Tidak Diperiksa kualitasnya Debit air yang mengalir besar 51 Indri Berbau Tidak Kualitas ditingkatkan Kuantitas aliran air ditingkatkan 52 Bram Tidak

[6.9] Menimbang bahwa sesuai fakta persidangan sebagaimana dimaksud paragraf [3.43] dan paragraf [3.44], diketahui bahwa informasi yang dimohon dan menjadi inti

[r]

Dalam penelitian ini studi terbatas untuk pulau kecil, khususnya Pulau Pari (terletak di bagian utara kota Jakarta), dengan asumsi bahwa air asin dan air tawar merupakan dua

Kebakaran sering menimbulkan berbagai akibat yang tidak diinginkan baikyang Kebakaran sering menimbulkan berbagai akibat yang tidak diinginkan baikyang menyangkut

Setelah dari ayakan GLS (Green Leaf Shilter) masuk pada penggilingan rotor vane 15”. Penggilingan ini bertujuan agar pucuk dengan mudah cepat mengalami proses enzimatis