SKIRINING KEJADIAN DEHIDRASI PADA BALITA DENGAN DIARE DI RS PKU MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
RISKAWATI ABD. KADIR 20120320033
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
SKIRINING KEJADIAN DEHIDRASI PADA BALITA DENGAN DIARE DI RS PKU MUHAMMADIYAH I YOGYAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
RISKAWATI ABD. KADIR 20120320033
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
HALAMAN MOTTO
“Inna ma’al ‘usri yusroo: Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”
“Tanpa ilmu dan pengetahuan, kita seperti dilorong gelap yang dipaksa untuk berjalan” –Mahatma Gandhi
“Kita perlu melupakan siapa kita menurut pandangan kita sendiri, agar bisa menjadi diri kita apa adanya”– Paulo Coelho
“Impian besar menjadi nyata bila bermusuhan dengan rasa malas”
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ku persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepada orang-orang-orang yang sangat kusayangi
Papa Abd. Kadir Karim dan Mama Adema Azis sebagai rasa terima kasih yang tak terhingga kupersembahkan karya tulis ini kepada kalian yang selalu mendukung, memberikan doa dan kasih
sayang yang tak terhingga serta nasihatnya yang menjadi jembatan perjalanan hidupku yang tak mungkin dapat kubalas
hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan persembahan yang berada di Karya Tulis ini.
Saudara Sedarah Apriyani Abd.Kadir sebagai rasa terima kasih untuk do’a dan dukungannya dan segala yang membahagiakan.
Bunda Maria Ahmad sebagai rasa terima kasih yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan, do’a, dan nasihat untuk
keberhasilan Karya Tulis ini.
Teman Sebimbingan Nurhikmatul Maula dan Sita Tiari ini bukti keringat yang nyata, perjuangan yang bermakna dan semangat
yang luar biasa.
Sahabat-Sahabatku Sri Fajriani, Husnul Khomsiah, Ariffah Apriana, Arum Anggaraeni, Suci Aprilia, dan Adik Siska Pratiwi
yang tak pernah lelah memberikan semangat, motivasi, dan warna-warni bahagia.
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Riskawati Abd. Kadir
NIM : 20120320033
Prodi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang
penulis tulis benar-benar merupakan hasil karya tulis sendiri dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam daftar pustaka
di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah
ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanski atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, Agustus 2016
Yang membuat pernyataan,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
INTISARI ... xiv
ABSTRACT ...xv
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah...4
C. Tujuan Penelitian ...5
D. Manfaat Penelitian ...5
E. Penelitian Terkait ...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...7
A. Landasan Teori ...7
1. Diare ...7
2. Balita ...10
3. Dehidrasi ...12
4. Skirining ...16
B. Kerangka Teori ...19
C. Kerangka Konsep...20
BAB III METODELOGI PENELITIAN ...21
A. Rancangan Penelitian...21
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...21
C. Subyek Penelitian ...21
E. Instrumen Penelitian ...25
F. Tahap Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ...26
G. Analisa Data...29
H. Etika Penelitian ...31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...34
A. Hasil Penelitian ...34
B. Pembahasan ...38
C. Kekuatan dan Kelemahan ...43
BAB V KESIMPUAN DAN SARAN ...44
A. Kesimpulan ...44
B. Saran ...44 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori ...19
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden ...49
Lampiran 2. Persetujuan Menjadi Responden ...50
Lampiran 3. Lembar Observasi Dehidrasi ...51
Riskawati Abd. Kadir. (2016). Skrining Kejadian Dehidrasi pada Balita dengan Diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.
Dosen Pembimbing : Nur Chayati, S.Kep., Ns., M.Kep.
INTISARI
Latar Belakang: Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting dan penyumbang utama ketiga angka kesakitan. Penyakit diare di kota Yogyakarta masih merupakan masalah kesehatan utama. Diare menjadi penyebab kematian terbanyak nomor dua pada anak berusia dibawah lima tahun. Dehidrasi yang disebabkan diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan balita. Kasus dehidrasi pada balita lebih tinggi daripada anak-anak. Dehidrasi akan memicu gangguan kesehatan, dimulai dari gangguan ringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kejadian dehidrasi pada balita dengan diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat observasional deskriptif kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling. Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 460 populasi, dari 460 populasi tersebut diambil 10% atau 46 responden sebagai sampel penelitian.
Hasil Penelitian: Karakteristik umur responden yang paling banyak antara umur 1 – 3 tahun sebanyak 32 responden (69,5%), jenis kelamin perempuan sebanyak 25 responden (54,3%), dan laki-laki sebanyak 21 responden (45,7%), suhu responden yang normal (36,5 – 37,50C) sebanyak 23 responden (50%) dan yang hipertermi (>37,50C) sebanyak 23 responden (50%). Jumlah kejadian dehidrasi pada balita dengan diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta paling banyak dehidrasi ringan/sedang sebanyak 31 responden (67,4%), dehidrasi berat sebanyak 5 responden (10,9%), dan tanpa dehidrasi sebanyak 10 responden (21,7%).
Kesimpulan: Jumlah kejadian dehidrasi pada balita dengan diare di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta yang paling banyak adalah dehidrasi ringan/sedang sebanyak 31 responden (67,4%), mayoritas berusia 1 – 3 tahun sebanyak 22 responden (47,7%), jenis kelamin perempuan sebanyak 16 responden (34,8%), dan suhu hipertermi 18 responden (39,1%).
Saran: Perlu diadakan penelitian lebih lanjut terkait hubungan antara berat badan dengan derajat dehidrasi.
Riskawati Abd. Kadir. (2016). Screening incidence diarrhea dehydration in children under five years at the RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.
Adviser : Nur Chayati, S.Kep., Ns., M.Kep.
ABSTRACT
Background : Diarrhea disease is still one important public health problem and a major contributor to morbidity third. Diarrhea diseases in the city of Yogyakarta is still a major health problem. Diarrhea become the number two cuse of death in children under five years. Dehydration caused by diarrhea is the leading cause of death in infants and children under five years. Cases of dehydration in children under five years is higher than infants. Dehydration will lead to health problem, starting from mild annoyances.The purpose of this study was to knowing the incidence diarrheal dehydration in children under five years at the RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.
Research Method :This study was an observational descriptive quantitative. The sampling technique used was consecutive sampling. Total population in this study were 460 population, a population of 460 were taken 10% or 46 respondents as sample.
Result :Characteristics of the respondent’s age at most between the ages of 1 – 3 years as many 32 respondents (69,5%), female gender as much 25 respondents (54,3%), and male as much 21 respondents (45,7%), temperature respondents were normal (36,5 – 37,50C) of 23 respondents (50%) and hyperthermia (>37,50C) of 23 respondents (50%). Total incidence of dehydration in children under five years with diarrhea in the RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta most mild/moderate dehydration as much 31 respondents (67,4%), severe dehydration as much 5 respondents (10,9%), and without dehydration as much 10 respondents (21,7%).
Conclusion : Total incidence of dehydration in children under five years with diarrhea in the RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta most are mild/moderate dehydration as much 31 respondents (67,4%), the majority aged 1 – 3 years as many 22 respondents (47,7%), female gender as much 16 respondents (34,8%), and hyperthermia temperature of 18 respondents (39,1%).
Suggestion : There should be more research regarding the relationship between weight gain in children under five with the degree of dehydration.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga
angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara termasuk
Indonesia. Diperkirakan 1,3 miliar serangan diare dan 3,2 juta kematian
per tahun pada balita disebabkan oleh diare. Setiap anak mengalami
episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang 80%
kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun (Widoyono,
2011). Diare menjadi penyebab kematian terbanyak nomor dua pada anak
berusia dibawah lima tahun dengan 1,5 juta anak meninggal tiap tahunnya
(WHO, 2009).
Menurut data United Nation Children’s (UNICEF) tahun 2013
diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita. Sebanyak 1,7
miliar kasus diare terjadi setiap tahunnya dan menyebabkan sekitar
760.000 anak meninggal dunia setiap tahunnya. Menurut WHO (2013),
diare bukan hanya menjadi masalah di negara berkembang, diare juga
masih merupakan masalah utama di negara maju. Di Eropa, lebih dari
160.000 anak-anak meninggal sebelum berusia 5 tahun dan lebih dari 4%
kasus kematian disebabkan oleh diare.
Penyakit diare di kota Yogyakarta juga masih merupakan masalah
kesehatan utama. Pasien diare yang datang berobat ke puskesmas pada
atas (ISPA) dengan jumlah kasus sejumlah 7769 kasus, sedangkan tahun
2008 meningkat menjadi 9.640 kasus dan tahun 2009 bertambah kembali
menjadi 10.995 kasus. Kasus diare yang berobat ke rumah sakit di kota
Yogyakarta pada tahun 2009 adalah 8.835 kasus meningkat dari tahun
2008 dan 2007 yang masing-masing 8.819 kasus dan 2.993 kasus (Dinkes
Yogyakarta, 2010). Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa
terjadi peningkatan kejadian diare dari tahun 2007 – 2009 di kota
Yogyakarta.
Diare adalah suatu keadaan yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari tiga kali sehari yang disertai dengan
perubahan konsistensi tinja menjadi lebih cair (Suraatmaja, 2010). Saat
anak mengalami diare anak menjadi cengeng dan gelisah, gangguan gizi
akibat asupan makanan berkurang, muntah-muntah, hipoglikemi, dehidrasi
menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme karena asupan cairan
tidak seimbang dengan pengeluaran melalui muntah dan diare (Widjaja,
2010). Menurut Prasetyo (2010), manifestasi terbanyak pada diare adalah
72,7% dehidrasi dan 50% muntah.
Menurut Gustam (2011) prevalensi kasus dehidrasi pada balita
lebih tinggi daripada anak-anak (≥5 tahun). Rentang usia balita adalah 0-5
tahun (Depkes RI, 2009). Rentang usia balita menurut Manajemen
Terpadu Balita Balita Sakit (MTBS) tahun 2008 adalah 2 bulan sampai 5
tahun. Dehidrasi pada balita sebesar 48% dan pada anak-anak sebesar
44,5%. Prevalensi dehidrasi juga tinggi pada balita, yaitu 70,1%
Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang
disebabkan pengeluaran melebihi pemasukan sehingga jumlah air pada
tubuh berkurang. Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh, tetapi
dehidrasi juga akan disertai dengan gangguan keseimbangan elektrolit
yang dapat terjadi karena kekurangan air, kekurangan natrium, dan juga
kekurangan air dan natrium secara bersama-sama (Prescilla, 2009).
Dehidrasi yang disebabkan diare merupakan penyebab kematian utama
pada bayi dan balita (Huang et al, 2009). Selama episode diare, air dan
elektrolit (natrium, klorida, kalium, dan bikarbonat) hilang melalui tinja
cair, keringat, urin, dan pernapasan (Huang et al, 2009)
Dehidrasi terjadi jika kehilangan air dan elektrolit tidak diganti
melalui larutan Oral Rehydration Salts (ORS) atau melalui infus (WHO,
2009). Dehidrasi akan memicu gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan
tersebut dimulai dari gangguan ringan seperti mudah mengantuk, hingga
penyakit berat seperti penurunan fungsi ginjal (Noorastuti, Nugraheni,
2010).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada
tanggal 12 Desember 2015 di ruang IGD RS PKU Muhammadiyah I
didapatkan bahwa tiga orang perawat di ruang IGD dapat membedakan
tanda dan gejala tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dan
dehidrasi berat. Dari hasil wawancara dengan salah satu perawat di ruang
IGD bahwa untuk pelatihan terkait dehidrasi masih jarang dilakukan
Penelitian yang dilakukan Poerwati (2012) di Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Rebo Jakarta ditemukan bahwa 30,5% pasien dengan diare
mengalami dehidrasi ringan, 87,3% pasien dengan diare mengalami
dehidrasi sedang, dan 11,7% pasien dengan diare mengalami dehidrasi
berat. Berdasarkan hasil penelitian Poerwantoro (1999) tentang pola tata
laksana diare dibeberapa Rumah Sakit di Jakarta, didapatkan 47,3% pasien
yang mengalami dehidrasi ringan, 78% pasien yang mengalami dehidrasi
sedang dan 13% pasien mengalami dehidrasi berat. Hasil penelitian yang
dilakukan Kartika (2012) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah,
didapatkan 16,7% pasien yang mengalami dehidrasi ringan, 52,1% pasien
mengalami dehidrasi sedang dan 31,3% pasien mengalami dehidrasi berat.
Dehidrasi juga dijelaskan dalam Al-quran surah Al-baqarah ayat
168 yang artinya “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik
dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
bagimu” (QS. Al-baqarah : 168).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti akan melakukan
penelitian tentang skrining kejadian dehidrasi pada balita dengan diare.
B. Rumusan Masalah
“Berapa kejadian dehidrasi pada balita dengan diare di RS PKU
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui kejadian dehidrasi pada balita dengan diare di RS PKU
Muhammadiyah I Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi jumlah dan karakteristik balita diare yang tanpa
dehidrasi di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.
b. Mengidentifikasi jumlah dan karakteristik balita diare yang
mengalami dehidrasi ringan/sedang di RS PKU Muhammadiyah I
Yogyakarta.
c. Mengidentifikasi jumlah dan karakteristik balita diare yang
mengalami dehidrasi berat di RS PKU Muhammadiyah I
Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pengembangan ilmu keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah informasi
tentang kejadian dehidrasi pada balita diare dan mensosialisasikan
cara screening kejadian dehidrasi pada balita diare.
2. Bagi pengembangan pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar mengenai
insiden dan prevalensi kejadian dehidrasi pada balita diare.
3. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan
dehidrasi berat pada balita diare dan berlatih melakukan pengkajian
dehidrasi pada balita diare.
E. Penelitian Terkait
Kartika pada tahun 2012 yaitu Hubungan Antara Status Gizi dengan Derajat Dehidrasi pada Balita Diare di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui antara status gizi dengan derajat dehidrasi pada balita diare di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Metode penelitian observasional analitik dengan menggunakan metode cross sectional. Hasil
penelitian menunjukkan 96 pasien yang termasuk derajat dehidrasi berat 30 pasien (31,3%), dehidrasi sedang 50 pasien (52,1%), dan dehidrasi ringan 16 pasien (16,7%). Perbedaan penelitian dengan Kartika pada tahun 2012 terletak pada metode penelitian, tujuan, dan waktu. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah deskriptif kuantitatif. Tujuan penelitian yang dilakukan peneliti adalah mengetahui kejadian dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat pada balita diare. Perbedaan metode cross sectional danmetode deskriptif kuantitatif,
pada metode cross sectional yaitupenelitian yang menekankan waktu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Diare
a. Definisi
Diare adalah peningkatan tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya dan terjadi paling sedikit 3 kali atau
lebih dalam 24 jam. Sementara untuk balita, diare didefinisikan
sebagai pengeluaran tinja > 10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata
pengeluaran tinja normal pada balita sebesar 5-10 g/kg/24 jam
(Juffrie, 2010). Menurut Suraatmaja (2010) diare merupakan suatu
keadaan yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi
lebih dari tiga kali sehari yang disertai dengan perubahan
konsistensi tinja menjadi lebih cair, dengan/tanpa darah dan
dengan/tanpa lendir.
b. Etiologi diare
Menurut Hasan dan Alatas (2010), diare disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu :
1) Faktor Infeksi
a) Bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
b) Virus : Enteroovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.
c) Parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,
lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida
albicans).
2) Faktor Malabsopsi
a) Malabsorpsi karbohidrat, yaitu pada bayi kepekaan
terhadap lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan
diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat
asam, sakit di daerah perut. Jika sering terkena diare ini,
pertumbuhan anak akan terganggu.
b) Malabsorpsi lemak, yaitu terdapat lemak dalam makanan
yang disebut triglyserida. Triglyserida dengan bantuan
kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang
siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi
kerusakan mukosa usus, diare dapat terjadi karena lemak
tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja
mengandung lemak.
c) Malabsorpsi protein, yaitu kesulitan penyerapan nutrisi
dari makanan yang mengandung protein.
3) Faktor makanan seperti makanan yang sudah basi, makanan
yang tercemar, terlalu banyak lemak, beracun, kurang matang,
dan alergi terhadap makanan
c. Tanda dan gejala diare
Menurut Suraatmaja (2010), tanda dan gejala diare yaitu bab
lebih dari 3 kali, dengan konsistensi lembek, ada/tanpa darah.
tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada. Gejala
muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare. Hal tersebut dapat
menyebabkan dehidrasi, karena banyak kehilangan air dan
elektrolit (Kemenkes RI, 2011).
d. Patofisiologi diare
Menurut Simadibrata (2009) patofisiologi diare adalah
sebagai berikut :
1) Ditinjau dari patofisiologi diare pada balita dapat dibagi
menjadi diare sekresi dan diare osmotik. Diare sekresi
disebabkan karena infeksi virus baik yang patogen maupun
apatogen, hiperperistaltik usus yang dapat disebabkan oleh
bahan-bahan kimia misalnya keracunan makanan atau
minuman yang terlalu pedas, selain itu dapat juga disebabkan
defisiensi imun atau penurunan daya tahan tubuh. Diare
osmotik disebabkan karena malabsorpsi makanan, Kekurangan
Energi Protein (KEP) dan berat badan lahir rendah (BBLR)
pada bayi baru lahir.
2) Gangguan sirkulasi sebagai akibat diare dapat menyebabkan
renjatan syok hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila
tidak segera diatasi pasien akan meninggal (Hasan, Alatas,
1. Balita
a. Definisi
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas
satu tahun atau biasanya disebut dengan pengertian usia anak
dibawah lima tahun (Muaris, 2010). Rentang usia balita menurut
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) tahun 2008 adalah 2
bulan sampai 5 tahun tetapi menurut Depkes RI tahun 2009,
rentang usia balita adalah 0 – 5 tahun. Menurut Sutomo dan
Anggraeni (2010), balita adalah istilah umum bagi anak usia 1 – 3
tahun (batita), dan anak prasekolah (4 – 5 tahun). Usia batita, anak
masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik,
namun kemampuan lain masih terbatas. Umur balita adalah usia
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang
tahun dari rentang 1 – 5 tahun (Notoatmodjo, 2010).
b. Tumbuh kembang balita
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan dimasa itu
menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan
anak diperiode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini
merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah
Pada masa balita ini daya tahan tubuh belum terbentuk sempurna
sehingga beresiko terkena penyakit, salah satu penyakit yang sering
menyerang yaitu diare dengan dehidrasi (Kurniadi, 2012). Menurut
Evelin dan Djamaludin (2010) dalam proses tumbuh kembang,
anak memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi yaitu kebutuhan
akan gizi (asuh), kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih), serta
kebutuhan stimulasi dini (asah).
c. Faktor-faktor yang menyebabkan balita beresiko terjadi dehidrasi
saat diare.
Salah satu faktor yang menyebabkan balita beresiko terjadi
dehidrasi saat diare yaitu demam. Demam menjadi penyebab utama
dehidrasi pada balita. Ketika balita mengalami demam akan
berkeringat dan air menguap keluar melalui kulitnya. Pada saat
demam, balita juga biasanya bernapas lebih cepat, sedangkan
proses bernapas akan mengurangi cairan di dalam tubuh. Dehidrasi
sering terjadi pada balita, karena diusianya yang muda sehingga
sangat sensitif untuk kehilangan cairan (Leksana, 2015). Menurut
Suraatmaja (2014), menyatakan bahwa semakin muda usia balita
semakin besar kecenderungan terkena penyakit dehidrasi saat diare,
kecuali pada kelompok usia kurang dari enam bulan, yang
disebabkan makanan bayi masih tergantung pada ASI. Menurut
Wagiyo (2012) menyatakan bahwa apabila hilangnya air meningkat
menjadi 3 – 4% dari berat badan, terjadi penurunan gangguan
lingkungan yang tinggi juga dapat berdampak pada kehilangan
cairan tubuh (Sherwood, 2010). Dehidrasi pada balita adalah
kondisi dimana balita kehilangan terlalu banyak cairan atau kurang
mendapatkan cairan.
2. Dehidrasi
a. Definisi
Dehidrasi merupakan ketidakseimbangan cairan tubuh
dikarenakan pengeluaran cairan yang lebih besar daripada
pemasukan cairan (Almatsier, 2009). Menurut Suraatmaja (2010)
dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak
daripada pemasukan air (input), keadaan ini dapat timbul pada
diare. Semua orang tidak tergantung usianya dapat mengalami
dehidrasi, tetapi dehidrasi terjadi lebih cepat dan berbahaya pada
balita. Diare sampai saat ini menjadi penyebab utama terjadinya
dehidrasi. Dehidrasi disebabkan kehilangan air dan elektrolit
melalui feses. Kehilangan cairan dan elektrolit bertambah bila ada
muntah dan demam. Dehidrasi merupakan keadaan yang berbahaya
karena dapat menyebabkan penurunan volume darah (hipovolemia)
sampai kematian bila tidak ditangani dengan tepat.
b. Derajat dehidrasi
Menurut Suraatmaja (2010) kategori dehidrasi dibagi menjadi
3 berdasarkan keadaan umum, denyut nadi, kemampuan minum,
kondisi mata dan turgor kulit. Kategori dehidrasi berat adalah
cepat dan kadang tak teraba, mata sangat cekung, anak tidak bisa
minum atau malas minum serta cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat. Dehidrasi sedang terjadi apabila terdapat dua atau
lebih dari tanda-tanda berikut yaitu anak menjadi gelisah dan
rewel/marah, denyut nadi cepat dan lemah (120 – 140/menit), mata
cekung, haus, minum dengan lahap, cubitan kulit perut kembalinya
lambat. Dehidrasi ringan terjadi apabila terdapat dua dari
tanda-tanda berikut yaitu mata cekung, anak menjadi cengeng dan
gelisah, denyut nadi normal (≤120/menit), merasa haus dan selalu
ingin minum, cubitan kulit perut kembalinya lambat.
Menurut Suraatmaja (2010) derajat dehidrasi berdasarkan
kehilangan berat badan ada 3 macam, yaitu :
1) Dehidrasi ringan yaitu apabila terjadi penurunan berat badan
2,5 – 5% dengan tanda dan gejala seperti gelisah, menjadi
cengeng, mata cekung, merasa haus dan selalu ingin minum,
turgor kulit tidak elastis, dan suara serak.
2) Dehidrasi sedang yaitu apabila terjadi penurunan berat badan 5
– 10% dengan tanda dan gejala yang sama seperti dehidrasi
ringan.
3) Dehidrasi berat, yaitu apabila terjadi penurunan berat badan >
10% dengan tanda dan gejala tidak sadar, mata cekung, tidak
meras haus, cubitan pada kulit akan kembali sangat lambat.
akan menyebabkan penurunan volume darah sehingga tekanan
darah dan oksigen menurun yang menyebabkan sianosis.
Menurut Leksana (2015) derajat dehidrasi berdasarkan
persentase kehilangan air dari berat badan, yaitu :
1) Dehidrasi ringan yaitu apabila terjadi kehilangan air 5% dari
berat badan.
2) Dehidrasi sedang yaitu apabila terjadi kehilangan air 10% dari
berat badan.
3) Dehidrasi berat yaitu apabila terjadi kehilangan air 15% dari
berat badan.
Menurut Depkes (2008) dalam buku Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) derajat dehidrasi dibagi menjadi 3, yaitu :
1) Tanpa dehidrasi, apabila tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan sebagai diare dengan dehidrasi berat atau
ringan/sedang.
2) Dehidrasi ringan/sedang, terdapat dua atau lebih tanda-tanda
berikut gelisah, rewel/mudah marah, mata cekung, mata
cekung, merasa haus dan minum dengan lahap, cubitan kulit
perut kembali lambat.
3) Dehidrasi berat, terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut
yaitu letargis atau tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum
atau malas minum, dan cubitan kulit perut kembali sangat
c. Patogenesis dehidrasi
Air dalam tubuh mengikuti keseimbangan dinamis
berdasarkan tekanan osmotik. Normalnya terjadi keseimbangan
cairan antara yang masuk dan dikeluarkan tubuh. Asupan air yang
tinggi akan menurunkan osmolitas plasma dan peningkatan volume
arteri efektif sehingga menyebabkan regulasi osmotik dan regulasi
volume teraktivitasi (Sodikin, 2011).
Kekurangan cairan atau air minum dapat meningkatkan
konsentrasi ionik pada kompartemen ekstrakuler dan terjadi
pengerutan sel sehingga menyebabkan sensor otak untuk
mengontrol minum dan mengontrol ekskresi urin. Pada stadium
permulaan water depletion, ion natrium dan chlor ikut menghilang
dengan cairan tubuh, tetapi kemudian terjadi reabsorpsi ion melalui
tubulus ginjal yang berlebihan, sehingga ekstraseluler mengandung
natrium dan chlor yang berlebihan dan terjadi hipertoni. Hal ini
menyebabkan air akan keluar dari sel sehingga terjadi dehidrasi
intraseluler dan inilah yang menimbulkan rasa haus. Selain itu
timbul perangsangan terhadap hipofisis yang kemudian melepaskan
hormon antidiuretik sehingga terjadinya oliguria. Hal ini
menimbulkan rasa haus, air liur kering, dan badan terasa lemas
(Suraatmaja, 2010).
d. Faktor yang memperberat terjadinya dehidrasi
Menurut Leksana (2015), faktor yang memperberat terjadinya
1) Stomatitis dan Faringitis
Rasa nyeri mulut dan tenggorokan dapat membatasi asupan
makanan dan minuman lewat mulut.
2) Ketoasidosis diabetes (KAD)
KAD disebabkan karena adanya diuresis osmotik. Berat badan
turun akibat kehilangan cairan dan katabolisme jaringan.
3) Demam
Demam dapat meningkatkan insensible water loss (IWL) dan
menurunkan nafsu makan sehingga terjadi penurunan berat
badan.
Menurut Leksana (2015), faktor yang memperberat
terjadinya dehidrasi juga dapat dicetuskan oleh kondisi heat
stroke, tirotoksitosis, obstruksi saluran cerna, diabetes
insipidus, dan luka bakar. Berdasarkan faktor saluran tersebut
Leksana (2015) menyimpulkan bahwa faktor yang biasanya
memperberat terjadinya dehidrasi pada balita yaitu demam,
stomatitis, dan faringitis.
3. Skrining
a. Definisi
Menurut Rajab (2010) skrining merupakan suatu
pemeriksaan asimptomatik pada satu atau sekelompok orang untuk
mengklarifikasi mereka dalam kategori yang diperkirakan
mengidap atau tidak mengidap penyakit. Sementara Noor (2011),
menemukan penderita penyakit tertentu yang tanpa gejala atau
tidak nampak dalam suatu masyarakat atau kelompok penduduk
tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan secara singkat dan
sederhana untuk dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap
yang kemungkinan besar menderita.
b. Cara skrining dan penanganan dehidrasi dengan panduan MTBS
Skrining dehidrasi dilakukan dengan mengobservasi kondisi
umum, kondisi mata, mengkaji kemampuan balita dalam
mengkonsumsi air, dan memeriksa turgor kulit balita kembali
lambat atau sangat lambat. Untuk dehidrasi berat terdapat dua atau
lebih dari tanda-tanda berikut seperti letargis atau tidak sadar, mata
sangat cekung, tidak bisa minum atau malas minum dan cubitan
kulit perut kembali sangat lambat. Penanganan untuk dehidrasi
berat saat diare adalah jika tidak ada klasifikasi berat lain maka
berikan cairan untuk dehidrasi berat (Rencana Terapi C) dan tablet
Zinc, jika balita juga mempunyai klasifikasi berat lain maka rujuk
segera, jika masih bisa minum berikan ASI dan larutan oralit
selama perjalanan dan jika ada kolera di daerah tersebut, beri
antibiotik untuk kolera.
Diare dengan dehidrasi ringan/sedang terdapat dua atau lebih
tanda-tanda berikut yaitu gelisah, rewel/mudah marah, mata
cekung, haus dan minum dengan lahap, serta cubitan kulit perut
kembali lambat. Penanganan untuk dehidrasi ringan dan sedang
balita juga mempunyai klasifikasi berat lain maka rujuk segera, jika
masih bisa minum, berikan ASI dan larutan oralit selama
perjalanan, nasihati kapan kembali segera, dan kunjungan ulang 5
hari jika tidak ada perbaikan.
Diare tanpa dehidrasi yaitu tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat atau ringan/sedang.
Penanganan diare tanpa dehidrasi dengan beri cairan dan makanan
sesuai rencana terapi A dan tablet Zinc, nasihati kapan kembali
B. Kerangka Teori
Diare
Pengeluaran berlebihan
Peningkatan konsentrasi ionik
Pengerutan sel
Penurunan ion natrium dan chlor
Reabsorpsi ion melalui tubulus ginjal
Hipertoni
Pengeluaran air dari sel
[image:32.595.101.564.106.686.2]Dehidrasi
Gambar 2.1. Kerangka Teori Dehidrasi
Sumber : Suraatmaja (2010) ; Polanco, Isabel, dkk. (2009), MTBS (2008).
Tanpa Dehidrasi
Dehidrasi Berat
- Kondisi
umum baik dan sadar
- Mata normal,
tidak cekung
- Tidak haus
dan minum biasa
- Turgor kulit
kembali cepat. Sumber: MTBS (2008) - Letargi/tidak sadar
- Mata sangat
cekung
- Tidak
merasa haus
- Turgor kulit
tidak elastis
- Kehilangan
air 15% dari berat badan
Sumber: Suraatmaja (2010) ; MTBS (2008)
Dehidrasi ringan/sedang
Ringan/sedang : Terdapat dua tanda atau lebih tanda-tanda seperti gelisah, rewel/mudah marah, mata cekung, haus, minum dengan lambat, cubitan kulit kembali lambat. Sumber:MTBS (2008)
Dehidrasi sedang : terjadi apabila terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut yaitu anak menjadi gelisah dan rewel/marah, denyut nadi cepat dan lemah (120 – 140/menit), mata cekung, haus, minum dengan lahap, cubitan kulit perut kembalinya lambat.
C. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Teliti
[image:33.595.146.567.98.648.2]: Tidak Teliti
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Sumber : Suraatmaja (2010) ; Polanco, Isabel, dkk. (2009) ; MTBS (2008).
Diare
Dehidrasi
Tanpa Dehidrasi
Dehidrasi Ringan/Sedang
Dehidrasi Berat
a. Kondisi Umum b. Melihat Mata
c. Memeriksa Rasa Haus d. Memeriksa Turgor Kulit
Fever
1. Stomatitis 2. Pharyngitis 3. Ketoasidosis
diabetes 4. Heat stroke 5. Tirotoksitosis 6. Obstruksi saluran
cerna Screening
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian
Ditinjau dari penelitian yang akan dicapai, penelitian ini bersifat
observasional deskriptif kuantitatif. Deskriptif adalah yang disarankan
untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu
komunitas atau masyarakat (Notoatmojo, 2012). Kuantitatif adalah data
yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka (Riwidikdo, 2013). Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh distribusi dan frekuensi kejadian tanpa
dehidrasi, dehidrasi ringan/sedang, dehidrasi berat pada balita diare di RS
PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – Agustus 2016
C. Subyek Penelitian a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang akan
diteliti (Notoatmojo, 2012). Populasi yang akan diteliti adalah semua
pasien balita yang menderita diare di IGD RS PKU Muhammadiyah I
Yogyakarta. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 460 orang
sakit selama 4 bulan (Bulan Oktober, November, Desember 2015,
Januari 2016).
b. Sampel
Menurut Notoatmojo (2012), menyebutkan bahwa sampel adalah
objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dikatakan
sampel penelitian jika dalam jumlah populasi yang besar (≥100) dapat
diambil 10 – 15% atau 20 -25% (Arikunto, 2006). Pendapat tersebut
sesuai menurut Roscoe dalam Sugiyono (2011), menyatakan bahwa
jumlah sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai
dengan 500. Penelitian ini menggunakan rumus 10% dari total
populasi sehingga jumlah sampel untuk penelitian ini adalah 46 orang.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah consecutive
sampling. Menurut Nursalam (2008), pemilihan sampel dengan
consecutive adalah pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang
memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai
kurun waktu tertentu, sehingga jumlah klien yang diperlukan
terpenuhi. Sampel pada penelitian ini yaitu pasien balita yang
menderita diare di ruang IGD dan ruang Ibnu Sina RS PKU
Muhammadiyah I Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan
kriteria ekslusi.
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti
a. Anak yang berusia 1 – 5 tahun
b. Anak yang menderita diare
c. Mendapat izin dari orang tua/wali untuk mengikuti
penelitian
d. Anak yang masuk IGD
e. Anak yang dirawat di bangsal anak
2) Kriteria ekslusi
Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena
berbagai sebab (Nursalam, 2011). Kriteria ekslusi dalam
penelitian ini adalah :
a. Orang tua/wali yang ditengah pengambilan data
mengundurkan diri karena kondisi tertentu misalnya orang
tua mengembalikan lembar informed consent ditengah
pengambilan data dengan alasan anaknya sering rewel.
D. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut (Sugiyono, 2011). Variabel dalam
penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu kejadian tanpa
dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat pada
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati (Notoatmojo,
2012). Derajat dehidrasi ditentukan berdasarkan klasifikasi derajat
dehidrasi dan diukur menggunakan skala pengukuran dengan ordinal,
yaitu :
a. Dehidrasi ringan/sedang : Terdapat dua atau lebih tanda-tanda
seperti gelisah, rewel/mudah marah, mata cekung, haus, minum
dengan lahap, cubitan kulit perut kembali lambat.
b. Dehidrasi berat : Terdapat dua atau lebih tanda-tanda seperti
letargis atau tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas
minum, cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
c. Tanpa dehidrasi : Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan
sebagai diare dengan dehidrasi berat, ringan/sedang.
d. Umur merupakan usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun antara 1 – 5 tahun. Umur dibagi menjadi 2
yaitu usia batita (1 – 3 tahun) dan usia prasekolah (4 – 5 tahun),
jika umur anak >3,7 tahun dan <5 tahun maka anak tersebut dalam
kategori 4 – 5 tahun. Umur balita dinyatakan dengan skala ordinal.
e. Suhu adalah suatu kondisi kulit yang diukur menggunakan
termometer raksa yang diletakkan diketiak anak. Suhu dibagi
37,50C), dan hipertermi (>37,50C). Suhu balita dinyatakan dengan
skala ordinal.
f. Skrining merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengkategorikan derajat dehidrasi. Dimana yang dilihat adalah
kondisi umum, kondisi mata, rasa haus dan cubitan kulit perut pada
balita.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan dalam
pengumpulan data. Instrumen dalam penelitian ini dapat berupa kuesioner
(daftar pertanyaan), formulir observasi dan formulir lain yang berkaitan
dengan pencacatan data dan sebagainya (Notoatmojo, 2012). Alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan MTBS (2008).
Menurut Noor (2011), observasi adalah suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung. Tujuan dilakukan observasi adalah
untuk dapat mengamati dan mancatat kejadian yang muncul. Wawancara
adalah suatu proses memperoleh informasi dengan cara bertanya secara
langsung kepada responden. Tujuan wawancara adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat dan melengkapi data-data yang
kurang detail (Noor, 2011). Untuk instrumen observasi derajat dehidrasi
Tabel 1.1 Pembagian Kategori Derajat Dehidrasi
No Observasi Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan/Sedang Dehidrasi Berat
1. Keadaan
Umum
Baik dan sadar Gelisah, rewel/mudah
marah.
Letargis atau tidak
sadar.
2. Mata Normal Cekung Mata Cekung
3. Rasa haus Tidak haus,
minum biasa.
Haus, minum dengan
lahap
Tidak bisa minum
atau malas minum
4. Turgor kulit Cubitan kulit
perut kembali
cepat.
Cubitan kulit perut
kembali lambat.
Cubitan kulit perut
kembali sangat
lambat.
F. Tahapan Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk
melakukan pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian
(Hidayat, 2010). Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer, yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri.
Untuk memastikan hasil skrining, peneliti perlu berkolaborasi dengan
dokter dan perawat dalam menentukan derajat dehidrasi pada balita diare.
Dalam penelitian ini ada beberapa tahapan yang dilakukan yaitu
1. Tahap Persiapan
a. Penelitian ini dimulai dengan studi pendahuluan di RS PKU
Muhammadiyah I Yogyakarta untuk mencari fenomena atau
masalah yang ada.
b. Peneliti mulai menyusun proposal penelitian.
c. Peneliti mengajukan surat layak etik penelitian pada tim etik
FKIK UMY dan sampai penelitian ini dinyatakan layak etik
dengan No 229/EP-FKIK-UMY/VI/2016.
d. Peneliti mengurus izin untuk penelitian ke PSIK FKIK UMY
dan kemudian mengajukan surat izin penelitian ke RS PKU
Muhammadiyah I Yogyakarta.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pelaksanaan di ruang IGD RS PKU Muhammadiyah I
Yogyakarta.
Peneliti mulai melakukan penelitian setelah mendapatkan surat
izin dari RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta. Peneliti
menemui kepala ruang IGD RS PKU Muhammadiyah I
Yogyakarta untuk menjelaskan penelitian yang dilakukan.
Setalah itu, peneliti menemui pasien balita diare untuk
menjelaskan penelitian yang dilakukan, jika pasien sudah
menyetujui kemudian pasien diberikan lembar informed consent
oleh peneliti untuk menandatangani persetujuan menjadi
responden. Selesai responden menandatangani lembar informed
diare dengan dehidrasi dengan menggunakan panduan MTBS.
Setelah observasi peneliti melakukan kolaborasi dengan perawat
terkait data yang didapatkan dari hasil observasi dalam
menentukan derajat dehidrasi pada responden tersebut. Jika
terjadi perbedaan hasil dalam mengkategorikan derajat dehidrasi
peneliti mengklasifikasikan sesuai dengan saran dari perawat
karena pengalaman perawat yang lebih lama. Setelah
menentukan derajat dehidrasi peneliti mengumpulkan semua
hasil observasi untuk melakukan pengolahan dan analisa data.
Selesai pengolahan dan analisa data peneliti membuat bab IV
yang berisi hasil penelitian dan pembahasan serta bab V yang
berisi kesimpulan dan saran.
b. Pelaksanaan di ruang Ibnu Sina
Peneliti mulai melakukan penelitian setelah mendapatkan surat
izin dari RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta. Peneliti
menemui kepala ruang Ibnu Sina RS PKU Muhammadiyah I
Yogyakarta untuk menjelaskan penelitian yang dilakukan.
Selanjutnya, peneliti menemui pasien balita yang mengalami
diare untuk menjelaskan penelitian yang dilakukan, apabila
pasien sudah menyetujui dan bersedia kemudian peneliti
memberikan informed consent kepada pasien untuk
menandatangani persetujuan menjadi responden. Setelah pasien
menandatangani lembar informed consent, peneliti langsung
dengan menggunakan panduan MTBS. Setelah observasi
peneliti konsultasi dengan pembimbing di ruang Ibnu Sina dan
kolaborasi dengan perawat di ruang Ibnu Sina tentang data yang
didapatkan dari hasil observasi dalam menentukan derajat
dehidrasi pada responden tersebut. Selesai menentukan derajat
dehidrasi, peneliti mengumpulkan semua hasil observasi untuk
melakukan pengolahan dan analisa data. Selanjutnya, selesai
pengolahan dan analisa data peneliti membuat bab IV yang
berisi hasil penelitian dan pembahasan serta bab V yang
membahas kesimpulan dan saran.
G. Analisa Data 1. Pengolahan data
Menurut Notoatmojo (2010), pengolahan data merupakan salah
satu bagian dari rangkaian kegiatan penelitian setelah kegiatan
pengumpulan data agar analisis penelitian menghasikan informasi
yang benar. Ada empat proses pengolahan data yaitu :
a) Editing
Editing merupakan langkah memeriksa kembali data yang telah
diperoleh atau dikumpulkan. Editing bertujuan untuk
mengevaluasi kelengkapan jawaban dan kesesuaian antara kriteria
data. Editing dilakukan setelah data terkumpul. Peneliti
melakukan pengecekan kembali lembar observasi/kuesioner yang
sudah didapatkan, semua data lengkap dan sudah sesuai dengan
b) Coding
Coding merupakan langkah pemberian kode pada angka pada data
yang telah didapat agar lebih mudah dalam pengolahan data yaitu
mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka
atau bilangan. Peneliti memberikan kode 1 untuk jenis kelamin
untuk perempuan dan 2 untuk jenis kelamin laki-laki. Kode 1
untuk tanpa dehidrasi, 2 untuk dehidrasi ringan, 3 untuk dehidrasi
sedang, dan 4 untuk dehidrasi berat.
c) Entry
Entry data merupakan langkah memasukkan data yang ada ke
dalam database computer agar lebih muda untuk dibaca dan
diinterpretasikan. Pertama, peneliti memasukkan data dari lembar
observasi ke dalam program computer yaitu microsoft excel,
setelah itu peneliti memasukkan data dari excel ke SPSS.
d) Cleaning
Cleaning merupakan langkah memeriksa kembali data yang telah
dimasukkan sebelumnya apakah sudah benar atau belum, karena
kesalahan mungkin saja terjadi pada saat proses memasukkan data
ke komputer. Setelah dilakukan prosesing menggunakan SPSS
peneliti melakukan pengecekan kembali pada data, tidak ada data
yang hilang. Data yang ada sesuai dengan yang ada di lembar
e) Analizing
Analizing merupakan langkah mengelola data yang sudah
dimasukkan menggunakan software statistik.
2. Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian adalah
dengan menggunakan analisa univariat. Menurut Notoatmojo
(2012), analisa univariat adalah menganalisis terhadap tiap
variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi
frekuensi dan prosentase dari tiap variabel. Data yang dianalisa
univariat yaitu umur, jenis kelamin, suhu, tanpa dehidrasi,
dehidrasi ringan/sedang, dan dehidrasi berat.
Menurut Riwidikdo (2013) untuk memperoleh skor
prosentase yaitu dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P : Prosentase
F : Jumlah jawaban
N : Jumlah skor maksimal
H. Etik Penelitian
Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam
pelaksanaan sebuah penelitian. Uji etik pada penelitian ini melalui komite
etik yang dilakukan di FKIK UMY. Menurut Hidayat (2010), etika
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Peneliti
menjelaskan tujuan penelitian kepada responden, jika responden
menyetujui peneliti akan memberikan lembar informed consent untuk
menandatangani persetujuan menjadi responden. Ditengah
pengambilan data, ada responden yang mengundurkan diri karena
kondisi tertentu. Langkah yang dilakukan peneliti yaitu mencari
responden baru untuk melengkapi jumlah sampel.
2. Anonymity (tanpa nama)
Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan
subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan
nama responden pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang akan disajikan. Dalam pengambilan data peneliti tidak
menuliskan nama responden tetapi peneliti menggunakan inisial, jika
terdapat nama yang sama peneliti memberikan inisial tidak hanya
nama depan tetapi juga nama belakang.
3. Confidentaly (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
hasil kerahasiaan penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
dilaporkan pada hasil riset. Dari hasil penelitian ini semua data
responden yang diperoleh hanya diketahui oleh peneliti dan tim
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran umum lokasi penelitian
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta terletak di jalan
K.H. Ahmad Dahlan No. 20, Gondomanan, Yogyakarta. Rumah sakit
PKU Muhammadiyah didirikan pada tanggal 15 Februari 1923 oleh
K.H. Ahmad Dahlan sebagai Ketua Persyarikatan Muhammadiyah
atas inisiatif muridnya K.H. Sudjak yang pada awalnya berupa klinik
dan poliklinik dengan nama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem)
dengan maksud menyediakan pelayanan kesehatan bagi kaum dhuafa
yang seiring waktu kemudian berubah menjadi PKU (Pembina
Kesejahteraan Umat). Selain memberikan pelayanan kesehatan juga
digunakan sebagai tempat pendidikan bagi calon dokter dan perawat.
Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta merupakan Rumah
Sakit yang melayani berbagai macam pelayanan pokok antara lain
Rawat Jalan, Rawat Inap (VIP, I, II, III, Ruang Isolasi, ICU/ICCU,
VK/Kamar Bersalin, Instalasi Gawat Laboratorium (24 jam),
Radiologi (24 jam), Gizi, Fisioterapi, EKG, EEG, USG, Laparoskopi,
Haemodialisa, Treadmil, TUR, Endoskopi, Bronkhoskopi CT. Scan,
Audiometri, Spirometri, Brain Mapping dan Ambulans. Kapasitas dan
pelayanan yang lainnnya yaitu Poliklinik (Umum, Spesialis, Gigi).
Ruang Ibnu Sina adalah ruang rawat inap khusus anak yang
kelas II terdiri dari 6 bed, kelas III terdiri dari 7 bed, Ruang Isolasi
terdiri dari 1 bed. Di ruang Ibnu Sina kompetensi perawat sudah baik
serta dalam pelayanan dan pelaksanaan komunikasi terapeutik di
ruang Ibnu Sina juga sudah optimal. Dalam penanganan diare di ruang
Ibnu Sina, perawat sudah cepat dan tepat untuk memberikan intervensi
pada balita diare dengan dehidrasi. Untuk ruangan balita diare dengan
derajat dehidrasi yang berbeda tidak dipisahkan.
Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah pelayanan 24
jam yang tersedia di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang
memberikan layanan lengkap dan terpadu mencakup pelayanan
laboratorium, radiologi dan farmasi. Instalasi Gawat Darurat RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta langsung dilayani langsung oleh Dokter
Spesialis Emergency Medicine, satu-satunya yang ada di
Yogayakarta. Instalasi Gawat Darurat dilengkapi dengan Spesialis
yang siap menolong pasien dengan berbagai masalah kesehatan dan
memerlukan pelayanan gawat darurat. Kondisi balita saat masuk IGD
ada beberapa balita yang tidak sadar, tetapi selama penelitian kondisi
umum balita banyak yang masih sadar walaupun dalam keadaan lemas
dan rewel. Pengananan di ruang IGD khususnya pada balita dehidrasi
saat diare sudah optimal, cepat dan tepat dalam memberikan intervensi
sesuai dengan kondisi balita yang dehidrasi saat diare.
1. Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan pada pasien diare yang berumur 1 – 5
berada di RS PKU Muhammadiyah dengan jumlah responden sebanyak 46
orang. Uraian secara deskriptif mengenai karakteristik responden disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Karakteristik penelitian dengan responden yang berdasarkan
umur, jenis kelamin, dan suhu badan sedangkan karakteristik dehidrasi
yaitu derajat dehidrasi serta karakteristik balita dengan derajat dehidrasi.
[image:50.595.167.518.346.523.2]Adapun karakteristik responden sebagai berikut :
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
Responden di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Agustus 2016 (n=46)
Karakteristik Responden
Frekuensi (n) Persen (%) Umur
1 – 3 tahun 4 – 5 tahun
32 14 69,5 30,5 Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki 25 21 54,3 45,7 Suhu Normal Hipertermia 23 23 50 50
Total 46 100
Sumber : Data primer (2016)
Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa dari 46 responden
yang diteliti, responden berdasarkan umur yang paling banyak antara
umur 1 – 3 tahun sebanyak 32 responden (69,5%). Responden
berdasarkan jenis kelamin, yang paling banyak yaitu perempuan
dengan 25 responden (54,3). Jumlah responden yang mengalami
hipertermi dan suhu badan normal adalah sama, masing-masing 23
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
Derajat Dehidrasi Responden di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Agustus 2016 (n=46)
Derajat Dehidrasi Frekuensi (n) Persen (%)
Tanpa Dehidrasi 10 21,7
Dehidrasi Ringan/Sedang 31 67,4
Dehidrasi Berat 5 10,9
Total 46 100
Sumber : Data primer (2016)
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 46 responden
yang diteliti didapatkan sebagian besar responden mengalami
[image:51.595.195.507.439.608.2]dehidrasi ringan/sedang yaitu sebanyak 31 responden (67,4%).
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
Balita dengan Derajat Dehidrasi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta (n=46)
Karakteristik Responden Derajat Dehidrasi Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan/Sedang Dehidrasi Berat Umur
1 – 3 4 – 5
7 (15,2%) 3 (6,5%) 22 (47,7%) 9 (19,5) 3 (6,5%) 2 (4,4%) Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki 7 (15,2%) 3 (6,5%) 16 (34,8%) 15 (32,6%) 2 (4,3%) 3 (6,5%) Suhu Normal Hipertermia 6 (13,0%) 4 (8,7%) 13 (28,2%) 18 (39,1%) 4 (8,7%) 1 (2,2%)
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 46 responden
yang diteliti didapatkan responden berdasarkan derajat dehidrasi yaitu
dehidrasi ringan/sedang dengan karakteristik responden yang berusia
sebanyak 16 responden 34,8% dan suhu hipertermi sebanyak 18
responden 39,1%.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Responden (Umur, Jenis Kelamin, Suhu)
Peneliti mendapatkan 46 responden yang mengalami diare
dengan dehidrasi atau tanpa dehidrasi di RS PKU Muhammadiyah I
Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik responden
berdasarkan umur, jenis kelamin, dan suhu.
Karakteristik responden berdasarkan umur pada penelitian ini
paling banyak adalah responden yang berusia 1 – 3 tahun dengan
jumlah responden sebanyak 32 responden (69,5 %). Menurut asumsi
peneliti, umur merupakan salah satu faktor resiko mengalami
dehidrasi saat diare, seperti halnya balita yang berusia 1 – 3 tahun
lebih rentan mengalami dehidrasi. Hal ini didukung oleh penelitian
Adriani (2013) yang menyatakan bahwa balita yang berusia 1 – 3
tahun itu lebih peka terhadap perubahan kadar air dan mineral.
Menurut Wulandari (2013) mengemukakan bahwa dehidrasi bukan
saja kondisi kekurangan cairan tubuh tetapi kehilangan mineral tubuh
juga.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada
penelitian ini responden yang paling banyak adalah perempuan
dengan jumlah responden 25 responden (54,3%), dan laki-laki dengan
jumlah 21 responden (45,7%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki
karena pada laki-laki komposisi otot lebih dominan sedangkan pada
perempuan adanya pengaruh hormonal sehingga rentan terhadap
dehidrasi dalam tubuh. Menurut Arisman (2014) mengemukakan
pengaruh hormon pada perempuan menyebabkan perempuan lebih
banyak mengalami dehidrasi. Hal ini disebabkan karena terjadi
ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga dapat menurunkan
asupan cairan dalam tubuh. Menurut Murniwaty dkk (2013) tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dan dehidrasi. Menurut penelitian yang
dilakukan Cahyaningrum (2015), menyatakan bahwa tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian dehidrasi saat diare
karena pada usia balita telah mendapatkan perlakuan yang sama antara
laki-laki dan perempuan dari segala aktifitas, nutrisi serta
kebersihannya masih dalam kontrol orang tua.
Karakteristik berdasarkan suhu pada penelitian ini yaitu
responden yang mempunyai suhu normal sebanyak 23 responden
(50%) dan responden yang mempunyai suhu hipertermia sebanyak 23
responden (50%). Saat dehidrasi, tubuh tidak hanya kehilangan air
tetapi juga kehilangan elektrolit dan glukosa. Dimana tubuh akan
langsung merespon dehidrasi awal (kehilangan sekitar 2% cairan
tubuh) dengan gejala merasa sangat haus, mulut dan lidah kering, air
liur pun berkurang, dan produksi urin menurun (Retnowati, 2011).
terjadi penurunan gangguan performa tubuh sehingga suhu tubuh
menjadi naik, panas dan biasanya diikuti meriang (Wagiyo, 2012).
2. Karakteristik Balita dengan Derajat Dehidrasi
Berdasarkan hasil penelitian ini yang paling banyak adalah
dehidrasi ringan/sedang dengan jumlah responden sebanyak 22
responden (47,7%). Menurut asumsi peneliti di Indonesia, diare
terdapat disepanjang tahun dan puncak tertinggi pada peralihan musim
penghujan dan kemarau sehingga komplikasi dari diare tersebut dapat
menyebabkan terjadinya dehidrasi. Dari beberapa referensi hasil
penelitiannya menyatakan bahwa balita dengan diare lebih sering
mengalami kejadian dehidrasi ringan/sedang. Hal ini didukung oleh
pendapat Palupi (2012) yang melaporkan bahwa kejadian dehidrasi
ringan lebih sering terjadi pada balita dibandingkan anak-anak,
dimana balita diare yang mengalami dehidrasi ringan akan terjadi
penurunan berat badan 2,5 – 5% dan kehilangan air 5% dari berat
badan. Selain itu balita juga menjadi gelisah dan rewel, matanya
menjadi cekung, dan turgor kulit balita kembali lambat. Ada beberapa
hal yang mempengaruhi derajat dehidrasi antara lain usia, jenis
kelamin, suhu. Hasil penelitian ini karakteristik responden yang paling
banyak adalah mengalami dehidrasi ringan yang paling banyak
berusia 1 – 3 tahun sebanyak 22 responden (47,7%), jenis kelamin
perempuan sebanyak 16 responden (34,8%), dan suhu hipertermi
Menurut Wulandari (2013) dehidrasi bukan saja kondisi
kekurangan cairan tubuh tetapi kehilangan mineral tubuh juga. Pada
balita yang berusia 1 – 3 tahun kekurangan cairan tubuh tidak bisa
hanya diberikan air putih untuk menggantikan cairan yang hilang
karena air bisa melarutkan mineral yang sudah rendah di dalam tubuh
mereka, sehingga bisa membuat kondisi dehidrasi memburuk.
Menurut Jannah (2013) menyatakan bahwa daya tahan tubuh
anak-anak jauh lebih kuat dari daya tahan tubuh balita sehingga balita
memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita dehidrasi
dibandingkan anak-anak. Balita yang mengalami dehidrasi ringan
dapat diberikan secara oral dengan pemberian oralit sebanyak
75ml/kg berat badan diberikan dalam 3 jam pertama dilayanan
kesehatan, namun jika tidak tersedia dapat diganti dengan air tajin,
kuah sayur, sari buah, air teh atau air matang (Depkes RI, 2011).
Balita yang menderita diare dengan dehidrasi tetap diberikan makanan
untuk memberikan nutrisi dan mencegah terjadinya penurunan berat
badan (Kemenkes RI, 2011).
Selain itu jenis kelamin juga mempengaruhi derajat dehidrasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini yang paling banyak mengalami
dehidrasi adalah perempuan. Menurut asumsi peneliti kemungkinan
beberapa balita yang mengalami dehidrasi sedang sampai dehidrasi
berat dikarenakan berat badan balita tersebut kurang. Selain itu
komposisi otot juga mempengaruhi derajat dehidrasi tetapi peneliti
(2014) menyatakan bahwa dehidrasi lebih sering terjadi pada
perempuan dibanding laki-laki karena pada laki-laki komposisi otot
lebih dominan sedangkan pada perempuan adanya pengaruh hormonal
sehingga rentan terhadap dehidrasi dalam tubuh, akan tetapi menurut
Andreoli (2011) pada kasus tertentu jenis kelamin mempengaruhi
terjadinya penyakit namun untuk kasus diare dengan dehidrasi jenis
kelamin tidak mempengaruhi.
Suhu tubuh responden dalam penelitian ini mayoritas adalah
hipertermi. Suhu tubuh juga mempengaruhi derajat dehidrasi pada
balita dengan diare. Hal ini didukung oleh penelitian Wagiyo (2012)
yang menyatakan apabila hilangnya air meningkat menjadi 3 – 4%
dari berat badan, terjadi penurunan gangguan performa tubuh
sehingga suhu tubuh menjadi naik, panas dan biasanya diikuti
meriang. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa suhu lingkungan
yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya dehidrasi yang progresif.
Hipertermia mengakibatkan penurunan cardiac output. Dengan
menurunnya cardiac output aliran darah ke kulit secara signifikan
juga menurun. Hal ini menunnjukkan bahwa aliran darah ke jaringan
dan organ juga menurun. Suhu lingkungan yang tinggi dapat
C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 1. Kekuatan Penelitian
a. Kekuatan penelitian ini yaitu dalam pengumpulan data yang
dilakukan langsung oleh peneliti. Peneliti mengobservasi secara
langsung keadaan pasien selama penelitian.
b. Lembar observasi peneliti sudah baku yaitu dengan menggunakan
panduan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang sudah
mewakilkan dari apa yang peneliti harapkan.
2. Kelemahan Penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 46 responden pasien
balita diare di ruang Ibnu Sina dan ruang IGD di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta, dapat disimpulkan bahwa :
1. Karakteristik responden yang tanpa dehidrasi di RS PKU
Muhammadiyah I Yogyakarta mayoritas berusia 1 – 3 tahun, berjenis
kelamin perempuan, dan memiliki suhu normal.
2. Karakteristik responden yang mengalami dehidrasi ringan/sedang di
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta mayoritas berusia 1 – 3 tahun,
berjenis kelamin perempuan, dan memiliki suhu hipertermi.
3. Karakteristik responden yang mengalami dehidrasi berat di RS PKU
Muhammadiyah I Yogyakarta berusia 1 - 3 tahun, berjenis kelamin
laki-laki dan memiliki suhu normal.
4. Secara keseluruhan didapatkan hasil bahwa kejadian dehidrasi pada
balita diare yang paling banyak di RS PKU Muhammadiyah I
Yogyakarta yaitu dehidrasi ringan/sedang.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan menggunakan hasil penelitian ini untuk menggiatkan
program pendidikan kesehatan terkait karakteristik dehidrasi pada
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan petugas kesehatan memperhatikan dan meningkatkan
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan terhadap
balita diare yang mengalami dehidrasi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut terkait hubungan antara berat
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Adriani. (2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan derajat dehidrasi pada
balita diare di Ruang Rawat Inap RSU Kota Tangerang Selatan 2013.
Tangerang: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prak