• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Profil Elektrolit Pasien Dehidrasi Akibat Diare Di Bangsal Anak RSUP H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Profil Elektrolit Pasien Dehidrasi Akibat Diare Di Bangsal Anak RSUP H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2009"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PROFIL ELEKTROLIT

PASIEN DEHIDRASI AKIBAT DIARE DI BANGSAL ANAK RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009

Oleh:

ELLA RHINSILVA 070100043

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN PROFIL ELEKTROLIT

PASIEN DEHIDRASI AKIBAT DIARE DI BANGSAL ANAK RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

ELLA RHINSILVA 070100043

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN PROFIL ELEKTROLIT PASIEN DEHIDRASI AKIBAT DIARE DI BANGSAL ANAK RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009

Nama : Ella Rhinsilva NIM : 070100043

Medan, 13 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD – KGEH ) NIP: 19540220 198011 1 001

Pembimbing

( dr. Selvi Nafianti, Sp. A ) NIP: 400048403

Penguji I

( dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M. Med.Ed.) NIP: 19741019 200112 2 001

Penguji II

(4)

ABSTRAK

Di dunia, dehidrasi yang disebabkan diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan balita. Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 menunjukkan diare merupakan penyebab kedua kematian anak di dunia dengan 1,5 juta anak meninggal setiap tahunnya karena penyakit ini. Selama episode diare, air dan elektrolit (natrium, klorida, kalium, dan bikarbonat) hilang melalui tinja cair, keringat, urin, dan pernapasan. Dehidrasi terjadi jika kehilangan air dan elektrolit ini tidak diganti. Kematian dapat mengikuti dehidrasi berat jika cairan dan elektrolit tidak diganti baik melalui larutan Oral Rehydration Salts (ORS) atau melalui infus.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil elektrolit pasien anak yang mengalami dehidrasi akibat diare di RSUP H. Adam Malik. Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif. Sampel yang digunakan adalah seluruh anak yang mengalami diare yang dirawat inap yang telah memenuhi kriteria inklusi. Data diperoleh dengan melihat rekam medis pasien anak diare. Data yang telah dikumpulkan, diolah dengan menggunakan SPSS.

Dari 39 sampel yang dianalisis, dijumpai 76.9% dehidrasi ringan/sedang dan 23.1% dehdirasi berat. Ganggguan elektrolit yang terjadi yaitu, 48.7% hiponatremia, 43.6% isonatremia, 3% hipernatremia, 74.4% hipokalemia, 2.6% hipokloremia dan 53.8% hiperkloremia.

Gambaran profil elektrolit pada anak yang mengalami diare dengan komplikasi dehidrasi baik ringan/sedang maupun berat pada penelitian ini adalah hiponatremia, hipokalemia, dan hiperkloremia.

(5)

ABSTRACT

Dehydration caused by diarrhea is the leading cause of death in infant and toddler. Statistic from World Health Organization at 2004 shows that diarrhea is the second leading cause of death in the world with 1,5 million children dies every year because of this disease. In the episode of diarrhea, water and electrolyte (sodium, Chloride, potassium and Bicarbonate ) loss happens through watery stool, sweating, urine, and breathing. Dehydration happens if the water and electrolyte loss was not replaced. Death could follow severe dehydration if the water and electrolyte was not replaced by using Oral Rehydration Salts (ORS) or by using intra venous fluid therapy.

This study purpose is to know electrolyte profile of dehydrated children that caused by diarrhea in H. Adam Malik General Hospital. This is a descriptive study. The sample are every hospitalized children that caused by diarrhea that has fulfilled the inclusion criteria. The data is collected by looking at the patient medical record. The data then processed by using SPSS.

From 39 analyzed sample, 76.9% mild/moderate dehydration and 23.1% severe dehydration was found. Electrolyte imbalance that happened specifically 48.7 % hyponatremia, 43.6% isonatremia, 3% hypernatremia, 74.4% hypokalemia, 2.6% hypochloremia, and 53.8 % hyperchloremia.

Electrolyte profiles in children with dehydration as a complication of diarrhea, either mild/moderate or severe dehydration are hyponatremia, hypokalemia and hyperchloremia

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Alla SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, yang merupakan salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya penulisan karya tulis ilmiah ini, saya ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. dr. Selvi Nafianti, Sp. A sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

3. dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M. Med. Ed. dan dr. Rina Amelia, MARS selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki karya tulis ilmiah ini

4. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat selama saya mengikuti pendidikan sarjana kedokteran

5. Bagian Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) dan Bagian Pendidikan dan Latihan (DIKLAT) RSUP H. Adam Malik Medan

6. Staf – staf bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan yang telah membantu dalam mencari data pasien

7. Ayahanda M. yahya dan Ibunda Ani R. yang telah merawat, membesarkan, mendidik, serta memberikan dukungan kepada saya

(7)

9. Teman-teman yang tergabung dalam bimbingan dr. Selvi Nafianti, Sp.A; Cindy putri, Iqbal dan Hayati yang telah bekerjasama dengan baik dalam semua proses penulisan karya tulis ilmiah ini

10. Teman-teman saya Kamal, Nurina, Yan, Vitri, Laura, Rini, Anita, Indah, dan Kris, serta teman-teman yang lain yang telah membantu saya dalam pengerjaan karya tulis ilmiah ini.

Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, saya berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang menggunakannya.

Medan, November 2010

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Diare ... 4

2.1.1. Definisi Diare... 4

2.1.2. Mikroorganisme Penyebab Diare ... 4

2.1.3. Patofisiologi Diare ... 5

2.1.4. Gejala Klinis Diare... 5

2.2. Dehidrasi ... 6

2.2.1. Definisi Dehidrasi ... 6

(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.... 11

3.1. Kerangka Konsep ... 11

3.2. Definisi Operasional ... 11

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 12

4.1. Jenis Penelitian ... 12

4.2. Waktu dan Tempat Pengumpulan Data ... 12

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 12

4.3.1. Populasi ... 12

4.3.2. Sampel ... 13

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 13

4.5. Metode Analisis Data ... 13

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 14

5.1. Hasil Penelitian ... 14

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 14

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 14

5.1.3. Hasil Analisis Data... 16

5.2. Pembahasan ... 19

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 22

6.1. Kesimpulan ... 22

6.2. Saran ... 22

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman 2.1. Klasifikasi Dehidrasi Berdasarkan Gejala Klinis dan

Pemeriksaan Fisik... 7

5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 14

5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur ... 15

5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Derajat Dehidrasi ... 15

5.4. Gambaran Kadar Natrium dalam Darah ... 16

5.5. Gambaran Kadar Kalium dalam Darah ... 16

5.6. Gambaran Kadar Klorida dalam Darah ... 17

5.7. Gambaran Kadar Natrium Darah Berdasarkan Derajat Dehidrasi ... 17

5.8. Gambaran Kadar Kalium Darah Berdasarkan Derajat Dehidrasi ... 18

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Kerangka Konsep Gambaran Profil Elektrolit Anak

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

ABSTRAK

Di dunia, dehidrasi yang disebabkan diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan balita. Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 menunjukkan diare merupakan penyebab kedua kematian anak di dunia dengan 1,5 juta anak meninggal setiap tahunnya karena penyakit ini. Selama episode diare, air dan elektrolit (natrium, klorida, kalium, dan bikarbonat) hilang melalui tinja cair, keringat, urin, dan pernapasan. Dehidrasi terjadi jika kehilangan air dan elektrolit ini tidak diganti. Kematian dapat mengikuti dehidrasi berat jika cairan dan elektrolit tidak diganti baik melalui larutan Oral Rehydration Salts (ORS) atau melalui infus.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil elektrolit pasien anak yang mengalami dehidrasi akibat diare di RSUP H. Adam Malik. Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif. Sampel yang digunakan adalah seluruh anak yang mengalami diare yang dirawat inap yang telah memenuhi kriteria inklusi. Data diperoleh dengan melihat rekam medis pasien anak diare. Data yang telah dikumpulkan, diolah dengan menggunakan SPSS.

Dari 39 sampel yang dianalisis, dijumpai 76.9% dehidrasi ringan/sedang dan 23.1% dehdirasi berat. Ganggguan elektrolit yang terjadi yaitu, 48.7% hiponatremia, 43.6% isonatremia, 3% hipernatremia, 74.4% hipokalemia, 2.6% hipokloremia dan 53.8% hiperkloremia.

Gambaran profil elektrolit pada anak yang mengalami diare dengan komplikasi dehidrasi baik ringan/sedang maupun berat pada penelitian ini adalah hiponatremia, hipokalemia, dan hiperkloremia.

(14)

ABSTRACT

Dehydration caused by diarrhea is the leading cause of death in infant and toddler. Statistic from World Health Organization at 2004 shows that diarrhea is the second leading cause of death in the world with 1,5 million children dies every year because of this disease. In the episode of diarrhea, water and electrolyte (sodium, Chloride, potassium and Bicarbonate ) loss happens through watery stool, sweating, urine, and breathing. Dehydration happens if the water and electrolyte loss was not replaced. Death could follow severe dehydration if the water and electrolyte was not replaced by using Oral Rehydration Salts (ORS) or by using intra venous fluid therapy.

This study purpose is to know electrolyte profile of dehydrated children that caused by diarrhea in H. Adam Malik General Hospital. This is a descriptive study. The sample are every hospitalized children that caused by diarrhea that has fulfilled the inclusion criteria. The data is collected by looking at the patient medical record. The data then processed by using SPSS.

From 39 analyzed sample, 76.9% mild/moderate dehydration and 23.1% severe dehydration was found. Electrolyte imbalance that happened specifically 48.7 % hyponatremia, 43.6% isonatremia, 3% hypernatremia, 74.4% hypokalemia, 2.6% hypochloremia, and 53.8 % hyperchloremia.

Electrolyte profiles in children with dehydration as a complication of diarrhea, either mild/moderate or severe dehydration are hyponatremia, hypokalemia and hyperchloremia

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di dunia, dehidrasi yang disebabkan diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan balita (Huang et al, 2009). Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2004 dalam WHO (2009), menunjukkan diare merupakan penyebab kedua kematian anak di dunia dengan 1,5 juta anak meninggal setiap tahunnya karena penyakit ini. Di negara maju, dehidrasi memiliki kemungkinan lebih kecil menyebabkan kematian, tetapi dehidrasi menyebabkan morbiditas/kesakitan yang signifikan (Freedman et al, 2008). Menurut survei kesehatan Indonesia, tingkat mortalitas diare pada bayi dan anak-anak dengan umur < 5 tahun adalah sebagai berikut : 539.000 bayi dan 61.000 anak usia < 5tahun (1980); 368.000 bayi dan 103.082 anak usia < 5tahun (1986); 268.700 bayi dan 76.400 anak usia < 5 tahun (1992); 301.000 bayi dan 39.000 anak usia< 5tahun (1995); 229.600 bayi dan 28.700 anak usia < 5 tahun (2001) (Depkes RI, 2002 dalam Marudut, dkk., 2006). Profil kesehatan kota Medan tahun 2007 menunjukkan jumlah kasus diare pada balita yang ditangani sebanyak 7.953 kasus (48,46% kasus) (Depkes RI, 2007).

Selama episode diare, air dan elektrolit (natrium, klorida, kalium, dan bikarbonat) hilang melalui tinja cair, keringat, urin, dan pernapasan. Dehidrasi terjadi jika kehilangan air dan elektrolit ini tidak diganti. Kematian dapat mengikuti dehidrasi berat jika cairan dan elektrolit tidak diganti baik melalui larutan Oral Rehydration Salts (ORS) atau melalui infus (WHO, 2009).

(16)

natrium sebanding sehingga terjadi dehidrasi isonatremik. Dehidrasi hiponatremik dijumpai pada sekitar 10-15 % penderita diare. Hilangnya sejumlah lebih besar air dibanding kehilangan elektrolit mengakibatkan dehidrasi hipernatremik. Hal ini dapat dijumpai pada sekitar 15-20 % penderita diare (Behrman et al, 2000). Variasi serum natrium akan mencerminkan komposisi jumlah cairan yang hilang yang memiliki efek patologik berbeda. Hiponatremik yang berat dapat mengakibatkan kejang (Huang et al, 2009). Sedangkan hipernatremik menyebabkan hipertonsitas, sehingga mengakibatkan pengkerutan sel otak dan kematian (Segeren, dkk., 2005).

Pemeriksaan laboratorium bermanfaat untuk mengevaluasi sifat dan beratnya dehidrasi dan untuk mengarahkan terapi. Pemeriksaan elektrolit plasma dan serum sering membantu. Kalium serum biasanya ringan atau meningkat pada dehidrasi diare. Hiperkalemi dan hipokalemia harus dimonitoring ketat dengan pemeriksaan serum serial dan dengan elektrokardiogram atau monitoring jantung terus menerus (Behrman et al. 2000).

Mengingat pentingnya keseimbangan cairan dan elektrolit pada anak dengan dehidrasi diare serta perlunya penanganan yang tepat maka peneliti tertarik untuk melakukan penilitian tentang profil elektrolit pada pasien dehidrasi diare. Dengan mengetahui gambaran profil elektrolit pada pasien dehidrasi diare maka diharapkan dapat dilakukan pemberian cairan elektrolit yang tepat pada penderita dehidrasi diare, sehingga angka kematian balita akibat dehidrasi diare bisa menurun.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran profil elektrolit pada anak yang mengalami dehidrasi akibat diare?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

(17)

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui jumlah kejadian hiponatremia, isonatremia dan hipernatremia

b. Mengetahui jumlah kejadian hipokalemia dan hiperkalemia c. Mengetahui jumlah kejadian hipokloremia dan hiperkloremia

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

a. Bagi masyarakat penelitian ini bermanfaat dalam pelaksanaan pencegahan awal dehidrasi pada anak.

b. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat dalam memperluas wawasan tentang gambaran elektrolit pada anak yang mengalami dehidrasi akibat diare.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare

2.1.1. Definisi Diare

Menurut Latief, dkk. (2005), diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali. Sedangkan untuk bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak, dikatakan diare bila frekuensinya lebih dari 3 kali.

2.1.2. Mikroorganisme Penyebab Diare

Menurut Latief, dkk. (2005) mikroorganisme penyebab diare adalah:

1. Mikroorganisme dari saluran pencernaan itu sendiri. Infeksi saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Mikroorganisme enteral ini meliputi :

a. bakteri : Vibrio cholera, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.

b. virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.

c. parasit : cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongiloides), Protozoa (Entamoba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas

hominis), jamur (Candida albicans).

(19)

2.1.3. Patofisiologi Diare

Menurut Nursalam, dkk. (2005) patofisiologi diare terdiri dari diare osmotik, sekretorik, dan gangguan motilitas usus.

Diare osmotik terjadi akibat adanya makanan yang tidak dapat diserap. Makanan yang tidak diserap ini akan menyebabkan tekanan osmotik di rongga usus meningkat yang akan menarik air dan elektrolit ke dalam lumen usus, sehingga air dan elektrolit terbuang bersama feses dan timbul diare.

Diare sekretorik terjadi akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan merangsang peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus, sekresi air dan elektrolit ini menyebabkan air dan elektrolit terbuang bersama feses dan timbul diare.

Pada gangguan motilitas usus dapat terjadi hipermotilitas maupun hipomotilitas. Pada hipermotilitas makanan tidak dapat diserap dengan sempurna, dimana penyerapan terhadap air dan elektrolit juga terganggu. Makanan yang tidak diserap dengan sempurna ini juga dapat menyebabkan tekanan osmotik di rongga usus meningkat. Peningkatan tekanan osmotik di rongga usus menyebabkan penarikan cairan dan elektrolit ke dalam rongga usus tersebut. Hal ini menyebabkan timbulnya diare (Silbernagl, 2006).

Terbuangnya air dan elektrolit bersama feses akan menyebabkan tubuh kehilangan air dan elektrolit yang dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi.

2.1.4. Gejala Klinis Diare

(20)

keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran cairan tinja yang berulang-ulang (Dell, 1973 dalam Suharyono, 2008).

2.2. Dehidrasi

2.2.1. Definisi Dehidrasi

Dehidrasi dideskripsikan sebagai suatu keadaan keseimbangan cairan yang negatif atau terganggu yang bisa disebabkan oleh berbagai jenis penyakit (Huang et al, 2009). Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak

daripada pemasukan air (input) (Suraatmaja, 2010). Cairan yang keluar biasanya disertai dengan elektrolit (Latief, dkk., 2005).

Pada dehidrasi gejala yang timbul berupa rasa haus, berat badan turun, kulit bibir dan lidah kering, saliva menjadi kental. Turgor kulit dan tonus berkurang, anak menjadi apatis, gelisah kadang-kadang disertai kejang. Akhirnya timbul gejala asidosis dan renjatan dengan nadi dan jantung yang berdenyut cepat dan lemah, tekanan darah menurun, kesadaran menurun, dan pernapasan kussmaul (Latief, dkk., 2005).

2.2.2. Klasifikasi Dehidrasi

(21)

Tabel 2.1 Klasifikasi Dehidrasi Berdasarkan Gejala Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Gejala/tanda ringan (3-5%) Sedang (6-9%) Berat (10% atau lebih)

Tingkat kesadaran Sadar Letargi Tidak sadar Pengisian kembali

kapiler

2 detik 2-4 detik Lebih dari 4 detik

Membrane mukosa Normal Kering Sangat kering

Denyut jantung Sedikit meningkat

Meningkat Sangat meningkat

Laju pernapasan Normal Meningkat Meningat dan

hiperapnea Tekanan darah Normal Normal; ortostatik Menurun

Denyut nadi Normal Cepat dan lemah Sangat lemah/

samar atau tidak teraba

Turgor kulit Kembali normal Kembali lambat Tidak segera kembali

Fontanella Normal Agak cekung Cekung

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Keluaran urin Menurun Oliguria Anuria

(22)

2. Berdasarkan gambaran elektrolit serum, dehidrasi dapat dibagi menjadi :

a. Dehidrasi Hiponatremik atau Hipotonik

Dehidrasi hiponatremik merupakan kehilangan natrium yang relatif lebih besar daripada air, dengan kadar natrium kurang dari 130 mEq/L. Apabila terdapat kadar natrium serum kurang dari 120 mEq/L, maka akan terjadi edema serebral dengan segala akibatnya, seperti apatis, anoreksia, nausea, muntah, agitasi, gangguan kesadaran, kejang dan koma (Garna, dkk., 2000). Kehilangan natrium dapat dihitung dengan rumus :

S Na bearti konsentrasi natrium serum yang terukur, sedangkan 135 adalah nilai normal rendah natrium serum. Pada dehidrasi hipotonik atau hiponatremik, cairan ekstraseluler relatif hipotonik terhadap cairan intraseluler, sehingga air bergerak dari kompartemen ekstraseluler ke intraseluler. Kehilangan volume akibat kehilangan eksternal dalam bentuk dehidrasi ini akan makin diperberat dengan perpindahan cairan ekstraseluler ke kompartemen intraseluler. Hasil akhirnya adalah penurunan volume ekstraseluler yang dapat mengakibatkan kegagalan sirkulasi (Behrman et al, 2000). Dehidrasi hiponatremik dapat disebabkan oleh penggantian kehilangan cairan dengan cairan rendah solut (Graber, 2003).

b. Dehidrasi Isonatremi atau Isotonik

Dehidrasi isonatremik (isotonik) terjadi ketika hilangnya cairan sama dengan konsentrasi natrium dalam darah. Kehilangan natrium dan air adalah sama jumlahnya/besarnya dalam kompartemen cairan ekstravaskular maupun intravaskular.

Kadar natrium pada dehidrasi isonatremik 130-150 mEq/L (Huang et al, 2009). Tidak ada perubahan konsentrasi elektrolit darah pada dehidrasi isonatremik (Latief, dkk., 2005).

Defisit natrium (mEq) = (135 - S Na) air tubuh total (dalam L) (0,6 x berat

(23)

c. Dehidrasi Hipernatremik atau Hipertonik

Dehidrasi hipernatremik (hipertonik) terjadi ketika cairan yang hilang mengandung lebih sedikit natrium daripada darah (kehilangan cairan hipotonik), kadar natrium serum > 150 mEq/L. Kehilangan natrium serum lebih sedikit daripada air, karena natrium serum tinggi, cairan di ekstravaskular pindah ke intravaskular meminimalisir penurunan volume intravaskular (Huang et al, 2009). Dehidrasi hipertonik dapat terjadi karena pemasukan (intake) elektrolit lebih banyak daripada air (Dell, 1973 dalam Suharyono, 2008). Cairan rehidrasi oral yang pekat, susu formula pekat, larutan gula garam yang tidak tepat takar merupakan faktor resiko yang cukup kuat terhadap kejadian hipernatremia (Segeren, dkk., 2005). Terapi cairan untuk dehidrasi hipernatremik dapat sukar karena hiperosmolalitas berat dapat mengakibatkan kerusakan serebrum dengan perdarahan dan trombosis serebral luas, serta efusi subdural. Jejas serebri ini dapat mengakibatkan defisit neurologis menetap.

(24)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. : kerangka konsep gambaran profil elektrolit anak dehidrasi yang dilihat dari kejadian diare

3.2. Definisi Operasional

Dehidrasi akibat diare adalah komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami diare yang telah didiagnosis dokter dan tercatat pada rekam medis. Dehidrasi ini terbagi menjadi dehidrasi ringan/sedang dan berat.

Profil elektrolit merupakan gambaran elektrolit yang diperoleh dari pemeriksaan elektrolit plasma atau serum pada anak yang mengalami dehidrasi. Kadar normal natrium (135-140), kalium (4,0-5,6) dan klorida (99-106).

Alat ukur : rekam medis

Cara ukur : melihat data-data yang tercatat pada rekam medis Skala pengukuran : ordinal

Dehidrasi akibat diare

(25)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif untuk mengetahui gambaran profil elektrolit pasien-pasien anak yang mengalami dehidrasi akibat diare di Bangsal Anak RSUP H. Adam Malik Medan, pada tahun 2009.

4.2. Waktu dan Tempat Pengumpulan Data

Penelitian ini dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik Medan. Hal ini dikarenakan RSUP H. Adam Malik Medan adalah rumah sakit tipe A yang merupakan pusat pelayan kesehatan pemerintah yang menjadi tempat rujukan di Sumatera Utara dan jumlah anak yang menderita diare di RSUP H. Adam Malik relatif banyak untuk dijadikan sampel penelitian.

Pengumpulan data telah dilaksanakan pada 22 Juli 2010 sampai dengan 24 juli 2010, dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian adalah seluruh pasien anak diare di bangsal anak RSUP H. Adam Malik Medan pada 1 Januari 2009 sampai 31 Desember 2009, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Inklusi

a. Anak diare yang berumur 0-5 tahun. b. Anak diare dengan komplikasi dehidrasi. c. Diperiksa elektrolit plasma atau serumnya.

2. Eksklusi

(26)

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah seluruh populasi, yaitu seluruh pasien anak yang mengalami diare di bangsal anak RSUP H. Malik Medan pada 1 Januari 2009 sampai 31 Desember 2009 yang telah memenuhi kriteria inklusi yaitu, berumur 0-5 tahun, mengalami komplikasi dehidrasi, dan diperiksa elektrolit plasma atau serumnya.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan melihat semua kartu status (rekam medik) pasien anak diare yang dirawat inap di bangsal anak yang berasal dari Medical Record Sub Unit Anak di RSUP H. Adam Malik Medan, mulai dari Januari 2009 sampai Desember 2009.

4.5. Metode Analisis Data

(27)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17 Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes /SK/IX/1991. RSUP H. Adam Malik juga sebagai pusat rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Hasil pengumpulan data dari bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan dari 1 Januari 2009 – 31 Desember 2009 didapati 39 sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi. Distribusi sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari tabel 5.1. dapat dilihat bahwa jumlah sampel laki-laki lebih banyak yaitu; 23 ( 59 % ) sampel dibandingkan dengan sampel perempuan.

(28)

Pada penelitian ini sampel juga didistribusikan ke dalam kelompok umur, yaitu kelompok neonatus (0-4 minggu), bayi (1 bulan-2 tahun) dan prasekolah (2-5 tahun), (Behrman et al, 2000) seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur

Berdasarkan tabel diatas, mayoritas sampel yang mengalami dehidrasi akibat diare yang dirawat inap di Sub Bagian anak RSUP H. Adam Malik Medan adalah kelompok bayi (1 bulan- 2 tahun), yaitu 28 (79,5 %) sampel.

Berdasarkan derajat dehidrasinya, sampel didistribusikan dalam derajat dehidrasi ringan/sedang dan derajat dehidrasi berat, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Derajat Dehidrasi

Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa mayoritas sampel mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang yaitu; 30 (76,9%) sampel.

No Umur Jumlah % Jumlah

No Derajat dehidrasi Jumlah % Jumlah

1 Ringan/sedang 30 76.9

2 Berat 9 23.1

(29)

5.1.3. Hasil Analisis Data

Data yang diperoleh dari data sekunder yang terdiri dari 39 sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi, gambaran elektrolitnya disajikan dalam beberapa tabel di bawah ini:

Tabel 5.4. Gambaran Kadar Natrium dalam Darah

Berdasarkan tabel diatas kejadian terbanyak adalah hiponatremia 19 (48,7 %). Pada tabel di atas juga dapat di lihat kejadian isonatremia yang tidak jauh berbeda dengan kejadian hiponatremia, yaitu sebanyak 17 (43,6 %) sampel.

Tabel 5.5. Gambaran Kalium dalam Darah

Berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat bahwa dari 39 sampel, 29 (74,4 %) sampel mengalami hipokalemia. Pada penelitian ini tidak ditemukan kejadian hiperkalemia.

Profil Elekrolit (kalium) Jumlah % Jumlah

Hipokalemia 29 74.4

Normokalemia 10 25.6

Hiperkalemia - 0.00

(30)

Tabel 5.6. Gambaran Klorida dalam Darah

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 39 sampel mayoritas sampel yang diperiksa kadar kloridanya menunjukkan keadaan hiperkloremia yaitu; 21 (53,8 %) sampel. Pada penelitian ini hanya didapati satu (2,6%) sampel yang mengalami hipokloremia.

Pada penelitian ini, juga dilakukan analisa data profil elektrolit sampel berdasarkan derajat dehidrasinya, seperti yang terlihat pada beberapa tabel di bawah ini:

Tabel 5.7. Gambaran Kadar Natrium Darah Berdasarkan Derajat Dehidrasi

Dari tabel 5.7. dapat dilihat bahwa gambaran natrium terbanyak baik pada dehidrasi ringan/sedang maupun dehidrasi berat adalah hiponatremia yaitu, 15 (38,5 %) sampel pada dehidrasi ringan/sedang dan pada dehidrasi berat terdapat 4 (10,3 %) sampel. Kejadian hiponatremia tidak jauh berbeda dengan kejadian

Profil Elektrolit

(Klorida) Jumlah % Jumlah

Hipokloremia 1 2.6

Normokloremia 12 30.8

(31)

isonatremia yaitu, pada derajat dehidrasi ringan/sedang terdapat 14 (35,9 %) sampel, sedangkan pada derajat dehidrasi berat terdapat 3 (7,7 %) sampel.

Tabel 5.8. Gambaran Kadar Kalium Darah Berdasarkan Derajat Dehidrasi

Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat bahwa baik pada dehidrasi ringan/sedang maupun dehidrasi berat adalah hipokalemia, yaitu 22 (56,4 %) sampel pada derajat dehidrasi ringan/sedang, dan 7 (17,9 %) sampel pada dehidrasi berat.

Tabel 5.9. Gambaran Kadar Klorida Darah Berdasarkan Derajat Dehidrasi

Berdasarkan tabel 5.9. di atas dapat dilihat tidak ditemukan kejadian hipokloremia pada derajat dehidrasi ringan/sedang. Kejadian hipokloremia hanya terdapat pada sampel dengan derajat dehidrasi berat yaitu; 1 (2,6 %) sampel. Sampel yang mengalami hiperkloremia dengan derajat dehidrasi ringan/sedang terdapat 16 (41.0%) sampel, sedangkan pada dehidrasi berat terdapat 5 (12.8%) sampel.

(32)

5.2. Pembahasan

Bayi muda yang mengalami diare lebih rentan untuk jatuh ke dehidrasi dan membutuhkan perawatan di rumah sakit (Katcher et al In Ukarapol et al, 2002). Murthy 2006, menyatakan bahwa tingginya insiden diare pada bayi muda dapat disebabkan karena, pemberhentian ASI, penurunan antibodi maternal, penurunan imunitas aktif pada bayi dan kontak dengan sumber infeksi (pada saat bayi mulai merangkak). Menurut Ukarapol et al 2002, rata-rata anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berumur 19,4 bulan, dimana 50,9 % terjadi pada anak perempuan dan 49 % pada anak laki-laki. Sedangkan penelitian yang dilakukan Plaisier et al 2010, menunjukkan bahwa mayoritas pasien adalah anak berumur di bawah 2 tahun yaitu 57,4%. Pada penelitian tersebut juga didapati pada anak laki-laki kejadian dehidrasi akibat diare sebanyak 54,4% dan 45,5% pada anak perempuan. Pada penelitian ini didapati hasil yang tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ukarapol et al 2002 dan Plaisier et al 2010 mengenai umur pasien yang mengalami dehidrasi akibat diare, dimana yang paling sering mengalami dehidrasi akibat diare adalah anak berumur 1 bulan – 2 tahun yaitu 31 (79,5%) dan juga didapati perbedaan jenis kelamin pada anak yang mengalami dehidrasi akibat diare dimana laki-laki lebih sering daripada perempuan.

Pada diare, dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran tinja yang berulang-ulang. Pada penelitian yang dilakukan Plaisier et at 2010 didapati kejadian dehidrasi ringan/sedang sebanyak 63,23%, dan dehidrasi berat 36,7%. Pada penelitian ini didapati hasil yang sama dimana kejadian terbanyak adalah dehidrasi ringan/sedang yaitu 30 (76,9%) sampel.

(33)

kehilangan cairan. Hiponatremia dapat diperberat atau ditimbulkan bila pada masa diare diberikan sejumlah besar masukan cairan rendah atau bebas elektrolit peroral. Sedangkan dehidrasi hipernatremia dijumpai pada sekitar 15-20 % penderita diare dan dapat terjadi bila selama diare diberikan larutan elektrolit rumah tangga dengan konsentrasi garam tinggi, atau bayi diberi makan susu skim mendidih yang menimbulkan beban solut ginjal yang tinggi dan peningkatan kehilangan air urin. Pada penelitian yang dilakukan oleh Shah et al 2007 didapati gangguan natrium terbanyak adalah hiponatremia yaitu 56%, dibandingkan hipernatremia 10%. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Murthy 2006, kejadian terbanyak adalah isonatremia 84,4%, diikuti hiponatremia 12,06% dan hipernatremia 3,4%. Pada penelitian ini didapati hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan Shah et al 2007, dimana kejadian terbanyak adalah hiponatremia yaitu berjumlah 19 (48,7%) sampel.

Selain natrium, kalium merupakan elektrolit yang juga banyak hilang selama episode diare. Penurunan konsentrasi kalium serum 1 mEq/L akibat kehilangan kalium biasanya sebanding dengan kehilangan 10-30% kalium tubuh (Behrman, 2000). Penelitian yang dilakukan Jurnalis, dkk. 2008, menunjukkan bahwa gangguan kalium serum terbanyak pada anak yang mengalami dehidrasi akibat diare adalah hipokalemia, yaitu 62%. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Majeed et al 2006, didapati kejadian terbanyak adalah normokalemia yaitu 62,85% dan hanya 37,14% kejadian hipokalemia. Pada penelitian ini didapati hasil yang sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Jurnalis, dkk. 2008, dimana pada penelitian ini mayoritas pasien mengalami hipokalemia yaitu berjumlah 29 (74,4%) sampel. Tingginya kejadian hipokalemia pada penelitian ini dapat disebabkan karena kebanyakan anak yang mengalami diare pada penelitian ini juga mengalami malnutrisi.

(34)
(35)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian ini yaitu, gambaran profil elektrolit pada pasien diare dengan komplikasi dehidrasi, baik dehidrasi ringan/sedang maupun berat adalah hiponatremia (48,7%), hipokalemia (74,4%) dan hiperkloremia (53,8%).

6.2. Saran

a. Adapun saran yang dapat diberikan penulis, kepada bagian rekam medis agar dalam mengentri data ke sistem komputer lebih teliti lagi. Sehingga dapat mempermudah dalam pencarian data untuk peneliti-peneliti berikutnya.

b. Bagi orang tua sebaiknya mengikuti/melaksanaan pemeriksaan elektrolit bagi anaknya jika anak tersebut mengalami dehidrasi, sehingga dapat ditatalaksana sebaik mungkin dan menghindari terjadinya komplikasi.

c. Kepada orang tua (ibu) agar memberikan cairan yang isotonis kepada anaknya yang mengalami diare, agar anak tidak mengalami dehidrasi hiponatremia dan hipernatremia.

d. Kepada ibu – ibu yang memiliki anak yang mengalami diare agar dipantau gizi anak dan asupan nutrisi selama anak mengalami diare agar anak tidak mengalami malnutrisi, sehingga anak tidak mengalami hipokalemia.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Adelmen, R.D., Solhaug, M.J., 2000. Patofisiologi Cairan Tubuh dan Terapi Cairan. In: Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Arvin, Ann.M., Ilmu Kesehatan

Anak Nelson ed 15, jilid 2. Jakarta: EGC; 258-266

Dahlan, M.S., 2008. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan, seri 3. Jakarta: Sagung Seto

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Tabel 10 HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual, DBD, dan Diare pada Balita Ditangani Menurut Kabupate

/Kota Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007. Availabel from :

[Accessed 20 April 2010]

Freedman, S.B. & Thull, J.D., 2008. Pediatric Dehydration Assessment and Oral

Rehydration Therapy. Available from:

[Accessed 12 March

2010]

Graber, M.A., 2003. Terapi Cairan, Elektrolit dan Metabolik. Jakarta: Farmedia; 15-24

Hartanto, W.W., 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian

Farmakologi Klinik dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Huang, L.H., Anchala, K.R., Ellsbury, L., George, S.C., 2009. Dehydration.

Available from :

(37)

Jurnalis, Y., D., Sayoeti, Y., Dewi, S., 2008. Profil Elektrolit dan Keseimbangan Asam Basa pada Pasien Diare Akut dengan Dehidrasi Berat di Ruang Rawat Inap

Bagian Anak RS Dr. M. Djamil Padang. Majalah Kedokteran Andalas. 32 (1)

Latief, A., dkk., 2005.. Hassan, R., Alatas, H. Jilid 1. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI; 283-286

Latief, A., dkk., 2005.Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Hassan, R., Alatas, H. Jilid 1. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI; 278-281.

Majeed, R., Shamsi, H., A., Rajar, U., DM., 2006. Clinical Manifestation of Hypokalemia. Isra University Hyderabad-Sindh

Marudut, S., Soenarto,Y., Juffrie, M., 2006. The Accuracy of Clinical Diagnosis for Dehydration According to The Integrated Management of Childhood Illness.

Paediatrica Indonesiana. 46 (9-10) ; 225-228.

Murthy, V., 2006. Hospital Based Clinical Study of Hyponatremic Dehydration and Serum Electrolyte Profile in Acute Gastroenteritis. Department of Pediatrics

Adichunchanagiri Institute of Medical Sciences.

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Nurs, N.M., Susilaningrum, R., Utami, S., 2005. Asuhan Keperawatan untuk Bayi dan Anak ed1. Jakarta: Salemba Medika;168-180

Pickering, L.K., Snyder, J.D., 2000. Gastroenteritis. In: Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Arvin, Ann.M., Ilmu Kesehatan Anak Nelson ed 15, jilid 1. Jakarta: EGC

(38)

Sastroasmoro, S., 2008.Pemilihan Subyek Penelitian. In : Sadstroasmoro, Sudigdo. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis ed 3. Jakarta: Sagung Seto: 78-89

Segeren, C., Djuffrie, M., Soenarto, S.S.Y., 2005. Faktor Resiko Kejadian Hipernatremia pada Anak Balita dengan Diare Cair Akut. Berkala Ilmu

Kedokteran. 37 (4); 198-203

Sharma, U., Saxena, S., 1979. Estimation of Serum Electrolytes in Cases of Gastroenteritis. Indian Journal of Pediatrics. 46 ; 247-250.

Silbernagl, S., 2006. Lambung Usus Hati. In : Silbernagl, S., Lang, F., ed. Teks

dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta : EGC ;150-151.

Suharyono., 2008. Diare Akut Klinik dan Laboratorik. Jakarta: PT Rineka Cipta ; 63-68

Suraatmaja, S., 2010. Diare. In: Suraatmaja Sudaryat., ed. Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto; 1-15

Suraatmaja, S., 2010. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh. In: Suraatmaja Sudaryat., ed. Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto; 63-65

Ukarapol, N., Wongsawasdi, L., Chartapisak, W., Opastirakul, S., 2002. Electrolyte Abnormalities in Children with Acute Diarrhea. Department Of

Pediatrics Chiang Mai Thailand. 41 (1); 7-12.

Wahyu, H., Alfa, Y., Martiza, I., Prasetyo, D., 2000. Gastrohepatologi. In : Garna, H.H., Suroto, E., Nataprawira, H.M.D., Prasetyo, D. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. ed 2. Jakarta : Bagian/SMF Ilmu Kesehatan

Anak FKUP/RSHS ; 245-248

World Health Organization, 2009. Diarrhoeal Disease. Available from:

(39)
(40)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ella Rhinsilva

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 15 April 1998

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan : 1.TK Muhammadiyah

2. SD Muhammadiyah-04

3. SMP Negeri 39 Medan

3. SMA Hang Tuah

Riwayat Pelatihan : -peserta:

1.Pelatihan Balut Bidai 2007

(41)
(42)
(43)

LAMPIRAN 4

LEMBAR CHECK LIST

No. RM

Nama Umur

(tanggal lahir)

Tanggal masuk

RS

Diagnose awal

Diagnose akhir

Kadar Na

Kadar K

(44)

LAMPIRAN 5

384905 0.58 laki-laki ringan/sedang 144 4.5 115 isonatremia normal hiperkloremia

385819 0.83 perempuan berat 154 3.9 hipernatremia hipokalemia tidak di periksa

387522 0.03 laki-laki berat 142 4.1 114 isonatremia normal hiperkloremia

389827 1.25 laki-laki ringan/sedang 130 4.2 104 hiponatremia normal normal

382613 0.02 perempuan berat 141 3.6 114 isonatremia hipokalemia hiperkloremia

389954 0.50 perempuan ringan/sedang 129 3.1 110 hiponatremia hipokalemia hiperkloremia 387062 1.58 laki-laki ringan/sedang 142 3.0 113 isonatremia hipokalemia hiperkloremia

383135 0.04 laki-laki ringan/sedang 149 5.2 124 hipernatremia normal hiperkloremia

408929 0.25 laki-laki ringan/sedang 137 4.2 isonatremia normal tidak di periksa

408823 0.03 perempuan ringan/sedang 131 4.3 hiponatremia normal tidak di periksa

409635 5.00 laki-laki ringan/sedang 132 3.4 102 hiponatremia hipokalemia normal

400424 1.00 perempuan ringan/sedang 136 2.6 109 isonatremia hipokalemia hiperkloremia

404854 0.58 perempuan berat 127 2.7 105 hiponatremia hipokalemia normal

(45)

406184 1.00 laki-laki ringan/sedang 133 2.6 106 hiponatremia hipokalemia normal

394210 0.92 laki-laki ringan/sedang 130 1.8 102 hiponatremia hipokalemia normal

394229 0.08 perempuan ringan/sedang 126 3.0 104 hiponatremia hipokalemia normal

402609 0.75 perempuan ringan/sedang 137 3.3 108 isonatremia hipokalemia hiperkloremia

394923 0.50 perempuan berat 160 4.3 131 hipernatremia normal hiperkloremia

396668 0.50 laki-laki ringan/sedang 134 3.1 105 hiponatremia hipokalemia normal

384083 0.42 laki-laki ringan/sedang 134 3.5 107 hiponatremia hipokalemia hiperkloremia

410687 0.17 perempuan berat 128 2.7 109 hiponatremia hipokalemia hiperkloremia

393808 2.00 perempuan ringan/sedang 142 3.0 122 isonatremia hipokalemia hiperkloremia

396712 1.50 perempuan ringan/sedang 137 4.9 107 isonatremia normal hiperkloremia

399628 1.42 laki-laki ringan/sedang 137 3.5 110 isonatremia hipokalemia hiperkloremia

397244 0.83 laki-laki ringan/sedang 129 2.0 100 hiponatremia hipokalemia normal

399622 1.17 laki-laki ringan/sedang 141 3.6 106 isonatremia hipokalemia normal

392981 0.92 laki-laki ringan/sedang 137 2.7 111 isonatremia hipokalemia hiperkloremia

391578 0.75 perempuan berat 125 1.9 94 hiponatremia hipokalemia hipokloremia

379407 1.50 laki-laki ringan/sedang 135 2.1 103 isonatremia hipokalemia normal

357465 0.83 perempuan ringan/sedang 131 3.8 107 hiponatremia hipokalemia hiperkloremia 385367 1.00 laki-laki ringan/sedang 132 3.9 108 hiponatremia hipokalemia hiperkloremia

387784 0.83 laki-laki ringan/sedang 132 3.4 103 hiponatremia hipokalemia normal

381061 0.67 laki-laki ringan/sedang 131 3.7 hiponatremia hipokalemia tidak di periksa 393808 0.04 perempuan ringan/sedang 131 2.2 112 hiponatremia hipokalemia hiperkloremia

406800 0.50 laki-laki berat 127 3.0 hiponatremia hipokalemia tidak di periksa

387336 2.50 laki-laki ringan/sedang 142 4.0 115 isonatremia normal hiperkloremia

(46)
(47)

LAMPIRAN 6

(48)

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent tingakat konsentrasi

kalium dalam darah * derajatdehidrasi

39 100.0% 0 .0% 39 100.0%

tingakat konsentrasi kalium dalam darah * derajatdehidrasi Crosstabulation

Clorida dalam darah * derajatdehidrasi

(49)

Gambar

Tabel
Tabel 2.1 Klasifikasi Dehidrasi Berdasarkan Gejala Klinis dan Pemeriksaan
Gambar 3.1. : kerangka konsep gambaran profil elektrolit anak dehidrasi yang
Tabel 5.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari profil Intervensi Koroner Perkutan pada unit kateterisasi RSUP Haji Adam Malik ini dapat diketahui gambaran

Berdasarkan stadium, mayoritas responden dan responden yang paling banyak mengalami depresi ringan berada pada stadium IIb, sedangkan yang tidak mengalami depresi paling banyak

Manfaat penelitian adalah mengetahui pemberian susu bebas laktosa memberikan hasil yang lebih baik dalam pengelolaan diare akut dehidrasi tidak berat pada anak dibandingkan dengan

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran karakteristik pasien anak dengan penyakit diare akut di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014.. Metode: Jenis

Pada pasien konfirmasi Covid-19 dengan gejala klinis berat memberikan hasil profil imunologi yang berbeda dengan kasus klinis berat yang ditemukan hitung

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang dengan petunjuk dan rahmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran profil pada pasien

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil pada pasien kanker usus besar di RSUP Haji Adam Malik Medan yang bersifat deskriptif retrospektif.. Kata

Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik umur, jenis kelamin, berat badan pada pasien diare anak dengan dehidrasi.. Variabel Mean Median Min Max SD Frekuensi